BAB 4
PROFIL KOTA TARAKAN
4.1.
Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah
Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari bahasa tidung “Tarak” (bertemu) dan “Ngakan” (makan) yang secara harfiah dapat diartikan “Tempat para nelayan untuk istirahat makan, bertemu serta melakukan barter hasil tangkapan dengan nelayan lain. Berdasarkan historis Kota, maka wajar jika sampai tahun 2014 di Kota Tarakan masih terdapat beberapa kawasan permukiman tepi pantai sebagai akibat terbentuknya struktur sosial ekonomi masyarakat tepi air. Kota Tarakan memiliki beberapa kelompok permukiman yang memiliki aktivitas penduduk spesifik atau mempunyai ciri tersendiri antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Permukiman tersebut membentuk suatu struktur aktivitas ekonomi sebagai berikut (Sumber: RDTRK Kecamatan Tarakan Barat 2005-2015, Bappeda Kota Tarakan):
Aktivitas Nelayan dan orientasi ke air, sebagian besar berada di daerah pesisir pada Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kelurahan Karang Rejo dan Kelurahan Selumit Pantai serta Kelurahan Lingkas Ujung.
Aktivitas agraris, menyebar mengelompok di Kelurahan Karang Harapan, Karang Anyar Pantai bagian utara dan Karang Anyar bagian utara.
Aktivitas Buruh Pabrik, cenderung mengelompok di kawasan industri
seperti di Kelurahan Karang Harapan dan Kelurahan Karang Rejo.
Aktivitas Perdagangan dan Jasa, Cenderung berada di pusat kota yang mempunyai tipologi permukiman mengikuti jalan utama, yaitu Jalan Yos Sudarso, Jl. Jend Sudirman, Jl. Mulawarman dan Jl. Gajah Mada. Kota Tarakan terletak pada 117°34' Bujur Barat dan 117°38' Bujur Timur dan berada pada 3°19' Lintang Utara dan 3°20' Lintang Selatan. Kecamatan di Kota Tarakan antara lain Kecamatan Tarakan Timur, Kecamatan Tarakan Tengah, Kecamatan Tarakan Barat dan Kecamatan Tarakan Utara. Selain itu, berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, status desa yang ada di Kota Tarakan seluruhnya berubah menjadi kelurahan. Undang-undang tersebut juga mengubah penyebutan “Kotamadya Tarakan” menjadi “Kota Tarakan”.
kecamatan Tanjung Palas (Kabupaten Bulungan) di sebelah selatan. Di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pulau Bunyu (Kabupaten Bulungan) dan Laut Sulawesi, serta di sebelah barat berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Sesayap (Kabupaten Bulungan). Letak Pulau Tarakan di bagian utara Propinsi Kalimantan Timur ini merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah utara Kalimantan Timur. Kota Tarakan memiliki luas sebesar 657,33 km² yang terdiri dari daratan seluas 250,8 km² (38,2%) dan lautan seluas 406,53 km² (61,8%). Kecamatan Tarakan Utara merupakan
kecamatan terluas di Kota Tarakan dengan luas wilayah daratan 109,36 km2atau
sekitar 43,6% dari luas Kota Tarakan. Adapun Kecamatan Tarakan Barat memiliki luas yang paling kecil dengan luas 27,89 km2(11,12%).
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Tarakan Menurut Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (m
2 )
Total
Daratan Lautan
1 Tarakan Timur 58,01 299,69 357,70 2 Tarakan Tengah 55,54 28,46 84,00 3 Tarakan Barat 27,89 18,46 46,35 4 Tarakan Utara 109,36 59,92 169,28
Jumlah 250,80 406,53 657,33
Sumber: Kantor Pertanahan Kota Tarakan
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
4.2.
Gambaran Demografi
Jumlah penduduk Kota Tarakan tahun 2012 menurut hasil Proyeksi Penduduk 2012 BPS Kota Tarakan adalah 212.100 jiwa. Apabila dilihat dari perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan dengan rasio 110%.
Penyebaran penduduk antar kecamatan dapat dikatakan masih belum merata. Dari hasil Proyeksi Penduduk 2012 terlihat bahwa penduduk yang tinggal di Kecamatan Tarakan Barat mencapai 35,04%. Lain halnya dengan Kecamatan Tarakan Utara yang hanya dihuni 11,40% dari jumlah penduduk Kota Tarakan. Dilihat dari pengolahan Proyeksi Penduduk 2012 untuk kepadatan penduduk, Kecamatan Tarakan Barat mempunyai kepadatan paling tinggi yaitu 2.665 jiwa per km2. Disusul Kecamatan Tarakan Tengah dengan kepadatan penduduk sebesar 1.197 jiwa per km2 dan Kecamatan Tarakan Timur dengan kepadatan 813 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Tarakan Utara mempunyai kepadatan paling rendah yaitu 221 jiwa per km2.
4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Struktur penduduk Kota Tarakan menujukkan trend jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki Kota Tarakan adalah 83.261 jiwa, dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 111.100 jiwa. Sebaliknya, jumlah penduduk perempuan pada tahun 2008 adalah 76.772 jiwa, dan meningkat menjadi 101.100 jiwa pada tahun 2012. Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Tarakan juga menunjukkan trend peningkatan yang tinggi.
Tabel 4. 2 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Pertumbuhan Tahun 2010
Tahun Penduduk/Population
Laki-laki Perempuan Jumlah
2008 85.416 76.773 162.189 2009 102.094 90.336 192.430 2010 101.518 91.852 193.370 2011 106 900 97 100 204 000 2012 111 100 101 000 212 100
Gambar 4.4 Perkembangan Rasio Jenis Kelamin
108.45
113.02
110.52
110.09 110
100 105 110 115 120 125 130
2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk
162189
192430 193370
204000
212100
0 50000 100000 150000 200000 250000
2008 2009 2010 2011 2012
4.2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk Kota Tarakan mengalami trend
Tabel 4. 3 Pertumbuhan Penduduk Kota Tarakan
Tahun Jumlah Pertumbuhan
2008 162.189 -8,36
2009 192.430 18,65
2010 193.370 0,49
2011 204 000 5,50
2012 212 100 3,97
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tarakan
4.2.4 Persebaran Penduduk
Penyebaran penduduk antar kecamatan dapat dikatakan masih belum merata. Penduduk yang tinggal di Kecamatan Tarakan Barat mencapai 35,04%, sedangkan Kecamatan Tarakan Utara hanya dihuni 11,40% dari jumlah penduduk Kota Tarakan. Dilihat dari kepadatan penduduk, Kecamatan Tarakan Barat mempunyai kepadatan paling tinggi yaitu 2.429 jiwa per Km2. Disusul Kecamatan Tarakan Tengah dengan kepadatan penduduk sebesar 1.091 jiwa per Km2 dan Kecamatan Tarakan Timur dengan kepadatan 741 jiwa per Km2. Sedangkan Kecamatan Tarakan Utara mempunyai kepadatan paling rendah yaitu 202 jiwa per Km2.
Gambar 4.6 Perkembangan Jumlah Penduduk
Tarakan Timur 22.2% Tarakan Tengah
31.3%
Tarakan Utara 11.4% Tarakan Barat
35.0%
4.3.
Gambaran Topografi
luas 111 Ha (0,44%). Selain itu terdapat pula kelas ketinggian 0-7 m seluas 2.937 Ha (11,71%) yang berada pada daerah pengaruh rawa pasang surut, dan kelas ketinggian >7-25 m seluas 8.980 Ha (35,65%) di daerah dataran pantai. Kedua kelas ketinggian ini tersebar mulai dari garis pantai hingga ke bagian tengah pulau.
Tabel 4. 4 Luas dan Penyebaran Masing-masing Ketinggian Wilayah Daratan
No Kelas Ketinggian (M)
Luas Wilayah (m2)
Jumlah (Ha) Tarakan
Timur
Tarakan Tengah
Tarakan Barat
Tarakan Utara
1 0 – 7 722 26 791 1.398 2.937 (11,71%)
2 7,1 – 25 2.734 924 1.753 3.529 8.940 (35,65%)
3 25,1 - 100 2.245 4.577 245 5.925 13.092 (52,20%) 4 100,1 - 110 0 27 0 84 111
(0,44%)
Jumlah 5.801 5.554 2.789 10.936 25.080
(100%)
Sumber: Kantor Pertanahan Kota Tarakan
Gambar 2. 7
Gambar 2. 8
4.4.
Gambaran Geohidrologi
Banyaknya kawasan perbukitan di Kota Tarakan dengan intensitas curah hujan cukup tinggi menyebabkan seringnya dijumpai aliran sungai dan anaknya yang bermuara di pantai Timur dan Barat. Aliran sungai tersebut yang melewati daerah perkotaan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan utama (primer) bagi aliran limpasan dan limbah domestik penduduk.
Kota Tarakan memiliki 24 Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk melihat luasan dan pajang sungai dapat dilihat pada tabel berikut. Dalam perencanaan Dinas PU Pengairan digunakan sungai sebagai saluran pembuangan utama (primer), dapat diidentifikasikan bahwa daerah layanan dari sistem drainase ini dibagi berdasarkan aliran sungai. Lihat tabel berikut.
Tabel 4. 5 Luasan Dan Debit Daerah Aliran Sungai di Kota Tarakan
No Nama Sungai Luas DAS
(Ha)
Debit (M3/Detik)
1 Maya 15.066 1.316
2 Mangantal 10.422 910
3 Selayung 8.336 731
4 Siaboi 20.492 1.789
5 Simaya 17.245 1.506
6 Hanjulung 6.634 579
7 Binalung 22.591 1.973
8 Kuli 4.268 373
9 Slipi 3.821 334
10 Amal Baru 3.468 303
11 Batu Mapan 3.138 274
12 Mentogog Kecil 1.441 126
13 Tanjungbatu 2.025 177
14 Mentogog 4.944 432
15 Karungan 7.054 616
16 Nangitan 2.336 204
17 Pamusian dan Buaya 23.820 2.080
18 Kampung Bugis 5.641 493
19 Sesanip 6.676 583
20 Persemaian 14.779 1.290
21 Bengawan 12.363 1.080
22 Belalung 9.737 850
23 Bunyu 7.575 662
24 Semunti Besar dan Semunti Kecil 8.976 784
Gambar 2. 9
4.5.
Gambaran Geologi
Kota Tarakan secara geologis memiliki orientasi fisiografi yang berhubungan dengan proses struktur yang terjadi serta jenis batuan yang menyusun kawasan Kota Tarakan. Sebagian besar Kota Tarakan terdiri dari unsur geologi berupa satuan (TPQS), yaitu batu pasir kuarsa, batu lempung, batu lanau, lignit dan konglomerat. Komposisi struktur geologi tersebut tersebar di Kota Tarakan seluas 16.058 Ha (64,03% dari luas daratan Kota Tarakan). Sedangkan sisanya berupa satuan (Qa), yaitu lumpur, lanau, pasir, kerikil, dan kerakal seluas 9.022 Ha (35,97% dari luas daratan Kota Tarakan).
Pulau Tarakan secara geologis terdiri dari 2 (dua) satuan besar, yaitu satuan wilayah perbukitan antiklin dan satuan wilayah daratan (terdiri atas dataran pantai, dataran banjir dan dataran sungai). Masing-masing satuan mempunyai karakteristik geolgoi yang berbeda, seperti bentang alam, jenis batuan, hidrogeologi, serta karakteristik dinamika bumi yang sering berkonotasi bencana alam. Kondisi perbukitan di Pulau Tarakan merupakan sebuah antiklin
yang sumbunya memanjang arah Barat Laut – Tenggara dimana terdiri dari batu
lempung dan lapisan tipis batubara berumur terserier yang berselang-seling satu dan lainnya. Di bagian dalam antiklin ditemukan cadangan minyak dan gas bumi. Sebagian batuan lempung bersifat kedap air dan mengembang. Bantuan tersebut menjadi mudah longsor pada kemiringan lereng yang agak besar dan mudah terkikis. Batu pasir terdiri dari mineral kuarsa sebagian bersifat lunak dan mudah terkikis, dan sebagian bersifat agak keras dan merekat, lihat Gambar 2.10. Peta Geologi
Gambar 2. 11
4.6.
Gambaran Klimatologi
Kota Tarakan yang beriklim tropis mempunyai musim yang hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Oktober. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Timur termasuk Kota Tarakan kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak turun hujan sama sekali, begitu juga sebaliknya.
Iklim di Kota Tarakan di pengaruhi oleh letak geografisnya yakni iklim tropis basah dengan suhu udara rata-rata 26,50 C dengan suhu tertinggi 27,40C yaitu terjadi pada bulan Oktober dan terendah adalah 25,20C terjadi pada bulan Februari. Jumlah curah hujan tertinggi wilayah ini terjadi pada Bulan Januari sebesar 443,6 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 24 hari/tahun.
Kota Tarakan termasuk suatu wilayah yang sulit untuk diprediksikan tingkat curah hujannya. Hal ini disebabkan Kota Tarakan merupakan sebuah pulau yang terletak di bagian Utara Pulau Kalimantan dan berbatasan dengan Selat Sulawesi sehingga meskipun terjadi kondensasi di daerah tersebut, jatuhnya hujan terkadang bergeser ke arah yang lain tergantung hembusan angin yang berhembus, demikian sebaliknya. Curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada bulan April dan Juni. Kondisi Iklim dan Curah Hujan Kota Tarakan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Data Temperatur Kota Tarakan
Bulan Sumber: BPS Kota Tarakan Tabel 4. 7 Data Kelembaban Kota Tarakan Bulan Month Kelembaban / Humidity Minimum
Tabel 4. 8 Data Curah Hujan Kota Tarakan
Monthly Rainfall (mm)
Hari Hujan
Sumber: BPS Kota Tarakan
4.7.
Gambaran Sosial dan Ekonomi
4.7.1 Sosial
Sejarah kependudukan Kota Tarakan diawali dengan komunitas masyarakat Tidung yang mungkin pada awalnya melakukan nelayan tradisional di sekitar perairan Tarakan. Kemudian daerah ini dijadikan permukiman baru semi permanen dalam melakukan aktivitas nelayan. Perkembangan selanjutnya ditandai dengan kedatangan komunitas lainnya dari berbagai etnis dengan tujuan nelayan dan berdagang dan Tarakan dijadikan sebagai rute pelayaran dan perdagangan dalam menjangkau daerah-daetah lain hingga ke negeri jiran Malaysia.
Bajau, Bugis, Jawa, Banjar, Manado, Timor dan lain-lain yang berkembang hingga sekarang.
Kota Tarakan dalam era ekonomi daerah menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Hal ini berpengaruh pada tingginya arus migrasi dari daerah lain menetap di Kota Tarakan. Data statistik
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk pada 2005 – 2006, yaitu
sebesar 5,22% atau dari jumlah penduduk yang tercatat sebesar 157.574 jiwa meningkat menjadi 165.801 jiwa. berdasarkan hasil survey penduduk antar suku (SUPAS) Tahun 2005 yang mencatat jumlah penduduk berdasarkan suku yang ada menunjukkan suku Bugis menempati jumlah tertinggi yaitu 31,19%, kemudian suku jawa 26,79% dan diikuti oleh Suku Tidung sebesar 8,73% dari jumlah penduduk Kota Tarakan.
Berdasarkan kondisi sosial budaya yang ada, Kota Tarakan dewasa ini didiami oleh masyarakat yang berlatar belakang suku dan agama yang berbeda. Heterogenitas tersebut telah berjalan dalam waktu yang cukup lama, bahkan dapat disejajarkan persamaannya dengan awal terbentuknya kehidupan masyarakat kota (urban society) yang telah mengedepankan nilai toleransi tinggi. Masyarakat Tidung merupakan kelompok masyarakat awal yang mendiami Pulau Tarakan. Matapencaharian utamanya adalah sebagai nelayan. Hubungannya dengan komunitas luar secara terbuka memungkinkan masyarakay suku-suku lainnya, seperti Bugis, Jawa, banjar, Makassar, Toraja, Mandar, Manado, Buton dan Timor dan lain-lain datang dan bertempat inggal di daerah ini tampa diwarani gejolak pertentangan karena memang dilatari oleh kesamaan konsep tradisional
sosio-cultural.
Kota Tarakan memiliki motto “Kota Bais (Bersih, Aman, Indah, Sehat dan Sejahtera)”. Perkembangan Kota Tarakan ditengah lingkungan kehidupan masyarakat yang heterogen. Perbedaaan tidak harus diartikan sebagai
pengahalang kemajuan dalam mewujudkan Tarakan sebagai Little Singapore.
Penduduk Kota Tarakan dengan mayoritas beragama Islam (86,4% dari jumlah penduduk Kota Tarakan). Hidup berdampingan dengan penduduk yang memiliki keyakinan yang berbeda, seperti agama Kristen Protestan (9,3%), Katolik (2,7%), Hindu (0,1%) dan Budha (1,5%). Keadaan ini tidak menimbulkan munculnya kelompok mayoritas dan minoritas yang mengakibatkan kerukunan beragama tidak terpelihara dengan baik.
4.7.1 Ekonomi
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul akibat adanya berbagai kegiatan ekonomi atau proses produksi yang tercipta di suatu daerah atau region dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh penduduk daerah yang bersangkutan atau bukan. Pada tingkat nasional, PDRB disebut dengan PDB atau GDP (Gross Domestic Product). Istilah PDRB digunakan untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Metode penghitungan PDRB dilakukan berdasarkan harga berlaku dan harga konstan.
Selama tahun 2010 sampai 2012 struktur perekonomian di Kota Tarakan didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Seperti yang terlihat pada tabel 10.4, rata-rata kontribusi yang diberikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2012 mencapai 43 persen. Tingginya kontribusi yang diberikan oleh sektor ini disebabkan oleh posisi Tarakan sebagai salah satu Kota Transit di Kalimantan Timur. Sedangkan pada tahun 2011 peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 42,47 persen. Jika peranan dari sektor minyak dan gas bumi dihilangkan, ternyata struktur perekonomian Kota Tarakan tahun 2012 tidak terlalu banyak berubah. Posisi peringkat sektor-sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB dengan maupun tanpa migas hampir sama, kecuali sektor pertambangan dan penggalian tanpa migas yang menduduki peringkat terakhir (peringkat ke-9) dalam pembentukan PDRB tanpa migas. Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi secara riil yang terjadi setiap tahun dapat diperoleh melalui PDRB atas dasar harga konstan. Nilai yang didapatkan akan memiliki arti adanya peningkatan atau penurunan dari kinerja pembangunan ekonomi suatu daerah.
PDRB per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari produksi seluruh kegiatan ekonomi atau dengan kata lain PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Pada tahun 2012 PDRB per kapita Kota Tarakan mendekati 43 juta rupiah, atau meningkat sebesar 9,89 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dilihat lagi secara series selama tahun 2010 sampai 2012, PDRB per Kapita di Kota Tarakan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian masyarakat Kota Tarakan secara umum terus mengalami peningkatan.
Pendapatan per kapita juga mengalami peningkatan dari 29 juta rupiah per kapita per tahun pada tahun 2011 kemudian meningkat menjadi 32 juta rupiah per kapita per tahun pada tahun 2012.
Tabel 4. 9 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2010 – 2012
Dalam juta rupiah (Rp 000.000,-)
Lapangan Usaha/
Industrial Origin 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian/Agriculture 790 006,55 938 142,42 1 061 639,70
2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying
412 696,46 469 374,42 533 684,02
3. Industri Pengolahan/
Manufacturing Industries
1 084 591,00 1 177 518,39 1 285 634,36
4. Listrik, Gas & Air Bersih/
Electricity, Gas & Water Supply
113 970,15 122 177,16 161 316,35
5. Bangunan/Construction 239 710,22 266 152,76 295 216,84
6. Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade, Hotel and Restaurant
2 856 268,15 3 382 502,05 3 940 163,34
7. Pengangkutan & Komunikasi/
Transportation and Communication
623 014,50 712 339,08 802 905,21
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan/Financial Leasing and Business Service
413 016,45 491 865,59 570 691,79
9.Jasa-jasa/Services 352 705,26 404 874,00 448 985,44
PDRB / GDRP 6 885 978,74 7 964 945,87 9 100 237,05 PDRB@ / GDRP @ 6 507 304,44 7 533 702,75 8 608 844,84
Keterangan : @ Tanpa minyak, Gas dan Hasil-hasilnya (Migas)
Notes : @ Without Oil, Gas and its Products
Gambar 2. 12 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 - 2012
Tabel 4. 10 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2010 – 2012
Dalam juta rupiah (Rp 000.000,-)
Lapangan Usaha/
Industrial Origin 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian/Agriculture 251 460,15 269 152,98 283 324,12
2. Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying
105 320,63 114 818,65 125 072,23
3. Industri Pengolahan/
Manufacturing Industries
285 608,98 294 652,17 304 615,26
4. Listrik, Gas & Air Bersih/
Electricity, Gas & Water Supply
60 556,83 64 140,34 65 622,30
5. Bangunan/Construction 102 782,62 108 403,40 114 132,82
6. Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade, Hotel and Restaurant
1 089 482,61 1 184 087,12 1 275 484,60
7. Pengangkutan & Komunikasi/
Transportation and Communication
326 594,56 352 916,71 381 150,47
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan/Financial Leasing and Business Service
261 553,89 288 203,53 312 476,35
9.Jasa-jasa/Services 163 207,21 172 023,03 180 770,48
PDRB / GDRP 2 646 567,49 2 848 397,93 3 042 648,63 PDRB@ / GDRP @ 2 557 155,68 2 750 025,68 2 934 458,93
Keterangan : @ Tanpa minyak, Gas dan Hasil-hasilnya (Migas)
Notes : @ Without Oil, Gas and its Products
Gambar 2. 13 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 - 2012
Tabel 4. 11 Laju Inflasi Kota Tarakan
2.4.1. Bulan 2.4.2. IHK 2.4.3. Laju Inflasi 2.4.4. Laju Inflasi