• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PROFIL KABUPATEN KULON PROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PROFIL KABUPATEN KULON PROGO"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PROFIL KABUPATEN KULON PROGO

4.1

GambaranGeografidanAdministratif Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Kulon progo adalah 586,28 km2. Letak geografis Kabupaten Kulon Progo terletak antara 007o38'42" - 007o59'3" Lintang Selatan dan 110o01'37" - 110o16'26" Bujur Timur. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di DIY yang terletak paling barat, dengan batas wilayah :

- Barat : Kabupaten Purworejo,Provinsi Jawa Tengah

- Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul,Pemerintah Daerah D.I.Yogyakarta - Utara : Kabupaten Magelang, ProvinsiJawa Tengah

- Selatan: Samudera Hindia.

Gambar 4.1Posisi Kabupaten Kulon Progo

Wilayah admnistratif Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan dan 917padukuhan. Dari luas tersebut 24,89 % berada di wilayah Selatan yang meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan Galur, 38,16 % di wilayah tengah yang meliputi kecamatan Lendah, Pengasih, Sentolo, Kokap, dan 36,97 % di wilayah utara yang meliputi kecamatan Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Luas kecamatan antara 3.000 - 7.500 Ha dan yang wilayahnya paling luas adalah kecamatan Kokap seluas 7.379,95 Ha sedangkan yang wilayahnya paling sempit adalah kecamatan Wates seluas 3.200,239 Ha.

(2)
(3)

Gambar 4.3Peta Wilayah Perkotaan Kabupaten Kulon Progo

4.2

GambaranDemografi

JumlahpendudukKulonprogotahun 2013 berdasarkan data BPS adalah401.450orang, yang

terdiriatas 198.290laki-lakidan203.160perempuan.

PenyebaranpendudukKulonprogomasihbertumpu di KecamatanPengasihyaknisebesar 11,62

persen, kemudiandiikutiolehKecamatanSentolosebesar11,45 persen, KecamatanWatessebesar 11,31persen, sedangkankecamatan-kecamatanlainnya di bawah

10 persen.

KecamatanPengasih, Sentolo, danWatesadalah 3 Kecamatandenganurutanteratas yang memilikijumlahpendudukterbanyakSedangkanKecamatanGirimulyomerupakankecamatan yang paling sedikitpenduduknya.Sex ratio KabupatenKulonProgoadalahsebesar 96 yang

artinyajumlahpenduduklaki-laki 4 persenlebihsedikitdibandingkanjumlahpendudukperempuanJikadilihat per kecamatansex

ratio terbesarterdapat di KecamatanLendahyaknisebesar 99 yang berartijumlahpenduduklaki-lakilebihsedikit

1persendibandingkanjumlahpendudukperempuandan yang terkecilterdapatdi KecamatanKalibawangyaknisebesar 93 yang berartijumlahpenduduklaki-laki7

(4)

Secaraumumdalamtiapkecamatan diKabupatenKulonProgojumlahpenduduklaki-lakilebihsedikitdibandingkanjumlahpendudukperempuan.

Sumber: BPS KabupatenKulonProgo 2014

Gambar 4.4Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per KelompokUmur 2013 - 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 0 - 4 5 -9 10 -14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 + Jiwa Ke lo m po k U sia Perempuan Laki-Laki

(5)

Gambar 4.5Sex Ratio PendudukMenurutKecamatan

Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2014

Gambar 4.6Struktur Penduduk Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Jenis Kelamin, 2014

LajupertumbuhanpendudukKulonprogorata-rata per tahunadalahsebesar 0,56persen.

Lajupertumbuhanpenduduktertinggi di Kulonprogoada di tigakecamatanyakniKecamatanTemon, KecamatanWates, danKecamatanPengasihsebesar

0,81 persen, sedangkan yang terendah diKecamatanKokapsebesar -0,57persen. KecamatanSentolomeskipunmenempatiurutankeduadarijumlahpenduduknamundarisisilajupe rtumbuhanpendudukmenempatiurutankeempatsebesar 0,77persen. KecamatanTemonsecarajumlahpendudukmenempatiurutanterendahkeduatetapilajupertumbu hanpenduduknyamenempatiurutantertinggiatausamadenganKecamatanWatesdanKecamata n Pengasih.

[CELLRANGE]

[CATEGORY

NAME]

[PERCENTAG

E]

[CELLRANGE]

[CATEGORY

NAME]

[PERCENTAG

E]

(6)

Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2013

Gambar 4.7LajuPertumbuhanPendudukKecamatan

Proyeksi penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013-2019 disajikan dalam tabel di bawah ini.

Gambar 4.8Proyeksi Penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013-2019

Rata-rata tingkatkepadatanpendudukKulonprogoadalahsebanyak 671,38 orang per kilo

meter persegi. Kecamatan yangpaling tinggitingkatkepadatanpenduduknyaadalahKecamatanWatesyaknisebanyak 1.429 orang per

kilo meter persegisedangkan yang paling rendahadalahKecamatanSamigaluhyaknisebanyak 365 orang perkilo meter persegi.

401.450 403.698 405.959 408.232 410.518 412.817 415.129 390.000 395.000 400.000 405.000 410.000 415.000 420.000 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Jiw a Tahun r=0,56%

(7)

Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2013

Gambar 4.9KepadatanPendudukMenurutKecamatan Kabupaten Kulon Progo, 2012

JumlahpendudukKab. KulonProgoTahun 2013 per

kecamatandisajikandalamgambardibawahini.

Gambar 4.10JumlahPendudukKab. KulonProgo Per KecamatanTahun 2013 (BPS, 2014) 25.446 45.743 34.613 30.004 46.241 46.973 31.590 25.349 27.280 22.264 28.211 37.736 -5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 Jiw a Kecamatan

(8)

Sebaran penduduk Kabupaten Kulonprogo hampir merata dengan presentase rata-rata sebesar 4 % sampai dengan 5,99 %. Sebaran penduduk terkecil ada di Kecamatan Girimulyo.

Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2013

Gambar 4.11DistribusiPersentasePendudukKecamatan Kabupaten Kulon Progo Tabel 4.2Pembagian MasyarakatKurang Sejahtera per Kecamatan

(9)

Dari detail tabeldiatasmasyarakatmiskin di KabupatenKulonprogodiklasifikasikandalammasyarakatprakurangsejahteradankurangsejahte

ra 1. Dibandingkantahun 2011 dan 2012, padatahun 2013 jumlahmasyarakatmiskinmengalamipenurunan.

4.3

GambaranTopografi

Kondisi topografi Kabupaten Kulon Progo bagian Utara: merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 -1000 m dari permukaan laut (meliputi Kecamatan : Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh). Bagian Tengah merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 m dpl.: Meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih dan sebagian Kecamatan Lendah. Bagian Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian sampai 100 mdpl. Meliputi : Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Kecamatan Lendah.

(10)

Gambar 4.12Kondisi Topografi Kabupaten Kulon Progo

4.4

GambaranGeohidrologi

Daerah Aliran Sungai Progo (DAS Progo) dan Daerah Aliran Sungai Serang (DAS Serang) dengan pengaturan tata air yang lebih baik serta sumber-sumber air lainnya seperti mata air apabila dikembangkan dan dimanfaatkan akan dapat lebih meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sungai Progo dengan anak-anak sungainya, memiliki daerah pengaliran seluas 8.894 hektar, dengan debit maksimum 381,90 m3/detik dan debit minimum 13,00 m3/detik. Sungai Serang dengan anak-anak sungainya, memiliki daerah pengaliran seluas 3.635,75 hektar, dengan debit maksimum 153,6 m3/detik dan debit minimum 0.03 m3/detik. Kedua sungai tersebut telah dimanfaatkan untuk irigasi persawahan seluas 9.351 ha. Selain air permukaan di Kabupaten Kulon progo, terdapat potensi air bawah tanah dangkal sebanyak 7.000.204 m3.

(11)

(a) Daerah Aliran Sungai (b) Kedalaman Air Tanah Gambar 4.13Kondisi DAS dan Air Tanah Kabupaten Kulon Progo

4.5

GambaranGeologi

Kondisi geologi Kabupaten Kulon Progo, Geologi Kulon Progo terbentuk dari Formasi Jonggaran, Formasi Sentolo, Alivium, Diorit dan endapan Gunung Merapi. Secara fisiografi Kulon Progo dapat dibagi empat bagian, yaitu Perbukitan Menoreh, Dataran Progo, Perbukitan Sentolo dan Dataran Pantai. Bahaya alam utama di Kulon Progo adalah bahaya longsor di wilayah pergunungan, dan bahaya banjir dan tsumani di wilayah datar sepanjang pantai. Jenis tanah di bagian selatan cukup subur. dan sebagian besar telah dimanfaatkan untuk persawahan. Bagian utara di pergunungan lebih cocok untuk perkebunan.

(12)

Gambar 4.14Kondisi Geologi dan Jenis Tanah Kabupaten Kulon Progo

4.6

GambaranKlimatologi

Curah hujan rata-rata/tahun di Kabupaten Kulon progo pada tahun 2013 adalah sebesar 187 mm. dengan hari hujan rata-rata/bulan selama 14 hari. Musim hujan tejadi pada bulan Nopember - April. Hari hujan terbasah terjadi pada bulan Januari sebesar 490 mm dengan hari hujan selama 22 hari hujan. Kondisi ini curah hujan yang tinggi ini telah mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Kulon progo. Sedangkan untuk musim kemarau terjadi pada bulan Mei s.d. Oktober. dengan bulan-bulan terkering terjadi pada bulan Agustus - September kondisi ini telah mengakibatkan beberapa wilayah seperti di Nanggulan, Kokap kekurangan air baik untuk air bersih sehinggga perlu droping air maupun kegiatan pertanian di daerah irigasi bagian hilir terjadi kondisi kekeringan.

(13)

Tabel 4.3Rata-RataCurah HujandanHariHujan di WilayahKabupaten Kulon ProgoTahun 2013 Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm) Kecamatan Hari Hujan Curah Hujan (mm) Januari 22 490 Temon 11 114 Februari 14 245 Wates 50 188 Maret 11 222 Panjatan 9 144 April 10 142 Galur 9 165 Mei 10 183 Sentolo 9 366 Juni 10 138 Pengasih 12 155 Juli 7 89 Kokap 8 179 Agustus 1 1 Samigaluh 14 145 September 1 1 Kalibawang 9 190 Oktober 4 45 Girimulyo 9 200 Nopember 14 220 Nanggulan 12 231 Desember 16 335 Lendah 11 161 Rata-rata 14 187 Rata-rata 120 2.111

(14)

4.7

KondisiSosialdanEkonomi

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 berdasarkan harga berlaku nilainya 4,6 trilliun rupiah, mengalami kenaikan apabila dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 4,2 trilliun rupiah. Pada tahun 2013leading sektor penopang PDRB KabupatenKulonProgoadalahsektorpertanian, sektorjasa-jasa, dansektorperdagangan,hotel, danrestoran. Ketigasektortersebut total 62,78% sebagaipembentuk primer PDRB KabupatenKulonProgo.

Pembentuksekunder PDRB KabupatenKulonProgoadalah 4 sektoryaitusektorindustripengolahan, sektorkonstruksi, sektorkeuangan, persewaan,

dansektorpengangkutandankomunikasi, yang menyumbangkan total 35,42%.

Sedangkansektordenganperananterkecilterhadap PDRB KabupatenKulonProgoadalahsektorpenggaliandanpertambangansertasektorlistrikdan air

bersih yang masing-masingmemberikansumbangansebesar 0,94% dan 0,86%. Kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB dijelaskan melalui gambar berikut ini.

Sumber : BPS Kabupaten Kulonprogo Dalam Angka,2014

(15)

Tabel 4.4Lajupertumbuhan per sektorKabupatenKulonProgo 2013

Tabel 4.5PDRB AtasDasarHargaBerlakuKabupatenKulonProgo 2009 -2013

Lapangan Usaha Tahun (HargaBerlaku)

2009 2010 2011 2012* 2013**

(1) (2) (3) (2) (3) (4)

1. Pertanian 792.463,00 821.569,00 915.596,00 985.507,00 1.061.782,00 2. PertambangandanPenggalian 34.555,00 24.835,00 31.548,00 36.684,00 43.827,00 3. IndustriPengolahan 496.185,00 550.513,00 553.335,00 585.909,00 650.234,00 4. Listrik Gas dan Air Bersih 28.379,00 31.366,00 33.525,00 35.844,00 40.010,00 5. Konstruksi 189.629,00 209.227,00 239.507,00 269.980,00 310.850,00 6. Perdagangan, Hotel danRestoran 538.809,00 587.485,00 656.245,00 715.196,00 801.751,00 7. PengangkutandanKomunikasi 346.570,00 359.493,00 383.612,00 375.562,00 392.773,00 8. Keuangan, PersewaandanJasa 204.967,00 225.679,00 237.800,00 255.376,00 289.954,00

(16)

Lapangan Usaha Tahun (HargaBerlaku) 2009 2010 2011 2012* 2013** (1) (2) (3) (2) (3) (4) Perusahaan 9. Jasa-Jasa 654.724,00 1.125.746,00 1.236.354,00 1.403.033,00 1.608.036,00 PDRB AtasDasarHargaBerlaku 3.286.280,00 3.935.913,00 4.287.521,00 4.663.091,00 5.199.217,00 Sumber : BPS KabupatenKulonProgo *)AngkaSementara; **)AngkaSangatSementara

Tabel 4.6PDRB AtasDasarHargaKonstan 2000 KabupatenKulonProgo 2009 -2013

Lapangan Usaha Tahun (HargaKonstan 2000)

2009 2010 2011 2012* 2013**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pertanian 474.560,00 467.714,00 495.676,00 517.404,00 526.783,00 2 PertambangandanPenggalian 18.527,00 12.664,00 15.395,00 17.376,00 19.443,00 3 IndustriPengolahan 261.033,00 271.689,00 268.349,00 273.125,00 279.227,00 4 Listrik Gas dan Air Bersih 11.006,00 11.586,00 12.068,00 12.850,00 13.657,00 5 Bangunan 85.790,00 91.657,00 100.658,00 110.071,00 120.627,00 6 Perdagangan, Hotel danRestoran 293.574,00 307.245,00 329.807,00 347.231,00 367.294,00 7 PengangkutandanKomunikasi 179.404,00 184.300,00 188.623,00 183.856,00 190.417,00 8 Keuangan, PersewaandanJasa Perusahaan 110.231,00 116.678,00 117.685,00 123.572,00 134.374,00 9 Jasa-Jasa 294.178,00 317.694,00 341.076,00 475.042,00 518.283,00 Total PDRB AtasDasarHargaKonstan 1.728.302,00 1.781.227,00 1.869.336,00 2.060.527,00 2.170.105,00

Proses urbanisasi di Kabupaten Kulonprogo, yakni peningkatan proporsi jumlah penduduk perkotaan,berlangsung relatif cepat. Pada tahun 1990 komposisi penduduk perkotaansekitar 8,36% berkembang menjadi 20,39% pada tahun 2000. Terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk perkotaan yakni (1)pertumbuhan penduduk alami, (2) migrasi dan (3) reklasifikasi (perubahan status)daerah perdesaan menjadi perkotaan. Dengan rendahnya pertumbuhanpenduduk alami dan migrasi masuk perkotaan di Kabupaten Kulon Progo,reklasifikasi daerah perdesaan menjadi daerah perkotaan merupakan faktordominan dalam perkembangan penduduk perkotaan. Hal ini mengindikasikansemakin banyaknya penduduk yang dapat mengakses fasilitas perkotaan.

(17)

Keberhasilanpembangunan dibidangpendidikanbisadilihatdariindikatortingkatpendidikan yang ditamatkanpendudukumur 10 tahunkeatas. Semakintinggitingkatpendidikan yang berhasilditamatkanmakasemakinbaikkualitassumberdayamanusianya

Tabel 4.7PersentasePenduduk 10 TahunKeAtasMenurutPendidikanTertinggi yang Ditamatkan di KabupatenKulonProgoTahun 2011-2013

No. JenjangPendidikan Tahun (%)

2011 2012 2013 1. Tidak/ BelumPernahSekolah/TidakTamat SD 22,48 23,70 23,40 2. SD 22,66 23,90 25,42 3. SLTP 21,70 19,94 19,53 4. SLTA 26,68 26,57 26,10 5. Diploma danPerguruanTinggi 6,49 5,90 5,55 Total 100,01 100,00 100,00 Sumber :SensusSusenasKabupatenKulonProgo 2013

Keberadaan budaya secara non fisik, setidaknya direpresentasikan kedalam ada tiga sistem yang sekarang berkembang, yaitu kesenian, yang berupakesenian tradisional/kontemporer, kerajinan, dan tradisi, yang merupakan tindakansosial kemasyarakatan atau gaya hidup.Kesenian tradisional dan aktivitas kebudayaan mulai memudar. Keseniantradisional di Kulon Progo dapat dibedakan menjadi dua, yaitu religius dan nonreligius. Kesenian tradisional religius yang berkembang di Kulon Progo adalahkesenian panjidor, angguk, rodat dan bangilun. Sedangkan non-religius, berupaincling, jathilan dan oglek. Keberadaan kesenian tersebut didukung olehkelompok-kelompok pelaku kesenian. Selain kesenian tradisional, ada kegiatanbudaya lainnya, yaitu upacara adat/trasional yang berupa upacara SaparanKalibuko, upacara Jamasan Pusoko, Dul Kaidah Pring Tali, upacara Bersih Desa,Labuhan Keluarga Paku Alaman, Labuhan Nelayan dan Rejeban Gunung Kelir.Keberadaan kesenian tradisional dan kegiatan budaya di atas belum terkeloladengan baik sehingga belum dapat berkembang secara optimal. Hal inidisebabkan oleh beberapa kendala yakni kurangnya kesadaran masyarakatuntuk memelihara dan mengembangkan kesenian yang ada, kurangnya minatgenerasi muda terhadap kesenian yang berakibat terputusnya regenerasiterhadap jenis kesenian yang langka dan kurangnya sarana-prasaranapendukung bagi pertunjukkan kesenian tradional, serta media promosi yangbelum terkelola dengan baik.

Kerajinan dan makanan khas rakyat cenderung kurang berkualitas. Kerajinanyang berkembang terdiri dari kerajinan rakyat dan makanan khas. Kerajinanrakyat berupa pembuatan agel, wayang golek, tenun, perak, bambu, pandan danrami. Sedangkan makanan khas yang ada berupa jenang madu sirat, entingentingjahe, wingko kelapa muda,

(18)

gula kristal/gula semut, slondok, sale pisang,criping telo, gula kethak, jenang alot, lanting, dodol salak goa, dan geblek.Berkembangnya jenis kerajinan di atas dipengaruhi oleh ketersediaan bahanbaku dan pola hidup masyarakat sendiri. Pada saat ini, harga jual hasil kerajinanrakyat dan makanan khas relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh menurunnyanilai seni hasil kerajinan karena adanya trade off berupa tuntutan kepraktisan,minimnya sarana dan prasarana pendukung untuk memasarkan hasil kerajinan,adanya keterbatasan kemampuan untuk menampilkan kualitas dan desain yangmampu bersaing di pasaran.

Perubahan tatanilai dipengaruhi oleh eforia reformasi. Tata nilai yang terjadimasih diwarnai budaya agraris yang guyub rukun dan selalu terikat satu denganlainnya. Pada wilayah perkotaan, muncul kecenderungan ke arah hubungansosial patembayan (individual) yang mandiri. Pola pikir masyarakat cenderunglebih maju dan terbuka terhadap perubahan. Perilaku patron client dalam inisiatifpengambilan keputusan mulai berubah seiring dengan perkembangan arusreformasi. Proses transisi yang diwarnai oleh eforia reformasi mengambil bentukmanifestasi yang lain dan cenderung memunculkan kesadaran kelompokmasyarakat akar rumput untuk berpikir kritis.

Keberadaan budaya secara fisik digambarkan berdasarkan peninggalanpeninggalanyang ada. Aset tersebut disusun berdasarkan urutan waktu, masa prasejarah berupa batu menhir yang terbuat dari batu andesit di kecamatan Kokap,periode Hindhu Budha berupa batu lingga, yoni, bangunan Candi Pringtali, ArcaGanesa, Arca Nandi, Lesung Batu, Guci, kesemuanya tersebar di kecamatan Kokap,Pengasih, Samigaluh, Kalibawang dan Sentolo. Periode Islam berupa makam,naskah kuno yang memuat tentang adanya sosialisasi Islam pada tahap awal KulonProgo, dan bangunan yang berupa Masjid. Periode masa perjuangan berupamonumen Banjarsari di Kalibawang, Gerbosari di Samigaluh, Perjuangan di Wates,dan Banaran Samigaluh. Secara umum kondisi aset tersebut kurang terpelihara.

elain minimnya anggaran untuk operasi dan pemeliharaan, masih rendahnyaperhatian masyarakat dalam memelihara aset budaya fisik yang bersejarah. Disamping itu, aset warisan budaya tersebut belum dimanfaatkan secara optimaluntuk kepentingan sosial (misalnya pendidikan, menggalang rasa bangga terhadappeninggalan aset warisan budaya) dan tujuan ekonomi (wisata budaya). Selain untukkepentingan pendidikan dan wisata, keberadaan aset fisik ini dapat jugadimanfaatkan kepentingan sejarah yakni untuk merekonstruksi sejarah.

(19)

Contents

4.1 Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah ... 1

4.2 Gambaran Demografi ... 3

4.3 Gambaran Topografi ... 9

4.4 Gambaran Geohidrologi ... 10

4.5 Gambaran Geologi ... 11

4.6 Gambaran Klimatologi ... 12

4.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi ... 14

Tabel 4. 1 Pembagian wilayah Admnistratif Kabupaten Kulon Progo ... 2

Tabel 4. 2 Pembagian Masyarakat Kurang Sejahtera per Kecamatan ... 8

Tabel 4. 3 Rata-RataCurah Hujan dan Hari Hujan di Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013 ... 13

Tabel 4. 4 Laju pertumbuhan per sektor Kabupaten Kulon Progo 2013 ... 15

Tabel 4. 5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kulon Progo 2009 -2013 ... 15

Tabel 4. 6 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Kulon Progo 2009 -2013 ... 16

Tabel 4. 7 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2013... 17

Gambar 4. 1 Posisi Kabupaten Kulon Progo ... 1

Gambar 4. 2 Peta Administratif Kabupaten Kulon Progo ... 2

Gambar 4. 3 Peta Wilayah Perkotaan Kabupaten Kulon Progo ... 3

Gambar 4. 4 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Kelompok Umur 2013 ... 4

Gambar 4. 5 Sex Ratio Penduduk Menurut Kecamatan ... 5

Gambar 4. 6 Struktur Penduduk Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Jenis Kelamin, 2014 5 Gambar 4. 7 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan ... 6

Gambar 4. 8 Proyeksi Penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013-2019 ... 6

Gambar 4. 9 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Kulon Progo, 2012 ... 7

Gambar 4. 10 Jumlah Penduduk Kab. Kulon Progo Per Kecamatan Tahun 2013 (BPS, 2014) ... 7

Gambar 4. 11 Distribusi Persentase Penduduk Kecamatan Kabupaten Kulon Progo ... 8

Gambar 4. 12 Kondisi Topografi Kabupaten Kulon Progo ... 10

Gambar 4. 13 Kondisi DAS dan Air Tanah Kabupaten Kulon Progo ... 11

Gambar 4. 14 Kondisi Geologi dan Jenis Tanah Kabupaten Kulon Progo ... 12

Gambar 4. 15 Sebaran Curah Hujan Kabupaten Kulon Progo ... 13

(20)

Gambar

Gambar 4.1Posisi Kabupaten Kulon Progo
Tabel 4.1Pembagian wilayah Admnistratif Kabupaten Kulon Progo
Gambar 4.3Peta Wilayah Perkotaan Kabupaten Kulon Progo
Gambar 4.4Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per KelompokUmur 2013 -2.000  4.000  6.000  8.000  10.000  12.000  14.000  16.000  18.000 0 - 4 5 -910 -1415 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Naskah Serat Mumulen menunjukkan bahwa pemaknaan yang dilakukan terhadap naskah Serat Mumulen mempresentasikan simbol-simbol sesaji berupa makanan, bunga

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yang terdiri dari: 1) pengeringan getah pepaya menggunakan oven vakum pada suhu 55 selama 22 jam, 2) ekstraksi papain

Bank Mandiri KCP Jkt Gatot

Selain itu, bedasarkan penelitan-penelitian sebelumnya, belum ada yang menggunakan variabel ISO 14001 sebagai variabel moderating, dan bedasarkan penelitian yang

Proses penggerusan adalah proses yang dilakukan untuk mereduksi ukuran butir agar campuran yang dihasilkan akan semakin baik dikarenakan pembuatan briket batubara

Adapun jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen dengan pendekatan quasi eksperimen yaitu perlakuan uji kemampuan larutan bonggol nanas (Ananas

Tabel 6.. Jika dibandingkan dengan Standar Nasional nilai tersebut sudah berada jauh di atas batas maksimum. Sehingga air limbah dari kegiatan penambangan terus

hipotesis menunjukkan bahwa kohesivitas berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja dengan nilai estimasi faktor muatan model sebesar 0,79, hal ini