• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL KABUPATEN BIREUEN - DOCRPIJM 59e7ed5a71 BAB IIBAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PROFIL KABUPATEN BIREUEN - DOCRPIJM 59e7ed5a71 BAB IIBAB II"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL KABUPATEN BIREUEN

2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi

Aceh yang letaknya sangat strategis dan dilintasi oleh jalan nasional serta

diapit oleh beberapa kabupaten dan merupakan pusat perdagangan di

wilayahnya. Secara geografis, Kabupaten Bireuen terletak pada posisi N

4053’20,3” - N 5016’25,8” Lintang Utara (LU) dan E 96055’30,1” - E

0960

19’45,9” Bujur Timur (BT) dengan luas wilayahnya 1,796.31 Km2 atau

(179.631 Ha) dan berada pada ketinggian 0 sampai 2.637 meter Dari

Permukaan Laut (DPL). Batas-batas administratif Kabupaten Bireuen adalah

sebagai berikut :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka;

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara;

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah dan

Aceh Tengah; dan

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya dan

Pidie.

Secara geografis wilayah Kabupaten Bireuen memiliki posisi

strategis, karena terletak sebagai berikut :

1) Kawasan Pantai Timur Pulau Sumatera yang merupakan kawasan cepat berkembang di Pulau Sumatera, dibandingkan dengan kawasan

tengah dan kawasan Pantai Barat Sumatera.

2) Berdekatan dengan kota pusat pertumbuhan Kota Lhokseumawe dan Medan yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Disamping

itu, di Kota Medan juga terdapat Pelabuhan dan Bandar Udara

Internasional.

3) Berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan Zona Ekonomi Eksklusif dan jalur pelayaran perdagangan internasional

yang padat.

4) Dilintasi oleh Jalan Trans Sumatera, yang merupakan jalur perdagangan yang padat di Pulau Sumatera. Di masa mendatang,

Jalan Trans Sumatera pada ruas antara Medan sampai Bandar

Lampung direncanakan untuk dikembangkan sebagai jalan

(2)

Wilayah Kabupaten Bireuen berkembang menjadi kabupaten

merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Aceh Utara menjadi kabupaten

baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2000 tentang

Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue, sebagaimana

(berikut dapat diperhatikan pada Peta 2.1).

Sejak berdirinya Kabupaten Bireuen berdasarkan Undang-Undang

Nomor 48 tahun 1999 telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan

dalam bidang pemerintahan, dimana pada awalnya terdiri dari 7 (tujuh)

kecamatan. Tahun 2001 dimekarkan menjadi 10 kecamatan, tahun 2004

dimekarkan kembali menjadi 17 kecamatan. Kecamatan terluas adalah

Kecamatan Peudada, dengan wilayah seluas 31.283,90 Ha atau 17,42 persen

dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen. Urutan berikutnya adalah

Kecamatan Juli dengan wilayah seluas 23.11,358 Ha atau 12,87 persen dari

total luas wilayah Kabupaten Bireuen keseluruhan. Kecamatan dengan luas

wilayah paling kecil di daerah ini adalah Kecamatan Kota Juang (1.690,87 Ha)

dan Kecamatan Kuala (1.724,56 Ha), dengan proporsi luas wilayah

masing-masing sebesar 0,94 dan 0,96 persen dari total luas wilayah Kabupaten

Bireuen secara keseluruhan. Berikut ini merupakan nama kecamatan dan luas

wilayah, yaitu :

Tabel II. 1

Nama dan Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Bireuen

No Kecamatan Luas Wilayah

(Ha)

Persentase (%)

1 Samalanga 14.087,19 7,84

2 Simpang Mamplam 15.772,05 8,78

3 Pandrah 11.396,78 6,34

No Kecamatan Luas Wilayah

(Ha)

Persentase (%)

4 Jeunieb 11.237,49 6,26

5 Peulimbang 12.774,66 7,11

6 Peudada 31.283,90 17,42

7 Jeumpa 10.886,02 6,06

8 Kota Juang 1.690,87 0,94

9 Juli 23.118,35 12,87

10 Kuala 1.724,56 0,96

11 Peusangan 5.907,63 3,29

12 Jangka 3.748,92 2,09

13 Peusangan Selatan 9.414,70 5,24

14 Peusangan Siblah Krueng 11.205,35 6,24

15 Kuta Blang 3.870,13 2,15

16 Makmur 6.857,36 3,82

17 Gandapura 4.655,82 2,59

Jumlah 179.631,77 100,00

Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032

2.1.1 Topografi

Topografi wilayah Kabupaten Bireuen secara umum terdiri dari

wilayah datar, landai, bergelombang dan berbukit. Kelerengan bervariasi

antara 0-2%, 2-5%, 5-15%, 15-40%, > 40%. Wilayah dengan kelerengan 0-2%

terdapat di Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa, Jeunieb, Juli, Kota Juang,

Kuala, Kuta Blang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang, Peusangan,

Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Simpang Mamplam. Wilayah

dengan kelerengan 2-5% terdapat di Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa,

Jeunieb, Juli, Kuta Blang, Kota Juang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang,

Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Samalanga,

(3)

Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa, Jeunieb, Juli, Kota Juang, Kuala, Kuta

Blang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang, Peusangan, Peusangan

Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Simpang Mamplam. Wilayah yang memiliki

kemiringan 15-40% berada di Kecamatan Jeumpa, Jeunieb, Juli, Pandrah,

Peudada, Peulimbang, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah

Krueng, Samalangan, Simpang Mamplam. Wilayah dengan tingkat kemiringan

> 40% terdapat di Kecamatan Jeumpa, Jeunieb, Juli, Pandrah, Peudada,

Peulimbang, Samalanga, Simpang Mamplam.

Dari sisi topografi lahan, secara umum wilayah Kabupaten Bireuen

terdiri dari wilayah yang datar, landai, bergelombang dan berbukit.

Kelerengan yang bervariasi antara 0-2 persen dan yang paling tinggi tingkat

kelerengannya adalah dengan kemiringan di atas 40% yang tersebar di

beberapa kecamatan. Penjabaran topografi pada tiap kecamatan dapat dilihat

pada tabel berikut ini (dapat diperhatikan pada Peta 2.2) :

Tabel II. 2

Topografi Kabupaten Bireuen

Kemiringan Lereng

Kecamatan Luas (ha)

0 - 2 % Gandapura 1.487,52

0 - 2 % Jangka 1.089,59

0 - 2 % Jeumpa 1.742,88

0 - 2 % Jeunieb 2.334,71

0 - 2 % Juli 491,78

0 - 2 % Kota Juang 840,23

0 - 2 % Kuala 1.122,25

0 - 2 % Kuta Blang 1.516,48

Kemiringan Lereng

Kecamatan Luas (ha)

0 - 2 % Makmur 131,38

0 - 2 % Pandrah 999,15

0 - 2 % Peudada 2.872,79

0 - 2 % Peulimbang 1.067,17

0 - 2 % Peusangan 2.259,19

0 - 2 % Peusangan Selatan 596,09

0 - 2 % Peusangan Siblah Krueng 37,23

0 - 2 % Samalanga 1.972,52

0 - 2 % Simpang Mamplam 3.154,17

0 - 2 % Simpang Mamplam 0,00

2 - 5 % Gandapura 2.117,23

2 - 5 % Jangka 1.303,24

2 - 5 % Jeumpa 466,26

2 - 5 % Jeunieb 638,87

2 - 5 % Juli 883,31

2 - 5 % Kota Juang 776,34

2 - 5 % Kuta Blang 691,84

2 - 5 % Makmur 682,87

2 - 5 % Pandrah 680,90

2 - 5 % Peudada 256,08

2 - 5 % Peulimbang 745,28

2 - 5 % Peusangan 1.680,10

2 - 5 % Peusangan Selatan 1.135,87

2 - 5 % Peusangan Siblah Krueng 270,16

2 - 5 % Samalanga 453,71

2 - 5 % Simpang Mamplam 1.193,87

5 - 15 % Gandapura 1.051,06

5 - 15 % Jangka 1.356,09

5 - 15 % Jeumpa 3.546,04

(4)

Kemiringan Lereng

Kecamatan Luas (ha)

5 - 15 % Juli 10.510,60

5 - 15 % Kota Juang 74,31

5 - 15 % Kuala 602,31

5 - 15 % Kuta Blang 1.661,81

5 - 15 % Makmur 6.043,10

5 - 15 % Pandrah 1.093,50

5 - 15 % Peudada 9.516,78

5 - 15 % Peulimbang 1.912,49

5 - 15 % Peusangan 1.650,48

5 - 15 % Peusangan Selatan 2.679,14

5 - 15 % Peusangan Siblah Krueng 7.744,42

5 - 15 % Samalanga 1.570,47

5 - 15 % Simpang Mamplam 2.570,56

5 - 15 % Simpang Mamplam 0,00

15 - 40 % Jeumpa 4.627,17

15 - 40 % Jeunieb 4.669,19

15 - 40 % Juli 11.193,43

15 - 40 % Pandrah 5.682,51

15 - 40 % Peudada 16.815,23

15 - 40 % Peulimbang 6.219,20

15 - 40 % Peusangan 317,86

15 - 40 % Peusangan Selatan 5.003,60

15 - 40 % Peusangan Siblah Krueng 3.153,54

15 - 40 % Samalanga 5.332,35

15 - 40 % Simpang Mamplam 6.575,80

> 40 % Jeumpa 503,67

> 40 % Jeunieb 2.117,66

> 40 % Juli 39,24

> 40 % Pandrah 2.940,72

> 40 % Peudada 1.823,02

Kemiringan Lereng

Kecamatan Luas (ha)

> 40 % Peulimbang 2.830,52

> 40 % Samalanga 4.758,13

> 40 % Simpang Mamplam 2.277,64

KABUPATEN BIREUEN 179.631,77

Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032

2.1.2 Geologi

Geologi wilayah Kabupaten Bireuen terbagimenjadi beberapa jenis

bebatuan yang menjadi tumpukan dan penampang pembentukan permukaan

lahan. Penampang geologi permukaan merupakan sebaran bebatuan lateral,

vertikal sampai pada kedalaman batuan dasar. Sebaran geologi meliputi

Aluvium, Batuan Sendimen, Batuan Gunung Api, dan Batuan Sendimen-meta

Sendimen.

Sebaran geologi wilayah Kabupaten Bireuen terdiri atas

aluvial/alluvial group, aneka bentuk/miscellaneous goup, dataran/plain group, marine/marine group, pegunungan & plato/mountain &plateau group, perbukitan/hilly group, teras marin/marine terrace group, volkan/volcanic group.

Geologi suatu wilayah perlu diketahui secara mendetail dalam

melakukan perencanaan agar upaya memanfaatkan sumber daya alam dan

energi dapat dilakukan secara efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan

perikehidupan manusia pada masa kini dan masa mendatang dengan

mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya semaksimal mungkin.

Geologi wilayah Kabupaten Bireuen dapat di bagi atas beberapa jenis

(5)

lahan. Hal ini didukung juga oleh penampang geologi permukaan sebagai

sebaran bebatuan baik lateral maupun vertikal hingga sampai pada

kedalaman batuan dasar. Sebaran geologi diantaranya adalah Aluvium,

Batuan Sendimen, Batuan Gunung Api, dan Batuan Sendimen-meta Sendimen

(lihat Tabel II. 3 dan Peta 2.3).

Tabel II. 3

Group, Jenis Batuan dan Sebaran Geologi di Kabupaten Bireuen

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

Aluvial/Alluvial

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

(6)

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

Tropofluvents

Kanhapludults Kota Juang 33,35

Teras Marin/Marine Terrace Group

Ustropepts Kota Juang 523,60

(7)

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

(8)

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

(9)

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

Teras Marin/Marine Ustropepts Simpang 1.573,35

GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)

Terrace Group Mamplam

Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning, Latosol, Komplek PMK Latosol dan

Litosol serta Komplek Renzina dan Litosol. Di bagian utara wilayah ini di

dominasi oleh jenis tanah Aluvial dan Hidromorf Kelabu, sedangkan pada

bagian selatan wilayah ini di dominasi oleh jenis tanah Latosol, Komplek PMK

Latosol dan Litosol serta Komplek Renzina dan Litosol. Jenis tanah ini

mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap kesesuaian tanaman yang

dapat dikembangkan. Jenis tanah Aluvial dan Latosol umumnya relatif subur

dan pada tanah tersebut sesuai untuk pengembangan pertanian, jenis tanah

Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman perkebunan atau tahunan.

Sedangkan jenis tanah Litosol mempunyai sifat yang mudah tererosi dan

mempunyai kedalaman efektif yang dangkal sehingga mempunyai resiko erosi

yang tinggi (lihat Tabel II. 4 dan Peta 2.4).

Tabel II. 4

(10)

No. Kecamatan Jenis Tanah

1. Samalanga Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning

2. Simpang

Mamplam

Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning

3. Pandrah Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning

4. Jeunieb Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning

5. Peulimbang Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning

6. Peudada Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning

7. Juli Podsolik Merah Kuning, Latosol

8. Jeumpa Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik

Merah Kuning

9. Kota Juang Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning, Latosol

10. Kuala Aluvial

11. Jangka Aluvial, Hidromorf Kelabu

12. Peusangan Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning

13. Peusangan Selatan Podsolik Merah Kuning,

LatosolAluvial, Hidromorf Kelabu 14. Peusangan Siblah

Krueng

Podsolik Merah Kuning, Latosol

15. Makmur Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning

16. Kuta Blang Aluvial, Hidromorf Kelabu

17 Gandapura Aluvial, Hidromorf Kelabu

Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032

1) Kedalaman Efekif

Kedalaman efektif tanah merupakan tebalnya lapisan tanah dari

permukaan sampai batuan induk atau sampai pada suatu lapisan yang

perakaran tanaman atau mungkin menembusnya. Permukaan tanah dengan

tingkat kedalaman tinggi, semakin baik untuk media pertumbuhan

tanaman. Kedalaman tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan akar tanaman, selain itu juga menentukan jumlah unsur hara

dan air yang dapat diserap tanaman. Kedalaman efektif tanah adalah suatu

kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap

air, yakni; lapisan pasir, kerikil, batu lignit. Ini sangat ditentukan dari tingkat

pelapukan humus yang ada dipermukaan dan jenis batuan induk yang

melapuk menjadi soil.

Kabupaten Bireuen mempunyaik kedalaman tanah bervariasi dari 60

sampai 90 centi meter dan di atas 90 centi meter. Kedalaman tanah efektif

lebih dari 90 cm merupakan yang lebih dominan ditemukan dengan luas

sekitar 103.175,00 Hektar atau 54,27 % dari luas keseluruhan Kabupaten

Bireuen.Sedangkan kedalaman 60 - 90 cm merupakan yang terkecil

dijumpai yaitu sekitar 4,98 % dari luas keseluruhan Kabupaten Bireuen

yaitu seluas 9,475,00 Hektar.

2) Tekstur Tanah

Penyusun tekstur tanah berkaitan erat dengan kemampuan

memberikan zat hara untuk tanaman, ketegasan tanah, perambatan panas,

perkembangan akar tanaman dan pengolahan tanah. Berdasarkan

perbandingan tanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu halus, sedang

dan kasar. Apabila tingkat kasar atau halus tekstur tanah yang tinggi maka

kualitasnya semakin menurun, karena kemampuan meresap air kurang

(11)

mempunyai tekstur sedang yaitu seluas 137.855,05 Ha atau 72,51 % dan

tekstur halus 39.319,81 Ha (20,68 %). Sedangkan tekstur kasar hanya

sebagian kecil yang terdapat dibagian utara dan selatan wilayah ini dengan

luas sekitar 12.946,14 Ha (6,81 %).

2.1.4 Geomorfologi

Geomorfologi daerah di Kabupaten Bireuen dapat di bagi tiga, yaitu

sebagai berikut :

1) Daerah Pesisir (Utara)dengan struktur tanah berupa pasir,banyak di tumbuhi pohon kelapa, tambak – tambak rakyat, pemukiman

penduduk desa pantai, desa tambak, tempat pembenihan, daerah

muara (umumnya dipakai tempat TPI dan PPI) dan beberapa kota –

kota kecamatan berada di wilayah ini;

2) Daerah tengah didominasi persawahan, kebun- kebun penduduk, pemukiman penduduk dan ibu kota kabupaten; dan

3) Daerah Selatan adalah daerah berbukit atau dataran tinggi yang umumnya merupakan kawasan hutan, meliputi hutan lindung, dan

kawasan budidaya.

2.1.5 Klimatologi

Kondisi iklim di Kabupaten Bireuen sebagaimana umumnya di

Indonesia. Kabupaten Bireuen merupakan daerah tropis dengan tipe iklim

muson, dengan klasifikasi menurut sistem mohr,schimidt dan ferguson

termasuk dalam tipe C. Kondisi iklim di wilayah kabupaten Bireuen relatif

lebih kering di banding dengan bagian lain di Provinsi Aceh. Hal ini di

pengaruhi oleh adanya Pegunungan Bukit Barisan, yang mana secara umum

wilayah Timur dan Utara merupakan wilayah yang lebih kering di bandingkan

dengan wilayah bagian Barat dan Selatan.Keadaan iklim secara umum di

wilayah Kabupaten Bireuen dengan suhu rata-rata 300C dan kelembaban

udara berkisar 84 – 89 %, bila di rata – rata dalam sepuluh tahun berkisar

86,6 %.

Curah hujan rata–rata tahunan di wilayah Kabupaten Bireuen

berdasarkan pantauan dari 4 (empat) BPP adalah berkisar 1.447 mm

pertahun, dengan rata-rata hari hujan adalah sebesar 92 hari pertahun. Pada

bulan Agustus sampai Desember, curah hujan bulanan mencapai maksimal

dengan rata-rata berkisar antara 10 – 13 hari dalam satu bulan. Pada bulan

Juni curah hujan paling rendah dengan rata-rata curah hujan berkisar 4 mm

dengan hari hujan sebanyak empat hari (Peta 2.5).

2.1.6 Hidrologi

Dalam menunjang berbagai kegiatan seperti pertanian, industri,

rumah tangga dan kegiatan lain, sumber daya air yang dapat dimanfaatkan di

wilayah Kabupaten Bireuen yaitu :

A. Perairan Terbuka

Perairan terbuka dapat dimanfaatkan di wilayah Kabupaten Bireuen

adalah sungai yang berhulu di dataran tinggi bukit barisan dan bermuara

(12)

cukup besar yaitu DAS Krueng Peusangan, sub das lainnya, diantaranya

Krueng Peudada, Krueng Pandrah, dan Krueng Jeunieb. Jika dilihat bentuk

pola alirannya,sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini berbentuk sub

paralel di bagian hulu. Penyebabnya adalah kondisi wilayah yang berbukit

sehingga pola aliran yang terbentuk mengikuti lereng dari jalur

pegunungan, pada bagian hilir berbentuk linier. Sungai-sungai yang

melewati wilayah Kabupaten Bireuen sebagian terkena erosi yang

mengakibatkan lingkungan rusak dan rawan bahaya banjir. Bencana banjir

disebabkan adanya penggundulan hutan di daerah aliran dan di hulu

sungai.

B. Daerah Irigasi

Potensi sumber daya air lain yang dapat dimanfaatkan yaitu berupa

waduk dan irigasi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bireuen. Terdapat 5

waduk yang berfungsi sebagai penyatu dari 43 Daerah Irigasi diwilayah ini

untuk kebutuhan irigasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II. 5.

Tabel II. 5

Nama Lokasi Daerah Irigasi Kabupaten Bireuen

No Luas (Ha) Daerah Irigasi (DI) Kewenangan

1 221,37 Paya Geulungku Kabupaten

2 44,25 Glee Meundong Kabupaten

3 96,90 Alue Rayek Mamplam Kabupaten

4 112,19 Kolam sapi Kabupaten

5 5,87 Peuneulet tunong Kabupaten

No Luas (Ha) Daerah Irigasi (DI) Kewenangan

6 63,62 Alue udeng Kabupaten

7 135,74 Uteun bunta Kabupaten

8 28,86 Lhok Batee Kabupaten

9 28,74 Payaru Kabupaten

10 235,76 Paku Kabupaten

11 94,64 Mata ie Kabupaten

12 24,50 Alue Panyang Kabupaten

13 41,49 Jaba Kabupaten

14 215,71 Me rayeuk Kabupaten

15 35,39 Krueng Meusagob Kabupaten

16 18,28 Paya crot Kabupaten

17 9,57 Garab Kabupaten

18 97,52 Alue tokben Kabupaten

19 308,05 Simpang jaya Kabupaten

20 8,59 Tanjung beuridi Kabupaten

21 55,14 Blag mane Kabupaten

22 63,86 Darussalam Kabupaten

23 49,04 Leubok setui Kabupaten

24 271,67 Batee Cut Lem Kabupaten

25 26,45 Tanjungan Kabupaten

26 51,37 Paya Jaloh Kabupaten

27 237,10 Payah Praden Kabupaten

28 159,34 Bintahsa Kabupaten

29 210,65 Paya Laot Kabupaten

30 26,56 Paya sikameh Kabupaten

31 764,79 Tadah Hujan Kabupaten

32 3.053,28 Paya Ni Nasional

33 4.960,88 Pante Lhong Nasional

34 1.952,44 Samalanga Propinsi

35 1.007,71 Pandrah Propinsi

(13)

No Luas (Ha) Daerah Irigasi (DI) Kewenangan

37 1.010,40 Peudada Propinsi

Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032

C. Daerah Resapan Air

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu

kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal

dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Guna dari

DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh

diatasnya melalui sungai.DAS di Kabupaten Bireuen meliputi DAS

Peusangan dan DAS Meuredu yang berhulu di dataran tinggi bagian

selatan yang merupakan lembah-lembah atau punggung bukit dengan

fungsi menangkap air hujan (Cachtment Area). Terdapat 16 (enam belas)

sungai yang mengaliri wilayah ini dengan luas 1.842 ha dan Krueng

Peusangan merupakan sungai terbesar di Kabupaten Bireuen.

D. Daerah Rawa

Di Kabupaten Bireuen daerah berawa tersebar di 5 kecamatan,

merupakan daerah sumber daya air dan resapan, perlu dijaga

kelestariannya. Luas daerah rawa (Paya)di Kabupaten Bireuensecara

keseluruhan adalah 437,93 ha.Paya Nie merupakan daerah rawa terbesar

dengan luas 304,19 ha yang berada di Kecamatan Kutablang. Adapun

rawa–rawa tersebut, yaitu di :

1. Kecamatan Simpang Mamplam : Rawa Paku (8,47 ha) dan Kolam Sapi (16,11 ha);

2. Kecamatan Jeumpa : Rawa Paya Jagat (21,57 ha), Paya Geudebang (20,57 ha) dan Paya Cut (5,82 ha) ;

3. Kecamatan Kota Juang : Rawa Paya Kareueng (27,79 ha); 4. Kecamatan Kutablang :Rawa Paya Nie (304,19 ha);dan

5. Kecamatan Makmur : Rawa Paya Meuseujid (17,82 ha) dan Paya Gub (6,39 ha);

Secara keseluruhan bagian hidrologi ini dapat diperhatikan pada Peta

2.6.

2.1.7 Kawasan Rawan Bencana A. Daerah Rawan Gempa

Lempeng adalah berbagai luasan area yang terbentuk dari pecahan

kerak bumi yang masing-masing memiliki gerakan ke arah tertentu akibat

konveksi di dalam bumi (astenosfer). Lempeng berada dalam keadaan

bergerak kontinu, baik relative terhadap yang lain maupun terhadap sumbu

rotasi bumi. Lempeng bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun

akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan

pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng bumi.

Arus konvensi merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan

terjadinya pergerakan lempeng, getaran pergerakan lempeng ini disebut

gempa.

Potensi gempa untuk wilayah Aceh sangat besar, hingga saat ini

belum ditemukan teknologi yang dapat memperkirakan kapan akan

(14)

jalur sesar secara langsung, namun tetap mengalami getaran gempa, karena

berada dalam satu kesatuan wilayah Aceh yang merupakan jalur yang

dilewati sesar semangko, apalagi jika gempa yang terjadi berada pada

kedalaman yang sangat dangkal. Apabila terjadi gempa di sekitar Kabupaten

Bireuen dengan kekuatan yang sangat besar dapat memberikan dampak pada

kerusakan bangunan, mengubah topografi atau bentuk muka bumi, keretakan

permukaan bumi, perubahan tata air, dan mengakibatkan trauma pisik, psikis

atau mental.

Secara umum Wilayah Aceh merupakan wilayah yang berada pada

patahan sesar sumatera, masyarakat harus bisa hidup dan bersahabat dengan

alam. Hal ini dapat direalisasikan dengan membangun rumah tahan gempa

atau tidak bermukim di lereng-lereng terjal yang bias mendatangkan longsor.

Dengan mengupayakan beberapa hal tersebut akan meminimalisir dampak

terjadinya gempa bagi kehidupan masyarakat.

B. Daerah Rawan Abrasi dan Tsunami

Abrasi merupakan proses terjadinya pengikisan daratan oleh

gelombang ekstrim sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan

berkurangnya luas daratan. Terjadinya perubahan garis pantai sangat

dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada daerah sekitar pantai,

dimana pantai selalu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi. Salah

satu kawasan pesisir yang rentan terhadap kerusakan lingkungan akibat

abrasi adalah kawasan pesisir Kabupaten Bireuen.

Selain faktor-faktor alam, proses abrasi dapat terjadi akibat faktor

antropogenik, seperti aktivitas manusia di sekitar pantai. Meningkatnya

usaha pengembangan daerah pantai untuk daerah pemukiman, wisata,

perikanan, industri, wisata dan sebagianya telah mengakibatkan berbagai

tekanan terhadap kualitas lingkungan pantai. Berbagai upaya manusia dalam

modifikasi daerah pantai untuk keperluan tersebut di atas sering tidak

diimbangi dengan pemahaman yang benar terhadap perilaku dinamika

pantai, sehingga menimbulkan dampak yang cenderung merusak lingkungan

pantai.

Tsunami selalu diawali suatu pergerakan dahsyat yang lazim kita

sebut gempa. Meski diketahui bahwa gempa ini ada beragam jenis, namun

tsunami disebabkan oleh pergerakan lempeng di dalam perut bumi yang

letaknya berada wilayah sesar. Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan

mengakibatkan munculnya tekanan ke arah vertikal sehingga dasar lautan

(15)

akan memicu ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong

menjadi gelombang besar yang bergerak mencapai wilayah daratan.

Dengan tenaga yang besar yang ada pada gelombang air tersebut,

wajar saja jika bangunan di daratan bisa tersapu dengan mudahnya.

Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan tinggi. Ia bisa mencapai

500 sampai 1000 kilometer per jam di lautan. Dan saat mencapai bibir pantai,

kecepatannya berkurang menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam. Meski

berkurang pesat, namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan

kerusakan yang parah bagi manusia.

Wilayah Kabupaten Bireuen merupak sebagian besar adalah wilayah

pesisir sangat rentan terhadap dampak tsunami. Faktor lain yang

memperparah kerusakan adalah tidak adanya kawasan penyangga alamiah

(Buffer Zone) yang dapat menahan laju gelombang tsunami ke arah darat.

Sebagian besar wilayah pesisir Samalanga sampai Gandapura terkena

dampak dari gelombang tsunami dengan ketinggian 2 meter. Sebaran terkena

gelombang tsunami yang tersebar di 11 kecamatan, khususnya dibagian

pesisir.

C. Daerah Potensi Banjir

Kabupaten Bireuen berpotensi banjir ringan atau rendah. Hal ini

disebabkan topografi Kabupaten Bireuen dengan kelerengan yang bervariasi.

Tinggi genangan < 0.50 m dengan luas wilayah genangan 18.227,72 ha, tinggi

genangan 0.50-1.00 m seluas 5.046,37 ha, tinggi genangan 1.00-1.50 m

seluas 403,32 ha, tinggi genangan 1.30-1.50 m seluas 16.584,51 ha, dan

tinggi genangan 1.50-2.00 m mencakup 13.648,64 ha. Sebagian kecil pada

wilayah pesisir yang memiliki potensibanjir. Faktor terjadinya banjir sangat

memungkinkan dikarenakan kondisi curah hujan yang anomali. Untuk lebih

jelas mengenai potensi banjir di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel II. 6

Potensi Banjir Kabupaten Bireuen

Tinggi Genangan Keterangan Luas (Ha)

< 0.50 m Potensi rendah 18.227,72

0.50 - 1.00 m Potensi rendah 5.046,37

1.00 - 1.50 m Potensi rendah 403,32

1.30 - 1.50 m Potensi rendah 16.584,51

1.50 - 2.00 m Potensi rendah 13.648,64

Total Luas 53.910,55

Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032

D. Daerah Rawan Longsor dan Gerak Tanah

Kawasan rawan gerakan tanah dan/atau longsor di Kabupaten

Bireuen seluas 8.379,23 ha, meliputi Kecamatan Samalanga seluas 48,57 ha,

Peulimbang seluas 1.047,75 ha dan Juli seluas 8.330,66 ha. Kawasan gerak

tanah yang berpotensi rawan secara menyatu terdapat pada jalan nasional

(16)

Dampak dari gerakan tanah tersebut mengakibatkan hancurnya

kawasan permukiman penduduk, rusaknya perkebunan masyarakat,

infrastruktur, jaringan listrik dan komunikasi. Kerusakan infrastruktur

mengakibatkan putusnya akses dari Kabupaten Bireuen ke Kabupaten Bener

Meriah dan Aceh Tengah, sehingga pergerakan orang dan barang antar

kabupaten terhambat.Secara keseluruhan bagian rawan bencana ini dapat

diperhatikan pada Peta 4.7.

2.1.8 Penggunaan Lahan Kabupaten Bireuen

Penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen berdasarkan sebarannya

terbagi atas tiga wilayah yaitu wilayah pantai, wilayah tengah dan wilayah

pedalaman. Wilayah pantai di dominasi kegiatan tambak dan sawah, wilayah

tengah kegiatan perdagangan dan jasa serta sawah dan wilayah pedalaman

kegiatan dominan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan.

Penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen terbagi dalam 12 jenis

penggunaan lahan, dengan luas terbesar 59.525,16 Ha yaitu pertanian lahan

kering campur, dan luas terkecil dengan peruntukan rawa seluas 101,56 Ha.

Gambaran lebih rinci terkait rencana penggunaan lahan tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut.Untuk lebih lengkap peruntukan lahan di Kabupaten

Bireuen dapat dilihat pada Tabel II. 7 dan Peta 2.8

Tabel II. 7

Luas dan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bireuen

N o

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase %

1 Pertanian Lahan Kering 1.717,75 0,96

2 Hutan Lahan Kering Sekunder 55.034,42 30,64

3 Semak/Belukar 22.313,63 12,42

4 Hutan Primer 18.694,49 10,41

5 Sawah 13.990,00 7,79

6 Tambak 4.814,43 2,68

7 Permukiman 1.146,62 0,64

8 Tanah Terbuka/kosong 742,03 0,41

9 Air 418,18 0,23

10 Rawa 310,00 0,17

11 Pertanian Lahan Kering Campur

59.525,16 33,14

12 Sungai 925,06 0,51

Total Penggunaan Lahan 179.631,77 100

Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032

2.2 Prasarana dan Sarana Wilayah Kabupaten 2.2.1 Fasilitas Pendidikan

Kabupaten Bireuen memiliki 1 universitas, 3 Sekolah Tinggi dan 1

Akademik yang masing-masing terletak di Kecamatan peusangan, yaitu

Universitas Al-Muslim, STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) berlokasi di

Kecamatan Peusangan Gampong Paya Leupah, STIES terdapat di Kecamatan

Jeumpa gampong Blang Bladeh dan PTAI berada di Kecamatan Samalanga

serta Akademik Kebidanan Munawarah di kecamatan Jeumpa Gampong

Meunasah Blang. Jumlah dan sebaran sarana pendidikan di Kabupaten

(17)

semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bireuen. Untuk masing-masing

kecamatan sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel II.8.

Tabel II. 8

Jumlah Taman Kanak-Kanak dalam Kabupaten Bireuen

Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015

Tabel II. 9

Jumlah Sekolah Dasar dalam Kabupaten Bireuen

(18)

Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015

Tabel II. 10

Jumlah SLTP dalam Kabupaten Bireuen

Tabel II. 11

Tabel II. 11

(19)

2.2.2 Fasilitas Kesehatan

Peningkatan kualitas kesehatan perlu didukung oleh sarana

kesehatan yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam

pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Bireuen. Masih kurangnya

kebutuhan sarana kesehatan dalam menangani pelayanan maka sarana

kesehatan sangat penting dalam memperbaiki kesehatan di wilayah ini.

Peningkatan pelayanan kesehatan untuk wilayah Kabupaten Bireuen dan

umumnya Wilayah Aceh yang paling penting ditingkatkan adalah kualitas

pelayanan oleh pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Bireuen terdiri dari

Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Poliklinik, Balai Pengobatan,

Posyandu/Polindes, dan Apotik/Toko Obat, dan Praktek Dokter. Jumlah

sarana kesehatan pada pada tahun 2012-2032 yang terdiri dari Rumah Sakit

hanya berjumlah 1 unit dan secara keseluruhan jumlah sarana kesehatan

diKabupaten Bireuen dari hasil proyeksi tahun 2016 antaralain Pukesmas

sebanyak 13 unit, Pustu 79 unit, Rumah Sakit Bersalin berjumlah 40 unit,

serta kelanjutan masing-masing kecamatan dari hasil proyeksi sarana

kesehatan dapat di lihat pada Tabel II.12.

Tabel II. 12

Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bireuen

Kecamatan Puskesmas Pustu Poskesdes Posyandu

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Samalanga 1 4 4 46

2 Simpang Mamplam 1 4 3

2

43

3 Pandrah 1 2 4 20

4 Jeunieb 1 3 4 43

5 Peulimbang 1 2 8 22

6 Peudada 1 3 3 52

7 Juli 2 2 8 41

8 Jeumpa 1 2 5 42

9 Kota Juang 1 1 2 28

10 Kuala 1 1 6 20

11 Jangka 1 3 7 51

12 Peusangan 1 3 6 71

13 Peusangan Selatan 1 3 5 23

14 Peusangan Siblah Krueng 1 3 2 21

15 Makmur 1 4 4 27

16 Gandapura 1 3 8 40

17 Kuta Blang 1 3 15 41

Jumlah/Total 18 46 94 631

Tahun 2013 18 46 240 633

(20)

Tahun 2011 18 47 617

Tahun 2010 18 40 625

Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015

2.2.3 Fasilitas Peribadatan

Guna mengarahkan kehidupan beragama untuk umat dan

kepentingan bersama telah tersedia tempat-tempat ibadah baik yang

dibangun oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Data yang dikumpulkan

dari Departemen Agama Kabupaten Bireuen menunjukkan bahwa pada tahun

2014, terdapat 178 unit Mesjid, 629 unit Meunasah dan 620 unit TKQ/TPQ

(lihat Tabel II.13).

Mayoritas penduduk di Kabupaten Bireuen memeluk agama Islam,

yaitu sebanyak 422.460 jiwa, sedangkan sisanya memeluk agama lain dengan

rincian Protestan 327 jiwa, Katolik 19 jiwa, Hindu 37 jiwa dan Budha 554

jiwa (lihat Tabel II.14).

Tabel II. 13

Jumlah Mesjid, Meunasah dan TKQ/TPQ di Kabupaten Bireuen

(21)

Tabel II. 14

Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut di Kabupaten Bireuen

Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015

2.2.4 Air Bersih dan Air Kotor (Air Buangan)

Umumnya penduduk setempat memanfaatkan sumber daya air tanah

untuk memenuhi keperluan sehari – hari melalui sumur gali / bor

(dalam) dan sumur pantek (dangkal). Kebutuhan akan air selama ini cukup

memadai baik pada air tanah dangkal dan dalam. Potensi air tanah tinggi

(Debit Pompa > 10 liter per detik), Sedang (5-10 liter per detik) dan Kecil (< 5

liter per detik ). Potensi air sumur dangkal diperkirakan lebih besar dari air

sumur dalam, umunya air tanah dangkal bersifat tawar, dan di saat musim

penghujan kedalaman air tanah mencapai 2 hingga 5 meter dari permukaan

tanah. Prasarana air bersih di Kabupaten Bireuen dilayani oleh PDAM Tirta

Krueng Peusangan. PDAM ini memiliki 5 lokasi pengolahan air bersih, sebagai

berikut :

 Bate Iliek dengan kapasitas 10 l/detik;

 Jeunieb dengan kapasitas 20 l/detik;

 Peudada dengan kapasitas 10 l/detik;

 Teupin Mane, Juli dengan kapasitas 40 l/detik;

 Peusangan, dengan kapasitas 10 l/detik;dan

 Kuta Blang, dengan kapasitas 10 l/detik.

Adapun jumlah pelanggan yang ada saat ini adalah sekitar 71.806 KK,

dengan tingkat pemenuhan terhadap permintaan sebesar 13 %. Untuk masa

mendatang, tingkat pemenuhan terhadap permintaan ini akan ditingkatkan

menjadi 30 %.

Disamping itu sistem jaringan air bersih antara wilayah Barat, Tengah

(22)

pengolahan dan distribusi air bersih untuk mendukung rencana

pengembangan kawasan industri Batee Geulungku dan Pelabuhan

Internasional Teupin Jalo. Adapun permasalahan yang ada dalam

pengembangan sistem jaringan air bersih ini adalah banyaknya sistem

jaringan pipa air bersih yang terletak di tengah jalan, sehingga sulit dalam

pelaksanaan ”maintenance” jaringan pipa yang ada.

Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan

pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil

yang optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu

dilakukan dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja.

Bila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah

maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air Limbah akan sangat berat,

membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan

biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah

(pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu

mengurangi beban pengolahan limbah di IPAL.

Permasalahan dalam pengolahan air limbah eksisting di Kabupaten

Bireuen adalah belum adanya sistem pengolahan air limbah dari rumah sakit

yang ada, serta adanya rencana pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan

Limbah Terpusat) di Cot Buke Kecamatan Peusangan dekat lokasi TPAS dan

Blang Beururu Kecamatan Peudada. Disamping itu, untuk mendukung

rencana pengembangan Kawasan Industri Batee Geulungku perlu dibangun

sistem pengolahan air limbah terpadu di kawasan ini sesuai dengan

kebutuhan. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah proyeksi kebutuhan air kotor

untuk Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada Tabel II.15.

Tabel II. 15

Jumlah Proyeksi Volume Air Limbah Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2032

No. Kecamatan Proyeksi Volume Air Limbah

2017 2022 2027 2032

1 Samalanga 1,237 1,343 1,458 1,583

2 Simpang Mamplam 1,090 1,175 1,280 1,390

3 Pandrah 410 420 456 495

4 Jeunib 973 1,048 1,138 1,236

5 Peulimbang 503 521 566 615

6 Peudada 1,134 1,238 1,344 1,459

7 Juli 1,306 1,420 1,542 1,674

8 Jeumpa 1,455 1,587 1,723 1,870

9 Kota Juang 2,175 2,391 2,596 2,819

10 Kuala 790 844 916 995

11 Jangka 1,300 1,414 1,535 1,667

12 Peusangan 2,243 2,467 2,679 2,908

13 Peusangan Selatan 633 669 726 789

14 Peusangan Siblah Krueng

501 521 565 614

15 Makmur 700 743 807 876

16 Gandapura 1,078 1,165 1,265 1,374

17 Kuta Blang 1,014 1,094 1,188 1,289

KABUPATEN BIREUEN 18,551 20,064 21,784 23,652

Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen

2.2.5 Jaringan Listrik

Pada saat ini sistem prasarana jaringan listrik telah menjangkau

seluruh desa yang ada di Kabupaten Bireuen dengan cakupan 90 % terlayani,

dengan jumlah pelanggan sebanyak 71.806 KK. Dalam perencanaannya,

prasarana jaringan listrik di Kabupaten Bireuen akan diperluas dan terdapat

rencana relokasi jaringan SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah)

menjadi kabel tanah, di sepanjang Jalan Nasional Banda Aceh-Medan, yang

melintasi Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb,

(23)

Gandapura.Kebutuhan listrik dipergunakan untuk keperluan-keperluan

seperti berikut.

- Kebutuhan rumah tangga dengan asumsi: Perkotaan 1.300 VA dan

pedesaan 950 VA

- Kebutuhan fasilitas perdagangan: 40% dari kebutuhan perumahan

- Kebutuhan fasilitas umum : 30% dari kebutuhan perumahan

- Kebutuhan penerangan: 1 % dari kebutuhan perumahan

- Dan kebutuhan umum: 0 % dari kebutuhan perumahan

2.2.6 Telekomunkasi

Sarana komunikasi (jaringan telepon) merupakan faktor pendukung

yang vital dalam bidang usaha. Sarana komunikasi yang memadai akan

mempermudah pertukaran informasi antar satu pihak dengan pihak yang lain

dalam waktu singkat dan biaya yang tidak mahal. Di Kabupaten Bireuen telah

tersedia Telepon (fixed phone), Telepon Seluler, Telegram, ORARI, Televisi, Radio dan Kantor Pos. Sejalan dengan meningkatnya penggunaan telepon

seluler (ponsel) oleh berbagai kalangan, di Kabupaten Bireuen juga telah

dibangun menara-menara BTS yang dimiliki oleh Telkomsel, Indosat dan

Exelcomindo. Maraknya penggunaan ponsel yang didukung oleh tersedianya

menara-menara BTS yang memadai semakin mempermudah pertukaran

informasi antar masyarakat dan/atau pelaku usaha baik di dalam Kabupaten

Bireuen maupun dengan berbagai pihak yang berada di luar daerah.

Kebutuhan jaringan telekomunikasi pada wilayah Kabupaten Bireuen

pada tahun 2012 sebanyak 16.269 sambungan unit per kepala keluarga,

sedangkan pada akhir perencanaan di tahun 2032 diperkirakan

membutuhkan 20.288 unit sambungan per kepala keluarga. Perencanaan

pemenuhan dan peningkatan pelayanan sarana infotel ini adalah pada pos

pembantu, gedung serba guna. Sebagian besar masyarakat Bireuen

menggunakan telepon seluler yang dipancarkan melalui BTS yang terdapat di

setiap ibukota kecamatan.

2.2.7 Persampahan

Permasalahan pengolahan sampah yang ada saat ini di Kabupaten

Bireuen adalah lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang terletak

di Cot Bukit telah melampaui daya tampung, sehingga lokasi TPA ini perlu

dipindahkan ke lokasi lain dengan kebutuhan lahan seluas +/- 10 Ha.

Pembangunan TPA baru direncanakan terletak di Blang Beururu , lokasi TPA

lama direncanakan dijadikan sebagai lokasi pengolahan “composting” untuk

pupuk. Kebutuhan lain untuk peningkatan pelayanan sampah adalah

pengadaan landasan container sebagai TPS sebanyak 10 unit yang akan

ditempatkan pada pusat-pusat permukiman di sepanjang jalan Nasional

Banda Aceh-Medan. Jumlah sampah per hari menurut kecamatan dapat di

lihat pada Tabel II.16.

Tabel II. 16

(24)

Kecamatan Sampah (m3) / Volume

(1) (2)

1 Samalanga 9

2 Simpang Mamplam 3

3 Pandrah 1

4 Jeunieb 7

5 Peulimbang 2

6 Peudada 3

7 Juli 1

8 Jeumpa 5

9 Kota Juang 83,5

10 Kuala 1,5

11 Jangka 1,5

12 Peusangan 14,5

13 Peusangan Selatan 1

14 Peusangan Siblah Krueng 1

15 Makmur 1

16 Gandapura 4,5

17 Kuta Blang 5,5

Jumlah/Total 145

Tahun 2013 130,5

Tahun 2012 129

Tahun 2011 113

Tahun 2010 120

Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015

2.2.8 Sumber Daya Air

Kabupaten Bireuen dilintasi oleh Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang

cukup kritis, yakni SWS Pase-Peusangan, dan dialiri oleh Daerah Aliran Sungai

( DAS ) meliputi :

 DAS Peusangan terbagi dalam Sub DAS Krueng Meueh, Peusangan Hilir,

Krueng Simpo, Teupin Mane, Ulee Gle, Wih Brukah, dan Wih Genengan;

 DAS Meureudu Baro dengan Sub DAS Krueng Seuku;

 DAS Samalanga, terbagi dalam Sub DAS Alue Samalanga, Krueng

(25)

 DAS Pandrah dengan Sub DAS Krueng Pandrah;

 DAS Nalan terbagi dalam Sub DAS Krueng Nalan dan Krueng Bugeng ;

 DAS Peudada terbagi dalam Sub DAS Alue Kumbang, Krueng Peudada Hilir,

Krueng Uneuen dan Krueng Wie;

 DAS Mane dengan Sub DAS Krueng Mane;

 DAS Ulim dengan Sub DAS Krueng Kiran;dan

 DAS Woyla dengan Sub DAS Wih Tungkeum

Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan merupakan Daerah Aliran

Sungai yang memiliki lahan kritis luas, tingkat erosi tinggi, dan terdapat

tekanan penduduk yang besar, serta melintasi 2 (dua) kecamatan yang ada di

Kabupaten Bireuen, yakni : Kecamatan Peusangan, dan Kecamatan Peusangan

Selatan. DAS Peusangan merupakan satu kesatuan rangkaian yang terkait

dengan Sub DAS, yaitu Sub DAS Krueng Peudada, Krueng Jeunieb, Krueng Juli.

DAS Krueng Peusangan berhulu di dataran tinggi Bukit Barisan dan bermuara

di Selat Malaka berikut juga sub DAS nya yang berfungsi menampung air

hujan, sumber-sumber air dan menyimpannya di daerah dataran tinggi

(punggung bukit) yang merupakan tempat sumber air yang berada di wilayah

Selatan Kabupaten Bireuen dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan air

laut.

Pada umumnya DAS pada daerah pesisir juga merupakan daerah

rawan banjir akibat terjadinya pendangkalan di daerah hilir (muara) sungai,

serta berkurangnya daerah tangkapan air akibat dari penggundulan hutan di

daerah hulu (bagian selatan Kabupaten Bireuen). Jika di lihat dari bentuk pola

alirannya, maka sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini berbentuk sub

pararel dai bagian hulu, hal ini dikarenakan wilayah yang bergunung sehingga

pola aliran yang terbentuk mengikuti lereng dari jalur pegunungan,

sedangkan pada bagian hilir berbentuk linier. (dapat dilihat pada Tabel II. 17).

Tabel II. 17

Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bireuen

NO. SUNGAI CATHMENT

AREA (Km²)

DEBIT

MIN MAX

(I/det) (I/det)

1 Krueng Samalanga 33.00 1.52 300.00

2 Krueng Peudada 33.00 5.90 14.70

3 Krueng Pandrah 38.00 4.80 16.30

4 Krueng Nalan 21.00 0.94 49.69

5 Krueng Peusangan 75.00 24.17 381.90

6 Krueng Jeunieb 20.00 0.46 24.17

7 Krueng Bugeng 8.40 0.53 53.43

8 Krueng Meuh 23.00 0.05 4.93

9 Krueng Wie 11.00 0.10 9.62

10 Krueng Peusangan 75.00 24.50 381.90

11 Krueng Leubu 15.00 0.64 33.92

12 Krueng Mane 20.00 5.49 206.16

13 Krueng Simpo 28.00 2.80 15.07

14 Krueng Kuala Raja 7.00 0.04 4.49

Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032

2.3 PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI

2.3.1 Jaringan Jalan

Prasarana jaringan jalan di Kabupaten Bireuen terdiri dari Jalan

Nasional, Provinsi dan Kabupaten, dengan total panjang 985,46 Km, terdiri

(26)

Jalan Kabupaten sepanjang 876,9 Km. Jenis permukaan jalan untuk jalan

Nasional dan Provinsi seluruhnya telah aspal, sementara ruas jalan

Kabupaten, terdiri dari jalan aspal, kerikil dan tanah. Untuk lebih jelasnya

pada Tabel II. 18 disajikan data panjang jalan menurut status, jenis

permukaan, dan kondisi jalan yang ada di Kabupaten Bireuen.

Dalam sistem IRMS, ruas jalan Nasional yang melintasi Kabupaten

Bireuen, meliputi: ruas Bts. Cabdin Pidie-Bireuen (No. 01.003.2) dan ruas

Bireuen-Lhokseumawe (No. 01.004), dimana berdasarkan data yang ada

memiliki volume LHR (Lalu-lintas Harian Rata-rata) cukup besar (+/- 3.500

kendaraan/hari). Adapun ruas jalan Provinsi yang ada di Kabupaten Bireuen

adalah jalan yang menghubungkan antara kota Bireuen-Teupin Mane-menuju

Takengon dengan fungsi Kolektor Primer, dan memiliki volume LHR sedang

(+/- 1.500 kendaraan/hari), yakni ruas Bireuen-Bts. Aceh Tengah (No.

01.011.1), serta jalan provinsi ruas Sp.Samalanga-Salamalanga (No ruas

01.040).

Tabel II. 18

Jenis, Kondisi, Kelas dan Panjang Jalan di Kabupaten Bireuen

Jenis/Kondisi/Kel

as Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten

2013 2014 2013 2014 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Je

n is P e r m uk aan

a. Aspal 105,80 105,80 2,80 2,80 485,69 497,13

b. Kerikil - - - - 190,61 228,99

c. Tanah - - - - 199,30 149,58

d. Tidak Terinci - - - - - 2,30

Jumlah/Total 105,80 105,80 2,80 2,80 875,60 878,00

K

on d i s i Jalan

a. Baik 98,8 100,8 2,8 2,8 291,54 288,65

b. Sedang 4,5 3 - - 280,92 268,22

c. Rusak - - - - 123,07 135,78

d

Rusak Berat 2,5 2 - - 180,08 185,35

Jumlah/Total 105,8 105,8 2,8 2,8 875,61 878,00 K

elas Jalan

a. Kelas I - - -

-b. KelasII - - -

-c. Kelas III - - -

-d. Kelas IIIA 105,8 105,8 - - -

-e. Kelas IIIB - - 2,8 2,8 -

-f. Kelas IIIC - - - - 875,6 878

g. Tidak Diperinci

- - -

-Jumlah/Total 105,8 105,8 2,8 2,8 875,6 878

Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015

2.3.2 Prasaran Transportasi

Kabupaten Bireuen memiliki 1 Terminal Bus AKDP (Antar Kota

Dalam Provinsi) yang terletak di kota Bireuen, serta 6 Terminal lokal yang

melayani angkutan antar perdesaan, yang terletak di Kecamatan Samalanga,

Jeumpa/ Peusangan, Gandapura, Krueng Simpo, Peudada, dan Matang

GlumpangDua. Di Kota Bireuen terdapat 1 unit terminal angkutan penumpang

tipe B terdapat di Kecamatan Kota Juang dan terminal tipe C terdapat di

Kecamatan Jeunieb dan Kecamatan Peusangan.

(27)

Aksesibilitas adalah hak atas akses yang merupakan layanan

kebutuhan melakukan perjalanan yang mendasar. Dalam hal ini aksesibilitas

harus disediakan oleh pemerintah terlepas dari digunakannya moda

transportasi yang disediakan tersebut oleh masyarakat. Aksessibilitas

merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai

tujuan dalam suatu perjalanan. Karekteristik sistem transportasi ditentukan

oleh aksesibilitas. Aksesibilitas memberikan pengaruh pada beberapa lokasi

kegiatan atau tata guna lahan. Lokasi kegiatan juga memberikan pengaruh

pada pola perjalanan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Pola perjalanan

ini kemudian mempengaruhi jaringan transportasi dan akan pula

memberikan pengaruh pada sistem transportasi secara keseluruhan. Moda

dan jumlah transportasi yang tersedia dalam suatu wilayah merupakan hal

yang penting untuk menerangkan aksesibilitas.

Trayek angkutan umum di Kabupaten Bireuen belum menjangkau

seluruh kecamatan. Adapun kecamatan yang belum terjangkau oleh angkutan

umum, yakni Kecamatan Samalanga, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah

Krueng, Jangka dan Kecamatan Makmur. Jumlah armada angkutan umum

menurut trayek yang ada di Kabupaten Bireuen berjumlah 56 unit armada

angkutan. Dengan rincian angkutan AKAP 92 unit/hari, AKDP 75 unit/hari,

angkutan Kota 173 unit/hari dan Angkutan Perdesaan 61 unit/hari.

2.4

Produktivitas dan Potensi Wilayah

2.4.1 Produktivitas Pertanian

Pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bireuen

diprioritaskan pada bagian barat dan timur yang rencananya akan dijadikan

sebagai sentra pengembangan komoditi tanaman pangan, meliputi padi

sawah, palawija, dan sayur-sayuran. Hal ini didukung oleh agroklimat, tingkat

kesuburan tanah dan tingkat aksesibiltasnya. Kabupaten Bireuen mempunyai

luas lahan sawah secara keseluruhan sebesar 22.601 Ha yang penyebarannya

relatif merata di tiap-tiap kecamatan. Hasil produksinya sebesar 185.557 ton

dengan produktivitas 53.38 kwintal/ha.

Tanaman padi merupakan jenis tanaman yang dihasilkan oleh setiap

kecamatan di wilayah Kabupaten Bireuen. Produksi padi pada tahun 2014

dihasilkan oleh Kecamatan Peusangan yaitu sebesar 25.341 ton. Sedangkan

untuk jenis sayur-sayuran, Bireuen menghasilkan produksi panen beberapa

jenis sayuran, antara lain : Bawang Merah 24,7 ton , Sawi 250 ton, Kacang

Panjang 1.126 ton, Cabe Besar 678 ton, Cabe Rawit 61 ton, Tomat 474,6 ton,

Terong 866,70 ton, Ketimun 2.374 ton, Kangkung 2.295 ton, Bayam 591 ton,

dan Semangka 2.031,50 ton dalam tahun 2014 menurut data Bireuen Dalam

Angka 2015.

2.4.2 Produktivitas Perkebunan

Areal perkebunan di Kabupaten Bireuen cenderung berada di

wilayah pengembangan pedalaman/pegunungan. Perkebunan terdiri dari

perkebunan rakyat dan perkebunan swasta. Jenis tanaman perkebunan yang

menjadi komoditi andalan Kabupaten Bireuen adalah kakao, pinang, kelapa,

kelapa sawit, kemiri, pala, sagu, kapuk, kopi, cengkeh dan karet. Dari

kesemuanya itu, kelapa, pinang dan kelapa sawit merupakan tanaman yang

paling dominan diusahakan oleh rakyat dan yang paling sedikit perolehan

produksi hasil tanam adalah tanaman kopi (Kecamatan Jeunieb; 2 ton dan

Kecamatan Peusangan Selatan; 3 ton), cengkeh (Kecamatan Jeunieb; 2 ton).

Budidaya tanaman buah-buahan di Kabupaten Bireuen secara umum tersebar

(28)

jenis Durian 1.090 ton, Giri Matang 9.829 ton, Mangga 8.262 ton,

Cempedak/Nangka 543 ton, Pepaya 3.577,7 ton, Pisang 4.785 ton, Rambutan

3.586 ton, Sawo 1.069 ton, Melinjo 100,50 ton, Jambu Biji 84 ton, Manggis

101,70 ton, Sukun 44,70 ton, Jambu Air 62 ton, dan Jeruk Keprok/Siam 1.423

ton, kondisi ini telah disesuaikan oleh Badan statistik Bireuen dalam tahun

2014.

2.4.3 Produktivitas Peternakan dan Perikanan

1. Peternakan

Kegiatan peternakan yang berkembang masih bersifat perorangan

dengan jenis hewan ternaknya sapi, kerbau, kambing, dan jenis ternak

unggas petelur dan pedaging. Pada Tahun 2014 jumlah populasi sapi

sebesar 56.422 ekor, kerbau sebanyak 4.124 ekor, kambing sebanyak 39.926

ekor, domba sebanyak 21.492 ekor, ayam sebanyak 740.948 ekor dan itik

sebanyak 190.028 ekor. Pusat Peternakan Kabupaten Bireuen terlatak di

kawasan timur kabupaten, tepatnya di Mukim Geurugok Kecamatan

Gandapura. Pemerintah kabupaten berencana telah membangun Pusat

Kesehatan Hewan Terpadu dengan tujuan untuk memeriksa kesehatan

setiap ternak yang akan diekspor ke luar daerah agar menjamin kelayakan

konsumsi bagi konsumen. Perkiraan produksi padang pengembalaan tahun

2014 3.517 ton/tahun sedangkan areal padang pengembalaan ditahun yang

sama memiliki luasan lebih kurang 2.373 Ha. Rumah pemotongan hewan

berada di Kecamatan Kota Juang dan Kecamatan Peusangan.

2. Perikanan

Kabupaten Bireuen memiliki panjang garis pantai 70,74 Km, dan luas

perairan laut teritorial diperkirakan mencapai 441 Km2 dan Luas ZEE seluas

25.187 Km2

yang membentang dari arah timur sampai arah barat dengan

posisi laut berada dalam kawasan perairan Selat Malaka. Dari data yang

tersedia diketahui bahwa produksi ikan tangkap (laut) pada tahun 2014

dengan jenis ikan yang barada di perairan teritorial Bireuen antara lain:

Tongkol 5.034,48 ton, Cakalang 459,43 ton, Kerapu 38,44 ton, Gembung

732,54 ton , Teri 1.171,52 ton, Tuna 646,22 ton, Tenggiri 211,24 ton,

Tenggiri Papan 124,79 ton, Pari, Kerong, Beronong , Seriding,

Kuro/Senangin, Kerusi Biji, Nangka Belanak, Lencam, Peperak, Ikan Pedang,

Julung-Julung, Ikan Terbang, Ikan Lidah, Golok/Parang2, Talang/Daun

Bambu, Tetengkek, Layang, Kuwe Selar, Ikan Sebelah, Manyung, Udang

(Dogol, Putih/Jerbung, Windu, Barong), Rajungan, Cumi-cumi dan Sotong.

Tambak yang tersebar di sepanjang pantai Utara mempunyai luas sekitar

4.945,64 ha dengan tingkat produksi sebesar 7.605,95 ton.

2.4.4 Produktivitas Kehutanan

Sebagian wilayah Kabupaten Bireuen adalah hutan sehingga

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kelestarian lingkungan.

Sebaran wilayah yang mempunyai potensi kehutanan di Kabupaten Bireuen

tersebar pada wilayah bagian Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten

Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Sebaran dan luasan hutan di Kabupaten Bireuen umumnya berada di

daerah bagian Selatan dengan ketinggian 500 meter hinggalebih dari 1000

meter di atas permukaan laut. Wilayah hutan di daerah ini di bagi dalam

(29)

 Hutan Lindung , tersebar dibagian di wilayah selatan, yaitu di

kecamatan : Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb,

Peulimbang dan Peudada. Dengan luas areal hutan lindung 31.875,26

ha.

 Hutan Produksi , tersebar dibagian di wilayah selatan, yaitu di

kecamatan : Samalanga, Simpang Mamplam, pandrah, Jeunieb,

Peulimbang, Peudada, Juli, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah

Krueng dan Makmur. Dengan luas arel hutan produksi 31.151,98 ha

 Hutan Produksi Terbatas , tersebar dibagian di wilayah selatan, yaitu di

kecamatan : Peulimbang dan Peudada. Dengan luas arel hutan

produksi terbatas 3.757,95 ha.

 Hutan Rakyat, tersebar dibagian di wilayah selatan, yaitu di

kecamatan : Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb dan

Peudada. Dengan luas arel hutan kawasan budidaya 2.302,26 ha.

2.4.5 Potensi Pertambangan

Jenis bahan tambang berpotensial tersebar diwilayah Kabupaten

Bireuen berupa andesit, batu pasir, pasir sungai, kerikil, sirtu, koral, batu

apung dan sebagainya yang banyak dimanfaatkan untuk bahan kontruksi.

Bahan tambang ini tersebar hampir di tiap kecamatan dalam wilayah

Kabupaten Bireuen. Dari seluruh potensi pertambangan tersebut yang paling

bernilai tinggi (potensial) adalah Pasir Besi.

2.4.6 Potensi Wisata

Kabupaten Bireuen untuk masa mendatang memiliki 25 Objek

Daerah Tujuan Wisata (ODTW), seperti wisata alam (Krueng Batee llik,

Pemandian Krueng Simpo, Panorama Cot Panglima, lrigasi Teupin Mane, Paya

Kareueng, Irigasi Pante Lhong, Air Terjun Ciraceuk dan Paya Nie), wisata

sejarah dan budaya sampai wisata minat khusus seperti arung jeram dan

haiking. Sampai tahun 2014 belum tercatat wisatawan dalam dan luar negeri

yang berkunjung ke berbagai pelosok Bireuen. Diantara jenis wisata yang

menonjol adalah wisata minat khusus Arung Jeram. Untuk mendukung

kegiatan wisata tersebut terdapat 29 hotel/losmen yang tersebar di

Kabupaten Bireuen khususnya di Kota Juang.

2.5

Sosial Budaya

Pola karakteristik budaya kehidupan masyarakat Kabupaten Bireuen

sebagian besar diatur oleh hukum adat yang berdasarkan kaidah-kaidah

hukum Islam. Selain itu sistem kesatuan masyarakat Kabupaten Bireuen

merupakan perwujudan dari beberapa buah keluarga inti yang menjadi suatu

kelompok masyarakat yang disebut “Gampong” (Kampung). Sistem sosial

pada masyarakatnya berpedoman pada keluarga inti yang akan memberi

pengaruh pada keluarga lainnya. Dengan demikian hubungan antar satu

keluarga inti dengan keluarga inti lainnya cukup erat.

Pengembangan budaya di Kabupaten Bireuen telah memberikan arah

bagi perwujudan identitas daerah sebagai bagian dari nilai-nilai luhur budaya

bangsa. Disamping itu, pengembangan budaya di Kabupaten Bireuen juga

telah menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan

lokal mampu merespon secara positif dan produktif terhadap modernisasi

sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang hidup di dalam masyarakat.

Kebijakan pengembangan budaya di Kabupaten Bireuen adalah

(30)

cara meningkatkan fungsi dan mengembangkan sarana pendukung

kehidupan adat, tradisi, kegiatan seni budaya serta melestarikan warisan seni

dan budaya masyarakat Bireuen. Pengembangan nilai budaya masyarakat

Bireuen dilakukan dengan cara memelihara aset budaya masyarakat seperti

kekayaan budaya, sejarah dan simbol kebanggaan masyarakat Bireuen

sehingga kehidupan budaya masyarakatnya dapat berjalan dengan kondusif

dan harmonis.

Pengelolaan keragaman budaya masyarakat Bireuen dilakukan

dengan cara merehabilitasi prasarana,sarana, dan situs/benda cagar budaya

sehingga dapat terpeliharanya situs, museum dan bangunan tua bersejarah

yang ada di Kabupaten Bireuen. Pengelolaan kekayaan budaya dilakukan

dengan cara memulihkan seluruh potensi industri budaya yang ada di

Kabupaten Bireuen melalui kelompok-kelompok masyarakat seperti lembaga

adat, budayawan/sejarawan/seniman dan pemuka agama sehingga nilai-nilai

kekayaan budaya dapat lestari.

2.6 Kependudukan

Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bireuen tahun 2010 - 2014

terus meningkat, yaitu jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 389.288 jiwa

dan ditahun 2014 menjadi peningkatan sebesar 423.397 jiwa. Kepadatan

penduduk Kabupaten Bireuen dengan tingkat kepadatan tertinggi di

Kecamatan Kota Juang sebesar 1.533 jiwa/km2 dan tingkat kepadatan

terendah di Kecamatan Pandrah sebesar 93 jiwa/km2

. Selama 5 (lima) tahun

terakhir pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bireuen rata-rata sebesar

1.66% per tahun. Pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan

Peusangan yaitu sebesar 12.3 % per tahun, sedangkan di Kecamatan Pandrah

sebesar 2.09 % per tahun.

2.6.1

Struktur Penduduk

Kabupaten Bireuen memiliki 99% penduduk pemeluk Agama Islam

dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) adalah sebesar 1,0 dimana jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2014 adalah 207.664 jiwa dan

perempuan 215.733 jiwa. Struktur penduduk berdasarkan kelompok usia

menggambarkan bentuk piramid dengan jumlah kelompok usia rendah paling

banyak dan semakin mengecil menuju usia tua. Jumlah penduduk pada

Gambar

Tabel II. 1Nama dan Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Bireuen
Tabel II. 2Topografi Kabupaten Bireuen
Tabel II. 3 Group, Jenis Batuan dan Sebaran Geologi di Kabupaten Bireuen
Tabel II. 4 Jenis Tanah Kecamatan di Kabupaten Bireuen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

Dalam meningkatkan keahlian dan ketrampilan karyawan lewat keikutsertaan mereka dalam program pelatihan dan pendidikan, maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja

Pengaruh termis makanan atau kegiatan dinamik khusus adalah energi tambahan yang diperlukan tubuh untuk pencernaan, absorpsi dan metabolisme zat-zat gizi yang menghasilkan

lаporаn keuаngаn perusаhааn yаitu lаporаn Rugi - Lаbа. Terdаpаt 3 mаcаm perlаkuаn yаng ditumbulkаn аdаnyа selisih yаitu dengаn dibebаnkаn pаdа lаporаn

Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui proses pelaksanaan perjanjian jual beli, peraturan serta hak dan kewajiban antara penjual dengan pembeli, dan mengetahui tanggung

The analysis of population social model that influences the change of land cover into settlement and tin mining area in Belitung Island is done by: (1) the tabulation of land

enulis merupakan satu di antara empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa

Disetiap jalur pendakian tentunya sudah disertai rambu - rambu yang menunjukkan arahan bagi pendaki gunung agar sesuai jalur yang sudah ditentukan, namun masih