• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV| - DOCRPIJM 6e84aed7cb BAB IVBAB 4 Profil Kabupaten Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV| - DOCRPIJM 6e84aed7cb BAB IVBAB 4 Profil Kabupaten Jember"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

|

1

BAB IV

PROFIL

KABUPATEN JEMBER

4.1.

PROFIL GEOGRAFI

4.1.1.

Posisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Jember terletak pada posisi 6027’29” s/d

7014’35” Bujur Timur dan 7059’6” s/d 8033’56” Lintang Selatan berbentuk dataran

ngarai yang subur pada bagian Tengah dan Selatan, dikelilingi pegunungan yang

memanjang sepanjang batas Utara dan Timur serta Samudra Indonesia sepanjang

batas Selatan dengan Pulau Nusabarong yang merupakan satu-satunya pulau

yang ada di wilayah Kabupaten Jember. Letaknya yang strategis karena berada

dipersimpangan antara Surabaya dan Bali, sehingga perkembangannya cukup

pesat dan menjadi barometer pertumbuhan ekonomi di kawasan Timur Jawa

Timur. Kabupaten Jember terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Timur.

Lokasinya sangat strategis, karena dilalui jalan arteri primer Surabaya –

Banyuwangi.

4.1.2.

Kondisi Topografis

Karakter topografi sebagian Kabupaten Jember di wilayah bagian selatan

merupakan dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman

pangan, sedangkan di bagian utara merupakan daerah perbukitan dan

bergunung-gunung yang relatif baik bagi pengembangan tanaman keras dan

tanaman perkebunan. Wilayah Kabupaten Jember berada pada ketinggiaan antara

0 – 3.300 m dpl. Daerah yang memiliki kawasan terluas adalah daerah dengan

ketinggian antara 100 – 500 m dpl, yaitu 1.240,77 km2 (37,68%) dan yang tersempit

(2)

BAB IV

|

2

Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi ketinggian tempat di wilayah Kabupaten

Jember dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Ketinggian Tempat

No Kecamatan

Ketinggian Tempat (m) Jumlah

0-25 25-100 100-500 500-1000

1000-Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2008

Dengan demikian dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Jember

memiliki ketinggian yang bervariasi namun demikian dapat dikatakan bahwa

sebagian besar wilayah Kabupaten Jember berada pada area dataran rendah.

Tanah di wilayah Kabupaten Jember dengan kemiringan 0 – 2o meliputi

36,60% dari luas wilayah dengan luas terbesar di Kecamatan Wuluhan (92,23

km2). Kemiringan 2 – 15o meliputi 20,61% dari luas wilayah yang mayoritas di

(3)

BAB IV

|

3

wilayah yang mayoritas terdapat di Kecamatan Silo (76,81 km2). Kemiringan tanah

diatas 40% meliputi 32% dari luas wilayah dan dengan area terluas di wilayah

Kecamatan Tempurejo (365,48 km2).

Tabel 4.2 Kemiringan Lahan

No Kecamatan Kemiringan (o)

0-2° 2°-15° 15°-40° > 40°

Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2008

Kondisi kemiringan lahan yang bervariasi ini perlu dipertimbangkan

dalam perencanaan tata ruang yang akan ditetapkan, baik dipandang dari segi

potensi, kendala lingkungan, maupun dari segi dampak lingkungan yang

berkaitan dengan perubahannya. Disamping itu topografi juga berpengaruh besar

dalam menentukan jenis dan arah penempatan aktivitas yang akan dikembangkan

(4)

BAB IV

|

4

Morfologi wilayah Kabupaten Jember didominasi oleh kawasan

perbukitan. Daerah dengan kemiringan antara 8 – 15o dimanfaatkan sebagai

kawasan permukiman. Daerah dengan kemiringan diatas 30o merupakan daerah

perbukitan yang terletak di sebagian utara dan timur cocok untuk kawasan

lindung. Daerah sebelah selatan-barat merupakan daerah landai dan dekat

dengan laut yang berpotensi untuk pengembangan kegiatan perikanan, pertanian,

dan perkebunan.

4.1.3.

Kondisi Geologis

Batuan-batuan pembentuk daerah Kabupaten Jember terdiri dari 5

formasi batuan yaitu:

 Meocine limestone, banyak dijumpai di daerah selatan.

 Alluvium, banyak dijumpai di bagian tengah dan tenggara.

 Granit, banyak terdapat di lereng bukit sebelah timur.

 Meocine sedimentasi facies, di bagian timur.

Young quartenary product, terdapat di lereng gunung sebelah timur laut dan

selatan.

4.1.4.

Jenis Tanah

Kabupaten Jember mempunyai jenis tanah yang sangat bervariasi. Ada 16

jenis tanah di Kabupaten Jember yang terdistribusi secara menyebar yaitu:

1. Asosiasi andosol coklat kekuningan dan regosol coklat kekuningan.

- Komplek mediteran merah dan litosol. - Alluvial coklat kekelabuan.

- Alluvial hidromort.

(5)

BAB IV

|

5

2. Asosiasi gley humus rendah dan alluvial kelabu.

- Regosol kelabu.

- Komplek regosol kelabu dan litosol. - Regosol coklat kekelabuan.

- Regosol coklat, bahan indusk endapan pasir.

- Regosol coklat.

- Komplek regosol dan litosol.

- Komplek latosol kemerahan dan litosol. - Latosol coklat kemerahan.

3. Asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu.

- Komplek latosol coklat kekuningan dan litosol.

Adapun untuk persebaran lokasi masing-masing jenis tanah di wilayah

Kabupaten Jember secara global dapat dilihat pada tabel berikut:

(6)

BAB IV

|

6

No Kecamatan Luas Tanah (km2)

Allu vial Gley Rego sol Ando sol Mediteran Latosol

23. Pakusari - - 22,13 - - 5,21 24. Kalisat - - 50,25 - - - 25. Ledokombo - - 138,02 - - - 26. Sumberjambe - - 129,88 - - - 27. Sukowono - - 41,37 - - - 28. Jelbuk - - 4,80 14,15 - 42,17 29. Kaliwates - - - 23,43 30. Sumbersari - - 0,70 - - 34,10

31. Patrang - - - 34,76

Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2008

4.1.5.

Pola Penggunaan Tanah

Pola penggunaan lahan yang akan dibahas disini meliputi kondisi lahan

pertanian, perkebunan, kawasan hutan produksi, industri, dan permukiman.

Kondisi lahan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Jember sangat subur. Oleh

karena itu, mayoritas penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Jember

didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan. Kondisi ini sangat sesuai

mengingat mata pencaharian utama penduduk Kabupaten Jember adalah sebagai

petani yaitu lebih dari 500.000 jiwa. Adapun persebaran lahan pertanian dan

perkebunan ini hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Jember. Sebagian

besar lahan ini terdapat di wilayah kota berordo II, IV, dan V. Meski begitu, pada

wilayah transisi, yaitu perbatasan antara kota berordo II dan III juga mayoritas

masih berupa lahan pertanian dan perkebunan.

Kawasan hutan produksi yang ada di Kabupaten Jember adalah berupa

hutan jati dan hutan kayu lainnya. Persebaran kawasan hutan produksi ini berada

di kawasan perbatasan Kabupaten Jember dengan kabupaten-kabupaten lainnya.

Misalnya, pada sebelah utara Kabupaten Jember yang berbatasan dengan

Kabupaten Bondowoso dan sebelah timur yang berbatasan dengan Kabupaten

Banyuwangi. Selain itu, kawasan hutan produksi juga banyak ditemui di bagian

selatan Kabupaten Jember yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.

Untuk kawasan industri, di Kabupaten Jember mayoritas berupa industri

(7)

BAB IV

|

7

Persebaran lokasi industri ini berada di wilayah bagian barat dan timur

Kabupaten Jember, yaitu di Kecamatan Bangsalsari, Rambipuji, Balung,

Jenggawah, Arjasa, Pakusari, Kalisat, dan Sukowono.

Untuk kawasan permukiman, persebarannya merata di Kabupaten Jember

dengan kepadatan rendah – sedang. Sedangkan untuk kawasan permukiman di

wilayah kota berordo II yaitu Kecamatan Kaliwates, Kecamatan Patrang, dan

Kecamatan Sumbersari memiliki kepadatan sedang – tinggi. Gambaran mengenai

eksisting penggunaan lahan di Kabupaten Jember dapat dilihat pada peta.

4.1.6.

Kondisi Hidrologis

Kabupaten Jember mempunyai banyak sungai/kali yang bermanfaat

untuk pertanian. Beberapa sungai yang cukup besar adalah:

1. Kali Bedadung, merupakan sungai yang membelah Kabupaten Jember di

tengah-tengah. Hulu sungai berasal dari pegunungan Hyang yang banyak

terdapat mata air.

2. Kali Mayang, merupakan sungai yang bermata air dan hulu sungai berasal

dari Pegunugan Raung yang berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi.

3. Kali Sanen, merupakan sungai yang bermata air dan hulu sungai berasal dari

Pegunugan Raung. Kali Sanen bertemu dengan Kali Mayang di Desa

Sumberrejo dan bermuara di Samudera Indonesia.

4. Kali Jatiroto, merupakan perbatasan dengan Kabupaten Lumajang yang

bermata air dan hulu sungai dari Pegunungan Hyang, bermuara di

Samudera Indonesia.

4.1.7.

Kondisi Klimatologis

Kabupaten Jember terletak antara ketinggian 0 – 3.300 m dpl dan beriklim

sedang. Curah hujan di Kabupaten Jember dapat dikelompokkan menjadi 5

(8)
(9)

BAB IV

|

9

 0 – 1.500 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Puger, Wuluhan dan Kecamatan

Gumukmas.

 1.500 – 1.750 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Kencong dan Ambulu.

 1.750 – 2.000 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Sumbersari, Patrang, Arjasa,

Mayang, Silo, Mumbulsari, Rambipuji, Jenggawah, Umbulsari, dan

Kecamatan Balung.

 2.000 – 2.500 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Kaliwates, Pakusai, Kalisat,

Sumberjambe, Ledokombo, Tempurejo, Sukorambi, dan Kecamatan

Bangsalsari.

 >2.500 mm/tahun, terdapat di Kecamatan Tanggul, Panti, dan Kecamatan

Sumberbaru.

Bulan kering jatuh pada bulan Juli, Agustus, dan September, sedangkan bulan

basah jatuh pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November, dan

Desember. Bulan Mei dan Juni merupakan bulan sedang.

4.1.8.

Pembagian Wilayah Administrasi

Sebagai Daerah Otonom, Kabupaten Jember memiliki batas-batas

teritorial, luas wilayah, kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial politik dan

sosial budaya serta sumber daya manusia. Kondisi obyektif yang demikian dapat

mengungkapkan berbagai karakteristik sumberdaya alam, komoditas yang

dihasilkan, mata pencaharian penduduk, keadaan serta ekonomi dan sosial

budayanya yang mencerminkan kekuatan sebagai suatu kompetensi daerah,

sekaligus beragam permasalahan yang dihadapinya.

Kabupaten Jember memiliki luas wilayah 3.293,34 km2 atau 329.333,94 Ha

dengan batas wilayah administarsi Kabupaten Jember adalah :

 Utara : Kabupaten Bondowoso dan sedikit Kabupaten Probolinggo

 Timur : Kabupaten Banyuwangi

(10)

BAB IV

|

10

 Barat : Kabupaten Lumajang

Secara administratif wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31

kecamatan terdiri atas 28 kecamatan dengan 225 desa dan 3 kecamatan dengan 22

kelurahan. Kecamatan terluas adalah Tempurejo dengan luas 524,46 Km2 atau

15,9% dari total luas wilayah Kabupaten Jember. Kecamatan yang terkecil adalah

Kaliwates, seluas 24,94 Km2 atau 0,76%.

4.2 PROFIL DEMOGRAFI

4.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Jember pada tahun 2007 tentu

saja berdampak pada peningkatan kepadatan penduduknya. Dibandingkan

dengan tahun 2006, kepadatan penduduk Kabupaten Jember bertambah menjadi

654,01 jiwa/km2 dari kepadatan tahun sebelumnya sebesar 651,79 jiwa/km2.

Beberapa kecamatan kota, diantaranya kecamatan Kaliwates, Sumbersari dan

Patrang mempunyai kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Jember. Hal

ini dimungkinkan untuk terjadi karena pusat pemerintahan dan pusat ekonomi

terpusat pada tiga kecamatan ini. Kepadatan penduduk terendah terdapat di

Kecamatan Tempurejo, yaitu sebesar 133,67 jiwa/km2, dimana daerah kecamatan

ini relatif luas dibandingkan dengan kecamatan yang lain, sedangkan jumlah

penduduknya relatif lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

jumlah penduduk yang terjadi tidak serta merta disertai dengan pemerataan

(11)
(12)

BAB IV

|

12

Tabel 4.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jember Tahun 2007

No Desa Jumlah

Penduduk

Luas Wilayah

(Km²)

Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha)

1 Kencong 64.739 65,92 982,09

2 Gumuk Mas 76.589 82,98 923,03

3 Puger 104.568 148,99 701,84

4 Wuluhan 106.784 137,18 778,40

5 Ambulu 99.292 104,56 949,63

6 Tempurejo 70.104 524,46 133,67

7 Silo 99.769 309,98 312,18

8 Mayang 44.252 63,78 693,84

9 Mumbulsari 57.190 95,13 601,20

10 Jenggawah 69.684 51,02 1.365,91

11 Ajung 65.870 56,61 1.163,50

12 Rambipuji 71.629 52,80 1.356,50

13 Balung 71.742 47,12 1.522,58

14 Umbulsari 67.309 70,52 954,52

15 Semboro 43.792 45,43 963,96

16 Jombang 49.078 54,30 903,87

17 Sumberbaru 96.231 166,37 578,40

18 Tanggul 75.984 199,99 379,93

19 Bangsalsari 107.207 175,28 611,62

20 Panti 57.652 160,71 358,73

21 Sukorambi 36.402 60,63 600,42

(13)

BAB IV

|

13

Sumber: Kabupaten Jember dalam angka tahun 2008

4.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk

Kota dalam perkembangannya dari waktu ke waktu mengalami

pertumbuhan jumlah penduduk. Hasil registrasi penduduk yang diolah BPS

Kabupaten Jember menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Jember

berjumlah 2.153.883 jiwa pada tahun 2007. Dibandingkan dengan angka tahun

sebelumnya, dimana penduduk Kabupaten Jember berjumlah 2.146.571 jiwa,

angka ini mengalami kenaikan sebesar 0,34%. Empat kecamatan dengan jumlah

penduduk diatas seratus ribu jiwa masing-masing adalah Kecamatan Bangsalsari,

Kecamatan Wuluhan, Kecamatan Puger dan Kecamatan Sumbersari. Kenaikan

jumlah penduduk Kabupaten Jember ini dipengaruhi oleh pergerakan penduduk

itu sendiri, masing-masing karena faktor kelahiran, kematian, perpindahan dan

kedatangan penduduk yang pada tahun 2007 ini semakin menunjukkan kenaikan

aktifitasnya. Tahun 2007, jumlah penduduk yang meninggal mengalami

peningkatan, namun demikian jumlah kalahiran juga mengalami peningkatan,

begitu juga kegiatan kepindahan dan kedatangan juga mengalami peningkatan.

23 Pakusari 37.712 29,11 1.295,64

24 Kalisat 67.170 53,48 1.255,94

25 Ledokrombo 56.662 146,92 385,67

26 Sumberjambe 56.307 138,24 407,31

27 Sukowono 54.657 44,04 1.241,15

28 Jelbuk 29.589 65,06 454,80

29 Kaliwates 94.248 24,94 3.779,50

30 Sumbersari 102.794 37,05 2.774,64

31 Patrang 87.049 36,99 2.353,06

(14)

BAB IV

|

14

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Jember 16 tahun terakhir yaitu tahun

1992 – 2007 mengalami pertambahan penduduk yang cukup signifikan. Pada tiap

tahunnya tidak selalu mengalami pertambahan penduduk namun ada yang

mengalami penurunan penduduk.

Tabel 4.5 Tingkat Perkembangan Penduduk Kabupaten Jember

Tahun 1992-2007

No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1. 1992 2.087.363 634 2. 1993 2.099.899 638 3. 1994 2.112.436 641 4. 1995 2.124.973 645 5. 1996 2.137.510 649 6. 1997 2.150.047 653 7. 1998 2.162.583 657 8. 1999 2.175.120 660 9. 2000 2.187.657 664 10. 2001 2.120.074 644 11. 2002 2.123.968 645 12. 2003 2.131.289 647 13. 2004 2.136.999 649 14. 2005 2.141.467 650 15. 2006 2.146.571 652

16. 2007 2.153.883 654

Sumber : Jember dalam Angka, Tahun 1992-2008

Variabel-variabel yang berpengaruh langsung terhadap laju pertumbuhan

penduduk, antara lain: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi

penduduk, perlu adanya pengkajian secara terus-menerus, agar dapat dijadikan

(15)
(16)

BAB IV

|

16

4.2.3 Struktur Penduduk

4.2.3.1 Jenis Kelamin

Dilihat menurut komposisinya, jumlah penduduk perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki, hal ini ditunjukkan oleh angka

rasio jenis kelamin Kabupaten Jember sebesar 94,75.

(17)

BAB IV

|

17

Jumlah 1.047.923 1.105.960 2.153.883 94,75

Sumber: Jember dalam Angka, Tahun 2008

4.2.3.2 Kelompok Umur

Berdasarkan kelompok umur, penduduk jember di usia produktif masih

mendominasi dan lebih besar dari usia lainnya. Untuk lebih jelasnya lihat tabel

dibawah ini.

Tabel 4.7

Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Kecamatan 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39

1 Kencong 5.312 5.365 5.789 6.385 5.097 5.704 5.561 5.706

2 Gumuk Mas 6.052 6.579 6.803 7.107 5.730 7.169 6.693 6.574

3 Puger 9.494 9.536 9.250 9.608 8.859 10.034 9.231 9.119

4 Wuluhan 9.698 9.783 9.933 10.286 8.762 10.220 9.414 8.975

5 Ambulu 8.545 8.564 9.065 9.950 8.701 9.399 8.674 8.366

6 Tempurejo 5.522 5.802 6.109 7.038 5.559 6.042 5.546 5.421

7 Silo 7.898 8.662 8.214 7.797 7.761 9.814 8.954 8.954

8 Mayang 3.736 3.735 3.543 3.577 3.458 3.969 3.879 3.924

9 Mumbulsari 5.369 5.636 4.882 4.541 3.746 5.062 4.720 5.486

(18)

BAB IV

|

18

11 Ajung 6.160 6.524 6.235 6.037 5.274 5.930 5.790 5.655

12 Rambipuji 6.874 6.328 6.209 6.747 5.848 6.758 6.191 6.389

13 Balung 6.023 6.321 6.479 7.600 6.202 6.830 6.227 6.324

14 Umbulsari 5,682 5,872 5,954 6,464 5,257 6,085 5,671 5,567

15 Semboro 3.582 3.577 3.728 4.084 3.152 3.534 3.439 3.534

16 Jombang 3.810 4.233 4.216 4.512 4.013 4.695 4.257 4.253

17 Sumberbaru 8.617 9.607 8.986 8.474 7.728 9.043 8.047 8.503

18 Tanggul 7,365 7,053 7,058 7,394 6,438 7,259 6,714 6,556

19 Bangsalsari 8.757 10.198 9.506 10.535 8.122 10.284 8.967 9.125

20 Panti 5.004 5.080 4.782 4.818 4.017 5.129 4.697 4.898

21 Sukorambi 2.974 3.197 2.998 2.792 2.909 2.913 2.863 2.819

22 Arjasa 3.495 3.270 3.126 3.201 3.180 4.043 3.589 3.809

23 Pakusari 3,428 3,221 2,958 2,989 3,098 3,565 3,261 3,430

24 Kalisat 5.895 5.686 6.104 6.392 5.015 5.952 5.532 5.981

25 Ledokombo 4.969 5.082 4.845 5.035 4.566 5.347 4.809 5.167

26 Sumberjambe 4.534 4.861 4.922 4.169 4.109 5.089 4.899 5.144

27 Sukowono 4,293 4,389 4,965 5,950 4,404 4,832 4,271 4,479

28 Jelbuk 2.443 2.588 2.548 2.873 2.195 2.817 2.392 2.625

29 Kaliwates 7.933 7.399 8.043 10.534 8.647 9.161 8.447 7.754

30 Sumbersari 8.898 9.032 8.924 10.978 13.734 10.383 9.919 8.765

31 Patrang 6.812 6.767 6.912 8.302 8.137 7.888 7.148 6.883

Jumlah 185.739 191.064 190.091 203.522 179.649 201.715 186.120 186.021

Lanjutan tabel kelompok umur

No Kecamatan 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Jumlah

1 Kencong 4.686 4.686 3.150 2.354 2.315 3.497 64.726

2 Gumuk Mas 5.465 4.383 3.910 2.779 2.907 4.267 76.418

3 Puger 7.728 5.987 5.343 3.577 3.891 5.175 106.832

4 Wuluhan 7.613 5.974 5.617 3.823 4.047 6.511 110.656

5 Ambulu 6.968 5.611 4.838 3.433 3.571 5.587 101.272

6 Tempurejo 5.070 3.704 3.436 2.074 2.480 4.016 67.819

7 Silo 7.453 5.349 4.672 2.697 3.258 3.864 94.558

8 Mayang 3.452 2.841 2.406 1.616 1.645 2.401 44.182

9 Mumbulsari 4,374 3,400 2,792 1,899 1,932 2,688 56,527

(19)

BAB IV

|

19

11 Ajung 4.842 4.036 3.411 2.449 2.416 3.476 68.235

12 Rambipuji 5.522 4.344 3.821 2.532 2.849 4.202 74.614

13 Balung 5.125 4.584 3.788 2.852 2.617 3.489 74.461

14 Umbulsari 4,528 3,866 3,583 2,618 2,702 4,491 68,340

15 Semboro 2.961 2.550 2.174 1.568 1.492 2.579 41.954

16 Jombang 3.709 2.833 2.563 1.696 1.983 2.992 49.765

17 Sumberbaru 6.740 5.773 4.198 3.172 3.035 4.517 96.440

18 Tanggul 5,479 4,588 3,846 2,858 2,703 4,102 79,413

19 Bangsalsari 7.607 6.427 4.942 3.712 3.419 5.136 106.737

20 Panti 4.005 3.467 2.658 2.338 2.014 2.582 55.489

21 Sukorambi 2.684 2.250 1.831 1.487 1.426 1.811 34.954

22 Arjasa 2.836 2.489 1.861 1.431 1.417 2.385 40.132

23 Pakusari 2,988 2,540 2,101 1,522 1,564 2,373 39,038

24 Kalisat 4.843 4.166 3.381 2.560 2.523 3.995 68.025

25 Ledokombo 4.375 3.615 2.834 2.248 2.103 3.501 58.496

26 Sumberjambe 4.006 3.517 2.762 2.092 2.123 2.987 55.214

27 Sukowono 4,063 3,558 2,803 2,180 2,136 3,406 55,729

28 Jelbuk 2.268 1.856 1.530 937 1.093 1.498 29.663

29 Kaliwates 6.750 5.488 4.458 3.198 2.912 4.453 95.177

30 Sumbersari 7.470 5.851 4.616 3.471 3.252 5.492 110.785

31 Patrang 6.061 5.337 4.168 3.285 2.833 4.550 85.083

Jumlah 157.252 128.816 107.378 77.186 77.399 115.705 2.187.657

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten

4.2.3.3 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan atas pendidikan yang sedang ditempuh, maka penduduk

yang sedang menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan

golongan terbesar yaitu sebanyak 681.603 jiwa. Untuk lebih lengkapnya dapat

(20)

BAB IV

|

20

Tabel 1.8 Sumber Daya Manusia berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Kabupaten Jember

No Desa SD SMP SMA PT

1 Kencong 19.835 7.626 4.870 868

2 Gumuk Mas 25.551 6.798 3.810 627

3 Puger 39.474 9.794 5.834 728

4 Wuluhan 36.837 12.128 7.313 942

5 Ambulu 33.774 13.439 8.683 113

6 Tempurejo 24.427 5.933 2.565 307

7 Silo 34.574 5.614 2.973 416

8 Mayang 12.480 1.919 1.420 264

9 Mumbulsari 18.960 2.778 1.662 215

10 Jenggawah 27.115 6.929 3.527 505

11 Ajung 22.703 4.852 2.824 371

12 Rambipuji 23.405 7.510 5.652 846

13 Balung 25.360 8.279 5.891 800

14 Umbulsari 22.569 8.393 4.729 693

15 Semboro 11.504 4.963 3.838 578

16 Jombang 18.586 6.047 3.901 543

17 Sumberbaru 31.030 4.543 2.557 310

18 Tanggul 23.659 7.078 5.996 857

19 Bangsalsari 30.928 6.050 3.658 478

(21)

BAB IV

|

21

21 Sukorambi 10.105 1.899 1.539 290

22 Arjasa 10.563 3.241 2.098 437

23 Pakusari 12.056 2.263 1.589 233

24 Kalisat 24.768 5.949 3.841 562

25 Ledokrombo 17.442 2.192 1.266 205

26 Sumberjambe 12.247 1.229 719 122

27 Sukowono 19.611 2.703 1.915 314

28 Jelbuk 7.708 987 481 71

29 Kaliwates 21.117 14.830 21.518 6092

30 Sumbersari 24.712 11.847 25.598 6472

31 Patrang 20.924 10.544 15.277 3379

Jumlah 681.603 193.084 159.827 29.916

Sumber: Hasil olahan data profil Desa/Kelurahan Kecamatan Sreseh tahun 2007

4.2.3.4 Agama

Menurut catatan Departemen Agama Kabupaten Jember, tercatat bahwa

sekitar 98,59 persen penduduk yang bertempat tinggal di Kabupaten Jember

memeluk agama Islam, sisanya adalah penduduk beragama Katolik, Protestan,

Hindu, Budha dan lainya. Mayoritas penduduk di wilayah Kabupaten Jember

diominasi oleh pemeluk agama islam yang tersebar merata di setiap wilayah

kecamatan dengan jumlah total pemeluk agama sebesar 2.187.657 jiwa. Untuk

pemeluk agama terbesar kedua pada wilayah kabupaten ini adalah pemeluk

agama protestan dengan jumlah penduduk 15.107 jiwa. Persebaran pemeluk

agama Katholik dan Protestan pada wilayah Kabupaten Jember paling banyak

berada pada wilayah Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari sebagai pusat

kecamatan kota untuk wilayah kabupaten. Pemeluk agama hindhu terbesar

(22)

BAB IV

|

22

pemeluk agama budha terbesar berada pada wilayah pusat kabupaten yaitu

Kecamatan Kaliwates sebanyak 714 jiwa. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada

tabel 3.6.

Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Menurut Agama Kabupaten Jember Tahun 2007

(23)

BAB IV

|

23

o

K ecamatan

Agama

slam atholik rotestan indhu udha ainnya

29 Kaliwates 88.581 2.937 2.197 159 714 589 30 Sumbersari 105.074 2.106 3.040 285 169 111 31 Patrang 83.052 931 842 146 91 21

Jumlah 2.157.00 8

10.836 15.107 2.175 1.550 981

Sumber: Jember dalam Angka, Tahun 2008

1.2.3.5 Jenis Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk yang utama di Kabupaten Jembar adalah

sebagai petani (dalam sektor pertanian) yaitu sebesar 524.263 jiwa, jumlah petani

terbesar terdapat di Kecamatan Kaliwates yaitu sebesar 6.136 ha. Sedangkan Mata

pencaharian selain bidang pertanian didominasi oleh Jasa sebesar 142.139 jiwa.

Tabel 4.10 Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten Jember

No Desa Pertanian Industri Perdagangan Jasa Angkutan

1 Kencong 17362 917 5.615 5.472 765

2 Gumuk Mas 27344 13348 3.497 2.692 372

3 Puger 27493 2.114 7.114 4.559 1.455

4 Wuluhan 31563 2.691 5.716 5.855 511

5 Ambulu 31085 1.989 8.187 5.432 761

6 Tempurejo 25046 341 2.669 1.991 272

7 Silo 38256 710 3.527 3.311 621

8 Mayang 14665 1.520 4.126 1.397 565

(24)

BAB IV

|

24

Sumber: Jember dalam Angka, Tahun 2008

10 Jenggawah 23939 986 5.218 4.882 417

11 Ajung 18601 1.928 4.233 8.165 995

12 Rambipuji 15593 1.681 5.864 7.319 1.006

13 Balung 14294 1.843 7.210 5.120 1.474

14 Umbulsari 21243 1.093 3.404 2.986 335

15 Semboro 9141 1.630 2.569 3.403 502

16 Jombang 16616 802 3.224 2.401 326

17 Sumberbaru 35202 898 3.471 2.668 929

18 Tanggul 19929 686 5.486 6.268 1.864

19 Bangsalsari 30431 1.183 4.945 3.396 1.371

20 Panti 14849 557 2.480 3.797 523

21 Sukorambi 8655 508 1.790 3.599 331

22 Arjasa 12459 637 1.630 2.428 583

23 Pakusari 10937 735 2.415 4.292 479

24 Kalisat 17604 2.853 4.818 3.864 1.015

25 Ledokrombo 21816 212 2.029 2.955 320

26 Sumberjambe 22991 286 1.911 1.497 143

27 Sukowono 18090 2.086 3.460 2.584 569

28 Jelbuk 9622 397 1.039 948 195

29 Kaliwates 6136 1.168 9.338 10.037 2.564

30 Sumbersari 10051 1.174 6.717 13.609 2.230

31 Patrang 8554 732 7.309 13.226 1.955

(25)

BAB IV

|

25

4.2.4 Proyeksi Penduduk

Dari hasil perhitungan proyeksi penduduk yang telah dilakukan,

motode yang memiliki nilai MAPE (Mean Percentage of Error) terkecil

merupakan model yang memiliki tingkat kesalahan terkecil. Berdasarkan hasil

yang ada, metode quadratic merupakan metode yang memiliki nilai MAPE

terkecil. Selanjutnya untuk menghitung analisa kebutuhan di Kabupaten Jember,

metode yang digunakan adalah metode quadratic dengan nilai MAPE 0,044222.

Tabel 4.11 Perhitungan Proyeksi Kependudukan Kabupaten Jember Dengan Metode Quadratic Trend Model

Tahun Jumlah

Penduduk Tahun

Proyeksi Quadratic

2005 1.475 2009 2.377

2006 1.720 2011 2.572

2007 1.949 2011 2.756

2008 2.170 2012 2.927

2013 3.087

MAPE (Mean Percentage Of Error) = 0,044222

4.2.5 Tingkat Kemiskinan

4.2.5.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk Miskin

Hasil pemetaan penduduk miskin yang dilakukan oleh Biro Pusat

Statistik tahun 2001 menggambarkan bahwa kondisi penyebaran penduduk

miskin berhubungan erat dengan lokasi tempat tinggal dan pengetahuan tentang

keterampilan bertani-berkebun. Pemetaan tersebut terbagi dalam 4 (empat)

wilayah: (1) bagian utara ke timur merupakan daerah perbukitan kaki lereng

pegunungan dengan variasi dataran untuk persawahan, (2) bagian tengah

merupakan kecamatan kota tempat pusat bisnis atau administrasi, (3) bagian barat

ke utara merupakan daerah dataran perkebunan tebu hingga lereng kaki

pegunungan untuk perkebunan kakao dan kopi serta karet, (4) bagian barat ke

selatan merupakan dataran untuk pertanian sampai pesisir yang didiami

(26)

BAB IV

|

26

Tabel 4.12 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jember bagian Utara

ke Timur

Sumber : BPS Kabupaten Jember, 2001

Tabel 4.13 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jember bagian Tengah

(27)

BAB IV

|

27

Tabel 4.14 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jember bagian Barat

ke Utara

Sumber : BPS Kabupaten Jember, 2001

(28)

BAB IV

|

28

Sumber : BPS Kabupaten Jember, 2001

Tabel 4.16 Perbandingan Penduduk Miskin Kabupaten Jember dengan Jumlah Penduduk

No. Kecamatan

Jumlah

Penduduk

Jumlah

Penduduk

Miskin

Persentase

Penduduk

Miskin

1 Utara ke Timur 541.564 157.792 29,12

2 Kota 291.045 43.328 14,89

3 Barat ke Utara 702.578 187.320 26,66

4 Barat ke Selatan 652.470 105.597 16,84 Total Penduduk 2.187.657 493.974 22,58

Sumber : BPS Kabupaten Jember, 2001

4.2.6 Ketenagakerjaan

4.2.6.1 Angkatan Kerja

Berdasarkan angkatan kerja, jumlah penduduk jember yang memiliki

pekerjaan disetiap kecamatan memiliki prosentase yang lebih besar sehingga

dapat disimpulkan bahwa angka pengangguran di Kabupaten Jember lebih kecil

dari pada yang bekerja. Jumlah angkatan kerja yang paling tinggi berada di

Kecamatan Silo yaitu 50.500 jiwa, sedangkan angkatan kerja yang paling kecil

berada di Kecamatan Jelbuk yaitu 12.942 jiwa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel

dibawah ini.

7 Ambulu 101.272 13.078 12,91

8 Balung 74.461 5.626 7,56

Jumlah 652.470 105.597 16,84

(29)

BAB IV

|

29

Tabel 4.17

Penduduk Umur 15 tahun Ke Atas Menurut Kategori Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Per Kecamatan

Angka pencari kerja terbanyak berada di Kecamatan Bangsalsari sebesar

2.971 jiwa, sedangkan angka pencari kerja paling kecil berada di Kecamatan

(30)

BAB IV

|

30

Tabel 4.18

Penduduk Umur 15 tahun Ke Atas Menurut Kategori Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Per Kecamatan

Sumber : BPS Kabupaten Jember Thn 2007

4.2.6.3 Kebutuhan Hidup Minimum

Kebutuhan hidup minimum di Kabupaten Jember terdiri dari beberapa

point yaitu makanan, aneka kebutuhan, perumahan dan sandang. Bila dilihat

kebutuhan minimum perbulan, yaitu bulan januari ke desember mengalami

peningkatan yaitu dari Rp 582.845 menjadi Rp 625.915, untuk lebih jelasnya lihat

(31)

BAB IV

|

31

Tabel 4.19

Kebutuhan Hidup Minimum Menurut Bulan

Bulan Kebutuhan Hidup Minimum Jumlah

Makanan Aneka Kebutuhan Perumahan Sandang

Januari 248.700 170.145 131.500 32.500 582.845

Februari 251.850 170.427 131.575 33.150 587.002

Maret 256.200 171.349 131.575 35.500 594.624

April 269.603 172.217 133.945 37.500 613.265

Mei 274.400 172.776 135.500 40.000 622.676

Juni 279.644 172.840 135.500 40.000 627.984

Juli 248.700 170.145 131.500 32.500 582.845

Agustus 251.850 170.427 131.575 33.150 587.002

September 256.200 171.349 131.575 35.500 594.624

Oktober 269.603 172.217 133.945 37.500 613.265

Nopember 274.400 172.776 135.500 40.000 622.676

Desember 277.575 172.840 135.500 40.000 625.915

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jember Tahun 2008

4.2.6.4 Transmigran

Banyaknya pemberangkatan transmigrasi menurut jenis program

transmigrasi yaitu terdiri dari transmigrasi umum, transmigrasi swakarsa dan

pemulangan pengungsi. Bila dilihat dari data 2005 dan 2006, banyaknya

pemberangkatan transmigrasi mengalami peningkatan yaitu untuk Jumlah KK

dari 26 pada tahun 2005 dan 100 pada tahun 2006. Sedangkan kecamatan yang

memiliki jenis program transmigrasi adalah Kecamatan Puger, Kecamatan

Tempurejo, Kecamatan Jenggawah, Kecamatan Sumberbaru, Kecamatan

Bansalsari dan Kecamatan Panti. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini.

Tabel 4.20

(32)

BAB IV

|

32

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jember

4.3 PROFIL EKONOMI

4.3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi

Mulai tahun 2001 hingga tahun 2005, pertumbuhan ekonomi secara

umum di Kabupaten Jember menunjukkan “ascending economic growth trend”

atau trend pertumbuhan ekonomi yang terus menaik. Pertumbuhan ekonomi 2005

ternyata lebih tinggi dibanding tahun 2004. Pada tahun 2005 perekonomian di

Jember tumbuh sebesar 5,02 persen.

Pertumbuhan ekonomi terjadi di semua sektor ekonomi dimana

pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor “listrik, gas dan air bersih” sebesar

6,72 persen, diikuti oleh sektor kontruksi/bangunan sebesar 6,62 persen, dan

sektor “perdagangan,hotel dan restoran” sebesar 5,85 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan terendah terjadi pada sektor “pengangkutan dan komunikasi” yaitu

(33)

BAB IV

|

33

Sebagai komponen sektor primer, sektor penggalian juga berperan sebagai

sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri

manufaktur (misalnya industri bahan galian non logam) dan sektor bangunan.

Naiknya permintaan dari kedua sektor tersebut mengangkat pertumbuhan sektor

penggalian. Pada tahun 2005 sektor penggalian mampu tumbuh hingga 4,63

persen.

Memang struktur ekonomi di Kabupaten Jember bercorak agraris. Namun

dalam praktiknya pembangunan sektor pertanian tidak dapat berjalan sendiri

tanpa dukungan sektor ekonomi lainnya, khususnya sektor industri. Sektor

industri akan mengoptimalkam dan memaksimalkan output sektor pertanian,

yang selanjutnya dapat memberi nilai tambah yang tinggi dan kompetitif baik di

pasar nasional maupun internasioanl. Apalagi akhir akhir ini sejak diterapkan era

perdagangan bebas, banyak produk buatan cina menyerbu masuk ke pasar,

dengan kualitas yang lebih bagus, variatif dan harga lebih murah. Sektor industri

pengolahan memang mengalami pertumbuhan positif di tahun 2005 yaitu sebesar

3,30 persen. Namun kalau dilihat lebih seksama selama tiga tahun terakhir

pertumbuhan sektor ini secara pelan makin melambat. Pada tahun 2003 sektor

industri pengolahan tumbuh sebesar 3,62 persen, kemudian tahun 2004 hanya

tumbuh sebesar 3,52 persen.

Sektor bangunan merupakan tulang punggung atau ruh dari ruang

lingkup cakupan sektor infrastruktur. Sehingga tekad pemerintah untuk

membangun sektor infrastruktur (energi, jalan tol, telekomunikasi, bandara,

pelabuhan, sarana air bersih, sanitasi, dan lain-lain), mengakibatkan sektor

bangunan tumbuh sebesar 6,62 persen di tahun 2005. Pertumbuhan sektor

infrastruktur diyakini bakal ikut mendorong tumbuhnya banyak kegiatan usaha

lainnya.

(34)

BAB IV

|

34

hotel dan restoran” pada tahun 2005 tumbuh sebesar 5,85 persen. Dengan

beberapa komoditas andalan ekspor seperti : tembakau, edamame, karet dan kopi.

Sektor “pengangkutan dan komunikasi” adalah sektor yang mengalami

pertumbuhan terendah diantara sektor sektor lainnya di tahun 2005. Tepatnya

sektor “pengangkutan dan komunikasi” hanya tumbuh sebesar 3,19 persen. Berkurangnya intensitas “arus keluar masuk barang sembako dan komoditas

strategis” yang terpantau di jembatan timbang selama setahun terakhir, ikut memberi andil terhadap rendahnya pertumbuhan sektor “pengangkutan dan komunikasi”. Untunglah sub sektor komunikasi (tumbuh sebesar 7,78 persen) mampu menjaga agar sektor “pengangkutan dan komunikasi” tetap tumbuh

positif.

Pertumbuhan sektor “keuangan, persewaan dan jasa perusahaan” selama

empat tahun terakhir selalu diatas lima persen. Untuk tahun 2005 sektor

“keuangan, persewaan dan jasa perusahaan” tumbuh sebesar 5,21 persen. Hal ini didukung oleh semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan yaitu

menyalurkan dana dari deposan kepada dunia usaha atau sektor riil, dan

semakin berkembangnya peran “lembaga keuangan bukan bank”.

Sektor “jasa-jasa” pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,23

persen atau tertinggi sejak lima tahun terakhir. Hal ini dimungkinkan oleh

naiknya anggaran belanja pemerintah dan perkembangan yang terjadi pada jasa

swasta baik jasa sosial, hiburan maupun jasa perorangan.

Dalam menghitung pendapatan perkapita, dua macam penghitungan dapat

dilakukan yaitu berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Penghitungan

menurut harga berlaku penting untuk memberi gambaran mengenai kemampuan

rata-rata dari penduduk suatu daerah itu membeli barang (kemampuan daya beli

masyarakat). Data ini juga penting sebagai bahan perbandingan dalam

menunjukkan perbedaan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah

lainnya. Data pendapatan perkapita menurut harga konstan perlu dihitung untuk

(35)

BAB IV

|

35

masyarakat dipandang mengalami pertambahan kemakmuran apabila

pendapatan perkapita riil terus meningkat.

4.3.2 APBD

Sejak tahun 2005, penyusunan Rencana APBD (RAPBD) menggunakan

format baru. Format dan struktur baru dalam APBD mengikuti format anggaran

terpadu (Unified Budget) yang meniadakan pengelompokkan antara anggaran

rutin dan pembangunan. Format baru tersebut mengarahkan kepada kebijakan

alokasi belanja rutin pada upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah

untuk masyarakat, sedangkan pengeluaran pembangunan diarahkan pada

program proyek prasarana sosial dan program pemulihan kegiatan perekonomian

daerah.

APBD 2007 masih seperti APBD tahun sebelumnya dimana penerimaan

daerah masih mengandalkan sumber penerimaan pajak, yaitu 62,58 persen dari

seluruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Jember. Realisasi Anggaran

Belanja Daerah tahun 2007 sebesar 938 milyar rupiah melebihi pendapatan daerah

yang besarnya hanya 156 milyar. Kekurangan anggaran (deficit) pembiayaannya

diusahakan dari Dana Alokasi Umum sebesar 770 milyar dan dana alokasi khusus

sebesar 6 milyar.

Berdasarkan Tabel di bawah ini diketahui bahwa realisasi pendapatan asli

daerah (PAD) di Kabupaten Jember tahun 2007 secara umum melebihi target yang

ditentukan dan mampu menembus hingga 133,82 persen. Dari realisasi PAD yang

didapat, 118,78 persen berasal dari “pendapatan asli daerah sendiri”. Tabel 4.21

Rencana dan Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Jember Tahun 2007

No Uraian Pendapatan Rencana Realisasi Persentase

1 Bagian Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran 0.00 139.046.803,00 0,00 Tahun Lalu

2 Bagian Pendapatan 75.182.779.340,98 89.304.961.627,98 118,78 Asli Daerah

(36)

BAB IV

|

36

No Uraian Pendapatan Rencana Realisasi Persentase

2.2 Retribusi Daerah 38.935.584.591,00 34.630.782.249,00 88,94 2.3 Bagi Hasil

Perusahaan Milik Daerah Dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisah

Kan 9.640.619.749,98 8.579.869.749,98 89,00 2.4 Lain – Lain Pendapatan 8.816.575.000,00 24.561.062.656,41 278,58 Asli Daerah Yang Sah

3 Bagian Dana Perimbangan 958.455.900.000,00 982.794.847.439,00 102,54 3.1 Bagi Hasil Pajak 28.500.000.000,00 53.213.565.300,00 186,71 3.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 2.344.900.000,00 2.232.482.139,00 95,21 3.3 Dana Alokasi Umum 861.126.000.000,00 861.126.000.000,00 100,00 3.4 Dana Alokasi Khusus 66.485.000.000,00 66.222.800.000,00 99,61 4 Bagian Lain –Lain Pendapatan 39.626.981.011,00 42.209.849.258,00 106,52

Yang Sah

4.1 Pendapatan Hibah 60.368.000,00 63.403.608,00 105,03 4.2 Dana Bagi Hasil Pajak 39.566.613.011,00 42.146.445.650,00 106,52 Dari Propinsi

Jumlah A + B 1.073.265.660.351,98 1.114.448.705.127,39 103,84

Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2008

Arus yang masuk ke “pendapatan asli daerah sendiri” ternyata

disumbang oleh pajak daerah sebesar 28,65 persen, retribusi daerah sebesar 37,80

persen, laba usaha daerah sebesar 6,11 persen dan sokongan dari pendapatan

lainnya sebesar 27,45 persen.

Begitu pula untuk Pajak Bumi dan Banguanan (PBB). Persentase

pemasukan PBB baik sektor perkotaan maupun pedesaan pada tahun 2007

keadaannya tidak jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya. Pemasukan PBB

untuk sektor perkotaan hanya sebesar 61,09 persen di tahun 2007 sementara tahun

sebelumnya sebesar 59,61 persen. Begitupun pemasukan PBB untuk sektor

pedesaan, pada tahun 2007 hanya mencapai 79,74 persen sementara tahun

sebelumnya sebesar 67,07 persen. Untuk lebih jelasnya dapat diamati pad Tabel

(37)

BAB IV

|

37

Tabel 4.22 Rekapitulasi Target Pokok dan Realisasi Penerimaan PBB Semua Sektor di Kabupaten Jember Tahun 2007

No Sektor Target pokok Realisasi penerimaan Persentase

1 Pedesaan 10.294.000.000 8.208.093.774 79,74 2 Perkotaan 9.599.000.000 5.864.423.749 61,09 3 Perkebunan 8.610.000.000 6.322.853.489 73,44 4 Perhutanan 1.587.000.000 1.599.527.244 100,79 5 Pertambangan migas 27.492.000.000 33.950.079.311 123,49 6 Pertambangan non migas 17.000.000 8.231.174 48,42

Tahun 2007 57.599.000.000 55.953.208.761 97,14 Tahun 2006 42.933.724.462 47.619.559.699 110,91

Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2008

4.3.3 PDRB

Pada tahun 2005 Pendapatan Domestik Regional Bruto atas dasar harga

berlaku (PDRB adhb) Kabupaten Jember sebesar 12,512 trilyun rupiah. Hal ini

berarti terjadi peningkatan sebesar 17,59 persen, karena pada tahun sebelumnya

nilai PDRB atas dasar harga berlaku adalah sebesar 10,640 trilyun rupiah. Dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun sebesar 2.264.286 jiwa sebagai faktor

pembagi nilai PDRB diatas, maka dapat diketahui besarnya PDRB per kapita

menurut harga berlaku tahun 2005 sebesar 5.525.970 rupiah. Apabila kita lihat

Pendapatan Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 (faktor

kenaikan harga telah dihilangkan) maka terjadi peningkatan sebesar 5,02 persen,

yaitu dari 7,803 trilyun rupiah di tahun 2004 meningkat menjadi 8,195 trilyun

rupiah pada tahun 2005. Kemudian besarnya PDRB perkapita menurut harga

konstan adalah 3.619.510 rupiah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jember meliputi 9

sektor yaitu pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan;

listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran;

pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta

jasa-jasa yang meliputi jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Berikut ini

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Jember atas harga berlaku (tahun

2003-2006) dan atas harga konstan 2000 (Tahun 2003-2006). Terdapat satu sektor

(38)

BAB IV

|

38

sektor pertanian yang terdiri dari lapangan usaha tanaman bahan makanan,

tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan.

Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Jember berasal dari pajak

daerah, retribusi daerah, perusahaan daerah dan pendapatan lain-lain.

Sedangkan untuk realisasi pendapatan daerah Kabupaten Jember selain berasal

dari Pendapatan Asli Daerah juga berasal dari bagian sisa lebih perhitungan

anggaran tahun lalu, bagian pendapatan yang berasal dari pemberian

pemerintah/instansi yang lebih tinggi, pinjaman Pemerintah Daerah serta bagian

urusan kas dan perhitungan.

4.4 PROFIL SOSIAL BUDAYA

Kabupaten jember merupakan daerah yang tidak memiliki akar budaya

daerah asli karena penduduk Kabupaten Jember adalah pendatang yang

mayoritas berasal dari suku jawa dan madura. bahasa sehari-hari yang digunakan

adalah bahasa jawa dan madura. masyarakat madura lebih banyak menetap di

bagian utara daerah Jember, sedangkan masyarakat jawa lebih banyak menetap di

bagian selatan daerah Jember. Kebudayaan yang berkembang di Kabupaten

Jember merupakan perpaduan budaya jawa dan madura.

Agama yang dianut mayoritas islam, yang ditandai dengan

berkembangnya pusat-pusat keagamaan khususnya pesantren. kehidupan

beragama pada sebagian masyarakat baru mencapai tataran simbol-simbol

keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat substansial. dengan demikian,

keterlibatan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat khususnya pesantren

menjadi sangat penting dalam upaya mengatasi permasalahan dalam masyarakat.

4.4.1 Fasilitas Pendidikan

Dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah

pusat, maka Pemerintah Kabupaten Jember merespon program ini dengan terus

(39)

BAB IV

|

39

mutu pendidikan. Secara umum jumlah sekolah dan jumlah guru dari tahun ke

tahun terus menunjukkan peningkatan jumlahnya baik pada level pendidikan

dasar sampai dengan pendidikan atas (SMU). Peningkatan jumlah sekolah

dimaksudkan agar masyarakat dapat mengakses sarana pendidikan dengan

mudah dan murah.

Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Jember terbagi menjadi

sekolah TK, Sekolah Dasar (SD), SLTP, SMU, dan perguruan tinggi yang tersebar

di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Jember. Persebaran fasilitas

pendidikan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.15 . Adapun jumlah fasilitas

pendidikan tersebut dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Pada tahun 2007 ini jumlah sekolah Taman Kanak-kanak di Kabupaten

Jember mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan atau naik sebesar

1,14 persen. Peningkatan jumlah sekolah ini juga diikuti peningkatan jumlah

pengajar pada Taman Kanak-kanak tersebut, baik yang berasal dari guru negeri

maupun guru swasta serta peningkatan jumlah peserta didik.

Selain ketersediaan sekolah-sekolah dari tingkat pra sekolah sampai

dengan sekolah menengah atas, Kabupaten Jember memiliki 12

Universitas/Akademi, baik negeri maupun swasta. Salah satu universitas negeri

yang sudah cukup dikenal yaitu Universitas Jember (Unej). Pada tahun 2007 ini

kampus yang terkenal dengan kampus tegal boto ini menampung sebanyak

17.992 orang mahasiswa untuk 27 fakultas, 68 program studi dan berhasil

meluluskan sekitar 3.243 mahasiswanya dari 27 fakultas, termasuk program pasca

sarjana.

4.4.2 Fasilitas Kesehatan

Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah agar setiap lapisan

masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan

(40)

BAB IV

|

40

taraf kesehatan masyarakat diharapkan mampu memberikan mutu kehidupan

yang lebih baik dan lebih produktif. Persebaran fasilitas kesehatan di Kabupaten

Jember dapat dilihat pada gambar 3.16.

Peluang paling besar masyarakat untuk mendapatkan kemudahan

pelayanan kesehatan adalah melalui rumah sakit, puskesmas atau puskesmas

pembantu, mengingat jumlahnya yang cukup banyak dan ada di setiap

kelurahan/desa.

Dibidang kesehatan, ketersediaan sarana kesehatan umumnya tetap.

Namun demikian, jumlah pengunjung Puskesmas mengalami peningkatan yang

cukup signifikan, dari 1.009.428 pengunjung pada tahun 2006 menjadi 1.116.910

pengunjung pada tahun 2007 atau terjadi peningkatan sebesar 1,17 persen.

Tabel 4.23

Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2007

(41)

BAB IV

|

41

Sumber: Jember dalam Angka, Tahun 2008

4.4.3 Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan yang tersedia di Kabupaten Jember mulai dari

Masjid, Gereja sampai dengan Vihara dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Keberadaan dari fasilitas-fasilitas peribadatan tersebut menyebar di berbagai

wilayah dalam Kabupaten Jember. Masjid dan Musholla merupakan fasilitas

peribadatan yang paling banyak dijumpai di wilayah perencanaan mengingat

bahwa penduduk Kabupaten Jember mayoritas memeluk agama Islam. Jumlah

fasilitas peribadatan yang terdapat di Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel

(42)

BAB IV

|

42

Tabel 4.24

Jumlah Sarana Peribadatan Kabupaten Jember Tahun 2007

No Kecamatan

Katholik Pure Vihara

(43)

BAB IV

|

43

No Kecamatan

Sarana Peribadatan

Masjid Langgar/ Musholla

Gereja Kristen

Gereja

Katholik Pure Vihara

Jumlah 2006 1.974 9.539 69 15 10 2

Sumber: Jember dalam Angka, Tahun 2008

4.4.4 Karakteristik Budaya

Kabupaten Jember merupakan daerah yang tidak memiliki akar budaya

daerah asli karena penduduk Kabupaten Jember adalah pendatang yang

mayoritas berasal dari suku Jawa dan Madura. Bahasa sehari-hari yang digunakan

adalah Bahasa Jawa dan Madura. Masyarakat Madura lebih banyak menetap di

bagian utara daerah Jember, sedangkan masyarakat Jawa lebih banyak menetap di

bagian selatan daerah Jember. Kebudayaan yang berkembang di Kabupaten

Jember merupakan perpaduan budaya Jawa dan Madura.

Agama yang dianut mayoritas Islam, yang ditandai dengan

berkembangnya pusat-pusat keagamaan khususnya pesantren. Kehidupan

beragama pada sebagian masyarakat baru mencapai tataran simbol-simbol

keagamaan dan belum sepenuhnya bersifat substansial. Dengan demikian,

keterlibatan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat khususnya pesantren

menjadi sangat penting dalam upaya mengatasi permasalahan dalam masyarakat.

4.5 Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya

4.5.1 Pengembangan Permukiman

Permukiman di Kabupaten Jember tersebar di berbagi lokasi. Keberadaan

permukiman ini sangat penting dalam kaitannya dengan kesejahteraan penduduk

dan motivasi penduduk untuk mendapatkan berbagi fasilitas pelayanan yang

berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.

Penduduk dengan kegiatan jasa dan perdagangan, maupun kegiatan lain

yang terkonsentrasi pada suatu pusat kegiatan akan berorientasi pada

(44)

BAB IV

|

44

kegiatan utamanya adalah pertanian tanaman pangan akan cenderung memilki

permukiman yang tidak jauh dari lokasi lahan pertaniannya

Dengan kenyataan tersebut di atas keberadaan permukiman dan lokasi

dari kegiatan yang dilakukan penduduk sehari-hari menjadi sangat berkaitan.

Demikian pula halnya dengan keadaan permukiman yang ada di Kabupaten

Jember, karakteristik permukiman yang ada di wilayah ini memilki dua buah

karakteristik tersendiri, yaitu karakteristi permukiman perkotaan dan pedesaan.

Lingkungan permukiman perkotaan mempunyai karakteristik sebagai

berikut:

1. Pemanfaatan lahan untuk permukiman cendering intensif dengan luas lahan

yang kecil

2. Tingkat kepadatan bangunan dan penduduk tinggi

3. Pemenuhan fasilitas dan utilitas permukiman yang ada sudah lebih baik dan

hampir mencukupi

4. Kecenderungan perkembangan permukiman adalah intensifikasi lahan

5. Kawasan-kawasan permukiman padat cenderung memilki lingkungan yag

kurang terpelihara dan dapat mengarang pada kawasan permukiman

kumuh

Lingkungan permukiman pedesaaan mempunyai karakteristik sebagai

berikut:

1. Luas kavling jauh lebih besar dari pada di kota

2. Cenderung mendekati dengan lahan pertanian yang dimilikinya

3. Sifat dari sistem permukimannya adalah tersebar

4. Fasilitas pelayanan dan utilitas lingkungan relatif kurang

5. Kecenderungan perkembangan ekstensifikasi lahan

(45)

BAB IV

|

45

7. Lokasi lebih berorientasi kepada lahan kegiatan maupun jaringan jalan

untuk menjangkau fasilitas pelayanan, sehingga umumnya pola pesebaran

rumahnya cenderung linier sepanjang jaringan jalan.

Dari dua karakteristik kawasan permukiman yang ada di Kabupaten

Jember terdapat beberapa masalah di antaranya:

1. Pergeseran fungsi permukiman menjadi fungsi komersial pada lokasi

strategis di perkotaan seringkali mengganggu tata bangunan serta tata

lingkungan sekitar

2. Keberadaan fasilitas dan utilitas permukiman yang tidak seimbang antara

wilayah perkotaan dan pedesaan

3. Pergeseran lahan pertanian/subur untuk kawasan permukiman di

lokasi-lokasi pinggiran kota (hinterland) tidak seimbang dengan perkembangan

perluasan lahan pertanian, yang pada akhirnya akan dapat mengganggu

program swasembada pangan.

4. Perkembangan kawasan permukiman yang cepat tanpa perencanaan

kawasan yang komperhensif cenderung menciptakan kawasan permukiman

yang kumuh.

Pusat permukiman di Jember baik permukiman perdesaan maupun

permukiman perkotaan memiliki potensi sebagai kawasan permukiman yang

berkembang memiliki skala pelayanan dan hirarki tertentu. Permukiman

perdesaan memiliki pusat pelayanan mulai dari Pusat Desa, Desa Pusat

pertumbuhan, dan perkotaan terdapat perkotaan sebagai pusat kegiatan wilayah

(PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL).

Pusat permukiman di Jember memiliki membentuk hirarki akan tetapi

memiliki kesenjangan perkembangan yang cukup tinggi. Umumnya kawasan

perkotaan jauh meninggalkan kawasan perdesaan.

Populasi penduduk di wilayah kota tahun 2004 sebanyak 434.431 jiwa

dengan kebutuhan rumah sebanyak 109.350 unit, terjadi backlog (kekurangan

(46)

BAB IV

|

46

rumah mencapai 112.279 unit dengan backlog sebanyak 4.101 unit (RSH 1,025 unit

dan RS 3.076 unit).

4.5.2 Penyehatan Lingkungan Permukiman

4.5.2.1 Sub Sektor Air Limbah

Sampai saat ini pembuangan air kotor di Kabupaten Jember lebih banyak

menggunakan sistem setempat atau individual daripada sistem terpusat atau

sistem publik. Sistem terpusat hanya dilaksanakan di beberapa perumahan baru

saja. Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air kotor tidak

memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup besar.

Dengan demikian sampai dengan tahun 2016, penanganan air limbah lebih

ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada, dan mengembangkan

sistem individual dan komunal yang sudah diarahkan pada sistem publik.

Rencana pengembangan prasarana air limbah meliputi :

1. Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi

wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat

2. Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah

dilayani sistem tersebut

3. Pengelolaan penanganan air limbah dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel,

restoran dan rumah tangga

4. Pengamanan pencemaran sumberdaya air dengan memberi peringatan dan sanksi hukum pada kegiatan-kegiatan (terutama kegiatan industri) yang

membuang air limbah sehingga mengakibatkan pencemaran sumberdaya air.

4.5.2.2 Sub Sektor Persampahan

Pola pembuangan sampah yang ada di Kabupaten Jember dilaksanakan

dengan sistem individual dan komunal yang sudah dilayani oleh sistem

pengelolaan sampah umum, mulai dari pengumpulan, hingga pembuangan akhir,

yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup. Penanganan

(47)

BAB IV

|

47

cara konvensional, dimana sampah ditangani dengan cara dibakar atau ditimbun

yang mana hal tersebut masih banyak dilakukan oleh warga yang belum terlayani

oleh petugas kebersihan yang terdapat di Kabupaten Jember. Namun untuk

masa-masa mendatang cara-cara yang masih konvensional tersebut perlu diubah, hal ini

mengingat jumlah produksi sampah yang semakin lama semakin meningkat

volumenya seiring dengan tingkat perkembangan kabupaten. Untuk itu perlu

adanya suatu organisasi serta partisipasi masyarakat atau badan-badan

pemerintah yang menangani masalah sampah.

Berdasarkan hasil survey di Kabupatern Jember terdapat 1 (satu) buah

TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yaitu TPA Pakusari dengan kapasitas 600 m3 /

hari atau setara dengan 600.000 Liter / hari. Jenis sampah yang ditampung berupa

sampah organik yang berasal dari sisa kegiatan rumah tangga dan perdagangan.

Proses perngolahan sampah terdiri dari sistem pewadahan, pengumpulan,

pemindahan, pengangkutan, dan pengolahan. Untuk sistem penwadahan sendiri

berupa pewadahan individual maupun komunal. Begitu juga dengan sistem

pengumpulannya. Selanjutnya sampah – sampah yang berasal dari rumah tangga

diangkut dengan gerobak sampah oleh pasukan kuning dengan kapasitas masing

– masaing gerobak 1 m3 dan dibawa menuju TPS. Jenis TPS di Kabupaten Jember

ada 2, yaitu sistem transfer depo dan kontainer dengan kapasitas masing – masing

TPS 15 m3 / hari.

4.5.2.3 Sub Sektor Drainase

Saluran drainase di Kabupaten Jember terdiri dari saluran primer, saluran

sekunder, dan saluran tersier atau saluran-saluran pada pemukiman. Untuk

saluran sekunder yang terdapat di Kabupaten Jember dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu saluran terbuka dan tertutup. Untuk saluran sekunder, baik yang

terbuka maupun tertutup serta saluran tersier atau saluran-saluran yang ada pada

pemukiman penduduk, banyak yang kondisinya kurang layak dalam arti lebar,

(48)

BAB IV

|

48

Kabupaten Jember telah berusaha mengatasi hal tersebut dengan cara

memperbesar saluran drainase yang sudah ada.

Tabel 4.25

Jaringan Drainase Kabupaten Jember Tahun 2007

No Jenis Bangunan Volume Satuan

1 Bendung Bendungan Gerak 3 Buah Bendungan Tetap 245 Buah Pengambilan Bebas 151 Buah Pengambilan dengan pompa 9 Buah 2 Saluran Saluran Primer 80.789 Meter Saluran Sekunder 498.911 Meter Saluran Tersier 59.530 Meter Saluran Suplessi 13.653 Meter Saluran Gendong 4.165 Meter Saluran Pembuang 739.544 Meter 3 Bangunan Bangunan Bagi 419 Buah Bangunan Bagi Sadap 261 Buah Bangunan Sadap 369 Buah 4 Bangunan Pelengkap Bangunan Gorong-gorong 318 Buah Bangunan Talang 48 Buah Bangunan Terjun 163 Buah Bangunan Pelimpah Samping 72 Buah Bangunan Lain-lain Buah 5 Lain-lain Jembatan 471 Buah

Syphon 8 Buah

Kantong Lumpur 4 Buah Pintu Penguras / Pembilas 2.038 Buah

Fre Intake Buah

Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2008

4.5.3 Pengembangan Air Minum

Kebutuhan akan air bersih penduduk di Kabupaten Jember terutama

diperoleh dari sumur, baik sumur gali maupun sumur pompa, jaringan pipa air

dari PDAM. Dari kebutuhan air bersih di Kabupaten Jember masih banyak yang

memanfaatkan air sumur daripada air PDAM. Hal ini disebabkan karena belum

(49)

BAB IV

|

49

Tabel 4.26

Jumlah Pelanggan PDAM Kabupaten Jember Tahun 2007

No Jenis Pelanggan Pelanggan

1 Rumah Tangga 20.408 2 Niaga Dan Industri 2.586 3 Sosial 398 4 Hidran Umum / Kran Umum 34 5 Instansi Pemerintah 207

Jumlah 23.633

Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 4.27

Jumlah Produksi Air Bersih PDAM Kabupaten Jember Tahun 2007

No Bulan Produksi (M3)

Sumber: Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2008

4.5.4 Agropolitan

Pengembangan kawasan agropolitan Ambalat meliputi :

1. Strategi diversifikasi produk hasil alam menjadi produk turunan yang siap

konsumsi dan produk pasca panen yang memiliki nilai ekonomis lebih

tinggi untuk meningkatkan bargaining position.

2. Peningkatan teknologi budidaya pertanian dan perkebunan untuk

mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

Strategi pengembangan kawasan strategis Jalan Lintas Selatan dapat dilakukan

melalui pengembangan potensi-potensi alam di wilayah selatan yang dulunya

kurang berkembang. Dengan adanya Jalur Lintas Selatan (JLS), peluang

masuknya investasi dari luar untuk mengembangkan potensi kawasan selatan

menjadi semakin terbuka. Selain itu kawasan selatan juga dapat menjadi

(50)

BAB IV

|

50

pertambangan dan pariwisata di kawasan selatan untuk mendukung penyerasian

Gambar

Tabel 4.1 Ketinggian Tempat
Tabel 4.3 Jenis Tanah
Tabel 4.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jember Tahun 2007
Tabel 4.5 Tingkat Perkembangan Penduduk Kabupaten Jember
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2006 jumlah penduduk di Kabupaten Dompu adalah 206.414 jiwa, kemudian tumbuh menjadi 221.184 jiwa pada tahun 2011.Dibandingkan dengan kabupaten lainnya,

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung

Laju pertumbuhan penduduk Kota Tarakan lima tahun terakhir adalah 6,15% dilihat dari pertambahan penduduk yang terjadi antara tahun 2008 dan tahun 2012 yakni sebesar 49.911

Gambaran umum mengenai keadaan kependudukan di Kota Medan dapat dilihat dari jumlah dan laju pertumbuhan penduduknya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir maupun distribusi dan

Profil demografi Kabupaten Kutai Timur yang akan dijabarkan meliputi jumlah penduduk menurut kecamatan, komposisi per wilayah (kepadatan), struktur penduduk

Sementara jika dilihat dari kepadatan penduduk per km2, Kecamatan Lamasi merupakan daerah terpadat yaitu 487,42 penduduk per kilo meter persegi (km2) dengan luas

Untuk lebih jelasnya gambaran mengenai kondisi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sragen, dapat dilihat pada tabel berikut..

Jumlah Penduduk Kabupaten Brebes pada akhir tahun 2013 adalah.. 1.764.648 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak