BAB II
PROFIL KABUPATEN BIREUEN
2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Bireuen
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi
Aceh yang letaknya sangat strategis dan dilintasi oleh jalan nasional serta
diapit oleh beberapa kabupaten dan merupakan pusat perdagangan di
wilayahnya. Secara geografis, Kabupaten Bireuen terletak pada posisi N
4053’20,3” - N 5016’25,8” Lintang Utara (LU) dan E 96055’30,1” - E
0960
19’45,9” Bujur Timur (BT) dengan luas wilayahnya 1,796.31 Km2 atau
(179.631 Ha) dan berada pada ketinggian 0 sampai 2.637 meter Dari
Permukaan Laut (DPL). Batas-batas administratif Kabupaten Bireuen adalah
sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka;
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara;
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah dan
Aceh Tengah; dan
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya dan
Pidie.
Secara geografis wilayah Kabupaten Bireuen memiliki posisi
strategis, karena terletak sebagai berikut :
1) Kawasan Pantai Timur Pulau Sumatera yang merupakan kawasan cepat berkembang di Pulau Sumatera, dibandingkan dengan kawasan
tengah dan kawasan Pantai Barat Sumatera.
2) Berdekatan dengan kota pusat pertumbuhan Kota Lhokseumawe dan Medan yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Disamping
itu, di Kota Medan juga terdapat Pelabuhan dan Bandar Udara
Internasional.
3) Berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang merupakan Zona Ekonomi Eksklusif dan jalur pelayaran perdagangan internasional
yang padat.
4) Dilintasi oleh Jalan Trans Sumatera, yang merupakan jalur perdagangan yang padat di Pulau Sumatera. Di masa mendatang,
Jalan Trans Sumatera pada ruas antara Medan sampai Bandar
Lampung direncanakan untuk dikembangkan sebagai jalan
Wilayah Kabupaten Bireuen berkembang menjadi kabupaten
merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Aceh Utara menjadi kabupaten
baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue, sebagaimana
(berikut dapat diperhatikan pada Peta 2.1).
Sejak berdirinya Kabupaten Bireuen berdasarkan Undang-Undang
Nomor 48 tahun 1999 telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan
dalam bidang pemerintahan, dimana pada awalnya terdiri dari 7 (tujuh)
kecamatan. Tahun 2001 dimekarkan menjadi 10 kecamatan, tahun 2004
dimekarkan kembali menjadi 17 kecamatan. Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Peudada, dengan wilayah seluas 31.283,90 Ha atau 17,42 persen
dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen. Urutan berikutnya adalah
Kecamatan Juli dengan wilayah seluas 23.11,358 Ha atau 12,87 persen dari
total luas wilayah Kabupaten Bireuen keseluruhan. Kecamatan dengan luas
wilayah paling kecil di daerah ini adalah Kecamatan Kota Juang (1.690,87 Ha)
dan Kecamatan Kuala (1.724,56 Ha), dengan proporsi luas wilayah
masing-masing sebesar 0,94 dan 0,96 persen dari total luas wilayah Kabupaten
Bireuen secara keseluruhan. Berikut ini merupakan nama kecamatan dan luas
wilayah, yaitu :
Tabel II. 1
Nama dan Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Bireuen
No Kecamatan Luas Wilayah
(Ha)
Persentase (%)
1 Samalanga 14.087,19 7,84
2 Simpang Mamplam 15.772,05 8,78
3 Pandrah 11.396,78 6,34
No Kecamatan Luas Wilayah
(Ha)
Persentase (%)
4 Jeunieb 11.237,49 6,26
5 Peulimbang 12.774,66 7,11
6 Peudada 31.283,90 17,42
7 Jeumpa 10.886,02 6,06
8 Kota Juang 1.690,87 0,94
9 Juli 23.118,35 12,87
10 Kuala 1.724,56 0,96
11 Peusangan 5.907,63 3,29
12 Jangka 3.748,92 2,09
13 Peusangan Selatan 9.414,70 5,24
14 Peusangan Siblah Krueng 11.205,35 6,24
15 Kuta Blang 3.870,13 2,15
16 Makmur 6.857,36 3,82
17 Gandapura 4.655,82 2,59
Jumlah 179.631,77 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032
2.1.1 Topografi
Topografi wilayah Kabupaten Bireuen secara umum terdiri dari
wilayah datar, landai, bergelombang dan berbukit. Kelerengan bervariasi
antara 0-2%, 2-5%, 5-15%, 15-40%, > 40%. Wilayah dengan kelerengan 0-2%
terdapat di Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa, Jeunieb, Juli, Kota Juang,
Kuala, Kuta Blang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang, Peusangan,
Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Simpang Mamplam. Wilayah
dengan kelerengan 2-5% terdapat di Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa,
Jeunieb, Juli, Kuta Blang, Kota Juang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang,
Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Samalanga,
Kecamatan Gandapura, Jangka, Jeumpa, Jeunieb, Juli, Kota Juang, Kuala, Kuta
Blang, Makmur, Pandrah, Peudada, Peulimbang, Peusangan, Peusangan
Selatan, Peusangan Siblah Krueng, Simpang Mamplam. Wilayah yang memiliki
kemiringan 15-40% berada di Kecamatan Jeumpa, Jeunieb, Juli, Pandrah,
Peudada, Peulimbang, Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah
Krueng, Samalangan, Simpang Mamplam. Wilayah dengan tingkat kemiringan
> 40% terdapat di Kecamatan Jeumpa, Jeunieb, Juli, Pandrah, Peudada,
Peulimbang, Samalanga, Simpang Mamplam.
Dari sisi topografi lahan, secara umum wilayah Kabupaten Bireuen
terdiri dari wilayah yang datar, landai, bergelombang dan berbukit.
Kelerengan yang bervariasi antara 0-2 persen dan yang paling tinggi tingkat
kelerengannya adalah dengan kemiringan di atas 40% yang tersebar di
beberapa kecamatan. Penjabaran topografi pada tiap kecamatan dapat dilihat
pada tabel berikut ini (dapat diperhatikan pada Peta 2.2) :
Tabel II. 2
Topografi Kabupaten Bireuen
Kemiringan Lereng
Kecamatan Luas (ha)
0 - 2 % Gandapura 1.487,52
0 - 2 % Jangka 1.089,59
0 - 2 % Jeumpa 1.742,88
0 - 2 % Jeunieb 2.334,71
0 - 2 % Juli 491,78
0 - 2 % Kota Juang 840,23
0 - 2 % Kuala 1.122,25
0 - 2 % Kuta Blang 1.516,48
Kemiringan Lereng
Kecamatan Luas (ha)
0 - 2 % Makmur 131,38
0 - 2 % Pandrah 999,15
0 - 2 % Peudada 2.872,79
0 - 2 % Peulimbang 1.067,17
0 - 2 % Peusangan 2.259,19
0 - 2 % Peusangan Selatan 596,09
0 - 2 % Peusangan Siblah Krueng 37,23
0 - 2 % Samalanga 1.972,52
0 - 2 % Simpang Mamplam 3.154,17
0 - 2 % Simpang Mamplam 0,00
2 - 5 % Gandapura 2.117,23
2 - 5 % Jangka 1.303,24
2 - 5 % Jeumpa 466,26
2 - 5 % Jeunieb 638,87
2 - 5 % Juli 883,31
2 - 5 % Kota Juang 776,34
2 - 5 % Kuta Blang 691,84
2 - 5 % Makmur 682,87
2 - 5 % Pandrah 680,90
2 - 5 % Peudada 256,08
2 - 5 % Peulimbang 745,28
2 - 5 % Peusangan 1.680,10
2 - 5 % Peusangan Selatan 1.135,87
2 - 5 % Peusangan Siblah Krueng 270,16
2 - 5 % Samalanga 453,71
2 - 5 % Simpang Mamplam 1.193,87
5 - 15 % Gandapura 1.051,06
5 - 15 % Jangka 1.356,09
5 - 15 % Jeumpa 3.546,04
Kemiringan Lereng
Kecamatan Luas (ha)
5 - 15 % Juli 10.510,60
5 - 15 % Kota Juang 74,31
5 - 15 % Kuala 602,31
5 - 15 % Kuta Blang 1.661,81
5 - 15 % Makmur 6.043,10
5 - 15 % Pandrah 1.093,50
5 - 15 % Peudada 9.516,78
5 - 15 % Peulimbang 1.912,49
5 - 15 % Peusangan 1.650,48
5 - 15 % Peusangan Selatan 2.679,14
5 - 15 % Peusangan Siblah Krueng 7.744,42
5 - 15 % Samalanga 1.570,47
5 - 15 % Simpang Mamplam 2.570,56
5 - 15 % Simpang Mamplam 0,00
15 - 40 % Jeumpa 4.627,17
15 - 40 % Jeunieb 4.669,19
15 - 40 % Juli 11.193,43
15 - 40 % Pandrah 5.682,51
15 - 40 % Peudada 16.815,23
15 - 40 % Peulimbang 6.219,20
15 - 40 % Peusangan 317,86
15 - 40 % Peusangan Selatan 5.003,60
15 - 40 % Peusangan Siblah Krueng 3.153,54
15 - 40 % Samalanga 5.332,35
15 - 40 % Simpang Mamplam 6.575,80
> 40 % Jeumpa 503,67
> 40 % Jeunieb 2.117,66
> 40 % Juli 39,24
> 40 % Pandrah 2.940,72
> 40 % Peudada 1.823,02
Kemiringan Lereng
Kecamatan Luas (ha)
> 40 % Peulimbang 2.830,52
> 40 % Samalanga 4.758,13
> 40 % Simpang Mamplam 2.277,64
KABUPATEN BIREUEN 179.631,77
Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032
2.1.2 Geologi
Geologi wilayah Kabupaten Bireuen terbagimenjadi beberapa jenis
bebatuan yang menjadi tumpukan dan penampang pembentukan permukaan
lahan. Penampang geologi permukaan merupakan sebaran bebatuan lateral,
vertikal sampai pada kedalaman batuan dasar. Sebaran geologi meliputi
Aluvium, Batuan Sendimen, Batuan Gunung Api, dan Batuan Sendimen-meta
Sendimen.
Sebaran geologi wilayah Kabupaten Bireuen terdiri atas
aluvial/alluvial group, aneka bentuk/miscellaneous goup, dataran/plain group, marine/marine group, pegunungan & plato/mountain &plateau group, perbukitan/hilly group, teras marin/marine terrace group, volkan/volcanic group.
Geologi suatu wilayah perlu diketahui secara mendetail dalam
melakukan perencanaan agar upaya memanfaatkan sumber daya alam dan
energi dapat dilakukan secara efisien dan efektif untuk memenuhi kebutuhan
perikehidupan manusia pada masa kini dan masa mendatang dengan
mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya semaksimal mungkin.
Geologi wilayah Kabupaten Bireuen dapat di bagi atas beberapa jenis
lahan. Hal ini didukung juga oleh penampang geologi permukaan sebagai
sebaran bebatuan baik lateral maupun vertikal hingga sampai pada
kedalaman batuan dasar. Sebaran geologi diantaranya adalah Aluvium,
Batuan Sendimen, Batuan Gunung Api, dan Batuan Sendimen-meta Sendimen
(lihat Tabel II. 3 dan Peta 2.3).
Tabel II. 3
Group, Jenis Batuan dan Sebaran Geologi di Kabupaten Bireuen
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
Aluvial/Alluvial
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
Tropofluvents
Kanhapludults Kota Juang 33,35
Teras Marin/Marine Terrace Group
Ustropepts Kota Juang 523,60
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
Teras Marin/Marine Ustropepts Simpang 1.573,35
GROUP USDA KECAMATAN LUAS (Ha)
Terrace Group Mamplam
Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning, Latosol, Komplek PMK Latosol dan
Litosol serta Komplek Renzina dan Litosol. Di bagian utara wilayah ini di
dominasi oleh jenis tanah Aluvial dan Hidromorf Kelabu, sedangkan pada
bagian selatan wilayah ini di dominasi oleh jenis tanah Latosol, Komplek PMK
Latosol dan Litosol serta Komplek Renzina dan Litosol. Jenis tanah ini
mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap kesesuaian tanaman yang
dapat dikembangkan. Jenis tanah Aluvial dan Latosol umumnya relatif subur
dan pada tanah tersebut sesuai untuk pengembangan pertanian, jenis tanah
Podsolik Merah Kuning sesuai untuk tanaman perkebunan atau tahunan.
Sedangkan jenis tanah Litosol mempunyai sifat yang mudah tererosi dan
mempunyai kedalaman efektif yang dangkal sehingga mempunyai resiko erosi
yang tinggi (lihat Tabel II. 4 dan Peta 2.4).
Tabel II. 4
No. Kecamatan Jenis Tanah
1. Samalanga Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
2. Simpang
Mamplam
Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
3. Pandrah Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
4. Jeunieb Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
5. Peulimbang Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
6. Peudada Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
7. Juli Podsolik Merah Kuning, Latosol
8. Jeumpa Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik
Merah Kuning
9. Kota Juang Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning, Latosol
10. Kuala Aluvial
11. Jangka Aluvial, Hidromorf Kelabu
12. Peusangan Aluvial, Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
13. Peusangan Selatan Podsolik Merah Kuning,
LatosolAluvial, Hidromorf Kelabu 14. Peusangan Siblah
Krueng
Podsolik Merah Kuning, Latosol
15. Makmur Hidromorf Kelabu, Podsolik Merah Kuning
16. Kuta Blang Aluvial, Hidromorf Kelabu
17 Gandapura Aluvial, Hidromorf Kelabu
Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032
1) Kedalaman Efekif
Kedalaman efektif tanah merupakan tebalnya lapisan tanah dari
permukaan sampai batuan induk atau sampai pada suatu lapisan yang
perakaran tanaman atau mungkin menembusnya. Permukaan tanah dengan
tingkat kedalaman tinggi, semakin baik untuk media pertumbuhan
tanaman. Kedalaman tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan akar tanaman, selain itu juga menentukan jumlah unsur hara
dan air yang dapat diserap tanaman. Kedalaman efektif tanah adalah suatu
kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap
air, yakni; lapisan pasir, kerikil, batu lignit. Ini sangat ditentukan dari tingkat
pelapukan humus yang ada dipermukaan dan jenis batuan induk yang
melapuk menjadi soil.
Kabupaten Bireuen mempunyaik kedalaman tanah bervariasi dari 60
sampai 90 centi meter dan di atas 90 centi meter. Kedalaman tanah efektif
lebih dari 90 cm merupakan yang lebih dominan ditemukan dengan luas
sekitar 103.175,00 Hektar atau 54,27 % dari luas keseluruhan Kabupaten
Bireuen.Sedangkan kedalaman 60 - 90 cm merupakan yang terkecil
dijumpai yaitu sekitar 4,98 % dari luas keseluruhan Kabupaten Bireuen
yaitu seluas 9,475,00 Hektar.
2) Tekstur Tanah
Penyusun tekstur tanah berkaitan erat dengan kemampuan
memberikan zat hara untuk tanaman, ketegasan tanah, perambatan panas,
perkembangan akar tanaman dan pengolahan tanah. Berdasarkan
perbandingan tanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu halus, sedang
dan kasar. Apabila tingkat kasar atau halus tekstur tanah yang tinggi maka
kualitasnya semakin menurun, karena kemampuan meresap air kurang
mempunyai tekstur sedang yaitu seluas 137.855,05 Ha atau 72,51 % dan
tekstur halus 39.319,81 Ha (20,68 %). Sedangkan tekstur kasar hanya
sebagian kecil yang terdapat dibagian utara dan selatan wilayah ini dengan
luas sekitar 12.946,14 Ha (6,81 %).
2.1.4 Geomorfologi
Geomorfologi daerah di Kabupaten Bireuen dapat di bagi tiga, yaitu
sebagai berikut :
1) Daerah Pesisir (Utara)dengan struktur tanah berupa pasir,banyak di tumbuhi pohon kelapa, tambak – tambak rakyat, pemukiman
penduduk desa pantai, desa tambak, tempat pembenihan, daerah
muara (umumnya dipakai tempat TPI dan PPI) dan beberapa kota –
kota kecamatan berada di wilayah ini;
2) Daerah tengah didominasi persawahan, kebun- kebun penduduk, pemukiman penduduk dan ibu kota kabupaten; dan
3) Daerah Selatan adalah daerah berbukit atau dataran tinggi yang umumnya merupakan kawasan hutan, meliputi hutan lindung, dan
kawasan budidaya.
2.1.5 Klimatologi
Kondisi iklim di Kabupaten Bireuen sebagaimana umumnya di
Indonesia. Kabupaten Bireuen merupakan daerah tropis dengan tipe iklim
muson, dengan klasifikasi menurut sistem mohr,schimidt dan ferguson
termasuk dalam tipe C. Kondisi iklim di wilayah kabupaten Bireuen relatif
lebih kering di banding dengan bagian lain di Provinsi Aceh. Hal ini di
pengaruhi oleh adanya Pegunungan Bukit Barisan, yang mana secara umum
wilayah Timur dan Utara merupakan wilayah yang lebih kering di bandingkan
dengan wilayah bagian Barat dan Selatan.Keadaan iklim secara umum di
wilayah Kabupaten Bireuen dengan suhu rata-rata 300C dan kelembaban
udara berkisar 84 – 89 %, bila di rata – rata dalam sepuluh tahun berkisar
86,6 %.
Curah hujan rata–rata tahunan di wilayah Kabupaten Bireuen
berdasarkan pantauan dari 4 (empat) BPP adalah berkisar 1.447 mm
pertahun, dengan rata-rata hari hujan adalah sebesar 92 hari pertahun. Pada
bulan Agustus sampai Desember, curah hujan bulanan mencapai maksimal
dengan rata-rata berkisar antara 10 – 13 hari dalam satu bulan. Pada bulan
Juni curah hujan paling rendah dengan rata-rata curah hujan berkisar 4 mm
dengan hari hujan sebanyak empat hari (Peta 2.5).
2.1.6 Hidrologi
Dalam menunjang berbagai kegiatan seperti pertanian, industri,
rumah tangga dan kegiatan lain, sumber daya air yang dapat dimanfaatkan di
wilayah Kabupaten Bireuen yaitu :
A. Perairan Terbuka
Perairan terbuka dapat dimanfaatkan di wilayah Kabupaten Bireuen
adalah sungai yang berhulu di dataran tinggi bukit barisan dan bermuara
cukup besar yaitu DAS Krueng Peusangan, sub das lainnya, diantaranya
Krueng Peudada, Krueng Pandrah, dan Krueng Jeunieb. Jika dilihat bentuk
pola alirannya,sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini berbentuk sub
paralel di bagian hulu. Penyebabnya adalah kondisi wilayah yang berbukit
sehingga pola aliran yang terbentuk mengikuti lereng dari jalur
pegunungan, pada bagian hilir berbentuk linier. Sungai-sungai yang
melewati wilayah Kabupaten Bireuen sebagian terkena erosi yang
mengakibatkan lingkungan rusak dan rawan bahaya banjir. Bencana banjir
disebabkan adanya penggundulan hutan di daerah aliran dan di hulu
sungai.
B. Daerah Irigasi
Potensi sumber daya air lain yang dapat dimanfaatkan yaitu berupa
waduk dan irigasi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bireuen. Terdapat 5
waduk yang berfungsi sebagai penyatu dari 43 Daerah Irigasi diwilayah ini
untuk kebutuhan irigasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II. 5.
Tabel II. 5
Nama Lokasi Daerah Irigasi Kabupaten Bireuen
No Luas (Ha) Daerah Irigasi (DI) Kewenangan
1 221,37 Paya Geulungku Kabupaten
2 44,25 Glee Meundong Kabupaten
3 96,90 Alue Rayek Mamplam Kabupaten
4 112,19 Kolam sapi Kabupaten
5 5,87 Peuneulet tunong Kabupaten
No Luas (Ha) Daerah Irigasi (DI) Kewenangan
6 63,62 Alue udeng Kabupaten
7 135,74 Uteun bunta Kabupaten
8 28,86 Lhok Batee Kabupaten
9 28,74 Payaru Kabupaten
10 235,76 Paku Kabupaten
11 94,64 Mata ie Kabupaten
12 24,50 Alue Panyang Kabupaten
13 41,49 Jaba Kabupaten
14 215,71 Me rayeuk Kabupaten
15 35,39 Krueng Meusagob Kabupaten
16 18,28 Paya crot Kabupaten
17 9,57 Garab Kabupaten
18 97,52 Alue tokben Kabupaten
19 308,05 Simpang jaya Kabupaten
20 8,59 Tanjung beuridi Kabupaten
21 55,14 Blag mane Kabupaten
22 63,86 Darussalam Kabupaten
23 49,04 Leubok setui Kabupaten
24 271,67 Batee Cut Lem Kabupaten
25 26,45 Tanjungan Kabupaten
26 51,37 Paya Jaloh Kabupaten
27 237,10 Payah Praden Kabupaten
28 159,34 Bintahsa Kabupaten
29 210,65 Paya Laot Kabupaten
30 26,56 Paya sikameh Kabupaten
31 764,79 Tadah Hujan Kabupaten
32 3.053,28 Paya Ni Nasional
33 4.960,88 Pante Lhong Nasional
34 1.952,44 Samalanga Propinsi
35 1.007,71 Pandrah Propinsi
No Luas (Ha) Daerah Irigasi (DI) Kewenangan
37 1.010,40 Peudada Propinsi
Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032
C. Daerah Resapan Air
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal
dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Guna dari
DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh
diatasnya melalui sungai.DAS di Kabupaten Bireuen meliputi DAS
Peusangan dan DAS Meuredu yang berhulu di dataran tinggi bagian
selatan yang merupakan lembah-lembah atau punggung bukit dengan
fungsi menangkap air hujan (Cachtment Area). Terdapat 16 (enam belas)
sungai yang mengaliri wilayah ini dengan luas 1.842 ha dan Krueng
Peusangan merupakan sungai terbesar di Kabupaten Bireuen.
D. Daerah Rawa
Di Kabupaten Bireuen daerah berawa tersebar di 5 kecamatan,
merupakan daerah sumber daya air dan resapan, perlu dijaga
kelestariannya. Luas daerah rawa (Paya)di Kabupaten Bireuensecara
keseluruhan adalah 437,93 ha.Paya Nie merupakan daerah rawa terbesar
dengan luas 304,19 ha yang berada di Kecamatan Kutablang. Adapun
rawa–rawa tersebut, yaitu di :
1. Kecamatan Simpang Mamplam : Rawa Paku (8,47 ha) dan Kolam Sapi (16,11 ha);
2. Kecamatan Jeumpa : Rawa Paya Jagat (21,57 ha), Paya Geudebang (20,57 ha) dan Paya Cut (5,82 ha) ;
3. Kecamatan Kota Juang : Rawa Paya Kareueng (27,79 ha); 4. Kecamatan Kutablang :Rawa Paya Nie (304,19 ha);dan
5. Kecamatan Makmur : Rawa Paya Meuseujid (17,82 ha) dan Paya Gub (6,39 ha);
Secara keseluruhan bagian hidrologi ini dapat diperhatikan pada Peta
2.6.
2.1.7 Kawasan Rawan Bencana A. Daerah Rawan Gempa
Lempeng adalah berbagai luasan area yang terbentuk dari pecahan
kerak bumi yang masing-masing memiliki gerakan ke arah tertentu akibat
konveksi di dalam bumi (astenosfer). Lempeng berada dalam keadaan
bergerak kontinu, baik relative terhadap yang lain maupun terhadap sumbu
rotasi bumi. Lempeng bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun
akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan
pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng bumi.
Arus konvensi merupakan sumber kekuatan utama yang menyebabkan
terjadinya pergerakan lempeng, getaran pergerakan lempeng ini disebut
gempa.
Potensi gempa untuk wilayah Aceh sangat besar, hingga saat ini
belum ditemukan teknologi yang dapat memperkirakan kapan akan
jalur sesar secara langsung, namun tetap mengalami getaran gempa, karena
berada dalam satu kesatuan wilayah Aceh yang merupakan jalur yang
dilewati sesar semangko, apalagi jika gempa yang terjadi berada pada
kedalaman yang sangat dangkal. Apabila terjadi gempa di sekitar Kabupaten
Bireuen dengan kekuatan yang sangat besar dapat memberikan dampak pada
kerusakan bangunan, mengubah topografi atau bentuk muka bumi, keretakan
permukaan bumi, perubahan tata air, dan mengakibatkan trauma pisik, psikis
atau mental.
Secara umum Wilayah Aceh merupakan wilayah yang berada pada
patahan sesar sumatera, masyarakat harus bisa hidup dan bersahabat dengan
alam. Hal ini dapat direalisasikan dengan membangun rumah tahan gempa
atau tidak bermukim di lereng-lereng terjal yang bias mendatangkan longsor.
Dengan mengupayakan beberapa hal tersebut akan meminimalisir dampak
terjadinya gempa bagi kehidupan masyarakat.
B. Daerah Rawan Abrasi dan Tsunami
Abrasi merupakan proses terjadinya pengikisan daratan oleh
gelombang ekstrim sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan
berkurangnya luas daratan. Terjadinya perubahan garis pantai sangat
dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada daerah sekitar pantai,
dimana pantai selalu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi. Salah
satu kawasan pesisir yang rentan terhadap kerusakan lingkungan akibat
abrasi adalah kawasan pesisir Kabupaten Bireuen.
Selain faktor-faktor alam, proses abrasi dapat terjadi akibat faktor
antropogenik, seperti aktivitas manusia di sekitar pantai. Meningkatnya
usaha pengembangan daerah pantai untuk daerah pemukiman, wisata,
perikanan, industri, wisata dan sebagianya telah mengakibatkan berbagai
tekanan terhadap kualitas lingkungan pantai. Berbagai upaya manusia dalam
modifikasi daerah pantai untuk keperluan tersebut di atas sering tidak
diimbangi dengan pemahaman yang benar terhadap perilaku dinamika
pantai, sehingga menimbulkan dampak yang cenderung merusak lingkungan
pantai.
Tsunami selalu diawali suatu pergerakan dahsyat yang lazim kita
sebut gempa. Meski diketahui bahwa gempa ini ada beragam jenis, namun
tsunami disebabkan oleh pergerakan lempeng di dalam perut bumi yang
letaknya berada wilayah sesar. Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan
mengakibatkan munculnya tekanan ke arah vertikal sehingga dasar lautan
akan memicu ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong
menjadi gelombang besar yang bergerak mencapai wilayah daratan.
Dengan tenaga yang besar yang ada pada gelombang air tersebut,
wajar saja jika bangunan di daratan bisa tersapu dengan mudahnya.
Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan tinggi. Ia bisa mencapai
500 sampai 1000 kilometer per jam di lautan. Dan saat mencapai bibir pantai,
kecepatannya berkurang menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam. Meski
berkurang pesat, namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan
kerusakan yang parah bagi manusia.
Wilayah Kabupaten Bireuen merupak sebagian besar adalah wilayah
pesisir sangat rentan terhadap dampak tsunami. Faktor lain yang
memperparah kerusakan adalah tidak adanya kawasan penyangga alamiah
(Buffer Zone) yang dapat menahan laju gelombang tsunami ke arah darat.
Sebagian besar wilayah pesisir Samalanga sampai Gandapura terkena
dampak dari gelombang tsunami dengan ketinggian 2 meter. Sebaran terkena
gelombang tsunami yang tersebar di 11 kecamatan, khususnya dibagian
pesisir.
C. Daerah Potensi Banjir
Kabupaten Bireuen berpotensi banjir ringan atau rendah. Hal ini
disebabkan topografi Kabupaten Bireuen dengan kelerengan yang bervariasi.
Tinggi genangan < 0.50 m dengan luas wilayah genangan 18.227,72 ha, tinggi
genangan 0.50-1.00 m seluas 5.046,37 ha, tinggi genangan 1.00-1.50 m
seluas 403,32 ha, tinggi genangan 1.30-1.50 m seluas 16.584,51 ha, dan
tinggi genangan 1.50-2.00 m mencakup 13.648,64 ha. Sebagian kecil pada
wilayah pesisir yang memiliki potensibanjir. Faktor terjadinya banjir sangat
memungkinkan dikarenakan kondisi curah hujan yang anomali. Untuk lebih
jelas mengenai potensi banjir di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel II. 6
Potensi Banjir Kabupaten Bireuen
Tinggi Genangan Keterangan Luas (Ha)
< 0.50 m Potensi rendah 18.227,72
0.50 - 1.00 m Potensi rendah 5.046,37
1.00 - 1.50 m Potensi rendah 403,32
1.30 - 1.50 m Potensi rendah 16.584,51
1.50 - 2.00 m Potensi rendah 13.648,64
Total Luas 53.910,55
Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032
D. Daerah Rawan Longsor dan Gerak Tanah
Kawasan rawan gerakan tanah dan/atau longsor di Kabupaten
Bireuen seluas 8.379,23 ha, meliputi Kecamatan Samalanga seluas 48,57 ha,
Peulimbang seluas 1.047,75 ha dan Juli seluas 8.330,66 ha. Kawasan gerak
tanah yang berpotensi rawan secara menyatu terdapat pada jalan nasional
Dampak dari gerakan tanah tersebut mengakibatkan hancurnya
kawasan permukiman penduduk, rusaknya perkebunan masyarakat,
infrastruktur, jaringan listrik dan komunikasi. Kerusakan infrastruktur
mengakibatkan putusnya akses dari Kabupaten Bireuen ke Kabupaten Bener
Meriah dan Aceh Tengah, sehingga pergerakan orang dan barang antar
kabupaten terhambat.Secara keseluruhan bagian rawan bencana ini dapat
diperhatikan pada Peta 4.7.
2.1.8 Penggunaan Lahan Kabupaten Bireuen
Penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen berdasarkan sebarannya
terbagi atas tiga wilayah yaitu wilayah pantai, wilayah tengah dan wilayah
pedalaman. Wilayah pantai di dominasi kegiatan tambak dan sawah, wilayah
tengah kegiatan perdagangan dan jasa serta sawah dan wilayah pedalaman
kegiatan dominan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan.
Penggunaan lahan di Kabupaten Bireuen terbagi dalam 12 jenis
penggunaan lahan, dengan luas terbesar 59.525,16 Ha yaitu pertanian lahan
kering campur, dan luas terkecil dengan peruntukan rawa seluas 101,56 Ha.
Gambaran lebih rinci terkait rencana penggunaan lahan tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut.Untuk lebih lengkap peruntukan lahan di Kabupaten
Bireuen dapat dilihat pada Tabel II. 7 dan Peta 2.8
Tabel II. 7
Luas dan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bireuen
N o
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase %
1 Pertanian Lahan Kering 1.717,75 0,96
2 Hutan Lahan Kering Sekunder 55.034,42 30,64
3 Semak/Belukar 22.313,63 12,42
4 Hutan Primer 18.694,49 10,41
5 Sawah 13.990,00 7,79
6 Tambak 4.814,43 2,68
7 Permukiman 1.146,62 0,64
8 Tanah Terbuka/kosong 742,03 0,41
9 Air 418,18 0,23
10 Rawa 310,00 0,17
11 Pertanian Lahan Kering Campur
59.525,16 33,14
12 Sungai 925,06 0,51
Total Penggunaan Lahan 179.631,77 100
Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032
2.2 Prasarana dan Sarana Wilayah Kabupaten 2.2.1 Fasilitas Pendidikan
Kabupaten Bireuen memiliki 1 universitas, 3 Sekolah Tinggi dan 1
Akademik yang masing-masing terletak di Kecamatan peusangan, yaitu
Universitas Al-Muslim, STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) berlokasi di
Kecamatan Peusangan Gampong Paya Leupah, STIES terdapat di Kecamatan
Jeumpa gampong Blang Bladeh dan PTAI berada di Kecamatan Samalanga
serta Akademik Kebidanan Munawarah di kecamatan Jeumpa Gampong
Meunasah Blang. Jumlah dan sebaran sarana pendidikan di Kabupaten
semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bireuen. Untuk masing-masing
kecamatan sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel II.8.
Tabel II. 8
Jumlah Taman Kanak-Kanak dalam Kabupaten Bireuen
Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015
Tabel II. 9
Jumlah Sekolah Dasar dalam Kabupaten Bireuen
Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015
Tabel II. 10
Jumlah SLTP dalam Kabupaten Bireuen
Tabel II. 11
Tabel II. 11
2.2.2 Fasilitas Kesehatan
Peningkatan kualitas kesehatan perlu didukung oleh sarana
kesehatan yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam
pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Bireuen. Masih kurangnya
kebutuhan sarana kesehatan dalam menangani pelayanan maka sarana
kesehatan sangat penting dalam memperbaiki kesehatan di wilayah ini.
Peningkatan pelayanan kesehatan untuk wilayah Kabupaten Bireuen dan
umumnya Wilayah Aceh yang paling penting ditingkatkan adalah kualitas
pelayanan oleh pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Bireuen terdiri dari
Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Poliklinik, Balai Pengobatan,
Posyandu/Polindes, dan Apotik/Toko Obat, dan Praktek Dokter. Jumlah
sarana kesehatan pada pada tahun 2012-2032 yang terdiri dari Rumah Sakit
hanya berjumlah 1 unit dan secara keseluruhan jumlah sarana kesehatan
diKabupaten Bireuen dari hasil proyeksi tahun 2016 antaralain Pukesmas
sebanyak 13 unit, Pustu 79 unit, Rumah Sakit Bersalin berjumlah 40 unit,
serta kelanjutan masing-masing kecamatan dari hasil proyeksi sarana
kesehatan dapat di lihat pada Tabel II.12.
Tabel II. 12
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bireuen
Kecamatan Puskesmas Pustu Poskesdes Posyandu
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Samalanga 1 4 4 46
2 Simpang Mamplam 1 4 3
2
43
3 Pandrah 1 2 4 20
4 Jeunieb 1 3 4 43
5 Peulimbang 1 2 8 22
6 Peudada 1 3 3 52
7 Juli 2 2 8 41
8 Jeumpa 1 2 5 42
9 Kota Juang 1 1 2 28
10 Kuala 1 1 6 20
11 Jangka 1 3 7 51
12 Peusangan 1 3 6 71
13 Peusangan Selatan 1 3 5 23
14 Peusangan Siblah Krueng 1 3 2 21
15 Makmur 1 4 4 27
16 Gandapura 1 3 8 40
17 Kuta Blang 1 3 15 41
Jumlah/Total 18 46 94 631
Tahun 2013 18 46 240 633
Tahun 2011 18 47 617
Tahun 2010 18 40 625
Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015
2.2.3 Fasilitas Peribadatan
Guna mengarahkan kehidupan beragama untuk umat dan
kepentingan bersama telah tersedia tempat-tempat ibadah baik yang
dibangun oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Data yang dikumpulkan
dari Departemen Agama Kabupaten Bireuen menunjukkan bahwa pada tahun
2014, terdapat 178 unit Mesjid, 629 unit Meunasah dan 620 unit TKQ/TPQ
(lihat Tabel II.13).
Mayoritas penduduk di Kabupaten Bireuen memeluk agama Islam,
yaitu sebanyak 422.460 jiwa, sedangkan sisanya memeluk agama lain dengan
rincian Protestan 327 jiwa, Katolik 19 jiwa, Hindu 37 jiwa dan Budha 554
jiwa (lihat Tabel II.14).
Tabel II. 13
Jumlah Mesjid, Meunasah dan TKQ/TPQ di Kabupaten Bireuen
Tabel II. 14
Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut di Kabupaten Bireuen
Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015
2.2.4 Air Bersih dan Air Kotor (Air Buangan)
Umumnya penduduk setempat memanfaatkan sumber daya air tanah
untuk memenuhi keperluan sehari – hari melalui sumur gali / bor
(dalam) dan sumur pantek (dangkal). Kebutuhan akan air selama ini cukup
memadai baik pada air tanah dangkal dan dalam. Potensi air tanah tinggi
(Debit Pompa > 10 liter per detik), Sedang (5-10 liter per detik) dan Kecil (< 5
liter per detik ). Potensi air sumur dangkal diperkirakan lebih besar dari air
sumur dalam, umunya air tanah dangkal bersifat tawar, dan di saat musim
penghujan kedalaman air tanah mencapai 2 hingga 5 meter dari permukaan
tanah. Prasarana air bersih di Kabupaten Bireuen dilayani oleh PDAM Tirta
Krueng Peusangan. PDAM ini memiliki 5 lokasi pengolahan air bersih, sebagai
berikut :
Bate Iliek dengan kapasitas 10 l/detik;
Jeunieb dengan kapasitas 20 l/detik;
Peudada dengan kapasitas 10 l/detik;
Teupin Mane, Juli dengan kapasitas 40 l/detik;
Peusangan, dengan kapasitas 10 l/detik;dan
Kuta Blang, dengan kapasitas 10 l/detik.
Adapun jumlah pelanggan yang ada saat ini adalah sekitar 71.806 KK,
dengan tingkat pemenuhan terhadap permintaan sebesar 13 %. Untuk masa
mendatang, tingkat pemenuhan terhadap permintaan ini akan ditingkatkan
menjadi 30 %.
Disamping itu sistem jaringan air bersih antara wilayah Barat, Tengah
pengolahan dan distribusi air bersih untuk mendukung rencana
pengembangan kawasan industri Batee Geulungku dan Pelabuhan
Internasional Teupin Jalo. Adapun permasalahan yang ada dalam
pengembangan sistem jaringan air bersih ini adalah banyaknya sistem
jaringan pipa air bersih yang terletak di tengah jalan, sehingga sulit dalam
pelaksanaan ”maintenance” jaringan pipa yang ada.
Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan
pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil
yang optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu
dilakukan dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja.
Bila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah
maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air Limbah akan sangat berat,
membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan
biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah
(pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu
mengurangi beban pengolahan limbah di IPAL.
Permasalahan dalam pengolahan air limbah eksisting di Kabupaten
Bireuen adalah belum adanya sistem pengolahan air limbah dari rumah sakit
yang ada, serta adanya rencana pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan
Limbah Terpusat) di Cot Buke Kecamatan Peusangan dekat lokasi TPAS dan
Blang Beururu Kecamatan Peudada. Disamping itu, untuk mendukung
rencana pengembangan Kawasan Industri Batee Geulungku perlu dibangun
sistem pengolahan air limbah terpadu di kawasan ini sesuai dengan
kebutuhan. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah proyeksi kebutuhan air kotor
untuk Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada Tabel II.15.
Tabel II. 15
Jumlah Proyeksi Volume Air Limbah Kabupaten Bireuen Tahun 2012-2032
No. Kecamatan Proyeksi Volume Air Limbah
2017 2022 2027 2032
1 Samalanga 1,237 1,343 1,458 1,583
2 Simpang Mamplam 1,090 1,175 1,280 1,390
3 Pandrah 410 420 456 495
4 Jeunib 973 1,048 1,138 1,236
5 Peulimbang 503 521 566 615
6 Peudada 1,134 1,238 1,344 1,459
7 Juli 1,306 1,420 1,542 1,674
8 Jeumpa 1,455 1,587 1,723 1,870
9 Kota Juang 2,175 2,391 2,596 2,819
10 Kuala 790 844 916 995
11 Jangka 1,300 1,414 1,535 1,667
12 Peusangan 2,243 2,467 2,679 2,908
13 Peusangan Selatan 633 669 726 789
14 Peusangan Siblah Krueng
501 521 565 614
15 Makmur 700 743 807 876
16 Gandapura 1,078 1,165 1,265 1,374
17 Kuta Blang 1,014 1,094 1,188 1,289
KABUPATEN BIREUEN 18,551 20,064 21,784 23,652
Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen
2.2.5 Jaringan Listrik
Pada saat ini sistem prasarana jaringan listrik telah menjangkau
seluruh desa yang ada di Kabupaten Bireuen dengan cakupan 90 % terlayani,
dengan jumlah pelanggan sebanyak 71.806 KK. Dalam perencanaannya,
prasarana jaringan listrik di Kabupaten Bireuen akan diperluas dan terdapat
rencana relokasi jaringan SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah)
menjadi kabel tanah, di sepanjang Jalan Nasional Banda Aceh-Medan, yang
melintasi Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb,
Gandapura.Kebutuhan listrik dipergunakan untuk keperluan-keperluan
seperti berikut.
- Kebutuhan rumah tangga dengan asumsi: Perkotaan 1.300 VA dan
pedesaan 950 VA
- Kebutuhan fasilitas perdagangan: 40% dari kebutuhan perumahan
- Kebutuhan fasilitas umum : 30% dari kebutuhan perumahan
- Kebutuhan penerangan: 1 % dari kebutuhan perumahan
- Dan kebutuhan umum: 0 % dari kebutuhan perumahan
2.2.6 Telekomunkasi
Sarana komunikasi (jaringan telepon) merupakan faktor pendukung
yang vital dalam bidang usaha. Sarana komunikasi yang memadai akan
mempermudah pertukaran informasi antar satu pihak dengan pihak yang lain
dalam waktu singkat dan biaya yang tidak mahal. Di Kabupaten Bireuen telah
tersedia Telepon (fixed phone), Telepon Seluler, Telegram, ORARI, Televisi, Radio dan Kantor Pos. Sejalan dengan meningkatnya penggunaan telepon
seluler (ponsel) oleh berbagai kalangan, di Kabupaten Bireuen juga telah
dibangun menara-menara BTS yang dimiliki oleh Telkomsel, Indosat dan
Exelcomindo. Maraknya penggunaan ponsel yang didukung oleh tersedianya
menara-menara BTS yang memadai semakin mempermudah pertukaran
informasi antar masyarakat dan/atau pelaku usaha baik di dalam Kabupaten
Bireuen maupun dengan berbagai pihak yang berada di luar daerah.
Kebutuhan jaringan telekomunikasi pada wilayah Kabupaten Bireuen
pada tahun 2012 sebanyak 16.269 sambungan unit per kepala keluarga,
sedangkan pada akhir perencanaan di tahun 2032 diperkirakan
membutuhkan 20.288 unit sambungan per kepala keluarga. Perencanaan
pemenuhan dan peningkatan pelayanan sarana infotel ini adalah pada pos
pembantu, gedung serba guna. Sebagian besar masyarakat Bireuen
menggunakan telepon seluler yang dipancarkan melalui BTS yang terdapat di
setiap ibukota kecamatan.
2.2.7 Persampahan
Permasalahan pengolahan sampah yang ada saat ini di Kabupaten
Bireuen adalah lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang terletak
di Cot Bukit telah melampaui daya tampung, sehingga lokasi TPA ini perlu
dipindahkan ke lokasi lain dengan kebutuhan lahan seluas +/- 10 Ha.
Pembangunan TPA baru direncanakan terletak di Blang Beururu , lokasi TPA
lama direncanakan dijadikan sebagai lokasi pengolahan “composting” untuk
pupuk. Kebutuhan lain untuk peningkatan pelayanan sampah adalah
pengadaan landasan container sebagai TPS sebanyak 10 unit yang akan
ditempatkan pada pusat-pusat permukiman di sepanjang jalan Nasional
Banda Aceh-Medan. Jumlah sampah per hari menurut kecamatan dapat di
lihat pada Tabel II.16.
Tabel II. 16
Kecamatan Sampah (m3) / Volume
(1) (2)
1 Samalanga 9
2 Simpang Mamplam 3
3 Pandrah 1
4 Jeunieb 7
5 Peulimbang 2
6 Peudada 3
7 Juli 1
8 Jeumpa 5
9 Kota Juang 83,5
10 Kuala 1,5
11 Jangka 1,5
12 Peusangan 14,5
13 Peusangan Selatan 1
14 Peusangan Siblah Krueng 1
15 Makmur 1
16 Gandapura 4,5
17 Kuta Blang 5,5
Jumlah/Total 145
Tahun 2013 130,5
Tahun 2012 129
Tahun 2011 113
Tahun 2010 120
Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015
2.2.8 Sumber Daya Air
Kabupaten Bireuen dilintasi oleh Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang
cukup kritis, yakni SWS Pase-Peusangan, dan dialiri oleh Daerah Aliran Sungai
( DAS ) meliputi :
DAS Peusangan terbagi dalam Sub DAS Krueng Meueh, Peusangan Hilir,
Krueng Simpo, Teupin Mane, Ulee Gle, Wih Brukah, dan Wih Genengan;
DAS Meureudu Baro dengan Sub DAS Krueng Seuku;
DAS Samalanga, terbagi dalam Sub DAS Alue Samalanga, Krueng
DAS Pandrah dengan Sub DAS Krueng Pandrah;
DAS Nalan terbagi dalam Sub DAS Krueng Nalan dan Krueng Bugeng ;
DAS Peudada terbagi dalam Sub DAS Alue Kumbang, Krueng Peudada Hilir,
Krueng Uneuen dan Krueng Wie;
DAS Mane dengan Sub DAS Krueng Mane;
DAS Ulim dengan Sub DAS Krueng Kiran;dan
DAS Woyla dengan Sub DAS Wih Tungkeum
Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan merupakan Daerah Aliran
Sungai yang memiliki lahan kritis luas, tingkat erosi tinggi, dan terdapat
tekanan penduduk yang besar, serta melintasi 2 (dua) kecamatan yang ada di
Kabupaten Bireuen, yakni : Kecamatan Peusangan, dan Kecamatan Peusangan
Selatan. DAS Peusangan merupakan satu kesatuan rangkaian yang terkait
dengan Sub DAS, yaitu Sub DAS Krueng Peudada, Krueng Jeunieb, Krueng Juli.
DAS Krueng Peusangan berhulu di dataran tinggi Bukit Barisan dan bermuara
di Selat Malaka berikut juga sub DAS nya yang berfungsi menampung air
hujan, sumber-sumber air dan menyimpannya di daerah dataran tinggi
(punggung bukit) yang merupakan tempat sumber air yang berada di wilayah
Selatan Kabupaten Bireuen dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan air
laut.
Pada umumnya DAS pada daerah pesisir juga merupakan daerah
rawan banjir akibat terjadinya pendangkalan di daerah hilir (muara) sungai,
serta berkurangnya daerah tangkapan air akibat dari penggundulan hutan di
daerah hulu (bagian selatan Kabupaten Bireuen). Jika di lihat dari bentuk pola
alirannya, maka sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini berbentuk sub
pararel dai bagian hulu, hal ini dikarenakan wilayah yang bergunung sehingga
pola aliran yang terbentuk mengikuti lereng dari jalur pegunungan,
sedangkan pada bagian hilir berbentuk linier. (dapat dilihat pada Tabel II. 17).
Tabel II. 17
Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bireuen
NO. SUNGAI CATHMENT
AREA (Km²)
DEBIT
MIN MAX
(I/det) (I/det)
1 Krueng Samalanga 33.00 1.52 300.00
2 Krueng Peudada 33.00 5.90 14.70
3 Krueng Pandrah 38.00 4.80 16.30
4 Krueng Nalan 21.00 0.94 49.69
5 Krueng Peusangan 75.00 24.17 381.90
6 Krueng Jeunieb 20.00 0.46 24.17
7 Krueng Bugeng 8.40 0.53 53.43
8 Krueng Meuh 23.00 0.05 4.93
9 Krueng Wie 11.00 0.10 9.62
10 Krueng Peusangan 75.00 24.50 381.90
11 Krueng Leubu 15.00 0.64 33.92
12 Krueng Mane 20.00 5.49 206.16
13 Krueng Simpo 28.00 2.80 15.07
14 Krueng Kuala Raja 7.00 0.04 4.49
Sumber : RTRW Kabupaten Bireuen Tahun 2012 – 2032
2.3 PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI
2.3.1 Jaringan Jalan
Prasarana jaringan jalan di Kabupaten Bireuen terdiri dari Jalan
Nasional, Provinsi dan Kabupaten, dengan total panjang 985,46 Km, terdiri
Jalan Kabupaten sepanjang 876,9 Km. Jenis permukaan jalan untuk jalan
Nasional dan Provinsi seluruhnya telah aspal, sementara ruas jalan
Kabupaten, terdiri dari jalan aspal, kerikil dan tanah. Untuk lebih jelasnya
pada Tabel II. 18 disajikan data panjang jalan menurut status, jenis
permukaan, dan kondisi jalan yang ada di Kabupaten Bireuen.
Dalam sistem IRMS, ruas jalan Nasional yang melintasi Kabupaten
Bireuen, meliputi: ruas Bts. Cabdin Pidie-Bireuen (No. 01.003.2) dan ruas
Bireuen-Lhokseumawe (No. 01.004), dimana berdasarkan data yang ada
memiliki volume LHR (Lalu-lintas Harian Rata-rata) cukup besar (+/- 3.500
kendaraan/hari). Adapun ruas jalan Provinsi yang ada di Kabupaten Bireuen
adalah jalan yang menghubungkan antara kota Bireuen-Teupin Mane-menuju
Takengon dengan fungsi Kolektor Primer, dan memiliki volume LHR sedang
(+/- 1.500 kendaraan/hari), yakni ruas Bireuen-Bts. Aceh Tengah (No.
01.011.1), serta jalan provinsi ruas Sp.Samalanga-Salamalanga (No ruas
01.040).
Tabel II. 18
Jenis, Kondisi, Kelas dan Panjang Jalan di Kabupaten Bireuen
Jenis/Kondisi/Kel
as Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten
2013 2014 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Je
n is P e r m uk aan
a. Aspal 105,80 105,80 2,80 2,80 485,69 497,13
b. Kerikil - - - - 190,61 228,99
c. Tanah - - - - 199,30 149,58
d. Tidak Terinci - - - - - 2,30
Jumlah/Total 105,80 105,80 2,80 2,80 875,60 878,00
K
on d i s i Jalan
a. Baik 98,8 100,8 2,8 2,8 291,54 288,65
b. Sedang 4,5 3 - - 280,92 268,22
c. Rusak - - - - 123,07 135,78
d
Rusak Berat 2,5 2 - - 180,08 185,35
Jumlah/Total 105,8 105,8 2,8 2,8 875,61 878,00 K
elas Jalan
a. Kelas I - - -
-b. KelasII - - -
-c. Kelas III - - -
-d. Kelas IIIA 105,8 105,8 - - -
-e. Kelas IIIB - - 2,8 2,8 -
-f. Kelas IIIC - - - - 875,6 878
g. Tidak Diperinci
- - -
-Jumlah/Total 105,8 105,8 2,8 2,8 875,6 878
Sumber : Bireuen Dalam Angka 2015
2.3.2 Prasaran Transportasi
Kabupaten Bireuen memiliki 1 Terminal Bus AKDP (Antar Kota
Dalam Provinsi) yang terletak di kota Bireuen, serta 6 Terminal lokal yang
melayani angkutan antar perdesaan, yang terletak di Kecamatan Samalanga,
Jeumpa/ Peusangan, Gandapura, Krueng Simpo, Peudada, dan Matang
GlumpangDua. Di Kota Bireuen terdapat 1 unit terminal angkutan penumpang
tipe B terdapat di Kecamatan Kota Juang dan terminal tipe C terdapat di
Kecamatan Jeunieb dan Kecamatan Peusangan.
Aksesibilitas adalah hak atas akses yang merupakan layanan
kebutuhan melakukan perjalanan yang mendasar. Dalam hal ini aksesibilitas
harus disediakan oleh pemerintah terlepas dari digunakannya moda
transportasi yang disediakan tersebut oleh masyarakat. Aksessibilitas
merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai
tujuan dalam suatu perjalanan. Karekteristik sistem transportasi ditentukan
oleh aksesibilitas. Aksesibilitas memberikan pengaruh pada beberapa lokasi
kegiatan atau tata guna lahan. Lokasi kegiatan juga memberikan pengaruh
pada pola perjalanan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Pola perjalanan
ini kemudian mempengaruhi jaringan transportasi dan akan pula
memberikan pengaruh pada sistem transportasi secara keseluruhan. Moda
dan jumlah transportasi yang tersedia dalam suatu wilayah merupakan hal
yang penting untuk menerangkan aksesibilitas.
Trayek angkutan umum di Kabupaten Bireuen belum menjangkau
seluruh kecamatan. Adapun kecamatan yang belum terjangkau oleh angkutan
umum, yakni Kecamatan Samalanga, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah
Krueng, Jangka dan Kecamatan Makmur. Jumlah armada angkutan umum
menurut trayek yang ada di Kabupaten Bireuen berjumlah 56 unit armada
angkutan. Dengan rincian angkutan AKAP 92 unit/hari, AKDP 75 unit/hari,
angkutan Kota 173 unit/hari dan Angkutan Perdesaan 61 unit/hari.
2.4
Produktivitas dan Potensi Wilayah2.4.1 Produktivitas Pertanian
Pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bireuen
diprioritaskan pada bagian barat dan timur yang rencananya akan dijadikan
sebagai sentra pengembangan komoditi tanaman pangan, meliputi padi
sawah, palawija, dan sayur-sayuran. Hal ini didukung oleh agroklimat, tingkat
kesuburan tanah dan tingkat aksesibiltasnya. Kabupaten Bireuen mempunyai
luas lahan sawah secara keseluruhan sebesar 22.601 Ha yang penyebarannya
relatif merata di tiap-tiap kecamatan. Hasil produksinya sebesar 185.557 ton
dengan produktivitas 53.38 kwintal/ha.
Tanaman padi merupakan jenis tanaman yang dihasilkan oleh setiap
kecamatan di wilayah Kabupaten Bireuen. Produksi padi pada tahun 2014
dihasilkan oleh Kecamatan Peusangan yaitu sebesar 25.341 ton. Sedangkan
untuk jenis sayur-sayuran, Bireuen menghasilkan produksi panen beberapa
jenis sayuran, antara lain : Bawang Merah 24,7 ton , Sawi 250 ton, Kacang
Panjang 1.126 ton, Cabe Besar 678 ton, Cabe Rawit 61 ton, Tomat 474,6 ton,
Terong 866,70 ton, Ketimun 2.374 ton, Kangkung 2.295 ton, Bayam 591 ton,
dan Semangka 2.031,50 ton dalam tahun 2014 menurut data Bireuen Dalam
Angka 2015.
2.4.2 Produktivitas Perkebunan
Areal perkebunan di Kabupaten Bireuen cenderung berada di
wilayah pengembangan pedalaman/pegunungan. Perkebunan terdiri dari
perkebunan rakyat dan perkebunan swasta. Jenis tanaman perkebunan yang
menjadi komoditi andalan Kabupaten Bireuen adalah kakao, pinang, kelapa,
kelapa sawit, kemiri, pala, sagu, kapuk, kopi, cengkeh dan karet. Dari
kesemuanya itu, kelapa, pinang dan kelapa sawit merupakan tanaman yang
paling dominan diusahakan oleh rakyat dan yang paling sedikit perolehan
produksi hasil tanam adalah tanaman kopi (Kecamatan Jeunieb; 2 ton dan
Kecamatan Peusangan Selatan; 3 ton), cengkeh (Kecamatan Jeunieb; 2 ton).
Budidaya tanaman buah-buahan di Kabupaten Bireuen secara umum tersebar
jenis Durian 1.090 ton, Giri Matang 9.829 ton, Mangga 8.262 ton,
Cempedak/Nangka 543 ton, Pepaya 3.577,7 ton, Pisang 4.785 ton, Rambutan
3.586 ton, Sawo 1.069 ton, Melinjo 100,50 ton, Jambu Biji 84 ton, Manggis
101,70 ton, Sukun 44,70 ton, Jambu Air 62 ton, dan Jeruk Keprok/Siam 1.423
ton, kondisi ini telah disesuaikan oleh Badan statistik Bireuen dalam tahun
2014.
2.4.3 Produktivitas Peternakan dan Perikanan
1. Peternakan
Kegiatan peternakan yang berkembang masih bersifat perorangan
dengan jenis hewan ternaknya sapi, kerbau, kambing, dan jenis ternak
unggas petelur dan pedaging. Pada Tahun 2014 jumlah populasi sapi
sebesar 56.422 ekor, kerbau sebanyak 4.124 ekor, kambing sebanyak 39.926
ekor, domba sebanyak 21.492 ekor, ayam sebanyak 740.948 ekor dan itik
sebanyak 190.028 ekor. Pusat Peternakan Kabupaten Bireuen terlatak di
kawasan timur kabupaten, tepatnya di Mukim Geurugok Kecamatan
Gandapura. Pemerintah kabupaten berencana telah membangun Pusat
Kesehatan Hewan Terpadu dengan tujuan untuk memeriksa kesehatan
setiap ternak yang akan diekspor ke luar daerah agar menjamin kelayakan
konsumsi bagi konsumen. Perkiraan produksi padang pengembalaan tahun
2014 3.517 ton/tahun sedangkan areal padang pengembalaan ditahun yang
sama memiliki luasan lebih kurang 2.373 Ha. Rumah pemotongan hewan
berada di Kecamatan Kota Juang dan Kecamatan Peusangan.
2. Perikanan
Kabupaten Bireuen memiliki panjang garis pantai 70,74 Km, dan luas
perairan laut teritorial diperkirakan mencapai 441 Km2 dan Luas ZEE seluas
25.187 Km2
yang membentang dari arah timur sampai arah barat dengan
posisi laut berada dalam kawasan perairan Selat Malaka. Dari data yang
tersedia diketahui bahwa produksi ikan tangkap (laut) pada tahun 2014
dengan jenis ikan yang barada di perairan teritorial Bireuen antara lain:
Tongkol 5.034,48 ton, Cakalang 459,43 ton, Kerapu 38,44 ton, Gembung
732,54 ton , Teri 1.171,52 ton, Tuna 646,22 ton, Tenggiri 211,24 ton,
Tenggiri Papan 124,79 ton, Pari, Kerong, Beronong , Seriding,
Kuro/Senangin, Kerusi Biji, Nangka Belanak, Lencam, Peperak, Ikan Pedang,
Julung-Julung, Ikan Terbang, Ikan Lidah, Golok/Parang2, Talang/Daun
Bambu, Tetengkek, Layang, Kuwe Selar, Ikan Sebelah, Manyung, Udang
(Dogol, Putih/Jerbung, Windu, Barong), Rajungan, Cumi-cumi dan Sotong.
Tambak yang tersebar di sepanjang pantai Utara mempunyai luas sekitar
4.945,64 ha dengan tingkat produksi sebesar 7.605,95 ton.
2.4.4 Produktivitas Kehutanan
Sebagian wilayah Kabupaten Bireuen adalah hutan sehingga
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kelestarian lingkungan.
Sebaran wilayah yang mempunyai potensi kehutanan di Kabupaten Bireuen
tersebar pada wilayah bagian Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten
Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Sebaran dan luasan hutan di Kabupaten Bireuen umumnya berada di
daerah bagian Selatan dengan ketinggian 500 meter hinggalebih dari 1000
meter di atas permukaan laut. Wilayah hutan di daerah ini di bagi dalam
Hutan Lindung , tersebar dibagian di wilayah selatan, yaitu di
kecamatan : Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb,
Peulimbang dan Peudada. Dengan luas areal hutan lindung 31.875,26
ha.
Hutan Produksi , tersebar dibagian di wilayah selatan, yaitu di
kecamatan : Samalanga, Simpang Mamplam, pandrah, Jeunieb,
Peulimbang, Peudada, Juli, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah
Krueng dan Makmur. Dengan luas arel hutan produksi 31.151,98 ha
Hutan Produksi Terbatas , tersebar dibagian di wilayah selatan, yaitu di
kecamatan : Peulimbang dan Peudada. Dengan luas arel hutan
produksi terbatas 3.757,95 ha.
Hutan Rakyat, tersebar dibagian di wilayah selatan, yaitu di
kecamatan : Samalanga, Simpang Mamplam, Pandrah, Jeunieb dan
Peudada. Dengan luas arel hutan kawasan budidaya 2.302,26 ha.
2.4.5 Potensi Pertambangan
Jenis bahan tambang berpotensial tersebar diwilayah Kabupaten
Bireuen berupa andesit, batu pasir, pasir sungai, kerikil, sirtu, koral, batu
apung dan sebagainya yang banyak dimanfaatkan untuk bahan kontruksi.
Bahan tambang ini tersebar hampir di tiap kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Bireuen. Dari seluruh potensi pertambangan tersebut yang paling
bernilai tinggi (potensial) adalah Pasir Besi.
2.4.6 Potensi Wisata
Kabupaten Bireuen untuk masa mendatang memiliki 25 Objek
Daerah Tujuan Wisata (ODTW), seperti wisata alam (Krueng Batee llik,
Pemandian Krueng Simpo, Panorama Cot Panglima, lrigasi Teupin Mane, Paya
Kareueng, Irigasi Pante Lhong, Air Terjun Ciraceuk dan Paya Nie), wisata
sejarah dan budaya sampai wisata minat khusus seperti arung jeram dan
haiking. Sampai tahun 2014 belum tercatat wisatawan dalam dan luar negeri
yang berkunjung ke berbagai pelosok Bireuen. Diantara jenis wisata yang
menonjol adalah wisata minat khusus Arung Jeram. Untuk mendukung
kegiatan wisata tersebut terdapat 29 hotel/losmen yang tersebar di
Kabupaten Bireuen khususnya di Kota Juang.
2.5
Sosial BudayaPola karakteristik budaya kehidupan masyarakat Kabupaten Bireuen
sebagian besar diatur oleh hukum adat yang berdasarkan kaidah-kaidah
hukum Islam. Selain itu sistem kesatuan masyarakat Kabupaten Bireuen
merupakan perwujudan dari beberapa buah keluarga inti yang menjadi suatu
kelompok masyarakat yang disebut “Gampong” (Kampung). Sistem sosial
pada masyarakatnya berpedoman pada keluarga inti yang akan memberi
pengaruh pada keluarga lainnya. Dengan demikian hubungan antar satu
keluarga inti dengan keluarga inti lainnya cukup erat.
Pengembangan budaya di Kabupaten Bireuen telah memberikan arah
bagi perwujudan identitas daerah sebagai bagian dari nilai-nilai luhur budaya
bangsa. Disamping itu, pengembangan budaya di Kabupaten Bireuen juga
telah menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan
lokal mampu merespon secara positif dan produktif terhadap modernisasi
sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang hidup di dalam masyarakat.
Kebijakan pengembangan budaya di Kabupaten Bireuen adalah
cara meningkatkan fungsi dan mengembangkan sarana pendukung
kehidupan adat, tradisi, kegiatan seni budaya serta melestarikan warisan seni
dan budaya masyarakat Bireuen. Pengembangan nilai budaya masyarakat
Bireuen dilakukan dengan cara memelihara aset budaya masyarakat seperti
kekayaan budaya, sejarah dan simbol kebanggaan masyarakat Bireuen
sehingga kehidupan budaya masyarakatnya dapat berjalan dengan kondusif
dan harmonis.
Pengelolaan keragaman budaya masyarakat Bireuen dilakukan
dengan cara merehabilitasi prasarana,sarana, dan situs/benda cagar budaya
sehingga dapat terpeliharanya situs, museum dan bangunan tua bersejarah
yang ada di Kabupaten Bireuen. Pengelolaan kekayaan budaya dilakukan
dengan cara memulihkan seluruh potensi industri budaya yang ada di
Kabupaten Bireuen melalui kelompok-kelompok masyarakat seperti lembaga
adat, budayawan/sejarawan/seniman dan pemuka agama sehingga nilai-nilai
kekayaan budaya dapat lestari.
2.6 Kependudukan
Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Bireuen tahun 2010 - 2014
terus meningkat, yaitu jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 389.288 jiwa
dan ditahun 2014 menjadi peningkatan sebesar 423.397 jiwa. Kepadatan
penduduk Kabupaten Bireuen dengan tingkat kepadatan tertinggi di
Kecamatan Kota Juang sebesar 1.533 jiwa/km2 dan tingkat kepadatan
terendah di Kecamatan Pandrah sebesar 93 jiwa/km2
. Selama 5 (lima) tahun
terakhir pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bireuen rata-rata sebesar
1.66% per tahun. Pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan
Peusangan yaitu sebesar 12.3 % per tahun, sedangkan di Kecamatan Pandrah
sebesar 2.09 % per tahun.
2.6.1
Struktur PendudukKabupaten Bireuen memiliki 99% penduduk pemeluk Agama Islam
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) adalah sebesar 1,0 dimana jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2014 adalah 207.664 jiwa dan
perempuan 215.733 jiwa. Struktur penduduk berdasarkan kelompok usia
menggambarkan bentuk piramid dengan jumlah kelompok usia rendah paling
banyak dan semakin mengecil menuju usia tua. Jumlah penduduk pada