• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL KABUPATEN BARITO SELATAN - DOCRPIJM dab67b9a7d BAB IIBAB II PROFIL KAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PROFIL KABUPATEN BARITO SELATAN - DOCRPIJM dab67b9a7d BAB IIBAB II PROFIL KAB"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL KABUPATEN

BARITO SELATAN

2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Barito Selatan

Kabupaten Barito Selatan secara geografis terletak membujur di sepanjang Sungai

Barito dengan letak astronomis diantara 1°20′LS - 2°35′LS dan 114° - 115° BT.

Secara administrasi batas Kabupaten Barito Selatan Adalah :

Sebelah Utara : Kabupaten Barito Utara

Sebelah Timur : Kabupaten Hulu Sungai

Sebelah Selatan : Kabupaten Hulu Sungai Utara (Prov Kalsel)

Sebelah Barat : Kabupaten Kapuas

Berdasarkan pembentukan wilayah menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 1959

tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kalimantan Tengah, luas Kabupaten Barito

Selatan adalah 12.664 km². Namun setelah pemekaran pada tahun 2002, luas

daerahnya menjadi 8.830 km² yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan

(2)

Dusun Selatan,Dusun Utara, Karau Kuala, Gunung Bintang Awai, Jenamas, dan

Dusun Hilirsebagaimana terlihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Per Kecamatan Kabupaten Barito Selatan

No Kecamatan Luas per Kecamatan

(Km²)

Berdasarkan status hukum desa/ kelurahan di Barito Selatan, desa/ kelurahan

definitif sebanyak 93 buah atau 98 persen dan sisanya merupakan desa persiapan

dan UPT. Mengacu pada kriteria PMD-Depdagri dimana desa/kel diklasifikasikan

menjadi desa/kel Swadaya (tradisional), Swakarya (transisional) dan Swasembada

(berkembang), hingga sekarang 34 desa/kel masih merupakan desa/kel Swadaya, 45

desa/kel Swakarya dan 14 desa/kel Swasembada. Sebagai bentuk partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desanya, 100 persen desa/kel Barito Selatan telah

(3)

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten BARITO SELATAN

Dilihat dari Luas Wilayah Kabupaten Barito Selatan, terdapat 3 Kecamatan yang

hampir mempunyai rata-rata persentase yang sama terhadap luas wilayah.

Yang pertama yaitu Kecamatan Dusun Hilir mencapai persentase 23,39%

dengan luas wilayah Kecamatan 2065 km2, yang ke dua Kecamatan B.G Awai

mencapai persentase 21,89% dengan luas wilayah Kecamatan 1933 km2. dan

yang ketiga yaitu Dusun Selatan mencapai persentase 20,71 % dengan luas

wilayah Kecamatan 1829 km2, Kecamatan yang mempunyai luas terkecil

adalah Kecamatan Jemanas dengan luas 708 km2 atau hanya 8,02 % dari luas

Kabupaten Barito Selatan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan dataran rendah,

ketinggiannya berkisar antara 0 s/d 40 meter dari permukaan air laut. Kecuali

sebagian wilayah Kecamatan Gunung Bintang Awai yang merupakan daerah

perbukitan. Lebih jelasnya untuk pembagian wilayah Kabupaten Barito Selatan

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.3

Luas Daerah Menurut Kecamatan Dan Tinggi Rata-Rata Dari Permukaan Laut Kabupaten Barito Selatan

(4)

laki-laki berjumlah 66623 jiwa dan jumlah penduduk dengan jenis kelamin

perempuan berjumlah 63989 jiwa. Dengan jumlah rasio jenis kelamin per

kecamatan berjumlah 104. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Barito dapat dilihat

pada table berikut ;

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per Kecamatan Kabupaten Barito Selatan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Dusun Selatan

memiliki jumlah penduduk terbesar, yakni sebesar 53611jiwa dengan proporsi

jumlah penduduk lakilaki lebih besar yakni 27219 jiwa dibandingkan dengan

jumlah penduduk perempuan yakni 26392 jiwa. Jumlah penduduk terkecil

dimiliki oleh Kecamatan Jenamas yakni sebesar 9246 jiwa dengan proporsi

jumlah penduduk lakilaki lebih kecil yakni sebesar 4594 jiwa dari pada jumlah

penduduk perempuan yakni sebesar 4652 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat

(5)

Tabel 2.5

Luas Daerah Area, Jumlah Penduduk

dan Kepadatan Penduduk Per KecamatanKabupaten Barito Selatan

Sumber ; Bps Barito Selatan Th.2014

Masalah demografi yang patut untuk diperhatikan adalah masalah kepadatan

penduduk. Angka kepadatan penduduk ini bervariasi disetiap kecamatan yang

menandakan adanya perbedaan sebaran penduduk. Perbedaan sumber daya yang

dimiliki suatu wilayah dengan wilayah lainnya merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan penyebaran penduduk yang tidak merata tersebut. Daerah yang

memiliki aktivitas perekonomian tinggi akan memiliki kepadatan penduduk yang

tinggi, seperti halnya Kecamatan Dusun Selatan kepadatan penduduk terbesar yaitu

sebesar 28,83 Per Km2, Kecamatan Jenamas, Kecamatan Dusun Utar dan

Kecamatan Karau adalah kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan yang

hampir sama sekitar 13 sampai 14 per km2, sedangkan untuk Kecamatan Dusun Hilir

dan Gunung Bintang Awai merupakan Kecamatan yang mempunyai kepadatan

penduduk di bawah 10 km2. Jika ditinjau dari ke enam kecamatan tersebut

Kecamatan Dusun Selatan yang memiliki memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi. Kondisi tersebut mengindikasikan, bahwa peningkatan aktivitas perekonomian

disuatu wilayah menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk karena mobilitas

penduduk, selain pertumbuhan secara alami. Kesempatan mendapatkan lapangan

pekerjaan dan pembukaan usaha mandiri seperti kesempatan berdagang merupakan

daya tarik terjadinya mobilitas penduduk dari wilayah lain ke wilayah yang merupakan

daerah pengembangan ekonomi. Sesuai perkembangan yang ada, jalur transportasi

darat semakin meningkat sehingga Kawasan Permukiman tidak saja berada pada

Kecamatan Luas Daerah

(6)

daerah pinggir sungai namun juga mengikuti jaringan jalan yang ada. Dan

kedepannya dapat diarahkan mengisi kantong-kantong permukiman yang menjauhi

kawasan pinggiran sungai.

2.4 Isu Strategi Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan

RTRW Kabupaten Barito Selatan

2.4.1. Berdasarkan sudut kepentingan ekonomi

Pengembangan kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut kepentingan

ekonomi antara lain yaitu :

 Kawasan agropolitan, meliputi Pararapak di Kecamatan Dusun Selatan, Pendang di Kecamatan Dusun Utara, dan Tabak Kanilan di Kecamatan

Gunung Bintang Awai;

 Kawasan pengembangan produksi rotan di Buntok (Kecamatan Dusun Selatan) dan Mangkatip (Kecamatan Dusun Hilir);

 Kawasan perkotaan Buntok;  Kawasan perkotaan Bangkuang;  Kawasan perkotaan Tabak Kanilan;  Kawasan perkotaan Pendang;  Kawasan perkotaan Mengkatip;  Kawasan perkotaan Rantau Kujang;  Kawasan perkotaan Patas;

 Kawasan perkotaan Sababilah;  Kawasan perkotaan Kalahien;

2.4.2. Berdasarkan sudut kepentingan sosial budaya dan suaka alam

Pengembangan kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut kepentingan

sosial budaya dan suaka alam yaitu kawasan pengembalaan kerbau rawa di

(7)

2.4.3 Berdasarkan sudut kepentingandaya dukung lingkungan

Kawasan strategis kabupaten dipandang dari sudut daya dukung lingkungan, yaitu

kawasan flora endemik dan taman anggrek di Malawen.

2.5 Perkembangan Permukiman

Pusat-pusat pemukiman perkembangannya sangat terkait dengan keberadaan

sungai, untuk pusat permukiman di Kabupaten Barito Selatan mengikuti Sungai

Barito. Sehubungan hal itu, hampir semua pusat pemukiman utama berada di

kawasan bawah atau bertopografi datar, dimana Ibukota Kabupaten Barito Selatan

yakni Buntok memiliki ketinggian 15 m dpl. Sehingga pusat pemukiman atau kota

kota di Barito Selatan dapat dikatakan merupakan Kota Tepian atau Waterfront City.

Kabupaten Barito Selatan yang secara administrasi masih merupakan kabupaten

baru hasil pemekaran, hingga menyebabkan masih banyaknya bangunan-bangunan

baru di beberapa lokasi. Perumahan di Kabupaten Barito Selatan terbagi menjadi

bangunan permanen dan semi permanen yang tidak jarang masih tidak tertata rapi

khususnya pada daerah sepanjang bantaran sungai. Pada umumnya rumah-rumah

masyarakat sudah memenuhi kriteria layak huni dan mempunyai lingkungan yang

sehat. Namun pada beberapa wilayah kecamatan terutama yang berada di DAS,

masih terdapat rumah-rumah warga yang tidak memenuhi syarat layak huni dan

syarat sehat lingkungan/kumuh.

Dari segi tata bangunan, secara umum pada setiap wilayah kecamatan penataannya

belum merujuk pada peraturan perundang-undangan yang ada, masih semrawut dan

belum mengacu pada rencana tapak bangunan yang ada, sedangkan pada beberapa

kawasan yang ada di pusat kota sebagian penataan bangunannya umumnya sudah

berbentuk bangunan rumah permanen dan mengikuti pola jaringan jalan utama.

Kondisi pemukiman di wilayah Kabupaten Barito Selatan ditinjau dari pola

pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier. Bentuk linier ini

diperlihatkan oleh suatu pemukiman yang berkelompok dengan pola

perkembangannya membentuk dan memanjang sepanjang tepian jalur-jalur aliran

(8)

Pembentukan pola pemukiman ini sangat dimaklumi mengingat kondisi fisik di

Kabupaten Barito Selatan merupakan daerah yang banyak dilalui sungai, terlebih

keberadaan sungai ini dijadikan urat nadi lalu lintas kegiatan sosial ekonomi

penduduknya. Adapun bentuk pola pemukiman seperti ini dapat dilihat berdiri dan

memanjang pada setiap kecamatan-kecamatan yang dilaluinya, misalnya sepanjang

Sungai Barito dan beberapa sungai kecil lainnya.

Berikut gambaran kondisi permukiman di beberapa desa pada wilayah perencanaan:

1. Desa Sababilah, Kecamatan Dusun Selatan

Berdasarkan kondisi eksisting wilayah, Desa Sababilah memiliki karakteristik

wilayah yang cukup potensial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Potensi

eksisting tersebut selanjutnya mempengaruhi tumbuhnya pembangunan

perumahan/permukiman di Desa Sababilah. Artinya, peran perumahan menjadi

penting karena berpengaruh besar dalam mendukung potensi tersebut. Pada

beberapa kawasan telah dibangun beberapa perumahan yang diperuntukkan bagi

masyarakat dan PNS golongan tertentu.

Dapat disimpulkan di Desa Sababilah; kondisi permukiman memiliki ciri perkotaan

kondisi ini berkembang disebabkan adanya pemekaran kawasan perkotaan

Buntok ke arah Sababilah yang merupakan kawasan dengan pengembangan

permukiman siap bangun. Kedua ciri tersebut merupakan kesimpulan dari

kelompok permukiman secara eksisting. Terkait dengan penggunaan fasilitas

permukiman di Desa Sababilah, terdapat beberapa aktivitas yang memfungsikan

peran dari permukiman tersebut, diantaranya adalah:

 Terdapat rumah jabatan Bupati Kabupaten Barito Selatan.

 Rumah dengan fungsi tempat tinggal, rumah untuk kegiatan perdagangan skala kecil, rumah untuk fasilitas perkantoran, rumah untuk fasilitas

peribadatan, dan lainlain.

2. Desa Tabak KanilanKecamatan Gunung Bintang Awai

Berdasarkan letak geografis wilayah, Desa Tabak Kanilan termasuk desa kedua

yang layak untuk pengembangan permukiman. Hal ini didukung oleh topografi

wilayah yaitu ketinggian tempat yang relatif aman dari genangan banjir. Akan

(9)

dibanding perkotaan yang lain di Kabupaten Barito Selatan. Pada konteks

perbandingan dengan desa lain, yang juga dalam proses pertumbuhan; maka

Desa Tabak Kanilan masih perlu mengejar ketertinggalan dibanding Ugang Sayu,

Patas I dan Gagutur. Terjadinya ketertinggalan ini pada dasarnya terjadi secara

alami, dimana kawasan transmigrasi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, Perkotaan Gunung Bintang Awai ini

(Desa Tabak Kanilan) dominan dengan ciri klasik permukiman di kawasan

pedesaan kalimantan, yaitu mengikuti pola linier jaringan jalan dan sungai.

Selebihnya, kawasan terdiri atas lahan tidak terbangun dengan fungsi peruntukan

untuk sawah dan ladang masyarakat sekitar.

3. Kelurahan Mangkatip – Kecamatan Dusun Hilir

Berdasarkan letak geografis, Kelurahan Mangkatip termasuk wilayah yang

mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barito Selatan. Khususnya dari

hasil perikanan air tawar dan rotan. Hanya saja, potensi tersebut tidak didukung

oleh potensi topografi wilayah; berupa ketinggian tempat yang rentan pengaruh

genangan. Genangan ini biasanya terjadi pada musim penghujan. Genangan

tersebut menimbulkan kerugian bagi masyarakat, khususnya pada menurunnya

usia ketahanan kontruksi cor beton jalan lingkungan yang diprogramkan oleh

Dinas Peke Kabupaten Barito Selatan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, permukiman di Kelurahan Mangkatip

dominan dengan ciri klasik permukiman di kawasan pedesaan kalimantan, yaitu

mengikuti pola linier jaringan jalan dan sungai.

Masyarakat lebih mengharapkan pada kebutuhan prasarana sarana dasar

permukiman, yaitu prasarana listrik yang optimal, sehingga tidak menjadi kendala

bagi masyarakat. Saat ini listrik desa sudah terbangun, tetapi belum mampu

optimal dalam melayani kebutuhan masyarakat. Listrik desa tersebut diaktifkan

antara jam 17.00 sore hingga jam 00.00 malam.

4. Kelurahan Rantau Kujang – Kecamatan Jenamas

Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara yang dilakukan, terkait

konteks permukiman; terdapat ciriciri yang menonjol dari Kelurahan Rantau

(10)

a. Merupakan wilayah pedesaan dengan fungsi kegiatan perdagangan dan jasa.

Perputaran ekonomi dipengaruhi oleh kedekatan wilayah dengan Provinsi

Kalimantan Selatan, sehingga mampu menarik pedagang dan pembeli untuk

transaksi di wilayah tersebut. Dukungan ini secara khusus merupakan tindak

lanjut dari historis wilayah yang dulunya merupakan tempat transaksi

penjualan kayukayu hutan sebelum diberlakukannya Undangundang Illegal

Logging.

b. Para pedagang tidak hanya melakukan kegiatan komuter dari wilayah Provinsi

Kalimantan Selatan, tetapi juga telah berdomisili disana. Ciri inilah yang

kemudian membentuk pola permukiman linier pada sepanjang sempadan

sungai. Adapun pertumbuhan permukiman juga mulai terjadi ke wilayah atas,

karena kawasan sempadan sungai mulai mengalami proses abrasi yang

menjadikannya tidak layak untuk dibangun secara permanen.

2.6 Jaringan Infrastruktur

Sistem jaringan Infrastruktur yang akan diuraikan dalam subbab ini meliputi air

bersih, drainase dan prasarana dan sarana pengelolaan lingkungan (sanitasi dan

sampah) maupun jalan lingkungan.

2.6.1 Air Minum

Salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan manusia adalah air bersih. Air bersih

merupakan sumber air baku bagi pemenuhan derajat kesehatan manusia.

Pemakaian air bersih menjadi kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi penduduk

secara rutin guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Baik buruknya

pelayanan air bersih akan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku air

untuk pengolahan lebih lanjut. Hingga saat ini sumber bahan baku air yang tersedia

untuk diolah dan dijadikan air bersih, umumnya diambil dari sumber bahan baku air

permukaan dalam hal ini air sungai. Adapun penduduk yang menggunakan air

bersih distribusi PDAM masih relatif kecil, karena faktor kebiasaan dan kemampuan

daya beli masyarakat. Pada konteks kebiasaan, masyarakat yang berada di tepian

(11)

berupa mandi, cuci, dan kakus (MCK) secara langsung yang belum tentu terjamin

kesehatannya. Berdasarkan hasil penelitian, penyediaan air bersih di Kabupaten

Barito Selatan, dibedakan atas sistem perpipaan dan non-perpipaan. Sebagian besar

penduduk Kabupaten Barito Selatan masih mengandalkan air sungai/ air permukaan

(non-perpipaan) sebagai sumber penyediaan air bersih rumah tangga sehari-hari.

Adapun untuk penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dikelola oleh PDAM.

Pelayanan air bersih dari PDAM di Kabupaten Barito Selatan, saat ini persebarannya

relatif merata di kecamatan; akan tetapi hanya terpusat kepada kota-kota kecamatan

dan beberapa desa yang dekat dengan ibukota kecamatan. Masyarakat yang belum

terlayani oleh jaringan perpipaan air bersih PDAM menggunakan air sungai dan air

danau serta sumur gali sebagai sumber air bersihnya dengan rata-rata kedalaman

berkisar 10-15 meter. Lebih lanjut, sebagian warga juga telah memanfaatkan

teknologi pompa air bertenaga listrik. Mekanisme ini menggunakan air sungai (air

permukaan) sebagai air baku. PDAM Kabupaten Barito Selatan, sebagaian besar

sumber airnya berasal dari air permukaan dan sebagian mata air. Kegiatan produksi

dan distribusinya banyak digunakan sistem perpompaan, sehingga daya pembangkit

listrik dari PLN maupun Genset Mutlak diperlukan. Berdasarkan hasil penelitian di

Kabupaten Barito Selatan, maka dapat dijabarkan secara global dan sistematis;

sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum, yang meliputi variabel: pengelola,

tingkat pelayanan, sumber air baku, kapasitas sub sistem, jumlah sambungan, jam

operasi sub. sistem, kehilangan air, jam operasi pelayanan, restribusi dan tekanan

pada jaringan distribusi.

(12)

2.6.2 Sampah

Cakupan layanan persampahan yang dikelola oleh Dinas Perumahan, Kebersihan

dan Pertamanan kabupaten Barito Selat an mencapai 52,32 % dari seluruh

wilayah Kota Buntok (Kelurahan Hilir Sper dan Kelurahan Buntok Kota), Sanggu,

Sababilah dan Pamait, sedangkan cakupan layanan persampahan yang tidak

terlayani secara langsung yaitu Kelurahan Jelapat (di Buntok Kota).Sampah di

Kabupaten Barito Selatan terdiri dari sampah organik dan non organik yang

bersumber dari perumahan dan pemukiman, perkantoran, sekolah, pasar,

pertokoan/perdagangan/jasa dan fasilitas kesehatan. Sistem pengumpulan sampah

di Kabupaten Barito Selatan dilakukan secara individual maupun oleh petugas

di masing- masing sumber sampah ke TPS dan kontainer serta tong sampah

terdekat untuk kemudian diangkut oleh petugas ke TPA. Radius layanan sejauh ± 1 -

2 Kilometer dari TPS. Teknik operasional melalui sistem pengumpulan sampah di

permukiman, perkantoran, sekolah, pasar, pertokoan/ perdagangan/ jasa, industri,

fasilitas kesehatan, dan sampah jalanan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.6.2.1 Sistem Pengumpulan Sampah

1. Sistem Pengumpulan Sampah Permukiman

Sistem pengumpulan sampah pemukiman dibagi menjadi 2 kelompok. Yang

pertama; sampah domestik masyarakat langsung dibuang ke TPS atau kontainer

milik Pemerintah Kabupaten Barito Selatan dan yang kedua masyarakat

mengumpulkan sampah di tempat/ wadah yang diletakkan di depan rumah

kemudian diangkut oleh petugas kontrak yang ditugaskan oleh Dinas

Perumahan, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Barito Selatan kemudian

sampah tersebut diangkut ke TPS atau Kontainer milik Pemerintah Kabupaten Barito

Selatan. Alat angkut yang digunakan adalah gerobak sampah dengan kapasitas ± 1

m3. Periodisasi pengumpulan sampah di permukiman wilayah perkotaan adalah

setiap hari sekali. Sistem pengangkutan sampah dilakukan secara langsung dari

sumber sampah (armroll truck) dan menggunakan transfer depo ke Tempat

(13)

2. Sistem Pengumpulan Sampah Pasar

Pewadahan sampah yang digunakan di areal pasar antara lain dibawah meja lapak-

lapak oleh pedagang kemudian petugas kebersihan memindahkan sampah tersebut

ke keranjang sampah dibagian luar kumpulan lapak kemudian sampah tersebut

diangkut oleh mobil dump truck langsung ke TPA. Kapasitas dump truck sekitar 6

meter kubik. Cara kedua, Petugas kebersihan menyapu dan mengumpulkan

sampah-sampah diseputar pasar dan langsung diletakkan dikontainer sampah. Pada

hari itu juga kontainer sampah diangkut ke TPA. Kontainer sampah digunakan untuk

menampung sampah dari toko-toko lainnya diluar lapak.

3. Sistem Pengumpulan Sampah Pertokoan/ Perdagangan/ Jasa

Pewadahan sampah di areal ini berupa tempat sampah plastik dan tong sampah di

sepanjang areal dimana belum terdapat pemilahan sampah organik maupun

non organik. Sampah-sampah yang dihasilkan diangkut oleh petugas kebersihan

dengan menggunakan dump truck kemudian langsung dibuang ke TPA.

4. Sistem Pengumpulan Sampah Industri

Sampah-sampah industri baik yang berasal dari kawasan industri ataupun

perusahan lain yang menyebar dikumpulkan dan dikelola sendiri oleh pihak

perusahaan dan residu dibuang ke TPA.

5. Sistem Pengumpulan Sampah Fasilitas Kesehatan

Pewadahan sampah yang digunakan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya

menggunakan kantong plastik dimana sudah terdapat pemilahan antara sampah

medis dan non medis. Pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas rumah sakit

dengan menggunakan gerobak. Untuk sampah medis diangkut menuju ke

incenerator yang berkapasitas 18 kg/hari untuk dibakar sedangkan sampah non

medis akan diangkut menuju Transfer Depo 5 m3 berupa 1 container. Khusus

untuk sampah medis di Puskesmas dalam kota dikumpulkan dan dibakar di

incenerator Puskesmas sendiri karena memiliki incenerator sendiri.

6. Sampah perkantoran dan sekolah

Pewadahan sampah di areal Lingkungan perkantoran dan sekolah berupa

tempat sampah plastik dan tong sampah dimana hampir semua sudah melakukan

(14)

diangkut oleh petugas kebersihan dengan menggunakan dump truck kemudian

langsung dibuang ke TPA. Secara umum jumlah kendaraan yang digunakan

sekarang masih belum maksimal melayani kebutuhan pengangkutan sampah. Perlu

adanya penambahan sarana dan tenaga untuk memudahkan pengaturan frekuensi

pengangkutan agar sampah yang menginap di TPS tidak terlalu lama dan

menimbulkan gangguan bau yang tidak nyaman.

2.6.2.2 Tempat Pembuangan Sementara

Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang disediakan oleh Dinas Perumahan,

Kebersihan dan Pertamanan yaitu berupa kontainer kecil yang berkapasitas 4 – 6

m3 yang didistribusikan pada tempat tertentu. Sarana tempat penampungan sampah

sementara terdapat sebanyak 15 buah yang kondisinya baik.

2.6.2.3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Kabupaten Barito Selatan memiliki 1 buah TPA didirikan pada tahun 2008 dengan

Areal luas lahan TPA ± 4,242 Ha berjarak 15 km dari kota dan merupakan milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Selatan. Di TPA sistem pembuangan open

dumping.

Pemilahan sampah merupakan langkah sederhana yang dapat dilakukan setiap

rumah tangga sebagai kunci awal kegiatan 3R. Secara umum, pemilahan dapat

dilakukan berdasarkan jenis sampahnya, yaitu sampah organik dan sampah

anorganik. Sampah organik di antaranya adalah sampah sisa makanan, sayur mayur

serta sampah yang mudah membusuk lainnya. Sedangkan sampah anorganik pada

umumnya terdiri atas plastik, botol kaca, kaleng dan semacamnya. Untuk dapat

memulai kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, pemilahan sampah

plastik dapat menjadi pilihan. Salah satu keuntungan dari pemilahan sampah plastik

adalah tidak timbulnya permasalahan dengan bau serta relatif rendahnya potensi

penyebaran penyakit apabila penyimpanan dilakukan di dalam rumah

(15)

Gambar 2.2 Bak Pembuangan Sampah AKhir (TPA)

2.6.3 Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna

memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam

perencanaankota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase mempunyai arti

mengalirkan,menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase

didefinisikansebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi

dan/ataumembuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan

dapat difungsikan secara optimal. Adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka

akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu

akan semakin meningkatnya kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah

pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya, dan dengan tidak

adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka

kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat.8

Jaringan drainase di Kabupaten Barito Selatan sebagian besar terdapat di pusat

kegiatan dan di sepanjang jaringan jalan utama. Sedangkan di luar pusat kota

sebagian besar menggunakan sistem jaringan drainase alami dimana kondisi fisiknya

(16)

kondisi drainase di kabupaten masih belum memadai karena beberapa hal misalnya

sistem jaringan yang ada belum terpadu dan terpola dengan baik, sebagian besar

salurannya terputus dan terdapat fisik saluran masih tanah. Sistem pengaliran pada

umumnya masih mengandalkan sistem gravitasi. Kondisi permukaan yang relatif

datar menyebabkan aliran lambat sehingga tingkat sedimentasi tinggi. Terdapatnya

daerah cekungan dibeberapa tempat dengan tidak dilengkapi saluran drainase yang

memadai menyebabkan timbulnya genangan-genangan pada saat hujan.Sistem

jaringan drainase di Kabupaten Barito Selatan bermuara di Sungai Barito.Prasarana

drainase dominan hanya terdapat di daerah Kota Buntok yang memiliki kepadatan

penduduk lebih besar dibanding kota kecamatan lainnya. Untuk kawasan pedesaan,

drainase banyak dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan masyarakat. Ratarata

masyarakat membangun drainase lebih bersifat swadaya. Pembangunan tersebut

lebih pada kebutuhan untuk mengalirkan air pemakaian rumah tangga keperluan

sehari hari.

Kondisi drainase yang ada di daerah perkotaan ratarata belum masuk pada kategori

layak, yang mana dipengaruhi oleh sampah yang dibuang dan terbuang ke saluran

maupun limpasan pasir yang menimbulkan sedimentasi di saluran drainase tersebut.

Kondisi ini akan sangat berpengaruh negatif pada masa yang akan datang untuk

mengantisipasi timbulnya genangan di badan jalan. Lebih lanjut, juga terdapat

drainase yang sudah tidak layak pakai karena kerusakan pada penampang horizontal

maupun vertikalnya.Salah satu kriteria yang digunakan dalam pengelolaan drianase

adalah keberadaan genangan air di desa/kelurahan yang bersangkutan. Terdapatnya

genangan air menunjukan indikasi terhambatnya aliran air menuju saluran drinase,

baik karena tumpukan sampah, Daya tampungan drainase yang sudah tidak

mencukupi dan adanya kerusakan saluran drainase yang ada. Dalam penentuan

zona penanganan sama halnya seperti pembagian zona pada zona limbah domestik

dan zona persampahan, namun untuk penanganan pada drainase ini lebih

terkonsentrasi pada zona I yaitu Kota Buntok Kecamatan Dusun Selatan. Melalui

tahapan pengembangan drainase perkotaan berdasarkan tahapan baik jangka

pendek, menengah dan jangka panjang dapat tertangani dalam pengelolaan drainse

(17)

2.6.4. Sanitasi

Pengelolaan air limbah sangat terkait dengan upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Pada konteks wilayah, untuk daerah perkotaan dan pedesaan,

Kabupaten Barito Selatan belum memiliki prasarana pengolahan limbah (yang milik

pemerintah). Saat ini prasarana pengolahan limbah berupa IPAL hanya dimiliki oleh

pihak swasta, yaitu perusahaan yang mengelola produk hulu karet. Permasalahan

kesehatan, derajat kesehatan masyarakat belum terdata secara khusus, terkait

dengan pengaruh limbah yang kemungkinan terkonsumsi masyarakat; seperti limbah

yang masuk ke sumber air bersih supply PDAM (Sungai Barito). Secara umum,

limbah yang dihasilkan belum masuk pada kategori skala besar, karena hanya

berupa limbah domestik rumah tangga yang masuk ke saluran drainase. Pernyataan

tidak berskala besar ini pada dasarnya bersifat kualitatif, karena belum ada keluhan

yang signifikan dari masyarakat terkait pengaruh limbah yang mengalir ke saluran

drainase pada derajat kesehatan keluarga.

Sanitasi air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan system pengolahan

air buangan rumah tangga baik yang berasal dari WC.

System pengolahan air limbah domestic yang digunakan di Kabupaten Barito Selatan

yaitu system pengolahan secara individu di masing – masing rumah atau sering

disebut on-site system. Atau disamping itu, masih banyak masyarakat yang

mempergunakan cubluk atau tangki septic yang secara konstruksi tidak memenuhi

persyaratan desain yang ditentukan. Pengolahan air limbah permukiman secara

umum di Kabupaten Barito Selatan ditangani melalui sistem setempat (on site)

ataupun melalui sistem terpusat (off site). Air limbah domestik diolah melalui sistem

on site dengan menggunakan tangki septik. Sistem air limbah yang dikelola oleh

masyarakat (rumah tangga) terbatas pada pelayanan pembuangan kotoran rumah

tangga (black water) yang berasal dari jamban dengan cara ditampung dalam tangki

septik dan cubluk. Sedangkan buangan air limbah rumah tangga (grey water)

dialirkan kesaluran drainase jalan, kebun atau lahan kosong yang ada disekitar

pemukiman. Pada permukiman yang berada di tepian sungai, air limbah yang

(18)

jamban masih melakukan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di kebun,

sungai dan tanah lapang. Jamban yang dimiliki warga juga ada yang telah

menggunakan tangki septik yang sehat tetapi masih ada juga yang menggunakan

cubluk. Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Barito Selatan belum memiliki

Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) untuk mengolah lumpur tinja dari tangki

septik. Sehingga saat ini warga harus membuat tangki septik baru saat tangki septik

telah penuh. Sehingga untuk masa yang akan datang perencanaan dan

pembangunan IPLT harus menjadi prioritas.

Gambar 2.3 Sanitasi Limbah yang belum teratasi

2.6.5 Jalan Lingkungan

Gak punya datanya

2.7. Lupa Beeeeeeeen………hehheee

2.7.1 Kondisi Geologi

Kabupaten Barito Selatan berasal dari formasiformasi geologis yang tergolong

tua. Informasinya untuk pengembangan wilayah meliputi potensi kesuburan tanah,

bahan tambang, air tanah, daya dukung dan kerawanan fisik. Berdasarkan formasi

batuannya, potensi kesuburan tanah di Kabupaten Barito Selatan tidak tinggi.

(19)

wilayah berawa dan bergambut; Batuan sedimen yang kaya akan mineral kuarsa;

Batuan sedimen klastik, mineral kuarsa dengan sedikit material vulkanik; Batuan

beku; Batuan vulkanik tua, menghasilkan jenis tanah yang kaya unsur hara; Batuan

metamorf.

2.7.1.1 Jenis Tanah

Jenis tanah daerah selatan berbeda jenis tanah yang terdapat daerah hulu utara.

Jenis tanah yang terbentuk erat hubungannya dengan bahan induk (geologi), iklim

dan keadaan medannya. Secara garis besar, jenis tanah yang terdapat di Wilayah

kabupaten Barito Selatan, adalah sebagai berikut:

 Aluvial, dijumpai di sepanjang kiri kanan jalur aliran sungai Barito, mulai dari bagian Selatan sampai ke Utara sungai Barito. Tanah endapan sungai ini

merupakan suatu tanggul sungai dataran banjir, terbentuk dari bahan induk liat

dan pasir. Lapisan-lapisan tanahnya terlihat jelas bentuk wilayah datar, warna

coklat tua sampai coklat kekuningan, tekstur agak halus, drainase agak terlambat

dan reaksi tanah masam. Lebih masuk dari tepi sungai daerahnya lebih rendah

dan sering tergenang, sehingga dijumpai tanah alluvial hidromorfik kelabu yang

memanjang disamping tanah aluvial, bersolum dalam, terbentuk wama kelabu

tekstur halus sampai agak kasar, drainase terhambat dan reaksi tanah masam.

Setelah aluvial hidromorfik terdapat tanah gley yang berasosiasi dengan endapan

tanah organik yang telah mengalami pelapukan lanjut. Tanah yang terbentuk

dikenal sebagai tanah gley humus. Tanah ini sering berasosiasi dengan

organosol sehingga disebut tanah kompleks organosol gley humus, mempunyai

solum dalam, warna gelap, tekstur dari halus sampai sedang, drainase terhambat

dan rekasi tanah masam. Solum dalam, tekstur halus, kasar, warna dari cerah

sampai gelap, drainase tergenang periodic sampai baik, reaksi tanah basa

kandungan garam tinggi sampai sedang.

 Regosol, dijumpai menyebar dibagian tengah kabupaten Barito Selatan. Tanah ini bersolum dalam terbentuk dari bahan induk endapan pasir yang didominasi

(20)

coklat sampai kelabu muda, tekstur kasar, drainase baik dan reaksi tanah

masam.

 Padsolik, merupakan jenis tanah yang cukup luas di jumpai menyebar di tengah sampai hulu sungai. Tanah ini telah mengalami perkembangan lanjut, solum

dalam, terbentuk dari induk batu liat, bentuk wilayahnya berombak samapai agak

berbukit, warna tanah coklat samapai merah kuning, tekstur halus sampai kasar,

drainase baik dan reakasi tanah masam. Jenis tanah lain adalah litosol yang

mempunyai solum dangkal dan berbatu, membentang di puncak perbukitan

Muller dengan ketinggian sekitar 500 sampai lebih dari 1.500 m keadaan medan

yang terjal dan curah hujan tinggi menyebabkan erosi yang cukup berat sehingga

terjadilah tanah dangkal berbatu.

 Organosol, merupakan tanah organik (tanah gambut) yang terdapat disebelah Barat sungai Barito mulai dari selatan hingga ke bagian Utara Kabupaten Barito

Selatan. Ketebalan gambut umumnya dalam (90 cm) terdapat pada bentuk

wilayah datar dan di daerah cekungan, warna merah kehitaman sampai coklat

tua, drainase sangat terhambat, reaksi tanah sangat masam.

 Podsolik, terletak menyebar di bagian tengah dan hilir. Solum agak dangkal terbentuk dari bahan induk batu pasir (kwarsa) pada bentuk wilayah berombak

dan agak berombak, warna coklat tua kemerahan sampai kuning pucat, tekstur

sedang, drainase agak terhambat dan reakasi masa.

 Podsol. Terletak di hulu Kabupaten Barito Selatan serta sebelah Barat sungai Barito. Tanah ini menyebar di daerah bergelombang, mempunyai tektur yang

halus, berwarna kecoklatan.

(21)

Tabel 2.6

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Barito Selatan, 2014

2.7.2 Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan daerah

pedataran rendah dengan topografi praktis datar. Pada sektor tengah mulai dijumpai

perbukitan dengan variasi topografi dari landai sampai miring, dengan pola intensitas

kemiringan yang meningkat ke arah utara. Sektor utara merupakan rangkaian

pegunungan dengan dominasi topografi curam, bagian wilayah ini memanjang dari

barat daya ke timur. Sejalan dengan fisiografi wilayah, proporsi dari areal-areal yang

bertopografi lebih berat adalah lebih tinggi pada daerahdaerah yang berada di

(22)

2.7.3 Klimatologi

Sebagai daerah yang beriklim tropis, wilayah Kabupaten Barito Selatan udaranya

relatif panas yaitu siang hari mencapai sekitar 34°C dan malam hari sekitar 20°C,

sedangkan ratarata curah hujan per tahunnya relatif tinggi yaitu mencapai 325,6 mm.

Jumlah harian hujan mencapai 17,5 dengan kecepatan rata-rata angina 4,3 (knots).

Dengan demikian arah angina yang sering terjadi yaitu ke arah utara.Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada table Tabel 2.6 Banyaknya Curah Hujan, Hari Hujan,Kecepatan Angin dan Arah Angin Kabupaten Barito Selatan

Tabel 2.8

Banyaknya Curah Hujan, Hari Hujan,

Kecepatan Angin dan Arah Angin Kabupaten Barito Selatan

Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika Kabupaten Barito Selatan

2.7.4 Hidrologi

Sejalan dengan kondisi fisiografi wilayah, sungai-sungai utama mempunyai

verval yang rendah hingga ke sektor tengah. Maka jangkauan pengaruh pasang air

(23)

sungai sering meluap ke wilayah pedataran yang dilintasinya. Rawa gambut terdapat

hingga ke sektor tengah; pada bagian yang lebih hilir terdapat rawa pasang surut.

Wilayah lebih hulu dialiri anak-anak sungai berpola dendritik dengan verval tinggi

bahkan beriam.

Dengan demikian, kawasan hulu sangat berpotensi bagi pembangkit listrik

tenaga air disamping sebagai sumber air mineral. Kawasan berawa di sektor tengah

dan pesisir berfungsi retensi saat kelebihan air musim penghujan. Dengan satu

sungai besar (Sungai Barito) dan banyak sungai kecil/anak sungai, keberadaannya

menjadi salah satu ciri khas Kabupaten Barito Selatan. Sungai Barito dengan

panjang mencapai 900 km dengan ratarata kedalaman 8 m merupakan sungai

terpanjang di Barito Selatan.

2.8 Wilayah Peka Bencana Alam

Bencana alam yang paling potensial di Kalimatan Tengah ialah banjir, yakni

banjir luapan di hilir serta banjir bandang dan longsoran di hulu dan di kawasan

tengah. Banjir bandang, yang sering disertai longsoran, jauh lebih tinggi kadar

bencananya karena berpotensi melanda pemukiman sepanjang aliran.

Kabupaten Barito Selatan adalah daerah bayangan hujan dan kawasan

limpahan air yang berasal dari pegunungan/perbukitan di hulu Sungai Barito. Secara

resmi siklus air sesuai dengan faktor klimatologi pada dasarnya berada di dalam

posisi keseimbangan antara curah hujan, air aliran-aliran permukaan atau Surface

Run Off perkolasi atau peresapan ke dalam tanah base flow air tanah yang kembali

mengalir ke permukaan berupa mata air, serta kembali diuapkan menjadi transpirasi

lewat tumbuhan dan vaporasi lewat air yang ada. Daerah aliran Sungai Barito

merupakan kawasan di Kabupaten Barito Selatan yang sering mengalami banjir.

Bertambahnya luas kawasan lindung setengah juta hektar pada RTRWP 2006

sama sekali tidak mengurangi potensi banjir bandang. Tambahan tersebut

seluruhnya ialah areal Calon Taman Nasional Sebangau yang berada dihilir; lokasi -lokasi hutan lindung pada kawasan hulu tidak berubah dari tahun 2003. Hampir

sejuta hektar lagi areal-areal pada kawasan hulu yang seharusnya dijadikan hutan

(24)

HPH tersebut baru akan habis masa berlakunya diatas 10 tahun dari sekarang. Yang

masa berlakunya akan habis dibawah 5 tahun lagi mencakup kurang dari seperlima

Gambar

Tabel 2.2
Tabel 2.3 Luas Daerah Menurut Kecamatan Dan Tinggi Rata-Rata
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per Kecamatan
Gambar 2.1 Pelayanan Jaringan PDAM
+5

Referensi

Dokumen terkait

✓ Alluvium endapan dataran berbutir sedang sampai halus yang terdiri dari pasir dan lempung dengan sisipan pasiran, kelulusan sedang, sebagian besar daerah pantai utara

Selatan, Daha Utara, Padang Batung, Daha Barat, Kalumpang, Kandangan, Simpur, Sungai Raya,.. Angkinang dan Telaga Langsat (Kabupaten Hulu Sungai Selatan Dalam

Jenis tanah yang terluas di wilayah Kota Probolinggo adalah alluvial.. coklat keabuan, yaitu dari bagian tengah hingga selatan

penduduk Kabupaten Minahasa Selatan tersebar pada bentang wilayah dengan kepadatan yang.. cukup rendah dan sebagian besar terkonsentrasi di ibukota

yang berupa perbukitan hingga bergelombang, dengan elevasi dari lokasi hulu sungai yang tinggi. Faktor elevasi dan topografi sangat berpengaruh pada pembentukan hujan, di

Kondisi Kabupaten Badung secara umum di bagian Utara pada ketinggian di atas 400 m hingga lebih merupakan daerah resapan utama bagi pengisian air tanah. Akifer air tanah di

Potensi utama bahan galian yang terdapat di daerah, Kab Barito Kuala adalah endapan gambut, sebab selain ketebalan gambut hingga mencapai lebih besar dari 5 meter, yang

Pada bagian timur mulai dari Surabaya hingga ke arah barat laut, di sebelah barat berbatasan dengan Zona Randublatung, dan di sebelah utara serta selatan