BAB II
PROFIL KABUPATEN PADANG PARIAMAN
2.1 Wilayah Administrasi
Secara astronomis, Kabupaten Padang Pariaman terletak antara 00 11' - 00 49' Lintang Selatan dan antara 980 36' - 1000 28' Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Padang Pariaman memiliki batas-batas:
♦ Sebelah Utara dengan Kabupaten Agam ♦ Sebelah Selatan dengan Kota Padang
♦Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar, dan ♦ Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia
Kabupaten Padang Pariaman memiliki luas wilayah sekitar 1.328,79 Km2 yang terdiri dari 17 (tujuh belas) kecamatan, dengan panjang garis pantai 42,11 Km.
Tabel 1.1
Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman
No Kecamatan Ibukota
Kecamatan
Luas (km2)
1. Batang Anai Pasar Usang 180,39
2. Lubuk Alung Lubuk Alung 111,63
3. Sintuk Toboh Gadang Sintuk 25,56
4. Ulakan Tapakis Ulakan 38,85
5. Nan Sabaris Pauh Kambar 29,12
6. 2 x 11 Enam Lingkung Sicincin 36,25
7. Enam Lingkung Pakandangan 39,20
8. 2 x 11 Kayu Tanam Kayu Tanam 228,70
9. VII Koto Sungai Sarik Sungai Sarik 90,93
10. Patamuan Tandikat 53,05
11. Padang Sago Padang Sago 32,06
12. V Koto Kampung Dalam Kampung Dalam 61,41
14. Sungai Limau Sungai Limau 70,38
15. Batang Gasan Gasan Gadang 40,31
16. Sungai Geringging Sungai Geringging 99,35
17. IV Koto Aur Malintang Batu Basa 126,80
Padang Pariaman Parit Malintang 1.328,79
Sumber : Kabupaten Padang Pariaman Dalam Angka, 2016
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam tercatat memiliki wilayah paling luas, yakni 228,70 Km2, sedangkan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang memiliki luas terkecil, yakni 25,56 Km2
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Padang Pariaman
2.2.1 Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Padang Pariaman atas
dasar harga konstan pada tahun 2015 adalah sebesar 11.084.500,70 milyar
rupiah atau 6,13%. Pada tahun 2014 nilai PDRB Kabupaten Padang Pariaman
atas dasar harga konstan sebesar 10.444.417,70 milyar rupiah atau 6,05%, berarti
terdapat kenaikan sekitar 0,08%. Kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan
ini belum dapat mencerminkan perbaikan produktivitas ekonomi secara riil,
karena kenaikan ini masih mengadung unsur inflasi, Kenaikan produktivitas
ekonomi secara riil dapat dilihat dari kenaikan nilai Produk Domestik Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2015,
Tabel 1.5
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Padang Pariaman Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2011-2015 (Persen)
No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
3 Industri Pengolahan 4,67 6,59 7,67 5,55 3,37 4 Pengadaan Listrik dan Gas 6,49 12,48 1,19 9,94 1,41 5 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
2,48 1,52 4,72 4,36 5,21 6 Konstruksi 6,97 8,31 11,17 7,90 5,31 7 Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4,62 6,28 6,95 8,27 5,36
8 Transportasi dan Pergudangan 10,77 7,59 3,88 3,87 9,84 9 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
2,45 4,28 4,54 6,55 6,81 10 Informasi dan Komunikasi 8,18 11,64 11,15 9,63 9,48 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 8,72 9,65 6,74 6,11 3,82 12 Real Estate 3,71 4,11 5,68 5,71 4,76 13 Jasa Perusahaan 7,42 8,23 8,48 6,21 7,46 14 Administrasi Pemerintahan,
Pertanahan dan Jaminan Sosial
7,05 2,56 8,73 2,49 4,54 15 Jasa Pendidikan 8,18 8,84 7,76 6,89 7,01 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
8,06 10,47 7,84 8,46 6,48 17 Jasa Lainnya 4,92 6,80 6,10 8,15 6,00
PDRB 5,85 5,94 6,20 6,05 6,13
Sumber : Kabupaten Padang Pariaman Dalam Angka, 2016
2.3 Demografi dan Urbanisasi
Jumlah penduduk Kabupaten Padang Pariaman tahun 2014 terdapat sebanyak
400.890 jiwa, yang terdiri dari 196.873 laki – laki dan 204.017 perempuan,
sedangkan tahun sebelumnya tercatat sebanyak 398.223 jiwa (195.482 laki – laki
dan 202.741 perempuan ). Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2014 ini
terhitung sebanyak 302 jiwa / Km 2. Jumlah penduduk terbanyak berada di
Kecamatan Batang Anai, yakni 45.954 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah
berada di Kecamatan Padang Sago yakni 8.096 jiwa.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Padang Pariaman Tahun 2014
Luas Jumlah
Kepadatan ( jiw a/ Km2)
No Kecamatan Daerah Penduduk
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Batang Anai 180,39 45.954 255
2 Lubuk Alung 111,63 44.271 397
3 Sintuk Toboh Gadang 25,56 18.314 717
4 Ulakan Tapakis 38,85 19.175 494
5 Nan Sabaris 29,12 27.461 943
6 2 x 11 Enam Lingkung 36,25 18.586 513
7 Enam Lingkung 39,20 19.486 497
8 2 x 11 Kayu Tanam 228,70 26,173 114
9 VI I Koto Sungai Sarik 90,93 34.194 376
10 Patamuan 53,05 16.117 304
11 Padang Sago 32,06 8.096 253
12 V Koto Kampung Dalam 61,41 22.819 372
13 V Koto Timur 654,80 14.398 222
14 Sungai Limau 70,38 28.062 399
15 Batang Gasan 40,31 10.602 263
16 Sungai Geringging 99,35 27.341 275
17 I V Koto Aur Malintang 126,80 19.844 156
Jumlah 1.328,79 400.890 302
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2014
Jumlah orang yang bekerja sebanyak 150.923 orang dengan rincian 96.846 laki-laki
dan 54.077 perempuan. Dilihat dari tingkat pendidikan pekerja di Kabupaten Padang
Pariaman terbanyak pada tingkat pendidikan Tamat Sekolah Dasar sebanyak 28.413
orang, pekerja pendidikan SMP/ sederajat sebanyak 34.249, pekerja berpendidikan
SLTA sebanyak 40.651 orang, orang dan yang tidak/ belum tamat SD sebanyak
31.056 orang. Selanjutnya pekerja yang berpendidikan diatas sekolah menengah
atas (Diploma/ Universitas) sebanyak 13.438 orang.
Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Laki- Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tidak/ Belum Pernah Sekolah 1.771 1.345 3.116
2 Tidak/ Belum Tamat SD 18.157 12.899 31.056
3 Sekolah Dasar 18.137 10.276 28.413
5 SMA/ SMK/ MA/ Sederajat 27.091 13.560 40.651
6 Diploma/ Akademi 2.029 2.291 4.320
7 Universitas S1-S3 4.280 4.838 9.118
Jumlah Tahun 2012 96.846 54.077 150.923
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2014
2.4 Gambaran Geohidrologi
Potensi pemenuhan kebutuhan akan air bersih di Kabupaten Padang Pariaman pada
umumnya relatif besar karena dangkalnya air tanah di wilayah ini sehingga
memudahkan penduduk dalam penggunaannya. Selain itu Kabupaten Padang
Pariaman juga dilalui oleh 11 sungai, antara lain : sungai Batang Anai, Batang
Mangau yang keberadaannya memiliki kontribusi yang cukup besar untuk
pemenuhan kebutuhan akan air, baik untuk penggunaan rumah tangga ataupun
sebagai sumber air untuk kegiatan irigasi teknis maupun non teknis.
Dari 11 (sebelas) buah sungai yang ada, maka sungai terpanjang adalah Sungai
Batang Anai sepanjang 54,6 Km, serta Sungai Batang Mangau dengan panjang 46
km. Sedangkan sungai yang memiliki lintasan terpendek dibandingkan dengan
sungai-sungai lainnya di Kabupaten Padang Pariaman yaitu Batang Kamumuan dan
Batang Piaman dengan panjang sungai yaitu 12 km. Secara ekonomis sungai-sungai
ini merupakan pendukung bagi kegiatan irigasi dan untuk budidaya ikan yang
diusahakan masyarakat Kabupaten Padang Pariaman. Berdasarkan data tersebut
tampak bahwa fluktuasi debit tertinggi terdapat di Sungai Batang Gasan dimana
debit Tertinggi mencapai maksimal 60 M³ / dt dan debit terendah adalah 9,2 M³ / dt
dan Batang Ulakan fluktuasi debitnya cukup rendah dimana debit maksimal 60
M³ / dt dan debit terendah 36 M³ / dt .
Keadaan fluktuasi debit tersebut di atas menunjukkan bahwa tinggi dan rendahnya
fluktuasi debit ini ditentukan oleh keberadaan musim hujan dan musim kemarau.
Oleh karena itu pengelolaan dan pengendalian kawasan konservasi di wilayah hulu
peningkatan kualitas airnya menjadi lebih baik. Adapun keberadaan sungai-sungai di
Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini :
Tabel 2.4
DAERAH ALI RAN SUNGAI ( DAS) DI WI LAYAH KABUPATEN PADANG PARI AMAN
No. Nama DAS Panjang
Sungai ( Km)
Debit ( M/ dtk)
Max Min
1 DAS Batang Sungai Limau 14,00 45,00 7,77
2 DAS Batang Kamumuan 12,00 -
-3 DAS Batang Paingan 16,00 36,00 3,98
4 DAS Batang Gasan 20,00 60,00 9,20
5 DAS Batang Sungai Sirah 18,00 45,00 7,32
6 DAS Batang Naras 20,00 33,80 0,91
7 DAS Batang Piaman 12,00 19,40 2,62
8 DAS Batang Mangau 46,00 55,90 7,57
9 DAS Batang Ulakan 19,00 60,00 36,00
10 DAS Batang Anai 54,60 70,00 25,00
11 DAS Batang Tapakis 46,00 -
-Sumber: Kabupaten Padang Pariaman Dalam Angka, tahun 2014
2.5 Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan berdasarkan RPJMD dan RTRW Kabupaten Padang Pariaman
Dalam menentukan data atau informasi yang akan dijadikan isu strategis dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut 1) Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan nasional; 2) Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah; 3) Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap publik; 4) Memiliki daya dorong untuk pembangunan daerah; 5) Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola; dan 6) Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.
Cita- cita umum yang harus dicapai di dalam visi-misi Kabupaten Padang Pariaman hendaknya mensinkronkan dan mensinergiskan dengan RPJPD Kabupaten itu sendiri. Untuk periode tahun 2016-2021, RPJPD Kabupaten Padang Pariaman memasuki tahap ke-III capaian RPJPD-nya.
Dalam lima tahun kedepan kabupaten Padang Pariaman akan mewujudkan Kabupaten Padang Pariaman yang Baru, Religius, Cerdas dan Sejahtera dengan mengidentifikasi isu-isu strategis sebagai berikut :
INTERNASIONAL NASIONAL PROVINSI SUMBAR
KAB. PADANG PARIAMAN
1 Penerapan sumber energi alternatif sebagai
antisipasi eneri terbarukan
1 Kepribadian dalam Kebudayaan
1 Kehidupan agama dan budaya berdasarkan filosofi ”Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”
1 Kualitas sarana dan prasarana peribadatan
2 Keberlanjutan kebijakan moneter
ekspansif atau quantitative easing oleh amerika serikat
2 Penguatan
Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewargaan dan Pendidikan
Karakter untuk Mendukung
Revolusi Mental
2 Pencegahan dan Pemberantasan Perbuatan maksiat
mengatasi dampak negatif dan infiltrasi budaya global dan krisis global
3 Liquiditas dari ketidakseimban gan global dan kenaikan harga pangan dan energi
3 Penguatan
Karakter dan Jati Diri Bangsa
3 Penerapan nilai-nilai agama dan budaya bagi masyarakat melalui simbul-simbul agama dan budaya berdasar filosofi ”Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” agama, suku dan ras 4 Suistanable
Development Goals (SDG's)
4 Peningkatan Apresiasi Seni dan Kreativitas Karya Budaya
4 Peningkatan Apresiasi Seni dan Budaya Daerah
4 Kehidupan budaya dan kepariwisataa n
5 Penerapan Green Economic Global (ekonomi Ramah
lingkungan )
5 Pelestarian Warisan Budaya
5 Produktivitas Pertanian pangan dan hortikultura, Perkebunan, Peternakan serta Perikanan belum berkelanjutan dan masih rendah,
5 Nilai budaya ABSSBK mulai luntur akibat perubahan iklim global (Global Warming/Climat e change)
6 Peningkatan Promosi,
Diplomasi, dan Pertukaran
Budaya
6 Kualitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani serta penyuluhan yang belum berkembang optimal
6 Pelestarian dan
pengembanga n seni budaya daerah yang masih lemah pada akhir
7 Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan
7 Kesejahteraan petani yang masih rendah seiring rendahnya efisiensi usaha,
tahun 2015 menjadi pasar terbuka di kawasan
ASEAN
8 Perkembangan Ekonomi Makro
8 Ketahanan dan kedaulatan serta keamanan pangan yang masih perlu ditingkatkan
8 Sarana dan prasarana seni budaya 9 Reformasi
Keuangan Negara
9 Akses terhadap permodalan (berbagai skim kredit) dan Pengolahan serta pemasaran hasil pertanian yang masih terbatas
9 Ketersediaan dalam
produksi dan produktifitas pangan, alih fungsi lahan dan teknologi 10 Stabilitas
Moneter
10 Sarana dan prasarana pertanian, perkebunan, dan peternakan masih terbatas (Lahan, Irigasi, Bibit, Pupuk dan Pestisida, Alat dan Mesin, serta Pembiayaan Pertanian)
10 Akses dan
11 Pengolahan dan Pemasaran hasil pertanian untuk nilai tambah dan daya saing hasil perkebunan, peternakan dan Perikanan belum berkembang
11 Keragaman
12 Pembangunan wilayah untuk pengembangan kegiatan perikanan tangkap di perairan laut Sumatera Barat
12 Peningkatan
berkelanjutan dan kesejahteraan petani;
13 Mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan
13 Kualitas dan Kuantitas SDM petani
14 Pengamanan produksi untuk kemandirian dan diversifikasi konsumsi pangan;
14 Peningkatan aksesibilitas, infrastruktur prasarana jalan ke sentra produksi perikan
14 Peningakatan akses dan layanan pendidikan
15 Peningkatan produksi dan nilai tambah perikanan serta
kesejahteraan
nelayan/pembudid aya ikan/pengolah dan pemasar hasil perikanan/petamb ak garam;
16 Penguatan
pasokan, bauran dan efisiensi konsumsi energi;
16 Pertambangan energi tanpa izin (PETI) 17 Peningkatan tata
kelola laut, pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil serta pengembangan ekonomi kelautan berkelanjutan;
17 Izin pemanfaatan kekayaan alam (pertambangan) yang diusahakan masyarakat sebagai sumber pendapatan di daerah kabupaten / kota
17 Peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing pendidikan
18 Peningkatan produksi hasil hutan dan pengembangan jasa lingkungan;
18 Rendahnya rata-rata Lama sekolah yang saat ini masih setara SLTP (kelas III SLTP)
18
lingkungan hidup, pengembangan pola produksi dan konsumsi
berkelanjutan, dan pelestarian dan pemanfaatan keekonomian keanekaragaman hayati
19 Pelayanan pendidikan anak usia dini
19
Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat 2
0
Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan daya saing, pertumbuhan perempuan dari berbagai tindak kekerasan,
termasuk Tindak
Pendidikan luar biasa 2 2
Pembangunan dan Penguatan
Pendidikan berkarakter 2 3 dan Kualitas Pelayanan KB yang Merata
2 4
Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan
2
Perbaikan Status Gizi Masyarakat
2 5
Intensitas penyebaran beberapa penyakit menular dan tidak menular (baik sasaran target MDGs maupun sasaran diluar target MDGs), Gizi lebih yang semakin meningkat, ada ancaman meningkatnya atau munculnya penyakit lain (new emerging dan re-emerging) serta kejadian luar biasa yang diakibatkan adanya perubahan perilaku manusia dan lingkungan. Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2 6
Masih tingginya AKI dan AKB di Sumatera Barat.
2 6
2 7
Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang Berkualitas
2 7
Sistem Kesehatan belum responsif terhadap kebutuhan masyarakat, berdasarkan jumlah sarana pelayanan kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan penduduk di kabupaten/kota. Disamping itu kualitas SDM yang juga dirasakan masih belum optimal
2 7
Kesiapsiagaan , tanggap darurat dan pemulihan
Sistem pelayanan kesehatan belum efektif dan efisien, masih berorientasi kepada kuratif daripada promotif dan preventif, hal ini terlihat dari proporsi anggaran lebih tinggi untuk kuratif,
Belum optimalnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Masyarakat,
2 9
Penciptaan lapangan kerja melalui enterpreneur
Belum terpenuhinya Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan standard dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang prima;
31 Peningkatan Akses dan Kualitas PAUD
31 Belum optimalnya aspek Regulasi dan Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung manajemen kesehatan;
Pembiayaan Kesehatan seluruh Kabupaten/Kota yang masih dibawah amanat Undang-Undang Kesehatan belum mencapai 10 %.
3 3
Partisipasi
Pemuda dalam Pembangunan
3 3
Masih terbatasnya keterlibatan perempuan dan anak dalam pembangunan 3
4
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca/mitigasi (GRK)
3 4
3 5
Ketahanan
Masyarakat/adapt asi terhadap Perubahan Iklim
3 5
Masih rendahnya partisipasi orang tua dalam program pengasuhan anak balita, remaja dan lansia
3
Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif dan Daya Saing Bagi
Peningkatan Akses kepada Sumberdaya Produktif
Pengembangan Produk dan Pemasaran KUKM
Penguatan peranan Kelembagaan Koperasi khususnya dalam pembangunan pertanian/ informasi dan TIK secara produktif dan bijak.
41 Pariwisata di daerah perairan dan kepulauan, melalui kekayaan dan keindahan pantai dan lautnya
4 2
Pengendalian pencemaran (air, udara, dan lahan)
Menarik investor untuk membangun dan mengembangkan
kepariwasataan
4 3
Pengembangan kebijakan pola produksi dan konsumsi
berkelanjutan
4 4
Pemerataan dan Penanggulangan Kemiskinan
4 4
Belum optimalnya pelayanan trasnportasi publik
Pendidikan Orang Dewasa
4 5
Penurunaan Kinerja Jaringan Jalan dan Kemacetan Lalu Lintas.
4 6
Perlindungan sosial yang belum komprehensif
4 6
Kurangnya Peran Serta Swasta Dalam Pembiayaan Infrastruktur
Kemiskinan di wilayah Pesisir dan Kepulauan
4 8
Keterbukaan informasi dan komunikasi publik
4 8
Pengelolaan limbah industry dan rumah tangga belum
birokrasi melalui Reformasi
Birokrasi
4 9
Sulitnya penyediaan (pembebasan) lahan untuk pembangunan
5 0
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
5 0
Belum optimalnya pengeloaan sumberdaya air (embung, danau, sungai)
51 Restrukturisasi Organisasi
Perangkat Daerah (OPD)
51 Berkurangnya lahan pertanian pengguna air akibat konversi
5 2
Penataan Daerah dan Kewenangan antar Tingkat Pemerintahan
5 2
Terkendalanya dalam membuka lahan baru untuk pemanfaatan sumber air yang sudah terbangun
5 3
Kerjasama Daerah 5 3
5
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan apartur sipil dalam pengawasan pengelolaan sumberdaya alam
5 5
Sinergi
Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan Daerah
5 5
Belum optimalnya kerjasama dengan propinsi tetangga dalam pengelolaan daerah perbatasan
5 6
Akuntabilitas dan Tata
Pemerintahan
5 6
Lemahnya koordinasi antar instsitusi sektoral karena belum berkembangnya sistem informasi data dan pelayanan terpadu
Belum termanfaatkannya hasil penelitian sumberdaya alam dalam pembangunan
5 8
Penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana; dan
5 8
Belum terkelolanya wisata alam dan budaya yang berbasis nagari
5 9
Penanganan perubahan iklim serta peningkatan kualitas informasi iklim dan kebencanaan.
5 9
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai upaya menekankan tingginya angka kriminalitas dan gangguan keamanan dalam masyarakat
6 0
Peningkatan konservasi dan tata kelola hutan serta pengelolaan DAS;
6 0
Penciptaan lapangan kerja baru dengan mempermudah investasi masuk ke daerah provinsi Sumatera Barat.
61 Memperkuat modal UMKM untuk mengembangkan usahanya sehingga mampu menyerap tenaga kerja baru. 6
2
6 3
Diseminasi perundang-undangan terkait dengan peruntukan tanah untuk pembangunan dan fasilitas umum kepada masyarakat. 6
4
Membangun sentra ekonomi baru berbasiskan nagari/desa berbasiskan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia
6 5
Peningkatan pendapatan masyarakat di pedesaan/nagari dengan cara mendorong daya kreasi dan daya inovasi masyarakat di sektor ekonomi kreatif
6 6
Perumahan rakyat yang berkualitas masih perlu ditingkatkan
6 7
Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan usia angkatan kerja melalui pembuatan program dan kegiatan yang relevan sehingga memiliki keahlian sesuai dengan minat dan bakatnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan
6 8
Meningkatkan kualitas hidup keluarga agar generasi yang dihasilkan mampu bersaing dalam menghadapi integrasi ekonomi global ke depan 6
9
Peningkatan kualitas hidup masyarakat nagari dengan cara mensinergikan sumber daya yang ada di nagari berdasarkan prinsip kemandirian;
7 0
Kurangnya sumberdaya manusia perencana pembangunan.
7 2
Peningkatan pemanfaatan jumlah penduduk sebagai bonus demografi dalam melaksanakan pembangunan daerah
7 3
Meningkatkan sinergi antar lembaga dalam melakukan pengamanan lingkungan. 7
4
Membentuk nagari adat sebagai dasar penyelenggaraan
pemerintahan terendah; 7
5
Peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan nagari dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan dan tata kelola nagari/desa;
7 6
Perlunya meningkatkan kapasitas lembaga kebencanaan
7 7
Paradigma kebencanaan yang preventif menggantikan sifat lama yang responsif
7 8
Prasarana dan sarana penanggulangan bencana perlu ditingkatkan
7 9
Pengembangan jalan karena lahan yang terbatas
8 0
Peningkatan kebutuhan transportasi udara
Berdasarkan permasalahan dan identifikasi isu-isu strategis yang terjadi ditingkat global, nasional, regional dan lokal melalui pendekatan focus group discussion (FGD) maka isu strategis yang menjadi prioritas pembangunan di kabupaten Padang Pariaman dalam 5(lima) tahun kedepan adalah sebagai berikut :
1. Kualitas sarana dan prasarana peribadatan
Hal ini menyebabkan fasilitas sarana dan prasarana peribadatan belum memadai.
2. Pembangunan jati diri masyarakat melalui pendidikan agama dan wawasan kebangsaan guna mengatasi dampak negatif dan infiltrasi budaya global dan krisis global
Kabupaten Padang Pariaman sudah lama masyarakatnya menganut adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman pada era sebelumnya pun telah mengupayakan untuk mengembalikan bahkan mempertahankan adat. Karena adat inilah yang mengikat masyarakat Kabupaten Padang Pariaman menjadi masyarakat yang religius. Sistem pendidikan Kabupaten Padang Pariaman telah mengarahkan masyarakatnya mengenal adat sedini mungkin. Pemberian kapasitas untuk memahami agama melalui pendidikan Al-Qur’an telah ditanamkan melalui pesantren ramadhan dan didikan subuh serta melalui Taman Pendidikan Al-Qur’an. Program ini sudah berjalan selama satu periode kepemimpinan kepala Daerah Kabupaten Padang Pariaman yang sedang berjalan, dan akan dikembangkan lebih lanjut seperti dalam bentuk pendalaman kajian Al-Quran (Rumah Tahfiz Quran). Begitu juga dengan program wirid yang senantiasa dilaksanakan setiap minggunya oleh Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kab. Padang Pariaman akan dikembangkan nantinya hingga ke nagari-nagari.
3. Keragaman dan diversifikasi pangan
4. Peningkatan produksi komoditi unggulan
Potensi ekonomi daerah perlu dikembangkan secara optimal menjadi produk unggulan daerah (PUD) yang berdaya saing dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah. Untuk itu kabupaten Padang Pariaman telah menetapkan beberapa jenis komoditi dan produk unggulan daerah yang bersumber dari bahan lokal diantaranya : Kelapa, Kakao, Jambu Biji Merah, Manggis, Padi, Ubi Kayu, Pepaya, Jagung, bahan olahan dan lain-lain.
Model pengembangan PUD dapat dilaksanakan antara lain melalui: a. peningkatan kualitas daya tarik PUD; b. peningkatan kualitas infrastruktur; c. peningkatan promosi dan investasi PUD; d. peningkatan kerjasama; e. peningkatan peran serta masyarakat; dan f. peningkatan perlindungan terhadap PUD. Disamping itu dapat juga dilaksanakan dengan cara: a. penyehatan iklim investasi; b. inovasi produk; c. peningkatan kapasitas produksi PUD; d. pengembangan keragaman jenis PUD; e. peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pengembangan PUD; dan f. revitalisasi struktur, elemen, dan aktivitas yang menjadi penggerak kegiatan pengembangan PUD yang akan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
5. Peningakatan akses dan layanan pendidikan
terus mebaik dari tahun 2010 sebesar 6,62 tahun menjadi 6,88 tahun pada tahun 2014, namun masih sangat rendah karena hanya setingkat SMP yang belum memenuhi wajib belajar 12 tahun atau setingkat SLTA.
6. Peningkatan akses dan layanan kesehatan
Akses masyarakat terhadap layanan kesehatan umumnya masih kurang dimana rasio puskesmas per satuan penduduk hanya sebesar 0,06 meski sebagian besar telah ditangani melalui program Jamkesmas/Jamkesda. Disamping itu rasio dokter per satuan penduduk baru sebesar 0,102 sedangkan rasio tenaga paramedis per satuan penduduk hanya sebesar 1,16 di tahun 2015. Dilihat dari kondisi diatas, untuk angka harapan hidup baru mencapai 69,44 tahun. Oleh karena itu layanan kesehatan perlu dilakukan peningkatan terhadap derajat kesehatan, pelayanan kesehatan yang lebih merata, perbaikan gizi, layanan kesehatan penduduk miskin dan perilaku hidup bersih dan sehat. 7. Pengembangan destinasi wisata dan budaya lokal
Kabupaten Padang Pariaman memiliki potensi pariwisata yang cukup memadai dan punya potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebanyak 75 lokasi objek wisata, yang terdiri dari 22 objek wisata alam, 4 objek wisata budaya, 31 objek wisata sejarah, 10 objek wisata pantai, salah satunya sudah menjadi ikon dan primadona wisata pantai yang baru bagi wisatawan yaitu Wisata Pantai Tiram yang terletak di Kec. Ulakan Tapakis dan 8 objek wisata khusus. Bahkan salah satu destinasi wisata khusus di Kab. Padang Pariaman sudah di akui di tingkat Internasional karena memiliki potensi yang sangat bagus, yaitu tempat wisata Lubuk Nyarai yang terletak di Kec. Lubuk Alung. Dari data yang ada terdapat kenaikan yang cukup signifikan mengenai kunjungan wisatawan baik domestik dan wisatawan asing.
Kabupaten Padang Pariaman merupakan satu-satunya arah pengembangan pembangunan Kota Padang dan memiliki potensi dan sumber daya alam yang belum terkelola dengan baik untuk pembangunan Ekonomi masyarakat. Konsekwensi dari kondisi ini adalah Padang Pariaman banyak menerima migrasi masuk dari daerah lain dan banyak terjadi Investasi untuk kegiatan industri, perdagangan dan Jasa. Pandangan ke depan, Kabupaten Padang Pariaman diharapkan menjadi sebuah Kabupaten yang memiliki kenyamanan dan aman bagi penghuninya termasuk dalam berinvestasi.
9. Pengembangan dan peningkatan kualitas infrastruktur wilayah
Kabupaten Padang Pariaman dalam konteks struktur ruang Provinsi Sumatera Barat, merupakan pintu masuk Provinsi Sumatera Barat melalui Bandara International Minangkabau dan juga sebagai daerah penyangga Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Oleh sebab itu kualitas infrastruktur wilayah terus dikembangkan dan ditingkatkan. Salah satu pembangunan yang saat ini sedang dilaksanakan adalah Jalan Lingkar Duku- Sicincin, Jalan Tol Padang – Pekanbaru, dan jalur Railbus Duku – Bandara BIM, yang diharapkan dapat menjadi penunjang pengembangan perekonomian Kab. Padang Pariaman. Harapan ini tentunya logis karena aksesibilitas menuju Padang Pariaman menjadi lebih berkualitas dan distribusi barang dan jasa menjadi lebih cepat dan lancar. Sebagai bentuk dukungan perlu dibangun sarana infrastruktur penunjang seperti Rest Area, Pasar dan pusat- pusat perdagangan lainnya, serta lahan pemukiman baru yang berwawasan lingkungan.
Kabupaten Padang Pariaman juga mengalami beberapa persoalan seperti kemiskinan. Data PPLS 2011 menunjukkan bahwa kemiskinan rumah tangga sekitar 6.876 KK dari 23.853 KK atau 7,69 % Rumah Tangga Miskin (RTM). Kemiskinan Individu di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 125.120 atau 11,57% dari total penduduk Kabupaten Padang Pariaman yaitu 400.890 Jiwa di tahun 2013. Saat ini kebutuhan riil masyarakat miskin adalah: (1) perbaikan ekonomi. Mereka membutuhkan modal usaha dan modal kerja secara finansial, namun tingkat pengembaliannya diharapkan tidak terlalu tinggi bunganya dibandingkan dengan bank konvensional lainnya. (2) Layanan kesehatan lebih membutuhkan pelayanan yang prima, bersahaja dan humanis dari tenaga medis. (3) Layanan Birokrasi. Masyarakat menginginkan tidak akan ada lagi korupsi di dalam pelayanan terhadap publik. Aparatur sudah saatnya dibina untuk dapat melayani dengan cepat, tepat dan bersih.
11. Penyelenggaran tata kelola pemerintahan daerah dan pelayanan publik yang baik dan bersih.
Kebijakan publik yang berpihak rakyat adalah kebijakan kepemerintahan yang bersih (clean and good governance). Kondisi saat ini pelayanan terhadap publik sedang dalam peningktan kualitas seperti adanya program PATEN, PESDUK, SIMAYA, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, CAPIL MOBILE, dan LPSE. 12. Kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan kebencanaan
Pada dasarnya seluruh wilayah Padang Pariaman adalah kawasan rawan gempa. Daya rusak gempa umumnya semakin tinggi bila mengenai wilayah yang jenuh air