• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV | 27 Tabel 4.14 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jember bagian Barat

4.2.6 Ketenagakerjaan 1 Angkatan Kerja

4.2.6.3 Kebutuhan Hidup Minimum

Kebutuhan hidup minimum di Kabupaten Jember terdiri dari beberapa point yaitu makanan, aneka kebutuhan, perumahan dan sandang. Bila dilihat kebutuhan minimum perbulan, yaitu bulan januari ke desember mengalami peningkatan yaitu dari Rp 582.845 menjadi Rp 625.915, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.

Kecamatan Pencari Pekerjaan

Kencong 665 Gumuk Mas 968 Puger 1.331 Wuluhan 2.959 Ambulu 1.785 Tempurejo 2.005 Silo 1.188 Mayang 544 Mumbulsari 1.275 Jenggawah 236 Ajung 587 Rambipuji 1.324 Balung 1.726 Umbulsari 1.013 Semboro 885 Jombang 1.857 Sumberbaru 1.575 Tanggul 1.443 Bangsalsari 2.971 Panti 1.023 Sukorambi 445 Arjasa 1.501 Pakusari 380 Kalisat 642 Ledokombo 762 Sumberjambe 193 Sukowono 326 Jelbuk 884 Kaliwates 1.440 Sumbersari 2.586 Patrang 1.483 Jumlah 38.002

BAB IV

|

31

Tabel 4.19

Kebutuhan Hidup Minimum Menurut Bulan

Bulan Kebutuhan Hidup Minimum Jumlah

Makanan Aneka Kebutuhan Perumahan Sandang

Januari 248.700 170.145 131.500 32.500 582.845 Februari 251.850 170.427 131.575 33.150 587.002 Maret 256.200 171.349 131.575 35.500 594.624 April 269.603 172.217 133.945 37.500 613.265 Mei 274.400 172.776 135.500 40.000 622.676 Juni 279.644 172.840 135.500 40.000 627.984 Juli 248.700 170.145 131.500 32.500 582.845 Agustus 251.850 170.427 131.575 33.150 587.002 September 256.200 171.349 131.575 35.500 594.624 Oktober 269.603 172.217 133.945 37.500 613.265 Nopember 274.400 172.776 135.500 40.000 622.676 Desember 277.575 172.840 135.500 40.000 625.915

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jember Tahun 2008

4.2.6.4 Transmigran

Banyaknya pemberangkatan transmigrasi menurut jenis program transmigrasi yaitu terdiri dari transmigrasi umum, transmigrasi swakarsa dan pemulangan pengungsi. Bila dilihat dari data 2005 dan 2006, banyaknya pemberangkatan transmigrasi mengalami peningkatan yaitu untuk Jumlah KK dari 26 pada tahun 2005 dan 100 pada tahun 2006. Sedangkan kecamatan yang memiliki jenis program transmigrasi adalah Kecamatan Puger, Kecamatan Tempurejo, Kecamatan Jenggawah, Kecamatan Sumberbaru, Kecamatan Bansalsari dan Kecamatan Panti. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.

Tabel 4.20

Banyaknya Pemberangkatan Transmigrasi Per Kecamatan Tahun 2007

Kecamatan Trasmigrasi Umum

Transmigrasi Swakarsa Pemulangan Pengungsi Jumlah KK JW KK JW KK JW KK JW Kencong - - - - Gumuk Mas - - - - Puger 17 47 - - - - 17 47 Wuluhan - - - - - - - - Ambulu - - - - Tempurejo 30 66 - - - - 30 66 Silo - - - - - - Mayang - - - -

BAB IV

|

32

Mumbulsari - - - - Jenggawah 3 11 - - - - 3 11 Ajung - - - - Rambipuji - - - - Balung - - - - - - - - Umbulsari - - - - Semboro - - - - Jombang - - - - Sumberbaru - - - - 5 9 5 9 Tanggul - - - - - - - - Bangsalsari - - - - 7 18 7 18 Panti - - 10 30 28 63 38 93 Sukorambi - - - - - - - - Arjasa - - - - Pakusari - - - - Kalisat - - - - Ledokombo - - - - Sumberjambe - - - - - - - - Sukowono - - - - Jelbuk - - - - Kaliwates - - - - Sumbersari - - - - Patrang - - - - - - - - Tahun 2006 50 124 10 30 40 90 100 244 Tahun 2005 15 50 11 38 - - 26 88

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jember

4.3 PROFIL EKONOMI

4.3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Mulai tahun 2001 hingga tahun 2005, pertumbuhan ekonomi secara

umum di Kabupaten Jember menunjukkan “ascending economic growth trend”

atau trend pertumbuhan ekonomi yang terus menaik. Pertumbuhan ekonomi 2005 ternyata lebih tinggi dibanding tahun 2004. Pada tahun 2005 perekonomian di Jember tumbuh sebesar 5,02 persen.

Pertumbuhan ekonomi terjadi di semua sektor ekonomi dimana

pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor “listrik, gas dan air bersih” sebesar

6,72 persen, diikuti oleh sektor kontruksi/bangunan sebesar 6,62 persen, dan

sektor “perdagangan,hotel dan restoran” sebesar 5,85 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan terendah terjadi pada sektor “pengangkutan dan komunikasi” yaitu

BAB IV

|

33

Sebagai komponen sektor primer, sektor penggalian juga berperan sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur (misalnya industri bahan galian non logam) dan sektor bangunan. Naiknya permintaan dari kedua sektor tersebut mengangkat pertumbuhan sektor penggalian. Pada tahun 2005 sektor penggalian mampu tumbuh hingga 4,63 persen.

Memang struktur ekonomi di Kabupaten Jember bercorak agraris. Namun dalam praktiknya pembangunan sektor pertanian tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan sektor ekonomi lainnya, khususnya sektor industri. Sektor industri akan mengoptimalkam dan memaksimalkan output sektor pertanian, yang selanjutnya dapat memberi nilai tambah yang tinggi dan kompetitif baik di pasar nasional maupun internasioanl. Apalagi akhir akhir ini sejak diterapkan era perdagangan bebas, banyak produk buatan cina menyerbu masuk ke pasar, dengan kualitas yang lebih bagus, variatif dan harga lebih murah. Sektor industri pengolahan memang mengalami pertumbuhan positif di tahun 2005 yaitu sebesar 3,30 persen. Namun kalau dilihat lebih seksama selama tiga tahun terakhir pertumbuhan sektor ini secara pelan makin melambat. Pada tahun 2003 sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 3,62 persen, kemudian tahun 2004 hanya tumbuh sebesar 3,52 persen.

Sektor bangunan merupakan tulang punggung atau ruh dari ruang lingkup cakupan sektor infrastruktur. Sehingga tekad pemerintah untuk membangun sektor infrastruktur (energi, jalan tol, telekomunikasi, bandara, pelabuhan, sarana air bersih, sanitasi, dan lain-lain), mengakibatkan sektor bangunan tumbuh sebesar 6,62 persen di tahun 2005. Pertumbuhan sektor infrastruktur diyakini bakal ikut mendorong tumbuhnya banyak kegiatan usaha lainnya.

Tidak diragukan lagi kalau sektor “perdagangan, hotel dan restoran” ditetapkan sebagai salah satu sektor andalan di Jember. Sektor “perdagangan,

BAB IV

|

34

hotel dan restoran” pada tahun 2005 tumbuh sebesar 5,85 persen. Dengan

beberapa komoditas andalan ekspor seperti : tembakau, edamame, karet dan kopi.

Sektor “pengangkutan dan komunikasi” adalah sektor yang mengalami

pertumbuhan terendah diantara sektor sektor lainnya di tahun 2005. Tepatnya

sektor “pengangkutan dan komunikasi” hanya tumbuh sebesar 3,19 persen. Berkurangnya intensitas “arus keluar masuk barang sembako dan komoditas

strategis” yang terpantau di jembatan timbang selama setahun terakhir, ikut memberi andil terhadap rendahnya pertumbuhan sektor “pengangkutan dan komunikasi”. Untunglah sub sektor komunikasi (tumbuh sebesar 7,78 persen) mampu menjaga agar sektor “pengangkutan dan komunikasi” tetap tumbuh

positif.

Pertumbuhan sektor “keuangan, persewaan dan jasa perusahaan” selama

empat tahun terakhir selalu diatas lima persen. Untuk tahun 2005 sektor

“keuangan, persewaan dan jasa perusahaan” tumbuh sebesar 5,21 persen. Hal ini didukung oleh semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan yaitu menyalurkan dana dari deposan kepada dunia usaha atau sektor riil, dan

semakin berkembangnya peran “lembaga keuangan bukan bank”.

Sektor “jasa-jasa” pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,23 persen atau tertinggi sejak lima tahun terakhir. Hal ini dimungkinkan oleh naiknya anggaran belanja pemerintah dan perkembangan yang terjadi pada jasa swasta baik jasa sosial, hiburan maupun jasa perorangan.

Dalam menghitung pendapatan perkapita, dua macam penghitungan dapat dilakukan yaitu berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Penghitungan menurut harga berlaku penting untuk memberi gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari penduduk suatu daerah itu membeli barang (kemampuan daya beli masyarakat). Data ini juga penting sebagai bahan perbandingan dalam menunjukkan perbedaan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya. Data pendapatan perkapita menurut harga konstan perlu dihitung untuk menunjukkan perkembangan tingkat kemakmuran disuatu negara. Suatu

BAB IV

|

35

masyarakat dipandang mengalami pertambahan kemakmuran apabila pendapatan perkapita riil terus meningkat.

4.3.2 APBD

Sejak tahun 2005, penyusunan Rencana APBD (RAPBD) menggunakan format baru. Format dan struktur baru dalam APBD mengikuti format anggaran terpadu (Unified Budget) yang meniadakan pengelompokkan antara anggaran rutin dan pembangunan. Format baru tersebut mengarahkan kepada kebijakan alokasi belanja rutin pada upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah untuk masyarakat, sedangkan pengeluaran pembangunan diarahkan pada program proyek prasarana sosial dan program pemulihan kegiatan perekonomian daerah.

APBD 2007 masih seperti APBD tahun sebelumnya dimana penerimaan daerah masih mengandalkan sumber penerimaan pajak, yaitu 62,58 persen dari seluruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Jember. Realisasi Anggaran Belanja Daerah tahun 2007 sebesar 938 milyar rupiah melebihi pendapatan daerah yang besarnya hanya 156 milyar. Kekurangan anggaran (deficit) pembiayaannya diusahakan dari Dana Alokasi Umum sebesar 770 milyar dan dana alokasi khusus sebesar 6 milyar.

Berdasarkan Tabel di bawah ini diketahui bahwa realisasi pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Jember tahun 2007 secara umum melebihi target yang ditentukan dan mampu menembus hingga 133,82 persen. Dari realisasi PAD yang

didapat, 118,78 persen berasal dari “pendapatan asli daerah sendiri”. Tabel 4.21

Rencana dan Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Jember Tahun 2007

No Uraian Pendapatan Rencana Realisasi Persentase

1 Bagian Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran 0.00 139.046.803,00 0,00 Tahun Lalu

2 Bagian Pendapatan 75.182.779.340,98 89.304.961.627,98 118,78 Asli Daerah

BAB IV

|

36

Dokumen terkait