• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG - DOCRPIJM 75512cabfc BAB VBab5 Keterpaduan Strategi bdg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG - DOCRPIJM 75512cabfc BAB VBab5 Keterpaduan Strategi bdg"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KETERPADUAN

STRATEGI

PENGEMBANGAN

KABUPATEN BADUNG

Bab ini menguraikan secara ringkas Dokumen Rencana Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Badung meliputi : RTRW, RPJMD, Perda Bangunan Gedung, RISPAM, SSK, RTBL, RP2KP, RTBL KSK dan mengintegrasikan strategi dan program pembangunan Bidang Cipta Karya.

5.1.

ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BADUNG

Visi/tujuan, misi/sasaran/lingkup,kebijakan/kebijakan umum, dan strategi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung disajikan pada Tabel 5.1

(2)

Tabel 5.1 Visi/Tujuan, Misi/Sasaran/Lingkup, Kebijakan/Kebijakan Umum, dan Strategi RTRW Kabupaten Badung

DOKUMEN RENCANA

KABUPATEN/KOTA VISI MISI KEBIJAKAN STRATEGI

RTRW 2013 - 2033 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Strategi Penataan Ruang Wilyah Kabupaten

a a ....

meningkatkan aksesibilitas dan keterkaitan antar Kawasan Perkotaan, antar Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan, serta antar Kawasan Perkotaan dan Wilayah sekitarnya;

mengembangkan kerjasama antar Wilayah dalam penyediaan dan pengelolaan infrastruktur;

pengembangan sistem perkotaan Kabupaten dengan sistem perkotaan

Kawasan Perkotaan Sarbagita secara terpadu;

mengembangkan sistem jaringan transportasi terpadu dan berkualitas

antar moda dan antar pusat kegiatan kepariwisataan. peningkatan kualitas kepariwisataan yang didukung sistem

prasarana

Wilayah berstandar internasional

menyediakan infrastruktur berstandar internasional yang mendukung

kepariwisataan;

meningkatkan kualitas obyek-obyek wisata dan fasilitas pendukungnya;

pengembangan pusat-pusat pelayanan Kabupaten dengan sistem

perkotaan nasional secara terpadu;

mengintegrasikan pusat-pusat kegiatan kepariwisataan, pusat pemerintahan Kabupaten, pusat pendidikan tinggi, pusat pelayanan kesehatan dan pusat pelayanan transportasi ke dalam sistem perkotaan secara terpadu;

Mewujudkan Kabupaten Badung sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan destinasi pariwisata internasional

yang berkualitas, berdaya saing dan berjatidiri budaya Bali melalui sinergi pengembangan Wilayah Badung Utara, Badung Tengah dan Badung Selatan

(3)

Lanjutan Tabel 5.1

DOKUMEN RENCANA

KABUPATEN/KOTA VISI MISI KEBIJAKAN STRATEGI

d a s/d d...

mengembangkan sistem jaringan prasarana Wilayah terintegrasi dengan kawasan pertahanan dan keamanan negara; peningkatan fungsi Kawasan untuk pertahanan dan

keamanan negara.

mengembangkan sistem jaringan prasarana Wilayah yang menjangkau pusat-pusat kegiatan budidaya;

pengembangan Wilayah Badung Tengah dengan fungsi utama pertanian

berkelanjutan, Ibu Kota Kabupaten dan pusat pelayanan umum skala

regional;

mengembangkan sistem jaringan prasarana pada Kawasan Perkotaan

Mangupura yang terintegrasi dengan sistem jaringan prasarana Kawasan

Perkotaan Sarbagita; pengembangan Wilayah Badung Utara dengan fungsi

utama konservasi dan pertanian terintegrasi;

mengembangkan kelembagaan usaha ekonomi petani yang efektif, efisien, dan berdaya saing dengan didukung sarana dan prasarana yang

memadai;

pengembangan Wilayah Badung Selatan dengan fungsi utama

kepariwisataan;

mengembangkan sistem jaringan transportasi terpadu untuk meningkatkan aksesibilitas menuju pusat-pusat kegiatan kepariwisataan;

mengembangkan Kawasan wisata belanja yang dilengkapi sarana prasarana pariwisata dan pusat perbelanjaan;

perwujudan dan peningkatan keserasian, keterpaduan dan keterkaitan

(4)

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis kabupaten dalam bentuk indikasi program utama pemanfaatan ruang. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya disajikan pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Badung terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

NO USULAN PROGRAM

UTAMA LOKASI

1 Mendukung pengembangan Kawasan Perkotaan 2 Meningkatkan peran

Kawasan Perkotaan Kuta sebagai PKN dalam lingkup Perkotaan Sarbagita

3 Percepatan pengembangan Kawasan Perkotaan

4 Percepatan pengembangan Kawasan Perkotaan

5 Revitalisasi dan percepatan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Kec. Petang Ya APBN, APBD, investasi swasta dan atau kerjasama pendanaan

Bappeda Litbang Distanhutbunm Disnakanlaut Diparda BMP/DCK 6 Mendorong pengembangan

Agropolitan Petang Kec. Petang Ya 7 Revitalisasi dan percepatan

pengembangan Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus Promosi (KDTWKp)

Desa Pelaga dan Bilok Sidan

Ya

8 Perwujudan Jaringan Sistem

Sumber Daya Air Seluruh Wilayah Ya/Tidak APBN, APBD, investasi swasta dan atau 9 Perwujudan Sistem

Prasarana Lingkungan Seluruh Wilayah Ya/Tidak

10 Kawasan Cagar Budaya Pura Taman Ayun dan Pura Sada

Kec Mengwi Ya APBN, APBD,

(5)

NO USULAN PROGRAM 12 Kawasan rawan bencana Kec Petang dan

Kuta Selatan

13 Kawasan pariwisata Kuta Selatan. Kuta, dan Kuta Utara

Ya APBN, APBD,

14 Kawasan permukiman Seluruh Wilayah Ya/Tidak APBN, APBD, investasi swasta

15 Kawasan peruntukan Ruang Terbuka Hijau

Seluruh Wilayah Ya/Tidak APBN, APBD, investasi swasta

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang dalam bentuk ketentuan umum peraturan zonasi (terkait Bidang Cipta Karya), meliputi :

(1) Ketentuan umum Peraturan Zonasi untuk PKN, sebagai berikut :

a. Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan ekonomi berskala internasional dan nasional yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

b. penyediaan prasarana dan sarana transportasi berstandar internasional yang mampu melayani kegiatan ekspor-impor dan pergerakan antar-propinsi yang dilayani sistem jaringan jalan nasional dan terintegrasi dengan Bandara Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa yang terdapat di Wilayah Kota Denpasar dan Terminal Penumpang Tipe A Mengwi;

c. pengembangan dan pemantapan pelayanan sistem jaringan energi, jaringan telekomunikasi, jaringan air minum, jaringan air limbah, pengelolaan persampahan, jaringan drainase dan utilitas perkotaan lainnya;

d. tata bangunan diarahkan dengan intensitas menengah hingga tinggi baik ke arah horizontal dan vertikal terbatas setinggi-tingginya 15 m (lima belas meter);

e. KWT Kawasan Perkotaan setinggi-tingginya 70% (tujuh puluh persen) dari luas Kawasan Perkotaan;

f. penyediaan RTHK sekurang-kurangya 30% (tiga puluh persen) dari luas Kawasan Perkotaan;

(6)

h. memelihara, merevitalisasi, rehabilitasi, preservasi, restorasi dan renovasi bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, Kawasan suci, tempat suci, dan pola-pola permukiman tradisional setempat.

(2) Ketentuan umum Peraturan Zonasi untuk PPK, sebagai berikut :

a. Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kecamatan yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

b. komposisi Pola Ruang Kawasan tetap mempertahankan Kawasan yang harus dilindungi serta sinergi Pola Ruang Kawasan Budidaya sesuai fungsi Kawasan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala Kawasan;

c. tata bangunan diarahkan dengan intensitas menengah hingga tinggi baik ke arah horizontal dan vertikal terbatas setinggi-tingginya 15 m (lima belas meter);

d. KWT Kawasan Perkotaan setinggi-tingginya 50% (lima puluh persen) dari luas Kawasan Perkotaan;

e. mendorong pengembangan Kawasan sebagai Kawasan agropolitan;

f. penyediaan RTHK sekurang-kurangya 30% (tiga puluh persen) dari luas Kawasan Perkotaan;

g. pengendalian alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis;

h. penyediaan untuk ruang terbuka non hijau kota; dan

i. penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan penumpang, kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi bencana.

(3) Ketentuan umum Peraturan Zonasi untuk PPK, sebagai berikut :

a. Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan ekonomi berskala antar desa yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

b. sekurang-kurangnya 70% (tujuh puluh persen) dari Kawasan Perdesaan merupakan peruntukkan pertanian di luar Kawasan Lindung;

c. mempertahankan karang bengang sebagai RTH pada batas antar desa/unit

permukiman sebagai salah satu usaha mempertahankan identitas desa;

d. memiliki fasilitas pelayanan beberapa desa yang mengelompok dan lebih lengkap dari desa-desa sekitarnya;

e. memiliki aksesibilitas ke pelayanan desa-desa sekitarnya dan dengan Kawasan Perkotaan;

f. peruntukan ruang terintegrasi dengan rencana tata palemahan pada awig-awig

Desa Adat setempat;

g. kelompok-kelompok permukiman Kawasan Perdesaan tetap memiliki orientasi Struktur Ruang dan Pola Ruang Kawasan Perdesaan didasarkan atas falsafah

Tri Hita Karana, penerapan konsep Catus Patha dan Tri Mandala yang

(7)

i. memiliki sarana dan prasarana sekurang-kurangnya kegiatan Sistem Agribisnis seperti jaringan jalan ke pusat produksi, perbankan dan terminal agribisnis;

j. memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pangan, seperti jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal penumpang, terminal agribisnis, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan Sistem Agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya;

k. mengatur dan membatasi pengembangan fasilitas/ akomodasi pariwisata perdesaan, yang disesuaikan dengan fungsi dan daya dukung lingkungan dan dalam bentuk pariwisata kerakyatan;

l. Kawasan Perdesaan yang mempunyai kondisi geomorfologi, iklim, dan topografi yang mendukung kegiatan Sistem Agribisnis di Kawasan agropolitan; dan

m. tidak berada pada Kawasan rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi dan rawan gempa), Kawasan pertanian, Kawasan Lindung (Sempadan Sungai, Sempadan Jurang, sempadan mata air, saluran pengairan) dan penyangga hutan lindung.

(4) Ketentuan umum Peraturan Zonasi sistem jaringan air minum, sebagai berikut :

a. pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air minum diutamakan dari air

permukaan dan harus memperhatikan kelestarian lingkungan serta kesucian Kawasan;

b. pembangunan instalasi pengolahan air minum tidak diijinkan dibangun langsung

pada sumber air baku;

c. pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan Sambungan

Rumah (SR) yang memanfaatkan bahu jalan harus dilengkapi ijin galian yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;

d. pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan SR yang

melintasi tanah milik perorangan harus dilengkapi pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah;

e. pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang diijinkan meliputi

kantor pengelola, bak penampungan/reservoar, tower air, bak pengolahan air dan bangunan untuk sumber energi listrik dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingginya 30 % (tiga puluh persen);

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 60 % (enam puluh persen); dan

3. sempadan bangunan sekurang-kurangnya 1,5 kali (satu koma lima kali) dari lebar jalan.

(5) Ketentuan umum Peraturan Zonasi sistem jaringan drainase, sebagai berikut :

a. tidak diijinkan membangun pada Kawasan Resapan Air dan tangkapan air hujan

(catchment area) ;

b. setiap pembangunan harus menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau

(8)

c. setiap pembangunan harus menyediakan lubang resapan Biopori sekurang-kurang 4 (empat) lubang setiap 100 m2 (seratus meter persegi) lahan yang akan dikembangkan;

d. tidak memanfaatkan saluran drainase untuk pembuangan sampah, air limbah

atau material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran;

e. pengembangan Kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan

drainase harus dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian atau keseluruhan ruas saluran yang ada; dan

f. tersedia sarana pengambilan sampah pada titik-titik tertentu pada saluran

drainase.

(6) Ketentuan umum Peraturan Zonasi rencana sistem pengelolaan persampahan,

meliputi :

a. ketentuan umum Peraturan Zonasi sarana dan prasarana sampah lingkungan dan Kawasan, sebagai berikut :

1. tersedia fasilitas pemilahan untuk meningkatkan peran serta Masyarakat dalam penanganan sampah serta peningkatan efektivitas program 3R (reuse, reduce, recycle);

2. mudah dijangkau oleh angkutan sampah;

3. memperhatikan aspek estetika dan arsitektur lingkungan/Kawasan;

4. memperhitungkan volume sampah dan jangkauan pelayanan;

5. mencegah perembesan air lindi ke dalam air tanah, mata air dan badan air;

6. mengendalikan dampak akibat bau, lalat, tikus dan serangga lainnya; dan

7. memperhitungkan dampak kesehatan terhadap lingkungan sekitar.

b. ketentuan umum Peraturan Zonasi sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sebagai berikut:

1. melibatkan Peran Masyarakat terutama dalam pemilihan lokasi dan penyediaan lahan di dekat/sekitar Masyarakat yang dilayani;

2. tidak berada pada lahan RTH atau sempadan badan air;

3. memperhatikan aspek lingkungan dan estetika;

4. memperhitungkan volume sampah dan jangkauan pelayanan;

5. mudah dijangkau kendaraan angkutan sampah;

6. berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan jarak bebas dan jarak aman;

7. mencegah perembesan air lindi ke dalam air tanah, mata air dan badan air;

8. memperhitungkan dampak kesehatan terhadap lingkungan sekitar; dan

9. mengendalikan dampak akibat bau, lalat, tikus dan serangga lainnya.

(9)

2. mengoptimalkan kegiatan pengolahan sampah dengan pola 3R (reduce,

reuse, recycle) yang menghasilkan nilai tambah;

3. memperhatikan jarak pencapaian dan ketersediaan fasilitas yang ada; dan

4. memperhatikan kecukupan ketersediaan lahan termasuk untuk zona

penyangganya (bufferzone).

d. ketentuan umum Peraturan Zonasi sarana dan prasarana Tempat Pengolahan Akhir (TPA), sebagai berikut:

1. dilengkapi dengan fasilitas pengolah limbah dengan teknologi tinggi, ramah lingkungan dan hemat lahan;

2. lokasinya terintegrasi dengan Wilayah sekitar (kabupaten/kota Sarbagita);

3. mendorong keterlibatan peran swasta dalam penyediaan dan/atau pengoperasian;

4. berada diluar Kawasan radius kesucian pura, Kawasan permukiman, dan Kawasan Pariwisata;

5. memperhatikan aspek geologi tata lingkungan lokasi dan sekitarnya;

6. memperhatikan aspek sosial ekonomi Masyarakat sekitar;

7. memperhatikan jarak pencapaian dan ketersediaan fasilitas yang ada; dan

8. memperhatikan kecukupan ketersediaan lahan termasuk untuk zona

penyangganya (bufferzone).

e. ketentuan umum Peraturan Zonasi sarana dan prasarana pengelolaan sampah drainase/sungai, sebagai berikut:

1. memperhatikan volume sampah dan Tata Ruang Kawasan sekitar;

2. memperhatikan ketersediaan lahan untuk menampung sampah sementara yang memenuhi aspek lingkungan dan estetika;

3. memperhatikan dampak terhadap banjir;

4. memperhatikan fungsi dan aspek fisik dari badan air; dan

5. memperhatikan aspek aksesibilitas angkutan sampah.

f. ketentuan umum Peraturan Zonasi sarana dan prasarana sampah spesifik, sebagai berikut:

1. memenuhi ketentuan perundang-undangan dan pedoman teknis yang berlaku;

2. dilengkapi dengan teknologi tinggi, ramah lingkungan dan hemat lahan;

3. memperhatikan aspek geologi tata lingkungan lokasi dan sekitarnya;

4. mencegah segala jenis kebocoran dan/atau rembesan ke media lingkungan sekitarnya;

5. memperhatikan aspek sosial ekonomi Masyarakat sekitar;

6. memperhitungkan dampak kesehatan terhadap lingkungan sekitar;

(10)

8. memperhatikan kecukupan ketersediaan lahan termasuk untuk zona

penyangganya (bufferzone);

9. dapat diintegrasikan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Wilayah sekitar Kabupaten; dan

10. memaksimalkan upaya pengolahan sampah spesifik dengan pola 3R

(reduce, reuse, recycle) yang menghasilkan nilai tambah.

(7) Ketentuan umum Peraturan Zonasi sistem prasarana persampahan , sebagai

berikut:

a. bangunan fasilitas pengolahan sampah yang diijinkan berupa kantor pengelola, gudang/garase kendaraan pengangkut dan alat-alat berat, pos keamanan,

bangunan TPS dan tempat mesin pengolah sampah seperti genset dan

incenerator;

b. pengembangan fasilitas pengolahan sampah harus memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan Masyarakat dan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku;

c. pengembang yang membangun Perumahan sekurang-kurangnya 80 (delapan puluh) unit harus menyediakan lahan untuk pengolahan sampah organik, wadah komunal dan alat pengumpul sampah skala lingkungan;

d. KDB setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen);

e. KLB setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen);

f. lebar jalan menuju TPS sekurang-kurangnya 8 m (delapan meter); dan

g. tempat parkir truk sampah sekurang-kurangnya 20 % (dua puluh persen).

(8) Ketentuan umum Peraturan Zonasi sistem prasarana pengolahan limbah, sebagai

berikut :

a. setiap kegiatan usaha yang memproduksi air limbah diwajibkan untuk menyediakan instalasi pengolahan limbah individu dan/atau komunal sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku meliputi :

1. pengembangan Perumahan dengan jumlah lebih dari 30 (tiga puluh) unit;

2. akomodasi wisata dengan jumlah kamar lebih dari 5 (lima) unit;

3. rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh) kamar;

4. restoran/rumah makan dengan jumlah tempat duduk lebih dari 50 (lima puluh) unit;

5. kompleks perdagangan dan jasa dengan luas lantai bangunan lebih dari 10.000 m2 (sepuluh ribu meter persegi);

6. industri kecil/rumah tangga yang menghasilkan air limbah;

7. bengkel yang melayani ganti oli dan tempat cuci kendaraan;

8. usaha konveksi/garment yang dalam produksinya menggunakan zat-zat

kimia dan pewarna; dan

9. usaha peternakan yang menghasilkan air limbah dalam skala yang besar.

(11)

1. pengelolaan primer merupakan pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan untuk menghilangkan minyak dan lemak;

2. pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi; dan

3. pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan limbah.

c. pembangunan sistem pengelolaan air limbah, harus mengikuti ketentuan teknis sebagai berikut :

1. tidak mencemari sumber air baku yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah;

2. tidak mengotori permukaan tanah;

3. menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah;

4. mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain;

5. tidak menimbulkan bau yang mengganggu;

6. konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah;

7. jarak antara sumber air dengan bak resapan sekurang-kurangnya 10 m (sepuluh meter); dan

8. pembangunan tempat pengolahan limbah berada diluar radius Kawasan Tempat Suci.

5.2.

ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BADUNG

Kebijakan Pembangunan Daerah berupa visi dan misi, strategi, serta arah kebijakan pembangunan disajikan pada Tabel 5.3

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan terkait Bidang Cipta Karya di Kabupaten Badung, meliputi : Sasaran Meningkatnya kesadaran masyarakat dan pelaku pembanguann lainnya untuk membangun sesuai dengan rencana tata ruang, dengan strategi dan kebijakan umum Mengembangkan jaringan infrastruktur yang terpadu antar sistem dan terintegrasi antar wilayah serta ramah lingkungan (Green Infrastructure), melalui:

a. Program Perencanaan Pembangunan Gedung; b. Program Penataan Bangunan/Gedung;

c. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan; d. Program Penataan dan Perencanaan Kawasan;

e. Program Penyehatan Lingkungan;

f. Program pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan; g. Program Pemanfaatan Ruang;

h. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang;

i. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan; j. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

k. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan;

(12)

Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Badung pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

(13)

Tabel 5.3 Visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Badung

DOKUMEN RENCANA

KABUPATEN/KOTA VISI MISI KEBIJAKAN STRATEGI

RPJMD 2010 - 2015

Meningkatkan Srada & Bhakti masyarakat terhadap ajaran Agama, serta eksistensi adat budaya dalam rangka mengajegkan Bali di Era kekinian.

Mewujudkan pembangunan yang selaras & seimbang sesuai fungsi wilayahnya.

Mewujudkan pembangunan yang selaras & seimbang sesuai fungsi wilayahnya.

Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di Kabupaten Badung.

Menata sistem kependudukan dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat.

Meningkatkan perekonomian masyarakat yang berbasis kerakyatan dan ditunjang oleh iklim kemitraan.

Mewujudkan kepastian hukum, serta menciptakan ketentraman & ketertiban masyarakat.

Mewujudkan kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance & Clean Government).

Fungsi Pelemahan Fungsi Parhyangan

Fungsi Pawongan

Memantapkan pelaksanan otonomi daerah.

Sasaran meningkatnya kesadaran masyarakat dan pelaku pembanguann lainnya untuk membangun sesuai dengan rencana tata ruang

Peningkatan pengendalian pembangunan wilayah, dilaksanakan dengan arah kebijakan mengembangkan jaringan infrastruktur yang terpadu antar sistem dan terintegrasi antar wilayah serta ramah lingkungan (Green Infrastructure)

Sasaran terwujudnya percepatan pembangunan wilayah perkotaan dan perdesaan yang seimbang dan sinergisitas keterpaduan kebijakan dan program pembangunan, akan ditempuh melalui strategi pembangunan yang seimbang antar wilayah

Pembangunan yang seimbang antar wilayah, dilaksanakan dengan arah kebijakan meningkatkan mutu infrastruktur secara bertahap baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan Sasaran terwujudnya kesatuan pemahaman terhadap

pelaksanaan Sastra Agama Hindu yang dilandasi oleh Budaya Bali dan nilai-nilai ajaran Agama dan Sastra di masyarakat dalam melaksanakan kehidupan beragama

Peningkatan sarana dan prasarana penunjang dalam rangka pendidikan dan pengembangan nilai-nilai Agama di sekolah maupun di masyarakat, dilaksanakan dengan arah kebijakan : (a) Meningkatkan sarana dan prasarana tempat ibadah dalam rangka melestarikan Budaya Bali. (b)...

“Melangkah Bersama

Membangun Badung yang Shanti dan Jagadhita Berlandaskan TRI HITA

(14)
(15)

5.3.

ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

(RISPAM)

Dokumen RISPAM dipakai sebagai pedoman dalam menyusun program

pengembangan SPAM di daerah secara berkelanjutan guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan kondisi daerahnya. Dokumen RISPAM juga dapat dijadikan pedoman dalam menentukan komposisi pembiayaan program dan pelaksanaan pembangunan serta pemeliharaan prasarana dan sarana air minum perkotaan dan perdesaan.

(16)

Tabel 5.5 Tujuan, Sasaran, Rencana Sistem Penyediaan, dan Rencana Pengembangan SPAM

DOKUMEN RENCANA

KABUPATEN/KOTA VISI MISI KEBIJAKAN STRATEGI

RISPAM 2013 - 2027 Sasaran : Rencana Daerah Pelayanan Strategi Pengembangan SPAM

1 1 1 Zona Petang a Rencana pemanfaatan mata air Bukian (15 l/dt) b

2

c Rencana pemanfaatan Mata Air Pelaga (5 l/dt)

2 3 d Rencana Pemanfaatan Mata Air Pupuk (20 l/dt)

2 Zona Abiansemal a Rencana pemanfaatan mata air Taman (5 l/dt)

3 4 b

5 c

4

3 Zona Mengwi a

5

b

c Rencana pembuatan SB. di Br. Bringkit (30 l/dt)

d Rencana Pemanfaatan mata air Baha (5 l/dt) 4 Zona Badung Kota a Rencana IPA Penet I (Sarbagitaku) (150 l/dt)

b Rencana Optimalisasi IPA Ayung I & II c Rencana IPA Penet II (Sarbagitaku) (200 l/dt) 5 Zona Badung Selatan a Rencana IPA Petanu (Sarbagitaku) (100 l/dt)

b Rencana Optimalisasi IPA Estuary (200 l/dt) c Rencana IPA Penet I (Sarbagitaku) (150 l/dt) d Rencana IPA Unda (Sarbagitaku) (300 l/dt)

Rencana pengembangan mata air Tangkup 2 (Br. Pupuk) (25 l/dt)

Rencana pengembangan mata air Tangkup 2 dan Pupuk

Pemanfaatan IPA Buangga 300 l/dt, (Br.Buangga-Petang)

Rencana pembuatan 2 unit SB. di Br. Binong (20 l/dt)

Rencana pembuatan 2 unit SB. di Ds. Baha (24 l/dt) Mempercepat pelayanan air minum.

Mengembangkan sistem pelayanan air minum yang berkualitas dan

berkesinambungan.

Pengembangan alternatif sumber pendanaan dan pola pembiayaan.

Perkuatan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan.

Peningkatan infrastruktur jaringan dan kualitas air baku.

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum. Peningkatan kualitas pelayanan air minum dan cakupan pelayanannya. Tersedianya pedoman

(17)

Rencana Pentahapan Pengembangan SPAM (5 Tahunan), meiputi :

1. Rencana Tahap I (Th.2013 sd 2017)

Rencana Tahap I adalah pemenuhan kebutuahan air minum dengan jangka waktu dari

tahun (2013 – 2017). Adapun rencana penanganan pada program ini antara lain :

 Zona Petang

Pemanfaatan MA. Bukian

 Pembuatan Broncaptering di MA. Bukian Kapasitas 15 l/dt

 Pengadaan lahan untuk broncaptering MA. Bukian

 Pembuatan reservoar kapasitas 400 m3

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 15l/dt, H = 100m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 200 mm di Bukian

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 mm di Bukian

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 75 mm di Bukian

Pemanfaatan MA Tangkup II

 Pembuatan Broncaptering di MA. Tangkup II Kapasitas 25 l/dt

 Pengadaan lahan untuk broncaptering MA. Tangkup II

 Pembuatan reservoar kapasitas 600 m3

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 25l/dt, H = 100m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 200 mm di Tangkup

Pemanfaatan MA Bilok

 Pembuatan Broncaptering di MA. Bilok Kapasitas 5.50 l/dt

 Pengadaan lahan untuk broncaptering MA. Bilok

 Pembuatan reservoar kapasitas 400 m3

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 3.50l/dt, H = 100m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 mm di Bukian

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 75 mm di Bukian

 Zone Abiansemal

Pembuatan SB. Gerana

 Pembuatan sumur bor di Gerana dengan kapasitas 10 l/dt

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 10 l/dt, H = 60 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

Pembuatan SB. Sangeh

 Pembuatan sumur bor di Gerana dengan kapasitas 10 l/dt

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 10 l/dt, H = 60 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

Pemanfaatan MA. Taman

 Pembuatan Broncaptering di MA. Taman, kapasitas 5 l/dt

 Pengadaan lahan untuk broncaptering MA. Taman

 Pembuatan reservoar di Anggungan, kapasitas 400 m3

 Pengadaan lahan untuk reservoir

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 15l/dt, H = 100 m)

(18)

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 200 mm di Bukian

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 mm di Bukian

 Zona Mengwi

Pembuatan SB. Balangan II

 Pembuatan sumur bor di Balangan dengan kapasitas 10 l/dt

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 10 l/dt, H = 60 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset dan Panel Pompa

Pembuatan SB. Binong II dan SB. Binong III

 Pembuatan sumur bor 2 unit di Binong dengan kapasitas masing-masing 10 l/dt

 Pengadaan dan pemasangan 2 unit pompa submarsible + panel dengan spesifiksi

masing-masing : (Q = 10 l/dt, H = 60 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadan lahan untuk 2 unit Sumur Bor

 Pembangunan Reservoir di Binong 800 m3

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 mm di Binong

Pembuatan SB. Baha III dan SB. Baha IV

 Pembuatan sumur bor 2 unit di Baha dengan kapasitas masing-masing 12 l/dt

 Pengadaan dan pemasangan 2 unit pompa submarsible + panel dengan spesifiksi

masing-masing : (Q = 12 l/dt, H = 60 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadan lahan untuk 2 unit Sumur Bor

 Pembangunan Reservoir di Baha 800 m3

 Pengadaan lahan untuk reservoir

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 mm di Baha

Pembuatan SB. Beringkit I dan SB. Beringkit II

 Pembuatan sumur bor 2 unit di Beringkit dengan kapasitas masing-masing 15 l/dt

 Pengadaan dan pemasangan 2 unit pompa submarsible + panel dengan spesifiksi

masing-masing : (Q = 15 l/dt, H = 60 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadan lahan untuk 2 unit Sumur Bor

 Pembangunan Reservoir di Baha 600 m3

 Pengadaan lahan untuk reservoir

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 200 mm di Beringkit

Pemanfaatan MA. Baha

 Pembuatan Broncaptering di MA. Baha, kapasitas 5 l/dt

 Pengadaan lahan untuk broncaptering

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 5 l/dt, H = 70 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 100 mm di Baha

 Zona Badung Kota

 Pengadaan dan pemasangan pipa distribusi Anggungan – Kapal diameter 300 mm

 Pengadaan dan pemasangan pompa buster + panel di Balanze Tank Darmasaba (Q

= 50 l/dt, H = 50 m)

(19)

 Pembuatan sumur bor di Buduk dengan kapasitas 12 l/dt

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 12 l/dt, H = 60 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadan lahan untuk Sumur Bor dan lahan untuk Reservoir

 Pembangunan Reservoir di Baha 1000 m3

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 250 mm di Buduk Canggu

 Zona Badung Selatan

 Pengadaan dan pemasangan pipa dari simpangan reservoir – Reservoir ungasan

diameter 500 mm

 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Baja diameter 600 mm dari IPA Estuary - Teluk

Benoa (Tuban)

2. Rencana Tahap II (Th.2018 sd 2022)

Rencana Tahap II adalah pemenuhan kebutuahan air minum dengan jangka waktu dari

tahun (2018 – 2022). Adapun rencana penanganan pada program ini antara lain :

 Zona Petang

Pemanfaatan MA. Pupuk

 Pembuatan Broncaptering di MA. Pupuk Kapasitas 20 l/dt.

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 20 l/dt, H = 70 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pengadaan dan pemasangan pipa diameter 150 mm di Pupuk – Reservoir Tangkup

Pemanfaatan MA. Pelaga

 Pembuatan Broncaptering di MA. Pelaga Kapasitas 6 l/dt.

 Pengadaan lahan untuk broncaptering

 Pembuatan bak pengumpul

 Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi diameter 100 mm

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 6 l/dt, H = 100m)

 Zona Abiansemal.

 Beli air dari Pengelola SPAM SARBAGITAKU melalui IPA Pangsan - Petang

dengan kapasitas 100 l/dt.

 Pengadaan dan pemasangan pipa PVC diameter 150-200 mm di Gerih

 Pengadaan dan pemasangan pipa PVC diameter 200-250 mm Abiansemal –

Mengwi

 Pengadaan dan pemasangan pipa PVC diameter 200-250 mm IPA

Buangga-Abiansemal

 Zona Mengwi.

 Pembuatan sumur bor di Bringkit (Mengwitani) dengan kapasitas 10 l/dt

 Pengadaan lahan untuk reservoar dan sumur bor di Br. Bringkit

 Pengadaan dan pemasangan pompa submarsible + panel (Q = 10 l/dt, H = 60 m)

 Pengadaan dan pemasangan genset

 Pembuatan reservoair dengan kapasitas 600 m3 di Bringkit

 Pengadaan dan Pemasangan Pipa distribusi Mengwi - bringkit diameter 200 mm

 Zona Badung Kota.

 Pembuatan Reservoar di Anggungan Kapasitas 1.200 m3

 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi Anggungan-Kapal diameter 300 mm

 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi Kapal-Buduk diameter 250 mm

(20)

 Pengadaan lahan untuk Reservoir di Buduk  Zona Badung Selatan.

 Pengadaan & Pemasangan pipa dia. 500 mm Pertigaan Kampus Udayana ke

Pecatu

 Pengadaan dan Pemasangan Pipa diameter 250 mm dari ungasan ke kampial

 Pembuatan Reservoir di IPA Estuary, kapasitas 3000 m3

3. Rencana Tahap III (Th.2023 sd 2027)

Rencana Tahap III adalah pemenuhan kebutuahan air minum dengan jangka waktu dari

tahun (2023 – 2027). Hampir tidak ada program pembangunan kecuali penanganan

pada wilayah yang penyediaan air masih kurang dengan cara mengoftimalkan ssistem yang telah terbangun. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengatur pemanfaatan kapasitas produksi yang ada dan menambah kapasitas pembelian air dari pengelola air SARBAGITAKU, seperti :

 Zona Petang.

 Mengoftimalkan pemanfaataan produksi yang ada, mengutamakan pemenuhan

kebutuhan air di wilayah pelayanan Petang, dengan secara bertahap mengurangi supply ke Zone Abiansemal.

 Menyempurnakan sistem produksi dan distribusi.

 Zona Abiansemal.

 Meningkatkan pembelian air sesuai kebutuhan dari IPA Buangga di

Buangga-Petang (SARBAGITAKU).

 Menyempurnakan sistem produksi dan distribusi.

 Zona Mengwi.

 Mengoftimalkan pemanfaataan produksi yang ada

 Menambah secara bertahap supply air dari Zone Abiansemal, sesuai kebutuhan.

 Menyempurnakan sistem produksi dan distribusi.

 Zona Badung Kota.

 Meningkatkan secara bertahap pemenfaatan air dari IPA Penet (SARBAGIATKU)

dengan mengurangi supply ke Badung Selatan (Kuta dan Kuta Selatan).

 Memanfaatan secara penuh (600 l/dt) IPA Ayung I & II

 Menyempurnakan sistem produksi dan distribusi.

 Zona Badung Selatan.

 Membeli air sesuai kebutuhan dari IPA Unda (SARBAGITAKU), sebagia pengganti

air yang sebelumnya disuply dari IPA Ayung I & II dan memenuhi peningkatan kebutuhan distribusi.

(21)

5.4.

ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

Tabel 5.6 Visi, Misi, Kebijakan,dan Strategi Sanitasi Kota di Kabupaten Badung

DOKUMEN RENCANA

KABUPATEN/KOTA VISI MISI KEBIJAKAN STRATEGI

SSK 2012 - 2017 1 Sasaran Sub Sektor Air Limbah Domestik Strategi Sub Sektor Air Limbah

a

-2 - Swadaya masyarakat/CSR

-b

-3 - Penyuluhan kepada pengusaha jasa sedot tinja

-4 c

-- Govermen to Government

d tidak ada tunggakan retribusi air limbah terpusat

-- Pengelolaan dari UPT PAL - Sosialisasi dan fasilitasi

- Peningkatan sistem pembayaran retribusi Sasaran Sub Sektor Persampahan Strategi Sub Sektor Persampahan

a -Misi Drainase, Meningkatkan kuantitas

dan kualitas sarana prasarana drainase yang handal

Misi Perilaku Hidup Bersih Sehat, Meningkatkan budaya prilaku hidup bersih dan sehat

Lebih banyak melakukan penyuluhan kepada masyarakat akan bahayanya pencemaran lingkungan dari air limbah

Tidak ada jasa penyedot tinja yang membuang air limbah domestik ke lingkungan pada tahun 2017

Pembuatan Perda yang mengatur pengelolaan limbah cair domestik

Optimalisasi kinerja tim pengendalian pencemaran lingkungan hidup

Pengadaan sistem pengolahan air limbah berbasis masyarakat Misi Air Limbah Domestik,

Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan

Berkurangnya praktek BABS ke saluran air dan sungai dari 7,2% menjadi 0% Tahun 2017

Menegakkan Perda Kabupaten Badung No. 4 th 2001 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum

Pembiayaan bersama pusat berupa hibah/Pinjaman, sharing program sesuai kesepakatan untuk sistem pengolahan limbah terpusat yang melayani 33,3%

penduduk pada tahun 2017 Optimalisasi dana APBD untuk pembebasan lahan, strategi sharing program Misi Persampahan, Meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah Meningkatkan SDM di Bidang Kebersihan dan Pertamanan Penerapan Teknologi tepat guna dalam pengelolaan Persampahan dan Pertamanan

Meningkatkan kapasitas prasarana dan sarana (jumlah tenaga dan kendaraan operasional) secara bertahap

Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan persampahan sejak dini melalui pendidikan di sekolah

Membina masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan persampahan

Mendorong peningkatan pengelolaan berbasis masyarakat

Bertambahnya personil tenaga kebersihan dari 457 orang menjadi 688 orang di tahun 2017

Bertambahnya jumlah truk pengangkut dari 43 truk menjadi

99 truk Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk

pengadaan truk pengangkut sampah (swasta, pemerintah propinsi, pemerintah pusat, lembaga donor

Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penelenggaraan pengelolaan persampahan

Mengoptimalkan informasi mengenai pelayanan persampahan termasuk retribusi melalui pendekatan formal dan informal ke seluruh Desa/Kelurahan di Kabupaten Badung

Mempermudah sistem pembayaran dengan memperbanyak outlet

Bertambahnya jumlah pengelolaan sampah di tingkat desa/kel. (TPST) menjadi 30 TPST di tahun 2017

Meningkatkan pembangunan pengelolaan sampah berbasis masyarakat/lembaga di tingkat desa/kel. Secara bertahap Menarik berbagai sumber pendanaan dalam pengelolaan air limbah

Meningkatnya pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga (pemilahan) dari 30% menjadi 60% di tahun 2017

Meningkatkan sosialisasi/ penyuluhan tentang pentingnya pengelolaan sampah di tingkat masyarakat (3R)

Tersedianya sistem database pelayanan persampahan baik sistem langsung maupun tidak langsung yang terintegrasi sebelum tahun 2015

Menyediakan sistem database pelayanan persampahan untuk seluruh penduduk di Kabupaten Badung

Terwujudnya Kabupaten Badung yang bersih dan sehat melalui

(22)

Lanjutan Tabel 5.6

DOKUMEN RENCANA

KABUPATEN/KOTA VISI MISI KEBIJAKAN STRATEGI

Sasaran Sub Sektor Drainase Strategi Sub Sektor Drainase

a

-Sasaran PHBS dan Promosi Higiene Strategi PHBS

a

'

-Penurunan angka penyakit diare dari 7.411 menjadi 3.700 dengan cara peningkatan kesadaran masyarakat untuk ber-PHBS di slum area hingga tahun 2017

Mengurangi bottle neck dan memberi fasilitas pengaliran untuk penggelontoran saluran di sepanjang saluran drainase Tersedianya masterplan drainase komprehensif di Kab.

Badung pada tahun 2015

Menyusun masterplan drainase komprehensif di Kab. Badung

Berkurangnya titik genangan banjir dari 15 titik menjadi 5 titik banjir di akhir tahun 2017

Membuat dan menormalisasi saluran drainase sesuai dengan debit yang dialirkan

Merancang usulan penganggaran untuk pembuatan dan normalisasi saluran drainase

Mengoptimalkan partisipasi swasta dalam penanganan genangan/banjir

Mendorong peran serta masyarakat dalam memantau seluruh daerah yang berpotensi genangan/banjir

Tertanganinya pendangkalan saluran drainase jalan dan permukiman dari 21 ruas drainase jaslan menjadi 12 ruas drainase jalan di Kabupaten Badung di akhir tahun 2017

Merancang usulan penganggaran untuk penanganan pendangkalan saluran drainase

Terlaksananya sosialisasi peraturan tentang sempadan saluran drainase di 62 Desa/Kelurahan di Kabupaten Badung hingga tahun 2015

Merancang usulan penganggaran untuk sosialisasi peraturan tentang sempadan saluran drainase

Meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam PHBS dengan melibatkan jender dan kemiskinan

Menyebarkan informasi mengenai peraturan sempadan saluran drainase kepada masyarakat secara intensif

Terbebasnya 10% saluran drainase di rumah tangga dan pengusaha ternak di Kecamatan Mengwi, Abiansemal, dan Petang dari air limbah domestik di tahun 2017

Penyuluhan dan penegakan hukum kepada masyarakat dan pengusaha ternak akan dampak pencemaran dan fungsi utama drainase

Mengoptimalkan pemanfaatan anggaran untuk penyuluhan dan sosialisasi terkait PHBS

(23)

Tabel 5.7 Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Badung

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

5.5.

ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP2KP)

Tabel 5.11 Visi, Misi, Kebijakan dan Strategi RP2KP Kabupaten Badung

DOKUMEN RENCANA

KABUPATEN/KOTA VISI MISI KEBIJAKAN STRATEGI

SPPIP 2010 1 Permukiman

a

-- Pemeliharaan jalan agar tetap berfungsi dengan baik 2 Limbah

g

-Permukiman Perkotaan

intensifikasi permukiman pada Kawasan perkotaan

Menata penjadwalan perjalanan sesuai dengan kapasitas penggunaan transportasi

peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman, mencakup: 1. revitalisasi (peremajaan) kawasan perumahan kumuh (slums) dan kawasan-kawasan tertentu dengan lingkungan yang tidak teratur untuk meningkatkan kualitas

lingkungan dan wajah kota; 2. penertiban lingkungan perumahan liar (squatter); dan

3. penataan dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan pada kawasan

yang tidak terjangkau jaringan jalan kendaraan roda empat;

mengakomodasi pengembangan permukiman bertingkat bertipe susun pada lokasi-lokasi tertentu sesuai ketentuan peraturan zonasi

ekstensifikasi dan pengembangan baru permukiman di kawasan perkotaan Mangupura

membatasi perluasan pengembangan permukiman di Kawasan Perkotaan Petang.

mengembangkan kelengkapan fasilitas penunjang permukiman terdiri atas; fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas rekreasi dan olah raga, ruang terbuka hijau dan fungsi pemanfaatan ruang lainnya sesuai karakter tiap kawasan permukiman,

Optimalisasi dan efektivitas guna lahan yang menunjang penegasan pola lingkungan lebih harmonis, melalui arahan penggunaannya maupun persyaratan teknis bangunan.

Pengembangan perumahan dengan jalan mengefektifkan lahan-lahan non produktif yang nilai ekonomisnya rendah serta ramah lingkungan

Peremajaan melalui renovasi, rehabilitasi rumah kumuh.

Penataan perumahan berdasarkan kawasan

Infrastruktur

Pembukaan jaringan jalan Bringkit – Batuan – Purnama untuk mendukung pengembangan terminal Mengwi.

Mewujudkan kepastian dan ketertiban hukum tentang permukiman dan infrastruktur

Peningkatan kualitas jalan Denpasar – Mengwi dan ruas jalan Tabanan – Mengwi

Peningkatan kualitas jalan-jalan penghubung pariwisata

Optimalisasi fungsi terminal lokal di Kabupaten Badung antara lain terminal sentral parkir Kuta yang dinilai terlalu jauh dari asal/ tujuan. perluasan permukiman baru di kawasan perkotaan

Menetapkan aturan fungsi jalan sesuai peruntukan

Pengelolaan limbah industri kecil, peternakan (pemotongan hewan), dan lain-lain.

Penyediaan sistem pengelolaan limbah cair secara terpadu. “ Terwujudnya kawasan

permukiman Kabupaten Badung

yang nyaman, sehat, lestari,

indah dan sejahtera berlandaskan konsepsi ”Tri Hita

Karana” (menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan

manusia dengan lingkungan)”

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas di Kabupaten Badung

Penyusunan SPPIP merupakan payung perencanaan untuk pengembangan kawasan permukiman dan infrastruktur di kawasan permukiman. Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dalam skala kota dan skala Kawasan Permukiman Prioritas akan dipakai sebagai acuan dalam pengembangan Rencana Aksi Program di tiap Kawasan Permukiman Prioritas yang terangkum dalam Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).

Dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), telah ditetapkan bahwa akan dipilih 1-2 Kawasan Permukiman Prioritas untuk dikembangkan dalam Penyusunan RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP). Kawasan permukiman prioritas terpilih memiliki luas kurang lebih 500- 800 Hektar, yang selanjutnya dalam satu paket kegiatan Penyusunan RPKPP juga akan ditetapkan 2 blok Kawasan Pengembangan Tahap I dengan luas kurang lebih 20 Ha.

Selanjutnya dalam Kawasan Permukiman Prioritas Terpilih akan dikembangkan Masterplan Kawasan dengan luas sekitar 500- 800 Hektar tersebut dengan skala pengamatan 1 : 5.000 yang dilengkapi Detailed Engineering Design (DED) pada blok Kawasan terpilih Pengembangan Tahap I dengan luas kurang lebih 20 Ha, dengan skala pengamatan 1 : 1.000.

Urutan Kawasan Permukiman Prioritas Berdasarkan Hasil Penilaian, disajikan pada Tabel 5.13

Tabel 5.13 Kawasan Perukiman Prioritas Berdasarkan Hasil Penilaian

No Karakteristik Nama Lokasi Prioritas

Penanganan 1 Permukiman pengembang

Perum Grya Arisandi, Perum Abianbase Permai, Perum Wahana Wahyu Graha, Perum Graha Mutiara.

Kecamatan Mengwi (Kelurahan Abianbase)

20

Perum Taman Wahayu, Perum Sempidi Indah Permai, Perum Grya Wahyu Indah

Kecamatan Mengwi (Kelurahan Sempidi)

21

Perum Dewata Permai, Perum Multi Permai, Perum Nuansa Indah, Perum Asri Graha, Perum Sading Multi Permai.

Kecamatan Mengwi (Desa Sading) 22

Perum Dalung Permai, Perum Dalung Asri, Perum Dalung Tiga, Perum Anggi Elok, Perum Cemara Hijau, Perum Garuda Kencana, Perum Cemara Giri Graha, Perum Wahana Graha.

Kuta Utara (Desa Dalung) 9

2 Permukiman kumuh

a. Permukiman kumuh sekitar kawasan pantai

Kec.Kuta Selatan (Kelurahan Tanjung Benoa), Kec. Kuta (Desa Kedonganan)

1

b. Permukiman Kumuh sekitar Bantaran sungai

Kec.Kuta (Kelurahan Kuta, banjar plasa)

2

c. Permukiman Kumuh di Perkotaan Kec.Mengwi (Desa Lukluk) 4 d. Permukiman Kumuh di pedesaan Kec.Mengwi (Desa Cemagi), Kec.

Abiansemal (Desa Sibang Gede)

3

3 Permukiman pada kawasan Fungsional a. Permukiman kawasan Fungsional

Pariwisata

Kec Kuta Selatan (Desa Pecatu),Kecamatan Kuta Utara, Kuta Dan Kuta Selatan

(40)

No Karakteristik Nama Lokasi Prioritas Penanganan b. Permukiman sekitar Kawasan Daya

Tarik Wisata

Kec. Petang (Kawasan Agropolitan Petang), Desa Belok dan Pelaga

15

c. Permukiman sekitar kawasan Taman Wisata Alam

Kec. Abiansemal (Desa sangeh) 14

d. Permukiman sekitar kawasan lindung Kec. Petang (Desa Pelaga,dan Desa Belok)

13

e. Permukiman sekitar kawasan Tempat suci/warisan budaya

Kec. Mengwi (Desa Mengwi) 12

4 Permukiman Tradisional

a. Permukiman Desa Wisata Kec. Mengwi (Desa Baha), Kec.Petang(Desa Pangsan),Kec. Abiansemal (Desa Bongkase Pertiwi)

10

5 Permukiman Rawan Bencana

a. Banjir Kec. Kuta Selatan(Kelurahan Tanjung Benoa, Benoa, Jimbaran),Kecamatan Kuta dan kecamatan kuta utara (Kelurahan Kerobokan kelod,Desa Canggu)

5

b. Tsunami Kec.Kuta Selatan(Kelurahan Tanjung benoa, Benoa,Jimbaran), Kec.Kuta (Kelurahan kedongan, Tuban,Kuta,legian,Seminyak), Kec. Kuta Utara (Kelurahan kerobokan kelod, Canggu), Kec.mengwi (Desa Pererenan, Cemagi)

7

c. Tanah Longsor Kec. Petang (Desa Pelaga, Belok,Petang)

6

d. Gempa Kec. Kuta Selatan(Kelurahan Tanjung Benoa, Benoa, Jimbaran),Kec. Kuta (Desa Legian, Seminyak) ke. Kuta utara (Kelurahan Kerobokan

kelod,Kerobokan Kaja, Canggu), Kec. Mengwi (Desa Munggu, Cemagi, Mengwitani, Mengwi, Werdhibuana, Sobangan, Gulingan, Sembung), Kec. Abiansemal (Desa Sibangkaja, Sibang Gede, Sedang, Mambal, Taman,Bongkasa, Selat, Sangeh), Kec. Petang (Desa Carangsari, Getasan, Pangsan, petang, Sulangai, Pelaga,Belok)

8

6 Permukiman Dekat Kawasan Khusus

a. Kawasan Militer Kec.Kuta (Kelurahan Tuban) 16 b. Kawasan BTDC Kec kuta Selatan (kelurahan

Jimbaran)

24

c. Kawasan Bandara Ngurah Rai Kec.Kuta (Kelurahan Tuban) 19 d. Kawasan Kampus Unud Kec kuta Selatan (kelurahan

Jimbaran)

17

(41)

Penentuan kawasan prioritas terpilih didasarkan atas urgensi penanganan permasalahan terkait permukiman dan infrastrukturnya, adapun kawasan prioritas terpilih untuk pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kabupaten Badung adalah Kawasan Kuta Selatan sebagai kawasan prioritas I dan Kawasan Kuta sebagai kawasan prioritas II.

(42)

5.6.

INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN KAB/KOTA DAN SEKTOR

5.6.1. Sinkronisasi Antar Dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya

Penilaian sinkronisasi antar dokumen terkait Bidag Cipta Karya menggunakan indikator: visi/tujuan; misi/sasaran/lingkup, keijakan/kebijakan umum, dan strategi sebagaimana disajikan pada Tabel 5.14

Tabel 5.14 Indikator Penilaian Sinkronisasi Antar Dokumen Bidang Cipta Karya

INDIKATOR SUB

INDIKATOR PARAMETER NILAI

Visi/Tujuan Sangat Sesuai Substansi Visi/Tujuan berkaitan dengan perkotaan dan perdesaan

5

Sesuai Substansi Visi/Tujuan berkaitan dengan perkotaan saja dan/atau perdesaan saja

4

Kurang sesuai Substansi Visi/Tujuan tidak berkaitan dengan perkotaan dan perdesaan

2

Misi/Sasaran/ Lingkup

Sangat Sesuai Substansi misi/sasaran/lingkupberkaitan dengan prasarana / infrastruktur dan atau dengan 4 sektor (Bangkim, PBL, PKPAM dan PPLP)

5

Sesuai Substansi misi/sasaran/lingkup berkaitan dengan prasarana/infrastruktur dan atau dengan 3 sektor

4

Cukup Sesuai Substansi misi/sasaran/lingkup berkaitan dengan prasarana/infrastruktur dan atau dengan 2 sektor

3

Kurang sesuai Substansi misi/sasaran/lingkup berkaitan dengan prasarana/infrastruktur dan atau dengan 1 sektor

2

Tidak sesuai Substansi misi/sasaran/lingkup tidak ada berkaitan dengan prasarana/infrastruktur dan atau 4 sektor (Bangkim, PBL, PKPAM dan PPLP)

1

Kebijakan/ Kebijakan umum

Sangat Sesuai Substansi Kebijakan/Kebijakan umum berkaitan dengan prasarana /infrastruktur dan atau dengan 4 sektor (Bangkim, PBL, PKPAM dan PPLP)

5

Sesuai Substansi Kebijakan/Kebijakan umum berkaitan dengan prasarana/infrastruktur dan atau dengan 3 sektor

4

Cukup Sesuai Substansi Kebijakan/Kebijakan umum berkaitan dengan prasarana/infrastruktur dan atau dengan 2 sektor

3

Kurang sesuai Substansi Kebijakan/Kebijakan umum berkaitan dengan prasarana/infrastruktur dan atau dengan 1 sektor

2

Tidak sesuai Substansi Kebijakan/Kebijakan umum tidak ada berkaitan dengan prasarana/infrastruktur dan atau 4 sektor (Bangkim, PBL, PKPAM dan PPLP)

1

Strategi Sangat Sesuai Substansi Strategi berkaitan dengan 4 sektor (Bangkim, PBL, PKPAM dan PPLP)

5

Sesuai Substansi Strategi berkaitan dengan 3 sektor 4 Cukup Sesuai Substansi Strategi berkaitan dengan 2 sektor 3 Kurang sesuai Substansi Strategi berkaitan dengan 1 sektor 2

Tidak sesuai Substansi Strategi tidak ada berkaitan dengan 4 sektor (Bangkim, PBL, PKPAM dan PPLP)

(43)

Penilaian dilakukan terhadap dokumen rencana Bidang Cipta Karya yang memiliki lingkup wilayah Kabupaten, meliputi : RTRW, RPJMD, RISPAM, RP2KP, dan SSK. Hasil penilaian sinkronisasi antar dokumen disajikan pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Hasil Penilaian Sonkronisasi antar Dokumen Rencana

NO INDIKATOR KABUPATEN BADUNG

RTRW RPJMD RISPAM SPPIP SSK JMLH % artinya termasuk kategori sinkron. Hasil ini dicapai pada tataran antar visi/tujuan dan antar strategi nilainya masing-masing mencapai 72 % (kategori sinkron) dan pada tataran antar misi/ sasaran dan kebijkan nilainya masing-masing 52 % (cukup sinkron).

Jumlah nilai yang diperoleh masing-masing dokumen, jumlah nilai kearah kolom menunjukan lengkap dan/atau tidak lengkapnya sektor Bidang Cipta Karya (Bangkim, PBL, PKPAM, dan PPLP) yang dibahas dalam materi substansi dokumen rencana.

5.6.2 Sinkronisai Dokumen Rencana dengan Kebijakan diatasnya

Selain sinkronisasi antar dokumen, sinkronisasi dokumen rencana Bidang Cipta Karya yang ada di Kabupaten Badung dengan dokumen rencana terkait Bidang Cipta Karya yang ada di Pusat dan di Provinsi perlu dilakukan untuk memantapkan hasil integrasi strategi pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Badung. Indikator penilaian sinkronisasi dokumen rencana dengan kebijakan yang ada diatasnya disajikan pada Tabel 5.16. Hasil penilaiannya disajikan pada Tabel 5.17.

Tabel 5.16 Indikator Penilaian Sinkronisasi Dokumen Rencana dengan Kebijakan yang diatasnya.

INDIKATOR SUB

INDIKATOR PARAMETER NILAI

MDGs Sangat Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan upaya memenuhi target MDGs tahun 2015 meliputi 3 aspek ( air minum, sanitasi, dan permukiman kumuh)

5

Cukup sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan upaya memenuhi target MDGs tahun 2015 meliputi 2 aspek

3

Kurang sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan upaya memenuhi target MDGs tahun 2015 meliputi 1 aspek

2

Tidak sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya tidak ada berkaitan dengan upaya memenuhi target MDGs tahun 2015 meliputi 3 aspek (air minum, sanitasi, dan permukiman kumuh)

1

RTRWN Sangat Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan pengembangan fungsi kawasan

perkotaan,meliputi 5 aspek (PKN, PKW, PKL, PKSN, dan KSN)

(44)

INDIKATOR SUB

INDIKATOR PARAMETER NILAI

Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan pengembangan fungsi kawasan perkotaan meliputi 4 aspek

4

Cukup Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan pengembangan fungsi kawasan perkotaan meliputi 3 aspek

3

Kurang sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan pengembangan fungsi kawasan perkotaan meliputi 2 aspek

2

Tidak sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan pengembangan fungsi kawasan perkotaan meliputi 0-1 aspek

1

RPJMN Sangat Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 4 aspek ( air minum, sanitasi, permukiman kumuh, dan infrastruktur perdesaan)

5

Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 3 aspek.

4

Cukup Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 2 aspek.

3

Kurang sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 1aspek.

2

Tidak sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya tidak berkaitan dengan penanganan 4 aspek ( air minum, sanitasi, permukiman kumuh, dan infrastruktur perdesaan)

1

RTRWP Bali Sangat Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 5 aspek (fungsi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, air minum, air limbah, persampahan, dan kawasan permukiman)

5

Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 4 aspek

4

Cukup Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 3 aspek

3

Kurang sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 2 aspek

2

Tidak sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 0 - 1 aspek

1

RTRKP Sarbagita

Sangat Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 6 aspek (kawasan perkotann inti, kawasan perkotaan sekitar kota inti, air minum, drainase, air limbah, dan persampahan)

5

Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 4 -5 aspek

4

Cukup Sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 3 aspek

3

Kurang sesuai Substansi dokumen Rencana terkait Bidang Cipta Karya berkaitan dengan penanganan 2 aspek

(45)

Pada Tabel 5.16, hasil penilaian sinkronisasi dokumen rencana di Kabupaten Badung dengan kebijakan diatasnya menunjukan bahwa secara keseluruhan, tingkat sinkronisasi mencapai 62 % termasuk kategori sinkron, Rincian penilaian, dengan indikator MDGs 32 % (kurang sinkron); dengan RTRWN 32 % (kurang snkron); dengan RPJMN 60 % (cukup sinkron); dengan RTRW Provinsi 60 % (cukup sinkron); dan dengan RTR Sarbagita 64 % (sinkron).

Jumlah nilai yang diperoleh masing-masing dokumen, jumlah nilai kearah kolom menunjukan lengkap dan/atau tidak lengkapnya sektor Bidang Cipta Karya (Bangkim, PBL, PKPAM, dan PPLP) yang dibahas dalam materi substansi dokumen rencana.

Tabel 5.17 Hasil Penilaian Sinkronosasi Dokumen Rencana dengan Kebijakan diatasnya

No KABUPATE/KOTA/

INDIKATOR RTRW RPJMD RISPAM SPPIP SSK JMLH %

Stratagi Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Badung

Berdasarkan dokumen rencana terkait Bidang Cipta Karya dengan skala Kabupaten, maka dapat disusun Matrik Strategi Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Badung seperti disajikan pada Tabel 5.18

Tabel 5.18 Matrik Strategi Pembagunan Kabupaten

DOKUMN

RENC.KABUPATEN VISI /TUJUAN MISI/SASARAN/LINGKUP

KEBIJAKAN/

KEBIJAK.UMUM STRATEGI RTRW Pada Tabel 5.1 Pada Tabel 5.1 Pada Tabel 5.1 Pada Tabel 5.1 RPJMD Pada Tabel 5.3 Pada Tabel 5.3 Pada Tabel 5.3 Pada Tabel 5.3 RISPAM Pada Tabel 5.5 Pada Tabel 5.5 Pada Tabel 5.5 Pada Tabel 5.5 SSK Pada Tabel 5.6 Pada Tabel 5.6 Pada Tabel 5.6 Pada Tabel 5.6 RP2KP Pada Tabel 5.11 Pada Tabel 5.11 Pada Tabel 5.11 Pada Tabel 5.11

Identifikasi Rencana Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Badung.

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya pada dasarnya tidak membuat perencanaan baru, namun merupakan tindak lanjut operasionalisasi dari rencana yang telah ada.

(46)

Tabel 5.19 Matriks Identifikasi Rencana Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Badung

NO PRODUK RENCANA STATUS

(ADA/TIDAK) ARAHAN PEMBANGUNAN PROGRAM/KEGIATAN LOKASI SEKTOR

1 RTRW KABUPATEN ada Kawasan Strategis Kabupaten - - -

Indikasi Program Pada Tabel 5.2 Pada Tabel 5.2 Bangkim, PBL,PKPAM, PPLP

2 RPJMD ada Indikasi Rencana Program Prioritas Pada Tabel 5.4 - Bangkim, PBL,PKPAM, PPLP

3 Perda BG Tidak ada - - - -

4 RISPAM ada Rencana Pentahapan Pengembangan SPAM

Pada Sub Bab 5.3 Pada Sub Bab 5.3 Air Minum

5 SSK ada Misi, Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan

Pada Tabel 5.7 s/d Tabel 5.10

Pada Tabel 5.7 s/d Tabel 5.10

PPLP

6 RTBL Kawasan Tidak ada - - - -

7 RP2KP ada Kawasan Permukiman Prioritas Pada Tabel 5.12 Pada Tabel 5.12 Bangkim, PBL,PKPAM, PPLP

8 RTBL KSK ada Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kawasan Prioritas Kuta Selatan

- ‘’- ‘’-

Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kawasan Prioritas Kuta

Gambar

Tabel 5.4  Indikasi Recana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaannya di Kabupaten Badung
Tabel 5.5 Tujuan, Sasaran, Rencana Sistem Penyediaan, dan Rencana Pengembangan SPAM
Tabel 5.6  Visi, Misi, Kebijakan,dan Strategi Sanitasi Kota di Kabupaten Badung
Tabel 5.7 Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Badung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karbon alami dan karbon aktif merupakan hasil pembakaran bahan seperti kayu, kulit, sabut kelapa, sekam padi, tempurung kelapa dan batu bara. Hanya yang membedakan adalah

Dengan diketahuinya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok maka dalam melaksanakan kegiatan belajar

Pada penelitian ini terdapat dua peraturan perundangan yang dikhususkan untuk diteliti, yaitu PP 6/2007 jo PP 3/2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Penunjukan Langsung Kegiatan Pengadaan Jasa Study Pengalaman tentang Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

Rencana Induk Kewirausahaan Nasional adalah pedoman bagi pemerintah dan wirausaha dalam perencanaan dan pembangunan kewirausahaan nasional yang disusun untuk jangka waktu tertentu

Tergugat yang telah dipanggil dengan resmi dan patut tidak hadir dan perkara ini dapat diputus tanpa hadirnya Tergugat (verstek) sesuai dengan pasal 149 R.Bg ; --- Menimbang, bahwa

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa Islam merupakan agama tauhid yang mengajak manusia untuk memurnikan ibadah mereka hanya kepada Allah dan

Jumlah Siswa Putus Sekolah Jenjang Sekolah Menengah Atas Menurut Tingkat Tiap Provinsi..