• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PROFIL KOTA GUNUNGSITOLI - DOCRPIJM 808799be90 BAB IVBAB 4 OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 4 PROFIL KOTA GUNUNGSITOLI - DOCRPIJM 808799be90 BAB IVBAB 4 OK"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

PROFIL KOTA GUNUNGSITOLI

4.1. GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF WILAYAH

Kota Gunungsitoli adalah kota yang terletak sebuah gugusan pulau yang dikenal dengan nama Kepulauan Nias terletak di sebelah barat Pulau Sumatera, yang secara geografis terletak antara 00o12’-1o32’ Lintang Utara (LU) dan 970o00’-980o00’ Bujur Timur (BT).

Dengan ketinggian rata-rata 0 - 600 meter diatas permukaan laut. Kota Gunungsitoli merupakan salah satu daerah kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai jarak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Provinsi Sumatera Utara).

Kota Gunungsitoli merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 yang terdiri atas 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Barat, dan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.

Kota Gunungsitoli memiliki luas 469,36 km2 sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Tahun 2010 (0,38 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara). Dari 6 (enam) Kecamatan yang terdapat di wilayah Kota Gunungsitoli tersebut terdapat 98 (sembilan puluh delapan) desa dan 3 (tiga) kelurahan, serta sebanyak 27 desa/kelurahan (27 %) terletak di daerah pantai, dan 74 desa/kelurahan (73 %) berada di daerah bukan pantai/pegunungan.

Adapun batas administrasi Kota Gunungsitoli adalah :

• Sebelah Utara : Kecamatan Sitolu Öri (Kabupaten Nias Utara)

• Sebelah Timur : Samudera Indonesia.

• Sebelah Selatan : Kecamatan Gidö dan Kecamatan Hiliserangkai (Kabupaten Nias).

(2)
(3)
(4)

Tabel. 4.1. Luas Wilayah per Kecamatan di Kota Gunungsitoli Tahun 2013

Sumber : Gunungsitoli Dalam Angka 2014

4.2. DEMOGRAFI

Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, termasuk kebutuhan dalam bidang sosial dan ekonomi.

Kepadatan Penduduk Kota Gunungstoli Tahun 2013 berdasarkan angka Proyeksi adalah sebesar 276 jiwa per Km2. Bila ditinjau per kecamatan, kepadatan penduduk terbesar ada pada kecamatan Gunungsitoli yaitu sebesar 570 jiwa per km2. Hal ini menunjukan bahwa penduduk Kota Gunungsitoli cenderung bermukim di daerah Kecamatan Gunungsitoli. Untuk lebih jelas mengenai keadaan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel. 4.2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Tahun 2013

(5)

Jumlah penduduk Kota Gunungsitoli Tahun 2013 menurut angka proyeksi BPS Kota Gunungsitoli adalah sebesar 129.403 jiwa. Penduduk laki-laki pada tahun 2013 adalah sebanyak 63.298 jiwa dan penduduk perempuan adalah sebanyak 66.105 jiwa. Sex Ratio Kota Gunungsitoli adalah sebesar 95.76 persen, artinya jika ada 95 laki-laki di Kota Gunungsitoli maka ada 100 perempuan di Kota Gunungsitoli pada tahun 2013.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber : BPS Kota Gunungsitoli 2014

Piramida penduduk merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memberikan kesan visual yang cepat mengenai kelompok umur dan jenis kelamin penduduk disuatu wilayah. Piramida penduduk memiliki tiga bentuk umum. Ekspansif jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda, Konstruktif jika penduduk yg berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit, dan Stasioner jika banyaknya penduduk dalam kelompok termuda dan dewasa sama banyaknya.

Piramida Penduduk Kota Gunungsitoli adalah Ekspansif, yang berarti bahwa tingkat kelahiran Kota Gunungsitoli masih tergolong tinggi. Meskipun demikian, melalui piramida penduduk di bawah ini terlihat bahwa ada penurunan jumlah penduduk pada setiap kelompok umur berikutnya. Hal ini terutama disebabkan oleh faktor kematian dan faktor migrasi penduduk.

(6)

strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka. Pengukuran kemiskinan yang terpercaya (reliable) dapat menjadi instrumen yang baik bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada perbaikan kondisi hidup orang miskin.

Berdasarkan hasil pelaksanaan Survei Kota Gunungsitoli tahun 2012, jumlah penduduk miskin Kota Gunungsitoli mencapai 39,8 ribu jiwa, atau sekitar 30,84 persen dari jumlah total penduduk Kota Gunungsitoli, dengan garis kemiskinan sebesar Rp. 293.802, Angka ini berkurang bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 adalah sebesar 42,6 ribu jiwa atau sebesar 33,86 persen dari total jumlah penduduk Kota Gunungsitoli.

Pada tahun 2012, Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) dan indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) Kota Gunungsitoli adalah sebesar 5,47 dan 1,45. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan angka tahun 2011 yang sebesar 7,09 dan 2,15. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Ini berarti bahwa meskipun ada penurunan dalam jumlah penduduk miskin, namun masih banyak penduduk yang berada dalam kategori rawan miskin.

Tabel. 4.4. Jumlah Penduduk Miskin Kota Gunungsitoli

(7)
(8)

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Menurut Pertambahan Penduduk di Kota Gunungsitoli Tahun 2005-2010

2005- 2006- 2007- 2008-

2009-2006 2007 2008 2009 2010

1 Bawödesöl ö 0.08 0.21 0.12 0.25 20.99 4.33

2 Boyo - 0.33 - 0.32 35.76 7.28

3 Dahadanö Gawu- Gawu - 0.51 -0.25 0.26 8.65 1.83

4 Dahadanö Tabal oho - 0.26 - 0.26 8.34 1.77

5 Fadoro Lasara 0.14 0.14 0.21 0.29 28.77 5.91

6 Hi l i hao 0.13 0.13 0.20 0.26 14.81 3.11

7 Hi l i mbaruzö - 0.35 - 0.35 13.43 2.82

8 Hi l i naa 0.12 0.23 0.12 0.23 10.27 2.20

9 Iraonogeba - 0.25 0.13 0.25 7.60 1.64

10 Lasara Bahi l i 0.05 0.27 0.05 0.21 42.96 8.71

11 Löl öwönu Ni kootanö - 0.22 0.11 0.21 15.22 3.15

12 Madul a 0.09 0.26 0.09 0.17 28.65 5.85

13 Madol aol i - 0.38 - 0.38 11.89 2.53

14 Mudi k 0.05 0.25 0.05 0.22 (22.78) (4.44)

15 Mi ga 0.11 0.11 0.22 0.22 31.09 6.35

16 Moawö - 0.30 - 0.20 21.03 4.31

17 Omböl ata Ul u - 0.32 - 0.21 2.62 0.63

18 Onowaembo - 0.37 - 0.18 25.85 5.28

19 Onozi tol i Ol ora - - 0.31 - 17.24 3.51

20 Onozi tol i Si faoroasi 0.11 0.22 0.11 0.22 12.35 2.60

21 Saewe 0.14 0.14 0.20 0.27 38.43 7.84

22 Si fal aete Tabal oho 0.07 0.23 0.07 0.23 (19.47) (3.77)

23 Si fal aete Ul u 0.17 0.17 0.17 0.17 15.22 3.18

24 Si hareö II Tabal oho 0.12 0.12 0.24 0.24 3.15 0.78

25 Si mandraöl ö - 0.26 0.13 0.26 (18.49) (3.57)

30 Pasar Gunungsi tol i 0.08 0.21 0.11 0.23 3.73 0.87

31 Saombö 0.06 0.25 0.06 0.25 (6.54) (1.18)

32 Il i r 0.06 0.24 0.08 0.22 10.36 2.19

0.06 0.25 0.09 0.24 14.20 2.97

Kecamatan Gunungsitoli Selatan

1 Ononamöl ö I Lot - 0.06 -6.01 12.92 -7.09 -0.02

2 Fodo 0.04 0.04 -13.31 10.05 3.96 0.15

3 Faekhu 0.09 0.09 -8.63 29.87 -21.14 0.05

4 Löl öfaösö Tabal oho - 0.18 -1.76 3.41 31.42 6.65

10 Omböl ata Si menari 0.23 0.23 -2.09 2.14 16.05 3.31

11 Hi l i gara 0.18 0.18 -1.64 1.29 26.46 5.30

12 Luaha Laraga 0.17 0.34 -1.69 11.88 38.31 9.80

13 Si sobahi l i II Tanöseö 0.28 0.28 -2.50 3.13 3.87 1.01

14 Hi l i godu Ombol ata - 0.07 -6.81 8.62 12.83 2.94

15 Tetehösi Ombol ata 0.15 0.15 -1.47 1.80 7.06 1.54

Jumlah 0.09 0.17 -4.04 8.27 13.39 3.57

(9)

1 Afia 0.06 0.06 0.12 0.24 6.12 1.32

2 Lölöana’a Lölömoyo 0.10 0.10 0.50 0.30 17.00 3.60

3 Lasara Sowu 0.05 0.10 0.14 0.10 9.29 1.93

4 Teluk Belukar 0.16 0.08 0.24 0.16 9.11 1.95

5 Tetehösi Afia -0.11 0.05 0.37 0.32 17.45 3.62

6 Hambawa 0.06 0.19 0.13 0.19 2.52 0.62

7 Gawu - Gawu Bousö -0.14 0.09 0.19 0.19 9.28 1.92

8 Olora 0.20 0.14 0.20 0.40 23.12 4.81

9 Hilimböwö Olora 0.40 0.27 0.26 0.40 13.68 3.00

10 Hiligodu Ulu 0.16 0.31 0.31 0.62 20.43 4.37

0.09 0.14 0.25 0.29 12.80 2.71

Kecamatan Gunungsitoli Idanoi

1 Sifalaete 0.34 0.34 0.51 2.20 2.99 1.28

2 Hilimbawadesölö 0.16 -0.63 -0.63 1.27 6.88 1.41

3 Dahana 0.47 -0.31 0.31 0.31 89.03 17.96

4 Bawadesölö 9.98 0.40 22.29 0.99 (2.11) 6.31

5 Tuhegeo I 3.12 2.77 1.72 5.30 0.69 2.72

6 Simanaere 0.10 0.30 0.10 10.78 (33.42) -4.43

7 Humene 0.21 -0.10 -0.94 0.94 (42.52) -8.48

8 Siwalubanua II 1.74 1.91 0.39 0.69 0.88 1.12

9 Helefanikha 1.22 0.00 -1.20 6.42 7.34 2.76

10 Tetehosi I -3.47 0.18 -0.74 0.23 10.64 1.37

11 Fowa 6.65 2.31 3.16 2.41 7.26 4.36

12 Binaka 0.28 0.00 0.14 1.39 54.86 11.33

13 Idanötae 2.40 4.68 0.00 2.24 2.78 2.42

14 Tetehösi II -7.28 0.33 -1.31 1.65 46.18 7.91

15 Lölöanaa Idanöi 0.20 0.61 -1.83 0.62 236.34 47.19

16 Siwalubanua I 0.25 2.65 0.74 0.73 (5.83) -0.29

17 Hilihambawa -0.54 -11.81 -3.28 0.64 (1.62) -3.32

18 Awa’ai 1.06 0.53 -0.37 0.53 (0.30) 0.29

19 Lewuoguru Idanoi 2.03 8.91 -10.11 -10.81 30.37 4.08

20 Fadoro -3.80 -5.11 -2.69 -1.76 22.02 1.73

21 Hiliweto Idanoi 3.09 3.66 2.78 3.54 (3.52) 1.91

22 Hilimböwö Idanoi 0.18 0.00 0.36 1.25 5.28 1.41

23 Onowaembo 8.48 0.66 7.18 -7.45 (9.53) -0.13

24 Ombolata -4.89 7.71 2.98 1.54 0.57 1.58

25 Samasi -5.78 1.11 -0.80 0.40 (16.47) -4.31

26 Tuhegeo II -4.87 0.80 -2.38 -4.07 (0.17) -2.14

0.44 0.84 0.63 0.85 15.72 3.69

1 Nazalöu Alo’oa - 0.10 0.20 0.20 14.38 2.98

2 Nikootanö Dao - 0.10 0.10 0.19 53.53 10.78

3 Iraono Lase 0.13 0.00 0.13 0.13 2.29 0.53

4 Orahili Tanöseö 0.27 0.27 0.27 0.53 8.24 1.92

5 Tarakhaini - 0.21 0.42 0.42 29.14 6.04

6 Fadoro Hilimböwö - 0.28 0.27 0.27 2.73 0.71

7 Fadoro Yöu 0.14 0.14 0.28 0.14 18.27 3.79

8 Lölölawa 0.00 0.37 1.10 1.09 11.87 2.89

9 Nazalaöu Lölöwua 0.09 0.00 0.17 0.26 1.98 0.50

(10)

1 Tumöri - - - 0.10 6.36 1.29

Sumber : BPS Kota Gunungsitoli Tahun 2013

Dari hasil proyeksi jumlah poenduduk hingga akhir tahun perencanaan 2031 kepadatan pen duduk tertinggi akan terjadi di Kecamatan Gunungsitoli; Kecamatan Gunungsitoli Idanoi; dan Kecamatan Gunungsitoli Utara. Sedangkan untuk Kepadatan rendah akan tetap berada pada Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa dan Gunungsitoli Barat. Sehingga pada kedua Kecamatan ini akan sangat dimungkinkan untuk pengembangan perkotaan baru.

Tabel 4.6

(11)
(12)
(13)

No Nama Desa/Kelurahan Proyeksi Jumlah Penduduk

2011 2016 2021 2026 2031

19 Lewuoguru Idanoi 1.113 1259 1.425 1612 1824

20 Fadoro 977 1105 1.250 1415 1601

21 Hiliweto Idanoi 984 1113 1.260 1425 1612

22 Hilimböwö Idanoi 613 693 785 888 1004

23 Onowaembo 1.256 1421 1.607 1819 2057

24 Ombolata 542 613 694 785 888

25 Samasi 858 971 1.098 1243 1406

26 Tuhegeo II 604 683 773 874 989

Jumlah 24.519 27.741 31.386 35.511 40.177

Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa

1 Nazalöu Alo’oa 1.182 1.337 1.513 1.712 1.937

2 Nikootanö Dao 1.629 1.843 2.085 2.359 2.669

3 Iraono Lase 824 932 1.055 1.194 1.350

4 Orahili Tanöseö 417 472 534 604 684

5 Tarakhaini 631 714 808 914 1.035

6 Fadoro Hilimböwö 385 436 493 558 632

7 Fadoro Yöu 883 998 1.130 1.278 1.446

8 Lölölawa 319 361 408 462 522

9 Nazalaöu Lölöwua 1.215 1.374 1.555 1.759 1.990

Jumlah 7.485 8.468 9.581 10.840 12.264

Kecamatan Gunungsitoli Barat

1 Tumöri 1.063 1203 1.361 1.539 1.742

2 Tumöri Balöhili 748 847 958 1.084 1.226

3 Orahili Tumöri 785 888 1.005 1.137 1.287

4 Gada 900 1018 1.152 1.303 1.475

5 Lölömoyo Tuhemberua 1.114 1261 1.426 1.614 1.826

6 Sihareö Siwahili 832 942 1.065 1.205 1.364

7 Hilinakhe 517 584 661 748 847

8 Onozikhö 1.267 1433 1.622 1.835 2.076

9 Ononamölö II Lot 953 1079 1.220 1.381 1.562

Jumlah 8.180 9.254 10.470 11.846 13.403

Jumlah Total 133.640 151.201 171.070 193.550 218.984

(14)
(15)

4.3. KARAKTERISTIK WILAYAH

4.3.1. Topografi

Kondisi alam / topografi Kota Gunungsitoli pada umumnya berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan ketinggian dari permukaan laut berfariasi antara 0 – 800 m, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang, berbukit-bukit dan pegunungan. Mempunyai kemiringan lereng rata-rata 8% sampai 25%. Sedangkan daerah dataran dapat dijumpai sepanjang pantai timur dengan kemiringan 0-8%.

4.3.2. Kelerengan

Peta kemiringan lereng diturunkan dari peta topografi, karena penataan ruang dan peruntukannya banyak sekali ditentukan oleh kondisi kemiringan suatu wilayah, demikian juga pengembangan jaringan utilitas sangat dipengaruhi oleh besarnya kemiringan lereng ini.

4.3.3. Geologi dan Tektonik

Struktur geologi dan tektonik di Kota Gunungsitoli tidak berbeda dengan struktur geologi dan tektonik Pulau Nias yaitu berupa lipatan, sesar naik, sesar normal, sesar geser mendatar dan kelurusan. Struktur regional berarah barat laut tenggara (sejajar dengan arah memanjang pulau) dan kelurusan yang ditimbulkan oleh sesar naik lipatan. Beberapa sesar mendatar dan sesar normal berskala kecil berarah hampir Utara-Selatan. Struktur lipatan berupa antiklin dan sinklin dijumpai dibagian Utara, Timur, dan Selatan Kota Gunungsitoli. Sesar naik dijumpai dibagian barat merupakan batas formasi antara satuan tektonik dan formasi Lolomatua dan menunjukkan kemiringan bidang sesar 35 kearah Timur Laut. Sesar normal dijumpai dibagian utara, tengah dan timur memotong formasi Lolomatua dan Gomo. Kemiringan bidang sesar geser mendatar yang dijumpai ditengah dan sebelah selatan Kota Gunungsitoli menunjukkan bidang sesar hampir tegak. Sesar naik terjadi pada kompleks batuan ultrabasa dan batuan malihiu yang arah jurusannya berkisar dari barat laut, tengara dan barat daya, berlawanan dengan arah sesar pada umumnya. Pengangkatan di daerah ini terjadi akibat tumbukkan lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia yang terjadi dalam beberapa periode.

(16)

di Pulau Nias seperti yang terjadi pada tahun 1843,1861(8,5),tahun 1907, dan pada tanggal 26 Desember 2004 (8,9 SR).

Pada pembahasan ini yang akan diulas hanya terbatas pada potensi bencana alam geologi. Pulau Nias berpotensi bencana gempa bumi, tsunami dan tanah longsor. Potensi bencana alam geologi di Pulau Nias tersebut diakibatkan oleh kondisi geologi dan aktivitas tektonik yang telah berlangsung sejak Oligosen (sekitar 30 juta tahun lalu) sampai saat ini.

a. Bencana Gempa Bumi

Data kegempaan di empat wilayah Kabupaten/Kota Pulau Nias (Kabupaten Nias Utara, Nias Barat, Nias dan Kota Gunungsitoli) untuk kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2000 – 2009) memperlihatkan adanya aktivitas gempa yang cukup tinggi (Peta 1.4 seismisitas). Pusat-pusat gempa terutama terjadi di sepanjang pantai (barat-utara-timur) dan juga terjadi di daratan dengan kedalaman umumnya dangkal (< 60 km) dengan kekuatan magnitudo rata-rata berkisar 0 – 3,9 SR, sebagian berkekuatan 4 – 4,9 dan hanya beberapa berkekuatan 5 – 9,9 SR. Skala Intensitas gempa umumnya berkisar VI – IX MMI (Modified Mercalli Intenity) untuk kekuatan gempa 6 – 9 SR, untuk gempa bumi dengan kekuatan < 6 SR intensitas gempa lebih kecil dari skala V atau IV MMI.

Potensi bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi terutama disebabkan oleh adanya goncangan tanah (ground shaking), geseran tanah (ground faulting) dan gelombang pasang (tsunami). Besarnya goncangan saat terjadi gempa bumi ditandai oleh magnitudo atau besarnya kekuatan gempa, kedalaman dan jarak dari pusat gempa serta sifat fisik maupun struktur batuan dan sifat dari bangunan baik jenis, kualitas maupun umur bangunan.

(17)

1. Kawasan rawan bencana gempa bumi sangat tinggi, berada pada wilayah yang disusun oleh batuan yang bersifat lepas atau kurang kompak, yaitu endapan alluvial (Qa) dan terumbu karang dari Formasi Gunungsitoli (QTg). Kawasan ini terutama di Kecamatan Gunungsitoli utara, bagian timur (sepanjang pantai) Kecamatan Gunungsitoli dan Gunungsitoli Selatan.

(18)

b. Bencana Tsunami

Di wilayah Gunungsitoli, kawasan yang paling rawan terjadi tsunami adalah kawasan pantai timurnya dengan ketentuan bila terjadi gempa yang bersumber dari laut di bagian timur dengan kekuatan > 6,5/> 7 SR atau bila sumber gempa berasal dari bagian utara Pulau Nias dan dengan kekuatan yang lebih besar dari 8/9 SR. Hal lain yang juga mempengaruhi terjadi tsunami di sepanjang pantai adalah bentuk topografi serta bentuk pantainya, terutama pada pantai dengan topografi datar dan berbentuk teluk serta keberadaan sungai besar yang dapat memicu tingginya perluasan genangan tsunami. Berdasarkan hal-hal tersebut kawasan rawan bencana tsunami di Kota Gunungsitoli terutama di empat kecamatan khususnya di sepanjang wilayah pantainya, yaitu di :

1. Kecamatan Gunungsitoli Utara, seluruh kawasan dipantai timurnya. Keberadaan sungai besar yang bermuara kelaut menambah tingkat kerawanannya, yaitu sungai Sawo dan sungai Gamo.

2. Kecamatan Gunungsitoli, terutama dibagian tengah pantai timurnya atau di pantai sekitar kota Gunungsitoli. Bentuk pantai berupa teluk dapat memicu tingkat kerawanannya. Dibagian selatan dan sebagian utara dari pantai timur topografinya mulai berelief yang disusun oleh terumbu karang/koral (tidak datar), sehingga kemungkinan tsunami di kawasan tersebut lebih rendah.

3. Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, seluruh pantainya berupa dataran dipicu lagi oleh adanya sungai besar di bagian utara, yaitu sungai Idanoi, Sungai Ndraha Humene, dan Sungai Fowa;

4. Kecamatan Gunungsitoli Selatan, terutama di pantai bagian selatan dan bagian utara berupa dataran, sedangkan di bagian tengah adanya terumbu karang dengan topografi yang berelief mengurangi tingkat kerawanan tsunami.

c. Bencana Longsor / Pergerakan Tanah

Potensi gerakan tanah di Kota Gunungsitoli berdasarkan kondisi geologi dipengaruhi oleh kondisi stratigrafi batuan sedimen Formasi Lõlõmatua dan Formasi Gomo) yang terdiri dari perselingan perlapisan batupasir dibagian atas dan batu lempungan dibagian bawah.

(19)

topografi dengan kemiringan lereng yang besar, dan dipicu oleh curah hujan yang cukup tinggi, juga dapat terjadi longsor. Curah hujan di Kota Gunungsitoli tergolong dapat memicu terjadinya longsor atau sebesar 2500-3500 mm/thn.

Curah hujan yang juga tergolong tinggi dan goncangan gempa bumi yang memang sering terjadi di wilayah Pulau Nias serta adanya aktivitas manusia yang mengurangi kemampuan lahan menyerap air menjadi pemicu terjadiya gerakan tanah. Berdasarkan hal- hal tersebut, maka wilayah Kota Gunungsitoli yang rentan terhadap bencana longsor terutama di Kecamatan Gunungsitoli (terutama di Desa Sisarahili Sisambalahe bagian barat daya), Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa (di Desa Lõlõlawa) Kecamatan Gunungsitoli Barat (terutama di Desa Lõlõmoyo Tuhemberua), dan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi (terutama di Desa Hilimbawa Desõlõ, Desa Tetehõsi I, Desa Tetehõsi II) Kecamatan Gunungsitoli Selatan (di Desa Lõlõlakha, Desa Ombõlata Simanairi, Hiligodu, Onozitoli Tabaloho, Hiligara, Ononamõlõ I Lot) .

d. Banjir

Berdasarkan hukum air dan gravitasi, wilayah yang berpotensi banjir adalah daerah dataran yang relatif rendah. Menurut buku Inventarisir Geologi Teknik Daerah Kota Gunungsitoli dan sekitarnya (Direktorat Geologi Teknik, 2006), daerah banjir yang sering terjadi umumnnya pada pantai barat, timur dan selatan Pulau Nias. Di daerah timur pulau Nias kawasan rawan bencana banjir berada di daerah Kecamatan Gunungsitoli (daerah pasar Nou, Kelurahan Ilir) , Kecamatan Gunungsitoli Idanoi ( di Desa Hiliweto Idanoi, Desa Tetehõsi I, Desa Tetehõsi II, Desa Lõlõana’a, Desa Siwalubanua I), Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Selatan (di Desa Ononamõlõ I Lot, Luaha Laraga, Sihare’õ)dan Kecamatan Gunungsitoli Barat.

Khususnya daerah Gunungsitoli yang sering terkena banjir akibat meluapnya Sungai Nou (DAS Idanoi). Daerah yang sering terkena banjir ini pada bagian permukaannya dibentuk oleh lempung hingga pasir lanauan. Banjir yang disebabkan oleh luapan air sungai membentuk pola yang sebagian mengikuti aliran sungai dan sebagian lagi tak beraturan (braided). Banjir di Kecamatan Gunungsitoli Selatan (di desa Ononamõlõ I Lot) disebabkan karena adanya kegiatan penggalian tipe c disekitar sungai yang menyebabkan ketinggian bibir sungai rendah dan sungai menjadi dangkal.

4.3.4. Hidrologi

(20)

Sungai-sungai tersebut pada musim penghujan mempunyai debit air yang cukup besar, bahkan sampai menyebabkan banjir dan tingkat kelongsoran yang cukup tinggi, namun pada musim kemarau terdapat beberapa sungai yang mengalami kekeringan.

Terdapat beberapa pola aliran sungai di wilayah Kota Gunungsitoli yaitu pola aliran sungai perbukitan pada umumnya rectangular dan sub paralel, sedangkan aliran sungai dataran berpola anastomatik. Pada pola anastomik, sungai-sungai tidak berkembang baik oleh karena daerahnya landai, pola ini dijumpai di daerah pantai.

4.3.5. Sumber Daya Mineral/Bahan Galian

Sumber Daya mineral yang terdapat di Kota Gunungsitoli adalah bahan galian golongan C, berupa pasir dengan lokasi penambangan hampir disepanjang Sungai Idanoi, Sungai Miga Sebua, yang umumnya diusahakan oleh masyarakat. Selain bahan galian C, ada juga potensi sumber daya alam di Kota Gunungsitoli yang bisa dieksploitasi untuk dijadikan sebagai sumber bahan bakar, seperti Batu Bara. Potensi Batu Bara yang terdapat di Kota Gunungsitoli tersebar di 2 Kecamatan, yaitu Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa ( Desa Nazalõu Alo’oa (5000 Ha) , Desa Lõlõlawa (5000 Ha) dan Kecamatan Gunungsitoli Utara (Desa Hiligodu 1000Ha) yang masih belum berproduksi. Sumber daya alam berupa Batu/Batu Gunung di Kota Gunungsitoli tersebar di Kecamatan Gunungsitoli Barat ( Desa Tumõri Balõhili 3 Ha, Desa Lõlõmoyo Tuhemberua 5 Ha, Desa Onozikhõ 20 Ha) dan Kecamatan Gunungsitoli Utara ( Desa Tetehõsi Afia 20 Ha).

Sumber daya alam Batu Pasir dan kerikil, tersebar di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi (Desa Sifalaete 2 Ha), Kecamatan Gunungsitoli Selatan (Desa Onomõlõ I Lot 2 Ha, Desa Onozitoli Tabaloho 2 Ha), Kecamatan Gunungsitoli Utara (Bousõ 2 Ha, Lasara Sowu 3 Ha, Hilimbõwõ Olora 2 Ha). Untuk sumber daya alam batu bata tersebar di Kecamatan Gunungsitoli (desa Hili Na’a dan Onowaembo 5 Ha) dan Kecamatan Gunungsitoli Utara (Desa Teluk Belukar 0,5 Ha).

4.3.6. Guna Lahan

(21)

Tabel. 4.7. Guna Lahan Eksisting di Kota Gunungsitoli

No Kecamatan

Guna lahan eksisting

Hutan Mangrove RawaGambut Pantai BadanAir LahanTerbuka

Pertanian

1 Gunungsitoli Idanoi 2.114,35 - - - 33,56 0,62 3.180,77 184,03 - - - 5.513,33

2 Gunungsitoli Utara 553,81 151,74 100,05 7,50 70,22 9,74 4.482,25 347,19 103,43 0,78 - 5.826,70

3 Gunungsitoli 776,60 - - 0,27 15,20 13,90 3.042,04 52,79 - 2,09 4,70 3.907,58

4 Gunungsitoli Alo'oa 696,18 - - - 14,91 - 3.219,42 108,76 - - - 4.039,26

5 Gunungsitoli Barat 1.341,26 - - - 12,99 - 1.507,20 - 21,07 0,14 0,14 2.882,79

6 Gunungsitoli Selatan 2.505,34 - - - 40,60 21,09 1.440,87 115,46 78,09 - - 4.201,46

7.987,54 151,74 100,05 7,77 187,48 45,35 16.872,55 808,22 202,60 3,01 4,83 26.371,13

No Kecamatan

1 Kec. Gunungsitoli Idanoi 0,14 33,76 196,95 11,43 1,97 4,00 - 248,26

2 Kec. Gunungsitoli Utara 0,24 2,18 219,00 8,15 - 0,34 - 229,90

3 Kec.Gunungsitoli 3,64 13,41 498,63 22,33 56,59 13,35 2,70 610,64

4 Kec.Gunungsitoli Alo'oa 0,11 0,49 82,07 2,20 - 0,38 - 85,24

5 Kec.Gunungsitoli Barat - 1,24 89,08 3,94 - 0,31 - 94,57

6 Kec.Gunungsitoli Selatan 0,35 1,17 159,37 10,97 0,30 2,96 - 175,11

Jumlah 4,47 52,24 1.245,11 59,02 58,86 21,33 2,70 1.443,72

(22)
(23)
(24)

4.3.7. Klimatologi

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kota Gunungsitoli termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Sebagian besar wilayah berbatasan dengan lautan sehingga mempengaruhi pada suhu udara yang tergolong beriklim tropis.

Tabel .4.8. Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan, Kota Gunungsitoli Tahun 2011-2013

Sumber : Gunungsitoli dalam Angka 2014

4.4. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI

4.8.1. Aspek Sosial

a. Pendidikan

(25)

Berdasarkan data yang dihimpun dari dinas Pendidikan kota Gunungsitoli, jumlah sekolah Taman Kanak-kanak(TK)/Raudatul Athfal/Bustanul Athfal pada tahun 2012 adalah sebanyak 31 unit yang tersebar di 5 Kecamatan di Kota Gunungsitoli, yaitu kecamatan Gunungsitoli, Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Barat, Gunungsitoli Selatan dan Gunungsitoli Utara.

Tabel. 4.9. Banyak Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Gunungsitoli

(26)

b. Kesehatan

Peningkatan sarana dan prasarana maupun pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus terus diupayakan oleh pemerintah, karena sarana dan prasarana kesehatan tersebut sangatlah diperlukan oleh masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup.

Pada tahun 2013 Jumlah sarana kesehatan pemerintah di Kota Gunungsitoli ada sebanyak 227 unit, yaitu 1 Rumah Sakit Umum yang pengelolaannya masih dipegang oleh pemerintah Kabupaten Nias, 6 Puskesmas, 150 Posyandu, 16 Klinik/Balai Kesehatan, 18 Puskesmas pembantu, dan 36 Pos Kesehatan Desa. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, penambahan terjadi pada jumlah Klinik/Balai Kesehatan yaitu penambahan 2 unit Klinik.

Tabel. 4.10. Banyaknya Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Gunungsitoli

c. Agama

(27)

Tabel. 4.11. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Agama Yang dianut di Kota Gunungsitoli

Sumber : Gunungsitoli dalam Angka 2014

Tabel 4.12. Banyaknya Fasilitas Ibadah di Kota Gunungsitoli

Sumber : Gunungsitoli dalam Angka 2014

4.8.2. Aspek Ekonomi

a. Keuangan

Kota Gunungsitoli sebagai daerah otonom baru yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor : 47 Tahun 2008, secara efektif melaksanakan pengelolaan keuangan daerah mulai tahun anggaran 2010. Untuk tahun anggaran 2009 sumber keuangan daerah berasal dari hibah Kabupaten Nias sebagai daerah induk pemekaran dan bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

(28)

menggambarkan kinerja pertumbuhan pendapatan yang sesungguhnya, mengingat pencapaian pertumbuhan pendapatan pada tahun 2010 tidak dapat didasarkan dengan kondisi pendapatan tahun 2009. Keadaan ini disebabkan pendapatan daerah pada tahun 2009 sifatnya hibah dan belum mencakup keseluruhan daripada komponen pendapatan yang menjadi hak dan kewenangan daerah, sementara untuk tahun 2010 pendapatan daerah sudah memperhitungkan semua komponen dimaksud. Perkembangan pendapatan daerah kurun waktu dua tahun terkhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Pada tahun 2013 Anggaran Pendapatan Daerah Kota Gunungsitoli tercatat sebesar Rp. 432,64 milyar, yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 17 milyar, dana perimbangan sebesar Rp. 401,63 milyar, dan sisanya sebanyak Rp. 14,01 milyar adalah dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Adapun Anggaran pengeluaran daerah pada tahun tersebut adalah sebesar Rp. 451,37 milyar, yang terdiri atas belanja tidak langsung sebesar Rp. 206,36 milyar dan belanja langsung sebesar Rp. 245,01 milyar.

Tabel. 4.13. Perkembangan Pendapatan Daerah Kota Gunungsitoli Tahun 2009-2010

Pendapatan Asli Daerah - 15.944.415 4.161.904.317 2.663.494.261

Pajak daerah - - 697.564.288 411.734.837

Retribusi Daerah - 8.491.050 1.374.346.000 1.263.155.079.

Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah Yang dipisahkan

- - -

-Lain-Lain PAD yang sah - 7.453.365 2.089.994.029 988.604.344

Dana Perimbangan - - 143.285.161.510 138.967.930.459

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak - - 12.360.296.910 12.694.065.859

Dana Alokasi Umum (DAU) - - 100.936.064.600 100.936.064.600

Dana Alokasi Khusus (DAK) - - 29.988.800.000 25.337.800.000

1 2 3 4 5

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

6.500.000.000 3.551.932.755 23.386.285.000 18.198.406.786

Hibah 6.500.000.000 3.551.932.755 6.500.000.000 6.500.000.000

Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya

- - 2.400.000.000 2.270.734.286

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus -

-Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan

(29)

investasi, maupun untuk konsumsi. Berdasarkan data yang dihimpun dari Bank Indonesia, posisi pinjaman yang diberikan Bank Umum dan BPR per Dati II kepada Kota Gunungsitoli pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 38,50 milyar. Teridentifikasi bahwa modal tersebut sebanyak Rp. 8,87 milyar digunakan untuk keperluan modal kerja, sebanyak Rp. 5,58 milyar digunakan untuk investasi, dan sebanyak Rp. 24,06 milyar digunakan untuk keperluan konsumsi. Selain itu, tercatat pula posisi pinjaman yang diberikan Bank Umum dan BPR per Dati II kepada Kota Gunungsitoli, yang identifikasi sebagai pinjaman berdasarkan lapangan usaha dan pinjaman kepada bukan lapangan usaha, masing-masing sebesar Rp. 91,05 milyar dan Rp. 30,89 milyar.

Selain bank, lembaga keuangan lain yang lazim digunakan masyarakat untuk memperoleh bantuan modal adalah Pegadaian. Berdasarkan data PT Pegadaian (Persero) Cabang Gunungsitoli, pada tahun 2013 jumlah nasabah yang memakai jasa Pegadaian adalah sebanyak 40.809 nasabah orang dengan banyaknya pinjaman yang diberikan sebesar Rp.160,96 milyar. Koperasi juga merupakan lembaga keuangan yang turut mendukung perekonomian rakyat, sesuai dengan salah satu fungsi koperasi yaitu sebagai wadah partisipasi pelaku ekonomi kecil. Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli, pada tahun 2013 di Kota Gunungsitoli terdapat 204 buah koperasi yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Gunungsitoli.

(30)
(31)

b. PDRB

PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang memberikan petunjuk sejauh mana perkembangan dan struktur ekonomi suatu daerah dalam suatu kurun waktu.

Berdasarkan data statistik pada tahun 2013 PDRB atas dasar harga berlaku Kota Gunungsitoli adalah sebesar Rp. 2.927,31 milyar, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang berjumlah Rp. 2.543,60 milyar. Sektor yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Gunungsitoli adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dengan besar kontribusi sebesar Rp. 934,97 milyar, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 511,36 milyar, sektor konstruksi sebesar Rp. 403,21 milyar, sektor keuangan dan asuransi sebesar Rp. 392 milyar dan sektor pertanian sebesar Rp. 351,75 milyar. Sementara sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan memberi kontribusi sebesar Rp. 216,95 milyar, sektor industri pengolahan sebesar Rp 95,48 milyar, sektor listrik, gas air sebesar Rp. 13,23 milyar, dan sektor pertambangan dan penggalian memberi kontribusi sebesar Rp. 8,35 milyar. Pendapatan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku tahun 2013 adalah sebesar Rp. 22,11 juta.

Sementara untuk PDRB Gunungsitoli atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar Rp. 1.044,89 milyar, meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah Rp. 982,53 milyar. Pendapatan riil per kapita atas dasar harga konstan adalah sebesar Rp. 7,89 juta. PDRB atas harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun. Berdasarkan harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 adalah sebesar 6,35 persen, mengalami percepatan 0,02 persen bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang sebesar 6,33 persen.

Tabel. 4.15. PDRB Kota Gunungsitoli Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013 (Persentase)

(32)

Tabel. 4.16. Distribusi Presentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah)

Sumber : Kota Gunungsitoli dalam Angka 2014

Pengelolaan pendapatan daerah sangat terkait dengan penerimaan dari pada pendapatan daerah itu sendiri. Informasi yang akurat tentang tingkat penerimaan pendapatan daerah sangat menentukan optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah. Upaya-upaya yang dilakukan terhadap peningkatan pendapatan daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditempuh melalui berbagai kebijakan dan terobosan strategis sehingga secara bertahap proporsi Pendapatan Asli Daerah terhadap penerimaan pendapatan daerah akan mengalami peningkatan yang signifikan. Salah satu upaya strategis yang dilakukan terhadap peningkatan PAD adalah program intensifkasi dan ekstensifikasi terhadap wajib pajak dan retribusi daerah. Di sisi lain, intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan keuangan daerah pada hakekatnya sangat di pengaruhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang merupakan komponen dari pada PAD telah ditentukan jenis dan jumlahnya. Di samping itu ketentuan peraturan perundang-undangan juga secara tegas mengamanatkan bahwa setiap penerimaan pendapatan baru tersebut tidak memberatkan masyarakat dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menjadi tantangan dalam melaksanakan ekstensifikasi sumber-sumber penerimaan yang baru.Upaya-upaya yang dilakukan selama ini dalam meningkatkan PAD dari Retribusi dan pajak.

Potensi Ekonomi

(33)

Rerata Laju

Pertumbuhan Sektoral

* Sektor Industri dan Pengolahan * Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih * Sektor Perdagangan

* Sektor Jasa-Jasa

* Sektor Pertanian * Sektor Pertambangan dan Penggalian * Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

* Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Rerata Kontribusi

(Dalam hal ini digunakan pendekatan laju pertumbuhan ekonomi dan besaran kontribusi masing-masing sektor terhadapat PDRB). Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: sektor prima/cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), sektor berkembang /sektor maju tapi tertekan (high income but low growth), sektor potensial/berkembang cepat (high growth but income), dan sektor terbelakang/relatif tertinggal(low growth and low income). Persamaan dari analisis tipologi klassen ini dapat dilihat pada diagram berikut.

Metode Analisis Tipologi Klassen

Keterangan:

ri : Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Kabupaten) rn: Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Provinsi) Yi: Kontribusi Sektor i (Kabupaten)

Yn: Kontribusi Sektor i (Provinsi)

Klasifikasi Masing-Masing Sektor di Kabupaten Tapanuli Tengah Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen

Keterangan :

Ysektor = nilai sektor ke-i

YPDRB = rata-rata PDRB

rsektor = laju pertumbuhan sektor ke-i

Gambar

Gambar 4.1. Peta Orientasi Kota Gunungsitoli
Gambar 4.2. Peta Administrasi Kota Gunungsitoli
Tabel. 4.2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Raja Ampat, akhirnya proses penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan lagi, kemudian pada tanggal 23 April 2014 yang difasilitasi oleh Kapolres Kabupaten Raja

Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara adversity quotient dengan tingkat stres akademik pada dokter muda Fakultas Kedokteran

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sugihan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah faktor geografi fisik

Beberapa sifat penting lain dari Asam Humat dan Asam Fulvat yang berhubungan dengan perannya dalam memperbaiki kondisi tanah dan pertumbuhan tanaman adalah

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia rahmat dan nikmat-Nya serta petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul

Pada penyusunan skripsi Review Design Gedung Rektorat Universitas Widya Dharma Klaten untuk mengetahui dimensi struktur sesuai dengan Persyaratan Peraturan

Sementara itu pada kelompok pengeluaran lainnya terjadi kenaikan indeks, secara berturut-turut kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,91 persen; kelompok

Berdasarkan beberapa pelabuhan udara yang beroperasi hingga Juli 2016, frekuensi arus lalu lintas penumpang masih didominasi oleh pelabuhan udara Tjilik Riwut