BAB 2
PROFIL
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
2.1. WILAYAH ADMINISTRASI
- Kepulauan Mentawai merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang terdapat di pantai barat Sumatera, yang terdiri dari 4 (empat) pulau utama yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan dan beberapa pulau kecil disekitarnya, dengan total seluruhnya 99 pulau.
- Jarak ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai (Tuapejat) terletak sekitar 82 mil laut di sebelah Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat.
- Secara geografis wilayah ini berada diantara posisi koordinat 98 35’ -10045’ BT dan 0055’ - 0330’ LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Siberut.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Mentawai.
- Keberadaan administratif Kabupaten Kepulauan Mentawai ini
dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 49 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Mentawai di Provinsi Sumatera Barat Tanggal 7 Juni 2000. Secara administratif wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, berdasarkan PERDA No 15 Tahun 2002
telah mengalami pemekaran, yang sebelumnya dari 4 (empat)
kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan dan 43 (empat puluh tiga) Desa. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah :
Di Pulau Siberut meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu : Kecamatan Siberut Selatan, Kecamatan Siberut Utara, Kecamatan Siberut Barat, Kecamatan Siberut Barat Daya dan Kecamatan Siberut Tengah.
Di Pulau Sipora meliputi 2 (dua) kecamatan, yaitu : Kecamatan Sipora Utara dan Kecamatan Sipora Selatan.
Di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan meliputi 3 (tiga)
kecamatan, yaitu : Kecamatan Pagai Utara, Kecamatan Pagai Selatan dan Kecamatan Sikakap.
- Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai secara keseluruhan adalah6.011,35Km² atau601.135 Ha.
2.1.1. Kondisi Fisik Wilayah 2.1.1.1. Ketinggian
Berdasarkan hasil intepretasi terhadap peta topografi, ketinggian lahan di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai cukup bervariasi, mulai dari dataran rendah yang berawal dari jenis pasang surut (0-2 meter dpl) sampai dengan ketinggian 50 meter hingga 270 meter dpl. Namun secara umum, ketinggian lahan di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai ini didominasi ketinggian lahan antara 100 – 150 m dpl.
2.1.2.2. Kelerengan
Keadaan topografi Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan kelerengan terbagi atas:
Coastal land/Flat land, yaitu daerah yang bermula dari garis pantai dan menaik menjadi zona kelerengan 0 – 3 % menuju daratan. Pada daerah sekitar pantai merupakan dataran rendah dan rawa-rawa serta berlumpur, pada saat pasang daerah ini terendam air laut, seperti di Muara Siberut, muara sikabaluan serta desa-desa lainnya di pinggir pantai.
Low land, yaitu daerah yang memiliki topografi yang berombak dengan kemiringan antara 3 – 8 %, dan secara umum sudah bebas dari pengaruh pasang surut.
Middle land, merupakan daerah berbatasan dengan Low land menuju arah perbukitan dengan zona kemiringan 8 – 25 %. Pada daerah ini sangat sesuai
untuk pengembangan perkebunan atau tanaman keras seperti karet,
cengkeh, kelapa, nilam, manau, coklat dan komoditas lainnya.
Up land, bentuk berbukit-bukit hingga daerah catchment sungai-sungai baik yang bermuara ke pantai barat maupun pantai timur pulau, dengan ketinggian antara 50 – 275 m diatas permukaan laut dan dengan kelerengan > 25%. Sebagian besar kawasan ini merupakan kawasan lindung.
Untuk lebih jelas mengenai sebaran kelas lereng, peta kelerengan dan tampilan DEM dapat dilihat padaTabel 2.1
Tabel 2.1
Kelerengan Tanah Di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2011
No Kelas Lereng Luas (Ha) Prosentase (%)
1. 0 % – 8 % 237.756 39,55
2. 8 % – 14 % 185.921 30,93
3. 15 % – 25 % 158.726 26,40
4. 25 % – 40 % 18.362 3,05
5. > 40 % 370 0,05
Kab. Kep. Mentawai 601.135 100
Sumber : Intepretasi Data Peta Topografi JAN TOP-AD , diolah Tahun 2011
2.1.2.3. Geologi
juga merupakan pulau sedimentasi, yang dipenuhi oleh lumpur, tanah liat bercampur kapur yang masih relatif muda.
Selain itu, juga terdapat batuan (schist) dan tanahkwartsdari masa pra-miocene, beberapa batu kapur dari miocene, serta vulkanis yang tersebar menunjukkan asalnya dari keadaan vulkanis Sumatera dari masa miocene. Namun sebagian besar susunan geologis menunjukkan asal dari masa pliocene, pleistocene dan zaman baru. Struktur geologi Kepulauan Mentawai dibagi menjadi dua gugus kepulauan yaitu gugus geologi Pulau Siberut dan gugus geologi Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan.
2.1.2.4. Klimatologi A. Iklim
Kepulauan Mentawai yang dikelilingi oleh Samudera Indonesia dan terletak di daerah khatulistiwa mempunyai iklim dengan udara yang panas dan lembab dengan curah hujan yang tinggi. Berdasarkan pola Iklim yang ada di Indonesia, Iklim Kabupaten Kepulauan Mentawai dipengaruhi oleh fenomena
global dipole mode yang menghasilkan sirkulasi musim Mansoon dan konvergensi inter tropis (PMK-BMG,2008). Sirkulasi angin bergerak ke arah Barat Laut - Tenggara menghasilkan musim penghujan (November – Maret). Sirkulasi
angin Tenggara – Barat akan menghasilkan musim kemarau yang
berlangsung mulai bulan Mei – Oktober.
Kondisi iklim mempengaruhi temperatur suhu permukaan laut yang
menyebabkan perairan Kepulauan Mentawai banyak didiami ikan-ikan pelagis besar. Dari segi transportasi, cuaca di Kepulauan Mentawai bisa menjadi tidak bersahabat jika timbul angin dengan kecepatan besar yang menimbulkan tinggi gelombang > 2 meter pada bulan Agustus - Januari. Kondisi ini menyulitkan mobilitas transportasi laut, karena ketika kondisi gelombang tinggi, akses transportasi untuk ke Kepulauan Mentawai menjadi terhambat.
B. Curah Hujan
Curah hujan di Kepulauan Mentawai berkisar antara 2.500 – 4.700 mm/tahun dengan jumlah hari hujan antara 132 – 267 hari hujan per tahun, sedangkan suhu berkisar antara 220-320C dengan kelembaban antara 82-85%. Volume
hujan tertinggi jatuh pada bulan Desember, yaitu sebesar 535 mm dengan jumlah hari hujan mencapai 25 hari. Sementara itu volume hari hujan terendah ada pada bulan Mei, yaitu 218 mm dengan hari hujan sebanyak 16 hari.
taufan dari Samudera Indonesia yang bertiup menuju daratan Sumatera. Tingginya volume hujan atau pada saat musim penghujan biasanya juga diikuti dengan musim angin atau badai.
Badai menjadi salah satu kendala utama transportasidiKabupaten Kepulauan Mentawai yang mengandalkan transportasi laut. Musim badai biasanya mencapai Puncaknya bulan Agustus sampai September. Pada saat
musim badai biasanya angkutan penyeberangan tidak melayani
penumpang, sehingga arus mobilitas barang, jasa dan manusia menjadi terhambat. Arus mobilitas biasanya normal kembali setelah musim badai berakhir.
C. Angin
Secara umum angin di Kepulauan Mentawai bertiup sepanjang tahun dari arah barat dan tenggara. Angin barat atau musim barat terjadi pada bulan Februari sampai dengan Juli dan Bulan November sampai dengan Desember, sedangkan angin tenggara bertiup pada bulan Januari serta bulan Agustus sampai dengan Oktober. Data dari BMG stasiun Tabing (2003) didapatkan kecepatan angin rata-rata pertahun sebesar 16,68 knot dan kecepatan angin maksimum pertahun berkisar antara 40 knot. Musim badai sering terjadi terutama pada bulan Agustus – November hampir setiap tahun. Kecepatan angin yang bertiup di pesisir sebelah barat Kepulauan Mentawai menjadikan terbentuknya gelombang besar sehingga kawasan pesisir barat Kepulauan Mentawai cocok untuk dijadikan lokasi olahraga selancar (surfing).
2.1.2.5.Hidrologi
Hidrologi yang 18 buah sungai (KKMDA, 2014). Adapun sungai yang terpanjang terdapat di Kecamatan Siberut Barat yaitu Sungai Simalegi panjangnya mencapai 40 Km dan sungai yang paling pendek yaitu Sungai Makalo terdapat di Kecamatan Pagai Selatan panjang sungai hanya 5 Km.
Potensi hidrogeologi yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki potensi sedang menempati zona cekungan pada daerah perbukitan. Perolehan air tanah tertekan atau lapisan pembawa air (Akuifer) dibatasi bidang tidak dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu berupa sungai. Dari ke empat pulau besar yang ada terdapat tembus air (akunlited), dapat diharapkan pada potensi air tanah daratan ini. Kabupaten Kepulauan Mentawai perolehan diharapkan pada lapisan tufa pasiran dan pasir gampingan dari formasi saibi, batu pasir, batu pasir tajam, formasi toli pulai dan batu pasir tufaan.
2.1.2.6. Mitigasi Bencana
Kepulauan Mentawai termasuk dalam kawasan potensi yang rawan bencana baik berupa gempa bumi (tektonik), gelombang besar tsunami, abrasi pantai dan longsor. Dari 43 desa yang ada, 33 desa diantaranya merupakan desa pesisir, yang pada kondisi saat ini kawasan pesisir merupakan kawasan rawan bencana terhadap bahaya tsunami. Sebagaimana yang telah terjadi pada tanggal 25 Oktober 2010, bencana gempa bumi berkekuatan 7,2 SR (atau 7,5 SR menurut USGS) telah memicu terjadinya gelombang tsunami. Berdasarkan informasi dari BPBD Provinsi Sumatera Barat, kedalaman gempa bumi yang cukup dangkal dan terletak pada zona subduksi di bawah dasar laut tersebut telah
memicu terjadinya gelombang tsunami dengan ketinggian gelombang
mencapai 3 meter yang menghasilkan landaan tsunami sejauh 1 Kilometer ke arah daratan.
Guncangan gempa dan gelombang tsunami tersebut telah menyebabkan kerusakan dan kerugian di 4 (empat) wilayah kecamatan di Kepulauan Mentawai, yaitu Kecamatan Sipora Selatan, Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sikakap. Wilayah Kecamatan Pagai Selatan dan Pagai Utara merupakan daerah yang paling parah terkena dampak bencana yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan bangunan rumah serta sarana dan prasarana. Hal ini juga turut dipengaruhi oleh letak geografis wilayah Kecamatan Pagai Selatan yang berada dekat dengan pusat kejadian gempa dan terletak di pesisir pantai barat. Dengan kejadian tersebut di atas, mengakibatkan beberapa diantara 33 desa pesisir di wilayah ini terkena tsunami dan harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. Untuk lebih jelas nama desa-desa pesisir di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat padaTabel 2.2
Tabel 2.2
Kawasan Desa Pesisir dan Panjang Garis Pantai
No Kecamatan Desa Panjang Garis Pantai(Km)
1 Pagai Selatan 1
2
3 Pagai Utara 8
9 4 Sipora Selatan 11
No Kecamatan Desa Panjang Garis Pantai(Km)
5 Sipora Utara 17
18 6 Siberut Selatan 20
21
7 Siberut Barat Daya 22 23 8 Siberut Tengah 25
26
9 Siberut Utara 27
28 10 Siberut Barat 31
32
Kab. Kep. Mentawai 1.402,66
Selain potensi bencana gempa dan tsunami, potensi bencana lain yang mengancam wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah bahaya abrasi pantai. Abrasi pantai merupakan proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Namun selain disebabkan gejala alami, manusia juga sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Hampir seluruh desa pesisir di wilayah ini mengalami dampak abrasi pantai seperti terlihat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7. Sesuai dengan teori perubahan garis pantai yang dikemukakan oleh Sylvester, pantai–pantai yang diapit headland
Tabel 2.3
Wilayah Abrasi Pantai Terparah di Kabupaten Kepulauan Mentawai
NO KECAMATAN LOKASI KETERANGAN
1 Siberut Utara Pantai Muara Sikabaluan Abrasi sudah mengarah ke pemukiman
2 Siberut Selatan Pantai Muara Siberut Abrasi sudah mengarah ke pemukiman
3 Sipora Utara Pantai Mapadegat Abrasi sudah mengarah ke
akses jalan
Pantai Tuapejat Abrasi sudah mengarah ke
akses Jalan
4 Sipora Selatan Pantai Sioban Abrasi sudah mengarah ke
akses jalan
Pantai Beriulou Abrasi sudah mengarah
Pemukiman
Pantai desa Bosua Abrasi mengarah ke akses jalan
Pantai Bandara Rokot Matobek
Abrasi mengarah ke lokasi Bandara
5 Sikakap Pantai depan SMA I
Sikakap
2.1.2.7. Tutupan Lahan
Secara umum, tutupan lahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagian besar masih didominasi oleh lahan hutan yaitu sekitar 71,15 % dari total luas wilayah atau sekitar 427.689,57 Ha. Sedangkan lahan lainnya dimanfaatkan untuk mendukung berbagai kegiatan perekonomian dan tempat tinggal, seperti pertanian, perdagangan, permukiman maupun untuk pembangunan fasilitas pelayanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Untuk lebih jelas mengenai sebaran tutupan lahan dii Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4
Tutupan Lahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No. Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)
1 Permukiman 2.092,90 0,34
2 Hutan 427.689,57 71,15
3 Tegalan/Ladang 123.351,59 20,52
4 Belukar/Semak 6.784,76 1,13
5 Rawa 40.879,34 6,80
6 Rumput/Tanah Kosong 314,76 0,05
7 Sungai Besar 22,07 0,01
Kab. Kep. Mentawai 601.135 100,00
Sumber : Intepretasi Data Peta Topografi JAN TOP-A , diolah Tahun 2011
2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
2.2.1. Potensi Pariwisata
Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki objek wisata yang
beranekaragam mulai dari darat hingga lautan serta
panorama alam yang indah hingga kebuadayaan
masyarakat yang patut dilestarikan.
Potensi ini harus diharapkan akan mampu menggerakkan perekonomian dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Tabel 2.25
Objek Wisata, Lokasi dan Potensi di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No
1 Lobajau Labuan Bajau Siberut Barat Bahari , Panorama,
6 Masilok Katurei Siberut Barat Daya
Panorama Alam, Bahari
7 Tanjung Mal ilimok Katurei Siberut Barat Daya
Panorama Alam, Bahari , Budaya
8 Pulau Botik Katurei Siberut Barat
Daya
Bahari , Sumber Mata Air
11 Pulau Mainuk Katurei Siberut Barat
Daya
Bahari
12 Pulau Roniki Katurei Siberut Barat
Daya
Panorama Alam, Bahari
13 Madobag Madobag Siberut Selatan Panorama Alam,
Budaya
14 Mapadegat Tuapeijat Sipora Utara Bahari
15 Pulau Awera Tuapei jat Sipora Utara Bahari
16 Pulau Pitojat Tuapeijat Sipora Utara Sumber Mata Air,
Panorama Alam
17 Pulau Siruamata Berioulou Sipora Selatan Bahari
18 Katiet Katiet Sipora Selatan Bahari
19 Ombak Si labu Silabu Pagai Utara Bahari
20 Ombak Sibigeu Malakopa’
Monga
Pagai Selatan Bahari
21 Tanjung Sinaka Sinaka Pagai Selatan Bahari , Panorama
Alam
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2014
2.2.2. Potensi Pertanian, Perikanan dan Peternakan 2.2.2.1. Potensi Pertanian
a . Tanaman Pangan
Perkembangan tanaman padi sawah pada tahun
2014 di Kabupaten Kepulauan Mentawai mengalami
peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan
dengan tahun 2013 dari segi luas tanam dan luas panen, serta jumlah produksinya.
Tabel 2.26
Produksi Padi Sawah Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2014
No. Kecamatan Luas Tanam (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (ton)
1 Pagai Selatan 132 61 256
2 Sikakap 331 231 970
3 Pagai Utara 32 7 29
4 Sipora Selatan 230 205 861
5 Sipora Utara 105 68 286
6 Siberut Selatan 89 60 256
7 Siberut Barat
Daya 30 33 139
8 Siberut Tengah 78 87 365
10 Siberut Barat 50 48 202
Jumlah 2014 1162 863 3625
2013 743 389 1634
2012 307 439 1843
2011 398 221 945,4
2010 630 619 2691,2
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2014
2.2.2.2. Potensi Perkebunan
Luas tanaman kelapa di kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebesar 7.910,75 Hektar dengan luas produksi sebesar 7.494 hektar dan jumlah produksi 7.634 ton. Sedangkan tanaman cengkeh yang menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat dari sektor perkebunan memiliki luas lahan sebesar 1984,10 hektar dengan luas produksi 1589 hektar. Sementara itu luas lahan tanaman perkebunan nilam sebanyak 1598,50 hektar dengan luas produksi 557 hektar, sedangkan jumlah produksinya mencapai7,49 ton.
2.2.2.3. Potensi Peternakan
Berdasarkan informasi dari Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai, diperoleh data mengenai populasi hewan ternak beserta jumlah hewan yang dipotong. Pada tahun 2014, populasi sapi di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebanyak 837 ekor dengan jumlah pemotongan sebanyak 116 ekor atau berkisar 13,82 persen dari total populasi. Persentase populasi terbesar terdapat di Kecamatan Siberut selatan yang mencapai 39,9 persen dari total populasi sapi dari 10 (sepuluh) Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara itu jumlah populasi babi yang terdaftar di Kabupaten Kepulauan Mentawai ada sebanyak 31.274 ekor dengan persentase terbesar di Kecamatan Siberut Barat daya, yakni sebanyak 9262 ekor atau mencapai 28,7 persen dari total populasi sedangkan populasi babi terkecil ada di Kecamatan Sipora Utara dengan jumlah babi hanya 982 ekor atau hanya mencapai 3,04 persen persen dari total populasi keseluruhan.
2.2.3. Potensi Kelautan dan Perikanan 2.2.3.1. Ekosistem Pesisir
a. Mangrove
Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit yang telah
diverifikasi dengan data survey lapangan dapat
Tabel 2.27
Luasan Mangrove di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2013
No KECAMATAN LUAS (Ha)
1 Pagai Selatan 3.971,06
2 Sikakap 888,63
3 Pagai Utara 602,87
4 Sipora Selatan 421,66
5 Sipora Utara 1.008,56
6 Siberut Selatan 578,99
7 Siberut Barat Daya 8.514,01
8 Siberut Tengah 2.415,82
9 Siberut Utara 571,79
10 Siberut Barat 5.646,04
TOTAL 24.619,43
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kep. Mentawai Tahun 2013
b. Terumbu Karang
Secara umum perairan pantai Kepulauan Mentawai
banyak dijumpai sebaran terumbu karang. Pada
perairan pantai timur Mentawai umumnya dijumpai terumbu karang tepi (freengings reefs) yang tidak merata.
Sementara dibeberapa desa juga dijumpai terumbu karang yang bersifat tersebar (patchy reefs). Pada sisi barat perairan Kepulauan Mentawai dijumpai terumbu karang tepi (freenging reefs) yang relatif merata. Berdasarkan hasil intrepretasi citra satelit didapatkan total luas tutupan terumbu 17.589,61 hektar.
Tabel 2.28
Luasan Terumbu Karang di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2013
NO KECAMATAN LUASAN (Ha)
1 Pagai Selatan 1.213,75
2 Sikakap 1.115,16
3 Pagai Utara 927,77
4 Sipora Selatan 2.808,32
5 Sipora Utara 5.257,92
6 Siberut Selatan 387,78
7 Siberut Barat Daya 3.629,37
8 Siberut Tengah 1.660,82
9 Siberut Utara 588,72
10 Siberut Barat
-TOTAL 17.589,61
2.2.3.2. Potensi Perikanan 1. Perikanan Darat
Luas area untuk perikanan darat pada tahun 2014 yaitu 32,75 hektar dengan total produksi pertahunnya mencapai 74,358 ton
2.Perikanan laut
Sesuai dengan kondisi alamnya yang terdiri dari pulau-pulau, perikanan laut merupakan potensi yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dan memiliki potensi yang cukup besar. Peningkatan produksi perikanan laut, akan memberikan
peluang untuk berusaha dan lapangan kerja industri
pengolahan ikan di Kepulauan Mentawai.
Potensi perikanan laut terdiri yang cukup besar dari Ikan kerapu dengan potensi 1182 ton/tahun, Ikan Capa/Kakap Merah : 429 ton/tahun, ikan kakap : 500 ton/tahun, Udang : 315 ton/tahun, ikan Tuna/Tongkol : 600 ton/tahun dan beberapa jenis ikan lainnya yang diperkirakan jumlah produksinya kurang lebih 5278 ton/tahun.
Tabel 2.29
Data Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2014
No Kecamatan Produksi (Ton) Persentase
1 Pagai Selatan 451 8,54
2 Sikakap 449 8.51
3 Pagai Utara 484 9,17
4 Sipora Selatan 494 9,36
5 Sipora Utara 869 16,46
6 Siberut Selatan 518 9,81
7 Siberut Barat Daya 439 8,32
8 Siberut Tengah 456 8,64
9 Siberut Utara 668 12,66
10 Siberut Barat 450 8,53
JUMLAH 2014 5278 100
2013 5278 100
2012 4148 100
2011 2267,35 100
2010 450 100
2.2.3.3. Potensi Perikanan Budidaya
Dalam hubungannya dengan peningkatan pendapatan nelayan, dengan memanfaatkan peluang pasar di Kepulauan Mentawai terutama Sumatera Barat dan Pasar luar negeri seperti Hongkong dan Singapura di perairan Kepulauan Mentawai mulai dikembangkan komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti kerapu, rumput laut, kerang mutiara, ikan napoleon dan beberapa jenis ikan hias.
Tabel 2.30
Lokasi usaha budidaya ikan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No. Lokasi Daerah Jenis Budidaya Produk Budidaya
1 Muara sigep P. Siberut KJA Kerapu
2 Malancan P. Siberut KJA Kerapu
3 Saibi P. Siberut KJA Kerapu
4 Saliguma P. Siberut KJA Kerapu
5 Malilimok P. Siberut KJA Kerapu
6 Katurai P. Siberut KJA Kerapu
7 P.Simakakang P. Sipora KJA Kerapu
8 P. Masusu P. Sipora KJA Kerapu, Napoleon, Ikan
hias
9 P. Hawera P. Sipora KJA Kerapu
10 Teluk Simobouk P. Sipora KJA Kerapu
11 Sikakap Pagai Utara KJA Kerapu
12 Batumonga Pagai Selatan KJA, Hatchery Kerapu, Napoleon, ikan
hias, Rumput laut, Mutiara
13 P. Tinopo Pagai Selatan KJA Kerapu
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kep. Mentawai Tahun 2013
2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk, Rumah tangga dan Kepadatan Penduduk kurun waktu 5 tahun Kabupaten Kepulauan Mentawai
No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 2014 83.603 14 20.735
2 2013 81.840 13,61 20.259
3 2012 78.511 13.06 18.133
4 2011 77.078 12.82 18.381
5 2010 76.174 12.67 18.165
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka, 2014
2.3.1. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan
Pola lapangan usaha sebagian besar penduduk Kabupaten Kepulauan
Mentawai masih berada pada sektor primer yaitu sektor usaha yang
Pada tahun 2014 sebesar 62,20 persen tenaga kerja bergerak di sektor primer, hal ini turun sebesar 15,93 persen dibandingkan dengan tahun 2013. Melihat perkembangan pada dua tahun terakhir distribusi persentase lapangan usaha
masyarakat di sektor primer cukup stabil sementara sektor sekunder
(pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air minum, dan konstruksi) mengalami peningkatan. Sebesar 1.27 persen tenaga kerja bergerak di sektor sekunder atau naik sebesar 0.72 persen dibanding dengan tahun 2013. Sementara itu sektor tersier (perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi, transportasi, pergudangan, komunikasi, lembaga keuangan, realestate,
persewaan, jasa perusahaan, dan jasa kemasyarakatan, sosial dan
perorangan) pada tahun 2014 sebesar 36.53 persen atau naik sebesar 15.21 persen dari tahun 2013.
Gambar 2.1
Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (persen) 2013-2014
2.3.2. Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran
Secara umum keadaan ketenagakerjaan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2014 terlihat seperti pada tabel 4.6 Jumlah penduduk yang bekerja
pada tahun 2014 sebanyak 98,34 persen, jumlah penduduk yang
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama (persen), 2014
2.3.3. Indikasi Kesejahteraan Penduduk 2.3.3.1. Pendidikan
Gambar 2.2
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut kelompok umur dan jenis kelamin (persen)
Tabel 2.7
APK dan APM Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2010 s/d 2014
Tahun
SD SLTP SLTA
APK APM APK APM APK APM
2010 103,00 99,00 99,79 81,00 72,86 72,00
2011 112,25 90,06 63,96 40,34 31,76 21,29
2012 109,38 92,05 69,75 52,33 56,56 41,80
2013 110,05 93,81 48,72 36,44 57,45 51,85
2014 122,01 96,63 79,53 55,16 67,92 53,52
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010 s/d 2014
Dari tabel 2.7 terlihat bahwa angka APK untuk Sekolah Dasar dari tahun 2010 hingga 2014 cenderung fluktuatif dan tidak stabil dan melebihi angka 100. Namun demikian di tahun 2014 angka APK SD meningkat menjadi 122,01 dari sebelumnya 110,05 ditahun 2013. Sedangkan di sisi APM SD, terjadi peningkatan dari 93,81 menjadi 96,63. Peningkatan terjadi pada APK dan APM SLTP, dari semula APK SLTP 48,72 di tahun 2013 naik menjadi 79,53 di tahun 2014. Tingginya APK SD/MI adalah akibat banyaknya siswa diluar usia sekolah yang berada di jenjang tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat SD mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tingkat SMP dan SMA. Di daerah ini anak yang bersekolah di tingkat SD paling banyak dibandingkan dengan tingkat lainnya.
Lain halnya dengan APM SLTP meningkat cukup drastis dari 36,44 di tahun 2013 naik menjadi 55,16 di tahun 2014. Begitu juga halnya dengan SLTA, APK SLTA meningkat dari semula 57,45 di tahun 2013 menjadi 67,92 di tahun 2014. sedangkan pada APM SLTA meningkat dari 51,85 di tahun 2013 menjadi 53,52 dari tahun 2014.
2.3.3.2. Tingkat melek huruf
Gambar 2.3
Berdasarkan gambar 2.3 diatas, AMH penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2014 tercatat sebesar 99,46 persen. Kemampuan baca tulis penduduk usia 15-64 tahun lali-laki lebih rendah daripada kemampuan baca dan tulis penduduk perempuan yaitu sebesar 99,46 persen berbanding 100 persen.
2.3.4. Derajat Kesehatan 2.3.4.1. Angka harapan Hidup
Gambar 2.4
Persentase Angka Harapan Hidup Tahun 2012-2014
2.3.4.2. Rasio Fasilitas Kesehatan Masyarakat per Satuan Penduduk
Jumlah Fasilitas kesehatan masyarakat tahun 2014 secara total keseluruhan mengalami peningkatan yaitu 353 unit yang dapat dilihat rinciannya pada tabel 1.6. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk di tahun yang sama maka dari 1.000 orang penduduk dapat dilayani di 4 buah fasilitas kesehatan masyarakat. Meskipun 353 buah fasilitas kesehatan masyarkarat sudah dapat melayani 1.000 orang penduduk, namun pembangunan di bidang kesehatan perlu terus ditingkatkan melalui penambahan jumlah fasilitas kesehatan masyarakat baik puskesmas, puskesmas pembantu, poskesdes, posyandu dan polindes. Disamping itu, kualitas pelayanan kesehatan yang perlu ditingkatkan seiring dengan penambahan jumlah puskesmas.
Tabel 2.8
Rasio Fasilitas Kesehatan Masyarakat per 1.000 Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai
Tahun 2010 s/d 2014
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Rumah Sakit Umum
Daerah 1 1 1 1 1
Puskemas 8 9 10 10 10
Pustu 14 14 14 14 30
Poskesdes 24 35 37 49 80
Posyandu 185 193 243 241 255
Polindes 33 18 12 17 11
Jumlah 265 270 317 332 387
Jumlah Penduduk 77.078 78.511 79.976 81.840 83.603 Rasio per 1.000
penduduk 3.77 3.70 3.15 3.01 2.58
2.3.5. Kondisi Permukiman
2.3.5.1. Kualitas Tempat Tinggal
dikatakan layak sebagai bangunan tempat tinggal apabila memiliki atap, lantai dan dinding yang layak. Ketiga unsur tersebut juga mengindikasikan tingkat kesejahteraan penghuninya. Berdasarkan data Susenas 2014, rumah yang berlantai bukan tanah di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar 98,57 persen.
Indikator lain yang digunakan untuk melihat kualitas perumahan tempat tinggal adalah jenis atap dan jenis dinding. Atap dikatakan layak jika terbuat dari atap beton, genteng, seng, sirap dan asbes. Rumah dengan atap yang layak sebesar 71.80 persen. Masih terdapat sebesar 28.20 rumah di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang tidak layak (ijuk/rumbia) pada tahun 2014. Dinding dianggap permanen apabila berbahan tembok dan kayu, pada tahun 2013 rumah dengan dinding permanen di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebesar 93.10 persen.
2.3.5.2. Sumber Air Minum dan Fasilitas Lainnya
Dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, perlu dilakukan pengadaan fasilitas air bersih/minum serta sarana lain untuk meningkatkan kualitas
pemukiman penduduk. Pelaksanaan pembangunan ini diupayakan oleh
pemerintah untuk dilakukan secara bertahap atau terus menerus.
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat persentase dari jumlah rumah tangga menurut sumber air minum. Mayoritas rumahtangga di Kabupaten Kepulauan Mentawai masih menggunakan sumber air minum dari sungai yaitu mencapai 23,01 persen. Sedangkan 7,28 persen rumahtangga telah menggunakan mata air terlindung untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Sementara itu baru sekitar 0,78 persen rumah tangga menggunakan fasilitas ledeng dan hanya 4,78 persen rumah tangga yang membeli air isi ulang. Sedangkan jumlah rumah tangga di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang menggunakan fasilitas air hujan sebagai sumber air minum masing-masing adalah 7,11 persen.
Tabel 2.9
2.3.5.3. Pengeluaran Rumah Tangga
Selama periode 2013-2014 rata-rata pengeluaran per kapita per bulan menurun dari Rp. 486.871,- menjadi Rp. 455.779,-. Penurunan dalam periode 2013-2014 adalah sebesar 6,39 persen. Penurunan bisa saja terjadi akibat penurunan daya beli masyarakat itu sendiri atau terjadinya kenaikan harga barang yang tidak disertai dengan peningkatan penghasilan masyarakat itu sendiri.
Tabel .2.10
Perkembangan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan Tahun 2013-2014
Sumber : Susenas 2013-2014
2.3.5.4. Kemiskinan
Gambar 2.5
Prosentase dan jumlah penduduk miskin Kab. Kep. Mentawai Tahun 2013-2014
Sumber : BPS (angka sementara)
Tabel 2.11
Garis kemiskinan (Rp/bulan/kapita), jumlah (000) dan Prosentase Tahun 2013-2014
Sumber : Susenas 2013-2014
2.3.5.5. Listrik, Komunikasi dan Informasi
Tabel .2.12
Rumah tangga dan sumber penerangan utama (persen)
Sumber : Susenas 2013-2014
2.3.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Berdasarkan data, IPM Kabupaten Kepulauan merupakan IPM angka terendah di Sumatera Barat. Meskipun demikian, tantangan pembangunan daerah masih
dirasakan bagi Kabupaten Kepulauan Mentawai karena dalam tatanan
Tabel 2.13
IPM Kabupaten/Kota di Sumatera Barat Tahun 2010 s/d 2014
2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN
2.4.1. Kondisi Sosial
Dalam perencanaan tata ruang, kondisi sosial budaya pada hakekatnya merupakan aspek yang turut mempengaruhi pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan yang terpadu. Eksploitasi bentang alam yang tidak memperhatikan kearifan lokal diduga akan menyebabkan krisis lingkungan. Budaya bermukim masyarakat dengan latar belakang sosial-budayanya telah menghasilkan produk lingkungan binaan sebagai wujud kearifan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan alam. Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan melalui proses perencanaan dan perancangan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terpadu. Penerapan kearifan lokal (local wisdom) merupakan suatu upaya dalam rangka mewujudkan lingkungan binaan yang harmoni dan sustainable melalui pemanfaatan pengetahuan lokal (indigenous knowledge), pendekatan kontekstual serta pendekatan partisipatif.
Masyarakat yang mendiami Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari suku Mentawai, Minang, Batak, dan Jawa. Secara sosiokultur penduduk asli Mentawai merupakan keturunan Polinesia dari Melayu Tua atau Proto Melayu, yang
berbeda dengan penduduk yang bermukim di daratan Sumatera yang
merupakan keturunan Melayu. Sebagian besar penduduknya beragama Kristen protestan, agama Kristen Katholik dan selebihnya beragama Islam.
berada di tanah-tanah suku. Seluruh makanan, hasil hutan dan pekerjaan dibagi dalam satu uma. Struktur sosial itu juga bersifat egalitarian, yaitu setiap anggota dewasa dalam uma mempunyai kedudukan yang sama kecuali "Sikerei" (atau dukun) yang mempunyai hak lebih tinggi karena dapat menyembuhkan penyakit dan memimpin upacara keagamaan.
Agama Suku Mentawai adalah Arat Sabulungan yang percaya bahwa segala sesuatu mempunyai roh masing-masing yang sama sekali terpisah dari raganya dan bebas berkeliaran di alam luas. Konsep Arat Sabulungan merupakan suatu kepercayaan bagaimana kelompok masyarakat memberi penghormatan yang sangat tinggi untuk hidup dalam keselarasan dengan alam lingkungannya.
Dalam Arat Sabulungan menjelaskan seluruh benda hidup dan segala yang ada di alam mempunyai roh atau jiwa (simagre). Roh dapat memisahkan dari tubuh dan bergerak dengan bebas. Jika keharmonisan antara roh dan tubuhnya tidak dipelihara, maka roh akan pergi dan dapat menyebabkan penyakit. Konsep kepercayaan ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kegiatan keseharian dapat mengganggu keseimbangan dan keharmonisan roh di alam.
Kepercayaan Arat Sabulungan ini berhubungan erat dengan keberadaan sumber daya alam yang tersedia di sekitarnya. Hal ini tercermin dalam tatanan kehidupan sehari-hari masyarakat seperti berburu, bercocok tanam, meramu maupun menyiapkan permukiman. Adanya tata aturan menjadikan muncul keharmonisan hidup dengan lingkungan sekitarnya, contohnya masyarakat memiliki konsep yang tegas dan jelas dalam mewujudkan suatu tata ruang dalam membagi.
2.4.2. Kondisi ekonomi
2.4.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja ekonomi makro Kabupaten Kepulauan Mentawai menunjukkan perbaikan pada periode tahun 2009 hingga tahun 2013, secara keseluruhan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2009-2013) pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Mentawai menunjukkan trend yang terus mengalami kenaikan yaitu dari level 4 persen hingga menembus 5,5 persen atau rata-rata pertumbuhan selama kurun waktu tersebut adalah 5,05 persen.
Gambar 2.6
Gambar 2.6 dapat dilihat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2010-2011 sebesar 4,88 persen dan 4,92 persen. Kenaikan pertumbuhan ekonomi di tahun tersebut tidak begitu signifikan dibandingkan dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi di tahun 2012-2013. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya proporsi belanja pemerintah daerah, khususnya dalam bidang infrastruktur.
Gambar 2.7
Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2009-2013
Sumber: Sumatera Barat dalam Angka, 2009-2013
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan trend yang
positif dari 4,58 persen (tahun 2009) ke 5,51 (tahun 2013) ternyata dalam skala regional dan nasional terdapat ketimpangan/kesenjangan (gap) pertumbuhan ekonomi. Gambar 2.7 menunjukkan adanya kesenjangan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai yang sangat mencolok di tahun 2009-2010. Namun, kesenjangan pertumbuhan ekonomi ini mulai berkurang di tahun 2013 dan terus bertumbuh positif yang semakin mengejar pertumbuhan ekonomi provinsi maupun nasional.
Tabel 2.14
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2010-2013
Sektor 2010 2011 2012 2013
(juta Rp) (%) (juta Rp) (%) (juta Rp) (%) (juta Rp) (%)
1 Pertanian 786.132,86 54,62 880.194,67 54,08 983.746,04 53,61 1.096.786,96 52,81
2
Pertambanga n &
Penggalian
8.428,93 0,59 9.906,10 0,61 11.461,39 0,62 13.094,79 0,63
3 Industri
Pengolahan 101.146,65 7,03 112.035,61 6,88 122.993,85 6,70 134.021,35 6,45
4 Listrik, Gas &
Air Bersih 1.703,70 0,12 1.818,45 0,11 1.980,65 0,11 2.292,50 0,11 5 Konstruksi 61.102,31 4,25 73.686,00 4,53 88.466,59 4,82 106.212,78 5,11
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
281.387,04 19,55 321.000,03 19,72 364.024,61 19,84 426.202,42 20,52
7
Pengangkuta
n &
Komunikasi
95.084,07 6,61 109.468,65 6,73 125.123,67 6,82 142.192,54 6,85
8
Keuangan, sewa & jasa Perusahaan
18.679,01 1,30 20.385,90 1,25 23.266,61 1,27 26.058,18 1,25
9 Jasa-jasa 85.553,47 5,94 99.009,93 6,08 113.809,57 6,20 130.188,89 6,27
PDRB 1.439.218,02 1.627.503,35 1.834.890,96 2.077.050,42
Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka, 2014
Struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai yang masih didominasi oleh sektor pertanian, ini disebabkan oleh mayoritas masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai umumnya masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencarian sehari-hari.
2.4.2.2. Pendapatan Per Kapita
Salah satu indikator ekonomi untuk melihat gambaran perkembangan dan pertumbuhan pembangunan suatu daerah atau negara adalah pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara/wilayah regional ataupun daerah. Variabel yang digunakan untuk menghitung pendapatan per kapita suatu daerah atau negara adalah PDB/PDRB dibagi jumlah penduduk. Pendapatan per kapita selain dapat memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat
juga dapat menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat
9
Gambar 2.8
Keadaan Pendapatan Per Kapita Indonesia, Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2009-2013
10000000
2009 2010 2011 2012 2013
Kab. Kep. Mentawai Sumatera Barat
Sumber: BPS, 2009-2013
Pendapatan per kapita, merupakan gambaran dari kemampuan daya beli masyarakat. Makin tinggi tingkat daya beli masyarakat suatu daerah/negara maka akan makin menarik negara atau daerah tersebut bagi investor untuk berinvestasi.
Gambar 2.8 menunjukkan keadaan pendapatan per kapita Kabupaten
Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia. Gambar 1.8 secara umum memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan perndapatan per kapita kurun waktu 2009-2013 di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat dan di Indonesia. Namun, prestasi kenaikan pendapatan per kapita di Kabupaten Kepulauan Mentawai jika dibandingkan dengan skala regional bahkan nasional terjadi ketimpangan/kesenjangan (gap) yang besar. Ini menunjukkan bahwa masih jauhnya tingkat kesejahteraan yang dicapai oleh masyarakat di
Kabupaten Kepulauan Mentawai jika dibandingkan dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat secara regional di Provinsi Sumatera Barat dan secara nasional. Ketimpangan ini merupakan ancaman serius dalam pembangunan manusia, terutama untuk menghindari jebakan kepuasan pada tingkat terendah atau low equilibrium welfare trap. Hal ini menjadi tugas pemerintah daerah terkhususnya Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam memperkecil ketimpangan pendapatan per kapita daerah dan pendapatan per kapita di wilayah regional bahkan nasional dengan pelbagai program dan terobosan yang langsung menyentuh persoalan riil masyarakat.
2.4.2.3. Inflasi
10.00
9.56 9.00
8.81 8.64
8.00 8.27 8.26 8.07
7.76
7.00 7.27 7.14 7.29
6.78
2009 2010 2011 2012 2013
Kab. Kep. Mentawai Sumatera Barat Indonesia
persen). Keadaan inflasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan, yaitu dari 9,56 pada tahun 2009 turun menjadi 7,14 di tahun 2012 walaupun sedikit ada kenaikan di tahun 2013 dengan tingkat inflasi sebesar 7,29.
Gambar 2.9 Keadaan Inflasi Indonesia, Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2009-2013 menunjukkan bahwa tingkat inflasi Kabupaten Kepulauan Mentawai secara umum masih berada diatas rata-rata tingkat inflasi Indonesia.
Gambar 2.9
Keadaan Inflasi Indonesia, Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2009-2013
Sumber: BPS, 2009-2013
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai harus mampu mengendalikan dan menekan tingkat inflasi di daerah dengan memperbaiki distribusi barang melalui penyediaan sarana transportasi. Selain itu, meningkatkan produksi terutama produksi tanaman pangan dengan memberi pelbagai insentif dan subsidi serta mendorong berdirinya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk dapat menjaga harga pada tingkat yang normal, dan mengadakan operasi pasar pada saat-saat diperlukan.
2.4.2.4. Keuangan Daerah
Gambar 2.10
Realisasi dan Prediksi Pendapatan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2011-2013
Perkiraan pengeluaran daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi belanja langsung, belanja tidak langsung dan pembiayaan. Pada tahun 2014 terjadi
peningkatan dana perimbangan, pendapatan asli daerah dari tahun
sebelumnya.
Tabel 2.15
2.4.3 KONDISI PRASARANA DAN SARANA DAERAH
2.4.3.1. Transportasi
2.4.3.1.1 Transportasi Darat
Transportasi darat memiliki peran penting dalam suatu sistem transportasi pada suatu wilayah. Pada wilayah kepulauan, sistem transportasi darat berperan sebagai
pendorong pergerakan masyarakat dalam pulau
tersebut. Sehingga idealnya pergerakan dalam pulau dapat ditopang pula oleh keberadaan jaringan jalan. Selain fasilitas jalan yang belum memadai, moda angkutan di Kabupaten Kepulauan Mentawai ini juga masih terbatas. Pelayanan angkutan yang ada hanya terbatas pada pelayanan antar pusat-pusat permukiman serta jenis kendaraan yang ada pun sebagian besar merupakan mobil pribadi. Adapun kendaraan roda 4 atau lebih yang saat ini dipergunakan untuk kepentingan pelayanan umum atau yang dioperasikan untuk kebutuhan umum masih terdapat di wilayah Tuapejat, Sikakap dan Muara Siberut sedangkan untuk kondisi ibukota kecamatan lainnya masih minim sarana dan prasarana transportasi darat, mengakibatkan rendahnya pola pergerakan (darat), frekuensi lalu lintas maupun moda angkutan yang resmi. Sehingga dengan demikian, sampai saat ini moda angkutan utama masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk menjangkau desa-desa dalam satu pulau masih menggunakan jalur laut. Hal ini berimplikasi terhadap biaya transportasi yang relatif menjadi sangat mahal.
Ditinjau dari kondisi jalan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang lebih banyak kondisi jalan rusak berat, dengan total jumlah rencana panjang jalan 1.123.1 Km,namun jumlah jalan yang sudah terbangun sampai dengan tahun 2014 yaitu 828,70 km. Pemerintah selalu berusaha untuk melakukan peningkatan jalan dan kualitas jalan, baik melalui dana APBD dan dana DAK, serta usaha partisipasi masyarakat melalui PNPM Mandiri dan lain-lain. Peningkatan perubahan kondisi jalan dan perkerasan jalan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 2.16
Perkembangan Kondisi Jalan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2012 s/d 2014
No Kondisi Jalan 2012 2013 2014
1 Baik 57,84 66,03 83,38
2 Rusak Ringan 143,10 143,10 143,10
3 Rusak Berat 612,57 612,57 602,23
Tabel 2.17
Infrastruktur Jembatan Menurut Kecamatan dan Kondisi Di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2014
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2014
Kondisi jalan yang ditampilkan pada Tabel 2.17 tersebut di atas, saat ini masih belum memenuhi standar fungsi jalan. Selain itu, berdasarkan panjang jalan yang tersedia masih menunjukkan intensitas pergerakan yang masih sangat rendah.
2.4.3.1.2 Transportasi Laut
Dari kondisi geografis yang berbentuk kepulauan, sistem transportasi air (laut) di Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan sarana transportasi utama bagi penduduk untuk melakukan pergerakan, baik di dalam maupun ke luar wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Moda transportasi utama ialah kapal laut baik dalam skala kecil < 5 GT maupun dalam skala besar (ferry). Saat ini, sarana angkutan laut yang dipergunakan untuk skala transportasi massal diantaranya angkutan penyeberangan (ASDP), seperti : KM. Ambu-ambu dan KM. Gambolo (Ferry), KM.Berilouga, KM.Pulau Simasin, 2 unit angkutan antar pulau yaitu KM.Sibulat dan KM.Nade serta 1 unit kapal cepat yaitu Mentawai fast. Dari seluruh armada angkutan penyeberangan yang beroperasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai tersebut, hanya KM.Ambu-ambu dan KM. Gambolo saja yang memiliki kemampuan untuk mengangkut kendaraan roda empat. Sedangkan, seluruh armada penyeberangan lainnya adalah berupa kapal kayu yang hanya memiliki kemampuan mengangkut penumpang orang dan barang saja.
Dari target pembangunan jaringan transportasi laut Kabupaten kepulauan Mentawai jangka panjang yaitu pembangunan pelabuhan laut/ dermaga
Tabel 2.18
Jumlah Pelabuhan dan Dermaga Pelabuhan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2014
No Kecamatan
Jenis Pelabuhan / Dermaga
PPI Jumlah
Beton Besi Kayu
1 Pagai Utara Selatan (Sikakap) 2,00 - 6,00 1,00 3,00
2 Sipora (Sioban & Tuapejat) 3,00 - 2,00 1,00 6,00
3 Siberut Selatan (Maileppet) 2,00 1,00 - - 3,00
4 Siberut Utara (Pokai) 1,00 - - - 1,00
5 Siberut Tengah 1,00 - 4,00 1,00
6 Siberut Barat 4,00
JUMLAH 8,00 1,00 2,00 2,00 13,00
2.4.3.1.3. Transportasi Udara
Transportasi udara merupakan salah satu jenis transportasi yang dipakai untuk menghubungkan Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Untuk Kondisi saat ini Bandar Udara Rokot masih beroperasi, dimana status kepemilikannya masih dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan
yang pengelolaannya saat ini berada dalam lingkup
Selain Bandara Rokot di Pulau Sipora terdapat pula lapangan udara milik swasta yaitu Bandara PT. Minas di Pagai Selatan yang saat ini sudah tidak beroperasi.
2.4.3.2 Prasarana dan Sarana Air Bersih dan Sanitasi
Secara keseluruhan cakupan layanan air bersih perpipaan sampai dengan tahun 2014 baru mencapai 30%.
Kondisi jaringan air bersih (Perpipaan) sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada table 2.22 berikut ini.
Tabel. 2.19
Kondisi Jaringan Air Bersih (Perpipaan) sampai dengan tahun 2014
No. Kecamatan kawasan
2 Sipora Selatan Desa Sioban 9,730.00 2000, 2003, 2005,
2011 baik
Desa Matobe
4,000.00 40 2007
rusak/perlu perbaikan
3 Sikakap Desa Sikakap
12,470.00 75
2000, 2003, 2005,
2012 baik
Desa
Nemnemleleu 3,787.00 40 2007 baik
Desa Taikako
8,158.00 0 2008
rusak/tidak difungsikan
Desa Matobe
6,307.00 40 2007 baik
4 Pagai Selatan Desa Malakopa 12,318.00 70 2004, 2013, Sebahagian rusak berat
Desa Bulasat
4,487.00 60 2007 baik
5 Siberut Selatan
Desa Mara
Siberut 12,491.00 80 2000, 2006, 2013 baik
Desa Madobag
2,476.00 60 2008 baik
6 Siberut Utara Desa Sotboyak 4,635.00 60 2008 baik
Desa Sirilogui
4,450.00 40 2009, 2012 baik
7 Siberut Barat Daya
Desa Pasakiat
Taileleu 3,411.00 65 2007,2009, 2012 baik
Dusun Pei-Pei 3,811.00 60 2012 baik
8 Pagai Utara Saumanganyak 8,665.00 80 2014 baik
JUMLAH TOTAL 147,085.40
Disektor sanitasi, masih terbatas pada pembangunan prasarana MCK plus yang bersifat komunal dan dengan sistim pengolahan limbah ramah lingkungan, yang telah menjadi bagian dari program DAK non DR Kementerian Pekerjaan Umum yang telah dilaksanakan mulai tahun 2011 sampai dengan saat ini.
Tabel 2.20
Kondisi Prasarana dan Sarana Sanitasi (MCK Plus) Kabupaten Kepulauan Mentawai Sampai dengan tahun 2014
No. Kecamatan kawasan Volume Cakupan
layanan
Tahun
dibangun Kondisi
1 Sikakap Dusun Sibaybay
Desa Sikakap 1 unit 250 KK 2011 baik
2 Sipora Selatan
Desa Sioban 1 unit 800 KK 2011 baik
Desa Matobe 1 unit 400 KK 2014 baik
Dusun Mara 1 unit 500 KK 2014 baik
Dusun Sagitci 1 unit 500 KK 2014 baik
Desa
Nemnemleleu 1 unit 500 KK 2014 baik
3 Siberut Selatan Desa Muara Siberut 1 unit 500 KK 2011 baik
4 Siberut Tengah Desa Saibi
Samukop 1 unit 4000 jiwa 2012 baik
5 Pagai Utara Desa
Saumanganyak 1 unit 3500 jiwa 2012 baik
6 Sipora Utara Desa Tuapejat 1 unit 450 KK 2013 baik
Desa Goso’oinan 1 unit 500 KK 2014 baik
7 Sipora Selatan Desa Saureinu 1 unit 800 KK 2013 baik
8 Pagai Selatan Desa malakoppa 1 unit 350 KK 2013 baik
KM 37 1 unit 400 KK 2014 baik
9 Siberut Barat Daya
Desa Taileleu 1 unit 700 KK 2013 baik
Desa Katurei 1 unit 400 KK 2014 baik
10 Siberut Utara
Desa Muara
Sikabaluan 1 unit 700 KK 2013 baik
Desa Sirilogui 1 unit 400 KK 2014 baik
Desa Sotboyak 1 unit 350 KK 2014 baik
JUMLAH TOTAL 19 unit
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kep. Mentawai Tahun 2014
2.4.3.2.1 Jaringan Irigasi
Tabel 2.21
Kondisi Jaringan irigasi
Kabupaten Kepulauan Mentawai Sampai dengan tahun 2014
No. Daerah Irigasi Lokasi Cakupan
layanan (Ha) Kondisi
1 Malakopak 1 Pagai Selatan 60 Rusak Sedang
2 Malakopak 2 Pagai Selatan 60 Rusak Sedang
3 Mabolak 1 Silaoinan Sikakap 70 Rusak Ringan
4 Mabolak 2 Taikako Sikakap 42 Rusak Berat
5 Sibaybay Sikakap 60 Rusak Sedang
6 Saureinuk Sipora Selatan 65 Rusak sedang
7 Pogari Sipora Utara 80 Rusak Ringan
JUMLAH TOTAL 437
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kep. Mentawai Tahun 2015
2.4.3.2.2 Prasarana energi/ Kelistrikan
Areal pelayanan listrik telah mencakup wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan jumlah pelanggan pada tahun 2013 sebanyak 5524 pelanggan dengan total daya terpasang sebesar 5.848.850 VA. Total jumlah daya yang terjual pada tahun 2013 adalah 58.876.965 Kwh. Hal ini berarti secara keseluruhan baru memenuhi sekitar 20% dari kebutuhan listrik di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
2.4.3.2.3 Prasarana Telekomunikasi
Kabupaten Kepulauan Mentawai telah dilayani jaringan telepon otomat dan jaringan telepon selular. Jumlah pelanggan telepon di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2013 tercatat sebanyak 300 pelangan. Jumlah pelanggan tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2012 sebanyak 580 pelanggan dan tahun 2011 sebanyak 656 pelangggan.
Tabel 2.22
Perkembangan Prasarana Telekomunikasi Berdasarkan Kapasitas, Daftar Tunggu dan Pelanggan
Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Uraian Satuan 2011 2012 2013
1 Kapasitas
Terpasang sst 10.312 10.312 10.312
2 Kapasitas Terisi sst 2.040 2.040 2.040
3 Jumlah Pelanggan sst 656 580 300
2.4.3.2.4 Sarana Kesehatan
Berbagai jenis sarana kesehatan tersedia di Kabupaten Kepulauan Mentawai, mulai dari Rumah Sakit sampai Posyandu. Secara keseluruhan terjadi peningkatan jumlah sarana kesehatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pada tahun 2012 tercatat jumlah sarana kesehatan sebanyak 317 unit, pada tahun 2013 bertambah menjadi 332 unit dan tahun 2014 sebanyak 387 unit.
Tabel 2.23
Jenis Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
No Uraian 2011 2012 2013 2014
1 Rumah Sakit
Pemerintah 1 1 1 1
2 Puskesmas 8 9 10 10
3 Puskesmas Pembantu 14 14 14 30
4 Pos Kesehatan Desa 35 37 49 80
5 Posyandu 193 243 241 255
6 Polindes 18 12 17 11
Jumlah 270 317
332 387
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka Tahun 2014
2.4.3.2.5 Sarana Pendidikan
Perkembangan jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup pesat. Untuk pendidikan pra-sekolah pada tahun 2011-2013 telah berkembang TK yang tersebar di masing-masing desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Data tahun 2013 tercatat 92 unit TK di Kabupaten Kepulauan Mentawai, jumlah ini meningkat dari tahun 2012 sebanyak 69 unit. Demikian juga dengan sarana pendidikan SD, SLTP dan SMU.
Tabel 2.24
Jenis Sarana Pendidikan di Kab. Kepulauan Mentawai
No Sarana
Pendidikan
2012 2013 2014
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1 TK 0 69 0 45 0 45
2 SD 101 6 101 7 101 7
3 MI 0 1 0 1 0 1