• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1505366937BAB IV PROFIL KOTA TERNATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1505366937BAB IV PROFIL KOTA TERNATE"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 1

PROFIL KOTA TERNATE

4.1 GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH 4.1.1 Gambaran Geografis Dan Administrasi

Kota Ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi Maluku Utara, terdiri dari 8 (delapan) pulau, yakni : pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau Tifure, pulau Mayau, Pulau Gurida, Pulau Makka dan Pulau Mano. Kota Ternate mempunyai potensi strategis sebagai kota perdagangan yang dikenal sejak zaman penjajahan Belanda.

Secara geografis Kota Ternate terletak pada posisi 0o-2o Lintang Utara dan 126o-128o Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang beragam dan disederhanakan/dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu ; Rendah (0 - 499 M), Sedang (500-699 M), Tinggi (lebih dari 700 M). Luas wilayah Kota Ternate adalah 5.795,4 Km2 dan lebih didominasi oleh wilayah laut 5.633,34 Km2 sedangkan luas daratan 162,069 Km2.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku

 Sebelah Selatan berba tasan dengan Laut Maluku

 Sebelah Timur dengan Selat Halmahera

 Sebelah Barat dengan Laut Maluku

Kota Ternate mempunyai ciri daerah kepulauan dimana wilayah terdiri dari tujuh buah pulau, lima diantaranya berukuran sedang merupakan pulau yang dihuni penduduk sedangkan tiga lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini belum berpenghuni. Nama dan luas pulau tersebut serta statusnya seperti tampak pada tabel berikut :

(2)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 2

No KECAMATAN

Luas Wilayah (Ha)

Selisih (Ha) Data

Digitasi Peta Citra

(%) Data BPS (%)

1 Kec. Pulau Ternate 4.946,60 30,52 6.588,00 26,26 1.641,40

2 Kec. Moti 2.478,70 15,29 2.460,00 9,81 18,70

3

Kec. Gugus Pulau Batang

Dua 2.900,40 17,90 10.155,00 40,48 7.254,60

4 Kec. Ternate Selatan 2.100,20 12,96 1.944,00 7,75 156,20

5 Kec. Ternate Tengah 1.196,60 7,38 1.852,00 7,38 655,40

6 Kec. Ternate Utara 1.913,90 11,81 1.416,00 5,64 497,90

7 Kec. Hiri 670,5 4,14 670,00 2,67 0,50

Jumlah 16.206,90 100,00 25.085,00 100,00 8.878,10 Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Diagram 4.1.

Prosentase Luas Wilayah Kota Ternate Berdasarkan Hasil Digitasi Peta Citra

(3)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 3

Diagram 4.2.

Prosentase Luas Wilayah Kecamatan di Kota Ternate Berdasarkan Data BPS

Sumber: Tabel 4.1

Tabel 4.2.Luas Wilayah Pulau di Kota Ternate Tahun 2012

No Pulau

Luas Wilayah (Ha)

Selisih (Ha) Data Digitasi

Citra (%) Data BPS (%)

1 P. Gurida 22,43 0,14 55,00 0,22 32,57

2 P. Hiri 669,16 4,13 1.240,00 4,94 570,84

3 P. Maka 1,3 0,01 50,00 0,20 48,70

4 P. Mano 0,04 0,00 50,00 0,20 49,96

5 P. Mayau 2.417,49 14,92 7.840,00 31,25 5.422,51

6 P. Moti 2.478,70 15,29 2.460,00 9,81 18,70

7 P. Ternate 10.157,30 62,67 11.180,00 44,57 1.022,70

8 P. Tifure 460,44 2,84 2.260,00 9,01 1.799,56

Jumlah 16.203,86 100,00 25.085,00 100 8.878,14

(4)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 4

Prosentase Luas Pulau di Kota Ternate Berdasarkan Hasil Digitasi Peta Citra

Sumber: Tabel 4.2

Diagram 4.4.

Prosentase Luas Pulau di Kota Ternate Berdasarkan Data BPS

(5)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 5

4.1.2 Sistem Perwilayahan Kecamatan Dan Kelurahan Kota Ternate

Sistem dan fungsi perwilayahan Kota Ternate dibagi menjadi 7 (Tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) didasarkan pada batas administrasi wilayah kecamatan.

1) BWK – I sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK di kelurahan Dufa-Dufa. BWK – I Kecamatan Ternate Utara meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Tarau, Sango, Tabam, Tafure, Akehuda, Tubo, Dufa – Dufa, Sangadji Utara, Sangadji, Toboleu, Kasturian, Salero, Soa-Sio, dan Soa.

2) BWK – II sebagai pusat kota dengan memiliki pusat BWK di kelurahan Salahuddin. BWK – II Kecamatan Ternate Tengah meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Makassar Timur, Makassar Barat, Salahuddin, Kalumpang, Santiong, Gamalama, Moya, Kampung Pisang, Marikurubu, Muhajirin, Tanah raja, Maliaro, Stadion, Takoma, dan Kota Baru.

3) BWK – III sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat BWK di Kelurahan Kalumata. BWK – III Kecamatan Ternate Selatan meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Sasa, Gambesi, Ngade, Fitu, Kalumata, Kayu Merah, Tabona, Ubo-Ubo, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Mangga Dua Utara, Mangga Dua, Jati Perumnas, Jati, Tanah Tinggi Barat, Tanah Tinggi, dan Toboko.

4) BWK – IV sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat BWK di Kelurahan Jambula. BWK – IV Kecamatan Pulau Ternate meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Jambula, Kastela, Foramadiahi, Rua, Afe Taduma, Dorpedu, Togafo, Loto, Takome, Sulamadaha, Tobololo, Bula dan Kulaba.

5) BWK – V sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK di Kelurahan Faudu. BWK – IV Kecamatan Pulau Hiri meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan kelurahan Faudu, Tomajiko, Dorari Isa, Togolobe, Tafraka, dan Mado.

6) BWK – VI sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat BWK di Kelurahan Moti Kota. BWK –VI Kecamatan Pulau Moti meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Moti Kota, Takofi, Tadenas, Figur, Tafamutu, dan Tafaga.

(6)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 6

(7)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 7

4.2 GAMBARAN DEMOGRAFI

Penduduk diartikan sebagai jumlah orang dan menjadi salah satu populasi atau unsur yang mendiami di suatu wilayah tertentu. Penduduk pada hakekatnya selain sebagai objek juga sebagai subjek yang merupakan instrumen untuk mencapai pembangunan, selaku makhluk hidup sosial yang selalu berkembang secara dinamis di dalam melangsungkan kehidupannya yang serba kompleks membutuhkan suatu ruang tertentu sebagai wadah untuk beraktivitas.

Penduduk merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu wilayah, dalam konteks Kota Ternate, tinjauan terhadap kondisi sosial dan kependudukan dilakukan secara internal dan eksternal. Aspek kependudukan yang memerlukan kajian terkait dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate, antara lain pertumbuhan, distribusi dan kepadatan penduduk, struktur kependudukan menurut umur dan jenis kelamin, agama, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan serta budaya masyarakat Kota Ternate.

Faktor perubahan penduduk perlu mendapat perhatian karena memegang peranan penting dalam perencanaan pengembangan suatu wilayah. Perubahan penduduk ini antara lain:

 Pertambahan penduduk alamiah dan pengurangan penduduk alamiah (perubahan penduduk alamiah), yaitu selisih antara jumlah angka kelahiran dengan jumlah angka kematian.

 Migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi keluar (emigrasi), yaitu pertambahan jumlah penduduk dengan menghitung banyaknya migrasi masuk (jumlah penduduk yang datang dari luar daerah dan menetap di daerah yang didatangi) dikurangi migrasi keluar (jumlah penduduk yang keluar).

4.2.1 Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk

Distribusi atau tingkat persebaran penduduk hingga akhir tahun perencanaan diperkirakan akan masih sama dengan pola perkembangan penduduk eksisting. Di mana jumlah konsentrasi penduduk akan relatif terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas ekonomi dengan kelengkapan sarana dan infrastruktur yang pada umumnya terletak di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan, kabupaten dan ibukota provinsi). Selain itu analisis distribusi penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana kebutuhan sarana dan prasarana pendukung penduduk di kemudian hari.

Angka kepadatan penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah pertumbuhan penduduk dan luas wilayah daerah tersebut. Angka kepadatan penduduk ini bermanfaat untuk mengetahui daya tampung dari suatu daerah dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya serta untuk menentukan strategi pembangunan yang dapat dikembangkan di masa datang.

(8)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 8

lebih 2.559 jiwa atau sekitar 1,34 % dan Kelurahan Pulau Hiri dengan jumlah penduduk sekitar 2.813 jiwa atau sekitar 1,47 % dari jumlah penduduk Kota Ternate, secara rinci pada tabel 4.3.

Tabel.4.3. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Ternate Tahun 2012

No Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Distribusi (%) Kepadatan (Jiwa/Km2)

1 Pulau Ternate 49,466 15.116 7,91 299

2 Ternate Selatan 21,002 65.582 34,33 3.033

3 Ternate Utara 19,139 46.886 24,54 2.377

4 Moti 24,787 4.526 2,37 177

5 Pulau Batang Dua 29,004 2.559 1,34 85

6 Ternate Tengah 11,966 53.571 28,04 4.353

7 Pulau Hiri 6,705 2.813 1,47 407

Jumlah 162,03 191.053 100,00 1.146

Sumber: Kota Ternate Dalam Angka, 2013

Diagram 4.5. Distribusi Penduduk Kota Ternate Tahun 2013

(9)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 9

Tabel.4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan Kota Ternate Tahun 2012

No Kecamatan/

Kelurahan Jumlah penduduk (Jiwa) Prosentase (%)

(10)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 10

No

Kelurahan Jumlah penduduk (Jiwa) Prosentase (%)

(11)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 11

Tabel 4.4. menunjukkan distribusi dan tingkat kepadatan penduduk masing-masing kecamatan tidak merata, akumulasi kepadatan penduduk Kota Ternate hingga tahun 2012 diperkirakan mencapai 13 jiwa/Ha. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Ternate Tengah yaitu 45 jiwa/Ha, kemudian disusul oleh Kecamatan Ternate Selatan dengan kepadatan 30 jiwa/Ha, dan Kecamatan Ternate Utara dengan kepadatan 26 jiwa/Ha. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pulau Batang Dua dengan kepadatan rata-rata 2 jiwa/Ha.

Secara kuantitas tingkat kepadatan penduduk tersebut dipengaruhi oleh perbandingan jumlah penduduk yang mendiami setiap kecamatan terhadap luasan (perubahan luas) wilayah kecamatan. Sedangkan secara keruangan, pada dasarnya distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Ternate dipengaruhi oleh sistem pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana penunjang, serta kemudahan aksesibilitas terhadap wilayah sekitarnya, sehingga distribusi penduduk lebih terkonsentrasi pada Kecamatan Ternate Selatan.

4.2.2 Pertumbuhan Penduduk

Perkembangan atau pertumbuhan penduduk merupakan indeks perbandingan jumlah penduduk pada suatu tahun terhadap jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu juga dipengaruhi adanya faktor migrasi penduduk yaitu perpindahan keluar dan masuk. Pada dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk, dapat digunakan untuk mengasumsikan prediksi atau meramalkan perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Prediksi perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang dilakukan dengan pendekatan matematis dengan pertimbangan pertumbuhan jumlah penduduk 5 tahun terakhir.

Tingkat pertumbuhan pensusuk kota ternate tqhun 2010-2012 mengalami peningkatan pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 185.705 jiwa, pada tahun 2011 jumlah pensusuk190.184 jiwa dan pada tahun 2012 jumlah penduduk kota Ternate mencapai 191.053 jiwa.

4.2.3 Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang dan menjadi bahan acuan dalam pengambilan keputusan dalam menganalisa tingkat kebutuhan fasilitas akan sarana dan prasarana perkotaan. Sehingga proses dan fase-fase sebagai bagian dari tahap perencanaan dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang ada.

(12)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 12

sebagai berikut :

 Data penduduk dasar yang digunakan adalah data Tahun 2005.

 Proyeksi dilakukan setiap 5 (lima) tahun kedepan.

 Pendekatan perkiraan yang digunakan adalah metode Regresi Linier.

Berdasarkan hasil analisis proyeksi bunga berganda di atas, maka proyeksi jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (Tahun 2030), adalah sebesar 299,458 Jiwa atau terjadi pertambahan 26,307 jiwa (2011-2030), dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 2,51 %. Untuk lebih jelasnya proyeksi penduduk Kota Ternate sampai akhir tahun perencanaan, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut

Tabel.4.5. Proyeksi Penduduk di Kota Ternate Tahun 2010 - 2031

No Kecamatan

Jumlah Penduduk

Tahun 2010

Proyeksi Pertambahan Penduduk

Rata-rata/Tahun 2016 2021 2026 2031

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1 Pulau Ternate 14.788 17.237 19.278 21.318 23.359 2,76% 2 Moti 4.399 5.127 5.735 6.342 6.949 2,76% 3 Pulau Batang Dua 2.463 2.869 3.208 3.547 3.885 2,75% 4 Ternate selatan 63.707 69.042 73.488 77.935 82.381 1,40% 5 Ternate Tengah 52.083 55.245 57.879 60.514 63.149 1,01% 6 Ternate Utara 45.487 51.732 56.936 62.140 67.344 2,29% 7 Pulau Hiri 2.728 3.180 3.556 3.933 4.309 2,76% Kota Ternate 185.655 204.432 220.080 235.728 251.376 1,69%

Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Perkembangan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Ternate Hingga Tahun 2031

(13)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

IV - 13

Tabel.4.6. Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Ternate (2012)

No Kecamatan

Sumber : Kota Ternate Dalam Angka 2013

Tabel.4.7. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2010 – 2031

(14)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 14

(15)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 15

4.3 GAMBARAN TOPOGRAFI

Kondisi topografi lahan kepulauan Ternate adalah berbukit bukit dengan sebuah gunung berapi yang masih aktif dan terletak ditengah pulau Ternate. Permukiman masyarakat secara intensif berkembang di sepanjang garis pantai kepulauan. Dari 5 pulau besar yang ada, umumnya masyarakat mengolah lahan perkebunan dengan produksi rempah-rempah sebagai produk unggulan dan perikanan laut yang diperoleh disekitar perairan pantai. Pulau Ternate memiliki kelerengan fisik terbesar diatas 40 % yang mengerucut kearah puncak gunung Gamalama terletak ditengah - tengah Pulau. Didaerah pesisir rata-rata kemiringan adalah sekitar 2% sampai 8%.

Kedalaman laut adalah bervariasi, pada beberapa lokasi disekitar P. Termate, terdapat tingkat kedalaman yang tidak terlalu dalam, sekitar 10 meter sampai pada jarak sekitar 100 m dari garis pantai sehingga memungkinkan adanya peluang reklamasi. Tetapi pada bagian lain terdapat tingkat kedalaman yang cukup besar dan berjarak tidak jauh dari garis pantai yang ada.

Selanjutnya dijelaskan bahwa kondisi topografi Kota Ternate juga ditandai dengan keberagaman ketinggian dari permukaan laut (Rendah: 0-499 M, Sedang: 500-699 M, dan Tinggi: lebih dari 700 M). Dengan kondisi tersebut, ciri Kota Ternate merupakan wilayah kepulauan, lima diantaranya didiami penduduk (Pulau Ternate, Hiri, Moti, Mayau, dan Tifure), sedangkan untuk tiga pulau yang berukuran kecil tidak dihuni (Pulau Maka, Mano dan Gurida).

Tabel.4.8. Ketinggian dari Permukaan Laut (DPL) serta Banyaknya Pantai dan Bukan Pantai di Kota Ternate

No Nama Pulau Desa

Pantai

Bukan Pantai

Ketinggian

0 – 400 500 – 699 700 +

1 Pulau Ternate 12 1 13 - -

2 Moti 6 - 6 - -

3 Pulau Batang Dua 6 - 6 - -

4 Ternate Selatan 11 6 17 - -

5 Ternate Tengah 4 11 15 - -

6 Ternate Utara 11 3 14 - -

7 Pulau Hiri 6 * 6 * *

Jumlah 56 21 77 - -

(16)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 16

(17)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 17

(18)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 18

Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan.

Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor utama yang menentukan fungsi kawasan, untuk diarahkan sebagai kawasan lindung atau kawasan budidaya. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti persawahan, ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan dibawah 15%, sedangkan lahan dengan kemiringan diatas 40% akan sangat sesuai untuk penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan hutan. Karakteristik tiap kemiringan lereng diuraikan sebagai berikut :

 Kelerengan 0% - 5% dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan kecil.

 Kelerengan 5% - 10% dapat digunakan untuk kegiatan perkotaan dan pertanian, namun bila terjadi kesalahan dalam pengelolaannya masih mungkin terjadi erosi.

 Kelerengan 10% - 30% merupakan daerah yang sangat mungkin mengalami erosi, terutama bila tumbuhan pada permukaannya ditebang, daerah ini masih dapat dibudidayakan namun dengan usaha lebih.

 Kelerengan > 30% merupakan daerah yang sangat peka terhadap bahaya erosi, dan kegiatan di atasnya harus bersifat non budidaya. Apabila terjadi penebangan hutan akan membawa akibat terhadap lingkungan yang lebih luas.

4.4 GAMBARAN GEOHIDROLOGI

Pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan diarahkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem serta untuk mempertahankan kemampuan lingkungan hidup. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka pemanfaatan sumberdaya alam harus memperhatikan aspek konservasi dan pelestariannya agar pembangunan dapat dilanjutkan. Untuk itu perlu diidentifikasi sejauh mana potensi sumberdaya alam yang ada serta tingkat pemanfaatannya.

(19)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 19

4.4.1 Sumberdaya Air

Tata air yang ada di permukaan tanah di Kota Ternate berupa Mata Air yang tersebar dibeberapa lokasi serta Danau Tolire dan Danau Laguna. Sedangkan yang berada dalam tanah (Geohidrologi) berdasarkan Laporan Evaluasi Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) pulau Ternate, Dept.ESDM, bahwa aliran air tanah di pulau Ternate memiliki produktifitas akuifer cukup tinggi dan kualitasnya baik terutama pada bagian tubuh sampai kaki gunung Gamalama.

Wilayah dengan Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan dan Akuifer Tidak Tertekan terdapat secara setempat didaerah Tubo-siko, dengan batuan yang menyusun adalah hasil endapan Gunung Gamalamaa yang berupa pasir tufa dan lava pesikuler. Akuifer tidak tertekan terdapat pada kedalaman antara 2- 23 mdmt : MAT berkisar antara 5-8 mdmt : kelulusan (K) = 27,6 – 186 m/hari; keterusan (T) = 972 – 6530 m²/hari; debit jenis (Qș ) = 9,22 – 61,55 l/dtk/m; debit optimum (Q οpt) = 18,44 - 92,93 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 65 - 445 m. Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.

Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 25 – 135 mbmt; MAT berkisar antara 25 – 55 mbmt; Kelulusan (K) = 20,16 – 891 m/hari ; keterusan (T) = 582,76 – 2671 m ²/hari; debit jenis (Qș) = 9,17 –

18,31/dtk/m; Debit optimum (Q οpt) = 582,76 – 2671 m²/hari; debit jenis (Qș) = 9,17 – 18,3 1/dtk/m; (Q opt) = 45,8 – 91,6/dtk ; dan jarak antar sumur (2R) =135 – 435m. Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.

Wilayah dengan Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan Dan Rendah Pada Akuifer Tidak Tertekan tersebar luas disebelah selatan dan timur Gunung Gamalamaa, yaitu di sepanjang pantai Rua sampai Gambesi dan di lereng bawah bagian timur dari daerah Ubo-Ubo sampai daerah Tabam. Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 20 - 55 mbmt; MAT berkisar antara 1,5 – 14 mbmt; Kelulusan (K) =11,1 – 16,8 m/hari ; Keterusan (T) = 633 – 805 m²/hari; debit jenis (Qs)= 3,15 – 4,79 1 /dtk/ m;debit optimum (Qopt) = 15,75 – 23,95 1/dtk; dan jarak antar sumur (2R) = 55 – 85m. Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.

(20)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 20

Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 25 – 85 mbmt; MAT antara berkisar 22 – 85 mbmt; kelulusan (K)=20,16 – 186,4 m/hari; keterusan (T) = 581 – 6530 m²/hari; debit jenis (Qs) = 5,51 – 61,9 1/dtk/m; debit optimum (Qopt) = 16,5 – 185,8 1/dtk; dan jarak antar sumur (2R) = 60

– 640m. Kualitas airnya tergolong baik untuk air minum.

Wilyah dengan potensi air tanah tinggi padaakuifer tidak tertekan tersebar luas di sepanjang pantai sebelah tenggara sampai timur Gunung Gamalamaa,yaitu di daerah Kalumata sampai Sango serta terdapat setempat sepanjang pantai Kulaba sampai Tobololo. Akuifer tidak tertekan terdapat pada kedalaman antara 0,5 – 35 mbmt; MAT berkisar antara 0,6 sampai 35 mbmt; kelulusan (K) = 27,6 – 2289 m/hari; keterusan (T)=410,8 – 12196 m²/hari;debit jenis ( Qs )= 3,89 – 115,7 1/ dtk/m; debit optimum (Qopt)= 18,4 – 57,85 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R ) = 65 –195 m. Kualitas air tanahnya secara umum tergolong baik untuk air minum.

Wilayah dengan potensi air tanah sedang pada akuifer tertekan dan rendah pada akuifer tidak tertekan tersebar luas mengelilingi Gunung Gamalamaa, utamanya di bagian lereng tengah Gunung Gamalamaa, kecuali di dareah Taduma sampai Rua yang penyebaranya sampai ke pantai. Akuifer tidak tertekan terdapat pada kedalaman antara 4 – 25 mbmt; MAT berkisar antara 3,2 – 22 mbmt;kelulusan ( K )=4,6 – 6,3 m/ hari; keterusan (T) = 11,2 – 97,2 m²/hari; debit jenis (Qs) = 0,11 – 0,92 1/dtk/m; debit optimum (Q opt) = 0,2 -1,84 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 5 – 8 m. Kualitas air tanahnya secara umum tergolong baik untuk air minum.

Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 25 – 65 mbmt; MAT berkisar antara 22 – 64 mbmt; kelulusan (K) = 9,2 – 12,4 m/hari; keterusan (T) = 321,4 – 231,2 m²/hari; debit jenis (Qs) = 2,19 – 3,04 1/dtk/m; debit optimum (Qopt) = 4,38 – 6,09 1/dtk; dan jarak antar sumur (2R) = 15 – 20 m. Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum

Wilyah dengan potensi air tanah rendah pada akuifer tertekan dan akuifer tidak tertekan tersebar luas di bagian lereng tengah sampai puncak Gunung Gamalamaa, dan juga terdapat secara setempat disekelilingi danau Laguna dan Tolire. Akuifer tidak tertekan terdapat pada kedalaman antara 4

– 28 mbmt; MAT = 4 – 26mbmt; kelulusan (K) = 4,6 – 6,3m/hari; keterusan (T) = 11,2 – 97,7 m²/hari; debit jenis (Qs) = 0,11 – 1,92 1/dtk/m; debit optimum (Qopt) = 0,12 – 1,1 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 3,10 m. Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.

(21)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 21

(22)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 22

Tabel 4.10 Potensi Air Tanah Kota Ternate Potensi air Tanah Tinggi Pada akuifer Tertekan dan Akuifer Tidak Tertekan

Akuifer Tertekan Akuifer Tidak Tertekan

Kedudukan Akuifer 25 - 135 m.bmt 2 - 23 m.bmt

Muka Air Tanah ( MAT ) 25 - 55 m.bmt 5 - 8 m bmt

Kelulusan ( K ) 20.16 - 891 m/hari 27.6 - 186 m/hari

Keterusan ( T ) 582.76 - 2671 m²/hari 972 - 6530 m²/hari

Debit Jenis ( Qs ) 9.17 - 18.3 I/detik/m 9.22 - 61.55 I/detik/m

Debit Optimum ( Qopt ) 45.8 - 91.6 I/detik 18.44 - 92.93 I/detik

Jarak Antar Sumur ( 2R ) 135 - 435 m 65 - 445 m

Mutu Air Tanah Baik Baik

Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan dan Sedang pada Akuifer Tidak Tertekan

Akuifer Tertekan Akuifer Tidak Tertekan

Kedudukan Akuifer 25 - 55 m.bmt 1 - 18 m.bmt

Muka Air Tanah ( MAT ) 12 - 28 m.bmt 1.5 - 14 m bmt

Kelulusan ( K ) 11.1 - 16.8 m/hari 11.1 - 16.8 m/hari

Keterusan ( T ) 663 - 805 m²/hari 232 - 504 m²/hari

Debit Jenis ( Qs ) 3.15 - 4.79 I/detik/m 3,15 - 4.791 I/detik/m

Debit Optimum ( Qopt ) 15.75 - 23.98 I/detik 4.73 - 9.591 I/detik

Jarak Antar Sumur ( 2R ) 55 - 85 m 15-30 m

Mutu Air Tanah Umumnya Baik Umumnya Baik

(23)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 23

Akuifer Tertekan Akuifer Tidak Tertekan

Kedudukan Akuifer 25 - 85 m.bmt 2 - 18 m.bmt

Mutu Air Tanah Baik Umumnya Baik

Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tidak Tertekan

Potensi Air Tanah Tinggi Pada akuifer Tertekan dan Rendah Pada Akuifer Tidak Tertekan

Potensi Air Tanah Rendah Pada Akuifer Tertekan dan Akuifer Tidak Tertekan

(24)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 24

Kelulusan ( K ) 3.4 - 6.3 m/hari 4.6 - 6.3 m/hari Keterusan ( T ) 77.2 - 107.1 m²/hari 11.2 - 97.7 m²/hari Debit Jenis ( Qs ) 0.73 - 1.15 I/detik/m 0.11 - 0.92 I/detik/m Debit Optimum ( Qopt ) 0.58 - 10.81 I/detik 0.12 - 1..1 I/detik Jarak Antar Sumur ( 2R ) 5 - 7 m 3 - 10 m

Mutu Air Tanah Baik Baik

Sumber : Laporan Evaluasi Potensi Cekungan Air Tanah ( CAT ) TERNATE, Dept.ESDM, 2007

Selain Laporan Evaluasi Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) pulau Ternate, Departemen Energi Sumber Daya Mineral (Dept.ESDM) diatas, data potensi air tanah juga diperoleh dari PDAM Kota Ternate sebagai berikut :

4.4.2 Air Permukaan

Kota Ternate memiliki 2 buah danau air tawar yaitu danau Laguna yang terletak dipesisir pantai timur pulau Ternate (sebelah Selatan pusat Kota Ternate) dan danau Tolire Jaha terletak arah Barat Daya Kota Ternate. Keberadaan danau Laguna & danau Tolire Jaha di Kota Ternate merupakan suatu anugrah bagi masyarakat Kota Ternate. Namun pemanfaatannya hingga kini belum semaksimal sebagaimana yang diharapkan.

Dengan volume air yang begitu besar (data danau Laguna ±3.547,894 m3 atau ±3,55 Milyar Liter), maka danau ini memiliki potensi sebagai sumber air bersih yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Ternate. Untuk danau Laguna saat ini telah dilakukan eksplorasi pemanfaatannya sebagai sumber air bersih oleh pemerintah daerah dimana telah dibangun Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) yaitu instalasi Produksi, Transmisi dan Distribusi.

Sebagaimana diketahui bahwa sumber air bersih di pulau Ternate saat ini masih mengandalkan sumber air tanah dalam (sumur dalam) dan sebagian kecil lagi berupa mata air. Hal ini cukup riskan dimana pertumbuhan pembangunan di Kota Ternate sangat pesat yang diikuti oleh laju pertambahan penduduk yang signifikan setiap tahun, di khawatirkan 10 tahun lagi lahan terbuka sebagai daerah resapan air telah berubah fungsi sebagai kawasan terbangun/hunian yang menyebabkan potensi air tanah akan semakin berkurang. Diharapkan setelah beroperasinya IPAM ini maka sebagian besar kebutuhan air bersih masyarakat Kota Ternate dapat terpenuhi saat ini maupun masa yang akan datang.Untuk itu dibutuhkan langkah-langkah riil berupa tindakan penyelamatan untuk menjaga kelestarian ekosistim hutan di kawasan sekitar danau Laguna dan danau Tolire Jaha.

(25)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 25

Tabel 4.11. Potensi Sumber Daya Mata Air

No Mata air Litologi

Koordinat

Elevasi/DPL Debit(l/d)

1 MA. Ake Gale Sand 003205000 9254500 5.0 60.0

2 MA. Santosa Tuff/Pumiche 003195000 9252250 1.0 5.0

4 MA. Tege-Tege Piroklastik 003180000 9252000 200.0 1.0

5 MA. Ake Rica Aglomerat 003112500 9249500 5.0 5.0

6 MA. Ake Minta Vulkanik breksi 003167500 9254500 500.0 0.2

7 MA. Ake Tubo Vulkanik breksi 003170000 9255250 350.0 0.2

Sumber : RTRW Kota Ternate, 2013 4.4.3 Air Tanah Dalam

Kondisi air tanah dalam dapat dilihat pada tabel sebagai berikut;

Tabel 4.12 . Sumber Air Tanah Dalam Berdasarkan Sumbernya dan Kapasitas

No Jenis Sumber Jumlah (Unit) Kap.Sumber Kapasitas Produksi

1 Sumur Dangkal 20 162 ltr/det 162 ltr/det

2 Sumur Dalam 6 114 ltr/det 106 ltr/det

3 Bronkaptering 2 60 ltr/det 49 ltr/det

Jumlah 28 336 ltr/det 317 ltr/det

Sumber: PDAM Kota Ternate, Tahun 2013

4.5 GAMBARAN GEOLOGI

4.5.1 Geologi dan Tata Lingkungan

Pulau Ternate sebuah pulau yang terbentuk karena proses pembentukan gunung api yang muncul dari dasar laut, sebagian berada di bawah muka laut dan sebagian lagi muncul di permukaan laut. Pulau-pulau lain yang merupakan bagian dari gunung ini adalah Pulau Hiri, terletak di sebelah utara, Pulau Tidore dan Pulau Maitara, terletak bagian selatan. Bentuk Pulau Ternate yang merupakan bagian dari sebuah gunung, maka secara umum morfologinya dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi. Pembagian satuan morfologi tersebut sebagai berikut

1) Morfologi Pulau Ternate.

(26)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 26

lain yang merupakan bagian dari gunung ini adalah Pulau Hiri, terletak di sebelah utara, Pulau Tidore dan Pulau Maitara, terletak bagian selatan. Bentuk Pulau Ternate yang merupakan bagian dari sebuah gunung, maka secara umum morfologinya dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi. Pembagian satuan morfologi tersebut sebagai berikut ;

a. Morfologi Kaki Gunung Gamalama

Merupakan daerah kaki gunung api yang datar sehingga hampir datar, terletak di kaki timur, utara dan selatan dari gunung Gamalama dan melampar memajang sejajar pantai. Dilihat dari bentuk pendataran pantai ini, proses awalnya adalah adanya proses erosi yang terjadi di permukaan tubuh gunung api tersebut, kemudian material yang tererosi diendapkan ke tempat yang kemiringan lerengnya agak landai, pada bagian tubuh gunung terjal material erosi akan masuk ke dalam laut sehingga terbentuk endapan. Kemiringan lereng gunungapi ini sangat berpengaruh terhadap terbentuknya pedataran di pulau Ternate yaitu yang paling luas adalah pedataran Timur sekarang menjadi pusat Kota Ternate, pedataran Selatan dan Utara yang relatif kecil. Berikut kondisi pedataran di pulau Ternate :

Pedataran Kota Ternate

Terletak dikaki Timur dengan kemiringan lereng relatif lebih kecil yaitu < 8%, sedangkang bagian Barat lebih terjal > 8%, hal ini memberi kesempatan pelapukan batuan terendapkan. Pedataran pantai di Timur terbentuk cukup luas memanjang sejajar pantai dengan arah Utara-Selatan, lebar sekitar 1.000 meter lebih. Karena kondisinya cukup strategis dari beberapa aspek maka dipilih sebagai pusat permukiman, perkantoran dan jasa perdagangan.

Kota Ternate yang sudah berkembang sejak jaman dulu, perkembangan permukiman dan infrastruktur lainnya sekarang berkembang semakin ke Selatan dan Utara. Pedataran ini tersusun oleh material lumpur, lempung, pasir dan pelapukan dari batuan vulkanik.

Pedataran Kastela

Pedataran ini terletak di kaki Selatan gunung Gamalama memanjang sempit sejajar pantai dengan lebar sekitar 500 meter, kemiringan lereng < 5%, merupakan pesisir pantai disebelah Utaranya langsung berbatasan dengan perbukitan yang relatif terjal. Pedataran ini tersusun oleh batuan vulkanik jenis stufa.

Pedataran Sulamadaha

(27)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 27

b. Morfologi Tubuh Gunung Gamalama

Satuan ini merupakan bagian terbesar dari morfologi gunungapi di pulau Ternate, mulai dari kaki hingga tubuh pada elevasi 1000 meter, dengan kemiringan lereng antara 8% - 40%. Di bagian Timur – Utara tubuh gunung Gamalama kemiringan lereng relatif lebih landai dibandingkan di bagian Barat. Pada morfologi ini dijumpai 2 buah kaldera yang dikenal dengan danau Tolire dan Laguna, hal ini menunjukan bahwa gunung Gamalama pernah terbentuk kawah-kawah lain selain di puncak gunung. Batuan pembentuk morfologi ini adalah endapan vulkanik yang berasal dari gunungapi itu sendiri, yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa dan pasir. Antara ketiga batuan tersebut dijumpai dalam keadaan selang seling.

c. Morfologi Puncak Gunung Gamalama

Satuan ini merupakan bagian paling atas puncak gunung, pada elevasi di atas 1.000 meter dengan kemiringan lereng > 40%, di daerah puncak memperlihatkan perpindah titik kegiatan dari Selatan ke Utara. Menurut Bronto S, 1990,sejarah gunung Gamalama awalnya dimulai terbentuknya pematang kawah terluar (tertua) berada di bagian tenggara disebut Bukit Melayu. Kemudian pematang kawah tengah membuka ke arah utara dikenal dengan nama Bukit Keramat atau Bukit Mediana (+1.669m), selanjutnya terbentuk kawah baru berada dibagian Utara berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 300 meter, puncak setinggi +1.715 m dikenal dengan nama Gunung Arfat atau Piek van Ternate.

Pulau ternate dilihat dari statigrafinya, tersusun oleh Gunung Api Holosen terdiri dari breksi vulkanik, lava andesit, pasir dan tufa.

2) Jenis Tanah

Jenis tanah mayoritas adalah tanah regosol di P. Ternate, P. Moti dan P. Hiri. Sedangkan jenis tanah rensina ada di P. Mayau, P. Tifure, P. Maka, dan P. Gurida. Kondisi tersebut merupakan ciri tanah Pulau vulkanis dan pulau karang.

4.5.2 Bahan Galian Konstruksi

Kawasan pertambangan yang terdapat di Kota Ternate umumnya merupakan usaha kegiatan tambang bahan galian mineral non logam dan batuan, yang terdapat di hampir seluruh wilayah kota Terante. Aktivitas kegiatan pertambangan bahan galian mineral non logam dan batuan di Kota Ternate masih bersifat kegiatan tambang sederhana yang menghasilkan pasir, kerikil dan batu kali, yang nilai produksinya relatif kecil.

(28)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 28

penanganan terhadap lingkungan yang kemungkinan akan mengalami kerusakan sebagai akibat dari kegiatan tersebut.

Kawasan penambangan bahan galian mineral non logam dan batuan tersebar di hampir semua pulau di wilayah Kota Ternate dengan potensi yang berbeda di masing-masing lokasi. Menurut perletakannya bahan galian mineral non logam dan batuan ini dapat dibedakan dalam 2 lokasi masing – masing di daratan (bukit dan kalimati/barangka) dan pesisir pantai.

bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Ternate yang terletak di daratan (bukit dan kalimati/barangka) seperti di Dufa-Dufa bagian Barat, Kalumata Bagian Barat, Tarau-Kulaba, Tubo, Bula dan loto. Adapun jenis material adalah pasir gunung, batu angus, batu gunung, kerikil dan tanah. Sedangkan untuk spot pesisir pantai dapat dijumpai di Kelurahan Kalumata pantai, Bula, Takome, Taduma, Dorpedu dan Ake rica, jenis material adalah pasir pantai, kerikil dan batu. Material jenis batu angus memiliki potensi yang sangat besar dieksploitasi untuk kebutuhan pembangunan di Kota Ternate dan hanya terdapat di antara Kelurahan Tarau dan Kulaba. Sedangkan jenis pasir gunung, pasir pantai, batu dan kerikil potensinya terbatas.

bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Moti dapat dijumpai di pesisir pantai maupun daratan, yang tersebar di seluruh kelurahan. Adapun jenis bahan galian mineral non logam dan batuan ini adalah pasir pantai, batu dan tanah. Spot batu belah dan kerikil belah berlokasi di Tuma (perbatasan Kel.Moti Kota – Kel.tafamutu).Potensi material pasir cukup besar sedangkan golongan jenis batuan cukup terbatas.

bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Hiri dapat dijumpai di pesisir pantai maupun daratan. Jenis material yang terdapat di pulau Hiri didominasi jenis batu-batuan yang terdapat diseluruh kelurahan dengan potensi cukup sedang.

bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau-pulau gugus Batang Dua (P.Mayau dan Tifure) dapat dijumpai di pesisir pantai maupun daratan. Untuk Pulau Mayau material didominasi pasir pantai yang terdapat kelurahan Mayau, Perum dan Bido . Jenis batu dan kerikil terdapat di seluruh pesisir pantai kelurahan Lelewi, Mayau, Perum dan Bido. Secara umum bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Mayau potensinya cukup besar. Untuk pulau Tifure potensi bahan galian mineral non logam dan batuan jenis batu dan pasir cukup terbatas.

(29)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 29

Kawasan pertambangan yang terdapat di Kota Ternate umumnya merupakan usaha kegiatan tambang bahan galian mineral non logam dan batuan, yang terdapat di hampir seluruh wilayah kota Terante. Aktivitas kegiatan pertambangan bahan galian mineral non logam dan batuan di Kota Ternate masih bersifat kegiatan tambang sederhana yang menghasilkan pasir, kerikil dan batu kali, yang nilai produksinya relatif kecil.

(30)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 30

(31)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 31

al ALUVIUM - Lanau, pasir dan kerikil

ALLUVIUM - Silt, sand and graveel

pr ENDAPAN PIROKLASTIKA ROMBAKAN - Abu, tif lapili dan

beberapa lapisan lapilibatuapung dari Gt, dan Gm terkonsolidasi lemah takteruraikan. Struktur sedimen fluvial banyak dijumpai.

REWORKED PIROCLASTICDEPOSITS - Weakly consolidated ash, lapili tuff

and some pumice lapili beds fromGt, Gd and Gm undifferentiated. Fluil sedimentary struktures are common.

ENDAPAN MASING-MASING GENERASI GUNUNGAPI GAMALAMA DEPOSITS OF INDIFIDUAL GAMALAMA FOLCANIC GENERATIONS GUNUNGAPI GAMALAMA MUDA (Gm)

YOUNG GAMALAMA VOLKANO (Gm)

Gmpin ENDAPAN PYROKLASTIKA MUDA - Endapan jatuhan piroklastika,

mengandung blok dan bom andesit serta andesit basal diameter maksimum 6 m. Hasil erupsi September 1980.

YOUNG PYROKLASTIC DEPOSITS - Pyroklastic airfall deposits,consist of

andesite and basaltic andesite blocks and bombs to 6 maximum dimension

Products of the September 1980 eruption.

Gmlm

ENDAPAN LAHAR MUDA - Bongkah andesitdan andesit basal meruncing

tanggung sampai membulat tanggun di dalam matrik lanau dan pasir masi

lepas. Termasuk endapan lahar yang terjadi pada 1840, 1897 dan 1970.

YOUNG LAHAR DEPOSIST - Coarse, subangular to subronded boulders of

basaltic andesite and andesite in an unconsolidated mud and sand matrix.

Included lahar deposits of 1840, 1897 and1907 age.

Gmpt

ENDAPAN PIROKLASTIKA TUA - Endapan jatuh piroklastika berupa abu,

skoria dan fragmen litik. Sebagian besar terjadi pada masa sejarah manusia.

OLD PYROKLASTIC DEPOSITS - Pyroclastic airfall deposits consist ash, scoria

and lithic fragments. In large part of historis age

GM LS LAVA 1907 - Lava anddesit basal. Dierupsikan November 1907

1907 LAVA Basaltic andsite. Erupted in November 1907

GmT

ENDAPAN LETUSAN FREATIK MAAR TOLIRE JAHA DAN TOLIRE KECIL

(32)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 32

terpilah, litologi aneka ragam di dekat maar, sedang di lereng maar, sedang

di lereng maar sebagai endapan tumpuan dasar berlapis bagus, berstruktur

bom sag. Terbentuk september 1775

PHREATIC EXPLOSION DEPOSITS OF TOLIRE JAHA AND TOLIRE KECIL MAARS-

Consist Of partly consolidated,unsorted fragmental volcanic material of Various lithologies near maars , but on the maar flanks consist of well stratified base surge deposits and bombs sag strukturs, Formed in september 1775.

Gm t7

LAVA 1763 - Lafa blok jenis adesit abu-abu hitam vesikuler dicirikan oleh

fanokris plagioklas euhedral sekitar 40% Dierupsikan 1763.

Gmby

BREKSI LETUSAN GUNUNGAPI DAN PERCIKAN - Sebagian besar berupa bom

percikan lava dan bom kerakroti andesit,kadang-kadang fuk kuning kecoklatan teralterasi.Terbentuk di sekitar lubang erupsi pada 1763. SPATER AND VOLCANIC EXPLOSION BRECIAS - Consist largely of adesite

flatened bombs and breadcrust bombs,comonly with broenish yello altered tuff. Formed around eruptife vents in 1763.

Gm L6

LAVA 1737 - Lava blok jenis andesit basal hitam, vesikuler mengandung

fenokris plagioclase euhedral sekitar 45% dierupsikan pada Maret 1747.

vesikular mengandung fenokris plakioklas euhedral sekitar 45%. Dierupsikan pada Maret 1737.

Gmpf

ENDAPAN ALIRAN PIROKLASTIKA-Tersingkap buruk, sebagian terdiri dari

bom kerakroti jenis endesit, vesikuler, kacaan.

PYROCLASTIC FLOW DEPOSIT- Poorly exposed; consist in part of glassy,

vesicular andesite breadcrust bombs.

Gm L5 LAVA 5 - Lava blok jenis andesit basal hitam vesikuler dengan fenokris

plagioklas sekitar 40%, bentuk subhendral.

LAVA 5 - Dark, vesicular basaltic andesite block lava with about 40% subhedral plagioclase phenocrysts.

Gm

(33)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 33

LAVA 4 - Grey andesite block lava, vesicular

Gm

1.3 LAVA 3 - Blok jenis andesit abu-abu, Vesiculer. LAVA 3 - grey, Vesicular andesite blok lava

Gm 1.2

LAVA 2 - Lava blok jenis adesit, abu-abu, visikuler dicirikan oleh venokris

plageoklas sangat kecil.

LAVA 2 - Grey, fisicular andesite block lava, caracterized by very smali plageoclase chemocrysts.

Gm

L.1 LAVA 1 - Lava block jenis andesit abu-abu, Vesikuler, dicirikan oleh venokris plagioklas membulat ( sekitar 40% )

LAVA 1 - Grey, visiculer andesite block lava, caracterized by rounded plageoclase phrnocrysts (abaut 40%)

GUNUNG API GAMALAMA TUA (Gt) OLD GAMALAMA VOLKANO

Gtp

ENDAPAN PIROKLASTIKA - Skoria berselang-seling dengan abu gunungapi,

terkonsoludasi kuat, sudah lapuk lanjut.

PIROCLASTIC DEPOSIT - Well-consolidated, deeply weathered scoria interbeded wite volcanic ash.

Gtig IGNIMBRIT - endapan piroklastika sebagian terlaksana kompak keras,

desitan, berstruktur fiamme.

IGNIBRIT - pyrolactic deposit, party welded, danse, dacitic, with fiamme

structures

Gtlx

ENDAPAN LAHAR - Endapan lahar terkonsulidasi kuat termasuk beberapa

.

LAHAR DEPOSITS - Well -consolidated lahar deposits, including some

interbedded andesit lavas and volcanic ash.

Gtip

SUBAT INTRUSI ANDESIT - Andesit abu-abu masif berbentuk sumbad,

mengalami karat melepas tak teratur.

(34)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 34

seting joints.

GtL LAVA TERALTERASI - Lava outih dan merah ungu teral terasi secara hidroteraltak jelas asalnya

ALTERED LAVAS - White and violete red hidrothermally altered lavas of

uncertain origin.

GtLs

LAVA TAK TERURAIKAN - Lava tua takteruraikan , sebagian besar berupa lava

andesit, abu-abu,masif, disisipi oleh sedikit endapan pada lahar pada tempat

yang lebih rendah.

UNDIFERENTIATED LAVAS - Undifferentiated older lavas, mostly dense grey

andesite interbedded wth minor lahar deposits of lower elevations.

4.5.3 Potensi Bencana Alam A. Potensi Gerakan Tanah

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/PRT/M/2007 bahwa penetapan kawasan rawan bencana longsor dan zona berpotensi longsor didasarkan pada hasil pengkajian terhadap daerah yang diindikasikan berpotensi longsor atau lokasi yang diperkirakan akan terjadi longsor akibat proses alami. Sedangkan pada tahap berikutnya dalam menetapkan tingkat kerawanan dan tingkat risikonya di samping kajian fisik alami yang lebih detail, juga dilakukan kajian berdasarkan aspek aktifitas manusianya. Berdasarkan tingkat kerawanan ditetapkan 2 (dua) kelompok kriteria, yakni kelompok kriteria berdasarkan aspek fisik alami dan kelompok kriteria berdasarkan aspek aktifitas manusia.

(35)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 35

Gambar 4.7 : Tipologi zona berpotensi longsor

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/PRT/M/2007

Keterangan Gambar :

a. Zona Tipe A : Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung, lereng pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng lebih dari 40%, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut.

b. Zona Tipe B : Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter di atas permukaan laut.

c. Zona Tipe C : Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran, tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai dengan 20%, dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut.

1) Klasifikasi Zona Berpotensi Longsor

Berdasarkan hidrogeomorfologinya dibedakan menjadi tiga tipe zona yang telah dijelaskan diatas menujukan bahwah tingkat kerawanan yang beragam dari tingkat tinggi sampai dengan tingkat rendah. Untuk mengukur tingkat kerawanan tersebut melakukan kajian terhadap indikator dari aspek fisik alami dan berdasarkan aspek aktifitas manusia. Daerah berpotensi longsor, dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga) tingkatan kerawanan sebagai berikut:

a. Kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi

(36)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 36

mengalami gerakan tanah (longsoran), terutama pada musim hujan atau saat gempa bumi terjadi.

b. Kawasan dengan tingkat kerawanan sedang

Merupakan kawasan dengan potensi yang tinggi untuk mengalami gerakan tanah, namun tidak ada permukiman serta konstruksi bangunan yang terancam relatif tidak mahal dan tidak penting.

c. Kawasan dengan tingkat kerawanan rendah

Merupakan kawasan dengan potensi gerakan tanah yang tinggi, namun tidak ada risiko terjadinya korban jiwa terhadap manusia dan bangunan. Kawasan yang kurang berpotensi untuk mengalami longsoran, namun di dalamnya terdapat permukiman atau konstruksi penting/mahal, juga dikategorikan sebagai kawasan dengan tingkat kerawanan rendah.

Berikut merupakan beberapa spot di kawasan permukiman di Kota Ternate yang memiliki kemiringan yang cukup terjal dan beresiko longsor antara lain terdapat di Kelurahan Kalumata bagian Barat, Ngade, Kayumerah bagian barat, Tabona, Dufa-Dufa bagian Barat, Akehuda bagian barat, Dorpedu, Afetaduma, Togafo dan Pulau Hiri (Dorari Isa dan Togolobe). Pada spot-spot kawasan tersebut, perlu dilakukan pembatasan dan pengendalian terhadap aktifitas pembangunan permukiman.

Tabel 4.13. Kriteria dan indikator tingkat kerawanan untuk zona Berpotensi Longsor

Pulau Ternate

No Lokasi Skor Kategori Luas

(Ha)

Afetaduma, Dorpedu, Togafu 1,92 Sedang 23,5

Kalumata (rumah walikota &

Mado-Faudu-Tomajiko 2,47 Tinggi 5,2

Total 6,4

(37)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 37

Diperlukan pengkajian lebih mendetail dan menyeluruh untuk menetapkan kawasan-kawasan rawan longsor di Kota Ternate. Arahan Pengelolaan untuk kawasan ini meliputi:

 Pengendalian terhadap kegiatan yang sifatnya hunian, karena dapat menimbulkan kerugian fisik dan materi yang lebih luas.

 Mengadakan penghijauan dan pemeliharaan vegetasi pada daerah-daerah rawan, agar dapat mengurangi terjadinya longsoran karena gesekan akibat curah hujan.

 Melarang kegiatan penggalian dikawasan rawan longsor, yakni kawasan non lindung dengan kemiringan diatas 25% yang beresiko rawan longsor dan membahayakan lingkungan sekitarnya.

Ciri-ciri Daerah Rawan Longsor, adalah sebagai berikut :

 Daerah berbukit dengan kemiringan lebih dari 25 %

 Lapisan tanah tebal di atas lereng

 Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik

 Lereng terbuka atau gundul

 Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing

 Banyaknya mata air/ rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil

 Adanya aliran sungai di dasar lereng

 Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau saranan lainnya

 Pemotongan tebing (Cut and Fill) untuk pembangunan rumah atau jalan. Beberapa upaya untuk mengurangi tanah longsor :

 Menutup retakan pada atas tebing dengan material lempung.

 Menanami lereng dengan tanaman serta memperbaiki tata air dan guna lahan.

 Waspada terhadap mata air/ rembesan air pada lereng.

 Waspada pada saat curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama Hal-hal yang harus dilakukan pada saat dan setelah longsor :

 Karena longsor terjadi pada saat yang mendadak, evakuasi penduduk segera setelah diketahui tanda-tanda tebing akan longsor.

 Segera hubungi pihak terkait dan lakukan pemindahan korban dengan hati-hati.

 Segera lakukan pemindahan penduduk ke tempat yang aman.

B. Daerah Rawan Gempa

(38)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 38

Disamping itu daerah ini merupakan daerah yang dilewati Pacific Ring of Fire (rangkaian gunung berapi aktif di dunia).

Dari peta Seismisitas wilayah Indonesia diatas dimana wilayah Kota Ternate berada pada zona Halmahera Source Zones dan Mayu (Mayau) Ridge Source Zone. Sedangkan berdasarkan Peta Seismisitas Provinsi Maluku Utara pusat gempa bumi kebanyakan terjadi di sebelah Barat pulau Ternate atau disekitar wilayah kecamatan Batang Dua (Pulau Mayau & Tifure).

Gambar 4.8 : Zona Seismik Propinsi Maluku Utara & Wilayah Indonesia (Sumber: Kertapati, Yanuar, Ipranta, 1999)

Berikut adalah data frekuensi gempa dangkal kedalaman < 60 Km dan

mempunyai kekuatan ≥ 4.0 SR yang terjadi di Provinsi Maluku Utara :

(39)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 39

sedangkan berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika dan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, gempa bumi merusak yang pernah terjadi di Ternate dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 4.14 Daftar Gempa Bumi Merusak di Provinsi Maluku Utara

No Nama Gempa Tanggal Pusat Gempa

KDLM

(KM) MAG

Skala

MMI Kerusakan

1 Ternate 27/02/1858 - - - VI Terjadi kerusakan pada

dinding

2 Ternate 4/06/1858 - - - VI Terjadi kerusakan pada

bagunan

3 Ternate 3/11/1867 - - - VI Retak pada dinding

rumah

4 Ternate 14/07/1955 - 33 6.3 VIII Beberapa bangunan

hancur, 1 rumah roboh, serta 34 orang tewas

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika dan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Dept.ESDM

Dari table diatas dapat diketahui bahwa sejak tahun 1858 – 1955, wilayah Kota Ternate sudah dilanda gempa bumi merusak selama 4 kali dengan skala VI – VIII MMI, gempa tersebut selain merusak bangunan juga menimbulkan korban jiwa.

(40)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 40

Gambar 4.10 : Peta Zona Kegempaan Kota Ternate dan Sekitarnya

C. Daerah Rawan Bencana Gunung Berapi

Gunungapi Gamalama merupakan pulau gunung api yang hampir membentuk lingkaran dengan jari-jari 5.8 km dan luas 105 km2,diketahui dengan nama pulau Ternate. Kota Ternate terletak dibagian pantai Timur - Tenggara Pulau Ternate, merupakan pusat Pemerintahan dan dapat dicapai dengan pesawat terbang maupun ada kapal laut dari Ambon maupun Manado. Separuh penduduk pulau Ternate tinggal di pusat Kota Ternate, sisanya tinggal di sepanjang pantai. Sebagian besar bermata pencarian sebagai nelayan atau petani. Gamalamaa merupakan gunung api strato dengan puncak tertinggi 1715 meter dpl, terdiri dari tiga generasi gunung api yang di cerminkan oleh ketiga pematang kawahnya di bagian puncak. Kedudukan pematang kawah tersebut mencerminkan arah perpindahan titik kegiatan dari Selatan ke Utara. Pematang kawah termuda terletak dibagian Utara , berdiameter 300 meter dengan ketinggian 1715 meter dpl, dikenal sebagai gunung Arfat atau Piek Van Ternate. Kegiatan erupsinya sebagian terjadi pada masa sejarah manusia.

(41)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 41

sebaran hasil letusannya akan menyebar kearah tersebut, kecuali untuk material letusan yang bersifat lontaran yang dapat menyebar kesegala arah. Apabila dilihat dari pola sebaran suangi- sungainya yang berhulu didaerah puncak,maka kawasan yang sangat rawan bencana adalan daerah dibagian lereng sebelah barat mulai dari sungai Piatie menuju kearah utara hingga bagian lereng Timur di daeah sungai Togorara.

Dari berbagai kejadian sebelum letusan, gempa bumi ( tektonik ) dan gempa vulkanik merupan gejala umum yang biasa terjadi, hal ini disebabkan karena gunung api Gamalamaa terletak di daerah zona gempa tektonik aktif. Hasil analisa kegempaan yang terekam pada seismograf menunjukan bahwa dominasi gempa tektonik selalu di imbangi oleh keberadaan gempa vulkanik. Sehingga dapat dikatakan bahwa gempa tektonik merupakan pemicu terjadinya gempa vulkanik yang dapat mengakibatkan letusan. Data kegempaan menunjukan bahwa, terutama sejak 1990, semua letusan diawali dengan meningkatnya jumlah serta intensitas gempa bumi (tektonik).

Disisi lain, suatu perubahan yang amat menonjol pada kegiatan Gamalamaa terutama sejak 1990, adalah banyaknya kegiatan berupa letusan – letusan asap / abu, yang mana berdasarkan catatan sejarah, perilaku tersebut tidak pernah tercatat sebelumnya

1) Sejarah Letusan

Gamalama merupakan salah satu gunung api yang sangat giat di indonesia. Letusan pertama yang di ketahui pada masa sejarah adalah pada 1530. Peningkatan kegiatannya yang tercatat hingga 2003 sebanyak 84 kali, dimana 67 kali kegiatannya diikuti oleh terjadinya letusan. Dari kejadian letusan letusan tersebut, diantaranya sebanyak 15 kali letusan menghasilkan aliran lava. Pada umumnya letusan bersifat eksplosif yang terjadi di kawah utama. Kecuali pada 1763 berupa letusan samping yang terjadi pada lereng bagian utara, yakni daerah Sulamadaha yang menghasilkan aliran lava dan pada letusan 1980 selain terjadi pada kawah utama juga terjadi pembentukan kawah baru yang terletak dibagian Timur pematang kawah utama.

Dari catatan sejarah letusan, masa terjadinya letusan berjangka pendek dan umumnya dalam waktu beberapa hari saja. Jarak antara letusan memperlihatkan interval minimal 1 tahun dan maksimal 44 tahun. Berdasarkan data statistic, letusan yang terjadi dalam masa sejarah rata – rata setiap 5.5 tahun.

(42)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

VI - 42

Korban manusia tercatat pada letusan 1673,1775,1838 dan 1871. Pada 1838 korban adalah dua orang luka – luka pada saat mereka melakukan pengamatan di puncak dan di kawah, serta pada 1871 seorang tewas dan seorang luka- luka akibat lontaran batu. Sedangkan pada saat terbentuknya maar Tolire Jaha dan Tolire Kecil sebagai akibat letusan Fereatik pada 1775, tercatat sebanyak 141 jiwa di desa Soela Takomi hilang.

2) Kawasan Rawan Bencana Gunung Api

Letusan gunung api Gamalamaa pada umumnya diikuti semburan bom – bom vulkanik membara, lapili serta material lepas lainnya dan kadang – kadang diikuti pula oleh aliran lava tetapi tidak pernah diikuti luncuran awan panas. Bahanya letusan utama (primer) adalah lontaran material (pijar) berukuran abu hingga bongkah, aliran lava serta awan panas (aliran piriklastik), sedangkan bahanya kedua (Sekunder) adalah lahar hujan. Walau pun dalam catatan sejarah letusan tidak pernah terjadi luncuran awan panas, namun tidak menutup kemungkinan dalam suatu letusan yang akan datang dapat terbentuk awan panas, sehingga bahayanya tetap harus diperhitungkan didalam peta kawasan rawan bencana gunung api.

Kawasan rawan bencana gunung api adalah kawasan yang pernah terlanda atu diidentifikasikan berpotensi terancam bahanya letusan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembuatan peta kawasan rawan bencana gunung api diantaranya berdasarkan pada sifat letusan yang terakhir, analisa morfologi/ tropografi, sejarah letusan serta data letusan lainnya. Peta inui menjelaskan tentang jenis dan sifat bahanya gunung api, kawasan rawan bencana, arah/ jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan pos penanggulangan bencana.

Karena gunung api Gamalama termasuk salah satu gunung api yang sangat giat atau yang sering meletus dalam masa sejarah kegiatannya dan sudah banyak diketahui sifat atau perilakunya, maka kawasan rawan bencananya dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

- Kawasan Rawan Bencana I,

- Kawasan Rawan Bencana II,

- Kawasan Rawan Bencana III.

a. Kawasan Rawan Bencana I

Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang terletak sepanjang/ dekat lembah suang dan dibagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak. Merupakan kawasan yang cukup berpotensi terlanda lahar/ banjir serta tidak menutup kemungkinan dapat terlanda perluasan sebaran awan panas dan aliran lava. Selama letusan membesar, kawasan ini kemungkinan dapat tertimpa hujan abu lebat dan atau lontaran batu (pijar).

Gambar

Tabel 4.1. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2012
Tabel 4.2. Luas Wilayah Pulau di Kota Ternate Tahun 2012
Gambar 4.1 : Peta Administrasi Kota Ternate
tabel berikut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Waterboom Kota Ternate adalah salah satu wadah tempat bermain dan wisata yang bertempat dikota ternate provinsi Maluku utara, sistem promosi pada waterboom masih

- Kepulauan Mentawai merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang terdapat di pantai barat Sumatera, yang terdiri dari 4 (empat) pulau utama yaitu Pulau Siberut, Pulau

waterfront city merupakan pola pengembangan kawasan tepian air diantaranya pesisir pantai, tepian sungai dan kawasan yang berada di perbatasan antara daratan dan

Asumsi yang digunakan dalam menentukan panjang garis pantai adalah bahwa setiap wilayah daratan bertemu dengan lautan dan genangan air laut merupakan wilayah

Indonesia merupakan negara yang memiliki pulau-pulau yang berbeda. Lautan sebagai penghubung antar pulau, bagi individu yang berada di pesisir pantai atau pulau- pulau yang

Grafik diatas memperlihatkan perbandingan nilai PDRB yang sangat signifikan antara Kota Ternate dengan Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat. Kota

Objek wisata Pantai Barat mulai dari Natal sampai ke Muara Batang Gadis. mempunyai pantai yang sangat panjang dan sangat landai serta berpasir

Wilayah topografi terendah pada umumnya di bagian selatan yang merupakan daerah pesisir dengan ketinggian antara 6 – 12 m dpl, yang meliputi dari wilayah Cilacap Timur