• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV – PROFIL KOTA PEKANBARU - DOCRPIJM 1508724060RPI2JM Pekanbaru BAB 4 Profil Kab Kota OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV – PROFIL KOTA PEKANBARU - DOCRPIJM 1508724060RPI2JM Pekanbaru BAB 4 Profil Kab Kota OK"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

IV -

1

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

BAB IV

PROFIL KOTA

PEKANBARU

4.1. Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah

Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987

tanggal 7 September 1987, terdiri dari 8 wilayah kecamatan dari 5 kecamatan

yang ada sebelumnya, dengan luas wilayah 446,5 Km2, setelah diadakan

pengukuran dan pematokan oleh Badan Pertanahan Nasional Riau, luas Kota

Pekanbaru selanjutnya di verifikasi menjadi 632,26 Km2.

Dengan bergulirnya otonomi daerah pada tahun 2000 dan untuk

terciptanya tertib pemerintahan serta pembinaan pada wilayah yang cukup

luas ini, maka dibentuklah Kecamatan baru yang ditetapkan berdasarkan

Perda Kota Pekanbaru No. 3 Tahun 2003 sehingga menjadi 12 kecamatan.

Demikian pula dengan Kelurahan/Desa dimekarkan menjadi 58 (dari 45

Kelurahan/Desa yang ada sebelumnya) berdasarkan Perda Kota Pekanbaru

No. 4 Tahun 2003.

Letak Kota Pekanbaru sangat dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Siak

yang membelah kota menjadi di wilayah. Sungai Siak ini pulalah yang

kemudian menjadi acuan orientasi Utara – Selatan kota, dimana wilayah di

atas Sungai Siak di identifikasikan sebagai daerah Utara Kota, dan sebaliknya

daerah di bawah Sungai Siak diidentifikasi sebagai daerah Selatan Kota.

Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101014’ – 101034’ BT

(2)

IV -

2

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Siak dan

Kabupaten Kampar

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan

Kabupaten Pelalawan

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Siak dan

Kabupaten Pelalawan

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Kampar

Secara spasial, Pekanbaru memiliki lokasi yang sangat strategis sebagai

kota transit yang menghubungkan kota-kota utama di pulau Sumatera.

Keuntungan lokasional ini, harus dicermati sebagai potensi dan masalah yang

harus diantisipasi agar pembangunan kota ke depan benar-benar dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan mereduksi kemungkinan

dampak/pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.

Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas

632,26 km2. Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

TABEL 2.1 LUAS WILAYAH KOTA PEKANBARU MENURUT

KECAMATAN

No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%)

1 Pekanbaru Kota 2,26 0,36

2 Sail 3,26 0,52

3 Sukajadi 3,76 0,59

4 Lima Puluh 4,04 0,64

5 Senapelan 6,65 1,05

6 Bukit Raya 22,05 3,49

7 Marpoyan Damai 29,74 4,70

(3)

IV -

3

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%)

9 Tampan 59,81 9,46

10 Rumbai 128,85 20,38

11 Rumbai Pesisir 157,33 24,88

12 Tenayan Raya 171,27 27,09

Jumlah 632,26 100,00

Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2014

4.2. Gambaran Demografi

4.2.1. Jumlah penduduk

Penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2014 sebanyak 1.021.710 jiwa,

yang terdiri dari 497.443 jiwa penduduk laki-laki dan 524.267 jiwa penduduk

perempuan dengan seks rasio sebesar 105. Apabila dibandingkan antara

jumlah penduduk dengan luas wilayah Kota Pekanbaru, dapat diketahui

bahwa rata-rata kepadatan penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2014

sebesar 1.595 jiwa/km2

Tabel 2 - 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut

Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014

Kecamatan Laki-laki Perempu

an Jumlah

Sukajadi 29.042 28.074 57.116

Pekanbaru Kota 17.566 16.764 34.330

Sail 13.680 13.300 26.980

Limapuluh 25.941 25.353 51.294

Senapelan 22.625 22.330 44.955

Rumbai 35.060 32.736 67.796

Bukit raya 51.870 49.475 101.345

Tampan 90.329 84.667 174.996

Marpoyan Damai 75.377 70.637 146.014

Tenayan Raya 73.215 68.707 141.922

Payung Sekaki 51.225 48.878 100.103

Rumbai Pesisir 38.337 36.522 74.859

TOTAL 524.267 497.443 1.021.710

(4)

IV -

4

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Tabel 2 - 2 Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut

Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014

Kecamatan

Sumber : Disdukcapil Kota Pekanbaru, Pekanbaru Dalam Angka

Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk

terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju

pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju

pertumbuhan penduduknya.

Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah

sekitar 37,96% dari total penduduk kota. Mereka umumnya bekerja sebagai

profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup besar, telah

mengantarkan Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang

digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru selain Bahasa Melayu atau

Bahasa Indonesia.

Selain itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu,

Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari

Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar

(5)

IV -

5

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan

berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.

Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa

pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai

pekerja romusha dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun

1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota

Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan

menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat

ini mencari lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga yang beralih

okupansi.

4.2.2. Jumlah penduduk miskin

Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu terjadi di belahan

dunia dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Berdasarkan data

yang diperoleh dari BPS Riau, jumlah penduduk miskin di Kota Pekanbaru

pada tahun 2012 sebesar 32.901 jiwa dengan garis kemiskinan sebesar Rp

353.801. Jumlah penduduk miskin ini mengalami kecenderungan penurunan

dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Ada tahun 2003, jumlah penduduk

miskin sebesar 34.600 jiwa. Sedangkan pada tahun 2012, jumlah penduduk

miskin mengalami penurunan sebesar 4,9 % menjadi sebesar 32.012 jiwa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut.

Jumlah Penduduk Miskin Tahun Kota Pekanbaru Tahun 2003-2012

No Tahun Jumlah

1 2003 34.600

2 2004 30.200

3 2005 18.000

4 2006 16.300

5 2007 17.710

6 2008 29.744

7 2009 33.418

8 2010 38.200

(6)

IV -

6

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

10 2012 32.901

Sumber : BPS Riau, 2013

Grafik Jumlah Penduduk Miskin Tahun Kota Pekanbaru 2003-2012

Sumber : Analisa, 2014

4.2.3. Laju pertumbuhan penduduk

Laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun (2005 – 2010) tercatat

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan yang giat

dilaksanakan.Rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2005 – 2010

adalah 4,90% per tahunnya.

Pada tahun 2005 hingga 2008, perkembangan penduduk menunjukkan

trend posistif (meningkat), namun pada tahun 2009 – 2010 di beberapa

kecamatan seperti Kecamatan Limapuluh, Sail, Pekanbaru Kota, Senapelan

dan Sukajadi mengalami trend negatif (menurun).

Kecamatan yang mempunyai laju pertumbuhan tertinggi di Kota

Pekanbaru pada tahun 2010 adalah Kecamatan Tampan, yakni sebesar

17,9% sedangkan Kecamatan pekanbaru Kota merupakan kecamatan

dengan laju pertumbuhan penduduk terendah, dengan angka 0.3%.

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan

(7)

IV -

7

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

No. Kecamatan

Jumlah (Jiwa) Rerata

(%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Tampan 71.428 93.409 97.296 101.661 106.160 169.655 17,9

2 Payung Sekaki 66.097 70.139 72.009 73.205 74.439 86.584 5,1

3 Bukit Raya 74.320 80.401 83.508 85.697 87.586 91.914 3,6

4 Marpoyan

Damai 111.125 116.563 121.574 126.316 127.369 125.697 2,1

5 Tenayan Raya 82.289 93.231 97.281 99.879 102.494 123.155 11,2

6 Lima Puluh 42.043 44.173 44.386 44.564 42.759 41.333 0,9

7 Sail 21.994 23.071 23.182 23.379 22.335 21.438 0,9

8 Pekanbaru

Kota 30.129 30.016 31.199 31.355 30.092 25.062 0,3

9 Sukajadi 48.433 53.777 55.829 55.986 52.989 47.174 0,9

10 Senapelan 36.391 38.246 38.920 39.436 37.614 36.434 1,0

11 Rumbai 46.051 48.306 50.174 51.258 51.772 64.624 7,6

12 Rumbai Pesisir 59.525 62.135 64.541 66.477 67.179 64.698 1,6

Jumlah 689.825 753.467 779.899 799.213 802.788 897.768 4,9

Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2011 dan Hasil Analisa, 2012

4.2.4. Persebaran penduduk

Pola distribusi penduduk di Kota Pekanbaru dicerminkan oleh besar

kecilnya jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk yang terdistribusi

pada setiap kecamatan. Seperti halnya yang terjadi pada kota – kota lainnya,

bahwa penyebaran penduduk relatif dipengaruhi oleh kecenderungan

penduduk terkonsentrasi pada tempat dimana askes terhadap faslilitas

pelayanan kota dengan biaya transportasi yang rendah merupakan pilihan

(8)

IV -

8

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Dalam hal ini, rendahnya nilai lahan tidak akan banyak memberikan daya

tarik yang dapat mempengaruhi minat penduduk untuk bertempat tinggal di

lokasi-lokasi yang relatif masih kosong, namun memiliki tingkat pelayanan

prasarana dan sarana kota yang rendah.

Penyebaran Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan Tahun 2010

No Kecamatan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tampan 169,655 18,9

2 Payung Sekaki 86,584 9,64

3 Bukit Raya 91,914 10,24

4 Marpoyan Damai 125,697 14

5 Tenayan Raya 123,155 13,72

6 Lima Puluh 41,333 4,6

7 Sail 21,438 2,39

8 Pekanbaru Kota 25,062 2,79

9 Sukajadi 47,174 5,25

10 Senapelan 36,434 4,06

11 Rumbai 64,624 7,2

12 Rumbai Pesisir 64,698 7,21

Jumlah 897,768 100

Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2011

Pada tahun 2010, konsentrasi tertinggi penduduk adalah di Kecamatan

Tampan (18.9%), diikuti Kecamatan Tenayan Raya (13.72%) dan Kecamatan

Bukit Raya (10.24%). Sedangkan konsentrasi terendah penduduk berada di

Kecamatan Sail, yaitu hanya 2.39% diikuti Kecamatan Pekanbaru Kota

(2.79%). Dari data tabel di atas dapat terlihat bahwa penyebaran penduduk di

(9)

IV -

9

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru 4.3. Gambaran topografi

1. Ketinggian

Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 10 – 50 meter di

atas permukaan laut. Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar

dengan ketinggian rata-rata antara 10-20 meter di atas permukaan laut.

Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya umumnya mempunyai

ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut. Kawasan yang

relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di

Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata

sekitar 50 meter di atas permukaan laut.

Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat

kemiringan antara 0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang

agak landai hanya sekitar 17%, landai (21%), dan sangat landai (13%).

Sedangkan yang relatif curam hanya sekitar 4-5% yang terdapat di

Kecamatan Rumbai Pesisir.

2. Morfologi

Morfologi Kota Pekanbaru sebagian besar terdiri dari dataran

aluvium, selebihnya terdiri dari perbukitan. Bentuk morfologi Kota

Pekanbaru dibagi menjadi:

- Satuan Morfologi Dataran

Sebarannya menempati daerah Kecamatan Kota Pekanbaru,

Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, sebagian wilayah Rumbai,

sebagian wilayah Rumbai Pesisir, Bukit Raya, sebagian wilayah

Tenayan Raya, serta wilayah Tampan, Marpoyan Damai, dan

Payung Sekaki, dengan proporsi kurang lebih 65% dari luas

(10)

IV -

10

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

endapan sungai dan rawa. Sebagian merupakan daerah dataran

banjir (flood plain), sedangkan daerah rawa meliputi daerah bagian

Barat Daya dan Tengah. Kemiringan lerengnya kurang dari 5 %,

kecuali pada lembah-lembah, dan makin bergelombang ke arah

Utara.

Ketinggiannya kurang dari 50 m di atas muka laut (dpl), tersusun

oleh batuan yang terdiri dari material lepas berukuran lempung,

lempung tufan, lanau, pasir, kerikil-kerakal, sisa-sisa tumbuhan,

hasil proses abrasi dan erosi sungai dan rawa gambut. Pemanfaatan

lahan di daerah ini umumnya dimanfaatkan sebagai lahan

permukiman, kebun campuran, dan pertanian berupa persawahan

dan ladang. Aliran Sungai Siak termasuk sebagian atau seluruhnya

masuk dalam satuan morfologi ini.

Proses erosi sungai yang terjadi sudah mengarah lateral

sehingga penampang sungai membentuk huruf ”U” serta alur sungai

yang membentuk adanya meander. Mengingat proses tersebut

maka sungai-sungai yang mengalir pada morfologi ini sangat

berperan dalam mengisi air tanah (influent stream). Kondisi sungai

ini selalu berair, berkelok-kelok dan membentuk pola aliran

mendaun dan sejajar.

- Satuan Morfologi Perbukitan Rendah

Satuan morfologi ini terdapat setempat di bagian Utara, sebagian

daerah Selatan, Timur dan Barat memanjang dari Barat Laut –

Tenggara, umumnya tersusun oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit

batu lanau, batuan malihan, dan granit.

Ketinggian satuan ini berkisar antara 20 hingga 35 meter di atas

permukaan laut (dpl), membentuk perbukitan rendah yang ditumbuhi

(11)

IV -

11

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Sungai yang mengalir di daerah ini berpola aliran meranting (sub

dendritik) dan sub paralel, sebagian besar merupakan sungai-sungai

yang airnya dipasok oleh air tanah (efluent stream).

- Satuan Morfologi Perbukitan Sedang

Satuan morfologi ini menempati bagian Utara daerah Kota

Pekanbaru, merupakan daerah perbukitan dengan arah

punggungannya memanjang dengan arah Barat Laut – Tenggara

yang ditumbuhi oleh tanaman keras sebagai hutan lindung.

Ketinggiannya dari muka air laut adalah sekitar 40 m.

Daerah perbukitan ini disusun oleh batuan yang terdiri atas

batuan lava, lahar, dan batuan malihan yang umumnya bertonjolan

kasar dan agak tajam dengan kemiringan lereng kurang dari 40 %.

Bentuk perbukitan tersebut nampaknya telah dipengaruhi oleh

adanya struktur kekar, sesar-sesar lokal dan bidang foliasi pada

batuan malihan, sehingga struktur geologi membentuk perbukitan

sedang dengan lereng yang agak curam. Adanya pengaruh tersebut

juga tercermin dari pola alirannya yang secara umum paralel hingga

sub paralel.

3. Kemiringan Lereng

Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru sebagian besar

arealnya mempunyai kelas lereng datar dengan luas 38.624 Ha,

yang terdiri dari 2 (dua) kelas kemiringan lereng yaitu kemiringan

lerengnya 0 – 2% dengan luas 27.818 Ha dan sekitar 10.806 Ha

kemiringan lereng 2 – 8% yang sesuai untuk pengembangan

pembangunan kota. Kemiringan 0 – 2% ini terletak di daerah bagian

Selatan, sedangkan kemiringan lereng 2 – 8% terletak menyebar di

bagian Tenggara Kota Pekanbaru dan sebagian lagi di daerah

Utara.

Untuk kemiringan dengan kelas kelerengan 26 – 40% yang

merupakan daerah agak curam mempunyai luasan terkecil yaitu

(12)

IV -

12

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Kota Pekanbaru, tepatnya di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir,

dan Kecamatan Tenayan Raya. Lahan dengan kondisi morfologi

demikian umumnya cenderung memiliki faktor pembatas yang cukup

tinggi terutama untuk kegiatan terbangun, oleh karena itu pada

lokasi dengan tipikal kemiringan seperti ini pengembangannya lebih

diarahkan sebagai kawasan konservasi.

Luas Kelas Kemiringan Lereng Kota Pekanbaru

No Kemiringan Lereng Luas(Ha) Persentase(%)

1 Datar 0-2 % 27.818 44,00

2 Agak Landai 2-15 % 10.806 17.09

3 Landai 15-40% 13.405 21.20

4 Sangat Landai 8.280 13.10

5 Agak Curam 2.917 4.61

Total 63.226 100.00

Sumber : Draft RTRW Kota Pekanbaru 2013-2033

Berdasarkan keadaan topografi, maka pengembangan wilayah Kota

Pekanbaru adalah sebagai berikut :

1. Kemiringan 0 2% (datar), lahan pada interval ini masuk dalam

klasifikasi sangat layak bagi pengembangan semua kegiatan

budidaya karena kondisi permukaan tanah yang datar. Wilayah

dengan kemiringan ini memanjang dari Barat ke Timur di sepanjang

Sungai Siak yang mencakup dan Kecamatan Payung Sekaki,

Tampan, Marpoyan Damai, Bukit Raya, Pekanbaru Kota, Sail,

Senapelan, Sukajadi, Lima Puluh, dan sebagian Kecamatan Rumbai,

sebagian Rumbai Pesisir, Kecamatan, serta sebagian Tenayan

Raya.

2. Kemiringaan 2 15% (datar s/d landai), memiliki kelayakan fisik bagi

(13)

IV -

13

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

kedalamnya adalah sebagian di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir,

Tenayan Raya dan Bukit Raya.

3. Lahan dengan kemiringan 15 40% (agak landai s/d agak curam),

pemanfaatan lahan pada interval ini masih memungkinkan bagi

pengembangan kegiatan budidaya terbangun secara terbatas, yang

meliputi Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Tenayan Raya

seluas 2.917 Hektar (4,61%)

Dari uraian di atas, maka pengembangan fisik di Kota Pekanbaru tidak

menghadapi kendala morfologi lahan dan pengembangan fisik kawasan

sebagai kawasan permukiman karena dapat dilakukan di semua kecamatan

yang ada di Kota Pekanbaru. Sedangkan untuk ketinggian 26 – 40%, sangat

sesuai bagi pengembangan kawasan konservasi tepatnya di Kecamatan

Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Tenayan Raya.

4.4. Gambaran hidrologi

Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu kondisi hidrologi

air permukaan dan air tanah.

1. Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari sungaisungai yang

mengalir di Kota Pekanbaru yaitu Sungai Siak, mengalir dari Barat ke

Timur di dalam kota, dengan panjang 300 Km dan kedalaman 29 meter

serta lebar 100 – 400 meter yang mempunyai anak – anak sungai seperti

: Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul, Pengambang, Ukai,

Sago, Senapelan, Limau, dan Tampan.

2. Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum, khususnya hidrologi air

tanah dangkal dari Formasi Petani. Sedangkan untuk air tanah dangkal

dari Formasi Minas memiliki potensi ketersediaan air yang cukup banyak,

mengingat kondisi batuan Formasi Minas memiliki permeabilitas dan

porositas yang tinggi.

(14)

IV -

14

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

- Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata

8 meter, dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran

rata-rata 0,75 liter/detik

- Sungai Senapelan, merupakan penampung utama bagi wilayah

sebelah Barat Jl. Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku

Tambusai, dengan lebar rata-rata 3-4 meter

- Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar

Laket yang dibatasi Jl. Pelajar di sebelah barat, Jl. Pepaya di sebelah

timur, Jl. Mangga di sebelah utara dan Jl. Tuanku Tambusai di selatan

- Sungai Sago, merupakan penampung bagi wilayah sebelah barat Jl.

Sudirman, Sungai Lunau, Sungai Tanjung Datuk I dan II

Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada,

seperti; sungai, rawa, dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru

mempunyai karakteristik sebagai berikut :

- Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak; - Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak;

- Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak

Sungai Siak;

- Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem

gravitasi yang tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi

Pekanbaru yang relatif datar menyebabkan sistem pengaliran air hujan

tidak dapat terjadi dengan baik.

Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa

di sebelah utara Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa

ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa

sebelah timur.

Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak

merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi

kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian

elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air laut dan setiap

(15)

IV -

15

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru 4.5. Gambaran geologi

Pembahasan geologi daerah perencanaan disamping mengenai jenis,

sebaran dan sifat fisik batuan/ tanah, struktur geologi, juga geomorfologinya,

yaitu gambaran yang berkaitan dengan bentang alam dalam hubungannya

dengan jenis batuan pembentuknya.

1. Stratigrafi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya

(M.C.G. Clarke dkk,1982.) dengan skala 1: 250.000, wilayah Kota

Pekanbaru secara umum terbentuk dari batuan sedimen berumur

Plistosen – Holosen, serta endapan aluvium yang proses

pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang.

Secara Lithostratigrafi tidak resmi batuan penyusun daerah

perencanaan dapat dipisahkan menjadi 4 (empat) satuan batuan

sebagai berikut :

- Satuan Batulumpur (Tup)

Tersusun dari batulumpur, mengandung karbonan, lignit, sedikit

batu lanau dan batu pasir, yang tersebar luas di bagian Utara dan

membentuk daerah yang relatif datar hingga berbukit landai, seluas

lebih kurang 30 % dari luas daerah perencanaan. Ciri – ciri satuan

tufa ini adalah kandungan batulumpur yang dominan.Satuan batuan

ini termasuk dalam Formasi Petani yang terendapkan pada Kala

Pliosen Awal – Tengah.

- Satuan Pasir (Qpmi)

Tersusun dari kerikil, kerakal, pasir dan lempung yang tersebar di

bagian Utara dan Selatan seluas lebih kurang 35% dari luas daerah

perencanaan, membentuk perbukitan landai sampai agak

terjal.Satuan batuan ini termasuk dalam Formasi Minas yang

terbentuk pada Kala Plistosen.

(16)

IV -

16

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Satuan batuan ini penyebarannya relatif hampir sama dengan

satuan batuan lempung tufan (Qpke) tersusun oleh kerikil, pasir,

lempung, sisa – sisa tumbuhan dan rawa gambut dan tersebar di

bagian Utara, Selatan dan Barat kurang dari 10% dari luas daerah

perencanaan, dan merupakan batuan endapan lepas yang

membentuk pedataran yang luas. Batuannya berwama abu – abu

kehitaman, satuan batuan ini terbentuk pada Kala Plistosen Akhir.

- Satuan Aluvium Muda (Qh)

Sebaran satuan ini meliputi sepanjang Sungai Siak dan anak –

anak sungainya, dengan luas sebaran kurang dari 5% dari luas

daerah perencanaan. Litologinya terdiri dari lempung, pasir dan

kerikil serta endapan sungai atau rawa lainnya dengan ketebalan

mencapai 4m. Proses pengendapannya masih berlangsung hingga

kini.

2. Struktur Geologi

Berdasarkan pada peta geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya

(M.C.G. Clarke dkk,1982.) dengan skala 1:250.000, struktur geologi

yang terdapat di Kota Pekanbaru terdiri dari sesar mendatar dengan

arah umum Barat Laut – Tenggara, lipatan Sinklin dan Antiklin dengan

arah penunjaman berarah relatif Timur Laut – Barat Daya.

Struktur – struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan

Sumatera, sementara itu sesar – sesar mendatar ini termasuk dalam

sistem patahan Semangko, diduga terjadi pada Kala Miosen Tengah.

Struktur geologi dengan skala regional misalnya Sesar Semangko

yang relatif berarah Barat Laut – Tenggara atau relatif searah dengan

Pulau Sumatera dapat berfungsi sebagai pemicu terjadinya gempa di

sepanjang/ disekitar zona sesar tersebut.

3. Jenis tanah

Secara umum kondisi tanah di Kota Pekanbaru mempunyai daya

(17)

IV -

17

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

yang berdekatan dengan anak sungai (T tanah) antara 0,4 kg/cm2 - 0,6

kg/cm2.

Kedalaman efektif tanahnya (top soil) sebagian besar kurang dari

atau sama dengan 50 cm yang terdapat di bagian tengah. Kedalaman

efektif tanah 50 – 75 cm terdapat di bagian Selatan dan kedalaman lebih

dari 100 cm terdapat di bagian Utara Kota Pekanbaru.

Fisiografi grup aluvial berdasarkan klasifikasi tanah USDA, tanahnya

didominasi oleh Dystropepts dengan asosiasi Tropofulvents dan

Tropaquents, sedangkan pada fisiografi dataran (plain) jenis tanah yang

mendominasi adalah Topaquents pada areal datar, Humitropepts pada

areal datar berombak, dan Kandiudults pada areal berombak sampai

perbukitan. Tanah – tanah tersebut terbentuk dari bahan induk sedimen

halus masam sehingga walaupun tanah sama tetapi mempunyai

perbedaan kepekaan terhadap erosi atau berdasarkan klasifikasi tanah

PPT (1983) termasuk dalam jenis tanah podsolik dan sebagian aluvial.

Untuk lebih jelasnya, grup fisiografi tanah dan satuan lahan di Kota

Pekanbaru dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Grup Fisiografi Tanah Dan Satuan Lahankota Pekanbaru

No

Daerah permukiman Rumbai 6.024

(18)

IV -

18

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru Batuan sedimen halus

dan kasar

Hapludox

Masam Hapluduts

Lereng < 3% Humittropepts

Datar sampai

Perbukitan kecil (lereng > 16%)

Troposaprits 3.822 6,04

Kedalaman gambut 0.5 - 2 meter

Rumbai Tropohemists

Datar sampai sedikit cembung

Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum

berkisar antara 31,00C-33,40C dengan suhu udara minimum berkisar antara

23,40C-24,40C. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban

maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban minimum berkisar

antara 57,0-67,7%.

Berikut tabel banyaknya curah hujan dan banyaknya hari hujan yang

terjadi di Kota Pekanbaru pada tahun 2006 – 2010:

Banyak Curah Hujan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 (mm)

(19)

IV -

19

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Juli 391.1 181.6 195.2 73.9 321.8 232.7

Agustus 279.9 207.8 253.7 278.6 191.5 242.3

September 124.5 336.5 451.4 256.7 466.6 327.1

Oktober 195.9 501.7 197.4 293.7 120.7 261.9

Nopember 168.7 396.3 318.7 346.8 147.8 275.7

Desember 487.2 148.4 146.3 584.1 213.9 316.0

Jumlah 3,046.1 3,351.2 3,068.9 3,390.4 3,501.9 3,271.7 Sumber : Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

Banyak Hari Hujan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 (Hari)

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata

Januari 19 21 20 14 23 19

Februari 14 18 14 12 16 15

Maret 16 17 22 23 20 20

April 18 21 20 21 19 20

Mei 18 18 12 14 16 16

Juni 13 18 13 9 17 14

Juli 16 20 13 11 19 16

Agustus 10 19 18 17 20 17

September 15 21 19 18 24 19

Oktober 19 23 19 17 15 19

Nopember 21 21 20 21 10 19

Desember 22 20 19 21 22 21

Jumlah 201 237 209 198 221 213

Sumber : Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

4.7. Kondisi sosial ekonomi

4.7.1. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat

Kesejahteraan

Penduduk Kota Pekanbaru terbanyak yang bermatapencaharian sebagai

Perdagangan, Rumah Mukim dan Hotel, yaitu sebanyak 10.947 jiwa.

Sedangkan jumlah penduduk yang bermatapencaharian terkecil adalah di

sektor listrik/gas sebanyak 997 jiwa.

Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Lapangan Usaha Jumlah

1. Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Peternakan 14.773

2. Pertambangan dan Penggalian 3.488

(20)

IV -

20

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

4. Listrik/Gas 997

5. Bangunan 34.963

6. Perdagangan, Rumah Mukim dan Hotel 163.029

7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 23.991

8. Keuangan, Asuransi, dan Komunikasi dan Tanah Jasa Perusahaan 26.817

9. Jasa Kesejahteraan Sosial 93.060

Jumlah 389.921

Sumber: Kota Pekanbaru Dalam Angka 2013

4.7.2. Kondisi Ekonomi

4.7.2.1. PDRB

Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat ditunjukkan oleh angka

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan besaran nilai PDRB

merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai

keberhasilan pembangunan suatu daerah, atau dengan kata lain

pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan

nilai PDRB. Di sisi lain, inflasi merupakan angka pembanding lain yang juga

erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Tabel berikut

ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Kota Pekanbaru dari

tahun 2006 – 2010.

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010

Tahun Pertumbuhan

Ekonomi (%) Inflasi (%)

2006 10,15 6,32

2007 9,89 7,53

2008 9,05 9,02

2009 8,81 1,94

2010 8,98 6,80

Rata-rata 9,38 6,32

(21)

IV -

21

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Untuk skala provinsi, kota Pekanbaru merupakan penyumbang terbesar

dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau. Hal ini cukup wajar mengingat Kota

Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang aktivitas ekonominya cukup

besar dan pusat peredaran barang dan jasa. Tabel 2.15 menggambarkan

kondisi tersebut secara jelas dan terlihat oleh kita bagaimana

kontribusikabupaten dan kota lain yang ada di Provinsi Riau dalam

pembentukan PDRB Provinsi Riau.

TABEL 2.16 KONTRIBUSI PDRB KABUPATEN/KOTA DILUAR MIGAS

PROVINSI RIAU TAHUN 2006 – 2010

No Kabupaten/Kota

Tahun

2006 2007 2008 2009

1 Pekanbaru 17,38 17,18 17,70 17,52

2 Indragiri Hilir 12,48 12,69 12,54 10,64

3 Siak 10,68 11,00 11,25 12,22

4 Bengkalis 10,88 10,52 9,82 584

5 Pelalawan 8,48 8,48 8,45 8,51

6 Indragiri Hulu 7,56 7,80 8,10 8,41

7 Rokan Hilir 8,42 8,27 8,06 8,44

8 Kampar 7,78 7,85 7,71 7,97

9 Kuantan Singingi 6,96 6,96 6,90 6,92

10 Rokan Hulu 6,52 6,42 6,52 5,84

11 Dumai 2,86 2,83 2,93 3,04

12 Kep. Meranti (pemekaran) 2,90 2,87 2,87

(22)

IV -

22

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Tabel 2.16 menjelaskan perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota

Pekanbaru dengan Provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru

dengan berbagai komponen dan sektor pembentuknya relatif lebih tinggi dari

Provinsi Riau.

TABEL 2.17 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA

PEKANBARU DENGAN PROVINSI RIAUTAHUN 2006 – 2010

No

4.947,946 5.586,983 6.432,910 6.901,226 7.427,790

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

196,667 227,120 260,620 291,976 328,920

5 Bangunan 1.949,113 2.965,165 4.231,766 6.130,136 8.811,458 6 Perdagangan,

Hotel & Restoran

4.019,169 5.090,377 6.504,844 7.778,112 9.464,316

7 Angkutan dan Komunikasi

1.392,535 1.585,349 1.844,506 2.136,932 2.490,941

8 Keuangan,

Sewa dan

Jasa

Perusahaan

2.033,029 2.476,144 3.103,018 3.875,254 4.859,600

9 Jasa-jasa 1.778,614 2.003,412 2.325,186 2.680,345 3.090,556 PDRB 16.480,545 20.119,043 24.916,535 30.037,936 36.753,481 Keterangan : * Tahun 2009 angka sementara

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010

4.7.2.2. Ekonomi Kerakyatan

Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru juga memiliki

program pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan perhatian

khusus kepada upaya peningkatan ekonomi dan partisipasi rakyat, yang

merupakan bagian dari upaya mempercepat pengentasan kemiskinan di

(23)

IV -

23

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Di Kota Pekanbaru, yang tercakup di ekonomi kerakyatan, yaitu industri

kecil dan menengah serta koperasi dan pengusaha kecil. Gambaran

perkembangan koperasi di Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Data Keragaman Koperasi di Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

No Keragaman Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

1 Jumlah

Koperasi

Unit 771 814 880 904 930

2 Koperasi

Aktif

Unit 558 601 558 710 735

3 Koperasi

Tidak Aktif

Unit 213 213 292 194 195

4 Jumlah

Anggota

Orang 83.264 101.020 105.467 105.485 105.593

5 RAT Unit 129 152 149 202 359

6 Manajer Orang 30 50 57 57 63

7 Karyawan Orang 401 928 1.042 1.031 1.174

8 Modal

Sendiri

Rp M 59,01 137,77 157,00 163,28 202,88

9 Modal Luar Rp M 37,07 251,41 291,00 317,80 381,38

10 Volume

Usaha

Rp M 188,24 547,60 483,00 574,91 722,29

11 SHU Rp M 12,01 22,72 24,81 24,67 29,97

Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Des 2010

Perkembangan pertumbuhan UMKM di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada

Tabel 2.25 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan kecenderungan UMKM

yang meningkat sebesar 0,2 % pertahun. Sementara itu, perkembangan

Lembaga keuangan berupa Bank Perkreditan Rakyat tumbuh rata-rata 0,2 %

(24)

IV -

24

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni 18 %

pertahun.

Berkaitan dengan perkembangan usaha Kecil akan menjadi tantangan

dimasa akan datang, melihat kepada data tersebut, perkembangan usaha

kecil tidak terjadi perkembangan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 716

usaha kecil pertahun, sedangkan perkembangan usaha Mikro di Kota

Pekanbaru terjadi peningkatan walaupun pergerakannya tidak terlalu tinggi.

Pertumbuhan UMKM Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

Tahun

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah UMKM

Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %

2006 7.000 6.898 98,5 700 648 92,6 120 98 81,7 7.820 7.644 97,7

2007 7.300 7.293 99,9 730 675 92,5 130 115 88,5 8.160 8.083 99,1

2008 7.500 7.457 99,4 750 710 94,7 140 127 90,7 8.390 8.294 98,9

2009 7.700 7.829 101,7 800 758 94,8 150 131 87,3 8.650 8.718 100,8

2010 8.000 8.168 102,1 820 789 96,2 160 136 85,0 8.980 9.093 101,3

Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, 2011

4.7.2.3. Ekonomi Daerah

1. Iklim Investasi

Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan

perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru.

Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai

sekitar 40 juta US$. Nilai ini naik 0,88% (3 juta US$) dibandingkan

tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap

ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.

Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan

turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi

peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta

(25)

IV -

25

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan dalam

jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan.

2. Perkembangan Perdagangan

Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan

perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru.

Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai

sekitar 40 juta US$, nilai ini naik 0,88 % (3 juta US$) dibandingkan tahun

2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor

ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.

Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan

turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi

peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.

Perkembangang nilai perdagangannya (baik ekspor mupun impor)

Kota Pekanbaru cendrung fluktuatif namun di akhir tahun 2009 sampai

tahun 2010 terjadi kenaikan baik nilai volume ekspor (sekitar 30%)

maupun impor (hampir 300%).

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011

Gambar 2.17 Perkembangan perdagangan Kota Pekanbaru 2006-2010

-EKSPOR FOB 59,957,073. 43,113,114. 36,970,677. 39,774,044. 107,610,455

IMPOR CIF 70,299,497. 69,919,098. 81,767,676. 66,071,578. 107,948,065

(26)

IV -

26

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun

terjadi lonjakan prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini

menandakan masih perlu digali kemampuan ekspor komoditi

perdagangan Kota Pekanbaru untuk menyeimbangkan kenaikan

prosentase impornya.

Permasalahan yang mendesak saat ini datang adalah terbatasanya

aksespendanaan pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur

jalan, listrik, air bersih dan sistem komunikasi dalam jangka pendek

untuk menarik investasi potensial dimasa depan.

3. Perkembangan Perindustrian

Terjadi penurunan jumlah (unit) industri besar dan sedang (sekitar

20%) selaras dengan penurunan jumlah pekerja dan karyawannya.

Kondisi terparah adalah pada kondisi industri besar dimana terjadi

penurunan karyawan sampai 50% (dari 6000 orang sampai 3000 orang

dalam periode 3 tahun, 2007-2010).

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011

Gambar 2.18 Perkembangan jumlah industri di Kota Pekanbaru Tahun

2006-2010

0 5 10 15 20 25 30

tahun

u

n

it INDUSTRI BESAR

INDUSTRI SEDANG

INDUSTRI BESAR 13 11 11 7

INDUSTRI SEDANG 24 25 25 18

(27)

IV -

27

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011

Perkembangan jumlah pekerja industri di Pekanbaru Tahun 2006-2010

Perlu dicermati faktor-faktor apa yang mengakibatkan hal ini terjadi,

bagaimana menanggulanginya dalam tataran kebijakan, regulasi dan fasilitas

infrastruktur dasar yang perludisiapkan agar iklim usaha di Kota Pekanbaru

dapat menggairahkan bagi industri besar dan sedang.

4.7.3. Kondisi Pendidikan

Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran

dari pembangunan pendidikan. Pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui

tiga program utama, yaitu: perluasan dan pemerataaan kesempatan

memperoleh pendidikan, tercapainya efektifitas dan efisiensi

penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Kinerja

pemerintah Kota Pekanbaru di bidang pendidikan dapat disampaikan sebagai

berikut ini.

(28)

IV -

28

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10

tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari

tahun 2006 sampai 2010 yang terus naik dengan angka di atas 99,5 %,

bahkan pada tahun 2010 mencapai nilai 99,87% menunjukkan bahwa hampir

seluruh penduduk kota Pekanbaru berusia 10 tahun ke atas memiliki

kemampuan membaca dan menulis. Artinya hampir seluruh penduduk Kota

Pekanbaru mampu membaca dan menulis.

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

(29)

IV -

29

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Pada Gambar berikut dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010,

rata-rata penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah

menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani selama

11,3-11,33 tahun atau setingkat SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat

baik, mengingat capaian sampai tingkat SLTA ini melampaui program wajib

belajar 9 tahun, dan hampir (94,4%) mencapai target maksimal, yaitu program

wajib belajar 12 tahun. Namun demikian, karena lamanya bersekolah ini juga

merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu yang diharapkan

akan meningkatkan pendapatan individu dengan naiknya nilai rata-rata lama

sekolah ini, maka setiap individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan terus

meningkatkan angka ini sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga

akumulasi modal manusia Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat.

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011

APK Tingkat SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada

masing-masing tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan

jumlah penduduk berusia 7-12 tahun untuk SD/MI; 13-15 tahun untuk SLTP

dan 16-18 tahun untuk SLTA. Nilai APK bias jadi lebih dari 100%, karena

siswa SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang dari 7 tahun, dan ada juga

yang berusia lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa SLTP dan SLTA

(30)

IV -

30

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15 tahun

dan 16-18 tahun.

Dapat dilihat pada berikut bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun

2006-2010 sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun

2007 ke tahun 2008, tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun

berikutnya. Tren nilai APK untuk tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006

sampai 2008, dengan nilai APK di bawah 100%, tetapi pada tahun 2009 dan

2010 nilai APK SLTP di atas 100%. Sedangkan APK untuk SLTA pada 2

tahun pertama dari 2006-2010 sangat rendah (46,74% dan 56,42%), namun

pada 3 tahun terakhir (2008-2010) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka

di atas 80%, bahkan pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak

usia 16-18 tahun yang belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA.

Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang

berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang

sama. APM SD-SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai

2010 dipaparkan pada Gambar 2.12 di bawah ini. Dari gambar tersebut

terlihat bahwa partisipasi sekolah penduduk usia SD/MI rata-rata sejak tahun

2006 sampai 2010 sudah di atas 100%. Nilai APM SD di atas 100% ini

menunjukkan bahwa siswa SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya

penduduk Kota Pekanbaru, namun juga penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu

Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak yang bertempat tinggal di daerah

perbatasan.

Sedangkan untuk penduduk usia SLTP sejak tahun 2006 menunjukkan

tren yang selalu naik dari nilai APM 72,5% menjadi 94,92% pada tahun 2010.

Artinya hanya sekitar 5% saja penduduk usia 13-15 tahun yang belum

bersekolah di tingkat SLTP. Untuk penduduk usia 16-18 tahun, dengan nilai

APM masih di bawah 65%, menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya baik

penambahan fasilitas maupun kesempatan bagi penduduk usia 16-18 tahun

(31)

IV -

31

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011

APM SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah

penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut

pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Capaian APT penduduk berumur

10 tahun ke atas Kota Pekanbaru pada tahun 2005-2010 ditampilkan pada

Tabel 2.8. Dari Tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 APT

SLTA (SMA/MA/ SMK/sederajat) adalah 39,83%, selanjutnya APT SLTP

(SMP/MTs/sederajat) adalah 19,57%.

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah

Tertinggi Yang Dimiliki Pada Tahun 2005-2010 Kota Pekanbaru

(32)

IV -

32

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011

Sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian besar tenaga kerja yang

tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya peringkat kedua

background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan

tenaga kerja lulusan sarjana (DIV/S1/S2/S3) hanya sekitar 8,1%.

Pembangunan pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana

adalah yang dominan.

4.7.4. Kondisi Sarana Peribadatan

Merupakan inti dan sasaran pembangunan itu sebagaimana yang tertuang

dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 adalah

pembangunan manusia seutuhnya, lahir dan batin. Ibadah merupakan salah

satu kunci untuk mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya. Oleh karena

itu sangat diperlukan sarana tempat ibadah demi untuk merealisasikan hal

tersebut. Di bawah ini adalah tabel rasio ketersediaan tempat ibadah di kota

Pekanbaru:

Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah di Kota Pekanbaru (2006-2010)

No Sarana Ibadah Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 Mesjid 535 531 569 579 588

2 Penduduk Beragama Islam

586900 593355 600495 607281 614312

(33)

IV -

33

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

15 Jumlah Penduduk 681414 690497 702320 712387 732327

16 Rasio Mesjid –

754467 779899 799213 802788 903902

19 Rasio Wihara –

Penduduk

62872 64991 61277 61752 53170

Sumber: Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2011

4.7.5. Kondisi Sarana Kesehatan

Pembangunan di Kota Pekanbaru dalam kurun 5 tahun terakhir telah

memberikan kontribusi besar pada pelayanan kesehatan masyarakat.

Dampak pembangunan bidang kesehatan di Kota Pekanbaru selama 5 tahun

terakhir telah dapat dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah Kota telah

melakukan berbagai program dam kegiatan yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tingkat keberhasilan

pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat pada indikator kinerja utama

bidang kesehatan yang diantaranya meliputi Angka Kelangsungan Hidup Bayi

(AKHB), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Usia Harapan Hidup (AHH),

Persentase Balita Gizi Buruk, dan sebagainya yang dijelaskan pada paparan

berikut ini.

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup

sampai usia 1 tahun, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

kematian bayi usia di bawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1000

kelahiran hidup pada tahun yang sama. Dapat dilihat pada berikut di bawah

bahwa AKHB hampir mencapai nilai maksimum, dan AKB hanya kurang dari

(34)

IV -

34

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

2006 sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja yang meninggal

sebelum berusia 1 tahun.

Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2006-2010 Kota

Pekanbaru

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

1 Angka kematian bayi per

1000 kelahiran hidup 1,30 0,76 1,03 3,92 3,70

2 Angka kelangsungan

hidup bayi 998,7 999,24 998,97 996,08 996,30

Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru – Dinas Kesehatan, 2011

Catatan: Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas

kesehatan Kota Pekanbaru

Angka Usia Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan

dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Pada Gambar 2.19 di

bawah ini dapat dilihat bahwa sejak tahun 2006 sampai 2011, harapan hidup

bayi yang lahir pada tahun 2006 sampai 2011 memiliki harapan hidup sampai

umur sekitar 70 tahun lebih, bahkan pada 4 tahun terakhir AHH nya stabil

pada angka 70,7 tahun.

(35)

IV -

35

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Angka Usia Harapan Hidup Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011

Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi

buruk terhadap jumlah balita. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan

standar WHO. Gambar 2.20 di bawah menunjukkan persentase gizi buruk

Kota Pekanbaru pada tahun 2007 – 2011. Dari gambar tersebut dapat dilihat

bahwa pada periode 2007-2011, jumlah bayi berstatus gizi buruk masuk

kategori rendah, bahkan pada tahun 2010, persentase bayi gizi buruk hanya

kurang dari 0,05%, artinya hampir tidak ada kejadian bayi berstatus gizi buruk

di Kota Pekanbaru pada tahun 2007-2011.

Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekanbaru, 2011

Persentase Balita Kasus Gizi Buruk Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011

Tabel diatas memberikan informasi jumlah kasus bayi berstatus gizi buruk

untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah bayi berstatus gizi buruk turun

drastis dari jumlah 55 orang pada tahun 2007 menjadi 25 orang pada tahun

2008, bahkan pada tahun 2011 hanya tinggal 4 orang bayi saja yang

mengalami status gizi buruk. Hal ini merupakan salah satu indikasi

(36)

IV -

36

Bab IV – Profil Kota Pekanbaru

Jumlah Balita Gizi Buruk Per Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun

2007-2011

No Kecamatan Jumlah Balita Gizi Buruk (Tahun)

2007 2008 2009 2010 201

1 Bukit Raya 0 0 2 0 1

2 Marpoyan Damai 0 2 1 0 0

3 Tampan 1 1 1 1 1

4 Sukajadi 3 0 0 0 0

5 Pekanbaru Kota 1 0 0 0 0

6 Sail 4 1 0 0 0

7 Lima Puluh 0 0 0 0 0

8 Tenayan Raya 17 4 0 0 1

9 Senapelan 4 6 0 0 0

10 Rumbai Pesisir 20 0 0 0 1

11 Rumbai 2 7 1 2 0

12 Payung Sekaki 3 4 1 0 0

Jumlah 55 25 5 3 4

Gambar

TABEL 2.1 LUAS WILAYAH KOTA PEKANBARU MENURUT KECAMATAN
Tabel 2 - 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014
Tabel 2 - 2 Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014
Grafik Jumlah Penduduk Miskin Tahun Kota Pekanbaru 2003-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dataran tinggi memiliki ketinggian 200 sampai 1500 meter di atas permukaan laut. Dataran tinggi terletak di tempat tinggi atau sekitar pegunungan. Dataran tinggi biasanya memiliki

Mempunyai rata-rata ketinggian sekitar 50 meter sampai 200 meter dari permukaan laut Satuan morfologi perbukitan bergelombang, umumnya terdapat pada bagian Tengah dan

Kota Painan yang merupakan ibukota kabupaten berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan untuk kota kecil lain pada umumnya terletak pada lokasi yang rendah kecuali

Kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi, berada pada daerah yang disusun batuan sedimen dari Formasi Gomo (Tmpg) dan Formasi Lõlõmatua (Tml), yaitu di Kecamatan

Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama. Tata nilai masyarakat di kawasan APW tidak berbeda

Satuan geomorfologi ini berada pada bagian timur dan barat, menunjukkan relief permukaan sedang dengan kemiringan 30%-45% atau lebih dan elevasi dari 100m s/d 150m di

Bagian Tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan ketinggian permukaan antara 6 meter sampai 91 meter dan pada umumnya relatif subur... Bagian Utara terdiri

Dengan demikian ketinggian tempat merupakan kunci utama untuk sampai mendapatkan biji Mucuna bracteata, karena jika di tanam di dataran rendah &lt; 1.000 meter dari permukaan