• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROFIL KABUPATEN BADUNG - DOCRPIJM 1504704048Bab4 Profil KabKota bdg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV PROFIL KABUPATEN BADUNG - DOCRPIJM 1504704048Bab4 Profil KabKota bdg"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PROFIL

KABUPATEN

BADUNG

Bab ini menguraikan secara ringkas kondisi fisik,sosial dan ekonomi wilayah Kabupaten/Kota Katagori Strategis Nasional (Kabupaten Badung)

4.1.

GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF WILAYAH

Kabupaten Badung Terletak antara 08o14'20" - 08o50'48" Lintang Selatan, dan

115o05'00" - 115o26'16" Bujur Timur, dengan batas-batas :

 Sebelah utara : Kabupaten Buleleng;

 Sebelah Timur : Kabupaten : Bangli, Gianyar, dan Kota Denpasar;  Sebelah Selatan : Samudera Indonesia;

 Sebelah Barat : Kabupaten Tabanan.

Luas wilayah Kabupaten Badung 418,52 km2 secara adminisratif mencakup 6 kecamatan 16 kelurahan, dan 46 desa, seperti disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan, Kelurahan,dan Desa

No Kecamatan Kelurahan Desa Luas Wilayah

(2)
(3)
(4)

4.2.

GAMBARAN DEMOGRAFI

Jumlah Penduduk Kabupaten Badung berdasarkan Sensus Penduduk 2010 berjumlah 543.332 jiwa dengan rincian 277.536 jiwa laki-laki dan 265.796 jiwa perempuan. Jumlah penduduk Kabupaten Badung ini lebih kurang 13,96 persen dari jumlah penduduk Provinsi Bali. Distribusi penduduk per kecamatan terkonsentrasi di Kecamatan Mengwi 122.858 jiwa, dan terendah di Kecamatan Petang 26.269 jiwa,, seperti disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Kecamatan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung sangat pesat, rata-rata 4,43 persen per tahun selama sepuluh tahun terakhir, 2000-2010 (data antar sensus). Sedangkan secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia 1,47 persen dan pertumbuhan penduduk Bali 2,15 persen. Dengan kata lain bahwa Kabupaten Badung telah menjadi tumpuan harapan dari para migran yang datang ke Bali.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi terjadi di Kecamatan Kuta Selatan 9,11 persen, Kuta 5,93 persen dan Kuta Utara 6,94 persen. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan fisik perumahan dan sarana pariwisata sangat pesat di Kuta Selatan dan Kuta. Sedangkan Kuta Utara sebagai daerah penyangga dengan pembangunan perumahan dan pemukiman baru. Pertumbuhan terendah terjadi di Kecamatan Petang 0,37 persen, sedangkan Mengwi 2,46 persen dan Abiansemal 1,77 persen. Badung selatan dengan laju pertumbuhan penduduk cukup tinggi sudah tentu sangat memerlukan penataan administrasi kependudukan serta penataan kawasan yang lebih baik.

Gambar 4.2 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Kab.Badung 2000-2010

(5)

4.3.

GAMBARAN TOPOGRAFI

Secara umum letak ketinggian Kabupaten Badung adalah seperti yang disajikan pada Tabel 4.4.Ketinggian tempat tertinggi barada di Kecamatan Petang (2.075 m) diatas permukaan laut, terendah berda di Kecamatan Kuta ( 27m ). Ditinjau dari luas daerah terbangun bahwa semakin ke utara, persentase nilai lahan terbangun semakin kecil. Hal ini memberi indikasi bahwa secara fisik pembangunan berlangsung lebih cepat di bagian selatan, sehingga dapat dikatakan bahwa makin ke selatan Kabupaten Badung, semakin bersifat Urban dan semakin ke utara akan semakin Rural.

Kemiringan lereng Kabupaten Badung dapat dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) yaitu : a. kemiringan lereng 0 – 3%, merupakan daerah datar, umumnya merupakan daerah

dataran aluvial sungai, rawa dan pantai. Penyebarannya meliputi Kuta, Legian dan Benoa dengan luas daerah  22,01 km² atau 5,64% dari luas daerah;

b. kemiringan lereng >3 – 5%, merupakan daerah landai, umumnya merupakan daerah dataran aluvial sungai. Penyebarannya meliputi Jimbaran, Basangkasa dan Petinggan dengan luas daerah  23,12 km² atau 3,93% dari luas daerah;

c. kemiringan lereng >5 – 10%, merupakan daerah bergelombang umumnya merupakan daerah perbukitan bergelombang, penyebarannya meliputi daerah : Munggu, Dalung, Abianbase, Lukluk, Mengwi dan Cemengan dengan luas daerah  109,9 km² atau 28,19 % dari luas daerah;

Tabel 4.3 Luas Wilayah, Ketinggian, dan Luas Terbangun per Kecamatan

d. kemiringan lereng >10 – 15%, merupakan daerah agak miring. Penyebarannya meliputi daerah Sembung, Batangnyuh, Sangeh, Semuan, Getasan dan Pangsang dengan luas daerah  59,53 km² atau 15,27% dari luas daerah;

e. kemiringan lereng >15 – 30%, merupakan daerah miring. Penyebarannya meliputi daerah Unggasan, Pecatu, Kutuh, Petangan, Uluwatu dan Sawangan dengan luas daerah  93,33 km² atau 23,94% dari luas daerah;

f. kemiringan lereng >30 – 70%, merupakan daerah sangat miring sampai curam. Penyebarannya meliputi sekitar Plaga, Kladan dan Belok dengan luas daerah  75,49 km² atau 19,36 % luas daerah pemetaan;

(6)

Pembagian satuan morfologi didasarkan pada bentuk bentang alam dan kemiringan lereng. Wilayah Kabupaten Badung dapat dibagi menjadi 5 (lima) satuan morfologi yaitu:

a. Dataran

Merupakan daerah dataran alluvium dan pantai, bentuk lereng datar hingga landai dengan kemiringan lereng umumnya < 5%, terletak pada ketinggian 0 – 50 m diatas permukaan laut. Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini kondisi keairannya bersifat permanen (mengalir sepanjang tahun). Bentuk sungai melebar ke arah horizontal dengan tebing yang landai dan dangkal. Batuan penyusun terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan liat.

Penyebarannya dibagian tengah-selatan dengan luas daerah lebih kurang 11,56% dari luas wilayah, meliputi Kuta, Legian, Tuban, Benoa, Nusa Dua, Basangkasa, Petinggan dan Plase. Dari pengamatan di lapangan daerah ini umumnya dipergunakan sebagai daerah permukiman, industri, perkantoran, pertokoan, dan obyek wisata.

b. Perbukitan Berelief Halus

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng umumnya antara 5 – 15% (setempat > 15%) dan berada pada ketinggian 100 – 500 m diatas permukaan laut.

Bentuk morfologi dipengaruhi oleh adanya torehan alur-alur sungai yang membentuk pola aliran sejajar (pararel) dengan lembah yang cukup lebar dan agak dalam serta bentuk sungai mulai mengarah ke bentuk “U”. Erosi lateral sudah mulai berjalan lebih intensif dibandingkan dengan erosi vertical. Batuan penyusun terdiri dari tufa dan lahar yang berasal dari batuan gunung api kelompok Buyan – Bratan dan Batur (Qpbb).

Penyebarannya terdapat di bagian tengah dengan luas lebih kurang 43,38% dari luas wilayah yaitu sekitar daerah Mengwi, Kapal, Abiansemal, Denkayu, Blahkiuh, Lukluk dan Sangeh. Penggunaan lahan di daerah ini digunakan untuk kawasan permukiman, pertanian dan obyek wisata.

c. Perbukitan Berelief Sedang

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng umumnya 15 – 30% (setempat > 50%) dan berada pada ketinggian 7 - 213 meter di atas permukaan laut dengan puncak-puncaknya G. Unggasan, Tegalblimbing, Alas Pulosupit, Munduk Dipal, dan Alas Kemajung. Kenampakan pola aliran sungai adalah memancar (radial).

Penyebarannya di bagian selatan wilayah dengan luas lebih kurang 23,94% dari luas daerah, meliputi daerah Pecatu, Petangan, Simpangan, Kutuh dan Uluwatu. Penggunaan lahan pada satuan ini umumnya berupa daerah alang-alang, tegalan dan permukiman.

d. Perbukitan Berelief Kasar

(7)

Sebarannya terdapat di bagian utara dengan luas lebih kurang 19,58% dari luas daerah yaitu sekitar daerah Pangsang, Petang, Sandakan, Nungnung, Kladan dan Plaga. Penggunaan lahan di daerah ini adalah untuk kawasan perkebunan, permukiman setempat dan persawahan.

e. Perbukitan Berelief Sangat Kasar

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar dengan kemiringan lereng umumnya > 70% (setempat 50%) dan berada pada ketinggian 1500 – 2096 m di atas permukaan laut. Pola aliran sungai menujukkan pola memancar (radial) dengan lembah dalam dan sempit. Sifat sungai umumnya musiman (intermitten) artinya hanya berair pada musim penghujan. Batuannya terbentuk dari hasil kegiatan gunung api kelompok Buyan – Bratan Purba berupa lava dan Breksi (Qvbb).

Sebarannya menempati bagian utara dengan luas lebih kurang 1,53% dari luas daerah, yang meliputi daerah sekitar G. Catur yang umumnya masih ditutupi oleh hutan tropik.

(8)
(9)
(10)

4.4.

GAMBARAN GEOHIDROLOGI

Kabupaten Badung mempunyai karakteristik hidrologi yang beragam sehingga secara relatif memiliki sumber daya air yang kaya dibandingkan wilayah lainnya di Bali. Karakteristik hidrologi tersebut meliputi sungai, danau, mata air tanah.

A. SUNGAI

Pada Sub-SWS 03.01.02 mengalir sungai utama Tukad Yeh Penet dan sungai-sungai lainnya yang sebagian diantaranya termasuk dalam wilayah Kabupaten Tabanan. Karakteristik sungai-sungai di Kabupaten Badung, adalah sebagai berikut :

a. Tukad Ayung

Tukad Ayung adalah sebuah system DAS yang menempati wilayah Kabupaten Bangli di bagian hulunya, Kabupaten Badung dan Gianyar di bagian tengah serta bermuara di pantai Padanggalak yang merupakan perbatasan wilayah Kota denpasar dan Kabupaten Gianyar. Panjang sungai utama mencapai 62,50 km. Anak-anak sungai Tukad Ayung yaitu: Tukad Pungsu, Tukad Bebunut, Tukad Yeh Song, Tukad Siap, Tokad Ngongkong, Tukad Bangkung, Tukad Tegalanting, Tukad Kilap, dan lain-lainnya.

Pemanfaatan air sungai Ayung secara langsung dilakukan oleh sector kehidupan baik yang berada di wilayah Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.

b. Tukad Mati

Tukad Mati adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah Kabupaten Badung di bagian hulu dan hilir, sementara bagian tengahnya melintasi kota Denpasar. Anak sungai Tukad Mati paling sedikit yaitu terdiri dari Pangkung Lebak Muding dan Pangkung Danu. Fungsi Tukad Mati saat ini selain untuk mengairi beberapa lahan sawah, terutama adalah sebagai drainase kota.

c. Tukad Badung

Tukad Badung adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah Kota Denpasar di bagian hulu dan tengahnya, sedangkan bagian hilir menjadi batas antara wilayah Kabupaten Badung dengan Kota Denpasar. Anak-anak sungainya seluruhnya ada di Kota Denpasar yaitu Tukad Jurang, Tukad Langan, Tukad Medih, Tukad Urang dan Tukad Rarangan.

Pada bagian hilir Tukad Badung terdapat Waduk Estuary Nusa Dua yang mempunyai kemampuan untuk melayani pasokan air bersih sebesar 300 lt/det yang selama ini dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan air di wilayah Badung Selatan.

d. Tukad Yeh Penet

Tukad Yeh Penet merupakan sistem DAS pada sisi Barat Kabupaten Badung yang berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Pada sistem DAS ini terdapat beberapa anak sungai yang aliran airnya bermuara pada Tukad Yeh Penet yaitu : Tukad Sungai, Tukad Dangkang, Tukad Ulaman, Tukad Kedokan, Tukad Yeh Ge, Tukad Kajang, Tukad Ngingian, Tukad Bangka, dan lain-lain.

e. Sungai-sungai lain di sub-SWS 03.01.02.

Beberapa sungai kecil yang langsung bermuara ditemukan di wilayah Kecamatan Kuta yang selain berfungsi sebagai pemasok air irigasi, juga sebagai terminal drainase lingkungan, seperti: Tukad Canggu, Tukad Pangi, Tukad Yeh Poh, dan lain-lainnya.

f. Sungai-sungai di Jazirah Nusa Dua

(11)

km, luas daerah tangkapan rata-rata 3,37 km2. Jumlah pengaliran ke Selatan lebih banyak, lebih panjang dan lebih cepat, sementara jumlah DPS nya berimbang dengan yang kearah Utara. Sungai-sungai tersebut antara lain Tukad Batumejan, Tukad Cengiling, Tukad Bualu, Tukad Nangka, Tukad Soma, dan lain-lain.

Karakteristik sungai-sungai utama serta beberapa sungai permanen lainnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.4 Karakteristik Sungai-sungai di Kabupaten Badung

NO NAMA SUNGAI SUB-SWS PANJANG

Sumber: Proyek Pengelolaan dan Konservasi Sumber Air Bali

B. AIR DANAU/ WADUK

Kabupaten Badung tidak memiliki satupun danau alam sebagai sumber air. Namun demikian, pada saat ini terdapat sebuah danau buatan atau waduk muara yang berfungsi sebagai tampungan air untuk diolah dan dimanfaatkan sebagai sumber pasokan air baku pada daerah pelayanannya. Waduk Muara Nusa Dua yang dimaksud secara administratif berada pada batas wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, dengan kesempatan pemanfaatan produksi airnya terutama oleh wilayah Kabupaten Badung bagian Selatan yang meliputi Kuta dan Nusa Dua.

C. AIR TANAH DAN MATA AIR

a. Air Tanah

(12)

Menurut pengelompokan kandungan air tanah yang dibuat dalam Peta Hidrogeologi Bali, di Kabupaten Badung terdapat wilayah-wilayah dengan kandungan air tanah yang merentang atas kondisi sebagai berikut : 1) daerah yang terpengaruh oleh air laut (air payau) meliputi wilayah Jimbaran, Tanjung Benoa dan sekitarnya, 2) setempat kandungan air sangat sedikit sekali 0,1 lt/ det terdapat di wilayah Bukit Pecatu dan Nusa Dua, 3) setempat kandungan air besar 10 lt/det terdapat di wilayah Kuta, Kuta Utara hingga sebagian kecamatan Mengwi, 4) setempat kandungan sedang 5 lt/det terdapat di wilayah Abiansemal, dan 5) setempat kandungan sedikit 0,5 lt/det terdapat di wilayah Petang.

Kondisi kualitas air tanah berdasarkan pengujian terhadap beberapa sumur dangkal dan sumur dalam di Badung Selatan menunjukkan bahwa air tanah masih memiliki kualitas golongan A. Tetapi pada beberapa sumur sampel ditemukan bahwa air tanah sudah terasa asin karena intrusi air laut dan terdapatnya pencemaran koli tinja.

b. Mata Air

Dalam keadaan yang memungkinkan, akibat adanya rekahan, celah atau bekerjanya fungsi kaliparitas, maka air tanah akan muncul ke permukaan sebagai mata air.

Keterdapatan mata air di Kabupaten Badung menurut data Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2005 ditemukan di beberapa tempat sebanyak 379 buah, seperti terlihat pada Tabel 4.6. Sementara kedudukan beberapa mata air yang telah termanfaatkan berdasarkan diidentifikasi oleh Tim Studi JICA pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.6

Kemanfaatan mata air tersebut terutama adalah untuk fungsi sebagai pemasok air minum yang langsung dimanfaatkan oleh lingkungan pemukiman, irigasi atau permandian.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Jumlah Mata Air di Kabupaten Badung Tahun 2007

(13)

Tabel 4.6 Mata air di Kabupaten Badung, Debit dan Pemanfaatannya

NO MATA AIR DESA KECAMATAN DEBIT lt/dt PEMANFAATAN

1 Bukit Jimbaran Kuta Selatan 1,09

-2 Taman I Sangeh Abiansemal t.a.

-3 Taman Biji Guming Penarungan Mengwi 1,312 Air minum

4 Pura Taman Apuan Abian semal Abiansemal 2,75 Irigasi & MCK

5 Apuan Abian semal Abiansemal t.a.

-6 Blahkiuh Blahkiuh Abiansemal t.a.

-7 Mumbul Sangeh Abiansemal 112 Kolam ikan

8 Brahmana II Sangeh Abiansemal 5,5 Air Minum & MCK

9 Brahmana I Sangeh Abiansemal 216,66 Permandian

10 Pacung II Abiansemal Abiansemal 50 Irigasi

11 Punggul Blahkiuh Abiansemal t.a.

-12 Sangeh Sangeh Abiansemal t.a.

-13 Batan Telaga Selat Abiansemal 63 Irigasi & MCK

14 Taman II Taman Abiansemal t.a.

-15 Nungnung Pelaga Petang 227,5

-16 Belong Petang Petang 1,1 Irigasi & MCK

17 Gaduh Sibangkaja Abiansemal 2,21

-18 Purna Mengwi Mengwi 3,16 Irigasi dan air

minum

19 Pande Mengwi Mengwi 6,7 Irigasi & MCK

20 Dukun Gulingan Mengwi 2,57 Air Minum & MCK

21 Beji Sampuana Dalung Kuta Utara 0,15 Air minum

22 Bukti Gulingan Mengwi 4,5 Irigasi

23 Pancoran B Badung Gulingan Mengwi 2,47 Air minum

24 Sagu Baha Mengwi t.a.

-25 Paluh Penarungan Mengwi 40 Air minum

26 Was Ayunan Abiansemal t.a.

-27 Beneh Kawan Blahkiuh Abiansemal 2

-28 Pancoran Wasi Blahkiuh Abiansemal 5,57 Irigasi & MCK

29 Sulangai Sulangai Abiansemal t.a.

-30 Pacung I Sangeh Abiansemal t.a. Air Minum & MCK

31 Dungun Petang Petang t.a. Air minum

Sumber: Dinas PU dan Hasil Studi Tim JICA

(14)
(15)
(16)

4.5.

GAMBARAN GEOLOGI

Kondisi geologi Kabupaten Badung sebagian besar merupakan produk gunung api muda yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa pasiran dan endapan lahar (Hadiwidjojo, 1971 dan Sudadi dkk, 1986). Sebagian kecil daerah pesisir sekitar Kuta merupakan daerah alluvial endapan pantai yang tersusun dari pasir, sedangkan di daerah selatan merupakan bukit kapur yang berasal dari batu gamping, batu pasir gampingan dan napal.

Lebih jelasnya kondisi Geologi di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 4.7 Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Badung tergolong jenis Inceptisols berbahan induk abu vulkan intermedier dan tuf. Sebagian lagi jenis tanah Andisol dari bahan induk yang sama terdapat di daerah hutan lindung yang berbatasan dengan Kabupaten Buleleng. Tanah Entisols terdapat di sekitar dataran pantai Kuta.

Wilayah perbukitan kapur di bagian selatan memiliki jenis tanah Alfisols dengan fisiografi pengangkatan (uplifit) daerah pantai. Vertisols juga ditemukan di Canggu, Kerobokan yang mempunyai sifat mudah mengembang dan mengempis.

(17)
(18)
(19)

4.6.

GAMBARAN KLIMATOLOGI

Menurut pencatatan Dinas Pertanian yang diperoleh pada Badung Dalam Angka 2007, diketahui bahwa rata-rata curah hujan di Kabupaten Badung sebesar 8.556 mm. Untuk tingkat kecamatan, curah hujan paling tinggi terjadi di Kecanatan Petang yaitu sebaser 2.698 mm dan yang paling kecil terjadi di Kecamatan Mengwi yang besarnya hanya

Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan serta keterampilan penduduk. Melalui upaya kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk. Fasilitas pendidikan TK, SD, SLTP dan SLTA sudah menyebar di seluruh bagian wilayah kecamatan. Hal ini berkaitan pula dengan kebijaksanaan pembangunan kota yang berkaitan dengan pembangunan permukiman baru. Data sarana pendidikan Kabupaten Badung dipresentasikan pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Jumlah Sarana Pendidikan Di Kabupaten Badung Tahun 2009

Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan

Keterangan : CH : Curah Hujan, HH : Hari hujan

Alat di Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta Utara tidak berfungsi

Kabupaten

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2008 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Badung)

(20)

Sistem mata pencaharian penduduk di Kabupaten Badung dipengaruhi karakteristik wilayahnya, yaitu pada wilayah Badung bagian selatan (Kecamatan Kuta dan sekitarnya) yang karakteristik wilayahnya adalah pesisir didominasi kegiatan pariwisata (antara lain, sektor perdagangan, hotel dan restoran). Sedangkan di Badung bagian Utara (Kecamatan Petang dan Abiansemal) dengan karakteristik wilayah daerah pertanian umumnya bermata pencaharian di sektor pertanian.

Berdasarkan data Program Perlindungan Sosial (PPLS), jumlah dan persebaran rumah tangga miskin di Kabupaten Tabanan disajikan pada Tabel berikut. Pada tahun 2011 jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Tabanan sebanyak 13.323 RTM atau 9,35 % dari Rumah Tangga yang ada. Persebaran jumlah tertinggi berada di Kecamatan Mengwi 4.836 RTM, kemudian disusul di Kecamatan Abiansemal 4.817 RTM, di Kecamatan Petang 2.028 RTM, dan terkecil berada di Kecamatan Kuta dengan 132 RTM.

Namun berdasarkan persentase RTM per kecamatan bahwa konsentrasi tertinggi berada di Kecamatan Petang 32,28 %, kemudian disusul di Kecamatan Abiansemal 25,77 %, di Kecamatan Mengwi 17,26 %, dan terkecil di Kecamatan Kuta 0,44 %.

Ditinjau dari persebaran jumlah rumah tangga miskin (RTM), terjadi ketimpangan antara Badung Selatan dan Badung Utara dimana jumlah RTM sebagaian besar berada di Badung Utara.

Tabel 4.9 Jumlah RTM di Kabupaten Badung Tahun 2011

No Kecamatan JML RTM JML RT % RTM

Secara keseluruhan IPM terus meningkat dari tahun 1996 sebesar 71,51 dan tahun 2002 sebesar 73,24. Hal ini menunjukan bahwa kualitas penduduk Badung semakin baik setiap tahunnya, hanya saja pada tahun 1999 terjadi penurunan IPM yang disebabkan oleh dampak krisis moneter yang menghatam Indonesia pada tahun-tahun tersebut.

4.7.2. Perekonomian Wilayah

(21)

Pulau Bali. Sedangkan sektor pertanian berkontribusi karena sebagian besar wilayah Utara Kabupaten Badung merupakan kawasan pertanian yang saat ini sedang diusahakan sebagai bentuk wisata alternatif (agrowisata). Sedangkan, sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terkecil, disebabkan karena sedikitnya potensi pertambangan dan galian di Kabupaten Badung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut

Tabel 4.10 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2008

2 Pertambangan dan Penggalian 66,67 71,04 67,07 69,45

a. Minyak dan Gas Bumi - - - -

b. Pertambangan Tanpa Migas - - - -

c. Penggalian 66,67 71,04 67,07 69,45

3 Industri Pengolahan 124,58 128,46 135,16 141,69

a. Industri Migas - - - -

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 128,75 133,09 141,54 150,79

a. Perdagangan Besar & Eceran 143,96 157,15 161,87 169,94

b. Hotel 124,90 126,88 136,27 145,81

c. Restoran 137,55 147,57 153,84 162,47

7 Pengangkutan dan Komunikasi 112,24 118,85 133,26 149,10

(22)

No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008

Produk Domestik Regional Bruto 126,13 132,47 141,54 151,33

Sumber: Kabupaten Badung Tahun 2010

Dari distribusi PDRB diketahui distribusi terbesar pada sektor-sektor yang bergerak pada kegiatan pariwisata yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar 40% dan pengangkutan dan komunikasi sekitar 20% yang kondisinya mengalami penurunan. Selanjutnya sektor jasa-jasa yang terus meningkat dengan distribusi tahun 2008 sebesar 11,33%. Sektor pertanian menyumbang sekitar 6 % yang kondisinya stastis, sektor bangunan sekitar 5% yang kondisinya statis, sedangkan sektor lainnya seperti industri pengolahan, keuangan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertambangan dan penggalian dibawah 5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.11 Distribusi PDRB Kab Badung Atas Dasar Harga Konstan Menurut

Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: Badung Dalam Angka 2010

Analisis LQ juga dapat memberikan gambaran sektor-sektor mana yang berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000, menurut lapangan usaha tahun 2004-2007 dan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Badung, dapat diidentifikasi sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis di Kabupaten Badung, dan bagaimana perkembangannya setiap tahun dengan menggunakan analisis LQ.

(23)

Walaupun sektor pertanian bukan merupakan sektor basis dalam hal pendapatan dan ketenagakerjaan di Kabupaten Badung, tetapi berdasarkan prosentase penyerapan tenaga kerja sektor pertanian merupakan prosentase terbesar kedua di Kabupaten Badung. Dengan kondisi tersebut, maka sektor pertanian di Kabupaten Badung hendaknya tetap dipertahankan dan dikembangkan.

Secara umum sektor unggulan di Kabupaten Badung dipengaruhi potensi dan karakteristik yang dimiliki masing-masing wilayah di Kabupaten Badung. Dimana wilayah Badung Utara yang merupakan kawasan konservasi memiliki potensi pertanian, sedangkan wilayah Badung Selatan yang merupakan kawasan pariwisata yang memiliki potensi obyek-obyek pariwisata.

Berdasarkan distribusi PDRB diketahui sektor pariwisata (sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran) merupakan penyumbang PDRB tertinggi di Kabupaten Badung (45,19%), kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi (25,17%), jasa-jasa (8,62%), pertanian (9,01%) dan bangunan (4,63%), sedangkan kontribusi sektor lainnya dibawah 5%. Begitupula berdasarkan analisis LQ, diketahui sektor basis Kabupaten Badung adalah sektor pariwisata (sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi).

Gambar

Gambar 4.1  Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Badung
Tabel berikut.
Tabel 4.4.Ketinggian tempat tertinggi barada di Kecamatan Petang (2.075 m) diatas
Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Kabupaten Badung
+6

Referensi

Dokumen terkait

kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian. elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air laut

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan;  Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat. Untuk lebih jelas batas

Di Kabupaten Ciamis terdapat 3 (tiga) daerah aliran sungai, seperti pada Tabel 2.5 , dan dipetakan seperti pada Gambar 2.5.. Daerah aliran sungai tersebut terdiri dari daerah resapan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung

d) Sektor PPLP terdapat 1(satu) usulan kegiatan yang masuk katagori entitas regional, yakni kegiatan Fasilitasi Penyusunan Masterplan dan FS Air Limbah Kabupaten

Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Halmahera Barat sebelumnya adalah merupakan Kantor Cabang di Jailolo dari PDAM Kabupaten Halmahera Barat dan PDAM

Secara umum, mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan air minum, namun di beberapa tempat dijumpai sisipan-sisipan akuifer yang mengandung air tanah payau/asin, yang

Kondisi topografi Kabupaten Kulon Progo bagian Utara: merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 -1000 m dari permukaan laut (meliputi Kecamatan :