2.1 Wilayah Administrasi
Kabupaten Kolaka Utara merupakan bagian dari wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang No
29 tahun 2003 tentang Pemebntukan Kabupaten Bombana, Wakatobi, Kolaka Utara di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis Kabupaten Kolaka Utara berada pada
koordinat 02O00’ – 05O00’ Lintang Selatan dan 120O45’ – 121O60’ Bujur Timur, mencakup
luas daratan dan pulau-pulau kecil seluas ± 3.391,62 Km². Selain itu, juga memiliki wilayah
perairan laut membentang sepanjang Teluk Bone, seluas + 12.376 Km2, dengan batas-batas
sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Luwu Timur (Provinsi Sulawesi Selatan).
Timur : Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka
Barat : Perairan Teluk Bone
Selatan : Kabupaten Kolaka dan Perairan Teluk Bone
Dilihat dari letak geografisnya, wilayah Kabupaten Kolaka Utara ini memiliki prospek
pengembangan yang sangat strategis, karena selain berada pada jalur lintasan ekonomi
regional (Jalan Trans Sulawesi) juga berbatasan langsung dengan wilayah Sulawesi Selatan
yang merupakan wilayah paling berkembang dan menjadi barometer kemajuan di Kawasan
Timur Indonesia (KTI). Untuk wilayah Kabupaten Kolaka Utara ini akses terhadap wilayah
Sulawesi Selatan dapat dicapai melaui dua alternatif moda transportasi, yaitu melalui jalur
darat (Jalan Trans Sulawesi) dan jalur laut melalui Pelabuhan Tobaku di Lasusua dan
Pelabuhan Sapoiha (Lapai) ke Pelabuhan Siwa di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi
Selatan. Kondisi yang berkembang saat ini menunjukkan kecenderungan bahwa intensitas
pergerakan (barang maupun orang) ke wilayah Utara (Sulawesi Selatan) jauh lebih tinggi
dibanding ke wilayah Selatan (Kendari).
Secara administratif, Kabupaten Kolaka Utara mempunyai luas 3.391,62 km2 yang
terbagi dalam 15 (Lima Belas) kecamatan dan 133 (Seratus Tiga Puluh Tiga)
desa/kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Porehu dengan luas 647,23 km2
atau 19,08.% dari luas Kabupaten Kolaka Utara, Sedangkan yang memiliki wilayah terkecil
adalah Kecamatan Katoi dengan luas 81,92 km2 atau 2,42% dari luas Kabupaten Kolaka
BAB
Utara. Selengkapnya Luas wilayah Kabupaten Kolaka Utara dapat dilihat pada Tabel-2.1
dan Gambar-2.1.
Tabel 2.1
Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Kolaka Utara
No KECAMATAN Ibukota Luas Wilayah Jumlah Kelurahan
Km² % Desa
1 Rante Angin RanteAngin 189,92 5,60 6 1
2 Wawo Wawo 234,99 6,93 7 -
3 Lambai Lambai 162,74 4,80 7 -
4 Lasusua Lasusua 287,67 8,48 11 1
5 Katoi Katoi 82,64 2,44 6 -
6 Kodeoha Mala-Mala 250,49 7,39 11 1
7 Tiwu Tiwu 81,92 2,42 7 -
8 Ngapa Lapai 149,18 4,40 11 1
9 Watunohu Watunohu 109,99 3,24 8 -
10 Pakue Olo-oloho 313,25 9,24 10 1
11 Pakue Tengah Latali 191,82 5,66 10 -
12 Pakue Utara Pakue 131,25 3,87 9 -
13 Batu Putih BatuPutih 374,95 11,06 10 1
14 Porehu Porehu 647,23 19,08 8 -
15 Tolala Tolala 183,58 5,41 6 -
Kabupaten Kolaka
Utara
Lasusua 3391,62 100 127 6
Gambar 2.1
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten/Kota
Pola ruang nasional Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, disebutkan salah
satunya adalah Kawasan Strategis Nasional (KSN). KSN adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kabupaten
Kolaka Utara (dengan ibukotanya Lasusua) di dalam RTRWN terbaru sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) dalam mendukung Kota Kendari sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN). Potensi daerah dalam subsektor perkebunan telah menjadi komoditas ekspor bagi
wilayah ini sebagai salah satu faktor penentunya. Adapun Potensi Lain Yang Ada Di
kabupaten Kolaka Utara adalah Subsektor Perkebunan, Subsektor perikanan laut,
Subsektor pertambangan Dan Subsektor pariwisata.
2.3 Demografi dan Urbanisasi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk di
Kabupaten Kolaka Utara sampai dengan tahun 2012 berjumlah 130.531 jiwa, yang terdiri
dari 67.304 jiwa penduduk laki-laki dan 63.227jiwa penduduk perempuan. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Kolaka Utara berbeda-beda untuk setiap kecamatan. Kepadatan
penduduk rata-rata di Kabupaten Kolaka Utara pada tahun 2012 berkisar 38.49 jiwa/km2.
Kecamatan Ngapa memiliki kepadatan 129 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan
kepadatan tertinggi di Kabupaten Kolaka Utara Sedangkan Kecamatan Porehu memiliki
kepadatan penduduk 11.35 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan
terendah. Selengkapnya jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Kolaka Utara dapat
Tabel 2.2
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kolaka Utara
No Kecamatan
Luas
(Km2)
Penduduk (Jiwa) Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Rante Angin 189.92 2847 2641 5488 28.89
2 Wawo 162.74 2861 2885 5746 35.30
3 Lambai 234.99 2951 2705 5656 24.06
4 Lasusua 287.67 12697 12049 24746 86.02
5 Katoi 82.64 3229 3005 6234 75.43
6 Kodeoha 250.49 5534 5339 10873 43.41
7 Tiwu 81.92 2102 2034 4136 50.49
8 Ngapa 149.18 9965 9295 19260 129.11
9 Watunohu 109.99 3156 3061 6217 56.52
10 Pakue 313.25 4890 4649 9536 30.44
11 Pakue
Tengah
131.25 3141 3069 6210 47.31
12 Pakue Utara 191.82 3918 3588 7506 39.13
13 Batu Putih 374.95 4053 3903 7956 21.22
14 Porehu 647.23 4003 3307 7310 11.29
15 Tolala 183.58 1643 1436 3079 16.77
Jumlah 3391.62 66.990 62.963 129.953 38.32
Tabel 2.3
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Jenis dan Kecamatan
Kecamatan
SubSub District
Jenis Penyandang Kesejastraan Sosial
Type of Receiving Social Aids
Masyarakat
Sumber / Source : Dinas SosialKabupaten Kolaka Utara
Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Kolaka Utara dipengaruhi oleh
pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang dan peduduk keluar (migrasi).
Berdasarkan data penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2012 sampai tahun 2015 sebesar 3.72 %. Laju pertumbuhan penduduk
terbesar terdapat di Kecamatan Tolala sedangkan untuk laju pertumbuhan terkecil terdapat
di Kecamatan Watunohu. Untuk Lebih jelas mengenai laju pertumbuhan penduduk
Tabel 2.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kolaka Utara 3 Tahun Terakhir
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laju Pertumbuhan
Sumber: Kolaka Utara Dalam Angka
2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
2.4.1 Data Perkembangan PDRB Dan Potensi Ekonomi
1. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada klasifikasi secara garis besar sektor ini terbagi atas lima kelompok kegiatan
utama yaitu: usaha perbankan dan moneter (otoritas meneter), lembaga keuangan bukan
bank, jasa penunjang keuangan, usaha persewaan bangunan dan tanah, serta jasa
perusahaan. Sektor ini disebut sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan
utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan
Tabel 2.5
Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Kab. Kolaka Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2011-2013
(%)
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3.19% 3.34% 5.35%
Sumber : PDRB Kolaka Utara 2011-2013, BPS
Dengan membaiknya perekonomian Indonesia, pertumbuhan sektor keuangan
Kolaka Utara pada tahun 2013 juga menunjukkan pertumbuhan positif yaitu 5,35 persen.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan dari sub sektor bank yang tumbuh 2,01
persen. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Kolaka Utara atas dasar harga
berlaku menurun menjadi 3,17 persen. Jika dilihat dari sub sektornya maka porsi terbesar
diberikan oleh sub sektor sewa bangunan yaitu sebesar 51 persen terhadap sektor
keuangan Kolaka Utara. Selanjutnya berturut-turut disumbangkan oleh sub sektor bank
(40%), sub sektor lembaga keuagan tanpa bank (8%), dan sub sektor jasa perusahaan
(1%).
Tabel 2.6
Peranan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap PDRB Kabupaten Kolaka Utara, 2011-2013
(%)
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3.20% 3.34% 3.17%
Gambar 2.2
Kontribusi Sub Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap sektornya Atas Dasar Harga Berlaku 2013
Sumber : PDRB Kolaka Utara 2011-2013, BPS
2. Jasa-Jasa
Pada klasifikasi ini sektor jasa-jasa digolongkan menjadi dua sektor yaitu sub
sektor jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintah dan pertahanan dan
jasa pemerintah lainnya, serta sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan
(pendidikan, kesehatan dan masyarakat lainnya), jasa hiburan dan rekreasi dan jasa
perorangan dan rumah tangga.
Tabel 2.7
Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Kolaka Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2011-2013
(%)
Pertumbuhan sektor jasa-jasa tahun 2013 sebesar 8,24 persen, sedikit lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang tumbuh 8,91 persen.
Pertumbuhan pada sektor ini di dukung oleh pertumbuhan sub sektornya terutama sub
sektor jasa swasta yang tumbuh sebesar 15,21 persen pada tahun 2013. Sementara itu,
sub sektor jasa pemerintahan umum tumbuh sebesar 5,98 persen.
Kontribusi sektor jasa-jasa terhadap pembentukan PDRB Kolaka Utara pada
tahun 2013 sebesar 7,02 persen. Porsi terbesar masih diberikan oleh sub sektor jasa
pemerintahan umum sebesar 76,45 persen dari pembentukan nilai tambah bruto sektor jasa
di Kolaka Utara pada tahun 2013 sedangkan sisanya berasal dari sub sektor jasa swasta.
Sektor ini terus mengalami peningkatan peranan dalam pembentukan PDRB Kolaka Utara.
Gambar 2.3
Perkembangan Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Kolaka Utara Atas Dasar Harga Berlaku, 2011-2013
Sumber : PDRB Kolaka Utara 2011-2013, BPS
3. Tinjauan PDRB Menurut Pengeluaran
Secara umum PDRB menurut penggunaan dibedakan atas tiga kelompok yaitu
kelompok konsumsi, kelompok investasi, dan kelompok ekspor-impor. Ketiga kelompok ini
mempunyai saling keterkaitan yang erat dimana apabila salah satu kelompok mengalami
perubahan maka kelompok lainnya juga akan ikut berubah. 0
4. Kelompok Konsumsi
Total PDRB yang dicapai di Kolaka Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
pada tahun 2013 sebesar 2.814.221,97 juta rupiah. Sebagian besar masih digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sebanyak 1.285.058,61 juta rupiah atau 64,30
persen. Adapun rinciannya terdiri atas konsumsi rumah tangga 1.165.333,61 juta rupiah
(45,66 persen), konsumsi pemerintah 521.927,78 juta rupiah (18,55 persen), dan konsumsi
lembaga swasta nirlaba 2.439,18 juta (0,09 persen).
Tabel 2.8
Nilai dan Pertumbuhan Penggunaan Konsumsi Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2011-2013
Rincian 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
ADHB
1. Nilai (Juta Rp)
1.1 Rumah Tangga (PK-RT) 1.056.143,96 1.165.333,61 1.285.058,61
1.2 Lembaga (PK-LNPRT) 1.997,68 2.236,96 2.439,18
1.3 Pemerintah (PK-P) 384.589,77 457.791,23 521.927,78
2. Pertumbuhan (%)
2.1 Rumah Tangga (PK-RT) 9,82 10,34 10,27
2.2 Lembaga (PK-LNPRT) 5,78 9,56 9,04
2.3 Pemerintah (PK-P) 10,6 16,02 14,01
3. Distribusi terhadap PDRB (%)
3.1 Rumah Tangga (PK-RT) 49,48 47,42 45,66
3.2 Lembaga (PK-LNPRT) 0,10 0,09 0,09
3.3 Pemerintah (PK-P) 18,49 18,63 18,54
ADHK
1. Nilai (Juta Rp)
1.1 Rumah Tangga (PK-RT) 451.680,51 499.072,30 545.697,65
1.2 Lembaga (PK-LNPRT) 1.112,17 1.156,66 1.196,65
1.3 Pemerintah (PK-P) 151.352,71 163.158,22 172.915,08
2. Pertumbuhan (%)
2.1 Rumah Tangga (PK-RT) 6,47 10,49 9,34
2.2 Lembaga (PK-LNPRT) 4,30 4,00 3,45
2.3 Pemerintah (PK-P) 7,98 7,80 5,98
3. Distribusi terhadap PDRB (%)
3.1 Rumah Tangga (PK-RT) 47,50 47,61 47,61
3.2 Lembaga (PK-LNPRT) 0,12 0,11 0,10
3.3 Pemerintah (PK-P) 15,98 15,56 15,09
Nilai konsumsi rumah tangga tahun 2013 meningkat 10,27 persen dari tahun
sebelumnya. Sedangkan kontribusinya terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
juga meningkat menjadi 45,66 persen. Sementara itu, konsumsi pemerintah juga meningkat
sebesar 14,01 persen. Sedangkan kontribusinya terhadap PDRB ADHB sebesar 18,54
persen. Selanjutnya nilai konsumsi lembaga swasta nirlaba pada tahun 2013 mengalami
peningkatan menjadi 2.439,18 juta rupiah. Sementara itu, kontribusinya pada tahun 2013
masih sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,09 persen.
Sementara itu, total PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Kolaka Utara
pada tahun 2013 mencapai 1.146.161,21 juta rupiah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga
pada tahun 2013 meningkat 9,34 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan,
konsumsi pemerintah dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga
mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,98 persen dan 3,45 persen pada tahun
yang sama. Jika ditinjau dari kontribusinya terhadap PDRB ADHK, pengeluaran konsumsi
rumah tangga memiliki kontribusi terbesar yaitu sebesar 47,61 persen pada tahun 2013.
2.4.2 Data kondisi lingkungan strategis a) Gambaran Topografi
Secara topografi Kabupaten Kolaka Utara berada pada elevasi 0 - 2.790 meter
diatas permukaan air laut dengan tingkat variasi topografi yang akan diuraikan secara rinci
di dalam satuan geomorfologinya dimulai dari pesisir, dataran pantai, landai -
bergelombang, perbukitan, sampai kepada pegunungan seperti yang telah diuraikan diatas.
Maka kondisi topografi semacam ini akan menjadi kendala tersendiri atau menjadi
parameter/variabel penentu bagi kegiatan pengembangan wilayah kawasan budidaya
selanjutnya secara antropogenik.
Dilihat dari kondisi fisiografisnya, maka secara geografis Kabupaten Kolaka Utara dapat
dikelompokkan kedalam :
1. Wilayah pegunungan dan perbukitan yang relatif terjal dengan jalur topografi yang
curam – sangat curam menempati wilayah timur dan melintang dari utara – selatan
dan berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka.
2. Wilayah daratan pantai dan bantaran sungai yang relatif sangat terbatas (sempit)
sebagai transisi antara paparan laut dan topografi terjal, bersifat menyebar dari utara –
3. Wilayah perairan dari Paparan dan Delta yang berhadapan dengan Teluk Bone
melintang dari utara – selatan, sebagai bagian barat dari Kali Jazirah Tenggara Pulau
Sulawesi.
Sebagaimana telah dijelaskan pada kondisi geografis Provinsi Sulawesi Tenggara secara
umum, maka kondisi unsur geografis terbesar dan menonjol di daerah Kabupaten Kolaka
Utara ini mencakup :
1) Relief yang paling tinggi adalah gunung, tercatat beberapa gunung di wilayah ini yaitu.:
Gunung Mengkoka (2.790 m) merupakan gunung yang tertinggi di wilayah Selatan
yang berada pada jalur Pegunungan Mengkoku memanjang dari Barat Laut -
Tenggara, Gunung Tangkelemboke (1.782 m) berada di bagian Tengah sebelah Timur
juga berada pada jalur Pegunungan Tangkelemboke yang memanjang dari Barat Laut
Tenggara, Gunung Bululingke (1.209 m) dan Gunung Bulu Eamea (1.109 m) yang
berada di jalur Pegunungan Verbeek juga memanjang dari Barat Laut - Tenggara
2) Sungai-sungai yang bergerak dari relief topografi yang paling tinggi ke relief topografi
yang paling rendah yaitu paparan laut, tampak dari persebaran sungai terdapat Sungai
Lasolo yang bersejarah mengalir ke arah Tenggara menuju Teluk Lasolo di sebelah
Timur Sulawesi Tenggara dan berbagai sungai lainnya yang mengalir ke Barat dan
Selatan bermuara di Teluk Bone.
3) Wilayah pantai sebagai relief yang paling rendah, dimana diketahui bahwa sepanjang
wilayah Barat Kabupaten Kolaka Utara merupakan garis pantai yang memanjang
Utara.-Selatan sebagai bagian dari tepi daratan Teluk Bone.
Secara fisiografi Kabupaten Kolaka Utara dibentuk oleh 3 (tiga) jalur pegunungan yang
meliputi :
1) Pegunungan Verbeek yang berada di sebelah Utara dan memanjang dari Barat Laut –
Tenggara bergerak dari Sulawesi Tengah - Sulawesi Selatan - sampai perbatasan
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
2) Pegunungan Tangkelemboke yang berada pada bagian Tengah Kabupaten Kolaka
Utara dan menerus ke Kabupaten Konawe Dan Kabupaten Kolaka, juga ber arah
Barat Laut Tenggara.
3) Pegunungan Mengkoka/ Mekongga pada bagian Selatan dari Kabupaten Kolaka
Utara, yang juga ber arah Barat Laut - Tenggara dan menerus sampai Kabupaten
Untuk melihat keadaan tofografi dan kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar 2.4 dan
2.5 berikut ini.
Gambar 2.4
Gambar 2.5
b) Gambaran Geohidrologi
Tinjauan keadaan
Geohidrologi
di wilayah perencanaan (Kabupaten KolakaUtara), meliputi kondisi air permukaan dan air tanah, yaitu sebagai berikut :
1. Air permukaan merupakan air lapisan permukaan atau “surface run off ” dari hasil
curah hujan yang jatuh pada wilayah tangkapan hujan atau “cathchment area ” yang
mengalir melalui Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan wilayah DASnya, maka
Kabupaten Kolaka Utara dapat dibagi menjadi 2 (dua) DAS, yang mengalir ke arah
Danau Towuti (DAS Pompenbgan-Larona) yang dipengaruhi oleh Pegunungan
Verbeek dan Pegunungan Tangkelemboke dan yang mengalir ke arah Teluk Bone
(DAS Toari-Lasusua) yang sangat bervariasi dan masih dapat dikelompokkan menurut
subDAS-subDASnya masing-masing.
2. Demikian halnya untuk pola aliran sungai di Kabupaten Kolaka Utara ini secara umum
juga terbagi 2 (dua) kelompok yakni yang mengalir dari Timur ke arah Barat (ke Teluk
Bone) dan yang mengalir dari Selatan/Tenggara ke arah Utara/Timur Laut ke Danau
Towuti. Sehingga tampak bahwa penarikan batas Kabupaten Kolaka Utara dengan
Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka sendiri merupakan batas alam yaitu
“Morphological Water Devided ” atau batas pemisah air secara geomorfologi.
Beberapa sungai yang terdapat di wilayah Kolaka Utara dan tersebar di beberapa
kecamatan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian (irigasi),
pengembangan energi (listrik), perikanan dan rumah tangga. Adapun nama-nama
Tabel 2.9
DAS yang berada di Wilayah Kabupaten Kolaka Utara
No Nama DAS Luas (km2) Panjang
1. Latowu 475.716 208.33 km
2 Lasusua 271.078 151.38 km
3 Woitombo 117.809 66.54 km
4 Tamborasi 129.197 8.67 km
5 Ranteangin 316.509 237.27 km
6 Mala-Mala 180.425 62.69 km
7 Lilione 126.768 49.65 km
8 Olo-Oloho 112.299 69.23 km
9 Watunohu 448.784 232.27 km
10 Lanipa 89.881 21.56 km
11 Pakue 145.955 80.89 km
12 Pompengan 41.85 648.59 km
13 Konaweha 12.722,01 8.70 km
Sumber :Olah Data BAPPEDA Kolaka Utara,
Dari tabel diatas dapat dilihat, DAS terletak di wilayah utara Kabupaten Kolaka Utara,
yaitu DAS Latowu dengan luas 475.716 km², kemudian DAS Watunohu dengan luas
448.784 km². Adapun Peta wilayah sungai yang berada pada DAS Toari-Lasusua dapat
c) Gambaran Geologi
Tinjauan kondisi geologi di wilayah perencanaan, dalam hal ini dilihat berdasarkan
satuan geomorfologi, satuan batuan pembentuk, dan struktur geologinya.
1. Satuan Geomorfologi
Berdasarkan peta geologi Kabupaten Kolaka Utara dan sekitarnya, maka wilayah ini dapat dibagi ke dalam beberapa satuan geomorfologinya secara genetik dan parametris, yakni :
(a) Satuan Geomorfologi Lipat - Patahan yang meliputi hampir 80% dari seluruh
wilayah Kabupaten Kolaka Utara.
(b) Satuan Morfologi Perbukitan Karst yang tersebar di sebelah selatan (dominan),
di sebelah barat memanjang ke arah utara serta secara spot-spot di bagian tengah Kabupaten Kolaka Utara mencakup sekitar 15%.
(c) Satuan Dataran Pantai dan Alluvial sekitar 5% yang memanjang mengikuti pantai
Teluk Bone dan lembah sungai yang ada.
2. Satuan Batuan (Litologic Units)
Dari Peta Geologi tampak bahwa Kabupaten Kolaka Utara terdiri dari beberapa satuan batuan dari tua ke muda seperti terurai berikut :
(a) Batuan Metamorf (Malihan) berumur Paleozoikum yang tersebar sangat luas dan
menutupi hampir seluruh wilayah Kabupaten Kolaka Utara, yang disusun oleh sekis, genes, filit, kuarsit, dan sedikit pualam (marmer).
(b) Marmer (Batu Pualam) berumur Paleozoikum yang sama umurnya dengan
Batuan Malihan Regional sebelumnya, disusun oleh marmer dan batu gamping terdaunkan, berada pada bagian tengah sebelah timur Kabupaten Kolaka Utara.
(c) Batuan Terobosan yang mengintrusi/menerobos batuan berumur Paleozoikum,
dimana batuan ini sendiri berumur Trias, tersusun oleh aplit kuarsa, andesit, dan latit kuarsa, hanya terdapat berupa spot di wilayah selatan sebagai indikatif.
(d) Formasi Tokala berupa susunan batu gamping, kalsilutit, batu pasir, serpih,
napal, dan sedikit batu sabak yang berumur Trias, yang secara morfologis
memperlihatkan perbukitan karst dan tersebar di selatan, di barat sepanjang
pantai Teluk Bone sampai ke utara dan sebagian kecil di tengah wilayah Kabupaten Kolaka Utara.
(e) Batuan Formasi Meluhu yang disusun oleh batu pasir, kuarsit, serpih hitam,
(f) Batuan Ofiolit yang terdiri dari kelompok batuan peridotit berupa harzbugit, dunit, dan seopertinit serta ultra basa (gabbro) merupakan bagian dari kerak Samudera Pasifik yang menganjak naik ke daratan Sulawesi bagian barat, berumur Kapur, tersebar di pantai barat daya dan sebagian besar di wilayah utara.
(g) Formasi Pandua yang berumur Miosen Atas disusun oleh konglomerat, batu
pasir, dan batu lempung yang tersebar sangat sempit mendekati wilayah sebelah utara.
(h) Formasi Matano yang berumur Paleosen disusun oleh batu gamping
hablur/kristal, kalsilutit, napal dan serpih, yang tersebar di wilayah utara mendekati perbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur (Provinsi Sulawesi Selatan).
3. Struktur Geologi
Patahan Geologi yang dominan di Kabupaten Kolaka Utara dipengaruhi oleh Sesar
Palu Koro yang merupakan kelanjutan Sesar Sorong yang melibatkan Kerak
Samudera Pasifik. Adapun beberapa pola arah kelurusan sesar/patahan di Kabupaten
Kolaka Utara dapat dikelompokkan menjadi :
(a) Arah barat laut - tenggara merupakan arah dari pola pergerakan Sesar Palu Koro
yang membentuk Danau Towuti, Danau Matano dan Danau Poso di sebelah
utara. Kemudian di bawahnya berkembang Sesar Lasolo pada arah yang sama
melewati bagian tengah Kabupaten Kolaka Utara, kemudian menjadi titik intensif di bagian selatan.
(b) Arah timur laut – barat daya yang berkembang tidak seintensif arah barat laut.–
.tenggara, tampak merupakan orde selanjutnya kerena memotong arah barat laut
– tenggara, juga berkembang luas di sebelah utara dan pantai barat mendekati
Teluk Bone.
d) Gambaran Klimatologi
Keadaan musim di Kabupaten Kolaka Utara umumnya sama seperti di daerah
lainnya di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau yang
dipengaruhi dua jenis angin muson. Musim hujan terjadi akibat adanya angin muson barat
yang bertiup dari samudra Hindia yang mengandung banyak uap air. Curah Hujan yang
terjadi cukup tinggi dan hampir merata setiap bulannya, sehingga Kabupaten Kolaka Utara
memiliki wilayah yang subur.
Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh
posisi dan ketinggian tempat dari permukaan laut. Makin tinggi posisi suatu tempat dari
permukaan laut akan semakin rendah suhu udaranya dan sebaliknya. Oleh karena wilayah
daratan Kabupaten Kolaka Utara mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 m.
wilayah Kabupaten Kolaka Utara merupakan daerah bersuhu tropis dengan suhu udara
maksimum 31OC, bertekanan udara rata-rata 240C-280C milibar dengan kelembaban udara
rata-rata 85,08%. Kecepatan angin di Kabupaten Kolaka Utara selama tahun 2010 pada
umumnya berjalan normal, mencapai 1,814167 m/detik. Curah hujan di Kabupaten Kolaka
Utara cukup tinggi bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan pemntauan tingginya curah hujan dan banyaknya hari hujan di unit
Pertambangan Nikel Pomalaa selama tahun 2013, bulan mei, Juli dan Desember adalah
bulan dengan hari hujan terbanyak yaitu masing-masing 24, 24 dan 25 hari. Curah hujan
paling tinggi pada bulan april (562,1mm), Mei (241,3mm) dan Juli (362,6mm). Tidak
selamanya tingginya hari hujan diikuti oleh tingginya curah hujan atau sebalikya. Seperti
yang terjadi pada bulan Mei dan Desember. Selama tahun 2013 secara keseluruhan
Data curah hujan di Kabupaten Kolaka Utara, yang diperoleh dari PT. Aneka
Tambang Unit pertambangan Nikel Pomalaa ditampilkan pada tabel berikut 2.10 berikut ini
Tabel 2.10
Data Curah Hujan Kolaka Utara
Bulan Hari Hujan Curah Hujan
(1) (2) (3)
Januari 20 168.8
Februari 12 52.9
Maret 12 178.5
April 21 567.1
Mei 24 241.3
Juni 11 195.4
Juli 24 362.6
Agustus 11 48.2
September 7 38.2
Oktober 14 203.9
November 13 81.1
Desember 25 139.8
Jumlah/Total 2013 200 2272.8
2012 195 1939.80
2011 176 1580.50
2010 216 3951.80
2009 182 1788.70
2.4.3 Data Risiko Bencana Alam
Tabel 2.11
Data Potensi Bencana per desa/ kelurahan
Kecamatan Desa/Kelurahan Potensi Bencana
Rante Angin
Desa Rante Baru
Kel. Ranteangin Banjir
Desa Pohu Longsor, RGP, Banjir
Desa Torotuo Desa Lawekara
Desa Landolia RGP
Desa Maroko
Lambai
Desa Lapasi-Pasi Longsor, Banjir
Desa Lambai RGP
Desa Latawaro Longsor, Banjir
Desa Raoda Desa Tebogeano Desa Woitombo Desa Woise
Wawo
Desa Walasiho RGP
Desa Wawo RGP
Desa Puumbolo
Desa Tinukari Longsor
Desa Salurengko Longsor, Banjir
Desa Uluwawo Desa Latawe
Lasusua
Desa Sulaho RGP
Desa Totallang Longsor
Desa Pitulua RGP
Desa Rantelimbong Banjir
Desa Tojabi
Kelurahan Lasusua Desa Watuliwu
Desa Ponggiha Banjir
Desa Patowonua
Desa Babussalam Longsor
Desa Batuganda Permai Longsor
Desa Puncak Monapa Longsor
Katoi Desa Ujung Tobaku RGP, Banjir
Desa Katoi RGP, Banjir
Desa Maruge Banjir
Desa Lanipa-nipa Banjir
Desa Lambuno
Kodeoha
Desa Kalu Kaluku
Desa Awo Banjir
Desa Lametuna
Kelurahan Mala Mala RGP, Banjir
Desa Jabal Nur Desa Koroha Desa Jabal Kubis Desa Kamisi
Desa Meeto Longsor
Desa Sawangaoha Desa Delang-Delang Desa Ainani Tajriani
Tiwu
Desa Mattirobulu Banjir
Desa Lawadia Desa Watumea
Desa Tiwu Banjir
Desa Tahibua Desa Lapolu
Desa Tanggeao Longsor
Ngapa
Desa Ngapa Desa Tadoumera
Kelurahan Lapai Banjir
Desa Koreiha Desa Lawolatu
Desa Puurau Banjir
Desa Parutellang Longsor
Desa Tambuha
Desa Kasumeeto Banjir
Desa Kosali RGP
Desa Mikuasi Longsor, Banjir
Kelurahan Olo Oloho RGP
Desa Kondara
Desa Sipakainge RGP, Banjir
Desa Seuwwa Desa Alipato Desa Lalume
Pakue Utara
Desa Teposua
Desa Pakue RGP, Banjir
Desa Mataleuno
Desa Pasampang Banjir
Desa Labipi RGP
Desa Latowu RGP, Banjir
Desa Batu Api Desa Bukit Tinggi
Kelurahan Batu Putih Banjir
Desa Mosiku Banjir
Desa Paru Lampe
Desa Porehu Longsor
Desa Ponggi
Desa Lawaki Jaya Banjir
Desa Patikala
Desa Tolala RGP, Banjir
Desa Bahari RGP
Desa Lelewulu Desa Loka
Keterangan : RGP = Rawan Gelombang Pasang Sumber : RTRW Kab. Kolaka Utara,2012
Dari data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa daerah paling rawan yang memiliki 3
potensi bencana, terdapat di Desa Pohu Kecamatan Ranteangin.
Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam disusun dengan
memperhatikan:
a. perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di kawasan rawan bencana
alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan (building code) sesuai dengan
potensi bahaya/bencana alam serta dilengkapi jalur evakuasi
b. masih dapat dilakukan pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko
bencana alam dan pemasangan sistem peringatan dini (early warning system)
c. masih diperkenankan adanya kegiatan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan,
kehutanan dan bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat
bencana alam
d. rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan rawan bencana longsor dan tidak
dibenarkan membuka lahan baru yang merupakan daerah konservasi hutan atau hutan
lindung
f. pengaturan sistem jaringan drainase untuk pencegahan banjir
g. penetapan batas luasan kawasan yang rawan tanah longsor, batas luasan genangan banjir
dan batas pasang tertinggi
h. tidak dibenarkan membangun di daerah rawan longsor atau daerah yang berpotensi
terjadinya longsor dan rawan banjir; dan
i. mematuhi edaran dari BMKG perihal cuaca Provinsi Sulawesi Tenggara.
Peta 2.8
2.4.4 Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Beberapa isu ditingkat Kabupaten Kolaka Utara yang dapat dikemukakan, antara lain :
1. Belum terakomodasinya Kabupaten Kolaka Utara (dengan ibukotanya Lasusua) di
dalam RTRWN terbaru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam mendukung
Kota Kendari sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Walaupun potensi daerah
dalam subsektor perkebunan telah menjadi komoditas ekspor bagi wilayah ini sebagai
salah satu faktor penentunya.
2. Belum terbangunnya infrastruktur dan prasarana dan sarana wilayah pada kawasan
perbatasan, dimana Kabupaten Kolaka Utara merupakan koridor perbatasan antara
provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.
3. Perkembangan penduduk yang luar biasa tinggi dengan tingkat pertumbuhan 4.43 %
per tahun harus dikendalikan, mengingat target pertumbuhan penduduk nasional adala
1.49 % per tahun. Hal ini mengingat perkembangan penduduk yang sangat tinggi
akan memerlukan banyaknya penyediaan sarana dan prasarana wilayah yang sangat
besar dan bisa mengganggu pertumbuhan perekonomian wilayah Kabupaten Kolaka
Utara.
4. Berkembangnya komoditi tanaman Nilam yang bisa diolah menjadi minyak Atsiri
sangat potensial meningkatkan perekonomian wilayah bagi penduduk Kabupaten
Kolaka Utara. Tanaman Nilam ini harus mendapatkan prioritas penelitian dan
pengembangannya agar bisa lebih berdaya guna dan berhasil guna dimasa depan
5. Keberadaan Jalan Nasional Trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Tenggara
dengan Sulawesi Selatan-Sulawesi Barat-Sulawesi Tengah- dan Sulawesi Utara,
dimana memiliki posisi strategis bagi pergerakan orang, barang, dan jasa yang
melintang Utara-Selatan membelah wilayah Kabupaten Kolaka Utara belum
mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari Pemerintah Daerah Sulawesi
Tenggara dan Pemerintah Pusat, terbukti dengan besarnya jalan yang rusak.
6. Infrastruktur (prasarana dan sarana) transportasi laut yang menghubungkan
Kabupaten Kolaka Utara – Bajoe/Bone dan Siwa/Wajo masih harus lebih ditingkatkan.
7. Potensi perikanan laut yang cukup tinggi belum dimanfaatkan secara optimal, baik
kegiatan penangkapan dengan menggunakan teknologi terapan tepat guna maupun
8. Perambahan Kawasan Hutan (HL, HPT, dan HP) sebagai Kawasan Perkebunan dan
pertanian rakyat yang menyalahi undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan dan dapat menimbulkan gangguan bagi lingkungan hidup, serta ancaman
bahaya banjir.
9. Potensi pertambangan bahan galian logam nikel dan lain-lain sejenisnya yang
keberadaanya di dalam Kawasan Hutan (HL, HPT, HP, dan HPK), dimana eksplorasi
dan eksploitasinya harus memperoleh izin masuk kawasan dari Menteri Kehutanan,
termasuk bila harus dikonversi untuk pertambangan.
10. Adanya puluhan Kuasa Pertambangan (KP) Penyelidikan Umum, Eksplorasi, dan
Eksploitasi serta Pengangkutan bahan galian tambang yang telah dikeluarkannya oleh
Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara, dimana sebagian berada dalam Kawasan Hutan
(HL, HPT, HP, dan HPK) yang peruntukannya tidak sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
11. Adanya rencana Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara untuk membangun Kota
Terpadu Mandiri (KTM) dengan memanfaatkan Kawasan Hutan, yang dalam hal ini
perlu persetujuan Menteri Kehutanan RI untuk konservasinya.
12. Luas kawasan hutan 263.919 ha (HL = 156.567 ha ; HPT = 59.477 ha ; HP = 25.500
ha ; dan HPK = 22.375 ha) dari seluruh luas Kabupaten Kolaka Utara, dimana 77,81 %
adalah Kawasan Hutan dimana hanya 22,19 % Kawasan Non Hutan adalah sangat
menyulitkan Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara untuk mengembangkan kegiatan
pembangunan di Kawasan Budidaya, dan kesulitan untuk meningkatkan pemdapatan
daerah yang pada gilirannya kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduknya.
13. Kabupaten Kolaka Utara telah menyelenggarakan program pembebasan pendidikan
sejak bangku SD sampai tingkat SLTA, baik swasta maupun negeri. Selain itu
kerjasama dengan Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah, dan
juga Universitas Islam Sembilan Belas November, Sulawesi Tenggara untuk
pendidikan tinggi secara bebas bagi putra dan putri Kabupaten Kolaka Utara adalah
hal yang sangat menggembirakan. Hal ini untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja
terdidik sesuai dengan kompetensinya. Namun masih diperlukan pengembangan mutu
SDM yang memiliki kapabilitas dan kapasitas untuk menangani sektor-sektor kegiatan
pembangunan secara fungsional dan profesional sesuai dengan bidang keahlian dan
latar belakang pendidikan formal dan pelatihan yang pernah dan akan diikuti oleh
14. Kabupaten Kolaka Utara juga telah menyelenggarakan program pembebasan biaya
kesehatan bagi seluruh penduduk Kabupaten Kolaka Utara. Dibangunnya RSUD yang
diberi nama RSUD H.M. Djafar Harun dan kini telah memiliki 2 (dua) orang dokter
spesialis yaitu dokter spesialis bedah dan dokter spesialis anak, dan juga Puskesmas
Poned sebanyak 4 buah, Puskesmas sebanyak 11 buah, dan Puskesmas Pembantu
sebanyak 65 buah yang tersebar di seluruh Kabupaten diharapkan akan mampu
memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk dengan baik.
15. Mengingat Kota Lasusua masih merupakan PKL, maka diperlukan penguatan
”bargaining position” pemerintah Kabupaten Kolaka Utara dengan pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka revisi RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara
2009-2029, yang menjadikan Kabupaten Kolaka Utara dengan ibukota Lasusua
sebagai PKW untuk mendukung Kota Kendari (Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara)