Kondisi umum Kota Medan ditinjau dari kepentingan ekonomi memberikan keuntungan kompetitif, karena relatif datar dalam hamparan yang sangat luas dan merupakan kota pelabuhan di Selat Malaka. Hal ini terlihat dari perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Kota Medan yang selalu berada diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional.
Secara fisik, kondisi umum Kota Medan kurang menguntungkan karena merupakan daerah yang datar, memiliki permeabilitas tanah yang rendah dan kedalaman air tanah yang dangkal. Kondisi ini menyulitkan drainase dan pengelolaan limbah cair, maka hal ini akan terus menjadi masalah laten di Kota Medan.
Secara demografis, karena Kota Medan merupakan dataran alluvial, sebuah daerah yang ideal untuk pertanian intensif dan tanaman industri yang memiliki nilai jual tinggi seperti tembakau. Sehingga Kota Medan tempo dulu sudah menjadi wilayah hunian yang padat karena merupakan sentra pertanian yang berada di kota pelabuhan. Artinya permasalahan yang muncul akibat kepadatan penduduk sudah melekat kepada Kota Medan dari waktu ke waktu.
4.1. GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF WILAYAH KOTA MEDAN
Secara geografis Kota Medan terletak di antara koordinat 2o27’ sampai dengan 2o 47’ Lintang Utara dan 98o 35’ sampai dengan 98o 44’ Bujur Timur. Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir keseluruhan wilayahnya berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Timur dan Selatan. Sepanjang wilayah utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Adapun mengenai batas-batas wilayah administrasi Kota Medan, dapat diuraikan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur : Kecamatan Percut, Kabupaten Deli Serdang
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan
No Kecamatan Luas Area (Km2) Persentase (%) Kelurahan Lingkungan
1 Medan Tuntungan 20,68 7,80 9 75
Sumber: Medan Dalam Angka, 2013
Tabel 4.2. Jumlah Kelurahan di Kota Medan
No. Kecamatan Kelurahan
3 Kec. Medan Barat Kel. Kesawan
Kel. Tegal Sari Mandala I Kel. Tegal Sari Mandala II Kel. Tegal Sari Mandala III
8 Kec. Medan Helvetia Kel. Helvetia Timur
Kel. Helvetia Tengah Kel. Helvetia
Kel. Pandau Hulu I
12 Kec. Medan Maimun Kel. Kampung Baru
Kel. Sei Mati Kel. Suka Raja Kel. Jati Kel. Hamdan Kel. Aur
13 Kec. Medan Marelan Kel. Labuhan Deli
Kel. Rengas Pulau Kel. Terjun
Kel. Tanah Enam Ratus Kel. Paya Pasir
14 Kec. Medan Perjuangan Kel. Pandau Hilir
Kel. Sei Kera Hulu
15 Kec. Medan Petisah Kel. Sei Sikambing D
Kel. Petisah Tengah Kel. Sekip
Kel. Sei Putih Timur II Kel. Sei Putih Timur I
17 Kec. Medan Selayang Kel. Sempakata
Kel. Beringin Kel. PB Selayang II Kel. PB Selayang I Kel. Tanjung Sari Kel. Asam Kumbang
18 Kec. Medan Sunggal Kel. Tanjung Rejo
Kel. Simpang Tanjung Kel. Sei Sikambing B Kel. Sunggal Kel. Lalang
19 Kec. Medan Tembung Kel. Indra Kasih
Kel. Sidorejo Hilir Kel. Pulo Brayan Darat I Kel. Pulo Brayan Darat II Kel. Pulo Brayan Bengkel Kel. Perintis
Kel. Pulo Brayan Bengkel Baru
21 Kec. Medan Tuntungan Kel. Mangga
Kel. Tanjung Selamat
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Medan
4.2. GAMBARAN DEMOGRAFI
Gambaran umum mengenai keadaan kependudukan di Kota Medan dapat dilihat dari jumlah dan laju pertumbuhan penduduknya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir maupun distribusi dan kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, kelompok umur, agama serta jumlah penduduk menurut mata pencaharian.
A. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2012 adalah sebesar 2.083.156 jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Helvetia yaitu masing-masing sebesar 147.403 jiwa dan 142.777 jiwa. Wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Medan Baru yaitu 43.419 jiwa.
Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kota Medan akan diperoleh tingkat kepadatan penduduknya per Ha. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Perjuangan sangat tinggi yaitu sebesar 254 jiwa/ha. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Medan Labuhan sebesar 29 jiwa/ha.
Tabel 4.3. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan Tahun 2012
No. Kecamatan Luas (Ha) Penduduk (Jiwa) Kepadatan
Gambar 4.2. Peta Kepadatan Penduduk
B. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Struktur penduduk Kota Medan menurut jenis kelamin diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan di Kota Medan yaitu 1.048.460jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki yaitu 1.034.696jiwa. Sex ratio sebesar 99 yang artinya setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 99 jiwa penduduk laki-laki.
Tabel 4.4. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2012
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1 Medan Tuntungan 33.673 35.144 68.817 96
C. Struktur Penduduk Menurut Usia dan Kelompok Umur
Tabel 4.5. Struktur Penduduk Menurut Usia dan Kelompok Umur Per Kecamatan Tahun 2012
Sumber : Medan Dalam Angka 2013
4.3. GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Sungai-sungai yang membentang di Kota Medan memiliki pengaruh yang cukup besar pada perkembangan Kota Medan. Sungai-sungai ini digunakan sebagai sumber air untuk masyarakat yang menduduki daerah sekitar sungai, untuk mengatasi banjir serta tempat pembuangan air hujan. Kota Medan secara hidrologi dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura, Sei Belawan dan sungai-sungai lainnya.
No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
Jiwa Persen Jiwa Persen
Gambar 4.3. Peta Hidrogeologi Kota Medan
4.4. GAMBARAN GEOLOGI
Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan lahan dipandang dari faktor dan proses pembentukan tanah, sehingga fisiografi memberikan pengaruh terhadap perkembangan tanah. Secara umum fisiografi kawasan Medan dan sekitarnya dapat dikelompokkan dalam beberapa grup antara lain: 1) grup Aluvial, 2) grup Marin 3) grup volkan 4) grup tufa masam beserta satuan lahan/unit lahan sesuai dengan proses geomorfologinya, susunan geologi dan keadaan iklim dominan.
1. Grup Aluvial
Grup Aluvial umumnya terbentuk dari endapan kasar dan halus yang berumur Quarter (Qal dan Qh), yang umumnya berasal dari endapan sungai, Grup Aluvial ini meliputi dataran banjir disekitar jalur aliran (sungai Ular, sungai Belawan dan sungai Deli), dan dataran Aluvial. Dataran banjir umumnya berpenyebaran disekitar aliran sungai besar didekat muara berbatasan dengan pantai. Dataran Aluvial merupakan peralihan dari grup Marin, relatif datar airnya bersifat tawar sampai payau dan bagian besar telah dimanfaatkan sebagai areal persawahan dan perkebunan negara. Grup Aluvian tediri dari: 1. Dataran Aluvial Peralihan ke Marin;
2. Dataran Banjir dari Sungai Bermeander; dan 3. Kipas Aluvial dan Koluvial.
2. Grup Marin
Grup Marin ini menempati daerah di sepanjang pantai dengan lebar bervariasi antara 1 sampai 20 km, yang memanjang arah Barat Daya Timur Laut dalam wilayah Medan dan sekitarnya. Dataran ini terbentuk sebagai akibat proses sedimentasi marin dan primarin (delta dan muara). Seluruh proses sedimentasi terjadi pada lingkungan beragam (asin) dan payau, sehingga tanah banyak mengandung garam terutama natrium, terutama pada areal endapan baru (muda). Areal ini umumnya mempunyai
drainase terhambat dan sebagian besar tanahnya belum matang (unripe) dan setengah matang
(halfripe). Pada areal yang berdekatan dengan pantai setempat ditemukan tanah silfat masam potensial yang menjadi pembatas untuk usaha pertanian perikanan. Jenis vegetasi di daerah dekat pantai dan muara sungai yang terkena pasang surut air laut umumnya ditumbuhi hutan bakau atau rumput rawa, dengan jenis vegetasi Bakau (Rhizopra, sp), api-api (Avicennia, sp), Lenggede (Bruguruera
parviflora). Areal ini sebagian besar telah digunakan untuk pertambakan udang dengan pola semi
intensif dan intensif. Daerah yang jauh dari laut membentuk rawa yang umumnya ditumbuhi vegetasi rumput setempat untuk pesawahan. Daerah beting pantai yang berada sepanjang pantai Percut ke arah Timur umumnya dimanfaatkan untuk pemukiman dan objek wisata pantai.
Grup Marin daerah administrasi Medan dan sekitarnya dikelompokan sebagai berikut: 1. Beting Pantai
2. Cekung Muda
3. Dataran Pasang Surut Berawa di Belakang Pantai Dataran Pasang Surut Sepanjang Pantai 4. Dataran Pasang Surut Sepanjang Estuarin
3. Grup Volkan
Grup Volkan ini umumnya berasal dari volkan muda berumur kuarter dari gunung Sibayak dan gunung Sinabung di sebelah Utara Berastagi, dengan bahan utama berupa tuf masam dan intermedier. Hasil erupsi kedua gunung tersebut mengisi bagian dataran sebelah Utara di sekitar Medan dan Binjai, sedangkan bagian yang berlereng terisi bahan Tufa Toba masam. Ketebalan abu volkan Sibanyak dan Sinabung makin tebal kearah pusat erupsi (Brastagi) serta menipis ke daerah berbukit dan jauh dari pusat erupsi (Medan/Binjai). Penyebaran grup volkan ini mendominasi kawasan Medan dan sekitarnya, meliputi kawasan Medan dan Binjai memanjang ke arah Kabanjahe. Secara rinci grup volkan ini dikelompokkan ke dalam satuan lahan seperti yang disajikan di bawah ini: 1. Kipas Volkan
2. Dataran dan Palto Volkan 3. Lereng Bawah dan Kaki Volkan
4. Grup Tufa Masam
Gambar 4.4. Peta Geologi Kota Medan
4.5. GAMBARAN KLIMATOLOGI
Kondisi klimatologi Kota Medan menurut Stasiun BMG Sampali suhu minimum berkisar antara 23,0° C
– 24,1° C dan suhu maksimum berkisar antara 30,6° C – 33,1 ° C. kelembaban udara untuk Kota Medan rata-rata berkisar antara 78-82%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2011 rata-rata perbulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya berkisar antara 211,67 mm – 230,3 mm .
4.6. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
4.6.1. Sosial Budaya
Penduduk kota Medan dapat digolongkan pada kategori masyarakat heterogen,yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama, ras dan golongan.Komposisi masyarakat kota Medan terdiri atas Melayu, Batak (Mandailing, Toba, Karo,Pak-pak, Simalungun, Angkola), Jawa, Aceh, Tionghoa, India (Tamil, Sikh). Komposisi masyarakat kota Medan yang heterogen terbagi-bagi atas beberapalokasi, hal ini disebabkan karena pada awalnya lokasi tersebut merupakan daerah awal tumbuh dan berkembangnya suku tersebut di kota Medan. Perbedaan lokasi tersebutbukan merupakan gambaran penduduk yang terpecah-belah melainkan sebagai wujudpersatuan etnisitas yang dimiliki setiap masyarakat di kota Medan. Dari sudut lain, heterogenitas menjelaskan bahwa : 1. Kota Medan adalah kota berkarakter internasional sejak lama, akulturasi antara asia timur – asia selatan – asia tenggara. Diyakini bahwa akulturasi ini erat kaitannya dengan pertumbuhan perdagangan barang dan jasa di Kota Medan sejak dahulu.
2. Kota Medan kondusif bagi tumbuhnya akulturasi berbagai kebudayaan, hidup berdampingan secara damai, juga mengartikan bahwa Kota Medan aman bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi oleh berbagai pihak dari berbagai wilayah regional lainnya.
4.6.2. Kondisi Kesehatan
Pembangunan kesehatan diarahkan kepada upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia serta mutu kehidupan guna mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri, produktif, sejahtera lahir dan batin menuju peradaban yang madani dalam menghadapi persaingan global.Secara khusus, tujuan pembangunan bidang kesehatan di Kota Medan adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, tumbuhnya kesadaran dan keberdayaan masyarakat untuk hidup sehat serta meningkatnya sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
Berdasarkan data tahun 2009 – 2011 menunjukkan bahwa angka kematian bayi di Kota Medan semakin menurun dari 20/ 44.175 bayi pada tahun 2009 menjadi 18 / 46.295 bayi pada tahun 2011. Sedangkan untuk rata-rata angka kesakitan umum selama periode yang sama semakin membaik, yaitu dari 18,00 % pada tahun 2009 menjadi sebesar 16,40 % pada tahun 2011.
dijalankan. Dalam kaitan tersebut, Pemerintah Kota Medan dalam beberapa tahun terakhir telah melaksanakan kebijakan dan program-program yang mendukung pelayanan kesehatan masyarakat seperti rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengembangan pembinaan lingkungan sehat, pembinaan pos pelayanan terpadu (posyandu), peningkatan quality assurance di puskesmas, imunisasi dan dukungan kelembagaan kesehatan yang dibentuk.
4.6.3. Ekonomi Daerah
4.6.3.1. Kondisi Ekonomi Makro Daerah
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai kedudukan yang amat penting karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan daerah di bidang lainnya. Oleh karena itu, aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.
4.6.3.2. Indikator Makro Ekonomi
Kota Medan adalah kota jasa, perdagangan, keuangan dan industri berskala nasional dan regional antara lain :
1. Sekitar 60,8% industri perbankan di Provinsi Sumatera Utara berada di Kota Medan.
2. Sebesar 84,8% kredit perbankan diserap oleh kegiatan ekonomi kota.
3. Usaha industri yang terus berkembang, dimana sampai saat ini telah mencapai 5.596 usaha, baik berskala usaha besar, sedang dan kecil.
4. Ketersediaan kawasan-kawasan industri.
5. Berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan, pertokoan, perkantoran, kota-kota baru, perhotelan, pusat-pusat jajanan, dan lain-lain, serta
6. Struktur ekonomi kota yang terbentuk sampai saat ini yang cenderung semakin kuat secara fundamental.
Peranan atau kontribusi sektor ekonomi kota menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku. Berdasarkan tabel di bawah ini, untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan telekomunikasi.
rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian.
Tabel 4.6. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 - 2012 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2010 2011*) 2012*)
Tabel 4.7. Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 - 2012