• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM da6e4d9cf0 BAB IIBAB II PROFIL KOTA TERNATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM da6e4d9cf0 BAB IIBAB II PROFIL KOTA TERNATE"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

II- 1

PROFIL KOTA TERNATE

2.1 WILAYAH ADMINISTRASI

2.1.1 Gambaran Geografis Dan Administrasi

Kota Ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi Maluku Utara, terdiri dari 5 (lima) pulau, yakni : pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau Tifure, dan pulau Mayau / Batang Dua. Kota Ternate mempunyai potensi strategis sebagai kota perdagangan yang dikenal sejak zaman penjajahan Belanda.

Secara geografis Kota Ternate terletak pada posisi 0o-2o Lintang Utara dan 126o-128o Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang beragam dan disederhanakan/dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu ; Rendah (0 - 499 M), Sedang (500-699 M), Tinggi (lebih dari 700 M). Luas wilayah Kota Ternate adalah 5.795,4 Km2 dan lebih didominasi oleh wilayah laut 5.633,34 Km2 sedangkan luas daratan 162,069 Km2.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku

 Sebelah Selatan berba tasan dengan Laut Maluku

 Sebelah Timur dengan Selat Halmahera

 Sebelah Barat dengan Laut Maluku

Kota Ternate mempunyai ciri daerah kepulauan dimana wilayah terdiri dari tujuh buah pulau, lima diantaranya berukuran sedang merupakan pulau yang dihuni penduduk sedangkan tiga lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini belum berpenghuni. Nama dan luas pulau tersebut serta statusnya seperti tampak pada tabel berikut :

(2)

II- 2

Tabel 2.1. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2010

No. Nama Pulau Luas (Km2) Persentase (%)

1 Pulau Ternate 65,88 26,26 2 Moti 24,60 9,81 3 Pulau Batang Dua 101,55 40,48 4 Ternate Selatan 19,44 7,75 5 Ternate Tengah 18,52 7,38 6 Ternate Utara 14,16 5,64 7 Pulau Hiri 6,70 2,67

Jumlah 250,85 100

Sumber: RTRW Kota Ternate, 2016

Diagram 2.1

Prosentase Luas Wilayah Kota Ternate

(3)

II- 3

2.1.2 Sistem Perwilayahan Kecamatan Dan Kelurahan Kota Ternate

Sistem dan fungsi perwilayahan Kota Ternate dibagi menjadi 7 (Tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) didasarkan pada batas administrasi wilayah kecamatan.

1) BWK – I sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat

BWK di kelurahan Dufa-Dufa. BWK – I Kecamatan Ternate Utara meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Tarau, Sango, Tabam, Tafure, Akehuda, Tubo, Dufa – Dufa, Sangadji Utara, Sangadji, Toboleu, Kasturian, Salero, Soa-Sio, dan Soa.

2) BWK – II sebagai pusat kota dengan memiliki pusat BWK di kelurahan

Salahuddin. BWK – II Kecamatan Ternate Tengah meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Makassar Timur, Makassar Barat, Salahuddin, Kalumpang, Santiong, Gamalama, Moya, Kampung Pisang, Marikurubu, Muhajirin, Tanah raja, Maliaro, Stadion, Takoma, dan Kota Baru.

3) BWK – III sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat

BWK di Kelurahan Kalumata. BWK – III Kecamatan Ternate Selatan meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Sasa, Gambesi, Ngade, Fitu, Kalumata, Kayu Merah, Tabona, Ubo-Ubo, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Mangga Dua Utara, Mangga Dua, Jati Perumnas, Jati, Tanah Tinggi Barat, Tanah Tinggi, dan Toboko.

4) BWK – IV sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat

BWK di Kelurahan Jambula. BWK – IV Kecamatan Pulau Ternate meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Jambula, Kastela, Foramadiahi, Rua, Afe Taduma, Dorpedu, Togafo, Loto, Takome, Sulamadaha, Tobololo, Bula dan Kulaba.

5) BWK – V sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat

BWK di Kelurahan Faudu. BWK – IV Kecamatan Pulau Hiri meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan kelurahan Faudu, Tomajiko, Dorari Isa, Togolobe, Tafraka, dan Mado.

6) BWK – VI sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat

BWK di Kelurahan Moti Kota. BWK –VI Kecamatan Pulau Moti meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Moti Kota, Takofi, Tadenas, Figur, Tafamutu, dan Tafaga.

7) BWK – VII sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat

(4)

II- 4

(5)
(6)

II- 6

2.3. GAMBARAN DEMOGRAFI

Penduduk diartikan sebagai jumlah orang dan menjadi salah satu populasi atau unsur yang mendiami di suatu wilayah tertentu. Penduduk pada hakekatnya selain sebagai objek juga sebagai subjek yang merupakan instrumen untuk mencapai pembangunan, selaku makhluk hidup sosial yang selalu berkembang secara dinamis di dalam melangsungkan kehidupannya yang serba kompleks membutuhkan suatu ruang tertentu sebagai wadah untuk beraktivitas.

Penduduk merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu wilayah, dalam konteks Kota Ternate, tinjauan terhadap kondisi sosial dan kependudukan dilakukan secara internal dan eksternal. Aspek kependudukan yang memerlukan kajian terkait dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate, antara lain pertumbuhan, distribusi dan kepadatan penduduk, struktur kependudukan menurut umur dan jenis kelamin, agama, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan serta budaya masyarakat Kota Ternate.

Faktor perubahan penduduk perlu mendapat perhatian karena memegang peranan penting dalam perencanaan pengembangan suatu wilayah. Perubahan penduduk ini antara lain:

 Pertambahan penduduk alamiah dan pengurangan penduduk alamiah (perubahan penduduk alamiah), yaitu selisih antara jumlah angka kelahiran dengan jumlah angka kematian.

 Migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi keluar (emigrasi), yaitu pertambahan jumlah penduduk dengan menghitung banyaknya migrasi masuk (jumlah penduduk yang datang dari luar daerah dan menetap di daerah yang didatangi) dikurangi migrasi keluar (jumlah penduduk yang keluar).

2.3.1 Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk

Distribusi atau tingkat persebaran penduduk hingga akhir tahun perencanaan diperkirakan akan masih sama dengan pola perkembangan penduduk eksisting. Di mana jumlah konsentrasi penduduk akan relatif terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas ekonomi dengan kelengkapan sarana dan infrastruktur yang pada umumnya terletak di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan, kabupaten dan ibukota provinsi). Selain itu analisis distribusi penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana kebutuhan sarana dan prasarana pendukung penduduk di kemudian hari.

Angka kepadatan penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah pertumbuhan penduduk dan luas wilayah daerah tersebut. Angka kepadatan penduduk ini bermanfaat untuk mengetahui daya tampung dari suatu daerah dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya serta untuk menentukan strategi pembangunan yang dapat dikembangkan di masa datang.

(7)

II- 7

sedangkan kepadatan penduduk terkecil adalah Kecamatan Pulau Batang Dua dengan jumlah penduduk kurang lebih 95 jiwa/km2, secara rinci pada tabel 2.3.

Tabel 2.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Ternate Tahun 2013

No Kecamatan

Sumber: Kota Ternate Dalam Angka, 2016

Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan Kota Ternate Tahun 2013

No Kecamatan/

Kelurahan Jumlah penduduk (Jiwa) Prosentase (%)

(8)

II- 8

No Kecamatan/

Kelurahan Jumlah penduduk (Jiwa) Prosentase (%)

(9)

II- 9

No Kecamatan/

Kelurahan Jumlah penduduk (Jiwa) Prosentase (%)

8 Marikurubu 5.092 9,78

Sumber : BPS Tahun 2010 dan Dinas Catatan Sipil, Tahun 2010

Tabel 6.4. menunjukkan distribusi dan tingkat kepadatan penduduk masing-masing kecamatan tidak merata, akumulasi kepadatan penduduk Kota Ternate hingga tahun 2012 diperkirakan mencapai 13 jiwa/Ha. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Ternate Tengah yaitu 45 jiwa/Ha, kemudian disusul oleh Kecamatan Ternate Selatan dengan kepadatan 30 jiwa/Ha, dan Kecamatan Ternate Utara dengan kepadatan 26 jiwa/Ha. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pulau Batang Dua dengan kepadatan rata-rata 2 jiwa/Ha.

Secara kuantitas tingkat kepadatan penduduk tersebut dipengaruhi oleh perbandingan jumlah penduduk yang mendiami setiap kecamatan terhadap luasan (perubahan luas) wilayah kecamatan. Sedangkan secara keruangan, pada dasarnya distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Ternate dipengaruhi oleh sistem pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana penunjang, serta kemudahan aksesibilitas terhadap wilayah sekitarnya, sehingga distribusi penduduk lebih terkonsentrasi pada Kecamatan Ternate Selatan.

2.3.2 Pertumbuhan Penduduk

(10)

II- 10

datang dilakukan dengan pendekatan matematis dengan pertimbangan pertumbuhan jumlah penduduk 5 tahun terakhir.

Tingkat pertumbuhan pensusuk kota ternate tqhun 2010-2012 mengalami peningkatan pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 185.705 jiwa, pada tahun 2011 jumlah pensusuk190.184 jiwa dan pada tahun 2012 jumlah penduduk kota Ternate mencapai 191.053 jiwa.

2.3.3 Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang dan menjadi bahan acuan dalam pengambilan keputusan dalam menganalisa tingkat kebutuhan fasilitas akan sarana dan prasarana perkotaan. Sehingga proses dan fase-fase sebagai bagian dari tahap perencanaan dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang ada.

Perkembangan penduduk selama 5 (lima) tahun terakhir di wilayah perencanaan (2006-2010) adalah rata-rata sebesar 1,94 % pertahun. Pertumbuhan penduduk yang mengalami penurunan disebabkan pemindahan Ibukota Propinsi Maluku Utara Ke Kota Sofifi, ini diharapkan menjadi acuan dalam mengesteamasi perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk pada masa mendatang untuk periode waktu antara Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2030.

Untuk menghitung proyeksi penduduk, akan digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :

 Data penduduk dasar yang digunakan adalah data Tahun 2005.

 Proyeksi dilakukan setiap 5 (lima) tahun kedepan.

 Pendekatan perkiraan yang digunakan adalah metode Regresi Linier.

Berdasarkan hasil analisis proyeksi bunga berganda di atas, maka proyeksi jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (Tahun 2030), adalah sebesar 299,458 Jiwa atau terjadi pertambahan 26,307 jiwa (2011-2030), dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 2,51 %. Untuk lebih jelasnya proyeksi penduduk Kota Ternate sampai akhir tahun perencanaan, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut

Tabel 2.4 Proyeksi Penduduk di Kota Ternate Tahun 2010 - 2031

No Kecamatan

(11)

II- 11

Perkembangan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Ternate Hingga Tahun 2031

Sumber: Tabel 2.5

Tabel. 2.5. Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Ternate (2010)

No Kecamatan

Sumber : Kota Ternate Dalam Angka 2010, Data Citra & Hasil Analisis Tim, Tahun 2010

Tabel. 2.6. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2010 – 2031

(12)

II - 12

(13)

II - 13

2.2. Potensi Wilayah Kota Ternate

2.3.4 Perekonomian

Kinerja pertumbuhan suatu daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran melalui suatu umum kinerja tersebut dapat diukur melalui suatu besaran yang dikenal dengan Produk Domestik Regional Brukto (PDRB). Secara sektoral besaran ini dapat menerangkan struktur perekonomian daerah bersangkutan, disamping itu dari angka PDRB dapat pula diperoleh beberapa indikator turunan seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita.

Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan salah satu indikator utama untuk mengukur kinerja perekonomian suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi menunjukan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. Indikator yang di gunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

A. Aspek Perekonomian Kota Ternate

Struktur Ekonomi Kota Ternate ditunjang oleh sembilan lapangan usaha kegiatan ekonomi, yaitu : 1) Pertanian, 2) Pertambangan dan penggalian, 3) Industri pengolahan, 4) Listrik, gas, dan air minum, 5) Bangunan/konstruksi, 6) Perdagangan, hotel, dan restoran, 7) Angkutan dan komunikasi, 8) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta 9) Jasa-jasa.

Indikator makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup Kota adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota menurut lapangan usaha. Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu tahun.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga (ADH) berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan barang pada tahun tersebut, sedangkan atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun dasar (2012). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Tabel 2.7. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kota Ternate

No Sektor Ekonomi Data PDRB Kota Ternate

2010 2011 2012

1 Pertanian 134. 682 151.855 169.142

(14)

II - 14

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Persuhaan 85. 925 101. 039 116. 075

9 Jasa-Jasa 177. 744 201. 426 227. 635

PDRB Kota 517.921,00 585.660,00 694.880,00

Sumber: Kota Ternate Dalam Angka, Tahun 2013

Tabel 2.8. Pertumbuhan Struktur Ekonomi Kota Ternate, Tahun 2010 - 2012

No Sektor Kegiatan Pertumbuhan Ekonomi (%)

2010 2011 2012

7 Perangkutan dan Komuniksi 15,67 16,24 17,05

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Persuhaan 8,66 8,82 8,77

9 Jasa-Jasa 17,92 17,58 17,21

Sumber: Kota Ternate Dalam Angka, Tahun 2013

B. Kondisi Sektor-Sektor Perekonomian Kota

2.3.4.1.1 Sektor Pertanian Tanaman Pangan

Di kota Ternate tanaman pangan yang memiliki luas lahan cukup besar yaitu jagung dan ubi kayu. Kedua jenis tanaman ini diminati oleh masyarakat Kota Ternate sebagai makanan utama selain nasi.

Tahun 2011 luas panen jagung seluas 152 Ha yang berarti naik 19% dari tahun 2010 yang hanya 128 Ha. Sedangkan untuk tanaman ubi kayu tahun 2011 memiliki luas panen seluas 421 Ha, angka ini naik 1,93% dibandingkan tahun 2010 yang luas panennya 413 Ha. Karena kedua komoditi ini memiliki luas panen yang lebih besar dari tahun 2010 maka produksinya pun meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 produksi jagung sebesar 258 ton sedangkan pada tahun 2010 sebesar 208 ton. Untuk ubi kayu produksi tahun 2011 sebesar 1.676 ton sedangkan tahun 2010 sebesar 1.663 ton.

Tabel 2.9. Luas Panen Tanaman Pangan Jenis Padi dan Palawija di Kota Ternate Tahun 2011-2012

No Jenis Tanaman Luas Panen (Ha)

2011 2012

1 Padi - -

(15)

II - 15

Sumber: Kota Ternate Dalam Angka, Tahun 2013

2.3.4.1.2 Sektor Peternakan

Populasi ternak di Kota Ternate belum banyak, sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging pemerintah masih harus memasok pasokan daging dari luar wilayah Kota Ternate terutama dari Pulau Halmahera dan dari luar Maluku Utara. Komoditi yang biasanya di pasok dari Pulau Halmahera adalah sapi dan kambing, sedangkan komoditi yang biasanya di pasok dari luar Maluku Utara adalah unggas khususnya ayam.

Pada tahun 2012 populasi ternak di Kota Tenate yang paling banyak adalah Sapi dan Kambing. Meskipun begitu jumlah ini belum mencukupi kebutuhan masyarakat Ternate akan daging. Populasi sapi pada tahun 2012 sebanyak 1.735 ekor dan kambing 14.104 ekor.

2.3.4.1.3 Sektor Perikanan

Sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, laut merupakan sumber penghidupan yang menjanjikan. Banyak masyarakat Kota Ternate yang tinggal di pesisir pantai bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain itu tradisi masyarakat Kota Ternate yang menjadikan ikan sebagai makanan pendamping nasi yang wajib di konsumsi setiap hari, membuat nelayan menjadi salah satu mata pencaharian yang cukup menjanjikan.

Di Kota Ternate terdapat dua pelabuhan perikanan yaitu pelabuhan Perikanan Bastiong, Ternate Selatan dan pelabuhan perikanan Dufa-Dufa, Ternate Utara. Kedua pelabuhan ini memasok hampir sebagian besar kebutuhan ikan masyarakat Ternate.

Produksi perikanan Kota Ternate tahun 2012 yang terbesar adalah kecamatan Ternate Utara yaitu sebesar 18.466 ton dan kecamatan Ternate Selatan sebesar 3.700 ton.

2.3.4.1.4 Sektor Industri

Industri yang berkembang di Kota Ternate adalah jenis industri kecil dan rumah tangga. Jenis industri ini cukup banyak di wilayah ini karena penggunaan teknologi yang relative sederhana dan keterbatasan aspek permodalan. Meskipun jenis industri yang ada sebagian besar berskala kecil tapi cukup mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Kota Ternate.

Jenis industri yang berkembang di Kota Ternate adalah industri di bidang pangan, industri di bidang kimia dan bahan bangunan, industri bidang sandang, kulit dan kerajinan umum, serta industri bidang logam.

(16)

II - 16

sebanyak 747 orang, di bidang kimia dan bahan bangunan terdapat 216 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 810 orang, di bidang sandang, kulit dan kerajinan umum terdapat 67 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 204 orang, serta di bidang industri logam terdapat 4 perusahaan yang menyerap 12 orang tenaga kerja.

Tabel 2.10. Perkembangan Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Pada Kegiatan Industri di Kota Ternate tahun 2012

No Jenis Usaha Industri Perusahaan Tenaga

Kerja

Nilai Investasi (000 Rp)

1 Industri Kecil Bidang Pangan 247 747 2.311.901 2 Industri Kecil Bidang Kimia dan

Bahan bagunan 216 810 3.356.645 3 Industri Kecil Bidang Sandang,

kulit dan kerajinan 67 204 140.355.307 4 Industri Kecil Bidang Logam 4 12 20.300

Jumlah 534 1773 146.024.056

Sumber : Kota Ternate Dalam Angka, Tahun 2013

Untuk lebih meningkatkan produksi dan pemasaran dari semua hasil produksi di wilayah Kota Ternate yang akan datang, diperlukan beberapa motivasi seperti peningkatan kualitas dan keterampilan tenaga kerja, serta aspek pengelolaannya perlu ditunjang oleh sistem pengolahan dan prasarana produksi yang memadai. Guna meningkatkan pendapatan masyarakat maka, kegiatan industri di Kota Ternate seyogyanya memanfaatkan potensi lokal seperti penyerapan tenaga kerja dan bahan baku dari dalam wilayah Kota Ternate.

2.3.4.1.5 Sektor Pariwisata

(17)

II - 17

Tabel. 2.11. Jenis Objek Wisata di Kota Ternate

No Jenis Wisata Nama Objek Wisata Lokasi

1 Wisata Alam

 Peninggalan Sejarah

 Budaya dan Atraksi Wisata

Benteng Toluco/Holandia (1512/1610) Benteng Orange (1607)

Benteng Kalamata (Santalucia) 1940 Benteng Kota Janji (Santa Pedro) Benteng Kastela (Santa Paolo) 1521 Kedotan Sulatan Ternate (1788 – 1813)

Upacara Adat Kolano Uci Sabea Penobatan Kapita/Fanyira

3 Flora dan Fauna Cengkeh Afo (Induk) Marikuburu/Ternate Selatan

(18)

II - 18

2.4. Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan

RTRW Kota Ternate

Kota Ter nate dalam kebijakan tata r uang w il ayah nasional (RTRWN) yang menetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiat an Nasional (PKN) yang ter letak di w ilayah Indoensi a Bagian Timur . Hal i ni menujukkan bahw a Kota Ter nate mengemban fungsi pengembangan r egional yang luas, dan di ar ahkan agar memiliki fungsi-fungsi pengembangan sebagai ber ikut :

a. Pusat kegiatan jasa dan per dagangan skala nasional, dan r egional.

b. Sebagai pintu gerbang ekspor t dan impor t SDA lew at Pelabuhan Laut Ahmad Yani Ter nate.

c. Sebegai Si mpul Tr anspor tasi dalam r angka mendukung daer ah

hinterl and serta membuka jalur li ntas t r anspor tasi antar r egional,

nasional dan inter nasi onal.

Selain it u dalam kebijakan pengembangan Kota Ternate ter masuk salah satu di Pr ovinsi Maluku Utar a dengan kegiatan utama adalah sektor jasa dan per dagangan, pariwisata, dan per ikanan laut.

Dengan memper hatikan kondi si dan potensi wilayahnya Kota Ter nate memiliki beber apa isu penting dalam pengembangan tata r uangnya antara lain :

a. Pengembangan potensi pesisir dan lautnya belum optimal dilakukan mengingat w ilayah pesi si r dan laut Kota Ter nate memiliki potensi yang cukup potensi al untuk dikembangkan lebih lanjut baik potensi per ikanan maupun potensi wisat anya.

b. Per kembangan pembangunan kaw asan pesisir kota belum ber or ientasi pada pembangunan yang memper lakukan kaw asan pantai sebagai bagian muka dar i kot a melai nkan masih memperlakukan kaw asan pantai sebagai w ilayah belakang kota.

c. Keter sediaan air ber sih di wilayah kota ter utama saat musi m kemar au panjang selalu menjadi masalah bagi masyar akat, dimana penyediaan air ber si h kota sangat ter gantung pada keter sedi aan ai r t anah dalam (sumur bor dan mata air ) dan sebagi an lain pada ketersediaan air per mukaan (embung dan dam).

(19)

II - 19

e. Pembangunan sar ana dan pr asar ana kota seper ti dr ainase dan sistem pembuangan air limbah kota belum optimal dan cender ung meni mbulkan pencemar an terhadap persediaan air tanah dalam dan mat a air yang selama ini merupakan sumber ai r utama bagi masyar akat.

f. Sebar an per mukiman cender ung ti dak mengikuti per encanaan yang ada melainkan berkembang mengi kuti pusat kegiatan kota dan str uktur jar ingan utama kota.

g. Sebar an penduduk tidak merata melainkan cenderung terpusat di kaw asan pusat kota, dimana kepadatan ter tinggi terjadi di Kecamatan Ter nate Tengah, Ternat e Utar a dan Ter nate Selatan.

h. Belum optimalnya pembangunan r uang ter buka hijau kota seper ti taman kota, jalur hijau, hutan kota dan r uang terbuka hijau lainnya, dimana beberapa r uang terbuka hijau kota telah mengalami per geser an fungsi menjadi kaw asan per mukiman dan tutupan lahannya masih didominasi oleh semak belukar .

Atas dasar pemahaman t er hadap ar ahan kebi jakan Nasional dan Pr ovinsi Maluku Utara ser t a isu-isu pengembangan tat a r uang Kota Ter nate, maka beber apa kebijakan penataan r uang yang per lu dilakukan di Kota Ter nate antar a lain.

a. Untuk pengembangan str uktur tata r uang Kota Ter nate per lu :

 Peningkatan akses pelayanan sar ana dan pr asar ana per kotaan yang lebi h mer ata dan ber hier ar ki pada setiap jenjang pusat-pusat pelayanan kota, mulai dar i pusat kota, sub pusat kota dan pusat lingkungan.

 Peningkatan kualit as dan jangkauan pelayanan jaringan pr asar ana tr anspor tasi, telekomunikasi , listr ik, sumber daya ai r , sistem penyediaan air ber sih, sistem pengelolaan air li mbah, sistem per sampahan, sistem dr ainase, penyedi aan dan pemanfaat an pr asar ana dan sarana pejal an kaki, jalur evakuasi bencana, dan penyediaan dan pemanfaat an pr asar ana dan sar ana per kotaan lainnya.

b. Untuk pengembangan pola pemanfaatan r uang Kota Ter nate per lu :

 Pemelihar aan dan per wujudan kelestari an fungsi lingkungan hidup pada kaw asan lindung;

 Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat meni mbulkan ker usakan lingkungan hidup;

(20)

II - 20  Pengendalian per kembangan kegiatan budidaya agar tidak

melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

c. Untuk pengembangan kaw asan str ategis Kota Ter nate per lu :

 Pelestar ian dan peningkatan fungsi dan daya dukung ligkungan hidup untuk mempert ahankan dan meni ngkatkan kesei mbangan ekosistem, melestar ikan keanekargaman hayati , memper t ahankan dan meningkatkan fungsi per lindungan kawasan, melestar ikan keunikan bentang alam;

Gambar

Tabel 2.1. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2010
Gambar 2.1 : Peta Administrasi Kota Ternate Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012
Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan Kota Ternate Tahun 2013
Tabel 6.4. menunjukkan distribusi dan tingkat kepadatan penduduk masing-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pusat-pusat pelayanan kegiatan sosial ekonomi dan pemerintahan yang melayani seluruh wilayah kota yang tersebar di Bagian Wilayah Kota (BWK) tengah terdiri dari:  Kawasan

Suku-suku yang ada di Kabupaten Banggai Kepulauan antara lain:  Suku Banggai, Saluan dan Balantak merupakan suku asli yang terdapat.. hampir diseluruh wilayah

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Mesuji bahwa jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Mesuji pada tahun 2016 berjumlah sebanyak 196.913 jiwa, meliputi jumlah penduduk

Jumlah Industri Rumah Tangga (RT) Usaha/ Perusahaan Industri Pengolahan Menurut Jenis Usaha Dirinci Menurut Kelurahan di Wilayah Kecamatan Ternate

Sedangkan jika kita lihat jumlah objek wisata berdasarkan kelompok jenis objek wisata yang ada di Kota Pariaman ada 11 jenis wisata alam, 8 wisata sejarah, 2 wisata budaya

Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah bagian Provinsi Jawa Barat yang secara definitif.. menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan

Sebagai pusat dari WP VII kota magelang memiliki peran besar sebagai daerah transit dalam perjalanan Jogja – Semarang, maupun pengembangan wisata dengan skala nasional dan bahkan

(2) Kawasan rawan bencana gempa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di seluruh wilayah Kota Ternate yaitu Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah,