BAB IV
PROFIL KABUPATEN GAYO LUES
4.1 GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH
4.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Gayo Lues terletak pada garis lintang 03° 40’26” – 40° 16’55” LU
dan garis bujur 96° 43’24” –97° 55’24” BT, dengan luas wilayah 5.549,91 km².
Ibukota Kabupaten Gayo Lues adalah Blangkejeren, secara administrasi terdiri
atas 11 (sebelas) Kecamatan.
4.1.2 Administrasi
Secara administrasi Kabupaten Gayo Lues sesuai dengan Undang – Undang
Nomor 4 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten Gayo Lues mempunyai batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Timur
dan Aceh Tamiang;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten
Langkat Prov. Sumatera Utara;
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh
Selatan dan Aceh Barat Daya;
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Nagan
Raya dan Kabupaten Aceh Selatan.
Kabupaten Gayo Lues terdiri dari 11 kecamatan, 25 kemukiman dan 144 desa. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah kecamatan Pining dengan luas wilayah 135.008,35 Ha atau 24,33%, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah kecamatan Blangkejeren dengan luas wilayah 16.605,63 Ha atau 2,99 persen dari luas
wilayah Kabupaten Gayo Lues. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 4-1 dan
Gambar 4.1
TABEL 4. 1
NAMA DAN LUAS KECAMATAN KABUPATEN GAYO LUESTAHUN 2010
NO KECAMATAN IBUKOTA LUAS (HA) PERSENTASE (%)
1 Tripejaya Rerebe 43.712,73 7,88
2 Terangun Terangun 67.180,27 12,10
3 Rikit Gaib Ampa Kolak 26.407,84 4,76
4 Putri Betung Gumpang 99.686,09 17,96
6 Pantan Cuaca Kenyaran 29.506,51 5,32
7 Kutapanjang Kutapanjang 26.952,72 4,86
8 Dabun Gelang Badak Bur Jumpe 44.471,13 8,01
9 Blangpegayon Cinta Maju 27.218,09 4,90
10 Blangkejeren Blangkejeren 16.605,63 2,99
11 Blangjerango Buntul Gemunyang 38.241,70 6,89
Jumlah 554.991,06 100,00
Sumber : RTRW Kab.Gayo Lues Tahun 2012 - 2032
4.2 GAMBARAN DEMOGRAFI
A. Jumlah Penduduk Secara Keseluruhan
Penduduk Kabupaten Gayo Lues terdiri dari beberapa suku antara lain, suku Gayo sebagai suku asli, suku Alas, Jawa, Minang, Batak dan suku lainnya dalam jumlah kecil sebagai pendatang. Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2009 sebanyak 86.782 jiwa.
Pada tahun 2009 kepadatan penduduk (dihitung terhadap luas peruntukan permukiman) rata-rata sebesar sekitar 11 jiwa/ha. Penduduk Kabupaten Gayo Lues tersebar pada 11 kecamatan dengan angka kepadatan penduduk bervariasi. Kepadatan tertinggi terjadi di Pining dan terendah Kecamatan Terangun. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2009 dapat
dilihat pada Tabel 4 – 2 dan gambar 4.2.
TABEL 4 - 2
KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2009
GAMBAR 4.2
B. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi Penduduk Kab. Gayo Lues berdasarkan usia dan jenis kelamin pada tahun 2009 yaitu Laki-laki sebanyak 42.754 jiwa atau sekitar 49,22 % dan jenis kelamin perempuan 43.754 jiwa atau sekitar 50,78%.
TABEL 4-3
KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN USIA DAN JENIS KELAMIN KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2009
N O
KELOMPOK UMUR
JUMLAH PENDUDUK MENURUTJENIS KELAMIN
(JIWA)
JUMLAH PENDUDUK
(JIWA)
PERSENTA SE (%)
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. 0 - 4 4.445 4.438 8.884 11,82
2. 5 - 9 4.407 4.337 8.744 11,63
3. 10 - 14 4.508 4.418 8.926 11,88
4. 15 - 19 3.589 3.699 7.288 9,70
5. 20 - 24 3.185 3.618 6.803 9,05
6. 25 - 29 3.746 4.013 7.760 10,32
7. 30 - 34 3.120 3.177 6.296 8,38
8. 35 - 39 2.810 2.655 5.466 7,27
9. 40 - 44 2.038 2.134 4.172 5,55
10
. 45 - 49 1.666 1.799 3.464 4,61
11
. 50 - 54 1.287 1.230 2.517 3,35
12
. 55 - 59 745 723 1.469 1,95
13
. 60 - 64 584 712 1.296 1,72
14
. 65 - 69 372 461 833 1,11
15
. 70 – 74 248 384 632 0,84
16
. 75+ 254 361 615 0,82
JUMLAH 42.409 43.754 86.162 100.000
C. Jumlah Penduduk Miskin
Kemiskinan di Kabupaten Gayo Lues diidentifikasikan sebagai kemiskinan struktural. Angka sebaran penduduk miskin dapat dilihat pada Tabel 4-4.
TABEL 4-4
ANGKA PERSEBARAN PENDUDUK MISKIN KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2010
NO. KECAMATAN PERSENTASE (%) JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
PSE PKIB 2008 PSE PKIB
1. Blangkejeran 46,93 19,35 17.840 10,676 4,402
2. Kuta Panjang 68,69 25,21 8.000 5,220 1,916
3. Terangun 89,7 13,75 8.009 7,540 1,156
4. Rikit Gaib 83,8 22,85 4.979 3,398 927
5. Pining 92,89 38,46 4.676 4,071 1,686
6. Blang Jerango 92,04 18,96 7.620 6,065 1,249
7. Blang Pegayon 94,7 21,46 5.006 4,755 1,078
8. Dabun Gelang 95,38 15,82 5.345 4,437 736
9. Putri Betung 92,88 25,04 7.813 6,281 1,693
10. Pantan Cuaca 92,46 59,55 3.804 3,639 2,344
11. Tripe Jaya 82,82 31,04 6.278 4,505 1,688
JUMLAH (JIWA) 79.340 64.124 19.975
Sumber : Gayo Lues Dalam Angka Tahun 2011
Faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Gayo Lues antara lain disebabkan tingkat pendidikan dan kesehatan relatif rendah, pembangunan infrastruktur yang belum tepat sasaran sebagai akses ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya, terbatasnya peruntukan lahan budidaya, serta masih rendahnya akses informasi global.
Kemiskinan di Kabupaten Gayo Lues diindikasikan oleh masih banyaknya perumahan tidak layak huni, rendahnya akses terhadap sarana sanitasi dan air minum, rendahnya kemampuan memenuhi kebutuhan gizi minimal, daya beli rendah, akses penerangan dan indormasi serta pendidikan yang relatif rendah.
D. Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues dari tahun 2005-2009 menunjukan angka positif sebesar 3.86 % pertahun. Laju pertumbuhan penduduk dalam hal ini bukan hanya disebabkan oleh angka kelahiran atau angka kematian, akan tetapi bertambahnya jumlah pendatang yang menetap di Kabupaten Gayo Lues. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4-5.
TABEL 4-5
DISTRIBUSI PENDUDUK KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2005 – 2009
NO. KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
Laju Pertumbuhan Rata-Rata 2005 2006 2007 2008 2009
1 Blangkejeran 19,582 20,624 21,717 22,569 23,357 4.51
2 Kuta Panjang 6,940 7,209 7,764 8,000 8,281 4.53
3 Terangun 7,186 7,653 7,893 8,009 8,276 3.61
4 Rikit Gaib 4,271 4,425 4,790 4,979 5,149 4.80
5 Pining 3,989 4,257 4,558 4,676 4,852 5.04
6 Blang Jerango 6,853 7,156 7,380 7,620 7,804 3.30
7 Blang Pegayon 4,518 4,666 4,824 5,006 5,186 3.51
8 Dabun Gelang 4,806 4,980 5,164 5,345 5,508 3.47
9 Putri Betung 7,112 7,312 7,693 7,813 8,007 3.02
10 Pantan Cuaca 3,483 3,546 3,683 3,804 3,906 2.91
11 Tripe Jaya 5,862 6,002 6,136 6,278 6,456 2.44
Jumlah 74,602 77,830 81,602 84,099 86,782
Laju pertumbuhan 4.33 4.85 3.06 3.19 3.86
Sumber : Gayo Lues Dalam Angka Tahun 2006-2010 dan Hasil Analisis Tahun 2009.
Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk sekitar 3.86 % maka perkiraan laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Gayo Lues dari tahun 2010 – 2030 dapat dilihat
pada Tabel 4-6.
Struktur umur penduduk Kabupaten Gayo Lues masih berbentuk piramida yang menggambarkan jumlah penduduk yang berumur lebih kecil lebih banyak dibandingkan
yang berumur lebih tua. Komposisi penduduk pada usia subur (20 – 34)
menggambarkan perkiraan laju pertumbuhan penduduk ke tahun berikutnya. Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi penduduk menurut kelompok usia di Kabupaten Gayo Lues.
TABEL 4-6
PROYEKSI KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2010 – 2030
NO. Kecamatan Luas Sumber : Hasil Analisis berdasarkan data GLDA tahun 2005-2011
TABEL 4-7
JUMLAH PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN
KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2008
NO. KECAMATA
N
JUMLAH PENDUDUK (JIWA) MENURUT PENDIDIKAN
BS TS TK SD SMP SMA D.
E. Persebaran Penduduk
GAMBAR 1.9
Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum
Pelayanan air bersih di Kabupaten Gayo Lues belum dapat menjangkau seluruh
wilayah yang ada. Ditambah lagi pelayanan yang masih belum maksimal ketika musim
penghujan air manjadi keruh.
A. Sistem Non Perpipaan 1. Aspek Teknis
Penyediaan air bersih dengan sistem non perpipaan digunakan untuk melayani
masyarakat yang belum dilayani oleh PDAM dan tidak terdapat sumber mata air atau
air permukaan yang dapat dimanfaatkan. Sistem non perpipaan diupayakan dengan
adanya sumur gali dan pengeboran air tanah dalam
Secara teknis penyediaan air bersih dengan sistem non perpipaan
didapatkan dengan pembuatan sumur gali dan sumur bor, karena sebagian
penduduk Kabupaten Gayo Lues yang belum terlayani air bersih tidak memiliki dana
untuk membangun sarana dan prasarana air bersih yang dapat mendistribusikan
sumber mata air menuju ke rumah-rumah. Penggunaan sumur gali dirasakan
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan air bersihnya, terutama daerah-daerah
yang tidak terlayani oleh PDAM dan daerah-daerah yang dikategorikan daerah
Pengadaan sumber air bersih tersebut dapat diusahakan oleh masyarakat
sendiri namun secara ekologis penyediaan air tersebut memberikan dampak
terhadap lingkungan.
2. Aspek Pendanaan
Penyediaan sumber air bersih bagi masyarakat yang tidak terlayani air bersih
dari sistem perpipaan PDAM dapat mengupayakan sumber air, baik dari air
permukaan ataupun dari sumur gali yang dilakukan dengan pendanaan secara
mandiri. Pendanaan air bersih tersebut yang dilakukan secara mandiri tersebut dirasa
efektif dibandingkan dengan adanya pendistribusian secara sistem perpipaan.
3. Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Saat ini belum ada lembaga yang mengelola sumber air bersih yang berasal
dari sumur gali ataupun pengeboran air tanah dalam, karena pengadaan air bersih
dilakukan oleh masyarakat secara individu maupun kelompok namun belum
menggunakan sistem perpipaan.
B. Sistem Perpipaan 1. Aspek Teknis
Penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan ditangani oleh Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Gayo Lues, dengan prioritas cakupan pelayanan daerah
perkotaan. Sedangkan untuk pengadaan air bersih di luar daerah perkotaan sangat
terbantu oleh program pemerintah pusat untuk melayani masyarakat dengan
adanya program-program pendampingan pemberdayaan masyarakat untuk
mengelola air bersih yang terdapat di daerahnya.
2. Aspek Pendanaan
Pendanaan penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan di Kabupaten Gayo
Lues melibatkan anggaran dari APBN, APBD Kabupaten Gayo Lues dan Masyarakat.
Fungsi anggaran dari APBN untuk mendorong pendanaan dari APBD Kabupaten Gayo
Lues dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat. Dalam pendanaan ini aspek dana
masyarakat turut memberikan peran untuk memback up keberlanjutan pelayanan air
bersih. Selain itu juga terdapat partisipasi aktif dari perusahaan daerah untuk
3. Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan saat ini melayani Kota - Kota di
Kabupaten Gayo Lues menjadi tanggung jawab PDAM. Sedangkan pengelolaan
Perusahaan Daerah Air Minum dipimpin oleh Sekda Kabupaten Gayo Lues.
Kelembagaan pelayanan air bersih yang dibangun dengan pendanaan dari
APBN, APBD Kabupaten Gayo Lues dan dana Masyarakat dikelola oleh masyarakat
dan pemerintah Kabupaten Gayo Lues untuk pembangunan sarana dan prasarana air
bersih. Namun dalam pengelolaan kelembagaan tersebut tanpa melibatkan peran
PDAM. Sehingga akan terjadi pemerataan pelayanan air bersih.
4.1.3 Permasalahan Yang Dihadapi
4.1.3.1 Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum
Sasaran penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air bersih di
Kabupaten Gayo Lues adalah menyediakan air bersih yang diprioritaskan bagi
masyarakat yang belum terlayani air bersih dan daerah yang rawan air bersih pada saat
musim kemarau.
4.1.3.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dan kendala penyediaan air bersih bagi masyarakat di Kabupaten
Gayo Lues antara lain:
a. Penyediaan Air minum kota Blangkejeren yang dikelola oleh PDAM belum layak,
penyaluran air dilakukan secara bergilir, bila hujan air akan keruh.
b. Rumah tangga yang belum mendapatkan air bersih dan masih rendahnya kinerja
pelayanan air bersih, yaitu belum meratanya sistem jaringan air bersih
c. Potensi sumber mata air belum dimanfaatkan secara optimal dan belum
tertangani secara keseluruhan, namun banyak lokasi yang rawan air bersih tetapi
belum ditemukan sumber mata air yang dapat dimanfaatkan. Kendala untuk
suplai air bersih dapat diupayakan dengan eksplorasi air tanah dalam. Namun
strategi tersebut membutuhkan dana besar dan rentan berdampak besar dan
penting terhadap kelestarian lingkungan.
4.1.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis sistem sarana dan prasarana air minum di Kabupaten
Gayo Lues dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengolahan air baku dari air permukaan/ sungai untuk dimanfaatkan pelayanan
IKK
2. Besar unit produksi air minum yang ada sekarang belum dapat memenuhi
kebutuhan air minum Kabupaten Gayo Lues
3. Kondisi jaringan yang ada saat ini belum cukup untuk melayani kebutuhan dan
belum menjangkau seluruh kawasan Kabupaten Gayo Lues, terutama
daerah-daerah yang membutuhkan air
4. Panjang unit transmisi air minum yang ada sekarang belum dapat memenuhi
kebutuhan air minum Kabupaten Gayo Lues
5. Peningkatan kapasitas produksi dengan menggunakan sistem pompanisasi untuk
melayani IKK
4.1.4.2 Analisis Kebutuhan Program
Analisis kebutuhan program berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengkaji
program-program yang dapat digunakan untuk menangani permasalahan dan kendala
penyediaan air minum di Kabupaten Gayo Lues antara lain:
a. Menyediakan air baku bagi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi
sumber-sumber air serta mengoptimalkan pengelolaan dan pemakaian sumber
daya air.
b. Meningkatkan kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga,
pemukiman, pertanian dan industri dengan prioritas utama untuk kebutuhan
pokok masyarakat dan pertanian rakyat.
4.1.4.3 Rekomendasi
Rekomendasi untuk program-program yang diusulkan dalam penyediaan air
minum di Kabupaten Gayo Lues sebagai berikut:
a. Perlu adanya studi untuk mengidentifikasi sumber air bersih di Kabupaten Gayo Lues
dengan output database ketersediaan air bersih yang didukung dengan adanya
pendataan dan pemetaan kualitas air tanah.
b. Perlu adanya pengembangan sistem pelayanan air minum di ibukota kecamatan
c. Perlu pembangunan prasarana dan sarana air minum untuk melayani kebutuhan
masyarakat perdesaan dengan adanya pembangunan sarana air bersih di beberapa
desa.
d. Rehabilitasi jaringan perpipaan distribusi dan perbaikan kebocoran dengan
penggantian water meter induk dan water meter pelanggan.
4.1.5 Sistem Prasarana yang Diusulkan 4.1.5.1 Sistem Non Perpipaan
Penyediaan air bersih dengan sistem non perpipaan digunakan untuk melayani
masyarakat yang belum dilayani oleh PDAM dan tidak terdapat sumber mata air atau air
permukaan yang dapat dimanfaatkan.
4.1.5.2 Sistem Perpipaan
Pelayanan air bersih dengan menggunakan sistem perpipaan sudah harus
ditingkatkan. Pengembangan sistem perpipaan di daerah perdesaan membutuhkan
pembangunan bak penampungan dan jaringan perpipaan.
4.1.6 Usulan dan Prioritas Program
1. Laporan Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan SPAM
a. Penyusunan RISPAM
2. Penyelenggaraan SPAM Terfasilitasi
a. Bantuann Fisik Penyehatan PDAM
b. Bantuan Pelatihan Administrasi
3. SPAM di Kawasan MBR
3.1. SPAM di kawasan RSH
a. Pemasangan Pipa Distribusi Utama Desa Rigeb
b. Pemasangan Pipa Distribusi Utama Desa Umelah
c. Pemasangan Pipa Distribusi Utama Desa Blangbengkik
d. Pemasangan Pipa Distribusi Utama Desa Kong Paloh
3.2. Optimalisasi IKK
a. Pemasangan Pipa Distribusi Utama Kecamatan Kutapanjang
b. Pemasangan Pipa Distribusi Utama Kecamatan Blangkejeren
c. Pemasangan Pipa Distribusi Utama Kecamatan Rikit Gaib
d. Pemasangan Pipa Distribusi Utama Kecamatan Terangon
4. SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK)
b. Pembangunan IPA Kapasitas 10 ltr/det Kecamatan Pantan Cuaca
c. Pembangunan IPA Kapasitas 10 ltr/det Kecamatan Pining
d. Pembangunan IPA Kapasitas 10 ltr/det Kecamatan Puteri Betung
e. Pembangunan IPA Kapasitas 10 ltr/det Kecamatan Tripe Jaya
4.2 RENCANA INVESTASI PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
4.2.1 RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Gayo Lues sampai saat ini belum
sepenuhnya mampu ditangani dan dibiayai oleh pemerintah kota, terutama dalam hal
pembangunan sarana dan prasarananya.
Perkembangan Jumlah penduduk berakibat meningkatnya kebutuhan
pemukiman baru sehingga mendorong adanya penciptaan permukiman-permukiman
baru maupun bertambah padatnya permukiman yang sudah ada. Hal yang tidak bisa
dihindari adanya peningkatan jumlah limbah cair yang dihasilkan pada lingkungan
pemukiman tersebut.
Limbah cair rumah tangga pada pemukiman apabila tidak ditangani dengan
cukup baik, akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan diantaranya penurunan
kualitas air badan air dan air tanah, penurunan tingkat kesuburan tanah, maupun
penurunan tingkat estetika suatu wilayah.
Ketika jumlah penduduk masih sedikit, maka daya dukung lingkungan masih mampu
melakukan pembersihan sendiri (self purification), namun dengan bertambah nya jumlah
penduduk dan peningkatan debit limbah cair yang dihasilkan maka diperlukan metode
pengelolaan sehingga yang terbuang pada lingkungan diharapkan sudah memenuhi
syarat.
Dengan demikian padatnya tingkat hunian didalam perkotaan, maka system
untuk pengolahan setempat limbah cair rumah tangga menjadi sulit dilakukan, apalagi
bila penduduk setempat juga masih menggunakan air tanah setempat sebagai sumber
air bersih / air baku air minum. Apabila terdapat kondisi ini maka alangkah baiknya
apabila sistem pengolahan limbah cair ini dilakukan secara kelompok / komunal dengan
penyaluran secara tertutup (perpipaan) kemudian dilanjutkan pengolahan dan
peresapan. Apabila langkah ini yang diambil diperlukan peran-peran dari pihak lain baik
pemerintah maupun swasta dalam penanganannya.
A. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Penanganan air limbah selama ini di masyarakat dengan membuat sefticktank
yang sederhana di rumah. Akan tetapi tidak semua penduduk kabupaten Gayo Lues
memiliki sefticktank, ada menggunakan saluran drainase sebagai saluran pembuangan
air limbah dan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai menggunakan sungai sebagai
sarana MCK.
Dalam penanganan air limbah ini pemerintah telah membangun MCK umum di
Perdesaan tapi hanya berfungsi sementara karena tidak dipelihara dengan baik sehingga
rusak kemudian masyarakat kembali ke sungai. Hal ini dikhawatirkan sumber air akan
tercemar oleh bakteri coli, yang sangat tidak baik untuk kesehatan. Untuk itu diperlukan
penyuluhan bagi masyarakat agar sadar untuk menjaga dan memeliharanya.
4.2.1.3 Permasalahan yang Dihadapi
A. Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah
a. Masyarakat yang tinggal di permukiman padat dan perdesaan
b. permukiman yang belum memiliki prasarana limbah dan sarana sanitasi yang
memadai.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan limbah dan sanitasi mayoritas ditimbulkan oleh perkembangan
kawasan permukiman dan kawasan perdagangan. Penanganan limbah cair umumnya
masih menjadi satu dengan sistem drainase. Sistem saluran limbah sudah menggunakan
sistem saluran tertutup, Namur di beberapa kawasan masih ada yang berupa saluran
terbuka, khususnya pada daerah-daerah pinggiran kota. Khusus penanganan limbah
tinja dibuat secara individual, baik di permukiman maupun kawasan perdagangan.
4.2.1.4 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi A. Analisa Permasalahan
Sistem penanganan limbah dan sanitasi yang masih menjadi satu dengan
saluran drainase berpotensi menimbulkan pencemaran bagi masyarakat dan
perkembangan bibit penyakit. Penanganan air limbah dan sanitasi lebih optimal apabila
ditangani dalam satu jaringan yang terpadu. Kondisi topografi Kabupaten mendukung
untuk menciptakan teknologi penanganan limbah dan sanitasi terpadu.
Adanya teroboson strategi untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Hal tersebut
menjadi bersinergi dengan peningkatan kualitas permukiman agar layak huni dan sesuai
dengan standar rumah sehat.
C. Rekomendasi
Merencanakan sistem pembuangan limbah dan sanitasi dengan saluran
tertutup yang dilakukan secara terpadu, minimal secara teknis satu atau beberapa
kawasan ditangani dengan satu pengolahan limbah terpadu, terutama dengan adanya
IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja).
4.2.1.5 Sistem Prasarana Yang Diusulkan
Sistem prasarana air limbah yang dilengkapi dengan sarana sanitasi yang
dibutuhkan rumah tangga agar dapat diolah secara komunal.
4.2.1.6 Usulan dan Prioritas Program
1. Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota
a. DED Prasarana dan Sarana Air Limbah
b. Pembangunan IPLT
c. DED Infrastruktur Air Limbah Setempat
d. Pembangunan Infrastruktur Air Limbah Setempat Desa Penampaan
d. Pembangunan Infrastruktur Air Limbah Setempat Desa Telintang
d. Pembangunan Infrastruktur Air Limbah Setempat Desa Centong
d. Pembangunan Infrastruktur Air Limbah Setempat Desa Durin
d. Pembangunan Infrastruktur Air Limbah Setempat Desa Bukit
4.2.2 RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG PERSAMPAHAN 4.2.2.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan
4.2.2.2 Profil Persampahan
Pemenuhan pelayanan persampahan sangat diperlukan dalam suatu lingkungan
perumahan dan permukiman. Hal ini karena intensitas volume sampah yang kian
bertambah dan memiliki sifat polutan terhadap air, tanah, udara, kesehatan dan visual.
Namun pemenuhan pelayanan ini disesuaikan dengan karakteristik wilayah Kabupaten
Gayo Lues. Timbunan sampah Kota Blangkejeren dan Kecamatan Kutapanjang pada
macam pelayanan persampahan yaitu 1) dengan cara individual, dimana sistem ini
masih dilakukan pada wilayah yang memiliki pekarangan luas atau kepadatan
penggunaan lahannya rendah, penanganannya adalah dengan dibakar dan ditimbun, 2)
pelayanan persampahan yang telah dikelola pemerintah secara terpadu dan sistematis.
A. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Ini
Proses pelayanan persampahan adalah penanganan yag dilakukan secara
terpadu dan sistematis, yaitu dimulai dari pewadahan di setiap sumber sampah/rumah
tangga, pengumpulan yang dilakukan dengan gerobak sampah atau alat angkut lainnya
yang diambil oleh pasukan kuning dan dikumpulkan dalam tempat penampungan
sementara untuk diangkut menuju ke tempat pembuangan akhir. Saat ini di Kabupaten
Gayo Lues mempunyai TPA yaitu TPA Blangnangka di Kecamatan Blangjerango.
Letaknya 23 km dari pusat kota Blangkejeren.
Pelayanan persampahan lebih dominan di daerah perkotaan, Kota Blangkejeren
9 desa dan Kecamatan Kutapanjang hanya 1 desa yang terlayani.
Tabel 4.1
Jumlah Sarana Kebersihan di Kota Blangkejeren
SARANA KEBERSIHAN VOLUME
Truk sampah 6 Unit
Kontainer 5 Unit
Gerobak sampah 7 Buah
TPS 12 Buah
TPA 1 Buah
Buldozer -
Amrol -
Truk Kontainer 1 Unit
B. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada (Aspek Teknis)
Sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan secara teknis dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Sistem Pewadahan
Kondisi sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang ada dengan
menggunakan sistem pewadahan dengan volume 100 liter dengan penempatan tong
sebanyak 700 buah.
Sistem pengumpulan melibatkan kegiatan penyapuan jalan. Jumlah sarana
pengumpul sampah yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum UPTD Kebersihan,
Pertamanan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Gayo Lues terdiri dari:
a. 7 unit gerobak sampah kapasitas 1,5 m3
b. 6 unit kontainer kapasitas 3 m3
3. Sistem Pengangkutan
Sarana pengangkutan di dari Dinas Pekerjaan Umum UPTD Kebersihan Pertamanan
dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Gayo Lues. Jenis-jenis sarana pengangkutan
yang beroperasi sebanyak 3 unit dengan 30 m3.
4. Pengolahan di TPA
Kabupaten Gayo Lues memiliki 1 TPA yaitu TPA Blangnangka Kecamatan
Blangjerango dengan luas lahan total 9500 m².
C. Aspek Pendanaan
Biaya pengelolaan sampah khusus di Kabupaten Gayo Lues saat ini masih
disubsidi dari APBD, karena pendapatan yang diperoleh dari retribusi tidak sebanding
dengan biaya operasional pengelolaan sampah.
D. Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan sangat diperlukan
karena masalah persampahan merupakan masalah yang berkaitan langsung dengan
kepentingan masyarakat baik dari segi kebersihan lingkungan maupun dari segi
pungutan retribusi. Pengelolaan sampah akan optimal jika seluruh masyarakat sadar dan
berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan persampahan. Bentuk peran serta
masyarakat Kota Blangkejeren terhadap pengolahan sampah antara lain:
1. Pengumpulan sampah ke tong sampah dan kontainer.
2. Membayar retribusi sampah
3. Melakukan kerja bakti secara rutin di permukiman maupun di instansi pemerintah/
swasta.
4.2.2.3 Permasalahan Yang Dihadapi
A. Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah
Sasaran yang menjadi prioritas dalam penyediaan prasarana dan sarana
Permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Gayo Lues antara
lain:
a. Luas TPA Blangnangka yang terlalu kecil untuk menampung buangan sampah dari
beberapa kawasan, khususnya kawasan permukiman.
b. Timbulan sampah Kota Blangkejeren dan Kota Kutapanjang tahun 2009 sebesar 120
m3/ itu pun hanya 10 desa dan volume sampah yang masuk ke TPA sebesar 30 m3/
hari. Prosentase pelayanan sampah yang masuk ke TPA mencapai 25%.
4.2.2.4 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi A. Analisa Permasalahan
Sampah dari pewadahan dan pengumpulan diangkut ke TPA. Keberadaan TPA
sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) yang semakin tidak kondusif karena daya
tampung yang semakin menurun disebabkan oleh sistem pengolahan sampah yang
masih menggunakan sistem open dumping. Berdasarkan MDG’s pada tahun 2015 bahwa
semua sistem pengolahan sampah minimal sudah menggunakan sistem sanitary landfill.
Sistem open dumping tidak dapat menyelesaikan permasalahan persampahan walaupun
jumlah sarana pengangkutan sampah ditingkatkan.
Timbulan sampah yang dihasilkan oleh permukiman, perkantoran, pendidikan,
pasar dan pusat kegiatan yang lain akan semakin meningkat setiap tahunnya apabila
tidak ada upaya meminimalkan produksi sampah dari sumber timbulan sampah.
B. Alternatif Pemecahan Masalah
1. Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, percontohan sistem 3 R (Reduce, Reuse
dan Recycling) serta penerapan sistem Clean Development Mechanism (CDM) untuk
penyebarluasan informasi dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat
serta pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan sistem
persampahan di Kabupaten Gayo Lues.
2. Peningkatan sistem pengolahan akhir sampah untuk melindungi sumber daya
lingkungan di wilayah Kabupaten Gayo Lues minimal dengan controlled landfill.
Upaya tersebut dilakukan dengan membangun TPA yang menggunakan sistem
controlled landfill maupun sanitary landfill.
1. Mengoptimalkan kontribusi daerah dengan menyiapkan dokumen perencanaan,
seperti: Masterplan Sistem Pengolahan TPA di Kabupaten Gayo Lues, sharing
investasi dan biaya O/M sesuai dengan kebutuhan.
2. Menggerakan keterlibatan swasta dalam pengurangan produksi sampah dan
peningkatan prasarana dan sarana pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan
sampah yang didukung sistem pendanaan pemerintah berdasarkan perencanaan
investasi yang mantap.
4.2.2.6 Usulan dan Prioritas Program
1. Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Permukiman
a. Pendidikan Pelatihan Pengolahan Sampah
b. Penyusunan Masterplan Kelayakan Bidang PLP
2. Infrastruktur Tempat Pemprosesan Akhir Sampah
a. Pembangunan TPA
b. Pengadaan Alat Berat
3. Infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu / 3R
a. Pembangunan TPS/3R Desa Penampaan
b. Pembangunan TPS/3R Desa Bukit
c. Pembangunan TPS/3R Desa Centong
d. Pembangunan TPS/3R Desa Telintang
e. Pembangunan TPS/3R Desa Durin
4.2.3 RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG DRAINASE 4.2.3.1 Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan A. Umum
Keberadaan pembangunan infrastruktur drainase di Kabupaten Gayo Lues
bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang
bebas dari genangan. Faktor pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang cepat
menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan yang diperuntukan sebagai
perumahan ataupun kawasan industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun.
Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan
sarana yang baik yang dapat menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah
dan rendah.
yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula
berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai yang dihuni
oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke
saluran drainase dan sungai.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Drainase antara lain:
a. Sebagai pedoman/ panduan dalam penyusunan program penanganan drainase
b. Peningkatan dan perbaikan jaringan drainase kota
C. Arah Kebijakan Penanganan Drainase
Kebijakan dan strategi yang ingin diwujudkan dalam penanganan genangan
melalui pembangunan sistem drainase perkotaan yang terintegrasi dengan sarana dan
prasarana kota yang lain. Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase
perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang
berwawasan lingkungan. Penanganan drainase yang optimal harus dengan
menggunakan pendekatan sistem agar tidak secara parsial, parameter-parameter teknis
ditentukan faktor alam setempat.
Berdasarkan isu permasalahan strategis di bidang drainase memerlukan adanya
perumusan sasaran kebijakan nasional sebagai arahan mendasar dari kondisi yang akan
dicapai dan diwujudkan dalam pengembangan bidang drainase di masa yang akan
datang.
4.2.3.2 Profil Drainase
A. Gambaran Umum Kondisi Sistem Drainase Saat Ini
Sistem drainase di Kota Blangkejeren terbagi menjadi saluran drainase makro
dan milro . Saluran makro adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di
Kota Blang Kejeren meliputi 3 Sungai yaitu Lawe Alas, Lawe Bulan dan Lawe Kisam.
Saluran drainase mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola
jaringan jalan dan jalan lingkungan. Saluran ini bermuara pada saluran makro/sungai
yaitu Lawe Alas. Selain itu ada saluran irigasi yang dimamfaatkan untuk pembuangan air
dari saluran drainase makro. Dalam perencanaan sistem drainase harus didasarkan pada
janka pendek, sedangkan untuk tingkat permasalahan yang mendesak dimasukkan
kedalam rencana jangka panjang.
B. Aspek Teknis
Sebagian prasarana drainase di lingkungan permukiman secara teknis belum
memenuhi syarat, karena di beberapa saluran memiliki dimensi yang kurang memadai
sehingga pada saat turun hujan, beberapa lokasi menjadi tergenang. Saluran drainase
mikro pada umumnya terbuat dari pasangan batu, pasangan beton dan buis beton.
Prasarana drainase terdiri dari saluran terbuka dan saluran tertutup.
4.2.3.3 Permasalahan Yang Dihadapi
Beberapa lokasi di Kota Blangkejeren pada musim hujan sering timbul
permasalahan adanya genangan air (banjir) dari air hujan maupun luapan air sungai
yang banyak terdapat di dalam kota. Salah satu faktor penyebab genangan air/ banjir
adalah kurangnya prasarana drainase kota.
Kota Balangkejeren sebagai pusat kegiatan yang diandalkan untuk
dikembangkan sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan. Jika permasalahan
drainase tersebut tidak segera ditangani akan menghambat perkembangan Kota
Blangkejeren sebagai pusat kegiatan Pemerintah dan masyarakat di Ibukota Kabupaten.
A. Sasaran Drainase
Sasaran pengelolaan sistem drainase di Kabupaten Gayo Lues adalah:
a. Tertatanya saluran-saluran drainase yang ada
b. Terdistribusinya genangan air menuju saluran primer maupun saluran sekunder
terutama pada daerah-daerah yang rawan tergenang air
c. Tercapainya lingkungan permukiman dan pusat kegiatan yang bebas genangan
dan terpenuhinya sarana/ prasarana dasar masyarakat
d. Terkoordinirnya perawatan dan pemeliharaan drainase
e. Tercapainya lingkungan Kabupaten Gayo Lues yang bersih dan sehat
B. Rumusan Masalah
Secara garis besar permasalahan drainase dirumuskan sebagai berikut:
a. Sebagian besar sistem drainase yang ada kurang memenuhi syarat, baik meninjau
b. Pada daerah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi perlu didukung prasarana
drainase yang dapat melayani buangan rumah tangga.
4.2.3.4 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi A. Analisa Kebutuhan
Secara umum kualitas dan kuantitas sistem drainase yang telah tersedia di
Kabupaten Gayo Lues belum dapat mendukung kegiatan masyarakat secara maksimal.
Dari segi kuantitas, prasarana drainase yang tersedia belum memenuhi jumlah
kebutuhan akan jaringan sistem drainase. Kondisi tersebut menunjukan adanya
genangan di sebagian daerah perkotaan.
B. Analisa Sistem Drainase
Sistem drainase di Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu prasarana yang
perlu mendapatkan perhatian yang intensif mengingat sudah semakin berkembang daerah
genangan air khususnya pada saat musim penghujan. Secara teknis sistem drainase
berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air limpahan yang tidak terserap di dalam
tanah (run off). Pada daerah lahan terbangun, keberadaan kawasan resapan air lebih
sedikit dari pada di daerah lindung. Dalam penanganan permasalahan drainase dapat
dilakukan dengan peningkatan pelayanan dengan penambahan sistem jaringan baru,
sedangkan pada jaringan lama dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas jaringan
drainase.
C. Alternatif Penyelesaian Masalah
Alternatif penyelesaian dari permasalahan tersebut khususnya di Kabupaten
Gayo Lues meliputi:
a. Kegiatan pembangunan saluran drainase di daerah rawan genangan
b. Kegiatan pembangunan saluran lingkungan permukiman
c. Pembangunan resapan air bagi bangunan gedung
d. Kegiatan peningkatan kualitas prasarana drainase, seperti: normalisasi sungai/
saluran
e. Kegiatan pemeliharaan saluran/ gorong-gorong
D. Rekomendasi
Dari beberapa alternatif penanganan permasalahan prasarana drainase di
diusulkan sebagai program harus didukung adanya Rencana Induk Sistem Drainase kota
Blangkejeren. Dengan adanya Rencana Induk Sistem Drainase akan mempermudah
peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana drainase.
4.2.3.5 Sistem Drainase Yang Diusulkan
4.2.3.6 Usulan dan Prioritas Program 1. Perencanaan DED Drainase Perkotaan
2. Pembangunan Drainase Perkotaan Blangkejeren
3. Pembangunan Drainase Perkotaan Kutapanjang
4.3 RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN
4.3.1 Petunjuk Umum
Rencana investasi penataan bangunan dan lingkungan akan meliputi :
1. Definisi Penataan Bangunan dan Lingkungan,
2. Strategi, dan Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan
3. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
a. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
b. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
c. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
4. Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Gayo Lues didasarkan
pada RTRW Kabupaten Gayo Lues, yaitu :
a. Terkendalinya pembangunan di wilayah kabupaten, baik yang dilakukan oleh
pemerintah, investor maupun oleh masyarakat.
b. Tercapaimya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya.
c. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di
wilayah kabupaten
d. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kabupaten.
e. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan sector pembangunan.
f. Menetapkan kawasan berfungsi lindung yang meliputi kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya , kawasan perlindungan
g. Menetapkan kawasan untuk pengembangan permukiman, hutan produksi,
kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan perindustrian, kawasan
pariwisata berserta upaya-upaya pengembangannya.
h. Menetapkan sistem pusat-pusat kegiatan pembangunan, serta permukiman
perkotaan dan perdesaan beserta upaya-upaya pengembangannya.
i. Menetapkan sistem prasarana wilayah yang meliputi prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi dan pengairan beserta upaya-upaya
pengembangannya.
j. Menetapkan kawasan yang diprioritaskan beserta upaya-upaya
pengembangannya.
k. Menetapkan tata guna tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya
berserta upaya-upaya pengelolaannya.
4.3.1.1 Penataan Bangunan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung
dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah:
1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib,
layak huni, berjati diri, serasi dan selaras.
2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan bangunan dan lingkungan
yang produktif dan berkelanjutan.
4.3.1.2 Permasalahan dan Penataan Bangunan
Permasalahan dan tantangan dalam penataaan bangunan dan lingkungan pada
umumnya antara lain:
a. Permasalahan dan tantangan di Bangunan Gedung meliputi:
Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan
Gedung termasuk pada daerah- daerah rawan bencana.
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapatkan perhatian.
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta
Banyak bangunan yang dibangun tanpa ada IMB
Banyak bangunan yang dibangun melanggar Garis Sempadan Bangunan
b. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Bangunan Negara meliputi:
Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
c. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan
Adanya permukiman kumuh di daerah perkotaan
Kurang ada perhatian terhadap permukiman-permukiman tradisional dan
bangunan gedung bersejarah, padahal memiliki potensi wisata
Terjadinya degradasi kawasan strategis, walaupun memiliki potensi ekonomi
untuk mendorong pertumbuhan kota.
Ruang Terbuka Hijau, seperti: sarana olah raga, dll yang kurang mendapatkan
perhatian di Kabupaten Gayo Lues
4.3.1.3 Landasan Hukum
Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
4.3.1.4 Penataan Lingkungan
Sasaran kegiatan penataan lingkungan adalah tersedianya panduan rancang
bangun kawasan tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni, berjatidiri dan produktif. Program/
kegiatan penataan lingkungan sangat diperlukan untuk mngembalikan atau
menghidupkan kembali kawasan yang tidak berfungsi atau mengalami penurunan fungsi
agar menjadi hidup atau berfungsi kembali. Kawasan Mesjid Asal yang merupakan
Mesjid pertama di Kabupaten Gayo Lues menjadi obyek yang bisa dikembangkan
kembali penataan lingkungan, mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan yang
bernilai historis bagi warga Gayo Lues. Nilai-nilai dan kualitas yang dimiliki Mesjid Asal
tersebut merupakan aset Kabupaten Gayo Lues.
4.3.1.5 Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan lingkungan
bangunan gedung maupun permukiman yang berada di kawasan lindung, Pertumbuhan
bangunan dan lingkungan yang tidak terarah disebabkan tekanan pembangunan dengan
motif ekonomi. Perkembangan suatu kegiatan dapat menarik pertumbuhan lingkungan
baru yang perla dikendalikan. Program-program yang digunakan untuk meningkatkan
kinerja pencapaian target penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan Evaluasi
Rencana Detail Tata Ruang Kota.
4.3.1.6 Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Gayo Lues
Kebijakan penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Gayo Lues
terintegrasi dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB),
dan Sempadan Bangunan. Uraian kebijakan penataan bangunan gedung dan lingkungan
sebagai berikut:
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
KDB bangunan di Kabupaten Gayo Lues masih cukup ideal karena secara umum
bangunan di Kabupaten Banyumas masih berlantai satu, namun perlakuan berbeda
bagi gedung-gedung yang berlantai lebih dari satu yang terletak di pusat kota.
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
KLB bangunan di Kabupaten Gayo Lues masih tergolong rendah, masih dalam batas
toleransi. Dalam perkembangannya untuk kawasan pusat kota Intensitas
penggunaan lahan dioptimalkan atau kemungkinan adanya pengembangan ke arah
vertikal.
4.3.2 Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan 4.3.3 Permasalahan yang Dihadapi
4.3.3.1 Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sasaran bidang penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten
Gayo Lues antara lain:
a. Kawasan tradisonal dan bersejarah
Kawasan tradisional dan bersejarah di Kabupaten Gayo Lues adalah Mesjid Asal
yang terdapat pada Desa Penampaan Kecamatan Blangkejeren. Kawasan ini
benar-benar memerlukan perhatian lebih dari pemerintah, agar nilai historis dan
budaya tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan dapat meningkatkan
perekonomian penduduk di kawasan tersebut.
Meningkatkan peran ruang terbuka hijau tidak hanya sebagai penghijauan kota
untuk meminimalkan polusi udara, namun juga memiliki fungsi untuk
memperindah wajah kota dan sebagai ruang interaksi masyarakat.
c. Penataan permukiman padat
Pertumbuhan kawasan permukiman padat dan sesak dengan jarak antar rumah
kurang dari 5 meter. Keberadaan permukiman padat terdapat di daerah
perkotaan yaitu Kota Blangkejeren. Kondisi permukiman padat penduduk tanpa
dilengkapi dengan sistem sarana dan prasarana yang memadai.
4.3.3.2 Rumusan Masalah
Akibat perkembangan kegiatan masyarakat di Kabupaten Gayo Lues
mendorong semakin intensifnya penggunaan lahan dan bermunculannya
bangunan-bangunan yang semakin tidak terkendali sehingga memunculkan permasalahan tata
bangunan. Permasalahan penataan bangunan di Kabupaten Gayo Lues lebih disebabkan
faktor-faktor sebagai berikut:
Tabel 4.2
Permasalahan Tata Bangunan di Kabupaten Gayo Lues
NO PERMASALAHAN PENJELASAN
1. Perencanaan Pembangunan Minim informasi yang berdampak pemahaman penduduk
tentang perencanaan tata bangunan sangat rendah. Rendahnya kesadaran penduduk dalam mengurus Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB) sehingga banyak bangunan yang berdiri tanpa status.
Minimnya perencanaan bangunan dan gedung yang kurang memperhatikan aspek keselamatan sehingga terjadinya bahaya kebakaran
2. Pengelolaan bangunan/
gedung pemerintah/ negara
Kurangnya peningkatan SDM para pelakunya dan fasilitas yang ada
3. Pengendalian alih fungsi dan alih status
Belum adanya pengendalian alih fungsi dan alih status apabila tidak terkendali akan menimbulkan kawasan terbangun yang tumbuh liar.
4. Pembinaan Kurangnya penyelenggaraan pembinaan, pelatihan,
kursus-kursus dan penyuluhan terhadap masyarakat (IMB dan GSB)
5. Monitoring Belum adanya perangkat untuk monitoring (software dan
hardware) sehingga perlu ditingkatkan koordinasi rutin instansi terkait.
4.3.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Analisis kebutuhan penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah
mengidentifikasi kebutuhan yang mendasar dan kebutuhan pengembangan dalam
penataan bangunan dan lingkungan. Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dan
tantangan yang dihadapi di atas, maka dapat diambil analisis sebagai berikut:
1. Kebutuhan mendasar dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah dengan
tetap menjaga mempertahankan bangunan yang sudah ada.
2. Kebutuhan pengembangan dalam penataan bangunan dan lingkungan adalah
dengan membuat pengembangan lingkungan buatan seperti pembuatan dan
renovasi open space/ taman kota)
4.3.4.2 Rekomendasi
Rekomendasi analisis kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan di
Kabupaten Gayo Lues menjelaskan bahwa Kabupaten Gayo Lues perlu meningkatkan
estetika lingkungan sehingga dengan berjalannya program ini diharapkan Kabupaten
Gayo Lues menjadi daya tarik sebagai wilayah konsisten dalam penanaman investasi.
Rekomendasi kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Gayo
Lues antara lain:
a. Perlu adanya penyusunan perencanaan teknis terhadap bidang bangunan dan
gedung yang memberikan manfaat sebagai pedoman/ standar teknis dalam
pendirian bangunan dan gedung agar memberikan rasa aman dan nyaman bagi
penghuni bangunan dan gedung, seperti adanya akses untuk penyandang cacat dan
mengurangi intensitas bahaya kebakaran.
b. Perlu adanya pemantauan terhadap kondisi tata ruang kota untuk dievaluasi fungsi
peruntukan ruang apakah masih sesuai dengan RUTRK agar meminimalkan
terjadinya penyimpangan pemanfaatan lahan.
c. Perlu adanya sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat agar dapat menata
lingkungannya secara mandiri dan tidak mendirikan bangunan di atas lahan yang
berfungsi lindung dengan adanya sosialisasi perda bangunan, pembinaan IMB, dan
perda garis sempadan bangunan (GSB).
4.3.5 Program yang Diusulkan 4.3.6 Usulan dan Prioritas Program
Usulan dan Prioritas Program Dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan antara lain:
1. Peraturan Penataan Bangunan dan Lingkungan
2. Bangunan Gedung dan Fasilitasnya
a. Pembangunan Aksesibilitas Bangunan RSUD Sangir
b. Pembangunan Aksesibilitas BangunanTerminal Terpadu
c. Pembangunan Gedung PIP2B
d. Penyusunan Sistem Informasi Keadaan Bangunan Gedung
e. Pembangunan Gedung Arsip
f. Perencanaan DED Gedung Arsip Dinas Pekerjaan Umum
3. Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman
a. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
b. Pembangunan Sistem Proteksi Kebakaran
c. Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan Kota Blangkejeren
d. DED Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Wisata Air Panas
e. DED Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Wisata Air Terjun
f. DED Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Taman Pacuan Kuda
g. DED Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Wisata Louser
h. Pembangunan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Kota Blangkejeren
i. Pembangunan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Wisata Air Panas
j. Pembangunan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Wisata Air Terjun
k. Pembangunan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Taman Pacuankuda
l. Pembangunan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan Wisata Louser
m. Penyusunan Rencana Tindak RTH
n. Pembangunan Sarana dan Prasarana RTH Taman Pemda
o. Rencana Tindak PSD Permukiman Tradisional Bersejarah Desa Tongra
p. Pembangunan PSD Permukiman Tradisional Bersejarah Desa Tongra
4.4 RENCANA INVESTSI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
4.4.1 Petunjuk Umum
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada
hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak
huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak
huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini
permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah,
proses penyediaan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya
di perkotaan.
Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek
sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangan dapat sesuai dengan kondisi
masyarakat dan lingkungan. Aspek sosial budaya meliputi: desain, pola, dan struktur,
serta bahan material yang digunakan.
4.4.2 Profil Pembangunan Permukiman 4.4.2.1 Kondisi Umum
A. Gambaran Umum
Pengembangan permukiman ditujukan untuk mewujudkan tempat hunian yang
layak bagi setiap penduduk di Kabupaten Gayo Lues, terutama bagi penduduk miskin di
perkotaan dan perdesaan melalui pemberdayaan dalam pembangunan dan perbaikan
permukiman yang berwawasan lingkungan. Pengembangan permukiman yang
berkelanjutan memadukan pembangunan ekonomi, sosial dan perlindungan lingkungan
dengan memberikan perhatian penuh pada hak asasi manusia dan kebebasan yang
mendasar, termasuk hak untuk berkembang dan kebebasan melakukan cara untuk
mewujudkan kesejahteraan.
B. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Pada umumnya dalam pengembangan permukiman harus terdapat sarana dan
prasarana dasar, antara lain: Air Minum, Air Limbah, Persampahan, dan Drainase.
Kebutuhan Air minum dan Penyehatan Lingkungan memberikan nilai kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik, terutama dalam pola hidup menjadi sehat dan
peningkatan derajat kesejahteraan. Kondisi sarana dan prasarana air bersih yang
mendukung kegiatan permukiman di Kabupaten Gayo Lues, meliputi: sambungan
ledeng, sumur pompa, sumur gali dan sungai/ waduk. Sedangkan pelayanan sarana dan
prasarana air limbah saat ini sebagian rumah tangga sudah memiliki jamban keluarga,
tapi itu hanya penduduk perkotaan saja sedangkan wilayah perdesaan sudah dibangun
MCK perdesaan namun dalam pengelolaannya tidak berjalan baik, sehingga masih ada
masyarakat menggunakan sungai sebagai saluran air limbah. Pelayanan persampahan
untuk permukiman saat ini masih melayani daerah perkotaan, sedangkan daerah
perdesaan untuk pengelolaan sampah dapat dilakukan secara mandiri.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari pajak, retribusi, serta
keuntungan dari Perusahaan Daerah disamping bantuan dari Pusat berupa pinjaman,
hibah, Inpres dsb). Tetapi kondisi yang ada sekarang sumber-sumber PAD belum
dimanfaatkan secara optimal. Sejalan dengan penerapan otonomi daerah dan
perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, mendorong daerah agar mengelola
sumber PAD dengan mengoptimalkan aset-aset daerah yang berpotensi meningkatkan
PAD yang bertujuan dapat membiayai pembangunan daerah.
Sumber pendapatan daerah Kabupaten Gayo Lues didapatkan dari pembiayaan
APBD dapat digunakan untuk membantu atau mensubsidi pembangunan sarana
prasarana perumahan dan permukiman. Jenis sarana dan prasarana yang dibangun
dengan APBD adalah merupakan tanggungjawab pemerintah daerah yang bersifat public
goods.
4.4.2.2 Sasaran
Sasaran pengembangan permukiman di Kabupaten Gayo Lues terintegrasi
dengan permasalahan dan kendala yang menghambat pelayanan terhadap masyarakat
sehingga perlu ada upaya peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
dasar bagi kawasan perumahan / permukiman, terutama kawasan perumahan
sederhana maupun permukiman masyarakat miskin. Sasaran yang perlu mendapatkan
perhatian adalah rehabilitasi/ perbaikan terhadap rumah-rumah yang tidak layak huni
maupun relokasi permukiman yang berada di daerah rawan bencana.
4.4.3 Permasalahan Pembangunan Permukiman
Pembangunan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multisektoral.
Hasilnya langsung menyentuh salah satu kebutuhan pokok masyarakat yaitu tempat
hunian. Namun dalam realisasinya terdapat permasalahan-permasalahan yang
menghambat pengembangan permukiman yang akibatnya pembangunan permukiman
menjadi tidak optimal, tertib dan terorganisasi dengan baik. Beberapa permasalahan
pokok yang menghambat pembangunan permukiman di Kabupaten Gayo Lues sehingga
mendesak untuk segera ditangani antara lain:
a. Pertumbuhan permukiman yang tidak layak huni (bersifat temporer), baik ditinjau
dari kondisi bangunan, segi kesehatan, estetika, sosial budaya dan lingkungan hidup.
b. Kurangnya penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman diantaranya:
c. Pola penataan rumah dan lingkungan masih dalam kondisi buruk, terutama pada
kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan padat penduduk
d. Tingginya harga bangunan tempat hunian sehingga masih terdapat rumah tangga
(KK) yang belum memiliki rumah.
4.4.4 Analisa Permasalahan
Penanganan permasalahan dalam pembangunan permukiman di Kabupaten
Gayo Lues dapat dianalisis dengan mengetahui pokok permasalahan dan ditentukan sifat
penanganan permasalahan, bahwa kecenderungan kepadatan bangunan rumah yang
terpusat pada kota Blangkejeren yang berfungsi sebagai ibukota kabupaten dapat
dipahami karena ketersediaan sarana dan prasarana pendukung tersebut dapat melayani
semua penghuni di daerah tersebut.
Kendala belum terjangkaunya pelayanan perumahan dan permukiman lebih
disebabkan masih tingginya harga bangunan tempat hunian sehingga masih terdapat
rumah tangga (KK) yang belum memiliki rumah. Penanganan kendala tersebut dengan
adanya kredit lunak, baik dari pemerintah ataupun perbankan yang dapat memudahkan
rumah tangga untuk memiliki tempat hunian sehingga tidak terjadi backlog.
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Gayo Lues berkaitan
dengan permukiman adalah masih banyaknya jumlah rumah dalam kondisi tidak layak
huni, baik yang akan rubuh ataupun tidak tersedianya sarana dan prasarana air minum
dan penyehatan lingkungan. Penanganan permasalahan permukiman tersebut dengan
membangun jalan lingkungan untuk memudahkan mobilitas masyarakat untuk
mengakses ke penjuru wilayah sehingga tidak terdapat daerah yang terisolir.
4.4.4.1 Alternatif Pemecahan
Alternatif pemecahan permasalahan dalam pengembangan permukiman di
Kabupaten Gayo Lues dapat diuraikan di dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Alternatif Pemecahan Permasalahan Permukiman di Kabupaten Gayo Lues
No Pokok Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah
1. Adanya kecenderungan kepadatan
bangunan yang terpusat pada kota Blangkejeren
Antisipasi penanganan dengan
mengarahkan pembangunan
perumahan di luar Kota Blangkejeren, namun termasuk dalam program jangka panjang karena ketersediaan lahan
perkotaan yang masih mencukupi
No Pokok Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah
pengembangan prasarana dan sarana
yang masih berorientasi pada
pemenuhan perkotaan. 2. Adanya backlog rumah di hampir setiap
Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues
Perlu ditangani secara bertahap untuk meminimalisasi backlog rumah, agar perumahan layak huni.
3. Beberapa rumah tidak layak huni
ditinjau dari segi kesehatan lingkungan, keindahan dan kerawanan sosial.
Perlu ditangani secara bertahap mulai dari sosialisasi masalah ke sehatan lingkungan, keindahan dan keamanan sosial
4. Tidak semua bangunan rumah
dilengkapi dengan IMB sehingga
kesesuaian peruntukan lahan kurang dapat dikontrol dengan baik.
Perlu ditangani secara bertahap mulai dari sosialisasi pentingnya IMB
dibarengi dengan penyempurnaan
mekanisme pengurusannya karena
ketertiban perijinan lokasi berpengaruh pada peruntukan lahan dan dampak penggandanya.
5. Masih adanya rumah semi permanen
yang tidak memperhatikan aspek
kesehatan penghuninya.
Perlu ditangani secara bertahap mulai dari sosialisasi masalah kesehatan dibarengi dengan pemberian stimulan untuk perbaikan rumah menjadi rumah sehat dan layak huni.
6. Terdapat rumah yang berlokasi di bantaran sungai dengan jarak yang cukup dekat sehingga rawan terhadap bencana banjir.
Terdapatnya rumah yang berlokasi pada kawasan yang rawan terhadap gerusan sungai.
Harus segera ditangani dimulai dari pemberian pengertian terhadap bahaya,
sehingga masyarakat sadar untuk
berpindah ke tempat yang lebih aman dan bantuan dari pemerintah untuk relokasi perumahan penduduk di daerah yang berbahaya.
7. Cukup banyak rumah yang berada pada
lokasi rawan bencana longsor
Harus segera ditangani dimulai dari pemberian pengertian dan penyuluhan
terhadap bahaya bencana alam,
sehingga masyarakat tidak
memanfaatkan lahan tersebut untuk
permukiman dan bantuan dari
pemerintah untuk merelokasi
perumahan dan membuat kebijakan dengan sanksi dan pengontrolan ketat agar penduduk tidak tinggal di daerah tersebut.
8. Minimnya fasilitas pelayanan pada
kawasan pinggiran kota yang
menyebabkan aksesibilitas terbatas.
Ditangani secara bertahap dengan
membangun fasilitas pelayanan
masyarakat sesuai dengan yang
dibutuhkan sehingga tidak terbentuk daerah Slum.
9. Kebutuhan sarana prasarana dasar
permukiman untuk mendukung
perkembangan kegiatan permukiman perdesaan, terutama kebutuhan air minum, penanganan drainase dan air limbah
Ditangani secara bertahap dengan menyediakan pelayanan air minum dan pembangunan sarana dan prasarana drainase dan air limbah
10. 1.
asilitas pelayanan pengangkutan
sampah baru menjangkau
No Pokok Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah
sampah. Hal ini karena karakteristik
wilayah perencanaan yang masih
banyak lahan terbuka sehingga
penduduk cenderung masih dapat mengolah sampah secara manual, yaitu ditimbun dan dibakar.
11. Pelayanan PDAM belum menjangkau
seluruh wilayah sehingga ada
kecenderungan penduduk menggunakan sumur gali
Ditangani secara bertahap dengan
memberikan pengertian masalah
kesehatan air minum dan memberikan
bantuan pengadaaan jaringan air
bersih.
12. Masih adanya kegiatan MCK yang
dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan air sungai.
Ditangani secara bertahap dengan
memberikan penyuluhan bahaya
menggunakan air sungai dan
memberikan stimulan untuk
pembangunan MCK secara komunal sehingga tidak terbentuk perumahan slum yang tidak layak huni
4.4.4.2 Rekomendasi
Penyusunan program prasarana dasar permukiman merupakan program
pembangunan yang terdiri dari tiga program antara lain: perlu adanya upaya
pengembangan kawasan permukiman dan perkotaan, perlu adanya upaya peningkatan
kualitas lingkungan perumahan penyehatan lingkungan permukiman, dan pembangunan
permukiman.
4.4.5 Usulan Pembangunan Permukiman
Sistem infrastruktur permukiman di Kabupaten Gayo Lues yang perlu untuk
diusulkan antara lain:
a. Kegiatan Penyediaan Air Bersih
Kegiatan penyediaan air bersih terutama ditujukan untuk daerah-daerah perkotaan
Kota Blangkejeren.
b. Kegiatan Penyehatan Lingkungan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Hasil yang diharapkan
dari kegiatan ini agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan sarana air bersih,
jamban keluarga, sarana sanitasi secara mandiri serta mampu memelihara dan
mengembangkannya. Pengembangan kegiatan ini diprioritaskan pada lokasi yang
bermasalah dengan pola penataan bangunan dan lingkungan, termasuk sanitasi.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman
agar layak huni dan sesuai dengan standart rumah sehat. Kegiatan fisik berupa
pembangunan infrastruktur. Sedangkan kegiatan non fisiknya berupa penyuluhan
pola hidup sehat tentang rumah dan lingkungan sehat.
d. Kegiatan pembangunan jalan lingkungan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan aksesibilitas penduduk untuk menuju
ke setiap penjuru di lingkungan permukiman. Keberadaan jalan lingkungan secara
teknis dapat berupa jalan beton, jalan aspal maupun jalan paving tergantung kondisi
jalan eksisting.
e. Kegiatan Pengembangan Perumahan Permukiman
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberi tempat tinggal yang layak bagi masyarakat
yang tidak mampu karena perekonomian masyarakat yang rendah. Kegiatan fisik
berupa pembangunan Rumah Bagi Kaum Duafa.
4.4.6 Usulan dan Prioritas Program Usulan pembangunan permukiman
1. Laporan Pembinaan Pengembangan Permukiman
a. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP)
b. Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
2. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Penyusunan DED Kawasan Kumuh Perkotaaan
b. Pembangunan Saluran dan Jalan Lingkungan
c. Penyusunan DED Kawasan RSH
d. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kawasan Perumahan DUAFA
3. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Penyusunan DED Jalan Lingkungan Kecamatan Terangun
b. Penyusunan DED Jalan Lingkungan Kecamatan Kutapanjang
c. Pembangunan Jalan Lingkungan Kecamatan Terangun
d. Pembangunan Jalan Lingkungan Kecamatan Kutapanjang
e. Perencanaan PSD Kawasan Agropolitan
4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana
a. Penyusunan DED PSD