• Tidak ada hasil yang ditemukan

navigasi langit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "navigasi langit"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ASTRONAVIGASI

(NAVIGASI LANGIT)

File .PDF dengan kualitas gambar 15% dan resolusi 150 dpi

Oleh Naf’an Akhun

 Cara menentukan posisi berdasarkan perjalanan benda-benda langit  Cara memperkirakan arah kiblat dengan bayangan matahari dan Bintang  Kelemahan Kompas dalam penentuan arah Kiblat

(2)
(3)

Dokumen ini BOLEH di sebarluaskan, baik tetap berbentuk file elektronik maupun cetak untuk tujuan bukan komersial (NON-PROFIT)

Modifikasi, pengutipan sebagian atau keseluruhan isi dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis.

Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari penulis, karena bagaimanapun juga, Hak Cipta ada pada penulis.

File elektronik II Publikasi Web I: 2006 Publikasi Web II: 2008

(4)

PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur hanya bagi Allah, Pencipta alam semesta. Tulisan mengenai Astronavigasi; Pengenalan dan Praktik Sederhana akhirnya bisa saya selesaikan.

Suatu ketika, sebuah majalah komputer dari Jakarta menyertakan bonus CD yang berisi freeware, salah satunya Stellarium. Disana ditulis."bila anda penat atau stress setelah bekerja, jalankan program Stellarium. Semoga terhibur dengan simulasi bintang-bintang dilangit.dst".

Langsung terbersit pikiran, mengapa hanya memandangi? Bukankah bintang-bintang merupakan alat petunjuk bagi orang-orang jaman dulu?

Setelah itu saya mulai mencari literaturnya. Awalnya merasa kesulitan karena tidak ada gambaran awal sama sekali. Namun nikmat Allah tak pernah putus, saya mendapat kesempatan bertugas di Galela, Halmahera Utara, dimana langit malam yang cerah bertabur bintang terlihat jelas sekali, maasyaa Allah. Berbeda dengan Jakarta atau kota-kota besar lainnya yang tertutup debu dan asap, kecuali menjelang fajar.

Setelah membuat peta langit dan bumi modifikasi dari beberapa piranti lunak (software). Metode pembacaan dan perhitungan berdasarkan literatur tentunya, hasilnya kemudian saya rangkum dan sederhanakan seperti yang anda baca sekarang ini.

Ternyata praktik navigasi langit dengan alat seadanya sangat menyenangkan. Penulis mengharapkan, agar ilmu menarik yang tidak memandang usia ini dapat diajarkan dan dipraktikkan sebagai pelajaran ekstrakurikuler di sekolah bagi siswa SMP maupun SMU. Dan tentu saja, sangat dianjurkan bagi kelompok-kelompok pecinta alam.

Ada pengalaman berkesan ketika naik gunung api SuDokuno di Kab. Halmahera Utara pada bulan Februari 2007. Setiba dipuncak, rombongan hendak shalat dan menanyakan arah kiblat. Saya kemudian mencoba navigasi langit, saat itu rasi Orion tepat di atas kepala. Setelah ketemu arah mata anginnya, hasilnya saya bandingkan dengan kompas, dan ternyata tepat.

Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada Kedua orang tua dan keluarga, LSM MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), Klinik MER-C-BNI Galela Halmahera Utara, H. Arifin, Pengawas Pendidikan sekecamatan Galela dari DEPAG Tobelo atas semua bantuan dan waktunya, Mahmud APMS atas sumbangan CD dan Box, Tukang kaca Tobelo atas sumbangan cerminnya. Star Computer Tobelo atas sumbangan floppy disk, Pak Sabri Albar-Kades Soasio- atas pinjaman kamera digitalnya dll. dan juga kepada pihak pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Galela, Maret 2007 Naf’an Akhun

(5)

Daftar Isi

ASTRONAVIGASI...i

PENGANTAR...ii

Bab 1. Pendahuluan...1

Cara penulisan Koordinat...2

Navigasi Dua Titik (Resection dan Intersection)...2

Bab 2. Perkembangan Navigasi Langit...7

Kwadran...7

Astrolabe...8

Cross staff...8

Davis quadrant atau Backstaff...9

Octan...10 Sextant...10 Lunar Distance...12 Chronometer...12 Horizon Artifisial...12 Navigasi Modern ...13

Bab 3. Istilah Astronomi untuk Navigasi Langit...15

Bola Langit (Celestial Sphere)...15

Ekuator Langit (Celestial Equator) dan Sistem Koordinat Langit ...15

Ekliptika...16

Horizon dan Sistem koordinat horizon...16

Jarak Zenith (Zenith Distance)...17

Meridian ...17

Hour Angle...18

Waktu Sidereal (Sidereal Time)...20

Equation of Time (Penyetaraan Waktu)...20

Zona Waktu dan Waktu Universal...21

Daylight Saving Time (DST)...22

Presesi (Precession)...22

Almanak Nautika...23

Bab 4. Bintang dan Konstelasi Utama Navigasi Langit...24

Peta Langit...24

Daftar Bintang dan Konstelasi Utama...25

Posisi Matahari...35

Memperkirakan Bintang yang akan tampak di langit...35

Peta Posisi Geografik Bintang...36

Koordinat Posisi Geografik (GP): Dec, HA ...37

Metode Pembacaan Peta GP...38

Bab 5. Membuat Sextant sederhana: Sextant-CD...40

Dua buah Cermin...41

Cermin Index yang menempel ditengah CD...42

Kaca-cermin Horizon yang menempel di box CD...42

Kalibrasi...43

Sekilas skala Vernier...43

Bab 6. Praktik Navigasi Langit...46

Waktu pengamatan...46

Perlengkapan...46

(6)

Jarak Zenith, Lingkaran Posisi dan Garis Posisi (Line of Position =LOP)...47

Penyimpangan LOP...48

Bab 7. Navigasi Langit: Cara Kerja Sederhana...50

Bab 8. Navigasi Langit: Cara Asumsi Posisi...53

Altitude Observasi (Ho)...53

Altitude Kalkulasi (Hc)...54

1. Mencari LHA...54

2. Rumus Segitiga Bola untuk mencari Az dan Hc...54

Perhitungan...55

Bab 9. Pengukuran Posisi berdasarkan Gerak Matahari (Running Fix)...62

Bab 10. Memperkirakan arah Kiblat bagi Muslim...64

Kelemahan Penggunaan Kompas...64

Variasi ...64

Deviasi...64

Koreksi Kesalahan nilai INDEX KOTA (CITY INDEX) pada Kompas Kiblat ...65

Cara Penentuan Arah Kiblat: dengan Bintang & Busur Derajat (Bukan Jarum Kompas) ...66

Kapan Matahari persis di atas Ka’bah? ...67

Perkiraan Arah Kiblat Tiap Hari dengan Skema...68

Perkiraan Arah Kiblat dengan bantuan BINTANG ...71

Bisakah Sabuk ORION digunakan sebagai penentu Arah Kiblat? ...72

Perhitungan Arah Kiblat dengan Trigonometri Bola...73

Bab 11. “Jam Bintang” ...74

Skema “Jam Bintang”...74

“Jam Bintang” dari Belahan Bumi Selatan...76

Bab 11. Penutup...78

Daftar Pustaka...79

Daftar Bintang dan Konstelasi Utama...81

Skala Sextant-CD...83

Peta Langit...84

Posisi Geografik (GP)...85

Lembar Plot...86

Skema Perkiraan Kiblat...87

Tabel Koreksi Nilai Indeks Kota (City Index) pada Kompas Kiblat...88

(7)

Bab 1. Pendahuluan

"...dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk".(Q.S. An Nahl: 16)

"Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui." (Q.S Al An'aam: 97)

* * *

Seperti yang telah kita ketahui bersama, demi kemudahan pemetaan suatu posisi di permukaan planet bumi yang bulat, dibuatlah suatu sistem koordinat X,Y.

Garis X (horizontal) akan membagi Bumi menjadi dua bagian sama besar, bagian utara dan selatan. Garis ini disebut Ekuator/ Khatulistiwa. Garis sejajar ekuator di sebelah utara/ selatannya dinamakan garis LINTANG (latitudinal).

Garis Y (vertikal) akan membagi bumi menjadi bagian barat dan timur. Garis ini disepakati memotong/ melewati kota Greenwich, Inggris sebagai bujur 0 derajat. Garis-garis sejajar 0° di sebelah barat/ timurnya dinamakan garis BUJUR (longitudinal).

Garis Lintang (horizontal) terukur dengan rentang 0° - 90° utara/ selatan, sedangkan garis bujur (vertikal) antara 0° - 180° ke barat/ timur.

Gambar 1. Sistem Koordinat Bumi

Tiap derajat masih dibagi lagi menjadi 60 menit busur dan tiap menit busur dibagi lagi 60 detik busur. Untuk perhitungan jaraknya, 1 menit busur setara dengan 1 mil nautika (1852 m). Ukuran 1 mil ini menurut garis lintang (ke utara/ selatan), bukan garis bujur karena jarak antar bujur makin ke kutub makin mengecil. Dari penjelasan ini tampak bahwa menit busur/ detik busur bukan merupakan satuan waktu tetapi jarak.

1 mil berbeda dengan 1 mil nautika 1 mil (darat) = 1609,344 m

(8)

Posisi di permukaan bumi akan dipaparkan dari perpotongan antara garis horisontal dan vertikal tersebut. Garis Lintang disebut terlebih dahulu kemudian diikuti garis Bujur1, misalnya Ternate, Indonesia, terletak pada posisi 0°47'7” LU (Lintang Utara) dan 127°22'12” BT (Bujur Timur).

Cara penulisan Koordinat

Perhatikan bahwa cara penulisan koordinat di atas adalah campuran dari notasi sexagesimal (derajat-menit-detik) dengan notasi desimal. Tiap satu derajat terbagi lagi menjadi 60 fraksi yang sama, dinamakan menit busur, dinotasikan dengan tanda apostrof (‘). Tiap satu menit busur masih terbagi lagi menjadi 60 fraksi detik busur (“), namun dalam navigasi tiap menit busur biasanya hanya dibagi menjadi 10 fraksi2 . Sistem inilah yang akan kita pakai pada tulisan selanjutnya: derajat, menit busur, sepersepuluh dari 1 menit busur. Contoh: 74°01’.30” menjadi 74°01.5’

Perhitungannya sebagai berikut: 30/60 x 10 = 300/60 = 5

Tetapi bila dalam tulisan ini selanjutnya hanya ditulis 74°01’; artinya 74°01.0’, atau bila 74° artinya 74°00.0’

* * *

Di mana kita sekarang? tepatnya berapa koordinat kita sekarang?

Pertanyaan ini menjadi sangat penting ketika (misalnya) tersesat dalam hutan, gurun pasir atau bahkan di atas perahu yang terapung-apung di tengah laut. Peralatan komunikasi radio atau GPS (Global Positioning System) yang tidak berfungsi. Saat itulah navigasi diperlukan untuk menjawab dengan detail; berapa posisi lintang dan bujur kita saat itu?

Navigasi Dua Titik (Resection dan Intersection)

Masih ingatkah cara navigasi menentukan posisi dengan dua titik? dua titik atau tanda alam yang mudah diamati (biasanya puncak gunung) dibidik dan diukur sudutnya dengan kompas. Lalu hasilnya di gambarkan di peta topografi untuk mengetahui posisi kita.

Misalnya saat tersesat di lereng gunung Merbabu, Jawa Tengah. Dua tanda yang mudah dikenali adalah puncak Merbabu dan Merapi. Kedua tanda alam ini yang nanti akan kita bidik, langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menentukan arah mata angin dengan bantuan kompas. Berdirilah menghadap arah yang ditunjuk oleh ujung jarum merah kompas. Nah, ini adalah arah UTARA MAGNET bumi (Magnetic North), bidiklah arah ini dengan kompas. Pundak kanan berarti arah timur, punggung selatan dan pundak kiri barat.

2. Sambil tetap membidik, putarlah badan searah jarum jam (ke kanan) menuju titik yang akan dibidik (puncak gunung). Catat besar sudut perputaran badan dari arah utara magnet. Misalnya dalam kasus ini diperoleh data; terhadap puncak merbabu sebesar 40°57.0’ dan Merapi diperoleh 144°16.0’.

1 http://www.sailingissues.com/navcourse1.html 2Http://www.ludd.luth.se

(9)

Gambar 2. Navigasi Dua Titik

3. Koreksi Variasi dan Deviasi Kompas.

Jarum kompas selalu mengikuti arah medan magnet bumi, padahal di setiap tempat arus magnetnya tidak selalu menunjukkan arah Utara sebenarnya (True North) karena kompleksnya pengaruh yang ada di permukaan bumi. Sudut antara utara magnet (Magnetic north) dengan utara sebenarnya (true north) dinamakan Variasi (atau disebut juga Deklinasi Magnetis)3.

Di setiap peta biasanya dicantumkan nilai variasi ini, misalnya peta topografi yang akan kita pakai, yang dibuat oleh Army Map Service (NSVLB), Corps of Engineers, US army 1954 menyatakan;

“1955 Magnetic Declination for this sheet varies from 0°15’ easterly for the center of the

west edge to 1°00’ easterly for the center of the east edge. Mean annual change is 0°02’ westerly”

Terjemahan bebasnya: “Variasi 1°30’ ke Timur, rata-rata 0°02’ ke barat tiap tahun”.

Tulisan ini dibuat tahun 2007, selisih 53 tahun dari tahun 1954 = 1°46’ ke Barat, maka total variasinya;

1°30’ ke Timur + 1°46’ ke Barat = 0°16’ ke Barat.

Jadi nilai sudut dari arah utara sebenarnya sebagai berikut: - Merbabu = 40°57’ - 0°16’ = 40°41’

- Merapi = 144°16’ - 0°16’ = 143°

Tanda (-) bila variasi ke Barat (West), tanda (+) sebaliknya. Bila bingung perhatikan bagan ini:

3http://gsc.nrcan.gc.ca/geomag/field/magdec_e.php

(10)

Sedangkan Deviasi adalah kesalahan baca jarum kompas yang disebabkan oleh pengaruh benda-benda disekitar kompas, misalnya besi, mesin atau alat-alat elektronik. Sebaiknya benda-benda ini dijauhkan terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran. Tetapi bagi pelaut, nilai deviasi harus diperhitungkan karena tidak mungkin menjauhkan besi-besi dari atas perahu bukan? Cara perhitungannya sama dengan Variasi.

4. Siapkan peta Topografi daerah Merapi dan Merbabu. Temukan arah utaranya (Bagian atas setiap peta biasanya menunjukkan arah utara benar (true north)). Gambarkan dua buah garis, sejajar dengan garis bujur peta. Garis pertama (A) memotong puncak Merbabu, sedangkan yang lain (B) memotong puncak merapi. (lihat gambar 3; garis warna hitam). Fungsi dua buah garis ini adalah sebagai penolong arah utara.

Gambar 3. Peta Topografi Gunung Merapi dan Merbabu

5. Dari puncak Merbabu diukur sudut 40°41’ searah jarum jam (ke kanan) terhadap garis utara tersebut. Buatlah garis sesuai sudut ini (warna merah). Demikian juga terhadap puncak Merapi 143° (warna hijau).

6. Perpotongan garisnya merupakan posisi kita, 7°28.0' LS dan 110°24.0' BT. Ini adalah contoh fungsi koordinat bumi dalam navigasi.

(11)

* * *

Bagaimana kalau berada di tengah lautan luas? Titik apa yang akan dibidik?

Para pelaut atau kafilah arab agar tidak tersesat di gurun pasir, mempunyai cara tersendiri untuk menentukan posisi, yaitu dengan mengamati benda-benda langit; bintang, matahari, bulan dan planet. Cara ini dikenal dengan nama Astronavigasi atau Navigasi Langit (Celestial

navigation).

Langit yang luas, yang berisi planet, bintang-bintang, bulan dan benda langit lainnya dipetakan dan disederhanakan menjadi seperti halnya bola bumi, yaitu bola langit. Jadi bayangkan saja ada dua buah bola, bola kecil di dalam bola besar. Bola kecil adalah bumi dan diluarnya langit.

Seperti halnya bola bumi bila dibentangkan menjadi peta bumi, bola langit menjadi peta

langit. Di peta bumi kita jumpai laut dan pulau, di peta langit akan kita jumpai bintang dan

rasi!

Bagaimana memetakan komet atau bintang yang bergerak? Tentu tidak. Untuk tujuan navigasi langit hanya memuat bintang-bintang utama yang direkomendasikan saja.

Peta langit, seperti halnya bumi, juga di petakan menjadi ekuator, garis lintang dan bujur! (baru tahu khan?)

Seandainya anda pergi ke ruang angkasa untuk melihat corak benua di bumi, anda pasti langsung bisa mengidentifikasi mana kutub utara/ selatan bumi karena kita sudah dikenalkan dengan peta bumi sejak masih sekolah Dasar. Demikian pula bila sudah terbiasa mempelajari peta langit, dengan melihat sebuah rasi di langit anda akan mampu menentukan arah mata anginnya! Seperti misalnya rasi Orion dibawah ini.

Gambar 4. Rasi Orion

Pembahasan lengkap peta langit dan rasinya akan anda jumpai di Bab berikutnya. Jadi sejak matahari tenggelam di ufuk barat dan bintang-bintang mulai bermunculan; kita nanti akan terbiasa mengamati rasi bintang Biduk/ Beruang Besar (Ursa mayor) yang menunjukkan arah utara, bintang Pari/ Salib Selatan (Crux) penanda arah selatan, serta bintang-bintang lain yang mempesona dan menakjubkan

* * *

(12)

 Ekuator

Garis Lintang (Latitudinal)Garis Bujur (Longitudinal)  Mil Nautika

1 mil berbeda dengan 1 mil nautika (nautical mile). 1 mil = 1609,344 m

1 mil nautika = 1852 m  Greenwich

Utara benar (true north)

Utara magnetis (magnetic north)

 Variasi Kompas atau Deklinasi Magnetis  Deviasi Kompas

(13)

Bab 2. Perkembangan Navigasi Langit

Jaman dahulu, para pelaut, kafilah atau penghuni gurun pasir mempunyai tradisi tersendiri untuk menentukan arah atau navigasi agar tidak mudah tersesat. Pelaut yang berada di daerah Lintang utara bumi (misalnya Eropa) lebih mudah menentukan arah utara dengan mengamati bintang Polaris, bintang terang yang terletak hampir persis di kutub utara.

Bila hendak berlayar ke Samudera luas, navigatornya mengukur ketinggian Polaris dari tempat pemberangkatan. Ketika kembali, mereka hanya perlu berlayar ke utara/ selatan saja sampai mencapai sudut ketinggian Polaris yang sama, kemudian belok ke kiri/ kanan dengan tetap menjaga sudut Polaris.

Orang Arab mungkin lebih lihai lagi. Mereka menggunakan lebar dua jari, biasanya ibu jari dan kelingking. Dengan lengan yang direntangkan, mata membidik horizon di bagian bawah dan Polaris di atas. Perkembangan selanjutnya mereka memakai seutas tali bersimpul yang disebut

Kamal.

Gambar 5. Kamal Kwadran

Pada sekitar abad ke-9 Kwadran mulai diperkenalkan. Merupakan lempengan seperempat lingkaran yang di buat dari kayu atau kuningan dan Bandul penunjuk. Tepi lingkaran memuat skala derajat. Bandul penunjuk dengan lubang terfiksasi di puncak/ ujung seperempat lingkaran.

Gambar 6. Kwadran

Cara menggunakannya, satu orang mengamati dan membidik benda langit melalui lubang kecil, sedangkan yang lain mencatat skala yang ditunjuk Bandul penunjuk. Pelaut terkenal,

Columbus, dalam pelayarannya memakai alat ini.

Walaupun Kwadran mampu mengukur posisi dengan lebih terpercaya karena sudah memakai skala derajat, namun ada kelemahan paling mencolok; saat terjadi badai sulit mempertahankan posisi Kwadran dan bandul penunjuknya tetap vertikal.

(14)

Astrolabe

Instrumen lain adalah Astrolabe atau "astrolage" yang berasal dari Timur Tengah. Pada mulanya dipakai untuk menentukan waktu, zodiac dan posisi kiblat. "Astro" berarti bintang dan "labe" berarti menentukan. Dibuat pertama kali oleh ahli matematika Persia Al Fazari pada abad ke-8 dan mulai dikenal di Eropa pada zaman khalifah Cordova Spanyol.

Gambar 7. Astrolabe

Astrolabe adalah suatu alat yang dapat digunakan, baik astronomi maupun astrologi, untuk memprediksi pergerakan matahari, bulan, planet dan bintang; menentukan waktu. Selain itu juga untuk menyusun horoskop/perbintangan.

Alat ini terdiri dari cakram berlubang yang disebut mater, sebagai alas dari satu/ lebih cakram tipis yang disebut tympan atau climates. tympan berisi gambar yang merepresentasikan langit di atas horizon.

Disekeliling mater merepresentasikan waktu. Di atas mater dan tympan, ada lagi rete, memuat proyeksi eklips dan posisi bintang. Perputaran rete 360 derajat merepresentasikan perputaran bumi 24 jam. Sebuah penggaris putar disebut alidade tertempel dibelakang mater, berfungsi untuk membidik bintang.

Dari Astrolabe muslim yang rumit ini kemudian sekitar abad ke-10 dimodifikasi menjadi lebih sederhana untuk keperluan navigasi. Misalnya Astrolabe buatan Haji Ali dari Kerbala tahun 1790, dipakai untuk mengetahui waktu terbit dan tenggelamnya matahari, ketinggian matahari dan bintang. Lebih penting lagi, di pakai untuk menentukan arah kiblat.

Cross staff

Avicenna (Ibnu Sina) ahli matematika dari persia, telah menulis tentang Cross-staff sekitar

abad ke-11 M. Alat yang menyerupai Salib ini merupakan modifikasi dari Kamal.

Cara meggunakannya seperti merentangkan busur panah. Bagian vertikal/ lengan digeser-geser sepanjang tongkat sedemikian hingga Polaris tampak di ujung atas lengan dan horizon di bawah. Sejak saat itulah mulai dikenal istilah 'membidik' bintang.

(15)

Konsep ini kemungkinan masuk eropa ketika Levi ben Gerson, yang bekerja di sekolah Spanyol di Catalan tahun 1342, menulis tentang instrumen bernama Balestilla yang berbentuk tongkat dengan lengan geser.

Kelemahan utama alat ini adalah navigator harus melihat dua arah pada saat yang sama, matahari/ bintang di ujung atas lengan dan horizon di ujung bawah. Yang kedua, penggunaan pada siang hari sering menyilaukan mata, maka penggunaan Cross staff mulai ditinggalkan sejak Backstaff/ Kwadran Davis dikenalkan.

Sebagai tambahan, sekitar tahun 1400-an, Portugis berlayar ke selatan menyusuri benua Afrika selanjutnya menuju ke Asia. Karena berada di belahan bumi selatan, maka bintang Polaris tidak kelihatan, jadi mereka mencari cara lain untuk menentukan posisinya. Seorang navigator bernama

pangeran Henry, tahun 1480, menentukan posisi berdasarkan pergerakan matahari dan

perbandingan sudutnya dari utara dan selatan, yang kemudian dikenal dengan nama deklinasi.

Davis quadrant atau Backstaff

Davis quadrant atau Backstaff, instrumen yang dibuat oleh John Davis, kapten Inggris, pada tahun 1594. Backstaff terdiri dari dua buah rangka segitiga, rangka besar dengan skala 30 derajat, sedangkan rangka kecil 60°. Cara menggunakannya dengan berdiri membelakangi matahari, kemudian navigator mengamati bayangan matahari yang jatuh di celah-celah. Penjumlahan skala rangka besar dan kecil menunjukkan ketinggian matahari. Kelemahan alat ini tidak bisa di gunakan pada malam hari, karena pengukuran berdasarkan bayangan obyek.

(16)

Octan

Tahun 1731 John Hadley, ahli matematika dari Inggris, mengajukan konsep dua pantulan, berdasarkan teori sudut sinar datang dan sinar pantul dari Robert Hooke, Isaac Newton, dan Edmund Halley.

Instrumen dari Hadley terdiri dari rangka kayu berbentuk seperdelapan lingkaran, dengan bandul penunjuk di poros/ ujung lancip rangka. Di poros bandul penunjuk terdapat cermin yang akan bergerak mengikuti ayunan bandul. Cermin kedua, separo kaca tembus pandang dan separo lagi cermin, terletak di salah satu rangka kayu.

Prinsip kerjanya adalah bila sebuah obyek dilihat dari dua kali pantulan, maka perhitungan sudutnya adalah dua kali lipatnya. Jadi sebuah obyek dengan sudut 90 derajat, maka skala yang ditunjukkan di Kwadran cuma 45 derajat atau 1/8 lingkaran sehingga dinamakan Oktan.

Hampir bersamaan di tempat yang berbeda, Thomas Godfrey, tukang kaca dari Philadelphia juga menciptakan alat dengan prinsip kerja yang sama.

Karena untuk pengamatan dengan metode yang disebut Lunar Distance membutuhkan sudut lebih besar dari 90 derajat, maka Octan diperlebar menjadi 1/6 lingkaran, namanya menjadi Sextant (a sixth of a circle) yang bisa mengukur hingga 120 derajat.

Sextant

Bagian utama Sextant, seperti halnya Octan, adalah Kaca-cermin horizon, yaitu separo kaca tembus untuk melihat horizon secara langsung dan separonya lagi cermin untuk melihat pantulan obyek langit dari Cermin Index.

Cermin index, terletak diporos bandul penunjuk angka (dalam derajat), turut berputar

mengikuti bandul penunjuknya.

Cermin-cermin ini biasanya berukuran besar, lebih dari 5 cm untuk memudahkan pencarian obyek langit. Dilengkapi pula dengan lapisan pelindung sinar matahari/ film demi keamanan mata saat melakukan pengamatan matahari.

Contoh Sextant dan skema sextant

Cara menggunakan alat ini dengan memegang posisinya secara vertikal kemudian di arahkan ke horizon/ ufuk. Bidikan ke arah horizon melalui bagian kaca dari Separo Kaca-cermin Horizon (lihat skema). Pada saat yang sama cermin index diputar hingga tampak obyek langit 'bertumpuk' dengan garis horizon (sejajar) seperti gambar di bawah ini:

(17)

Setelah posisi “bertumpukan” dengan horizon tercapai, secara otomatis bandul (yang terfiksasi dengan cermin Index) akan menunjukkan nilai sudutnya.

* * *

Lebar Sextant kira-kira 1/6 lingkaran (Octan lebih sempit; 1/8 lingkaran) dan mempunyai skala 0–120 derajat. Tiap derajat dibagi lagi menjadi 3 fraksi mewakili 20 menit busur. Sextant profesional dengan skala vernier bisa mengukur sampai 1 menit busur. Bahkan ada yang mampu mengukur sampai 0,2 menit busur! Karena 1 menit busur= 1 mil nautika (nautical mile)= = 1852 meter, maka tingkat kesalahannya kira-kira 0.2 mil nautika (kira-kira 370 m).

Contoh beberapa Sextant modern

Keuntungan Sextant:

1. Pengamat hanya perlu melihat satu arah saja di banding peralatan sebelumnya.

2. Skala yang ditunjuk mudah difiksasi/ kunci dan distabilkan bahkan walaupun diamati dari perahu yang berjalan atau goncangan angin/ badai. Ini karena cermin index bisa dikunci setelah “pertumpukan” tercapai.

3. Mudah di kalibrasi dan disetel ulang.

4. Tidak memerlukan sumber daya/ listrik/ batere seperti navigasi modern, misalnya GPS (Global

Positioning system).

(18)

Sekarang kita telah paham bagaimana para pelaut menentukan posisi lintangnya di permukaan bumi. Namun ternyata banyak yang masih tersesat juga karena mereka kesulitan menentukan posisi bujur. Dua metode penentuan posisi bujur yang sering dipakai antara th. 1700-1900 yaitu;

- Lunar Distance

- Jam akurat atau kronometer.

Lunar Distance

Metode Lunar Distance, mengukur sudut antara bulan dengan benda langit lain, umumnya matahari atau planet-planet disekitar ekliptika, kemudian di bandingkan dengan tabel. Menggunakan alat yang di namakan Reflecting Circle yang dibuat oleh Mayer, Borda, dan

Troughton pada tahun 1756. Metode ini kurang disukai karena sangat rumit. Chronometer

Pada tahun 1735, John Harrison mengenalkan Chronometer, yaitu jam yang diklaim akurat. Dari dasar pemikiran bahwa ketersediaan jam akurat berdasarkan zona waktu tertentu, navigator akan lebih mudah menentukan posisi bujurnya di permukaan bumi. Chronometer pertama kali dibuat dan disetel di Greenwich, Inggris. Tepat tengah hari ditentukan jam 12.00.

Para pelaut yang hendak mengarungi samudera selalu mengkalibrasi Chronometernya di Greenwich. Lama kelamaan menjadi tempat “bengkel” kalibrasi, hingga kemudian ditetapkan sebagai pusat rujukan semua waktu di bumi, Greenwich Mean Time (GMT) yang kita kenal sekarang.

Horizon Artifisial

Bagaimana kalau pandangan ke horizon terhalang? misalnya oleh bukit, gunung atau mungkin gedung bertingkat? Sebagai gantinya navigator memakai horizon artifisial/ palsu/ buatan, misalnya mangkok berisi cairan. Air kolam renang juga bisa digunakan asalkan tidak ada angin/ riak gelombang, tetapi yang direkomendasikan adalah Air Raksa.

Gambar keluarga John Charles Freemont, penjelajah terkenal pedalaman Amerika sedang memakai Sextant dan horizon artifisial air raksa selama ekspedisinya tahun 1842.

(19)

Sextant yang memakai horizon artifisial air raksa mempunyai skala khusus 170 derajat. Air raksa setelah dialirkan ke bak penampung berfungsi sebagai cermin. Agar “cermin encer” ini tidak bergoyang diterpa angin harus ditutup dengan tutup khusus; kaca bening yang di bentuk mirip tenda, untuk menghindari kesalahan baca karena pembiasan media kaca.

Cara melakukan pengamatan dengan horison artifisial; obyek yang akan diukur dicari pantulannya di permukaan cairan. Kemudian bidikan Sextant diarahkan ke pantulan obyek langit tersebut. Cermin index digeser-geser hingga obyek langit dan pantulannya saling bertumpuk. Nilai akhir adalah skala yang ditunjuk dibagi dua.

Skema Horizon Artifisial Air Raksa

Kelemahan horizon artifisial; tentu saja Sextant biasa tidak bisa mengukur obyek dengan sudut lebih dari 60° di atas horizon (skala hanya sampai 120 derajat).

* * *

Sejak mulai diperkenalkan hingga pertengahan abad ke-20, Sextant telah menjadi perlengkapan standar navigasi. Modifikasi dan penambahan dilakukan demi kemudahan dan keakuratan pengukuran. Namun semuanya tetap memiliki kesamaan prinsip kerja; obyek langit dilihat dari dua kali pantulan!

Sextant standar zaman modern dilengkapi lensa astigmatis dan teleskop monokular agar “pertumpukan” antara obyek langit-horizon lebih akurat. Penggunaan horison artifisial mutlak diperlukan oleh penerbang dan penyelam. Penerbang memandang horizon jauh di bawahnya karena posisinya di udara, bahkan di atas awan. Sebaliknya, penyelam jauh di bawah permukaan air.

Akhir abad ke-19 muncul inovasi horison artifisial dengan gelembung udara, dinamakan

Balloon Sextant, yang kemudian menjadi perlengkapan standar pesawat terbang, mulai dari

Perang Dunia 1 hingga perang Dunia 2. Hampir bersamaan waktunya, Nikola Tesla menemukan radio. Selamat datang navigasi modern!

Navigasi Modern

Sekitar tahun 1960, LORAN mulai dikembangkan, yaitu pemancar radio yang dikirim dari kapal ke stasiun penerima. Tak berapa lama, TRANSIT, satelit untuk navigasi juga dikembangkan. Kemudian tahun 1974, satelit GPS (Global Positioning System) pertama diluncurkan dengan tingkat kesalahan pengukuran hanya beberapa meter dengan waktu kurang dari satu mikrodetik.

Akhirnya dengan adanya sistem GPS satelit, semua instrument navigasi langit di atas menjadi kuno.

(20)

* * *

Secara garis besar, sebelum era radio dan satelit, ada masa cukup lama navigasi langit dengan menggunakan Sextant. Inilah yang akan menjadi pokok pembahasan tulisan ini. Bab-bab selanjutnya hanya akan terfokus pada navigasi langit dengan Sextant. Di bab 5 akan kita praktekkan pembuatan Sextant sederhana dari bahan yang biasa kita jumpai sehari-hari. Oleh karena itu, sebaiknya cara kerja Sextant di bab ini sudah dipahami.

(21)

Bab 3. Istilah Astronomi untuk Navigasi Langit

Bola Langit (Celestial Sphere)

Bola langit adalah sebuah lingkaran imajiner dengan jari-jari tak terbilang berpusat di Bumi. Obyek-obyek yang terlihat di langit dapat kita bayangkan sebagai lukisan di permukaan lingkaran tersebut.

Tentu saja kita tahu bahwa benda-benda tersebut tidak berada di permukaan lingkaran. Semua yang terlihat di langit jaraknya sangat jauh dari Bumi dan sulit terukur hanya dengan melihatnya saja.

Oleh karena jarak yang tidak dapat ditentukan inilah maka dibuat model sebuah bola untuk mempermudah pemetaan benda-benda langit, yaitu Bola Langit dengan pusatnya bola bumi. Agar lebih praktis lagi, disusun pula sistem koordinat Langit seperti halnya sistem koordinat Bumi.

Ekuator Langit (Celestial Equator) dan Sistem Koordinat Langit

Seperti halnya bumi, yang terbagi dua oleh garis ekuator/ khatulistiwa, demikian pula halnya dengan bola langit. Proyeksi garis ekuator Bumi ke Langit dinamakan Ekuator Langit (Celestial

Equator).

Dengan demikian proyeksi daerah kutub juga sama, didefinisikan sebagai Kutub Langit Utara dan Kutub Langit Selatan.

Sistem koordinat Langit identik dengan sistem koordinat bumi, hanya saja namanya berbeda;  Deklinasi (Declination, Dec), adalah garis lintang langit; yaitu garis sejajar ekuator langit di

sebelah utara/ selatan. Dengan demikian sudut deklinasi ke arah kutub langit adalah +90° (ke utara) dan -90° (ke selatan), atau ditulis dengan akhiran U/ S.

Right Ascension (RA); adalah garis bujur langit. Bila garis bujur bumi disepakati dimulai dari Greenwich, maka bujur langit dimulai dari Titik Aries (Point of Aries) atau Vernal Equinox. Tidak seperti garis bujur yang terbagi dalam 360 derajat, Right Ascension terbagi menjadi 24 jam. Dengan demikian Right Ascension per jam sama dengan 15 derajat (360 derajat/ 24 jam) Misal penulisan koordinat untuk bintang Polaris; Dec 89°16.7' U dan RA 2:34:20.

(22)

1 Jam= 15 derajat Ekliptika

Ekliptika adalah jalur imajiner perjalanan matahari dalam setahun. Jalur ini ternyata tidak sejajar dengan Ekuator Langit, tetapi miring membentuk sudut 23,5 derajat. Berpotongan dengan Ekuator Langit di dua titik yang dikenal dengan nama Equinox:

Vernal Equinox, koordinatnya; Dec 0°00' dan RA 00.00. Titik ini juga dikenal dengan nama Titik

Aries (Point of Aries)4.

Autumnal Equinox, koordinatnya Dec 0°00', RA 12.00,.

Arah Barat dan Timur peta langit kebalikan dari peta Bumi.

Karena kemiringan Ekliptika 23.5 derajat, menyebabkan perubahan musim di Bumi. Setelah 'memotong' di Vernal Equinox (biasanya tanggal 21 Maret), matahari bergerak ke utara. Menyebabkan musim semi di belahan utara Bumi, di Jawa (belahan selatan) terjadi musim hujan. Setelah itu melintasi Autumnal Equinox menuju ke selatan (biasanya tanggal 21 September), menandai dimulainya musim kemarau di Jawa dan musim dingin di belahan utara.

Horizon dan Sistem koordinat horizon

Horizon/ ufuk/ cakrawala adalah garis datar yang memisahkan langit dan bumi bila dilihat dari daerah tertentu dipermukaan bumi. Di beberapa tempat mungkin tertutup oleh pepohonan atau gunung-gunung, namun dari atas perahu di laut lepas, horizon terlihat jelas.

4 Dinamakan Titik Aries karena di titik inilah matahari melintasi Ekuator dari bagian selatan ke utara, bertepatan

dengan rasi Aries. Namun faktanya perlintasan ini makin bergeser. Saat ini perlintasan bertepatan dengan rasi Pisces. Walaupun demikian penamaan ‘salah kaprah’ ini masih tetap digunakan. (http://jacq.istos.com.au/sundry/)

(23)

Contoh koordinat Horizon dari suatu tempat di bumi.

Horizon membagi bola langit menjadi 2 bagian; di atas horizon (yang terlihat) dan di bawah horizon (tak terlihat). Kutub di atas horizon dinamakan Zenith, sedangkan kutub bawah dinamakan Nadir. Jadi satu-satunya kutub yang bisa kita lihat seumur hidup  hanyalah Zenith, dengan cara mendongakkan kepala tegak lurus melihat ke atas.

Sudut yang dibentuk dari horizon ke arah benda langit dinamakan Altitude (Alt), nilainya 0-90 derajat. Bila di bawah horizon nilainya negatif. Sedangkan sudut benda langit terhadap arah utara dinamakan Azimuth (Az), diukur searah jarum jam. Nilainya 0-360 derajat. Oleh karena itu sistem koordinat ini kadangkala disebut juga dengan Sistem koordinat Alt/ Az. Misalnya suatu bintang dengan koordinat Alt 0° dan Az 90° artinya bintang tersebut tepat berada di horizon timur, sedang terbit.

Sistem koordinat horizon terfiksasi dengan bumi, bukan dengan langit. Oleh karena itu nilai koordinat benda langit (Alt/ Az) senantiasa berubah sepanjang waktu. Berubah pula bila di ukur dari lokasi lain di permukaan bumi.

Dibawah ini tabel perbandingan 3 sistem koordinat yang telah kita pelajari di atas:

Sistem Koordinat Pusat Sumbu Koordinat 1 Titik 0 derajat Koordinat 2 Titik 0 derajat Bumi Bumi Kutub Garis Lintang Ekuator Garis Bujur Greenwich

Langit Langit Kutub Langit Deklinasi Ekuator Langit Right

Ascension Titik Aries

Horizon Pengamat Zenith-Nadir Altitude Horizon Azimuth Arah Utara

Jarak Zenith (Zenith Distance)

Jarak Zenith adalah Jarak dari titik zenith ke titik pusat suatu bintang yang diukur melalui lingkaran vertikal yang melalui titik pusat bintang tersebut. Jarak Zenith (Zenith Distance), biasanya ditandai dengan huruf Z. Jarak zenith yang terkecil adalah 0 derajat, yakni apabila benda langit persis berada pada titik zenith, sedangkan jarak zenith yang paling besar adalah 180 derajat, yakni apabila benda langit persis berada pada titik nadir.

Jarak zenith berhubungan dengan Altitude sebagai berikut: Alt + Z = 90°

Misalnya suatu bintang setelah diukur sudutnya Alt= 30°, maka Z = 90°-30°= 60°. Meridian

Meridian adalah lingkaran imajiner di bola langit yang tegak lurus terhadap Horizon. Lingkaran Meridian berpotongan dengan Horizon Utara, Zenith dan Horizon Selatan. Benda-benda langit setiap waktu akan bergerak melintasi Meridian, dan ketika tepat melintas di meridian dinamakan

(24)

Dikenal dua macam Meridian, yaitu:

- Meridian Lokal, lokal artinya dari suatu tempat tertentu pengamat, misalnya dari Jakarta. - Meridian Greenwich.

Sebagai tambahan, sistem penulisan waktu ada dua macam, yaitu sistem 24 jam dan am/ pm. a.m berasal dari bahasa latin “ante meridiem”, artinya sebelum meridian atau sisi timur

meridian, maksudnya matahari belum mencapai meridian.

p.m dari bahasa latin “post meridiem”, artinya sesudah meridian atau sisi barat meridian. Setelah tergelincirnya matahari.

Hour Angle

Hour Angle (HA, Sudut Jam) adalah waktu yang dibutuhkan obyek langit untuk mencapai/

meninggalkan Meridian. Juga bisa diartikan sebagai sudut antara obyek langit dengan Meridian dalam ukuran jam.

Contoh, HA bintang Y = 2,5 jam, Artinya bintang Y telah melewati Meridian Lokal 2,5 jam yang lalu. Bila dikonversikan ke bentuk derajat:

2,5 jam x 15° = 37,5°

Nilai negatif untuk obyek yang belum mencapai Meridian Lokal, dan nilai 0, tentu saja untuk obyek yang tepat berada di Meridian Lokal.

Dalam navigasi langit dikenal 3 macam Hour Angle:

1. Sidereal Hour Angle (SHA), sudut antara Titik Aries dengan obyek langit.

Karena Titik Aries sama dengan vernal equinox, maka RA Titik Aries = SHA Titik Aries. Yang membedakan hanyalah bila ukuran RA dalam jam (0-24) ke arah timur, ukuran SHA dalam derajat ke arah barat!

Rumus konversinya:

SHA = 360° – 15.RA

Misalnya RA 03.00, maka SHA-nya= 360 – (15x3) = 315°

(25)

3. Local Hour Angle (LHA), adalah sudut antara meridian Lokal (pengamat) dengan obyek langit. Dari penjelasan ketiga HA di atas terlihat bahwa nilai SHA dalam satu hari relatif tetap, tetapi GHA dan LHA selalu berubah mengikuti perputaran bumi. Hubungan antara ketiga HA di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema menunjukkan Hour Angle bintang Betelgeuse (SHA, GHA dan LHA) dengan posisi pengamat (P) di sebelah barat benua Eropa.

Ketiga Hour Angle ini sangat bermakna dalam navigasi, karena ternyata berhubungan erat dengan posisi pengamat (P), sehingga pencarian posisi dapat dilakukan.

Rumus:

LHA = GHA - AP

(Nilai negatif untuk bujur timur).

Misalnya Posisi pengamat (P) di 90° BT (Bujur Timur). GHA Sirius 330°, berapa nilai LHA? Jawab:

LHA Sirius = 330° - (-90°) = 420°

Hasil 420° tidak ada karena satu lingkaran penuh adalah 360°. Jadi seharusnya dikurangi dengan 360°. (Ini analog dengan pertanyaan; jam 21.00 ditambah 10 jam berapa? Tidak mungkin jawabannya jam 31.00, tetapi 31.00-24.00= jam 07.00). Jadi jawaban LHA di atas adalah 60°

Bila anda bingung dengan perhitungan di atas penulis sarankan agar membuat coretan sketsa ala kadarnya seperti di bawah ini;

Dari contoh di atas terlihat bahwa penulisan SHA, GHA dan LHA --agar lebih mudah-- biasanya bukan lagi dalam jam, melainkan dalam derajat. Nilainya 0-360 derajat ke barat/ berlawanan arah jarum jam.

(26)

Waktu Sidereal (Sidereal Time)

Perhitungan waktu yang kita gunakan sehari-hari berdasarkan perjalanan matahari. Unit terpokok adalah Hari; yaitu waktu yang yang dibutuhkan bumi untuk berputar 360 derajat.

1/24 Hari = 1 Jam 1/60 Jam = 1 Menit 1/60 Menit = 1 Detik

Permasalahannya adalah, rotasi bumi tidaklah tepat 360 derajat. Tiap satu putaran hari, bumi juga bergerak kira-kira 1 derajat sepanjang orbitnya. Jadi, dalam 24 jam, posisi matahari terhadap bumi juga berubah. 1 hari = 361 derajat.

Dalam Astronomi, yang diperhatikan adalah berapa lama perputaran bumi (rotasi) terhadap bintang, bukan terhadap matahari. Periode ini di sebut Hari/ Waktu Sidereal.

Waktu Sidereal secara harfiah berarti “waktu bintang”. Hari Sidereal rata-rata 4 menit lebih panjang dibanding Hari Matahari, sebab ekstra 1 derajat tersebut. Mudahnya, sebuah bintang sebut saja X, bila siang ini berada di Meridian lokal bersama matahari, maka besoknya --pada jam yang sama-- posisi X sudah bergeser ke barat 1 derajat, atau 4 menit ke arah barat, sedangkan matahari tetap di meridian lokal5. Demikian seterusnya hingga X kembali ke meridian lokal satu tahun kemudian. Oleh karena itu Waktu Sidereal sangat berguna untuk menentukan posisi bintang setiap waktu.

Equation of Time (Penyetaraan Waktu)

Konsep awal penentuan jam 12 adalah ketika Matahari tepat berada di meridian Greenwich. Namun pada kenyataannya bumi dalam orbitnya mengelilingi matahari kecepatannya tidak tetap, sehingga ketika mencapai di meridian, Chronometer/ jam/ arloji tidak selalu menunjukkan jam 12, kadang masih jam 11:45 atau malah 12:14! karena Chronometer disetel berdasarkan kecepatan rata-rata bumi mengelilingi matahari dalam setahun. Selisih antara waktu rata-rata ini dengan waktu yang sebenarnya di namakan Equation of Time.

Cara penulisan misalnya sebagai berikut;

5 Penting untuk diperhatikan bahwa Matahari sebenarnya termasuk golongan bintang. Namun demi kemudahan

pembahasan akan kita bedakan antara Bintang dengan Matahari, karena dalam ‘memutari’ bumi jalur Matahari berbeda dengan jalur Bintang lainnya

(27)

Equation of Time 15 Maret = - 8 menit, (ada juga yang menulis 00:08 ke Timur) artinya mundur 8 menit untuk menuju angka rata-rata jam 12.

Jadi saat itu matahari mencapai Meridian pukul 12:08. Biasanya nilai (-) untuk menandai arah Timur, (+) sebaliknya. Lebih jelasnya grafik di bawah ini:

* * *

Beberapa istilah di atas sering digunakan dalam navigasi langit, namun ada beberapa hal penting sebagai tambahan untuk diketahui;

Zona Waktu dan Waktu Universal

Zona Waktu Bumi dibagi menjadi 24 zona. Antar zona atau tiap 15 derajat waktu lokalnya bertambah satu jam ke arah timur. Karena masing-masing zona berbeda waktunya maka ditentukanlah satu lokasi sebagai Waktu Universal, yang akan menjadi rujukan/ patokan masing-masing zona, yaitu GMT, Greenwich Mean Time, garis bujur yang memotong kota Greenwich, Inggris, sebagai bujur 0 derajat.

Pemilihan kota ini sebagai Waktu Universal karena memiliki latar belakang sejarah navigasi. Sebelum mengarungi samudera mencari dunia baru, pelaut dan navigator eropa abad pertengahan mengkalibrasi kronometer/ jam akuratnya di Greenwich. Kronometer/ jam akurat membantu menentukan posisi bujur di bumi.

Zona waktu di Indonesia terbagi menjadi 3; WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah) dan WIT (Waktu Indonesia Timur). Nilai WIB adalah 7 jam setelah GMT, WITA 8 jam setelah GMT dan WIT 9 jam setelah GMT.

WIB = GMT +7

WITA = GMT +8

(28)

Daylight Saving Time (DST)

Bola Bumi sebenarnya tidaklah benar-benar bulat, tetapi agak ceper. Diameter kutub Utara-Selatan lebih pendek bila dibandingkan diameter ekuator. Hal ini menyebabkan terjadinya

Daylight Saving Time di beberapa daerah yang mempunyai 4 musim (jauh dari ekuator).

Daylight Saving Time (DST) adalah waktu yang menunjukkan satu jam lebih cepat dari

seharusnya. Terjadi pada saat musim panas, baik di belahan bumi utara/ selatan. Pada hari-hari itu matahari seolah-olah lebih lambat dari biasanya sehingga untuk mencapai meridian/ tepat tengah hari adalah jam 13.00.

Dibelahan utara terjadi setelah matahari memotong vernal equinox, biasanya bulan April– September. Dibelahan selatan sebaliknya, yaitu setelah matahari memotong autumnal equinox (Oktober–Maret). Perlu atau tidaknya koreksi DST pada kenyataannya ditentukan dan diatur oleh negara masing-masing.

Misalnya;

 Iran (IR) = DST mulai 21 Maret jam 00.00 sampai dengan 22 September jam 00.00

 Negara Eropa (EU) = DST mulai Maret minggu ke-4 jam 01.00 s/d Oktober minggu ke-4 jam 01.00.

 Mesir (EG)= DST mulai April Jumat ke-4 jam 00.00 s/d September Kamis ke-4 jam 00.00

Ada beberapa negara yang mempunyai 4 musim atau jauh dari ekuator tetapi tidak menggunakan koreksi, misalnya Jepang, Uzbekhistan, Kazakhtan, Latvia, Saskatchewan-Kanada, Ciprus, Mount Erebus-Antarctica, Sebagian Iceland, beberapa negara bagian Australia, negara bagian Arizona dan Indiana Amerika Serikat.

Indonesia terletak di sekitar ekuator/ khatulistiwa; tidak mengalami Daylight Saving Time, jadi tidak memerlukan koreksi.

Presesi (Precession)

Presesi adalah perubahan bertahap dari arah poros bumi. Jalur poros bumi berbentuk seperti kerucut, satu lintasan penuh membutuhkan waktu 26.000 tahun. Seperti halnya putaran gasing, bagian atas yang ¨terhuyung-huyung¨ itulah presesi.

(29)

Karena perubahan arah poros bumi, demikian juga lokasi kutub-kutub langit. Alasan mengapa terjadi presisi adalah karena bumi tidak benar-benar bulat namun sedikit ceper, jari-jari ekuator/ garis khatulistiwa lebih panjang daripada garis bujur. Di tambah lagi posisi matahari dan bulan yang hampir tegak lurus dengan ekuator, sehingga tarikan gravitasi bulan dan matahari di permukaan bumi menghasilkan tenaga putaran ringan sebagai tambahan dari arah linier. Tenaga putaran ini di bumi memicu gerak presesi.

Dengan adanya gerak presesi, bintang bintang sebenarnya tidak 'stabil' berada di tempatnya. Posisi vernal equinox perlahan bergeser ke barat, RA dan Dec juga berubah 1.4 derajat tiap abad atau kira-kira pergeseran RA 1 menit tiap 20 tahun. Oleh karena koordinat yang senantiasa berubah inilah maka diterbitkan Almanak Nautika.

Almanak Nautika

Almanak Nautika adalah buku yang berisi informasi astronomi, mengenai prediksi koordinat GHA dan deklinasi matahari, bulan, planet dan bintang pada waktu tertentu, dalam bentuk tabel dengan tingkat ketepatan perhitungan hingga 0.1 menit dan waktu 1 detik. Selain itu juga memuat daftar koreksi yang dibutuhkan pada saat melakukan perhitungan.

Sangat disarankan memiliki Almanak Nautika bila anda adalah seorang navigator professional. Tetapi karena maksud penulisan buku ini adalah untuk mengenalkan prinsip-prinsip dasar navigasi langit dan diharapkan bisa dipraktekkan semua kalangan, maka penulis hanya memakai patokan koordinat benda langit pada satu waktu tertentu saja (daftar ada di Bab 4). Terlebih lagi perubahan koordinat bintang dalam rentang waktu yang lama, maka pergeserannya untuk sementara dapat kita kesampingkan.

* * *

Selanjutnya beberapa istilah internasional tetap dipakai untuk menghindari kesalahan terjemahan, kecuali istilah yang sudah akrab di telinga seperti Garis Lintang dan Bujur.

Kosakata yang akan sering digunakan:  Right Ascension (RA)

 Deklinasi (Dec)  Vernal Equinox  Autumnal Equinox  Horizon  Zenith  Jarak Zenith  Altitude  Azimuth  Meridian Lokal  Waktu Transit

Sidereal Hour Angle (SHA)

Greenwich Hour Angle (GHA)

Local Hour Angle (LHA)

Greenwich Mean Time (GMT)

Daylight Saving Time (DST)

Equation of Time

(30)

Bab 4. Bintang dan Konstelasi Utama Navigasi Langit

Seperti yang telah disebutkan di bab sebelumnya, bahwa hampir tepat di Kutub Langit utara terdapat bintang bernama Polaris (dari bahasa latin yang berarti Bintang Kutub). Di daerah lintang utara bintang ini terlihat setiap saat, hal ini membuat Polaris sangat berguna untuk navigasi (dari lintang/ belahan bumi selatan, Polaris tentunya tidak terlihat). Cara termudah untuk mengenali bintang ini adalah dengan mengamati langit utara pada malam hari. Beberapa saat kemudian tampaklah bahwa bintang-bintang bergerak memutar berlawanan arah jarum jam bersumbu di sebuah bintang terang, 'sumbu'nya itulah Polaris.

Selain Polaris, sejumlah bintang juga direkomendasikan untuk navigasi langit. Bagaimana cara mengenalinya?

Peta Langit

Seperti halnya peta bumi dengan benuanya yang terbagi menjadi garis lintang dan garis bujur, bintang-bintang juga dipetakan laiknya sebuah lukisan dengan koordinat yang dinamakan Dec dan

RA ;

 Deklinasi (Dec, sudut terhadap ekuator langit - seperti garis lintang peta bumi). Nilainya 0-90 derajat, Utara (U) atau Selatan (S).

Right Ascension (RA, sudut terhadap Titik Aries -seperti garis bujur terhadap Greenwich).

Nilainya 0-24 jam

Peta Langit

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di poster yang disertakan dalam buku

Vernal Equinox terletak di tepi kanan/ kiri peta, sedangkan tepat di tengah adalah Autumnal Equinox. Perhatikan bahwa Vernal Equinox atau yang disebut juga dengan Titik Aries posisinya sudah tidak lagi memotong rasi Aries tetapi bergeser ke Pisces. Rasi atau Konstelasi adalah gabungan dari beberapa bintang menyusun sebuah bentuk/ tokoh. Tokoh-tokoh ini berbeda tiap

(31)

daerah dan kebudayaan. Konstelasi modern terdiri dari 88 buah, umumnya mengambil tokoh dari mitos Yunani kuno.

Daftar Bintang dan Konstelasi Utama

Dari 88 konstelasi modern, yang direkomendasikan untuk navigasi langit berjumlah 38. Bintangnya berjumlah 57 (tetapi ada juga yang menyebut 60). sebagai berikut:

Pegasus Andromeda

Melambangkan Kuda Bersayap.

Terlihat dari daerah kutub utara sampai dengan 60° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Oktober jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Markab = Dec 15°14.1' U, RA 23:05:02 Enif = Dec 9°54.0' U, RA 21:44:28

Melambangkan Andromeda, gadis yang terikat rantai.

Terlihat dari daerah kutub utara sampai dengan 40° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Nopember jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Alpheratz = Dec 29°07.5' U, RA 0:08:41

Cassiopeia 4. Piscis Austrinus

Melambangkan Putri sedang duduk.

Terlihat dari daerah kutub utara sampai dengan

Melambangkan Ikan Selatan.

Terlihat dari daerah 55° Lintang Utara sampai dengan kutub Selatan.

Tampak jelas selama bulan Oktober jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

(32)

20° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Nopember jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Schedar = Dec 56°34.4' U RA 0:40:49

Grus 3. Phoenix

Melambangkan Burung Bangau.

Terlihat dari daerah 34° Lintang Utara sampai dengan kutub Selatan. Tampak jelas selama bulan Oktober jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Al Na'ir = Dec 46°56.0' S, RA 22:08:36

Melambangkan burung Phoenix.

Terlihat dari daerah 32° Lintang Utara sampai dengan kutub Selatan.

Tampak jelas selama bulan Nopember jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Ankaa = Dec 42°16.5' S, RA 0:26:34

Cetus Eridanus

Melambangkan Ikan Paus atau Monster Laut. Terlihat dari daerah 70° Lintang Utara sampai dengan kutub Selatan.

Tampak jelas selama bulan Nopember jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Diphda = Dec 17°57.3' S, RA 0:43:53

(33)

Terlihat dari daerah 32° Lintang Utara sampai dengan kutub Selatan.

Tampak jelas selama bulan Desember jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Acamar = Dec 40°17.0' S, RA 2:58:30 Achernar = Dec 57°12.6' S, RA 1:37:56

Perseus Aries

Melambangkan Perseus, tokoh mitos Yunani. Terlihat dari daerah kutub utara sampai dengan 35° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Desember jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Mirfak = Dec 49°53.3' U, RA 3:24:45

Melambangkan Biri-biri Jantan.

Terlihat dari daerah kutub utara sampai dengan 60° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Desember jam 21:00.

Bintang untuk Navigasi:

Hamal = Dec 23°29.6' U, RA 2:07:30

Auriga Taurus

Melambangkan Lembu Jantan.

Terlihat dari daerah kutub utara sampai dengan 40° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Februari jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

(34)

Melambangkan Sais Kereta Tempur.

Terlihat dari daerah kutub utara sampai dengan 40° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Februari jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

Capella = Dec 46°00.6' U, RA 5:17:09 Elnath = Dec 28°36.9' U, RA 5:26:41

Orion Gemini

Melambangkan Sang Pemburu, yang sedang berkelahi melawan Taurus ditepi sungai

Eridanus ditemani ke dua anjingnya (Canis Major dan Minor). Mangsa yang lain adalah Lepus (Kelinci) di bawahnya.

Terlihat dari daerah 85° Lintang Utara sampai dengan 75° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Januari jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Bellatrix = Dec 6°21.4' U, RA 5:25:28 Betelgeuse = Dec 7°24.5' U, RA 5:55:31 Alnilam = Dec 1°11.9' S, RA 5:36:32 Rigel = Dec 8°11.7' S, RA 5:14:50

Melambangkan si Kembar.

Terlihat dari daerah kutub utara sampai dengan 60° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Februari jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

Castor = Dec 31°52.6' U, RA 7:35:01 Pollux = Dec 28°00.8' U, RA 7:45:43

(35)

Melambangkan Anjing Kecil, salah satu dari dua anjing milik Orion.

Terlihat dari daerah 85° Lintang Utara sampai dengan 75° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Maret jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Procyon = Dec 5°12.8' U, RA 7:39:39

Melambangkan Anjing Besar, salah satu dari dua anjing milik Orion.

Terlihat dari daerah 60° Lintang Utara sampai dengan Kutub Selatan.

Tampak jelas selama bulan Februari jam 21:00. Bintang untuk Navigasi:

Sirius = Dec 16°43.3' S, RA 6:45:26 Adhara = Dec 28°58.9' S, RA 6:58:53

Vela Puppis

Melambangkan Layar Perahu. Bersama 3 Rasi yang lain (Carina, Puppis dan Pyxis) menyusun perahu Argonavis.

Terlihat dari daerah 30° LU sampai dengan Kutub Selatan. Tampak jelas selama bulan Maret jam 21:00.

Bintang untuk Navigasi:

Suhail = Dec 43°27.5' S, RA 9:08:15

Melambangkan Dek Depan Perahu. Bersama 3 Rasi yang lain (Vela, Carina, dan Pyxis) menyusun perahu Argonavis.

Terlihat dari daerah 40° LU sampai dengan Kutub Selatan. Tampak jelas selama bulan Februari jam 21:00.

(36)

Bintang untuk Navigasi:

Canopus = Dec 52°42.1' S, RA 6:24:06

Carina Leo

Melambangkan Lambung Perahu. Bersama 3 Rasi yang lain (Vela, Puppis dan Pyxis) menyusun perahu Argonavis.

Terlihat dari daerah 20° Lintang Utara sampai dengan Kutub Selatan. Tampak jelas selama bulan Maret jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Avior = Dec 59°31.8' S, RA 8:22:40 Miaplacidus = Dec 69°44.6' S, RA 9:13:19

Melambangkan Singa yang telah dibunuh oleh

Hercules.

Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 65° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan April jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Regulus = Dec 11°56.0' U, RA 10:08:45 Denebola = Dec 14°32.0' U, RA 11:49:25

Ursa Major Ursa minor

Melambangkan Beruang Besar

Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 30° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan April jam 21:00. Di Indonesia biasa disebut bintang Biduk atau Beruang Besar. ‘Sabuk beruang’nya sebagai penunjuk arah utara.

Melambangkan Beruang Kecil, dengan ujung ekornya di kutub utara.

Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 10° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Juni jam 21:00.

(37)

Bintang untuk navigasi: Dubhe = Dec 61°42.6' U, RA 11:04:10 Alioth = Dec 55°55.4' U, RA 12:54:20 Alkaid = Dec 49°16.6' U, RA 13:47:49 Polaris = Dec 89°16.7' U, RA 2:34:20 Kocab = Dec 74°07.4' U, 14:50:45

Bootes Corona Borealis

Melambangkan Penggembala Beruang

Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 50° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Juni jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

Arcturus = Dec 19°09.2' U, RA 14:15:58

Melambangkan Mahkota

Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 50° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Juli jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

Alphecca = Dec 26°41.3' U, RA 15:34:57

Virgo Corvus

Melambangkan Gadis Perawan.

Terlihat dari daerah 80° Lintang Utara sampai dengan 80° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Mei jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

Spica = Dec 11°11.7' S, RA 13:25:32

Melambangkan Burung Gagak.

Terlihat dari daerah 60° Lintang Utara sampai dengan kutub Selatan. Tampak jelas selama bulan Mei jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

(38)

Centaurus Crux

Melambangkan Centuri (Manusia setengah kuda).

Terlihat dari daerah 30° Lintang Utara sampai dengan Kutub Selatan.

Tampak jelas selama bulan Mei jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

Menkent = Dec 36°23.9' S, RA 14:07:04 Hadar = Dec 60°24.0' S, RA 14:04:16

Rigel Kentaurus = Dec 60°51.7' S, RA 14:40:08

Melambangkan Salib Selatan. Terlihat dari daerah 20° Lintang Utara sampai dengan Kutub Selatan.

Tampak jelas selama bulan Mei jam 21:00.

Crux di Indonesia biasa disebut dengan bintang Pari, Layang-layang atau Salib Selatan.

Bintang untuk navigasi:

Gacrux = Dec 57°08.7' S, RA 12:31:31 Acrux = Dec 63°07.8' S, RA 12:26:58 Libra Scorpius Melambangkan Timbangan.

Terlihat dari daerah 65° Lintang Utara sampai dengan Kutub Selatan. Tampak jelas selama bulan Juni jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Zuben el genubi = Dec 16°04.2' S, RA 14:51:13

Melambangkan Kalajengking.

Terlihat dari daerah 40° Lintang Utara sampai dengan Kutub Selatan. Tampak jelas selama bulan Juli jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Antares = Dec 26°26.8' S, RA 16:29:47 Shaula = Dec 37°06.5' S, RA 17:34:01

(39)

Triangulum australe Draco

Melambangkan Segitiga Selatan.

Terlihat dari daerah 25° Lintang Utara sampai dengan Kutub Selatan. Tampak jelas selama bulan Juli jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Atria = Dec 69°02.5' S, RA 16:49:20

Melambangkan Naga.

Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 15° Lintang Utara. Tampak jelas selama bulan Juli jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Eltanin = Dec 51°28.8' U, RA 17:56:44

Ophiuchus Aquila

Melambangkan Penakluk Ular/ Penyembuh. Terlihat dari daerah 80° Lintang Utara sampai dengan 80° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Juli jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Rasalhague = Dec 12°33.1' U, RA 17:35:12 Sabik = Dec 15°44.1'S, RA 17:10:45

Melambangkan Elang.

Terlihat dari daerah 85° Lintang Utara sampai dengan 75° Lintang Selatan.

Tampak jelas selama bulan Agustus jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

Altair = Dec 8°52.7' U, RA 19:51:03

(40)

Melambangkan Pemanah.

Terlihat dari daerah 55° Lintang Utara sampai dengan Kutub Selatan.

Tampak jelas selama bulan Agustus jam 21:00. Bintang untuk navigasi:

Nunki = Dec 26°17.4' S, RA 18:55:38

Kaus Australis = Dec 34°23.0' S, RA 18:24:34

Melambangkan Angsa atau Salib Utara.

Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 40° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan September jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Deneb = Dec 45°17.9' U, RA 20:41:36 Albireo = Dec 27°58.0' U, RA 19:30:57

Lyra Pavo

Melambangkan Lyra, sejenis alat musik petik. Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 40° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Agustus jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Vega = Dec 38°46.9' U, RA 18:37:07

Melambangkan Burung Merak.

Terlihat dari daerah Kutub Utara sampai dengan 30° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan Agustus jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Peacock = Dec 56°43.0' S, RA 20:26:06

(41)

Melambangkan Ular Laut.

Terlihat dari daerah 54° Lintang Utara sampai dengan 83° Lintang Selatan. Tampak jelas selama bulan April jam 21:00.

Bintang untuk navigasi:

Alphard = Dec 8°41.2' S, RA 9:27:55

(Sumber Data: Wikipedia, program komputer KStar dan Navigator Light, tanggal 21 Maret 2007)

* * *

Agar langit terlihat seperti peta langit di atas, caranya dengan posisi tidur telentang, kepala di utara dan kaki di selatan selama 24 jam. Ya, 24 jam! Langit dan bintang-bintang senantiasa bergerak/ berputar di atas kepala dari timur ke barat selama 24 jam namun kita tidak menyadarinya, bahkan pada siang hari tidak pernah menyangka bahwa ada bintang, karena pada siang hari sinar matahari ‘menutup’ pandangan kita. Untuk mengetahui dimana 'area' siang atau malam pada peta, kita harus mengetahui posisi Matahari. Tetapi di peta tidak tercantum matahari, dimanakah posisinya?

Posisi Matahari

Perjalanan matahari berbeda dengan bintang (Lihat garis ekliptika). Matahari selama 24 jam ‘berputar’ 360 derajat sedangkan bintang 361 derajat (baca lagi Waktu Sidereal). Bintang X, bila siang ini berada di Meridian lokal bersama matahari, maka besoknya --pada jam yang sama-- sudah bergeser 1 derajat/ 4 menit busur ke arah barat, sedangkan matahari tetap di meridian lokal. Jadi pergeseran bintang-bintang di peta langit di atas adalah dari timur ke barat- geser kiri ke kanan.

Lho? berarti letak bintang di langit tiap hari juga berbeda dibanding hari kemarin? Benar, berubah tiap detik dan tiap hari. Untuk mempermudah perkiraan posisinya, perhatikan garis Ekliptika dan bantuan Tanggal yang berada di bagian bawah peta.

Memperkirakan Bintang yang akan tampak di langit

Posisi matahari di vernal equinox biasanya tanggal 21 Maret (tepi kanan pada peta), koordinatnya Dec 0°00, RA 00.00. Sewaktu Matahari melintasi meridian lokal (tengah hari), bintang-bintang yang akan tampak di langit adalah koordinat RA 00.00 ± 6 jam namun kita tidak dapat melihatnya karena terhalang oleh sinar matahari, jadi langit hanya terlihat biru. Demikian

(42)

juga ketika RA matahari di autumnal equinox, tengah hari, bintang dari RA 06.00–18.00 tidak terlihat.

Mengapa ± 6 jam? karena dari meridian langit ke arah horizon timur/ barat adalah 90 derajat atau 6 jam.

Contoh soal, bintang/ rasi apakah yang akan terlihat pada tanggal 21 Mei jam 21.00 ? Jawab;

1. Menentukan RA Matahari; Tanggal 21 Mei; RA Matahari berada di 04.00! Tengah harinya berdasarkan Equation of Time adalah jam 11:57.

2. Menentukan RA Meridian Lokal; Pengamatan dilakukan jam 21 malam= 9 jam 3 menit setelah 11:57,

RA 04.00 + 9:03 = RA 13.03.

Jadi bintang-bintang yang akan tampak adalah RA 13.03 ± 6 jam! Ada rasi Ursa major,

Centaurus, Leo, Vega, Hercules, Crux dan lain-lain. Segera keluar rumah dan pandanglah ke langit,

sama bukan?

Kenali rasinya terlebih dahulu, setelah itu baru mengenali bintangnya. Bagi penulis, tahap mengenali bintang dan konstelasinya adalah hal yang paling menarik dibandingkan tahap navigasi langit yang lain. Kegembiraan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, yang keluar dari bibir hanya kalimat pujian bagi Sang Pencipta.

Ingat bagi negara yang memberlakukan Daylight Saving Time (DST), bahwa jam 21 ketika melakukan pengamatan, sebenarnya adalah jam 20. Karena waktu menunjukkan 1 jam lebih cepat dari biasanya. Jadi sebelum menentukan Waktu Transit dan Meridian Lokal, dilakukan koreksi DST terlebih dahulu; waktu pengamatan dikurangi satu jam.

* * *

Peta Posisi Geografik Bintang

Selanjutnya koordinat bintang-bintang diproyeksikan/ dipetakan ke dalam sistem koordinat bumi. Mudahnya, gambar peta langit di atas dibalik kemudian di tutupkan ke permukaan peta bumi. Pemetaan ini dikenal dengan nama Geographic Position (GP) atau Posisi Geografik, sebagai berikut;

(43)

Peta Koordinat Bumi dan Posisi Geografik bintang

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di poster yang disertakan dalam buku

Dalam konteks koordinat bumi atau ukuran JARAK, 1 kotak terkecil peta di atas mewakili 1

derajat. Seharusnya masih dibagi lagi menjadi 60 menit busur. Bila perhitungan koordinat

sudah mencapai menit busur, penulis menganjurkan melihat Atlas atau peta topografi seperti contoh gunung Merapi dan Merbabu di bab Pendahuluan.

1 menit busur (‘) = 1 mil nautika (nautical mile)

1 derajat = 60’ x 1 mil nautika = 60 mil nautika

 Dalam konteks koordinat langit atau ukuran WAKTU, berbeda antara GP Matahari dengan GP Bintang;

GP Matahari; karena berputar 360°, untuk melintasi 1 derajat bujur bumi membutuhkan waktu (24jamx 60 menit)/ 360= 4 menit. Jadi 1 kotak-nya mewakili 4 menit.

GP Bintang berputar 361°, untuk melintasi 1° membutuhkan waktu (24jamx60 menit)/361=

3,98891967 menit.

Satu putaran hari = 361°, dengan demikian koordinat GP juga berubah 1° ke kiri/ barat per hari atau 2 jam per bulan. Karena perubahan terus menerus inilah maka dibutuhkan koordinat patokan di peta agar mudah membacanya. Akhirnya penulis memilih tanggal 21 Maret tengah hari di

Greenwich, agar lebih mudah melakukan koreksi dengan zona waktu lokal.

Untuk memudahkan perhitungan selanjutnya, akan dipakai angka bulat. Nilai tengah hari di Greenwich juga akan kita asumsikan sebagai jam 12:00. Sedangkan Equation of Time untuk sementara ditiadakan.

Koordinat Posisi Geografik (GP): Dec, HA

Langit dan bintang ’memutari’ bumi 361 derajat dalam 24 jam, terbit dari timur dan tenggelam di barat. Jadi GP di peta bumi akan bergerak dari kanan ke kiri, 24 jam berikutnya GP juga akan bergeser 1 derajat ke kiri/ barat dari posisi semula. 1 hari = 361 derajat; 1 derajat per hari.

Karena GP berubah setiap waktu, maka untuk memudahkan navigasi langit, koordinat bintang (yang telah kita kenal sebagai Dec, RA) juga akan di”proyeksikan” terhadap bumi, yaitu menjadi koordinat GP: Dec, HA (Hour Angle).

(44)

Koordinat Bumi (Lintang, Bujur) Koordinat Bintang (Dec, RA) Koordinat GP (Dec, GHA)

Terfiksasi dengan bumi Terfiksasi dengan langit Terfiksasi dengan bumi Nilai tetap Nilainya relatif stabil Nilai selalu berubah

Nilai Dec/ Deklinasi sama dengan nilai Lintang. Sedangkan HA atau Hour Angle, adalah sudut bintang terhadap Meridian . Terdiri dari GHA (Greenwich Hour Angle) dan LHA (Local Hour Angle).

Mengapa SHA tidak termasuk?

Ingat, SHA (Sidereal Hour angle) adalah sudut antara obyek langit dengan Titik Aries, terfiksasi dengan langit, jadi tidak bisa digunakan sebagai koordinat proyeksi.

Rentang nilai HA 0-360 derajat berlawanan arah jarum jarum, ke arah barat (panduan GHA ditunjukkan oleh angka berwarna kuning di bagian bawah peta, panduan LHA tidak ada karena kita tidak tahu posisi lokal dan justru nilai inilah yang akan kita cari). Ingat lagi sketsa di bawah ini:

Maka GHA dalam hubungannya dengan koordinat bumi sebagai berikut:

GHA 90° = 90° BB GHA 180° = 180° BB/BT GHA 270° = 90° BT

Misalnya Bintang X (Dec 30° U, RA 12:00:00), sekarang koordinat GP-nya Dec 30°, GHA 300°. Berapa koordinat GP-nya 1 jam dan satu hari kemudian?

 Satu jam kemudian koordinatnya= Dec tetap, GHA 315° (pergeseran 15°/ jam).  Satu hari kemudian koordinatnya= Dec

tetap, GHA 301° (pergeseran 1°/ hari).

Metode Pembacaan Peta GP

1. Koreksi zona waktu ke GMT 2. Menentukan koordinat GP

Peta Posisi Geografik berpatokan pada tanggal 21 Maret jam 12:00 GMT. Misalnya tanggal 21 juni 21.00 WIB.

1. Mengubah Zona Waktu ke GMT

WIB = GMT +7 atau,

GMT = WIB -7

= 21.00-7 = 14.00 GMT 2. Menentukan Koordinat GP (Tanggal dan Jam GMT)

Pilih bintang yang telah dikenali, misalnya Antares, di peta menunjukkan koordinat GP= Dec 26°27.0'S, GHA 112°00.0', (Ingat, ini patokan tanggal 21 maret tengah hari Greenwich)

a. GHA sesuai tanggal

21 Juni= 90 hari sesudah 21 Maret.

(45)

Geser GP Antares ke kiri/ barat (lihat arah panah Pergeseran Bintang+) sejauh 90°. GHA-nya kini menunjukkan 202°00.0', Dec tetap. Ini adalah posisi pada tengah hari di Greenwich.

b. GHA Jam.

Pengamatan dilakukan jam 14.00 GMT, 2 jam setelah jam 12.00 GMT. 120 menit x 1/4° = 30°

Geser lagi Posisi Geografik Antares mengikuti panah Jam 12+ sejauh 30°, menunjukkan GHA 232°, Dec tetap.

Cara lain selain “geser-menggeser”,yaitu dengan penjumlahan:

Obyek Antares

Dec GHA

GP 21 Maret 26°27.0' S 112°00.0'

GP 21 Juni jam 12.00 GMT Selisih hari = + 90 hari x 1° Tetap +90°00.0' jam 14.00 GMT Selisih Jam = +120 menit x

1/4° Tetap +30°00.0'

Koordinat GP Tetap =232°00.0'

Jadi kesimpulannya, koordinat GP Antares saat itu= Dec 26°27.0'S, GHA 232°. Atau dengan kata lain, pada tanggal 21 Juni jam 14.00 GMT/ 21.00 WIB, di daerah dengan koordinat tersebut

Antares berada tepat di atas kepala/ zenith.

* * *

Lalu dimana posisi kita? Contoh kasus: beberapa jam yang lalu anda baru bertolak dari pelabuhan Merauke menuju Jakarta dengan jam tangan WIB. Dapatkah anda memastikan dengan yakin posisi saat itu di laut mana (serta koordinat berapa)?

Dengan GPS? Padahal GPS anda baterenya habis!

Bab selanjutnya akan membahas lebih rinci bagaimana cara menentukan posisi apabila saat itu kita tidak tahu entah sedang berada dimana. Namun sebelum ber’pusing ria’ dengan perhitungan, koordinat dan sudut-sudut, marilah mengatur nafas sejenak..

Gambar

Gambar 1. Sistem Koordinat Bumi
Gambar 2. Navigasi Dua Titik 3. Koreksi Variasi dan Deviasi Kompas.
Gambar 3. Peta Topografi Gunung Merapi dan Merbabu
Gambar 4. Rasi Orion
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis faktor efek sosial media instagram dalam mendorong pembelian produk online di Telkom University program studi ilmu Administrasi Bisnis angkatan 2012,

Tabel 5.6b menyatakan bahwa pada lokasi permukiman risiko rendah terdapat 15 (41.7%) responden yang memiliki jamban dengan jenis yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan

Berdasarkan perhitungan dan hasil hipotesis diketahui bahwa CKPN atas kredit, NPL, IRR, PDN, LDR, IPR, LAR, BOPO, FBIR, dan GCG secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

Sedangkan materi pada pertemuan II mengulang materi tentang hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain peran dalam drama sehingga siswa dapat bermain peran ( role

Penerimaan pasien rujukan dari rumah sakit lain (dengan

Penggunaan obat yang rasional yaitu pasien menerima pengobatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individual mereka sendiri,

Saya menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Masyakat Nelayan (Studi Pada Masyarakat Desa Limbangan Kecamatan

Ruang kegiatan PHBM dalam hutan meliputi: peningkatan terhadap pemnafaatan hutan sebagai wisata dengan pola bisnis. Pengamanan hutan menggunakan pembagian hak,