• Tidak ada hasil yang ditemukan

15.PENYELIDIKAN PENDAHULUAN ENDAPAN BITUMEN PADAT DAERAH SIPUPUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "15.PENYELIDIKAN PENDAHULUAN ENDAPAN BITUMEN PADAT DAERAH SIPUPUS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN ENDAPAN BITUMEN PADAT DAERAH SIPUPUS

KABUPATEN TAPANULI SELATAN, PROVINSI SUMATERA UTARA

J.A. Eko Tjahjono

Kelompok Program Penelitian Energi Fosil

SARI

Daerah penyelidikan sebagian besar terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan

dan sebagian lagi termasuk Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera

Utara. Secara geografis terletak di antara 01

°

15’00” – 01

°

30’00” Lintang Utara dan

99

°

30’00” – 99

°

45’00” Bujur Timur. Lokasi penyelidikan terletak lebih kurang 30 km ke

arah Timurlaut Kota Sidimpuan,sebagai ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan.

Kegiatan penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat adalah salah satu

upaya dalam mendukung kebijakan diversifikasi energi. Endapan bitumen padat

didefinisikan sebagai batuan sedimen klastik halus biasanya berupa serpih yang kaya

kandungan organik dan dapat diekstraksi menghasilkan hidrokarbon cair yang

berpotensi ekonomis. Daerah Sipupus dan sekitarnya yang terletak pada Cekungan

Sumatera Tengah bagian barat diperkirakan mempunyai potensi endapan bitumen

padat.

Geologi daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Sumatera Tengah,

secara stratigrafi tersusun oleh batuan Pra Tersier dan Tersier. Batuan Pra Tersier

yaitu Kelompok Tapanuli berupa meta sediment batugamping berumur Karbon,

sedangkan Batuan Tersier terdiri atas Formasi Sihapas dengan Anggota Kanan

berumur Miosen Awal, Formasi Telisa dengan Anggota Sipupus berumur Miosen

Tengah, dan Formasi Petani berumur Miosen Akhir, serta endapan Recen berupa

alluvial sungai. Batulempung Karbonan pada Formasi Sihapas dan Serpih Batulanau

lempungan mengandung karbon fosil daun pada Formasi Telisa diperkirakan

merupakan batuan pembawa endapan bitumen padat.

Endapan

bitumen

padat

terbentuk pada suatu struktur sinklin dan antiklin berarah relatif Baratlaut-Tenggara..

Antiklin dan sinklin ini merupakan antiklin dan sinklin asimetris yang melandai kearah

timurlaut. Antiklin dan sinklin ini memanjang hampir mencapai batas-batas daerah

penyelidikan pada bagian barat dan tengah, yang umumnya mempengaruhi bentuk

struktur geologi batuan-batuan berumur Tersier.

(2)

tingkat kematangan minyak disekitar daerah tersebut diklasifikasikan sebagai sangat

matang atau Over Maturity.

PENDAHULUAN

Latar Belakang.

Mengingat terbatasnya

cadangan minyak bumi sebagai

sumber energi utama, serta

kecenderungan makin naiknya harga

minyak bumi di pasaran dunia, maka

pemerintah telah mencanangkan

kebijakan diversifikasi energi yaitu

mendorong penggunaan sumber

energi lain di luar minyak bumi seperti

yang telah diketahui selama ini, salah

satunya adalah endapan bitumen

padat. Endapan bitumen padat

didefinisikan sebagai batuan sedimen

klastik halus, biasanya berupa serpih

yang kaya akan kandungan bahan

organik dan bisa diekstraksi

meghasilkan hidrokarbon cair seperti

minyak bumi yang berpotensi

ekonomis, sehingga lazim juga disebut

dengan nama serpih minyak atau

serpih bitumen. Untuk merealisasikan

kebijakan pemerintah, yang

berdasarkan Undang-Undang

Pertambangan Nomor 4 Tahun 2010,

dan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi dari Pusat Sumber Daya

Geologi, serta ditunjang dengan

adanya dana dari Anggaran

Pemerintah (DIPA) Tahun Anggaran

2010, maka Pusat Sumber Daya

Geologi berkesempatan untuk

melakukan penyelidikan dan ekslporasi

mengenai endapan bitumen padat

tersebut.

Maksud dan Tujuan.

Kegiatan penyelidikan

pendahuluan endapan bitumen padat

dimaksudkan untuk memperoleh

informasi awal dari keadaan endapan

bitumen padat. Salah satu daerah yang

secara geologi diperkirakan

mengandung endapan bitumen padat

adalah disekitar daerah Sipupus,

Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi

Sumatera Utara. Dalam tahun

anggaran 2010 Pusat Sumber Daya

Geologi, Badan Geologi, Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral

melakukan kegiatan penyelidikan

pendahuluan endapan bitumen padat

di sekitar daerah tersebut, yang

bertujuan untuk mengetahui antara lain

mengenai lokasi dan koordinat

singkapan batuan, mengukur

ketebalan, kedudukan, penyebaran,

kualitas dan potensi sumberdaya dari

endapan bitumen padat serta

aspek-aspek geologi lainnya, yang dapat

menunjang penafsiran bentuk

geometris dari endapan bitumen padat

di daerah tersebut. Disamping itu

diamati juga kondisi sarana, pra sarana

dan kondisi lingkungan yang nantinya

dapat menjadi bahan pertimbangan

untuk tindak lanjut.

Lokasi Daerah Penyelidikan

(3)

dapat dicapai dengan kendaraan roda

empat dari Kota Medan menuju Kota

Padang Sidempuan dengan waktu

tempuh sekitar 10 jam., kemudian

dilanjutkan dengan kendaraan roda

empat menuju desa Sipupus dengan

jarak sekitar 40 km. Di lapangan

dilanjutkan dengan menggunakan

kendaraan roda dua dan berjalan kaki

(Gambar 1).

KONDISI GEOLOGI

Geologi Regional

Informasi mengenai geologi

regional di sekitar daerah penyelidikan

diperoleh berdasarkan publikasi Peta

Geologi Lembar Padangsidempuan

dan Sibolga, Sumatra, skala 1 :

250.000, terbitan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Bandung (J.A.

Aspden, W. Kartawa, dkk, 1982).

Lembar Padangsidempuan terletak di

bagian Utara Barat Pulau sumatera,

secara fisiografi dicirikan oleh dataran

dan kelompok perbukitan

bergelombang rendah dan terjal yang

mempunyai ketinggian hingga 1000 m.

Secara umum tatanan tektonik geologi

disekitar daerah penyelidikan terletak

pada Cekungan Sumatera Tengah

bagian barat, Cekungan ini adalah

merupakan suatu rangkaian blok

graben yang terjadi pada Awal Tersier,

akibat adanya respon tekanan dari

arah timur – barat. Secara fisiografi

geologi Cekungan Sumatera Tengah

tersebut pada bagian selatan dibatasi

oleh tinggian Bukit Tigapuluh, yaitu

yang membatasi Cekungan Sumatera

Tengah dengan Cekungan Sumatera

Selatan. Pada bagian barat dibatasi

oleh tinggian Bukit Barisan dan pada

bagian utara dibatasi oleh Tinggian

Asahan, sedangkan pada bagian Timur

dibatasi oleh Malaka Platform di Selat

Malaka.

Stratigrafi Regional.

Stratigrafi regional cekungan

tersebut terbentuk dari seri graben

yang terjadi pada Awal Tersier (Eosen

– Oligosen), yang diawali dengan

diendapkannya endapan klastik kasar,

disusul dengan endapan serpih,

lempung karbonan yang selanjutnya

disebut sebagai Formasi Pematang,

kemudian diatasnya diendapkan

endapan – endapan dari Sihapas Grup,

yang terdiri dari Formasi Menggala,

Bangko, Bekasap dan Formasi Duri

yang berumur Miosen Awal, kemudian

diendapkan Formasi Telisa pada

Miosen Tengah, yang mana umumnya

didominasi oleh endapan serpih,

batulanau lempungan dengan sisipan

karbonat dan batugamping.

Berdasarkan data seismik dan

biostratigrafi, mengindikasikan bahwa

setelah pengendapan dari Formasi

Telisa, terjadilah jeda dan tidak terjadi

pengendapan karena adanya kegiatan

tektonik dari Barisan ‘uplift’ disekitar

Miosen Tengah, kemudian diendapkan

endapan dari Formasi Petani yang

meterialnya bersumber dari Bukit

Barisan sampai pada pengendapan

oleh endapan Formasi Minas dan

endapan aluvial sekarang ini (Tabel 1).

Struktur Geologi Regional

(4)

graben yang berarah utara – selatan.

Struktur orde pertama umumnya

berarah baratlaut – tenggara, yang

berupa patahan utama jenis menganan

(right lateral strike slip fault). Struktur

yang terjadi pada zaman Neogen

umumnya berupa patahan orde dua

yang berarah utara – baratlaut sampai

arah utara, yang merupakan patahan

menganan dan sedikit patahan normal

yang berarah timurlaut, serta sumbu

sumbu lipatan yang berarah barat –

baratlaut sampai baratlaut. Sedangkan

patahan orde tiga umumnya berarah

utara – timurlaut, yang merupakan

patahan menganan.

Geologi Daerah Penyelidikan.

Geologi daerah penyelidikan

sebagian besar tersusun oleh batuan

berumur Tersier dan sebagian kecil

batuan Pra Tersier. Batuan Tersier

berumur Miosen hingga Pliosen

dengan komposisi sekitar 65%

mendominasi sebagian besar wilayah

penyelidikan sedangkan batuan Pra

Tersier tersingkap di bagian Baratdaya

yang menempati sekitar 10% daerah

penyelidikan, adapun sisanya sekitar

25% berupa endapan alluvial sungai.

Peta geologi berikut formasi batuan

atau satuan batuan yang menyusun

daerah penyelidikan dapat diamati

pada gambar 2.

Secara geologi formasi batuan

sedimen yang banyak mengandung

organik dapat terbentuk dalam

lingkungan pengendapan danau, laut

dangkal – neritik atau lagun. Batuan ini

biasanya merupakan sedimen klastik

halus, seperti serpih, napal, lanau atau

batulempung yang umumnya berwarna

gelap dan sering berasosiasi dengan

kandungan sisa-sisa tumbuhan, kayu

terarangkan atau mengandung karbon.

Batuan klastik halus berkarbon

dan adanya kandungan karbon fosil

daun yang terdapat di daerah

penyelidikan merupakan indikasi

terdapatnya endapan bitumen yang

terdapat pada Formasi Sihapas dan

Formasi Telisa di daerah tersebut,

meskipun di daerah ini umumnya

didominasi dengan batuan batuan yang

berfraksi kasar, seperti endapan

batulanau, endapan batupasir kasar

dan konglomerat.

Morfologi Daerah Penyelidikan.

Daerah penyelidikan umumnya

didominasi oleh kondisi perbukitan

terjal, bergelombang dan pedataran,

ketinggian daerah penyelidikan secara

umum berkisar dari 50 m sampai 1000

m di atas muka laut. Sesuai dengan

kondisi alamnya, sebagian lahan

merupakan lahan

pertanian/perkebunan dan sebagian

lagi ditutupi oleh hutan belukar primer

dan sekunder, hanya sekitar 40% saja

yang berupa dataran, yang umumnya

terletak pada bagian timur dan

timurlaut daerah penyelidikan yang

banyak dimanfaatkan sebagai lahan

perkebunan/pertanian serta sebagai

tempat tinggal penduduk.

Daerah penyelidikan dialiri oleh

4 buah sungai besar, yaitu Batang

Pane yang mengalir dari utara, Air

Sirumambe yang mengalir dari barat

dan Air Sihapas yang mengalir dari

barat serta Air Barumun yang mengalir

dari selatan, yang mana semua sungai

utama tersebut bertemu dan mengalir

menuju ke arah timur daerah

penyelidikan, sedangkan anak anak

sungai mengalir menuju sungai utama

dengan pola aliran dendritik.

Berdasarkan aspek

geomorfologi daerah penyelidikan

(5)

morfologi perbukitan bergelombang. 3.

Satuan morfologi perbukitan terjal.

Satuan morfologi pedataran,

umumnya terdapat pada bagian Timur

dan Timurlaut daerah penyelidikan,

yang menempati sekitar 40% daerah

penyelidikan, menyebar tidak merata

memanjang hampir berarah Utara -

Timur, yaitu disekitar pertemuan aliran

sungai utama, yang tediri dari endapan

aluvial sungai dan sebaran batupasir

dari Formasi Petani, umumnya

merupakan lahan perkebunan yang

umumnya berupa perkebunan kelapa

sawit, karet dan tempat pemukiman

penduduk. Mempunyai rata-rata

ketinggian sekitar 50 meter sampai 200

meter dari permukaan laut

Satuan

morfologi perbukitan bergelombang,

umumnya terdapat pada bagian

Tengah dan Tenggara daerah

penyelidikan yang menyebar hampir

berarah Baratlaut Tenggara,

menempati sekitar 35% daerah

penyelidikan, terletak di sekitar tekuk

lereng kaki gunung, terdiri dari

endapan batuan sedimen batuan

serpih gampingan dari Formasi Telisa

dan Anggota Sipupus, umumnya

berupa ladang yang ditanami singkong,

pohon buah-buahan dan lahan hutan

tanaman industri, sedikit perkebunan

serta pemukiman penduduk.

Mempunyai rata-rata ketinggian sekitar

200 meter sampai 500 meter dari

permukaan laut.

Satuan morfologi perbukitan

terjal, umumnya terdapat pada bagian

Selatan dan Baratdaya, yang

menyebar tidak merata, menempati

sekitar 25% daerah penyelidikan,

terletak di sekitar lereng pegunungan.

Terdiri dari batuan sedimen kasar dan

agak keras, yang berupa batupasir

Kuarsa konglomeratan dari Formasi

Sihapas, dan Anggota Kanan, serta

Anggota Batugamping yang berupa

endapan meta sedimen batugamping

dari Formasi Kuantan. Umumnya

berupa hutan primer, baik berupa

hutan lindung dan hutan konservasi,

tidak ditempati penduduk, mempunyai

rata-rata ketinggian antara 500 meter

sampai lebih dari 1000 meter dari

permukaan laut.

Stratigrafi Daerah Penyelidikan.

(6)

batuan yang ada di daerah

penyelidikan seperti tertera pada Tabel

2 sebagai berikut :

Anggota Batugamping (Pukul) :

Merupakan Bongkahan meta

batugamping dan marmer dari Formasi

Kuantan yang berumur Karbon.

Formasi Sihapas (Tms) : Terutama

terdiri dari batupasir kuarsa,

batulempung karbonan, batulanau dan

konglomerat. Dengan Anggota Kanan

(Tmsk), terdiri dari : Batupasir kuarsa,

kadang kadang glaukonitan.

Formasi Telisa (Tmt) : Terdiri dari

batulanau gampingan, batupasir

lanauan dan batulempung berkarbon.

Dengan Anggota Sipupus (Tmts),

terdiri dari : napal gampingan,

batupasir gampingan dan sedikit

batugamping, sebagian glaukonitan.

Formasi Petani (Tup) : Terdiri dari

lapisan batupasir kekuningan, kadang

karbonan terbioturbasikan, batulanau

dan setempat batupasir kasar.

Endapan Aluvium (Qh) : terdiri dari :

Lempung sungai, lanau, pasir dan

kerikil, termasuk tanah longsoran.

Struktur Geologi Daerah Penyelidikan.

Struktur geologi yang terdapat

pada daerah Penyelidikan yaitu

sebagian berupa graben pada

Cekungan Sumatera Tengah yang

disebabkan oleh adanya tekanan yang

berpengaruh terhadap sedimentasi

yang berumur Tersier, berupa jalur

besar graben seperti yang terlihat pada

bagian baratdaya daerah penyelidikan,

yang mana terdapat Horst dan Graben

dari Anggota Batugamping Formasi

Kuantan yang berumur Karbon dan

batuan Tersier yang berarah utara –

selatan. Struktur orde pertama di

daerah penyelidikan umumnya berarah

Baratlaut – Tenggara, yang berupa

patahan utama jenis menganan (right

lateral strike slip fault) dan lipatan yang

berupa antiklin dan sinlin utama yang

umumnya juga berarah baratlaut -

Tenggara. Struktur yang terjadi pada

zaman Neogen umumnya berupa

patahan orde dua yang berarah Utara

– Baratlaut sampai arah utara, yang

berupa patahan menganan dan sedikit

patahan normal yang berarah

TimurLaut, serta sumbu sumbu lipatan

yang berarah Barat – Baratlaut sampai

Baratlaut. Sedangkan patahan orde

tiga yang umumnya berarah Utara –

Timurlaut tidak ditemukan di daerah

penyelidikan.

HASIL PENYELIDIKAN

Pemetaan Singkapan Batuan

Hasil

penyelidikan

lapangan

pada umumnya merupakan hasil dari

pemetaan geologi permukaan,

dilakukan dengan cara mencari

singkapan batuan khususnya

singkapan-singkapan batuan sedimen

pada Formasi Sihapas dan Formasi

Telisa dengan mengikuti arah dan

kemiringan singkapan batuan.

Pengamatan singkapan batuan ini

dilakukan pada alur-alur sungai atau

sisi-sisi tebing terjal. Semua koordinat

lokasi singkapan ditetapkan dan

direkam dengan memakai alat ukur

GPS.

Hasil data pengamatan

singkapan batuan sedimen ini diplotting

dan digambarkan dalam peta lintasan

pengamatan batuan skala 1 : 50.000

dan diinterpretasikan pada keberadaan

kontak formasi batuan akibat

struktur-struktur geologi yang ada. Hasil akhir

pemetaan mengenai sebaran endapan

batuan sedimen tersebut, nantinya

dapat dilihat dalam Peta Geologi dan

sebaran batuan dalam sebuah buku

laporan akhir.

(7)

mengandung bitumen padat.

Berdasarkan sifat litologi, lingkungan

pengendapan dan kedudukannya di

daerah penyelidikan, batuan yang

diperkirakan mengandung bitumen

yaitu yang terdapat pada batulempung

dan batulanau yang menyerpih,

terutama yang berwarna gelap

kehitaman, dan terdapat pada satuan

perselingan batulanau dengan

batulempung yang terdapat pada

Formasi Sihapas dan Formasi Telisa.

Batuan sedimen tersebut diperkirakan

mengandung Bitumen padat, terutama

pada satuan batulanau dan

batulempung yang berwarna hitam

atau kehitaman. Sebaran

formasi-formasi batuan tersebut umumnya

terletak pada bagian utara, baratdaya

dan selatan daerah penyelidikan, yang

memanjang mulai dari bagian baratlaut

sampai tenggara. Daerah penyelidikan

(Gambar 3)).

Dari hasil pengamatan pada 44

lokasi data lapangan umumnya berupa

data singkapan batuan sedimen yang

berupa batulempung karbonan dan

sebagian serpih batulanau yang

diperkirakan mengandung bitumen,

yang telah di diskripsi mengenai tekstur

kondisi fisik dan ketebalan lapisan

batuannya. Data singkapan batuan

sedimen tersebut meliputi data lokasi

geografis ditemukannya singkapan,

bisa berupa nama desa atau sungai

disekitar singkapan tersebut.

Selanjutnya dilengkapi dengan kode

lokasi dan hasil pengukuran koordinat,

serta arah jurus dan kemiringan

maupun hasil pengamatan litologi dan

keterangan kondisi singkapan batuan.

Data lainya yaitu merupakan data-data

dari aspek geologinya. Data

Singkapan-singkapan batuan hasil

pengamatan dan pemetaan geologi

permukaan lapangan di daerah

penyelidikan tersebut telah

dittabulasikan dan dirangkum.

Data lapangan yang harus

diperhatikan yang berkaitan dengan

potensi endapan bitumen padat di

daerah penyelidikan yang tersingkap

berupa batuan berbutir halus

menyerpih, yang nantinya akan

dianalisis di laboratorium, yang

dianggap mewakili tipe batuan sedimen

dari Formasi Sihapas, Formasi Telisa

dan Anggotanya di daerah

penyelidikan adalah terdapat pada

lokasi-lokasi sebagai berikut :

1. Singkapan batuan pada lokasi

TS-03 terdapat di sungai Desa

Belimbing Julu, pada bagian barat

daerah penyelidikan ditemukan

singkapan batulanau gampingan

abu-abu kehijauan, interlaminasi halus

dengan batulempung napalan

mengandung karbon fosil daun secara

sporadis, tebal singkapan lebih besar

dari 4 meter, yang diperkirakan

termasuk dalam satuan batuan

Formasi Telisa.

2. Singkapan batuan pada lokasi

TS-04 terdapat di jalan Desa Belimbing

Julu, pada bagian barat daerah

penyelidikan ditemukan singkapan

batupasir kuarsa putih kemerahan,

berlapis tebal, dengan sisipan

batulanau menyerpih berwarna

abu-abu terang, tebal singkapan lebih besar

dari 9 meter, yang diperkirakan

termasuk dalam satuan batuan

Anggota Kanan Formasi Sihapas.

(8)

yang diperkirakan termasuk dalam

satuan batuan Formasi Sihapas.

4. Singkapan batuan pada lokasi

TS-15 terdapat di hulu Aek Songkap,

pada bagian tengah daerah

penyelidikan, ditemukan singkapan

batulanau gampingan abu-abu

kehijauan, interlaminasi halus dengan

batulempung napalan mengandung

karbon fosil daun secara sporadis,

tebal singkapan lebih besar dari 5

meter, yang diperkirakan termasuk

dalam satuan batuan Formasi Telisa.

5. Singkapan batuan pada lokasi

TS-18 terdapat di anak sungai Aek

Mangga, pada bagian selatan-tengah

daerah penyelidikan, ditemukan

singkapan batulanau gampingan

abu-abu kehijauan, interlaminasi halus

dengan batulempung napalan

mengandung karbon fosil daun secara

sporadis, tebal singkapan lebih besar

dari 6 meter, yang diperkirakan

termasuk dalam satuan batuan

Formasi Telisa.

6. Singkapan batuan pada lokasi

TS-21 terdapat di hulu Aek Mangga,

pada bagian selatan-barat daerah

penyelidikan ditemukan singkapan

batupasir kuarsa putih kemerahan,

berlapis tebal konglomeratan, dengan

sisipan batulanau menyerpih berwarna

abu-abu terang dan sisipan tipis

(>0,5m) batulempung karbonan. Tebal

singkapan lebih besar dari 15 meter,

yang diperkirakan termasuk dalam

satuan batuan Formasi Sihapas.

7. Singkapan batuan pada lokasi

TS-22 terdapat di hulu Batang Sihapas,

pada bagian barat-selatan daerah

penyelidikan ditemukan singkapan

batupasir kuarsa putih kemerahan,

berlapis tebal konglomeratan, dengan

sisipan batulanau menyerpih berwarna

abu-abu terang dan sisipan tipis

(>0,75m) batulempung karbonan.

Tebal singkapan lebih besar dari 12

meter, yang diperkirakan termasuk

dalam satuan batuan Formasi Sihapas.

8. Singkapan batuan pada lokasi

TS-32 terdapat di desa Aek Tolang,

pada bagian utara-barat daerah

penyelidikan, ditemukan singkapan

batupasir kasar gampingan abu-abu

kekuningan, berlapis sedang,

interbedding dengan batulanau

napalan, tebal singkapan lebih besar

dari 8 meter, yang diperkirakan

termasuk dalam satuan batuan

Anggota Sipupus Formasi Telisa.

9. Singkapan batuan pada lokasi

TS-33 terdapat di desa Tanjung

Beringin, pada bagian barat-tengah

daerah penyelidikan, ditemukan

singkapan batulanau gampingan

abu-abu kehijauan, interlaminasi halus

dengan batulempung napalan

mengandung karbon fosil daun secara

sporadis, tebal singkapan lebih besar

dari 3 meter, yang diperkirakan

termasuk dalam satuan batuan

Formasi Telisa.

10. Singkapan batuan pada lokasi

TS-35 terdapat di desa Soranggigit,

pada bagian utara daerah

penyelidikan, ditemukan singkapan

batupasir kasar gampingan abu-abu

kekuningan, berlapis sedang,

interbedding dengan batulanau

napalan, tebal singkapan lebih besar

dari 3 meter, yang diperkirakan

termasuk dalam satuan batuan

Anggota Sipupus Formasi Telisa.

(9)

mengandung bitumen yaitu semua

batuan berbutir halus, seperti

batulempung, batulanau dan napal

yang terdapat di daerah penyelidikan,

tanpa melihat dari hasil analisanya.

Maka untuk sementara ini yang

dianggap sebagai batuan berbitumen

adalah batu lempung karbonan yang

tersebar tidak banyak dari Formasi

Sihapas dan batulanau lempungan

menyerpih mengandung karbon fosil

daun yang tersebar cukup banyak dari

Formasi Telisa, yang posisinya

menyebar berarah baratlaut-tenggara

pada bagian barat daerah

penyelidikan.

Kualitas Bitumen Padat.

Pengambilan

contoh dilakukan

terhadap contoh singkapan serpih

batulanau dan batulempung karbonan

dari Formasi Sihapas dengan Anggota

Kanan dan Formasi Telisa dengan

Anggota Sipupus. Analisis dilakukan

untuk mengetahui karakteristik, kualitas

dan potensi bitumen padat. Analisis

yang dilakukan terdiri dari analisis

kandungan bitumen, meliputi analisis

petrografi organik dan retort. Analisis

petrografi organik dilakukan untuk

mengetahui tipe kandungan organik

yang terkandung di dalam batuan,

termasuk jenis dan kelimpahannya.

Tingkat kematangan batuan diperoleh

dari hasil analisis petrografi organik

berdasarkan nilai reflektansi maseral

vitrinit. Banyaknya kandungan minyak

di dalam batuan dapat diketahui

berdasarkan analisis retort. Sebaiknya

dilengkapi juga dengan analisis

geokimia yang dilakukan untuk

mendukung evaluasi potensi

hidrokarbon, terutama untuk

mengetahui jumlah, tipe kerogen dan

tingkat kematangan batuan induk

melalui analisis kandungan TOC dan

pirolisis Rock-Eval. Contoh

batulempung karbonan dan serpih

batulanau yang dianggap dapat

mewakili kualitas kandungan bitumen,

diambil dari beberapa singkapan yang

dianggap dapat mewakilinya,

Hasil analisis bakar (Retort

Analysis) pada 10 contoh serpih

batulanau lempungan dari Formasi

Telisa dan batulempung karbonan dari

Formasi Sihapas di daerah

penyelidikan adalah seperti tertera

pada tabel 3 sebagai berikut :

Hasil analisis retort di daerah

penyelidikan menunjukkan bahwa

kandungan minyak pada lapisan

batuan di daerah penyelidikan adalah

kosong, hal ini menunjukkan bahwa

kandungan minyak yang terdapat pada

lapisan batuan memang tidak ada atau

telah bermigrasi dan menghilang. Hal

ini terlihat dengan terdapatnya lapisan

batulempung karbonan yang berwarna

abu-abu kehitaman yang seharusnya

merupakan tanda adanya kandungan

material organik yang melimpah, tapi

kandungan minyaknya kosong, untuk

itu dapat di kroscek dengan hasil

tingkat kematangan dari analisis

petrografi batuan, yaitu dengan melihat

hasil besaran relektan dari maseral

vitrinit pada material organik yang ada

di batuan sedimen dari Formasi

Sihapas dan Formasi Telisa di daerah

tersebut.

(10)

sebesar 0,29 dan 0,21, yang

menunjukan bahwa nilai

kematanganya masih dibawah Oil

Window, akan tetapi kandungan

material organiknya sangat kecil dan

tidak mengandung liptinit. Adapun hasil

analisis petrogafi organik dari lapisan

batulempung karbonan Formasi

Sihapas dari contoh batuan 10,

ST-21, dan ST-22, menunjukan nilai

reflektan vitrinit sebesar 0,67; 0,81; dan

0,95, maka hal ini menunjukan bahwa

tingkat kematangan dari lapisan

batulempung karbonan Formasi

Sihapas adalah sangat tinggi atau

sangat matang (Over Maturyti), oleh

karena itu kandungan minyak yang

terdapat dalam batulempung karbonan

tersebut telah bermigrasi atau telah

menghilang, sehingga kandungan

minyak pada batuan tersebut nihil.

Sumberdaya Bitumen Padat.

Penghitungan sumberdaya

bitumen padat dilakukan terhadap

lapisan batuan yang diperkirakan

mengandung bitumen padat, yaitu

pada lapisan batulempung karbonan

dari Formasi Sihapas dan lapisan

serpih batulanau lempungan dari

Formasi Telisa, dengan kriteria cara

perhitungan sebagai berikut

: P =

Panjang lapisan ke arah jurus dihitung

hingga 500 m dari singkapan terluar. L

= Lebar lapisan ke arah kemiringan

dihitung hingga kedalaman 50 m. T =

Ketebalan lapisan dianggap ketebalan

singkapan rata-rata. BJ = SG = Berat

Jenis bitumen padat diperoleh dari

hasil analisis laboratorium.

Sumberdaya = P x L x T x BJ.

Berdasarkan kriteria di atas diperoleh

hasil perhitungan sumberdaya tereka

batuan di daerah tersebut, yang

dirangkum dalam tabulasi perhitungan,

yaitu sumberdaya tereka pada lapisan

batulempung karbonan Formasi

Sihapas (Tabel 4) dan serpih batulanau

lempungan dengan berat jenis rata-rata

2,17 pada Formasi Telisa (Tabel 5)

sebagai berikut :

Berdasarkan pengamatan sifat

fisik dan struktur singkapan batuan di

lapangan, maka dibuat suatu

rekontruksi mengenai korelasi

singkapan batuan yang diperkirakan

mengandung endapan bitumen.

Berdasarkan rekontruksi dari sifat fisik

dan struktur batuan, maka jumlah

lapisan batuan ini didapat 2 lapisan

batulempung karbonan pada Formasi

Sihapas, dan terdapat 6 lapisan

batulanau lempungan pada Formasi

Telisa. Untuk itu dapat dihitung

sumberdaya batuan sampai kedalaman

50 meter. Batuan yang diperkirakan

mengandung bitumen padat, yaitu

sebesar 400.000 Ton lapisan

batulempung karbonan pada Formasi

Sihapas, dan 30.295.370 Ton sepih

batulanau lempungan pada Formasi

Telisa.

Jadi di daerah ini dengan

tingkat penyelidikan pendahuluan yang

dilakukan terdapat sumberdaya minyak

sebesar nol barrel, atau dengan kata

lain bahwa kandungan minyak tersebut

telah bermigrasi atau hilang.

Prospek

Pemanfaatan/Pengembangannya

(11)

Sihapas dan Formasi Telisa hanya

dapat diteliti sebagai batuan yang

bertekstur kasar yang mana sangat

baik dikondisikan sebagai batuan

resevoir sebagai jebakan minyak, oleh

karena itu harus diselidiki lebih rinci

tentang struktur antiklin yang banyak

terdapat di sekitar daerah penyelidikan

tersebut, diharapkan di daerah tersebut

telah terdapat jebakan minyak pada

batuan reservoir tersebut, dengan

source hidrocarbon dari batuan yang

berada dibawah Formasi Sihapas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

1. Diperkirakan endapan

bitumen padat terdapat pada lapisan

batulempung karbonan, warna abu-abu

kehitaman kusam, yang berupa sisipan

lapisan lensa dari Formasi Sihapas,

tersebar memanjang pada bagian

baratdaya daerah penyelidikan, akan

tetapi dari hasil analisis retort, tidak

terdapat adanya kandungan minyak

pada lapisan batuan tersebut.

2. Selain itu, endapan bitumen

padat diperkirakan juga terdapat pada

interlaminasi serpih batulanau

lempungan yang mengandung karbon

fosil daun dan sisa tumbuhan,

berwarna abu-abu kehijauan dari

Formasi Telisa, tersebar ke arah

baratlaut-tenggara pada bagian tengah

daerah penyelidikan, akan tetapi dari

hasil analisis laboratorium, juga tidak

terdapat adanya kandungan minyak

pada lapisan batuan tersebut.

3. Ketebalan singkapan lapisan

batulempung karbonan berkisar dari

0,5 meter sampai 0,75 meter, dengan

kemiringan lapisan berkisar 30

0

.

Sedangkan ketebalan singkapan serpih

batulanau lempungan yang

mengandung karbon fosil daun

berkisar dari 3 meter sampai 7,5 meter,

dengan kemiringan lapisan berkisar 15

0

- 45

0

. Arah jurus lapiasan batuan

umumnya berarah baratlaut-tenggara.

4. Zona sebaran korelasi antar

singkapan batuan, sementara ini

berdasarkan ciri fisik dan struktur

batuan serta kelurusan sebaran lapisan

batuan, maka zona sebaran lapisan

batulempung karbonan pada Formasi

sihapas yaitu ada 2 lapis. Sedangkan

zona sebaran lapisan serpih batulanau

lempungan pada Formasi Telisa yaitu

ada 6 lapis.

5. Hasil analisis contoh batuan

dari laboratorium menunjukkan bahwa

kandungan minyak yang terdapat pada

lapisan batuan pada Formasi Sihapas

dan Formasi Telisa adalah nihil, maka

sumberdaya batuan yang diperkirakan

mengandung bitumen padat hanyalah

berupa endapan batulempung

karbonan dan interlaminasi serpih

batulanau lempungan yang

mengandung karbon fosil daun.

Lapisan batuan tersebut dapat dihitung

sumberdayanya, yaitu yang berupa

endapan batulempung karbonan pada

Formasi Sihapas sebesar 400.000 Ton

dan endapan serpih batulanau

lempungan pada Formasi Telisa

sebesar 30.295.370 Ton.

Saran :

(12)

bermigrasi atau menghilang. Untuk itu,

pengembangan eksplorasi di daerah

tersebut yaitu tetap melakukan

eksplorasi mengenai potensi adanya

antiklin jebakan minyak, karena lapisan

batuan didaerah tersebut berupa

lapisan batuan berfraksi kasar yang

berselingan dengan lapisan batuan

berfraksi halus yang bertindak sebagai

seal atau Cup rock, sedangkan source

hydrocarbon yang diperkirakan berasal

dari migrasi dari formasi batuan yang

berada dibawah Formasi Sihapas.

DAFTAR PUSTAKA

Abiratno Wongsosantiko, 1976, Lower Miocene Duri Formation Sands, Central

Sumatra Basin, Proceedings IPA, hal 133 – 150, Fifth Annual Convention. Jakarta.

Aspden J.A, Kartawa W, dkk, 1982, Geologi Lembar Padang Sidempuan dan

Sibolga, Sumatra, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

De Coster G.L, 1974; The Geology of The Central and South Sumatera Basin,

Proceding IPA, Third Annual Convention. Jakarta.

Herman Darman and Hasan Sidi F, 2000, The Geology of Indonesia,

Indonesian Association of Geologists, Jakarta.

Hutton, A.C., 1987, Petrographic Classification of Oil Shale, International

Journal of Coal Geology, p. 203-231, Amsterdam.

Hutton, A.C., Kanstler, A.J., Cook, A.C., 1980, Organic Matter in Oil Shales,

APEA

Journal, vol. 20, p 44-62, University of Wollongong, N.S.W., Australia.

Mark P.; Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Publikasi Keilmuan Seri Geologi,

Pusat Jawatan Geologi, Bandung.

Teh Fu Yen and George V. Chilingarian.;1976, Introduction to Oil Shale,

Developments in Petroleum Science Vol 5, Amsterdam.

(13)

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan, di Daerah Sipupus dan sekitarnya,

Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara.

Gambar 2. Peta geologi di Daerah Penyelidikan Pada Peta Geologi

Lembar Padangsidempuan dan Sibolga, Sumatera.

Lokasi

Pukul Tms

Tmsk

Tmt Qh

(14)

Gambar 3. Peta geologi dan Lokasi Pengamatan Batuan di Daerah Penyelidikan.

(15)

Tabel 2. Stratigrafi Formasi Batuan di Daerah Penyelidikan

Zaman Kala Formasi

Keterangan

Endapan

Kwarter

Holosen Qh Qh: Lmpung,lanau,pasir,krikil Aluvial

Plistosen

Tup Fm. Petani (Tup) : Batupasir kasar, bioturbasi, Batulanau abu-abu kekuningan.

Marin - Paralik

Tersier

Pliosen

M

i

o

s

e

n

Akhir

Tengah

Tmt Tmts

Fm. Telisa (Tmt) : Bt.Lanau Berkarbon, gampingan.

Ang.Sipupus Fm.Telisa (Tmts)

Marin - Litoral

Awal

Tmsk Tms

Ang.Kanan Fm.Sihapas (Tmsk) Fm. Sihapas (Tms): Btps kwarsa Konglomerat, Lp.Karbonan.

Fluviatil - Deltaik

Pr

Tersier

Karbon

Pukul Ang.Bt.Gamping Fm.Kuantan Litoral

Tabel 3. Hasil Analisis Retort Contoh Batuan di Daerah Penyelidikan

No.

Kode Contoh

Kandungan (L/Ton)

Specific Graviy

Air

Minyak

Batuan

Minyak

1. TS-03 70 - 2,10 -

2. TS-04 90 - 2,52 -

3. TS-10 100 - 2,35 -

4. TS-15 70 - 2,25 -

5. TS-18 80 - 2,17 -

6. TS-21 140 - 2,14 -

7. TS-22 110 - 2,44 -

8. TS-32 130 - 1,85 -

9. TS-33 150 - 2,15 -

(16)

Tabel 4. Penghitungan Sumberdaya Tereka Batulempung Karbonan

Pada Fm. Sihapas di Daerah Penyelidikan.

N0.

Kode

Lokasi

Lapisan batuan ( m ) Berat

Jenis

Sumberdaya

Batuan

( Ton ) Panjang Lebar Tebal

1. TS –10 1000 100 0,50 2,35 117.500

2. TS –21 1000 100 0,75 2,14 160.500

3. TS - 22 1000 100 0,50 2,44 122.000

Jumlah Sumberdaya Tereka Batulempung Karbonan

400.000

Tabel 5. Penghitungan Sumberdaya Serpih Batulanau Lempungan

Pada Fm. Telisa di Daerah Penyelidikan.

N0. Kode

Lokasi

Lapisan Batuan ( m )

Berat Jenis

Sumberdaya

Batuan

( Ton ) Panjang Lebar Tebal

1. TS – 02 1000 193,0 3 2,17 1.256.430

2. TS – 03 1000 77,7 4 2,17 674.436

3. TS – 14 1000 193,0 7 2,17 2.931.670

4. TS – 15 1000 287,4 5 2,17 3.118.290

5. TS – 16 1000 193,0 6 2,17 2.512.860

6. TS – 17 1000 287,4 4 2,17 2.494.632

7. TS – 18 1000 287,4 6 2,17 3.741.948

8. TS – 26 1000 118,2 5 2,17 1.282.470

9. TS – 33 1000 193,0 3 2,17 1.256.430

10. TS – 34 1000 193,0 4 2,17 1.675.240

11. TS – 36 1000 146,2 3 2,17 951.762

12. TS – 37 1000 118,2 6 2,17 1.538.964

13. TS – 38 1000 287,4 3,5 2,17 2.182.803

14. TS – 39 1000 287,4 7,5 2,17 4.677.435

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan, di Daerah Sipupus dan sekitarnya,
Gambar 3. Peta geologi dan Lokasi Pengamatan Batuan di Daerah Penyelidikan.
Tabel 2. Stratigrafi Formasi Batuan di Daerah Penyelidikan
Tabel 4. Penghitungan Sumberdaya Tereka Batulempung Karbonan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari kegiatan ini menjadi bahan pendukung untuk melakukan langkah pelestarian Cagar Budaya Bawah Air yang nantinya akan berdampak langsung kepada masyarakat,

LAMPUNG 1439 H / 2018 M.. perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Keberhasilan suatu institusi atau perusahaan ditentukan oleh dua faktor utama

Maka bersama ini kami mengundang Saudara untuk hadir pada pembuktian kualifikasi, klarifikasi dan negosiasi harga yang akan dilaksanakan pada :. Menunjuk hasil Evaluasi dan

Peneliti memilih jenis penelitian kuantitatif karena pendekatan ini dianggap tepat untuk menggambarkan “Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Komitmen

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar PLTGU yang diproyeksikan pada tahun 2050 sudah 100% menggunakan gas, kondisi infrastruktur gas di wilayah Jawa-Bali diasumsikan sudah

Peneitian ini dilatarbelakangi karena belum pernah menggunakan Media E-learning, selama ini proses belajar mengajar yang di lakukan di kelas masih menggunakan

Kepada para sponsor, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Pengprov Kepri, PLN Batam, Management Hotel Golden View dan berbagai pihak yang mendukung kegiatan ini yang tidak

Tim Koordinator di tingkat pusat melakukan evaluasi pelaksanaan program di tingkat pusat dengan mempertimbangkan masukan dari hasil monitoring/ pemantauan yang dilakukan di