II -1 Bab II Profil Kota Depok
BAB II
PROFIL KOTA DEPOK
2.1 Wilayah Administrasi
Kota Depok secara geografis terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Wilayah kota depok dari Utara ke Selatan merupakan daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi antara 50 – 140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok yang merupakan salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 Ha. Wilayah administrasi Kota Depok dapat dilihat di Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Wilayah Administrasi Kota Depok
No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah
Kelurahan
Wilayah Kota Depok berbatasan dengan satu Kabupaten, dua Kota dan dua Propinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
II -2 Bab II Profil Kota Depok
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.
Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintah yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah peyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air. Kota Depok mempunyai keunggulan komparatif apabila dilihat dari letaknya yang sangat strategis baik dilihat dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan dan keamanan.
2.2 Potensi Kota Depok
Berdasarkan struktur ekonomi, potensi unggulan daerah Kota Depok adalah sektor tersier yang meliputi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sub sektor jasa. Berdasarkan data tahun 2010 dari BPS Kota Depok, sektor ini memberikan kontribusi pada perekonomian daerah sebesar 53,14% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (52,77%). Fenomena dominannya sektor tersier dalam perekonomian Kota Depok menunjukkan pergeseran struktur ekonomi Kota Depok yang semakin mengarah pada kota perdagangan dan jasa. Juga dari BPS diketahui sub sektor pada sektor tersier yang memberikan kontribusi terbesar adalah perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sub sektor ini mencapai 36,29%, diikuti berturut-turut oleh jasa (7,31%), pengangkutan dan komunikasi (6,28%), dan Bank dan Lembaga Keuangan lainnya (3,26%). Terakhir, sektor tersier tumbuh dengan laju yang cukup tinggi, yaitu 7,67% dengan laju pertumbuhan tertinggi pada subsector perdagangan, hotel dan restoran yang mampu tumbuh dengan LPE sebesar 8,38%. Sub sektor lainnya bertumbuh di atas 6%.
2.3 Demografi dan Urbanisasi
II -3 Bab II Profil Kota Depok
Tabel 2. 2Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Depok Tahun 2014
Kecamatan Luas
Kota Depok 198,30 1.025.784 1.007.724 2.033.508 10.255
Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2015
Pada tahun 2014, kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 10.255 jiwa/km2. Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 15.063 jiwa/km2, walaupun jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Cimanggis. Kecamatan terpadat kedua adalah Beji dengan tingkat kepadatan 13.570 jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan Sawangan yaitu sebesar 5.580 jiwa/km2.
Gambar 2. 1Peta Administrasi Kota Depok
II -4 Bab II Profil Kota Depok Tabel 2. 3 Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan Kota Depok 3 Tahun Terakhir
No Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan
2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
2.4.1 Isu Strategis Sosial
Letak Kota Depok sangat strategis apabila dilihat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan karena berbatasan langsung dengan ibukota Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Kota Depok berperan sebagai daerah penyangga Ibukota Jakarta sehingga segala sesuatu yang terjadi di Jakarta akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap Kota Depok. Sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 13 tahun 1976 tentang pengembangan Wilayah Jabodetabek, Depok yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor di masa lalu diarahkan untuk menjadi daerah pemukiman, namun dalam perkembangannya Kota Depok tidak hanya menjadi tempat pemukiman yang nyaman tapi juga berkembang menjadi kota perdagangan, jasa dan pendidikan.
Tenaga Kerja
Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari “angkatan kerja” dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang tergolong “angkatan kerja” adalah mereka yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap dikategorikan sebagai penganggur.
II -5 Bab II Profil Kota Depok
sebagian besar bekerja di sektor 4 (jasa kemasyarakatan). Status pekerjaan didominasi sebagai buruh/karyawan/pegawai sebanyak 62,99 % sedangkan yang berusaha sendiri 19,42 %. Jumlah dan presentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama dan tingkat pengangguran terbuka tahun 2011 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun 2011 – 2012
Jenis Kegiatan Utama 2012 2013 2014
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Jumlah 1.290.052 100,00 1.426.268 100,00 1.513.326 100,00
TPT
Sumber : BPS Kota Depok Dalam Angka, 2012 - 2015
Berdasarkan Tabel 2.4 terlihat bahwa jenis kegiatan utama yang paling banyak dilakukan oleh penduduk Kota Depok adalah bekerja. Persentase penduduk yang bekerja pada tahun 2013 tercatat sebesar 92,3 % dari angkatan kerja (826.191 jiwa) dan pada tahun 2014 sebesar 91,56 % (877.684 jiwa).
Penilaian kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Rendahnya rata-rata tingkat pendidikan penduduk dapat dijadikan indikator rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang ada.
Tabel 2. 5 Jumlah dan Persentase Penduduk Pencari Kerja
Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki Tahun 2010 – 2011
Ijazah Tertinggi yang Dimiliki 2011 2012
Jumlah % Jumlah %
Tidak Tamat SD 11,18 7,12
Tamat SD 19,23 16,00
Tamat SLTP sederajat 20,58 18,48
Tamat SLTA sederajat 22,60 27,20
Diploma III 4,31 5,42
Sarjana/S1 7,00 11,22
Pasca Sarjana/S2 1,14 2,27
Jumlah
Sumber : Inkesra Kota Depok, 2012 dan 2013
II -6 Bab II Profil Kota Depok
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting di Kota Depok. Universitas Indonesia merupakan salah satu universitas terbaik di indonesia yang terletak di wilayah Depok sehingga sedikit banyak mempengaruhi perkembangan Kota Depok. Taman kanak-kanak di kota Depok pada tahun Ajaran 2011/2012 sebanyak 357, SD sebanyak 393, dan SMP berjumlah 162. Di tingkat SLTA terdapat 55 SMA dan 97 SMK.
Dari hasil survey Susenas 2010, penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah tertinggi SLTA yaitu berjumlah 23,79 %. Memiliki Ijazah tertinggi SLTA merupakan persentase terbesar dibanding jenjang pendidikan lainnya. Penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis huruf latin 55,03 %, huruf lainnya 0,18 %, huruf latin, dan huruf lainnya 42,95 %, dan yang buta huruf 1,84 %.
2.4.2 Isu Strategis Ekonomi
Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi pertumbuhan. Kontribusi sektor yang bersangkutan dalam perekonomian secara agregat dan daya serapnya terhadap tenaga kerja. Sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul di antara sektor ekonomi yang ada. Sektor ini akan menjadi penggerak utama perekonomian pada suatu wilayah.
Berdasarkan distribusi persentase nilai PDRB Kota Depok dari tahun 2008 – 2012 harga berlaku terlihat bahwa struktur perekonomian Kota Depok didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan distribusi sebesar 37,38 % pada tahun 2012. PDRB Kota Depok menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Distribusi Persentase PDRB Berdasarkan Harga Konstan
di Kota Depok Tahun 2009-2013
II -7 Bab II Profil Kota Depok
Kota Depok pada awalnya merupakan daerah pertanian sebelum mengalami modernisasi seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan beralihnya fungsi lahan dari pertanian ke pemukiman, industri, fasilitas umum, dan fasilitas sosial. Lahan pertanian dari tahun ke tahun semakin menyempit karena hasil produksi pertanian bernilai lebih kecil dibanding dengan pemanfaatan pada sektor lain. Sampai saat ini sektor pertanian mencakup pertanian dalam arti luas mencakup sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan.
Industri dan Perdagangan
Sebagai wilayah yang dekat dengan ibukota Jakarta, Depok memiliki ketersediaan fasilitas perdagangan dan industri yang relatif lebih lengkap. Keberadaan industri terutama industri manufaktur yang berpusat di Kecamatan Cimanggis sudah lebih dulu hadir di kota Depok jauh sebelum Depok menjadi suatu pemerintahan sendiri. Demikian juga dengan listrik yang sudah sejak lama tersedia hampir di seluruh Kota Depok.
1) Industri
Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri pengolahan digolongkan menjadi industri besar (tenaga kerja diatas 99 orang), sedang (tenaga kerja antara 20 – 99 orang), dan kecil (tenaga kerja 5 – 19 orang). Jumlah industri besar dan sedang di Kota Depok adalah 87 perusahaan. Industri yang paling banyak di kota Depok adalah industri barang dari plastik sebanyak 26 perusahaan.
2) Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan sektor yang banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat dalam kegiatan ekonomi baik itu secara formal maupun informal. Jumlah pasar di kota Depok ada 6 buah, dengan total kios los dan kaki 5 masing-masing sebanyak 2.587 kios dan 1.848 los. Perdagangan luar negeri digambarkan oleh adanya kegiatan ekspor dan impor. Volume ekspor kota Depok pada tahun 2012 paling banyak ke negara Jepang sebesar 58.769.878,6 yang nilainya mencapai 135.573.177,16 US$ kemudian ke negara Italia Serikat dengan volume ekspor sebesar 67.776.643 dengan nilai sebesar 131.736.216,55 US$.
Perhubungan, Komunikasi, dan Hotel
II -8 Bab II Profil Kota Depok
ada di Kota Depok merupakan investasi yang menunjang pembangunan di Kota Depok dan merupakan salah satu aset di dalam pembangunan infrastruktur yang ada di Kota Depok.
Lalu lintas Angkutan Penumpang Kereta Api merupakan alat transportasi yang banyak diminati terutama untuk mobilitas ke Jakarta dan Bogor. Di Kota Depok terdapat 5 stasiun kereta api, yaitu Stasiun Kereta Api Pondok Cina, UI, Depok Baru, Depok Lama, dan Citayam. Panjang jalan di Kota Depok tahun 2014 adalah 530,15 km. Jika dirinci menurut status pemerintah yang berwenang maka panjang jalan negara 36,25 km2, jalan propinsi 17,75 km2, dan jalan kota 476,15 km2.
Pada tahun 2014 jumlah Hotel berbintang di Depok ada 3 dengan rincian bintang tiga 2, dan bintang dua 1 dengan jumlah kamar 54 sedangkan hotel dengan kelas melati di Kota Depok ada 7 buah.
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu variabel penting dalam pembangunan daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang lazim diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara umum PDRB Kota Depok terus mengalami kenaikan dari Rp 16,4 Triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 38,5 Triliyun pada tahun 2013 (atas dasar harga berlaku).
Adapun sektor primer (pertanian) hanya memberikan kontribusi sebesar 2,21%, menurun dibanding tahun sebelumnya (2,84%). Semakin menurunnya peran sektor ini lebih disebabkan pada semakin menyempitnya lahan pertanian, peternakan, dan juga perikanan yang ada sehingga mendorong menurunnya produktifitas sektor ini dan beralihnya pekerjaan masyarakat ke sektor lain, khususnya perdagangan dan jasa. Namun demikian, secara kualitatif beberapa produk pertanian Kota Depok memiliki keunggulan komparatif yaitu belimbing yang telah dijadikan ikon kota, tanaman hias, ikan hias, ikan konsumsi, dan benih ikan konsumsi.
Sektor sekunder, khususnya dari sektor industri pengolahan masih cukup besar peranannya terhadap PDRB Kota Depok kendati proporsinya mengalami penurunan. Berdasarkan buku PDRB Kota Depok tahun 2011, kontribusinya mencapai 44,65 %, mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 45,02 %. Masih tingginya peran sektor pengolahan ini perlu mendapat perhatian terutama dikaitkan dengan daya serap terhadap tenaga kerja.
Laju Inflasi Daerah
II -9 Bab II Profil Kota Depok
peringkat tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan nilai 7,16 %. Pembentuk inflasi Kota Depok relatif berbeda dengan kota lainnya di Provinsi Jawa Barat yakni biaya transportasi, biaya tempat tinggal, dan harga makanan menjadi penyumbang utama. Karakteristik inflasi ini relatif sama dengan Jakarta karena Depok merupakan salah satu penyangga Jakarta.
2.4.3 Isu Strategis Lingkungan
Gambaran Topografi
II -10 Bab II Profil Kota Depok Gambar 2. 2 Peta Topografi Kota Depok
II -11 Bab II Profil Kota Depok
Gambaran Geohidrologi A. Air Permukaan
Air Permukaan adalah semua air yang terdapat dan berasal dari sumber – sumber air yang berada di permukaan tanah. Macam-macam air permukaan antara lain yaitu :
1) Air Sungai
Sumber daya air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara umum sungai-sungai di Kota Depok termasuk ke dalam dua satuan wilayah sungai-sungai besar yaitu sungai-sungai Ciliwung dan Cisadane. Kota Depok memanfaatkan potensi kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum. Sistem jaringan sumber daya air lintas provinsi yang melintas di Kota Depok meliputi WS Ciliwung sebagai bagian dari WS Cidanau – Ciujung – Cidurian – Cisadane – Ciliwung – Citarum sedangkan wilayah sungai di wilayah kota berupa daerah aliran sungai (DAS), meliputi DAS Ciliwung, DAS Angke, DAS Krukut, DAS Sunter, dan DAS Bekasi. Beberapa sungai yang mengalir melalui kota Depok adalah sebagai berikut :
Sungai Angke
Sungai ini merupakan batas wilayah antara kota Depok dan Kabupaten Tangerang yang mengalir ke arah utara. Sungai Angke ini mempunyai perbedaan debit yang besar antara musim hujan dan musim kemarau.
Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi kota Depok dan Jakarta. Pada perbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat pada musim kemarau mempunyai debit sebesar (9,06 - 13,40) m3/detik.
Sungai Pesanggrahan
Sungai ini merupakan sumber daya air terpenting untuk Sawangan dan kondisi air berwarna coklat bercampur lumpur dan kotoran. Sungai ini mempunyai fluktuasi yang tinggi antara musim hujan dan musim kemarau, bahkan pada musim hujan sering menimbulkan banjir setempat.
2) Saluran Irigasi
Berdasarkan KEPMEN PU No. Kota Depok terdapat 5 (lima) jaringan irigasi lintas kabupaten/kota dan 2 (dua) jaringan irigasi di wilayah kota. Jaringan irigasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Jaringan irigasi lintas kabupaten/kota meliputi :
II -12 Bab II Profil Kota Depok
DI Ciliwung/Katulampa dengan luas kurang lebih 72 Ha; DI Karanji dengan luas kurang lebih 98 Ha; dan
DI Angke V dengan luas kurang lebih 252 Ha.
b. Jaringan irigasi utuh kabupaten/kota yaitu DI Angke dengan luas kurang lebih 1.242 Ha c. Jaringan irigasi di wilayah kota meliputi :
DI Enggram dengan luas kurang lebih 51 Ha; dan DI Situ Ciriung dengan luas kurang lebih 13 Ha
3) Danau/Situ
Salah satu sumber air permukaan yang ada di Kota Depok adalah danau atau situ. Situ-situ ini berfungsi sebagai irigasi lokal, perikanan, sanitasi, pengendali banjir, air minum, industry, dan rekreasi. Berdasarkan data Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok di dalam Penyusunan Naskah Akademis RTRW Kota Depok Tahun 2011-2031 saat ini Kota Depok memiliki 25 Situ yang tersebar di 11 Kecamatan.
B. Air Tanah
Air tanah di Kota Depok terbagi menjadi 3 yaitu : 1) Air tanah dangkal
Masyarakat Kota Depok banyak menggunakan sumur gali sebagai sumber kebutuhan air minum. Pada umumnya kondisi sumur gali baik tetapi air tawar di sebagian tempat kondisinya keruh dan berbau dengan kedalaman rata-rata 10 m.
2) Air tanah dalam
Di Kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini air tanah merupakan sumber penyediaan air yang utama untuk Kota Depok. Formasi genteng dan endapan vulkanik mempunyai potensi (3 – 4) lt/det/km2, alluvium potensi (5 – 7) lt/det/km2. Sejalan dengan pengembangan Kota Jakarta dan kota-kota sekitarnya termasuk Kota Depok, pengambilan air tanah meningkat sehingga di beberapa tempat terjadi pemanfaatan air tanah yang berlebihan.
3) Informasi berdasarkan sumur bor
Dari survei air tanah Botabek didapatkan tiga sistem akuifer yang sangat umum, yaitu : Akuifer dangkal : 0-20 m, preatik semi terikat pada tempat lebih dalam,
II -13 Bab II Profil Kota Depok
Akuifer menengah : 70 m, semi terikat atau tertekan, artesis di lokasi dekat pantai.
Gambaran Geologi
Berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1992, Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu 1 : 100.00, stratigrafi wilayah Depok sekitarnya dari tua ke muda disusun oleh batuan perselingan, batupasir dan batu lempung sebagai berikut :
Formasi Bojongmanik (Tmb), batuannya terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir, batu lanau, batu lempung;
Formasi Serpong (Tpss) : breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung;
Satuan Batuan Gunung Api Muda (Qv) : tuf halus berlapis, tuf pasiran berselingan dengan konglomeratan;
Satuan Batuan Kipas Alluvium: endapan lempung, pasir, kerikil, kerakal; dan Satuan Endapan Alluvial (Qa).
II -14 Bab II Profil Kota Depok Gambar 2. 3 Peta Jenis Tanah Kota Depok
II -15 Bab II Profil Kota Depok Gambar 2. 4 Peta Kawasan Bencana Kota Depok
II -16 Bab II Profil Kota Depok
Gambaran Klimatologi
Kota Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah penyangga yang menjadi kawasan lalu lintas Jakarta – Depok – Bogor - Tangerang - Bekasi, satu sisi potensi ini mendukung untuk dijadikan sebagai tempat bermukim, berusaha, dan sebagai daerah pemerintahan. Secara biogeografis karena kestrategisan Kota Depok yang merupakan bagian dari berbagai daerah aliran sungai yang berpusat di pegunungan di Kabupaten Bogor dan Cianjur, menjadikan curah hujan di Kota Depok cukup tinggi sehingga Depok kaya akan potensi flora dan fauna.
Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum kemarau antara bulan April – September dan musim hujan antara Oktober – Maret. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang berlanjut sepanjang tahun. Permasalahan mendasar walaupun di satu sisi didukung oleh iklim tropis yang baik, alokasi tata guna lahan yang harus mempertimbangkan sektor lain terutama lahan hijau dan permukiman. Perlu dipertimbangkan juga banyaknya penetrasi penggunaan lahan hijau untuk perdagangan dan permukiman pada lahan pertanian dan lahan terbuka hijau.
Temperatur : (24,3 – 33)oC Kelembaban rata- rata : 82 %