• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 30af57a9fe BAB IIBAB 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 30af57a9fe BAB IIBAB 2"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Wilayah Administrasi

Kabupaten Kolaka Utara merupakan bagian dari wilayah Provinsi Sulawesi

Tenggara yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang No

29 tahun 2003 tentang Pemebntukan Kabupaten Bombana, Wakatobi, Kolaka Utara di

Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis Kabupaten Kolaka Utara berada pada

koordinat 02O00’ – 05O00’ Lintang Selatan dan 120O45’ – 121O60’ Bujur Timur, mencakup

luas daratan dan pulau-pulau kecil seluas ± 3.391,62 Km². Selain itu, juga memiliki wilayah

perairan laut membentang sepanjang Teluk Bone, seluas + 12.376 Km2, dengan batas-batas

sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Luwu Timur (Provinsi Sulawesi Selatan).

Timur : Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka

Barat : Perairan Teluk Bone

Selatan : Kabupaten Kolaka dan Perairan Teluk Bone

Dilihat dari letak geografisnya, wilayah Kabupaten Kolaka Utara ini memiliki prospek

pengembangan yang sangat strategis, karena selain berada pada jalur lintasan ekonomi

regional (Jalan Trans Sulawesi) juga berbatasan langsung dengan wilayah Sulawesi Selatan

yang merupakan wilayah paling berkembang dan menjadi barometer kemajuan di Kawasan

Timur Indonesia (KTI). Untuk wilayah Kabupaten Kolaka Utara ini akses terhadap wilayah

Sulawesi Selatan dapat dicapai melaui dua alternatif moda transportasi, yaitu melalui jalur

darat (Jalan Trans Sulawesi) dan jalur laut melalui Pelabuhan Tobaku di Lasusua dan

Pelabuhan Sapoiha (Lapai) ke Pelabuhan Siwa di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi

Selatan. Kondisi yang berkembang saat ini menunjukkan kecenderungan bahwa intensitas

pergerakan (barang maupun orang) ke wilayah Utara (Sulawesi Selatan) jauh lebih tinggi

dibanding ke wilayah Selatan (Kendari).

Secara administratif, Kabupaten Kolaka Utara mempunyai luas 3.391,62 km2 yang

terbagi dalam 15 (Lima Belas) kecamatan dan 133 (Seratus Tiga Puluh Tiga)

desa/kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Porehu dengan luas 647,23 km2

atau 19,08.% dari luas Kabupaten Kolaka Utara, Sedangkan yang memiliki wilayah terkecil

adalah Kecamatan Katoi dengan luas 81,92 km2 atau 2,42% dari luas Kabupaten Kolaka

BAB

(2)

Utara. Selengkapnya Luas wilayah Kabupaten Kolaka Utara dapat dilihat pada Tabel-2.1

dan Gambar-2.1.

Tabel 2.1

Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Kolaka Utara

No KECAMATAN Ibukota Luas Wilayah Jumlah Kelurahan

Km² % Desa

1 Rante Angin RanteAngin 189,92 5,60 6 1

2 Wawo Wawo 234,99 6,93 7 -

3 Lambai Lambai 162,74 4,80 7 -

4 Lasusua Lasusua 287,67 8,48 11 1

5 Katoi Katoi 82,64 2,44 6 -

6 Kodeoha Mala-Mala 250,49 7,39 11 1

7 Tiwu Tiwu 81,92 2,42 7 -

8 Ngapa Lapai 149,18 4,40 11 1

9 Watunohu Watunohu 109,99 3,24 8 -

10 Pakue Olo-oloho 313,25 9,24 10 1

11 Pakue Tengah Latali 191,82 5,66 10 -

12 Pakue Utara Pakue 131,25 3,87 9 -

13 Batu Putih BatuPutih 374,95 11,06 10 1

14 Porehu Porehu 647,23 19,08 8 -

15 Tolala Tolala 183,58 5,41 6 -

Kabupaten Kolaka

Utara

Lasusua 3391,62 100 127 6

(3)

Gambar 2.1

(4)

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten/Kota

Pola ruang nasional Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, disebutkan salah

satunya adalah Kawasan Strategis Nasional (KSN). KSN adalah wilayah yang penataan

ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional

terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,

dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kabupaten

Kolaka Utara (dengan ibukotanya Lasusua) di dalam RTRWN terbaru sebagai Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW) dalam mendukung Kota Kendari sebagai Pusat Kegiatan Nasional

(PKN). Potensi daerah dalam subsektor perkebunan telah menjadi komoditas ekspor bagi

wilayah ini sebagai salah satu faktor penentunya. Adapun Potensi Lain Yang Ada Di

kabupaten Kolaka Utara adalah Subsektor Perkebunan, Subsektor perikanan laut,

Subsektor pertambangan Dan Subsektor pariwisata.

2.3 Demografi dan Urbanisasi

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk di

Kabupaten Kolaka Utara sampai dengan tahun 2012 berjumlah 130.531 jiwa, yang terdiri

dari 67.304 jiwa penduduk laki-laki dan 63.227jiwa penduduk perempuan. Kepadatan

penduduk di Kabupaten Kolaka Utara berbeda-beda untuk setiap kecamatan. Kepadatan

penduduk rata-rata di Kabupaten Kolaka Utara pada tahun 2012 berkisar 38.49 jiwa/km2.

Kecamatan Ngapa memiliki kepadatan 129 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan

kepadatan tertinggi di Kabupaten Kolaka Utara Sedangkan Kecamatan Porehu memiliki

kepadatan penduduk 11.35 jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan

terendah. Selengkapnya jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Kolaka Utara dapat

(5)

Tabel 2.2

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kolaka Utara

No Kecamatan

Luas

(Km2)

Penduduk (Jiwa) Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Km2)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Rante Angin 189.92 2847 2641 5488 28.89

2 Wawo 162.74 2861 2885 5746 35.30

3 Lambai 234.99 2951 2705 5656 24.06

4 Lasusua 287.67 12697 12049 24746 86.02

5 Katoi 82.64 3229 3005 6234 75.43

6 Kodeoha 250.49 5534 5339 10873 43.41

7 Tiwu 81.92 2102 2034 4136 50.49

8 Ngapa 149.18 9965 9295 19260 129.11

9 Watunohu 109.99 3156 3061 6217 56.52

10 Pakue 313.25 4890 4649 9536 30.44

11 Pakue

Tengah

131.25 3141 3069 6210 47.31

12 Pakue Utara 191.82 3918 3588 7506 39.13

13 Batu Putih 374.95 4053 3903 7956 21.22

14 Porehu 647.23 4003 3307 7310 11.29

15 Tolala 183.58 1643 1436 3079 16.77

Jumlah 3391.62 66.990 62.963 129.953 38.32

(6)

Tabel 2.3

Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Jenis dan Kecamatan

Kecamatan

SubSub District

Jenis Penyandang Kesejastraan Sosial

Type of Receiving Social Aids

Masyarakat

Sumber / Source : Dinas SosialKabupaten Kolaka Utara

Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Kolaka Utara dipengaruhi oleh

pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang dan peduduk keluar (migrasi).

Berdasarkan data penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa laju pertumbuhan

penduduk dari tahun 2012 sampai tahun 2015 sebesar 3.72 %. Laju pertumbuhan penduduk

terbesar terdapat di Kecamatan Tolala sedangkan untuk laju pertumbuhan terkecil terdapat

di Kecamatan Watunohu. Untuk Lebih jelas mengenai laju pertumbuhan penduduk

(7)

Tabel 2.4

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kolaka Utara 3 Tahun Terakhir

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Laju Pertumbuhan

Sumber: Kolaka Utara Dalam Angka

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

2.4.1 Data Perkembangan PDRB Dan Potensi Ekonomi

1. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pada klasifikasi secara garis besar sektor ini terbagi atas lima kelompok kegiatan

utama yaitu: usaha perbankan dan moneter (otoritas meneter), lembaga keuangan bukan

bank, jasa penunjang keuangan, usaha persewaan bangunan dan tanah, serta jasa

perusahaan. Sektor ini disebut sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan

utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan

(8)

Tabel 2.5

Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Kab. Kolaka Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2011-2013

(%)

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3.19% 3.34% 5.35%

Sumber : PDRB Kolaka Utara 2011-2013, BPS

Dengan membaiknya perekonomian Indonesia, pertumbuhan sektor keuangan

Kolaka Utara pada tahun 2013 juga menunjukkan pertumbuhan positif yaitu 5,35 persen.

Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan dari sub sektor bank yang tumbuh 2,01

persen. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Kolaka Utara atas dasar harga

berlaku menurun menjadi 3,17 persen. Jika dilihat dari sub sektornya maka porsi terbesar

diberikan oleh sub sektor sewa bangunan yaitu sebesar 51 persen terhadap sektor

keuangan Kolaka Utara. Selanjutnya berturut-turut disumbangkan oleh sub sektor bank

(40%), sub sektor lembaga keuagan tanpa bank (8%), dan sub sektor jasa perusahaan

(1%).

Tabel 2.6

Peranan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap PDRB Kabupaten Kolaka Utara, 2011-2013

(%)

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3.20% 3.34% 3.17%

(9)

Gambar 2.2

Kontribusi Sub Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap sektornya Atas Dasar Harga Berlaku 2013

Sumber : PDRB Kolaka Utara 2011-2013, BPS

2. Jasa-Jasa

Pada klasifikasi ini sektor jasa-jasa digolongkan menjadi dua sektor yaitu sub

sektor jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintah dan pertahanan dan

jasa pemerintah lainnya, serta sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan

(pendidikan, kesehatan dan masyarakat lainnya), jasa hiburan dan rekreasi dan jasa

perorangan dan rumah tangga.

Tabel 2.7

Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Kolaka Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2011-2013

(%)

(10)

Pertumbuhan sektor jasa-jasa tahun 2013 sebesar 8,24 persen, sedikit lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang tumbuh 8,91 persen.

Pertumbuhan pada sektor ini di dukung oleh pertumbuhan sub sektornya terutama sub

sektor jasa swasta yang tumbuh sebesar 15,21 persen pada tahun 2013. Sementara itu,

sub sektor jasa pemerintahan umum tumbuh sebesar 5,98 persen.

Kontribusi sektor jasa-jasa terhadap pembentukan PDRB Kolaka Utara pada

tahun 2013 sebesar 7,02 persen. Porsi terbesar masih diberikan oleh sub sektor jasa

pemerintahan umum sebesar 76,45 persen dari pembentukan nilai tambah bruto sektor jasa

di Kolaka Utara pada tahun 2013 sedangkan sisanya berasal dari sub sektor jasa swasta.

Sektor ini terus mengalami peningkatan peranan dalam pembentukan PDRB Kolaka Utara.

Gambar 2.3

Perkembangan Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Kolaka Utara Atas Dasar Harga Berlaku, 2011-2013

Sumber : PDRB Kolaka Utara 2011-2013, BPS

3. Tinjauan PDRB Menurut Pengeluaran

Secara umum PDRB menurut penggunaan dibedakan atas tiga kelompok yaitu

kelompok konsumsi, kelompok investasi, dan kelompok ekspor-impor. Ketiga kelompok ini

mempunyai saling keterkaitan yang erat dimana apabila salah satu kelompok mengalami

perubahan maka kelompok lainnya juga akan ikut berubah. 0

(11)

4. Kelompok Konsumsi

Total PDRB yang dicapai di Kolaka Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

pada tahun 2013 sebesar 2.814.221,97 juta rupiah. Sebagian besar masih digunakan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sebanyak 1.285.058,61 juta rupiah atau 64,30

persen. Adapun rinciannya terdiri atas konsumsi rumah tangga 1.165.333,61 juta rupiah

(45,66 persen), konsumsi pemerintah 521.927,78 juta rupiah (18,55 persen), dan konsumsi

lembaga swasta nirlaba 2.439,18 juta (0,09 persen).

Tabel 2.8

Nilai dan Pertumbuhan Penggunaan Konsumsi Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2011-2013

Rincian 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4)

ADHB

1. Nilai (Juta Rp)

1.1 Rumah Tangga (PK-RT) 1.056.143,96 1.165.333,61 1.285.058,61

1.2 Lembaga (PK-LNPRT) 1.997,68 2.236,96 2.439,18

1.3 Pemerintah (PK-P) 384.589,77 457.791,23 521.927,78

2. Pertumbuhan (%)

2.1 Rumah Tangga (PK-RT) 9,82 10,34 10,27

2.2 Lembaga (PK-LNPRT) 5,78 9,56 9,04

2.3 Pemerintah (PK-P) 10,6 16,02 14,01

3. Distribusi terhadap PDRB (%)

3.1 Rumah Tangga (PK-RT) 49,48 47,42 45,66

3.2 Lembaga (PK-LNPRT) 0,10 0,09 0,09

3.3 Pemerintah (PK-P) 18,49 18,63 18,54

ADHK

1. Nilai (Juta Rp)

1.1 Rumah Tangga (PK-RT) 451.680,51 499.072,30 545.697,65

1.2 Lembaga (PK-LNPRT) 1.112,17 1.156,66 1.196,65

1.3 Pemerintah (PK-P) 151.352,71 163.158,22 172.915,08

2. Pertumbuhan (%)

2.1 Rumah Tangga (PK-RT) 6,47 10,49 9,34

2.2 Lembaga (PK-LNPRT) 4,30 4,00 3,45

2.3 Pemerintah (PK-P) 7,98 7,80 5,98

3. Distribusi terhadap PDRB (%)

3.1 Rumah Tangga (PK-RT) 47,50 47,61 47,61

3.2 Lembaga (PK-LNPRT) 0,12 0,11 0,10

3.3 Pemerintah (PK-P) 15,98 15,56 15,09

(12)

Nilai konsumsi rumah tangga tahun 2013 meningkat 10,27 persen dari tahun

sebelumnya. Sedangkan kontribusinya terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

juga meningkat menjadi 45,66 persen. Sementara itu, konsumsi pemerintah juga meningkat

sebesar 14,01 persen. Sedangkan kontribusinya terhadap PDRB ADHB sebesar 18,54

persen. Selanjutnya nilai konsumsi lembaga swasta nirlaba pada tahun 2013 mengalami

peningkatan menjadi 2.439,18 juta rupiah. Sementara itu, kontribusinya pada tahun 2013

masih sama dengan tahun sebelumnya sebesar 0,09 persen.

Sementara itu, total PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Kolaka Utara

pada tahun 2013 mencapai 1.146.161,21 juta rupiah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga

pada tahun 2013 meningkat 9,34 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan,

konsumsi pemerintah dan konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga

mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,98 persen dan 3,45 persen pada tahun

yang sama. Jika ditinjau dari kontribusinya terhadap PDRB ADHK, pengeluaran konsumsi

rumah tangga memiliki kontribusi terbesar yaitu sebesar 47,61 persen pada tahun 2013.

2.4.2 Data kondisi lingkungan strategis a) Gambaran Topografi

Secara topografi Kabupaten Kolaka Utara berada pada elevasi 0 - 2.790 meter

diatas permukaan air laut dengan tingkat variasi topografi yang akan diuraikan secara rinci

di dalam satuan geomorfologinya dimulai dari pesisir, dataran pantai, landai -

bergelombang, perbukitan, sampai kepada pegunungan seperti yang telah diuraikan diatas.

Maka kondisi topografi semacam ini akan menjadi kendala tersendiri atau menjadi

parameter/variabel penentu bagi kegiatan pengembangan wilayah kawasan budidaya

selanjutnya secara antropogenik.

Dilihat dari kondisi fisiografisnya, maka secara geografis Kabupaten Kolaka Utara dapat

dikelompokkan kedalam :

1. Wilayah pegunungan dan perbukitan yang relatif terjal dengan jalur topografi yang

curam – sangat curam menempati wilayah timur dan melintang dari utara – selatan

dan berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka.

2. Wilayah daratan pantai dan bantaran sungai yang relatif sangat terbatas (sempit)

sebagai transisi antara paparan laut dan topografi terjal, bersifat menyebar dari utara –

(13)

3. Wilayah perairan dari Paparan dan Delta yang berhadapan dengan Teluk Bone

melintang dari utara – selatan, sebagai bagian barat dari Kali Jazirah Tenggara Pulau

Sulawesi.

Sebagaimana telah dijelaskan pada kondisi geografis Provinsi Sulawesi Tenggara secara

umum, maka kondisi unsur geografis terbesar dan menonjol di daerah Kabupaten Kolaka

Utara ini mencakup :

1) Relief yang paling tinggi adalah gunung, tercatat beberapa gunung di wilayah ini yaitu.:

Gunung Mengkoka (2.790 m) merupakan gunung yang tertinggi di wilayah Selatan

yang berada pada jalur Pegunungan Mengkoku memanjang dari Barat Laut -

Tenggara, Gunung Tangkelemboke (1.782 m) berada di bagian Tengah sebelah Timur

juga berada pada jalur Pegunungan Tangkelemboke yang memanjang dari Barat Laut

Tenggara, Gunung Bululingke (1.209 m) dan Gunung Bulu Eamea (1.109 m) yang

berada di jalur Pegunungan Verbeek juga memanjang dari Barat Laut - Tenggara

2) Sungai-sungai yang bergerak dari relief topografi yang paling tinggi ke relief topografi

yang paling rendah yaitu paparan laut, tampak dari persebaran sungai terdapat Sungai

Lasolo yang bersejarah mengalir ke arah Tenggara menuju Teluk Lasolo di sebelah

Timur Sulawesi Tenggara dan berbagai sungai lainnya yang mengalir ke Barat dan

Selatan bermuara di Teluk Bone.

3) Wilayah pantai sebagai relief yang paling rendah, dimana diketahui bahwa sepanjang

wilayah Barat Kabupaten Kolaka Utara merupakan garis pantai yang memanjang

Utara.-Selatan sebagai bagian dari tepi daratan Teluk Bone.

Secara fisiografi Kabupaten Kolaka Utara dibentuk oleh 3 (tiga) jalur pegunungan yang

meliputi :

1) Pegunungan Verbeek yang berada di sebelah Utara dan memanjang dari Barat Laut –

Tenggara bergerak dari Sulawesi Tengah - Sulawesi Selatan - sampai perbatasan

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

2) Pegunungan Tangkelemboke yang berada pada bagian Tengah Kabupaten Kolaka

Utara dan menerus ke Kabupaten Konawe Dan Kabupaten Kolaka, juga ber arah

Barat Laut Tenggara.

3) Pegunungan Mengkoka/ Mekongga pada bagian Selatan dari Kabupaten Kolaka

Utara, yang juga ber arah Barat Laut - Tenggara dan menerus sampai Kabupaten

(14)

Untuk melihat keadaan tofografi dan kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar 2.4 dan

2.5 berikut ini.

Gambar 2.4

(15)

Gambar 2.5

(16)

b) Gambaran Geohidrologi

Tinjauan keadaan

Geohidrologi

di wilayah perencanaan (Kabupaten Kolaka

Utara), meliputi kondisi air permukaan dan air tanah, yaitu sebagai berikut :

1. Air permukaan merupakan air lapisan permukaan atau “surface run off ” dari hasil

curah hujan yang jatuh pada wilayah tangkapan hujan atau “cathchment area ” yang

mengalir melalui Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan wilayah DASnya, maka

Kabupaten Kolaka Utara dapat dibagi menjadi 2 (dua) DAS, yang mengalir ke arah

Danau Towuti (DAS Pompenbgan-Larona) yang dipengaruhi oleh Pegunungan

Verbeek dan Pegunungan Tangkelemboke dan yang mengalir ke arah Teluk Bone

(DAS Toari-Lasusua) yang sangat bervariasi dan masih dapat dikelompokkan menurut

subDAS-subDASnya masing-masing.

2. Demikian halnya untuk pola aliran sungai di Kabupaten Kolaka Utara ini secara umum

juga terbagi 2 (dua) kelompok yakni yang mengalir dari Timur ke arah Barat (ke Teluk

Bone) dan yang mengalir dari Selatan/Tenggara ke arah Utara/Timur Laut ke Danau

Towuti. Sehingga tampak bahwa penarikan batas Kabupaten Kolaka Utara dengan

Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka sendiri merupakan batas alam yaitu

“Morphological Water Devided ” atau batas pemisah air secara geomorfologi.

Beberapa sungai yang terdapat di wilayah Kolaka Utara dan tersebar di beberapa

kecamatan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian (irigasi),

pengembangan energi (listrik), perikanan dan rumah tangga. Adapun nama-nama

(17)

Tabel 2.9

DAS yang berada di Wilayah Kabupaten Kolaka Utara

No Nama DAS Luas (km2) Panjang

1. Latowu 475.716 208.33 km

2 Lasusua 271.078 151.38 km

3 Woitombo 117.809 66.54 km

4 Tamborasi 129.197 8.67 km

5 Ranteangin 316.509 237.27 km

6 Mala-Mala 180.425 62.69 km

7 Lilione 126.768 49.65 km

8 Olo-Oloho 112.299 69.23 km

9 Watunohu 448.784 232.27 km

10 Lanipa 89.881 21.56 km

11 Pakue 145.955 80.89 km

12 Pompengan 41.85 648.59 km

13 Konaweha 12.722,01 8.70 km

Sumber :Olah Data BAPPEDA Kolaka Utara,

Dari tabel diatas dapat dilihat, DAS terletak di wilayah utara Kabupaten Kolaka Utara,

yaitu DAS Latowu dengan luas 475.716 km², kemudian DAS Watunohu dengan luas

448.784 km². Adapun Peta wilayah sungai yang berada pada DAS Toari-Lasusua dapat

(18)
(19)

c) Gambaran Geologi

Tinjauan kondisi geologi di wilayah perencanaan, dalam hal ini dilihat berdasarkan

satuan geomorfologi, satuan batuan pembentuk, dan struktur geologinya.

1. Satuan Geomorfologi

Berdasarkan peta geologi Kabupaten Kolaka Utara dan sekitarnya, maka wilayah ini dapat dibagi ke dalam beberapa satuan geomorfologinya secara genetik dan parametris, yakni :

(a) Satuan Geomorfologi Lipat - Patahan yang meliputi hampir 80% dari seluruh

wilayah Kabupaten Kolaka Utara.

(b) Satuan Morfologi Perbukitan Karst yang tersebar di sebelah selatan (dominan),

di sebelah barat memanjang ke arah utara serta secara spot-spot di bagian tengah Kabupaten Kolaka Utara mencakup sekitar 15%.

(c) Satuan Dataran Pantai dan Alluvial sekitar 5% yang memanjang mengikuti pantai

Teluk Bone dan lembah sungai yang ada.

2. Satuan Batuan (Litologic Units)

Dari Peta Geologi tampak bahwa Kabupaten Kolaka Utara terdiri dari beberapa satuan batuan dari tua ke muda seperti terurai berikut :

(a) Batuan Metamorf (Malihan) berumur Paleozoikum yang tersebar sangat luas dan

menutupi hampir seluruh wilayah Kabupaten Kolaka Utara, yang disusun oleh sekis, genes, filit, kuarsit, dan sedikit pualam (marmer).

(b) Marmer (Batu Pualam) berumur Paleozoikum yang sama umurnya dengan

Batuan Malihan Regional sebelumnya, disusun oleh marmer dan batu gamping terdaunkan, berada pada bagian tengah sebelah timur Kabupaten Kolaka Utara.

(c) Batuan Terobosan yang mengintrusi/menerobos batuan berumur Paleozoikum,

dimana batuan ini sendiri berumur Trias, tersusun oleh aplit kuarsa, andesit, dan latit kuarsa, hanya terdapat berupa spot di wilayah selatan sebagai indikatif.

(d) Formasi Tokala berupa susunan batu gamping, kalsilutit, batu pasir, serpih,

napal, dan sedikit batu sabak yang berumur Trias, yang secara morfologis

memperlihatkan perbukitan karst dan tersebar di selatan, di barat sepanjang

pantai Teluk Bone sampai ke utara dan sebagian kecil di tengah wilayah Kabupaten Kolaka Utara.

(e) Batuan Formasi Meluhu yang disusun oleh batu pasir, kuarsit, serpih hitam,

(20)

(f) Batuan Ofiolit yang terdiri dari kelompok batuan peridotit berupa harzbugit, dunit, dan seopertinit serta ultra basa (gabbro) merupakan bagian dari kerak Samudera Pasifik yang menganjak naik ke daratan Sulawesi bagian barat, berumur Kapur, tersebar di pantai barat daya dan sebagian besar di wilayah utara.

(g) Formasi Pandua yang berumur Miosen Atas disusun oleh konglomerat, batu

pasir, dan batu lempung yang tersebar sangat sempit mendekati wilayah sebelah utara.

(h) Formasi Matano yang berumur Paleosen disusun oleh batu gamping

hablur/kristal, kalsilutit, napal dan serpih, yang tersebar di wilayah utara mendekati perbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur (Provinsi Sulawesi Selatan).

3. Struktur Geologi

Patahan Geologi yang dominan di Kabupaten Kolaka Utara dipengaruhi oleh Sesar

Palu Koro yang merupakan kelanjutan Sesar Sorong yang melibatkan Kerak

Samudera Pasifik. Adapun beberapa pola arah kelurusan sesar/patahan di Kabupaten

Kolaka Utara dapat dikelompokkan menjadi :

(a) Arah barat laut - tenggara merupakan arah dari pola pergerakan Sesar Palu Koro

yang membentuk Danau Towuti, Danau Matano dan Danau Poso di sebelah

utara. Kemudian di bawahnya berkembang Sesar Lasolo pada arah yang sama

melewati bagian tengah Kabupaten Kolaka Utara, kemudian menjadi titik intensif di bagian selatan.

(b) Arah timur laut – barat daya yang berkembang tidak seintensif arah barat laut.–

.tenggara, tampak merupakan orde selanjutnya kerena memotong arah barat laut

– tenggara, juga berkembang luas di sebelah utara dan pantai barat mendekati

Teluk Bone.

(21)
(22)

d) Gambaran Klimatologi

Keadaan musim di Kabupaten Kolaka Utara umumnya sama seperti di daerah

lainnya di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau yang

dipengaruhi dua jenis angin muson. Musim hujan terjadi akibat adanya angin muson barat

yang bertiup dari samudra Hindia yang mengandung banyak uap air. Curah Hujan yang

terjadi cukup tinggi dan hampir merata setiap bulannya, sehingga Kabupaten Kolaka Utara

memiliki wilayah yang subur.

Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh

posisi dan ketinggian tempat dari permukaan laut. Makin tinggi posisi suatu tempat dari

permukaan laut akan semakin rendah suhu udaranya dan sebaliknya. Oleh karena wilayah

daratan Kabupaten Kolaka Utara mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 m.

wilayah Kabupaten Kolaka Utara merupakan daerah bersuhu tropis dengan suhu udara

maksimum 31OC, bertekanan udara rata-rata 240C-280C milibar dengan kelembaban udara

rata-rata 85,08%. Kecepatan angin di Kabupaten Kolaka Utara selama tahun 2010 pada

umumnya berjalan normal, mencapai 1,814167 m/detik. Curah hujan di Kabupaten Kolaka

Utara cukup tinggi bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan pemntauan tingginya curah hujan dan banyaknya hari hujan di unit

Pertambangan Nikel Pomalaa selama tahun 2013, bulan mei, Juli dan Desember adalah

bulan dengan hari hujan terbanyak yaitu masing-masing 24, 24 dan 25 hari. Curah hujan

paling tinggi pada bulan april (562,1mm), Mei (241,3mm) dan Juli (362,6mm). Tidak

selamanya tingginya hari hujan diikuti oleh tingginya curah hujan atau sebalikya. Seperti

yang terjadi pada bulan Mei dan Desember. Selama tahun 2013 secara keseluruhan

(23)

Data curah hujan di Kabupaten Kolaka Utara, yang diperoleh dari PT. Aneka

Tambang Unit pertambangan Nikel Pomalaa ditampilkan pada tabel berikut 2.10 berikut ini

Tabel 2.10

Data Curah Hujan Kolaka Utara

Bulan Hari Hujan Curah Hujan

(1) (2) (3)

Januari 20 168.8

Februari 12 52.9

Maret 12 178.5

April 21 567.1

Mei 24 241.3

Juni 11 195.4

Juli 24 362.6

Agustus 11 48.2

September 7 38.2

Oktober 14 203.9

November 13 81.1

Desember 25 139.8

Jumlah/Total 2013 200 2272.8

2012 195 1939.80

2011 176 1580.50

2010 216 3951.80

2009 182 1788.70

(24)

2.4.3 Data Risiko Bencana Alam

Tabel 2.11

Data Potensi Bencana per desa/ kelurahan

Kecamatan Desa/Kelurahan Potensi Bencana

Rante Angin

Desa Rante Baru

Kel. Ranteangin Banjir

Desa Pohu Longsor, RGP, Banjir

Desa Torotuo Desa Lawekara

Desa Landolia RGP

Desa Maroko

Lambai

Desa Lapasi-Pasi Longsor, Banjir

Desa Lambai RGP

Desa Latawaro Longsor, Banjir

Desa Raoda Desa Tebogeano Desa Woitombo Desa Woise

Wawo

Desa Walasiho RGP

Desa Wawo RGP

Desa Puumbolo

Desa Tinukari Longsor

Desa Salurengko Longsor, Banjir

Desa Uluwawo Desa Latawe

Lasusua

Desa Sulaho RGP

Desa Totallang Longsor

Desa Pitulua RGP

Desa Rantelimbong Banjir

Desa Tojabi

Kelurahan Lasusua Desa Watuliwu

Desa Ponggiha Banjir

Desa Patowonua

Desa Babussalam Longsor

Desa Batuganda Permai Longsor

Desa Puncak Monapa Longsor

Katoi Desa Ujung Tobaku RGP, Banjir

Desa Katoi RGP, Banjir

(25)

Desa Maruge Banjir

Desa Lanipa-nipa Banjir

Desa Lambuno

Kodeoha

Desa Kalu Kaluku

Desa Awo Banjir

Desa Lametuna

Kelurahan Mala Mala RGP, Banjir

Desa Jabal Nur Desa Koroha Desa Jabal Kubis Desa Kamisi

Desa Meeto Longsor

Desa Sawangaoha Desa Delang-Delang Desa Ainani Tajriani

Tiwu

Desa Mattirobulu Banjir

Desa Lawadia Desa Watumea

Desa Tiwu Banjir

Desa Tahibua Desa Lapolu

Desa Tanggeao Longsor

Ngapa

Desa Ngapa Desa Tadoumera

Kelurahan Lapai Banjir

Desa Koreiha Desa Lawolatu

Desa Puurau Banjir

Desa Parutellang Longsor

(26)

Desa Tambuha

Desa Kasumeeto Banjir

Desa Kosali RGP

Desa Mikuasi Longsor, Banjir

Kelurahan Olo Oloho RGP

Desa Kondara

Desa Sipakainge RGP, Banjir

Desa Seuwwa Desa Alipato Desa Lalume

Pakue Utara

Desa Teposua

Desa Pakue RGP, Banjir

Desa Mataleuno

Desa Pasampang Banjir

Desa Labipi RGP

Desa Latowu RGP, Banjir

Desa Batu Api Desa Bukit Tinggi

Kelurahan Batu Putih Banjir

Desa Mosiku Banjir

(27)

Desa Paru Lampe

Desa Porehu Longsor

Desa Ponggi

Desa Lawaki Jaya Banjir

Desa Patikala

Desa Tolala RGP, Banjir

Desa Bahari RGP

Desa Lelewulu Desa Loka

Keterangan : RGP = Rawan Gelombang Pasang Sumber : RTRW Kab. Kolaka Utara,2012

Dari data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa daerah paling rawan yang memiliki 3

potensi bencana, terdapat di Desa Pohu Kecamatan Ranteangin.

Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam disusun dengan

memperhatikan:

a. perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di kawasan rawan bencana

alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan (building code) sesuai dengan

potensi bahaya/bencana alam serta dilengkapi jalur evakuasi

b. masih dapat dilakukan pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko

bencana alam dan pemasangan sistem peringatan dini (early warning system)

c. masih diperkenankan adanya kegiatan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan,

kehutanan dan bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat

bencana alam

d. rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan rawan bencana longsor dan tidak

dibenarkan membuka lahan baru yang merupakan daerah konservasi hutan atau hutan

lindung

(28)

f. pengaturan sistem jaringan drainase untuk pencegahan banjir

g. penetapan batas luasan kawasan yang rawan tanah longsor, batas luasan genangan banjir

dan batas pasang tertinggi

h. tidak dibenarkan membangun di daerah rawan longsor atau daerah yang berpotensi

terjadinya longsor dan rawan banjir; dan

i. mematuhi edaran dari BMKG perihal cuaca Provinsi Sulawesi Tenggara.

Peta 2.8

(29)

2.4.4 Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Beberapa isu ditingkat Kabupaten Kolaka Utara yang dapat dikemukakan, antara lain :

1. Belum terakomodasinya Kabupaten Kolaka Utara (dengan ibukotanya Lasusua) di

dalam RTRWN terbaru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam mendukung

Kota Kendari sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Walaupun potensi daerah

dalam subsektor perkebunan telah menjadi komoditas ekspor bagi wilayah ini sebagai

salah satu faktor penentunya.

2. Belum terbangunnya infrastruktur dan prasarana dan sarana wilayah pada kawasan

perbatasan, dimana Kabupaten Kolaka Utara merupakan koridor perbatasan antara

provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.

3. Perkembangan penduduk yang luar biasa tinggi dengan tingkat pertumbuhan 4.43 %

per tahun harus dikendalikan, mengingat target pertumbuhan penduduk nasional adala

1.49 % per tahun. Hal ini mengingat perkembangan penduduk yang sangat tinggi

akan memerlukan banyaknya penyediaan sarana dan prasarana wilayah yang sangat

besar dan bisa mengganggu pertumbuhan perekonomian wilayah Kabupaten Kolaka

Utara.

4. Berkembangnya komoditi tanaman Nilam yang bisa diolah menjadi minyak Atsiri

sangat potensial meningkatkan perekonomian wilayah bagi penduduk Kabupaten

Kolaka Utara. Tanaman Nilam ini harus mendapatkan prioritas penelitian dan

pengembangannya agar bisa lebih berdaya guna dan berhasil guna dimasa depan

5. Keberadaan Jalan Nasional Trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Tenggara

dengan Sulawesi Selatan-Sulawesi Barat-Sulawesi Tengah- dan Sulawesi Utara,

dimana memiliki posisi strategis bagi pergerakan orang, barang, dan jasa yang

melintang Utara-Selatan membelah wilayah Kabupaten Kolaka Utara belum

mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari Pemerintah Daerah Sulawesi

Tenggara dan Pemerintah Pusat, terbukti dengan besarnya jalan yang rusak.

6. Infrastruktur (prasarana dan sarana) transportasi laut yang menghubungkan

Kabupaten Kolaka Utara – Bajoe/Bone dan Siwa/Wajo masih harus lebih ditingkatkan.

7. Potensi perikanan laut yang cukup tinggi belum dimanfaatkan secara optimal, baik

kegiatan penangkapan dengan menggunakan teknologi terapan tepat guna maupun

(30)

8. Perambahan Kawasan Hutan (HL, HPT, dan HP) sebagai Kawasan Perkebunan dan

pertanian rakyat yang menyalahi undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan dan dapat menimbulkan gangguan bagi lingkungan hidup, serta ancaman

bahaya banjir.

9. Potensi pertambangan bahan galian logam nikel dan lain-lain sejenisnya yang

keberadaanya di dalam Kawasan Hutan (HL, HPT, HP, dan HPK), dimana eksplorasi

dan eksploitasinya harus memperoleh izin masuk kawasan dari Menteri Kehutanan,

termasuk bila harus dikonversi untuk pertambangan.

10. Adanya puluhan Kuasa Pertambangan (KP) Penyelidikan Umum, Eksplorasi, dan

Eksploitasi serta Pengangkutan bahan galian tambang yang telah dikeluarkannya oleh

Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara, dimana sebagian berada dalam Kawasan Hutan

(HL, HPT, HP, dan HPK) yang peruntukannya tidak sesuai dengan peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku.

11. Adanya rencana Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara untuk membangun Kota

Terpadu Mandiri (KTM) dengan memanfaatkan Kawasan Hutan, yang dalam hal ini

perlu persetujuan Menteri Kehutanan RI untuk konservasinya.

12. Luas kawasan hutan 263.919 ha (HL = 156.567 ha ; HPT = 59.477 ha ; HP = 25.500

ha ; dan HPK = 22.375 ha) dari seluruh luas Kabupaten Kolaka Utara, dimana 77,81 %

adalah Kawasan Hutan dimana hanya 22,19 % Kawasan Non Hutan adalah sangat

menyulitkan Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara untuk mengembangkan kegiatan

pembangunan di Kawasan Budidaya, dan kesulitan untuk meningkatkan pemdapatan

daerah yang pada gilirannya kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan

penduduknya.

13. Kabupaten Kolaka Utara telah menyelenggarakan program pembebasan pendidikan

sejak bangku SD sampai tingkat SLTA, baik swasta maupun negeri. Selain itu

kerjasama dengan Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah, dan

juga Universitas Islam Sembilan Belas November, Sulawesi Tenggara untuk

pendidikan tinggi secara bebas bagi putra dan putri Kabupaten Kolaka Utara adalah

hal yang sangat menggembirakan. Hal ini untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja

terdidik sesuai dengan kompetensinya. Namun masih diperlukan pengembangan mutu

SDM yang memiliki kapabilitas dan kapasitas untuk menangani sektor-sektor kegiatan

pembangunan secara fungsional dan profesional sesuai dengan bidang keahlian dan

latar belakang pendidikan formal dan pelatihan yang pernah dan akan diikuti oleh

(31)

14. Kabupaten Kolaka Utara juga telah menyelenggarakan program pembebasan biaya

kesehatan bagi seluruh penduduk Kabupaten Kolaka Utara. Dibangunnya RSUD yang

diberi nama RSUD H.M. Djafar Harun dan kini telah memiliki 2 (dua) orang dokter

spesialis yaitu dokter spesialis bedah dan dokter spesialis anak, dan juga Puskesmas

Poned sebanyak 4 buah, Puskesmas sebanyak 11 buah, dan Puskesmas Pembantu

sebanyak 65 buah yang tersebar di seluruh Kabupaten diharapkan akan mampu

memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk dengan baik.

15. Mengingat Kota Lasusua masih merupakan PKL, maka diperlukan penguatan

”bargaining position” pemerintah Kabupaten Kolaka Utara dengan pemerintah

Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka revisi RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara

2009-2029, yang menjadikan Kabupaten Kolaka Utara dengan ibukota Lasusua

sebagai PKW untuk mendukung Kota Kendari (Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara)

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Kolaka Utara
Tabel 2.2
Tabel 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari seluruh alasan penggunaan masing- masing teknik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan teknik penerjemahan dalam terjemahan metafora yang menunjukkan

Menyusun semua itemset sering, yaitu itemset yang memiliki frekuensi itemset minimal sebesar bilangan Φ = 4 yang. telah ditetapkan di

Selain penugasan yang bersifat lintas sektoral dan kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset, pada tahun 2012 juga telah dilaksanakan penugasan dari Presiden (Pemerintah)

Sukses Pratama di wilayah Kabupaten dilakukan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Badung adalah dimulai dari sejak awal perusahaan tersbut menggunakan dan

Jumlah pembiayaan yang diambil responden berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan pelaku usaha mikro dengan didukung oleh variabel-variabel

1. Setia, pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah. Terikat pada tujuan, seorang pemimpin ketika diberi amanah sebagai pemimpin dalam melihat tujuan

adalah pada metode Newton-Raphson determinan hessian (turunan kedua fungsi tujuan) tidak sama dengan nol, sedangkan pada metode Trust-Region determinan hessian

Dari latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah "Bagaimana mendesain kawasan pusat pemasaran yang juga dapat menjadi faktor penarik bagi pengunjung