• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 4393514fad BAB IIBab 2 Profil Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 4393514fad BAB IIBab 2 Profil Kabupaten"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 1 BAB II

PROFIL KABUPATEN BUOL

2.1. Wilayah Administrasi

Kabupaten Buol adalah salah satu daerah otonomi baru di Provinsi

Sulawesi Tengah merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Morowali

yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kabupaten Buol Di Provinsi Sulawesi Tengah, Ibu Kotanya

berkedudukan di Buol, memiliki 11 kecamatan, 108 desa dan 7 (tujuh)

kelurahan.

Secara geografis Kabupaten Buol terletak antara 01O31’12” Lintang

Selatan dan 03O46’48” Lintang Selatan serta antara 121O02’24” Bujur Timur dan

123O15’36” Bujur Timur, memiliki luas wilayah daratan 10.018,12 Km2 dan

wilayah Lautan seluas 8.344,27 Km² sehingga total luas wilayah Kabupaten Buol

adalah 18.362,39 Km². Berdasarkan luas wilayah daratan tersebut maka

Kabupaten Buol merupakan 1 (satu) dari 13 Kabupaten/Kota di Provinsi

Sulawesi Tengah yang memiliki luas wilayah daratan terbesar yakni sekitar

14,72 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tengah.

Berdasarkan data luas kecamatan dari 11 kecamatan di Kabupaten Buol,

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Tiloan seluas 1.437,70 Km² atau 35,5

persen dari luas Kabupaten Buol, sedangkan Kecamatan terkecil adalah

Kecamatan Karamat Barat seluas 153,10 Km² atau sebesar 3,79 persen dari luas

Kabupaten Buol.

Untuk lebih jelasnya data luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten

(2)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 2 Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Buol

Menurut Kecamatan, Tahun 2015

2 Paleleh Barat Timbulon

3 Gadung Bulagidun

Pembagian wilayah administrasi desa dalam Kecamatan dapat dilihat

pada Tabel berikut.

(3)
(4)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

Data detail tentang profil singkat Kecamatan-Kecamatan di wilayah

Kabupaten Buol sebagai berikut.

Mamosalato : Luas wilayah 1.480,00 Km2 atau sebesar 14,77 persen

dari total luas wilayah Kabupaten Buol, berjarak 50 Mil

dari Ibukota Kabupaten Buol, yang hanya dapat

ditempuh dengan kendaraan Laut dengan Ibukota

Kecamatan Tanasumpu.

Bungku Utara : Memiliki jarak 45 Mil dari Ibukota Kabupaten Buol

ditempuh dengan kendaraan Laut, dengan luas wilayah

(5)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 5 wilayah Kabupaten Buol dan merupakan yang terluas di

Kabupaten Buol dengan Ibukota Kecamatan di

Baturube;

Soyo Jaya : Luas wilayah 605,51 km2 atau 6,04 persen dari total

luas wilayah Kabupaten Buol Ibukota Kecamatan Soyo

Jaya berkedudukan di Lembah Sumara dengan jarak 35

Mil yang hanya dapat ditempuh dengan kendaraan Laut;

Petasia : Adalah ibukota Kabupaten Buol dengan Luas wilayah

sebesar 646,34 Km2 atau dengan Persentase luas

wilayah sebesar 6,45 persen dari total wilayah

Kabupaten Buol dengan ibukota Kecamatan kelurahan

Kali;

Petasia Barat : Merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah

terkecil di Kabupaten Buol dengan ibukota Kecamatan

di Tiu, memiliki luas wilayah 465,29 Km2 atau 1,90

persen dari total luas wilayah Kabupaten Buol berjarak

20 Km dari Ibukota Kabupaten;

Petasia Timur : Ibukota Kecamatan Petasia Timur di Bungintimbe

dengan Luas wilayah sebesar 523,61 Km2 atau 5,23

persen dari total luas wilayah Kabupaten Buol dan

berjarak 34 Km dari Ibukota Kabupaten ditempuh

dengan kendaraan darat;

Lembo : Berjarak 34 Km dari Ibukota Kabupaten Buol, memiliki

Luas wilayah 675,23 Km2 atau 6,74 persen dari total

wilayah Kabupaten Buol dengan Ibukota Kecamatan di

Beteleme;

Lembo Raya : Luas wilayah Kecamatan Lembo Raya seluas 657,61

Km2, berjarak kurang lebih 44 Km dari Ibukota

Kabupaten Buol, dengan Ibukota Kecamatan di

Petumbea;

Mori Atas : Luas wilayah 1.508.81 Km2 atau 15,06 persen dari total

wilayah Kabupaten Buol berjarak 85 Km dari Ibukota

Kabupaten Buol dengan Ibukota Kecamatan desa

(6)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 6 Mori Utara : Luas wilayah 1.048,93 Km2 atau 10,47 persen dari total

luas wilayah Kabupaten Buol dan berjarak 90 Km dari

Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di

Mayumba.

Batas wilayah Kabupaten Buol di Sebelah Utara berbatasan dengan Desa

Buyuntaripa, Desa Korondoda, Desa Bugi Kecamatan Tojo dan Desa Rompi

Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una. Sebelah Timur berbatasan

dengan Desa Rata, Desa Gunung Kramat, Desa Matawa, Desa Mangkapa

Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai dan Laut Banda; Sebelah Selatan

berbatasan dengan Desa Solonsa Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali

dan Desa Nuha, Desa Matano, dan Desa Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten

Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan; dan Sebelah Barat berbatasan dengan

Desa Uelene, Desa Mayasari Kecamatan Pamona Selatan dan Desa Pancasila,

Desa Kamba, Desa Matialemba, Desa Kancu’u dan Desa Masewe Kecamatan

Pamona Timur Kabupaten Poso.

Sebagaimana dijelaskan di atas, Kabupaten Buol merupakan salah satu

dari 13 (tigabelas) Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah dan merupakan

Kabupaten/Kota yang memiliki luas wilayah terbesar di Sulawesi Tengah dengan

luas wilayah kurang lebih 10.018,12 Km2 atau sekitar 14,72 persen dari luas

daratan Provinsi Sulawesi Tengah dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Posisi Kabupaten Buol dilihat dari permukaan bumi terletak di sekitar Teluk Tolo, Teluk Tomori sampai pada daerah pedalaman yang berbentuk lembah, perbukitan, dan pegunungan.

• Kabupaten Tojo Unauna

Sebelah Utara

• Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan

Kabupaten Morowali Sebelah Selatan

• Kabupaten Poso

Sebelah Barat

• Kabupaten Banggai dan Teluk Tolo

(7)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 7 Sumber: Profil Kabupaten .., data diolah kembali, Tahun 2016

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Buol

Saat dibentuk pertama kalinya, Kabupaten Morowali beribukota di Buol

(ibukota Buol sekarang). Ibukota definitif Kabupaten Morowali sekarang, yakni

di Bungku (Bungku Tengah), sesuai dengan undang-undang dan telah

difungsikan sejak 2 Mei 2006. Sedangkan Buol telah menjadi ibukota Kabupaten

Buol. Kondisi georafis Kabupaten Buol dengan ibukota Kabupaten yang

berkedudukan di Buol berbatasan dengan laut (Perairan Teluk Tolo) sehingga

dapat dicapai melalui laut, darat atau kombinasi keduanya sesuai dengan

kondisi geografis wilayah lainnya.

Tabel 2.3 Letak Geografis Kecamatan Menurut Desa Kabupaten Buol, Tahun 2015

Kecamatan Pantai Lembah/

DAS

Lereng/ Punggung

Bukit

Dataran Jumlah

Mamosalato 6 4 2 2 14

Bungku Utara 7 0 3 13 23

Soyo Jaya 3 1 6 0 10

Petasia 6 0 0 4 10

Petasia Barat 0 4 0 6 10

Lembo 0 3 0 11 14

Lembo Raya 0 0 7 3 10

(8)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 8

Kecamatan Pantai Lembah/

DAS

Sumber: Profil Kabupaten Buol, data diolah kembali, Tahun 2016

2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Buol

1. Pertanian

Potensi pengembangan pertanian untuk tanaman pangan di Kabupaten

Buol seluas 32,458.88 ha, dan masih dapat diperluas dengan memanfaatkan

kawasan hutan konversi seluas 19,035 ha.. Pengembangan Potensi Pertanian

dibagi atas dua bagian, yaitu: (1) Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah

(TPLB); (2) Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK).

Untuk lahan basah; pengembangan kawasan pertanian diarahkan pada

kawasan yang sesuai untuk penanaman tanaman lahan pangan lahan basah

dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun secara teknis

dan didukung sistem atau potensi pengembangan prasarana pengairan dengan

mempertimbangkan faktor-faktor; Ketinggian kawasan di bawah 1000 m,

kelerengan kawasan dibawah 3 % dan kedalaman efektif lapisan tanah di atas

50 cm.

Untuk Lahan Kering; lebih diarahkan pada pengembangan padi gogo,

palawija dan hortikultura dengan mempertimbangkan faktor-faktor; Ketinggian

kawasan di bawah 1000 m, kelerengan kawasan dibawah 8 % dan kedalaman

efektif lapisan tanah di atas 60 cm.

Adapun luas kawasan pertanian untuk tanaman pangan di Kabupaten

Buol dapat dilihat pada tabel berikut :

(9)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

Jika dicermati Luas Panen Padi di Kabupaten Buol Tahun 2014 sebesar

8.593 hektar dengan total produksi padi sebesar 37.886,54 ton. Rata-rata total

produktivitas sebesar 4,36 ton/hektar. Secara keseluruhan baik luas maupun

produksi tanaman padi di Kabupaten Buol mengalami peningkatan jika

dibanding dengan capaian tahun sebelumnya yaitu tahun 2013. Data

perkembangan luas panen dan Produksi Tanaman Padi tahun 2013-2014 dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.5 Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali)

Seperti yang terlihat pada tabel di atas, baik luas panen tanaman padi di

Kabupaten Buol mengalami peningkatan sebesar 3,38 persen dari tahun

(10)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 10 meningkat sebesar 31,01 persen jika dibanding produksi tahun 2013.

Peningkatan yang mendasar baik luas panen maupun produksi dipengaruhi

karena meningkatnya luas panen dan produksi pada jenis tanaman padi sawah

meskipun pada jenis tanaman padi ladang sedikit mengalami penurunan. Untuk

lebih jelasnya mengenai produktivitas tanaman padi di Kabupaten Buol tahun

2013-2014 dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali)

Gambar 2.2 Produktivitas Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten BuolTahun 2013-2014

Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, produktivitas tanaman padi

sawah sebesar 4,41 ton/hektar pada tahun 2014. Angka tersebut mengalami

peningkatan sebesar 24,26 persen jika dibanding produtivitas tanaman padi

sawah pada tahun 2013 yang hanya sebesar 3,34 ton/hektar. Sementara untuk

produktivitas tanaman padi ladang sedikit mengalami penurunan pada tahun

2014. Meski demikian tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi

secara keseluruhan mengalami peningkatan.

Untuk jenis tanaman pangan lokal lainnya yang termasuk dalam

kelompok tanaman palawija seperti Jagung, Ubi Kayu, Ubi jalar, Kacang Tanah,

Kacang Kedelai, dan Kacang Hijau, secara keseluruhan mengalami penurunan

produksi, kecuali untuk jenis tanaman Ubi Kayu dan Ibu Jalar yang mengalami

peningkatan produksi sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.

(11)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 11 Jenis

Tanaman

Luas Panen

(Ha) Selisih

(Ha)

Produksi (Ton) Selisih Ton)

2013 2014 2013 2014

Jagung 709 452 -257 3,575.62 1,912.86 -1,662.76

Ubi Kayu 73 96 23 1,347.13 1,930.18 583.05

Ubi Jalar 57 50 (7) 570.04 615.05 45.01

Kacang Hijau 20 8 (12) 16.00 7.04 -8.96

Kacang Kedelai 101 107 6 114.24 113.63 -0.61

Kacang Tanah 109 124 15 205.72 186.74 -18.98

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali)

Dari tabel di atas, terlihat bahwa luas panen tanaman jagung di

Kabupaten Buol pada tahun 2014 sebesar 452 Hektar sedangkan produksinya

mencapai 1.912,86,62 ton dengan rata-rata per hektarnya sebesar 4,23 ton.

Untuk luas panen tanaman Ubi Jalar tahun 2014 seluas 50 hektar, memiliki

produksi sebesar 615,05 ton dengan capaian rata-rata produktivitas sebesar

12,30 ton/hektar. Sementara luas tanaman kacang hijau di Kabupaten Buol

pada tahun 2014 memiliki luas panen sebesar 8 hektar dengan hasil produksi

sebesar 7,04 ton/hektar dengan capaian produtivitas sebesar 0,88 ton/hektar.

Selain kacang hijau tanaman lainnya yang mengalami penurunan baik luas

panen maupun produksinya yaitu tanaman kacang kedelai dan kacang tanah.

Data perkembangan produktivitas tanaman palawija di Kabupaten Buol tahun

2013-2014 dapat dilihat pada gambar berikut;

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali)

(12)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 12 2. Perkebunan

Kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Buol dengan luas

sebesar 86,645.09 Ha. Komoditas utama perkebunan dan sebarannya terdiri

atas:

o Kakao, terdapat di Kecamatan Mamosalato, Kecamatan Bungku Utara,

Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Petasia.

o Cengkeh, terdapat di Kecamatan Lembo, dan Kecamatan Bungku Utara.

o Kelapa, terdapat di Kecamatan Bungku Utara

o Jambu mete, terdapat di Kecamatan Bungku Utara;

o Vanili, terdapat di Kecamatan Soyo Jaya;

o Sagu, terdapat di Kecamatan Petasia dan Kecamatan Soyo Jaya;

o Karet, terdapat di Kecamatan Lembo;

o Sawit, terdapat di Kecamatan Mori Atas, Kecamatan Mori Utara, Kecamatan

Lembo, Kecamatan Lembo Raya, Kecamatan Petasia, Kecamatan Petasia

Barat, Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato.

Uraian luas kawasan perkebunan beserta sebarannya di Kabupaten Buol

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.7 Luas Kawasan Perkebunan Menurut Kecamatan

(13)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

Komoditi tanaman perkebunan sebagai tanaman perdagangan di

Kabupaten Buol memiliki peranan yang sangat penting tidak saja merupakan

sumber penghasilan devisa tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja yang

banyak menyerap tenaga kerja bagi masyarakat. Luas areal perkebunan pada

tahun 2014 dan hasil produksi tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Buol

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Luas Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Kabupaten Buol Tahun 2010-2014

Sumber: Profil Kabupaten Buol tahun 2015 (diolah kembali)

Pada tabel di atas terlihat pada sub sektor perkebunan, komoditi kakao

menempati urutan pertama dalan hal produksi. Angka produksi kakao selama

(14)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 14 sebesar 56,42 persen, jika dibanding dengan produksi kakao pada tahun

sebelumnya tahun 2013 sebesar 3.223 ton. Disusul produksi kelapa sawit yang

produksinya mencapai 4.393,38 ton kemudian produksi karet mencapai

2.243,42 ton. Selanjutnya ada kelapa dan sagu yang masing-masing

produksinya sebesar 418,60 dan 184,55 ton.

3. Peternakan

Kegiatan peternakan tidak mengalokasikan pada suatu kawasan

tertentu, namun dapat saja dilakukan pada kawasan sekitar pertanian tanaman

pangan, kawasan perkebunan dan atau pada sekitar kawasan hortikultura.

Adapun komoditas peternakan yang cukup dominan di Kabupaten Buol

adalah seperti:

Ternak besar berupa:

▪ Sapi, terdapat di Kecamatan Mori Atas, Kecamatan Lembo, Kecamatan

Petasia, Kecamatan Soyo Jaya, dan Kecamatan Bungku Utara;

▪ Kerbau terdapat di Kecamatan Petasia Barat dan Kecamatan Soyo Jaya;

Ternak sedang berupa:

▪ Babi, terdapat di Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Lembo dan

Kecamatan Mori Atas;

▪ Kambing, terdapat di Kecamatan Lembo, Kecamatan Petasia, dan Kecamatan

Bungku Utara;

Unggas berupa:

▪ Ayam kampung, terdapat di Kecamatan Mori atas, Kecamatan Lembo,

Kecamatan Petasia, dan Kecamatan Bungku Utara;

▪ Itik, terdapat di Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Petasia, dan

Kecamatan Lembo.

Jenis-jenis ternak yang diusahakan di Kabupaten Buol tahun 2014 di

klasifikasikan kedalam tiga bagian yaitu; a) Ternak besar yang meliputi: Sapi

dan kerbau b) Ternak kecil antara lain: Kambing dan babi; dan c) Ternak unggas

yang meliputi: Ayam kampung, ayam ras dan itik. Jenis Sapi merupakan jenis

ternak besar yang mendominasi di Kabupaten Buol, dengan jumlah ternak

sebanyak 16.347 ekor pada tahun 2014 dan ternak Kerbau sebanyak 426 ekor.

Populasi ternak kecil (kambing dan babi) di Kabupaten Buol cenderung

(15)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 15 besar di Kabupaten Buol terlihat pada gambar berikut;

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Tahun 2014 (diolah kembali)

Gambar 2.4 Populasi Ternak Besar dan Ternak Kecil Kabupaten Buol, Tahun 2013-2014

Seperti yang terlihat pada gambar di atas, populasi ternak sapi sebanyak

16.347 ekor tahun 2014. Jumlah tersebut meningkat sebesar 9,48 persen jika

dibanding jumlah populasi ternak sapi pada tahun 2013 sebanyak 14.797 ekor.

Populasi ternak kecil seperti babi mengalami penurunan sebesar 18,27 persen

yang mana jumlah populasinya sebanyak 12.224 ekor tahun 2013 menurun

menjadi 10.352 ekor tahun 2014. Sementara populasi ternak kecil jenis kambing

tahun 2013 sebanyak 12.244 ekor juga mengalami penurunan sebesar 2,94

persen dari total populasi tahun 2013 sebesar 4.542 ekor sedangkan dan tahun

2014 hanya sebanyak 4.412 ekor.

Populasi unggas yang diternak masyarakat Kabupaten Buol terdiri dari;

Ayam Buras, Ayam Pedaging, Ayam Petelur dan Itik. Dari 4(empat) jenis unggas

yang di ternak masyarakat di Kabupaten Buol dalam 2(dua) tahun terakhir

didominasi unggas ayam kampung. Data populasi unggas di Kabupaten

(16)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 16 Sumber: ProfilKabupaten Buol tahun 2015 (diolah kembali)

Gambar 2.5 Jumlah Unggas Menurut Jenisnya Kabupaten BuolTahun 2013-2014

Dari gambar di atas, jumlah populasi ternak unggas jenis ayam kampung

di Kabupaten Buol pada tahun 2013 sebanyak 93.588 ekor, kemudian

meningkat pada tahun 2014 menjadi sebanyak 96.062 ekor. Untuk populasi

ternak unggas ayam pedaging tahun 2013 sebanyak 10.790 ekor mengalami

penurunan populasi pada tahun 2014 menjadi 652 ekor. Sementara populasi

ternak itik tahun 2013 sebanyak 6.520 ekor meningkat menjadi 11.043 ekeor

pada tahun 2014 dan populasi ayam petelur pada tahun 2014 sebanyak 2.440

ekor.

4. Perikanan

Kawasan peruntukkan perikanan di Kabupaten Buol terdiri atas:

1) Perikanan Tangkap

Kawasan peruntukan perikanan tangkap di Kabupaten Buol tersebar pada

perairan laut Kabupaten Buol.

2) Perikanan Budidaya

Kawasan peruntukan perikanan budidaya di Kabupaten Buol, terdiri atas

:

o Kawasan budidaya laut terdapat di Kecamatan Bungku Utara.

o Kawasan budidaya Tambak, Kolam, Empang terdapat di Kecamatan

(17)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 17

o Kawasan budidaya perikanan darat terdapat di Kecamatan Lembo;

Kecamatan Lembo Raya; Kecamatan Mori Atas; Kecamatan Mori

Utara; dan Kecamatan Bungku Utara.

3) Kawasan Minapolitan

Rencana Kawasan Minapolitan di Kabupaten Buol adalah Desa

Bungintimbe Kecamatan Petasia Timur dan Kawasan Minapolitan Bahoue

Kecamatan Petasia.

4) Kawasan Pengolahan Ikan dan rumput laut

Pengolahan hasil produksi perikanan di Kabupaten Buol direncanakan

pada Kecamatan Petasia, Petasia Timur, Soyo Jaya, Bungku Utara, dan

Mamosalato.

Untuk sektor perikanan, Pemerintah Daerah Kabupaten Buol telah

melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap

dan perikanan budidaya. Upaya tersebut ditempuh melalui penangkapan

maupun budidaya perikanan darat guna meningkatkan pendapatan masyarakat

di Sub-sektor Perikanan. Data perkembangan produksi perikanan tangkap dan

perikanan budidaya di Kabupaten Buol dari tahun 2013 hingga tahun 2014

dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Profil Kabupaten Buol, tahun 2015 (diolah kembali)

(18)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 18 Pada gambar di atas, total Produksi Perikanan di Kabupaten Buol tahun

2014 tercatat sebesar 18.491,09 ton, capaian tersebut mengalami peningkatan

yang signifikan sebesar 74,96 persen jika dibanding produksi perikanan pada

tahun 2013 yang hanya sebesar 4.630,15 ton. Peningkatan yang signifikan

tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi perikanan tangkap yang

meningkat sebesar 96,39 persen dan produksi perikanan budidaya sebesar 6,90

persen pada periode yang sama. Sub sektor perikanan sangat potensial dan

perlu mendapat perhatian serius dan fokus untuk dikembangkan di daerah

setempat.

5. Pertambangan

Kabupaten Buol memiliki potensi sumberdaya bahan galian yang sangat

variatif dan potensial untuk dikembangkan, potensi sumberdaya yang ada dapat

dikelompokkan kedalam jenis bahan galian strategis (golongan A) yaitu; Minyak

bumi dan gas, batubara dan nikel, bahan galian vital (bahan galian golongan B)

yaitu; Chromit serta bahan galian non strategis dan vital yaitu; lempung,

marmer, onyx dan kaolin, dengan sebaran wilayah pertambangan sebagai

berikut:

1). Kawasan Pertambangan Strategis:

a. Minyak Bumi dan Gas terdapat di wilayah Kecamatan Bungku Utara dengan

luas area kurang lebih 47.500 Ha, Kecamatan Mamosalato, dan Perairan

Teluk Tolo;

b. Batubara terdapat di wilayah Kecamatan Mori Atas dengan luas area kurang lebih 300 Ha dan Kecamatan Bungku Utara;

c. Nikel terdapat di wilayah Kecamatan Mamosalato, Kecamatan Bungku Utara,

Kecamatan Petasia Timur, Kecamatan Petasia Barat, Kecamatan Lembo,

Mamosalato, Kecamatan Petasia dengan luas area sebesar 15.355 Ha dan

Kecamatan Soyo Jaya dengan luas area 4.494 Ha;

2). Kawasan Pertambangan Vital (Golongan B):

a. Chromit di wilayah Kecamatan Mamosalato, Kecamatan Bungku Utara, dan

Kecamatan Soyo Jaya.

b. Emas di wilayah Kecamatan Mamosalato dan Kecamatan Bungku Utara; dan c. Batu mulia di wilayah Kecamatan Mamosalato dan Bungku Utara.

(19)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 19 a. Lempung terdapat di wilayah Kecamatan Petasia dan Mori Atas

b. Marmer terdapat di wilayah Kecamatan Lembo, Petasia dan Kecamatan Mori

Atas

c. Onyx terdapat di wilayah Kecamatan Petasia, Petasi Timur, dan Lembo;

d. Kaolin terdapat di wilayah Kecamatan Mori Atas

Tabel 2.9 Luas Kawasan Pertambangan yang Dominan Menurut Kecamatan di Kabupaten Buol

Kecamatan Jenis Pertambangan

Batubara Marmer 1 Nikel 1 Nikel 3 C Nikel 3b

Bungku Utara - - - - 15,442.30

Lembo - - 10,986.74 - -

Lembo Raya - - 5,523.97 - -

Mamosalato - - - - 13,866.78

Mori Atas 4,369.04 30.40 - - -

Mori Utara 5.04 2.06 - - -

Petasia - 8,359.12 1,128.16 5,156.15 -

Petasia Barat - 2,172.71 72.54 749.08 -

Petasia Timur - 208.42 11,506.49 - -

Soyo Jaya - - - - -

Jumlah 4,374.08 10,772.71 29,217.89 5,905.23 29,309.09

Sumber: RTRW Kabupaten Buol

6. Industri

Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Buol lebih diarahkan

berlokasi mendekati sumber bahan baku (raw material oriented) yang terdiri

atas:

1). Kawasan peruntukan industri besar.

a. Kawasan peruntukan industry besar berbasis bahan baku pertanian

terdapat di desa Bungintimbe Kecamatan Petasia Timur; Desa Beteleme

Kecamatan Lembo; dan Desa Tomata Kecamatan Mori Atas.

b. Kawasan peruntukan industri berbasis bahan baku perikanan dan hasil

(20)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 20 c. Kawasan peruntukan industri besar berbasis bahan baku pertambangan

terdapat di Kecamatan Petasia, Kecamatan Petasia Timur, dan Kecamatan

Petasia Barat.

2). Kawasan peruntukan industri rumah tangga yang tersebar di seluruh

Kecamatan.

Khusus untuk pengembangan industri, pada tahun 2015 telah dibangun

pabrik pengolahan nikel (smelter) oleh PT. COR Industri Indonesia di Desa

Ganda-Ganda Kecamatan Petasia dengan kapasitas produksi 300.000 ton nickel

Pick Iron (NPI) per tahun yang pembangunannya selama 3 (tiga) tahap.

Pembangunan tahap pertama telah dirampungkan pada akhir tahun 2016

dengan kapasitas produksi 100.000 ton NPI.

7. Pariwisata

Kawasan yang peruntukan pariwisata di Kabupaten Buol terdiri atas:

1). Kawasan peruntukan pariwisata budaya yaitu:

a. Situs Rumah Raja Mori, Kecamatan Petasia Barat;

b. Rumah Suku Wana di Kecamatan Bungku Utara. c. Makam Raja Mori Kecamatan Petasia.

d. Kubur Keramat Desa Tokala terdapat di Kecamatan Bungku Utara.

2). Kawasan peruntukan pariwisata alam yaitu:

a. Taman wisata Laut Teluk Tomori terdapat di Kecamatan Petasia;

b. Wisata Sungai/Arung Jeram, Permandian Air Panas, Permandian

Panapa, Permandian Korowalelo di Kecamatan Lembo;

c. Permandian Gontara di Kecamatan Mori Atas; d. Batu Payung di Kecamatan Petasia;

e. Pasir putih, Pantai Siliti, Air Terjun Waranpadoa Kecamatan Bungku

Utara;

3). Kawasan peruntukan pariwisata cagar alam yaitu:

a. Cagar Alam Buol terdapat di Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan

Soyo Jaya; dan

b. Taman Buru Landasa Tomata terdapat di Kecamatan Mori Atas.

4). Kawasan yang peruntukan pariwisata buatan (pertanian/agriwisata) yaitu:

a. Wisata Agro Perkebunan Kelapa terdapat di Kecamatan Mori Atas.

5). Kawasan yang peruntukan pariwisata buatan (pertanian/agriwisata) yaitu :

(21)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 21 b. Kubur Keramat Desa Tokala terdapat di Kecamatan Bungku Utara.

2.3 Demografi dan Urbanisasi

1. Perkembangan Jumlah Penduduk

Berdasarkan data dari BPS diketahui jumlah penduduk Kabupaten Buol

selama Tahun 2014 mencapai sebanyak 114.982 jiwa, dengan rata-rata

pertumbuhan penduduk pada Tahun 2014 sebesar 1,6 persen. Data tren

pertumbuhan penduduk Kabupaten Buol tahun 2010-2014 tersaji pada Tabel

berikut.

Tabel 2.10 Tren Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Buol, Tahun 2010-2014

Kecamatan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Mori Atas 10,418 10,611 10,810 11,039 11,226

Lembo 20,300 13,043 13,288 13,727 14,013

Lembo Raya - 7,632 7,776 7,811 7,901

Petasia Timur - 12,559 12,795 13,644 14,072

Petasia 33,705 21,769 22,179 16,193 16,773

Petasia Barat - - - 7,523 7,708

Mori Utara 6,819 6,945 7,076 7,133 7,225

Soyo Jaya 7,884 8,030 8,181 8,805 9,107

Bungku Utara 14,699 14,971 15,252 15,467 15,694

Mamosalato 10,269 10,459 10,656 11,030 11,263

Buol 104,094 106,019 108,013 112,372 114,982

Sumber: Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2011-2015 (diolah kembali)

Dari data tersebut, Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan

Petasia pada tahun 2014 berjumlah 16.773 jiwa, diikuti Kecamatan Bungku

Utara sebanyak 15.694 jiwa, Kecamatan Petasia Timur sebesar 14.072 jiwa, dan

Kecamatan Lembo sebanyak 14.013 jiwa, serta Kecamatan Mamosalato

sebanyak 11.263 jiwa. Kecamatan yang paling sedikit penduduk di Mori Utara

sebanyak 7.708 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk merupakan gambaram

(22)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 22 Kecamatan. Rata-rata pertumbuhan penduduk periode Tahun 2014 sekitar 1,6

persen.

2. Jumlah Penduduk Miskin

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

dunia. Namun, negara-negara miskin menghadapi masalah yang lebih besar.

Indikator kemiskinan umumnya menggunakan kriteria garis kemiskinan

(poverty line) untuk mengukur kemiskinan absolut. Perhitungan garis

kemiskinan berbeda-beda disetiap wilayah. Hal ini disebabkan oleh adanya

perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. BPS menggunakan batas

miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk

memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Kebutuhan

minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari, sedang

pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk

perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa.

Secara umum gambaran kemiskinan dapat dilihat dari data konsumsi

rumah tangga yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi pengeluaran

makanan dan bukan makanan, tingkat kebutuhan permintaan/permintaan

(demand) terhadap pengeluaran tersebut pada dasarnya berbeda. Dalam kondisi

pendapatan terbatas, terdapat kecendrungan untuk mendahulukan kebutuhan

makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan

terlihat bahwa sebagian besar pendapatan mereka digunakan untuk

mengkonsumsi makanan.

Batas garis kemiskinan untuk Provinsi Sulawesi Tengah pada September

tahun 2014 sebesar Rp328.063 per kapita sebulan. Artinya setiap penduduk

yang memiliki total pengeluaran perbulan (makanan + non makanan) kurang

dari Rp328.063 dimasukan ke dalam penduduk miskin. Data persentase

(23)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 23 Sumber: Statistik Kabupaten Buol, Tahun 2015 (diolah kembali)

Gambar 2.7 Persentase Masyarakat Miskin Kabupaten Buol Sulawesi Tengah dan Nasional, Tahun 2013-2014

Jumlah penduduk miskin Sulawesi Tengah pada tahun 2014 mencapai

387.060 jiwa atau sekitar 13,61 persen dari total penduduk Sulawesi Tengah

dan Kabupaten Buol sekitar 15,09 persen penduduk miskin dari total penduduk

Kabupaten Buol yang ada. Angka kemiskinan dari tahun ke tahun

kecenderungan mengalami penurunan, dimana tahun lalu yang mencapai 15,52

persen. Pada tahun 2014, penurunan angka kemiskinan tidak terjadi secara

signifikan, hal ini dikarenakan terjadi penurunan kondisi ekonomi di wilayah

Kabupaten Buol ditahun 2014.

Tabel 2.11. Kondisi Kemiskinan Kabupaten Buol dengan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2014

No Kabupaten/Kota Jumlah

(000) %

1 Banggai Kepualauan 28,24 15,45

2 Banggai 32,45 9,27

3 Morowali 16,61 14,97

4 Buol 17,35 15,09

5 Poso 39,65 17,09

6 Donggala 47,56 16,3

7 Toli-Toli 29,46 13,14

(24)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 24

No Kabupaten/Kota Jumlah

(000) %

9 Parigi Moutong 74,96 16,6

10 Tojo Una-Una 27,73 18,95

11 Sigi 26,49 11,63

12 Palu 25,66 7,05

Sulawesi Tengah 387,06 13,61

Sumber: Badan Pusat Statistik, Tahun 2015

Penduduk miskin di Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah masih

tergolong tinggi. Kabupaten Tojo Una-Una memiliki persentase penduduk miskin

terbanyak yakni sebesar 18,95 persen, selanjutnya Poso sebesar 17,09 persen,

dan tertinggi ketiga yakni kabupaten Parigi Moutong sebesar 16,6 persen.

Kabupaten Buol jika diperbandingkan dengan kabupaten/kota di Sulawesi

tengah tertinggi keenam dengan persentase penduduk miskin sebesar 15,09

persen. Persentase penduduk miskin terendah yakni Kota palu sebesar 7,05

persen.

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

2.4.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Potensi

Ekonomi

Kemajuan perekonomian Kabupaten Buol dapat dilihat dari kinerja

ekonomi makro daerah ini. Dimana, laju perkembangan pembangunan

Kabupaten Buol dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi, Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB Perkapita. PDRB merupakan suatu

dasar pengukuran atas nilai tambah (value added) yang mampu diciptakan

akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi penduduk dalam suatu

wilayah/regional dalam kurun waktu satu tahun. PDRB dapat menggambarkan

kemampuan perekonomian suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam

dan sumber daya manusia yang dimiliki.

Gambaran perekonomian Kabupaten Buol ditinjau dari PDRB Atas Dasar

Harga (ADH) Berlaku Kabupaten Buol Tahun 2014 sebesar Rp4.105.305 juta

mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 2,86 persen bila

dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar Rp3.990.986 juta. Data PDRB

ADH Berlaku Kabupaten Buol tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel

(25)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 25 Tabel 2.12 Jumlah PDRB ADH Berlaku 2010 Kabupaten Buol Menurut

Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2011-2015

Kategori Lapangan

1.363.890 1.538.386 1.762.191 2.183.337,00 2.871.370,00

B

Pertambangan dan

Pengalihan

1.928.376 2.742.875 3.489.399 3.097.495,00 1.453.334,00

C Industri

Pengolahan 48.121 53.569 60.501 71.510,00 81.178,00

D

F Konstruksi 92.494 109.711 131.364 205.056,00 2.192.857,00

G

264.854 307.192 343.447 424.130,00 498.130,00

H

Komunikasi 90.940 102.681 113.291 136.709,00 150.735,00

K

94.092 103.254 117.475 135.920,00 158.374,00

P Jasa

Pendidikan 62.098 69.699 78.112 93.200,00 110.087,00

(26)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 26 R, S, T,

U Jasa Lainnya 25.366 28.822 31.063 37.693,00 43.966,00

PDRB Migas 4.118.507 5.223.657 6.317.121 6.618.002,00 7.837.098,00

PDRB Tanpa

Migas 2.471.755 4.520.366 5.697.353 5.995.429,00 7.225.237,00

Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

Merujuk pada tabel di atas, kondisi perekonomian Kabupaten Buol dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Dimana, jumlah PDRB

ADH Berlaku dengan Migas tahun 2011 sebesar Rp. 2.350.004 juta mengalami

peningkatan sebesar 2,43 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir

menjadi Rp. 7.837.098,00 juta pada tahun 2015. Berdasarkan perhitungan

PDRB ADH Berlaku dengan Migas Kabupaten Buol hingga tahun 2015 terlihat

didominasi tiga sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar yaitu

Sektor Pertanian sebesar Rp2.871.370 juta; Sektor Pertambangan dan

Penggalian sebesar Rp. 1.453.334 juta; dan Sektor Konstruksi Rp.

2.192.857juta. Dimana kontribusi ketiga sektor tersebut pada tahun 2015

mencapai sebesar Rp. 6.517.561 juta.

Sementara itu, PDRB ADH Konstan 2010 mencapai sebesar Rp5.897.228

juta tahun 2015 meningkat dibandingkan tahun 2011 yang hanya mencapai

Rp3.871.375 juta. Sedangkan, capaian pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol

tahun 2014 sebesar 7,76 persen meningkat dibanding tahun sebelumnya 2,86

persen. Data perkembangan PDRB ADH Konstan 2010 Kabupaten Buol tahun

2011-2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.13 Jumlah PDRB ADH Konstan 2010 Kabupaten Buol Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2011-2015

Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

A Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan 1.267.660,00 1.332.976 1.427.249 1.662.279 2.139.600

B Pertambangan dan

Pengalihan 1.836.982,00 2.430.817 3.118.185 2.734.531 1.223.197

C Industri Pengolahan 45.881,00 49,567 53,992 60,586 65,972

D Pengadaan Listrik dan

Gas

(27)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

24.444,00 267,608 292,543 340.600 1.532.457

H Transportasi dan

Pergudangan 11.684,00 12,713 13,613 15,657 19,109

I Penyediaan

Akomodasi dan

Makan Minum

9.545,00 10,238 11,082 12,028 13,091

J Informasi dan

Komunikasi 86,85 95,245 104,694 124,867 133,202

K Jasa Keuangan dan

PDRB Tanpa Migas 3.315.996,00 4.049.443 4.977.141 5.001.273 5.407.139

Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

Mengutip tabel di atas, kurun waktu 2011-2015, terdapat empat sektor

dominan dalam menggerakan roda perekonomian Kabupaten Buol yaitu; Sektor

Pertanian; Sektor Pertambangan dan Penggalian; Sektor Konstruksi; dan Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran. Keempat sektor utama tersebut memberikan

kontribusi yang cukup tinggi pada PDRB ADH Konstan 2010 Kabupaten Buol.

Keempat sektor tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,

meski beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran sektor dominan dalam

membentuk PDRB ADH Konstan Kabupaten Buol. Seiring dengan mulai

dikelolanya JOB Pertamina Medco-Expan Tomori di Kecamatan Mamosalato,

dan juga meningkatnya ekspor nikel hasil produksi perusahaan pertambangan

yang tersebar di Kecamatan Petasia, Petasia Timur, dan Petasia Barat.

(28)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 28 Perkembangan beberapa sektor ekonomi selama tahun 2015

menunjukkan kondisi lebih rendah dari capaian tahun sebelumnya.

Berdasarkan data distribusi seri 2010 menunjukan Sektor Pertambangan dan

Penggalian menjadi satu sektor dominan dalam menggerakan roda

perekonomian Buol. Sektor Pertambangan dan Penggalian tersebut antara lain

minyak bumi, dan pertambangan nikel. Data distribusi persentase PDRB

sektoral yang memperlihatkan sektor-sektor yang mendominasi perekonomian

dan menjadi leading sectors Buol dalam pembentukan PDRB periode 2011-2015

sebagai berikut.

Tabel 2.14 Kontribusi PDRB Seri 2010 Kabupaten Buol

Menurut Lapangan Usaha (Persen) Tahun 2011-2015

Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

A Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan 33,12 29,45 27,90 32,99 36,64

eceran; Reparasi Mobil

(29)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

Ekspor mineral nikel dari hasil pertambangan di wilayah tersebut

melalui jalur di Pelabuhan laut Buol menurun tajam, semenjak adanya regulasi

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara untuk pelarangan ekspor nikel dan mengharuskan melalui proses

pengolahan smelter. Kontribusi Sektor Penggalian dan Pertambangan tahun

2015 menurun tajam, dimana sebesar 46,80 persen kontribusi pada tahun

2014 turun menjadi sebesar 18,54 persen tahun 2015. Sektor Pertanian juga

merupakan yang besar peranannya terhadap perekonomian Kabupaten Buol

pada tahun 2015 sebesar 36,64 persen atau mengalami pertumbuhan sebesar

9,61 persen dari sebelumnya. Sumber utama pertumbuhan berasal dari hasil

perkebunan kelapa, kelapa sawit, kakao, dan komoditi perkebunan lainnya.

Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan

pertumbuhan dari 46,83 persen pada tahun 2011 menjadi 18,54 persen pada

tahun 2015. Kondisi tersebut sebagai dampak langsung dari kebijakan

penerapan regulasi Undang-Undang Tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara. Sektor Konstruksi sebagai sektor dominan lainnya menjadi sektor

yang paling tinggi kontribusinya yakni mencapai 27,98 persen pada tahun

2015.

2.4.1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Sektor PDRB

Perkembangan ekonomi nasional secara langsung maupun tidak

langsung berdampak terhadap ekonomi di tingkat regional (provinsi maupun

Kabupaten). Artinya, perkembangan ekonomi secara nasional yang baik juga

(30)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 30 PDRB seri 2010 dengan Migas Kabupaten Buol tahun 2015 mencapai 7,76

persen. Artinya penambahan nilai PDRB dengan Migas tahun 2015 meningkat

sebesar 7,76 persen dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 2.15 Laju Pertumbuhan PDRB Seri 2010 Kabupaten Buol Menurut Lapangan Usaha (Persen)

Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

A Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan 4,03 5,15 7,08 16,46 28,71

Perdagangan Besar dan eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4,31 9,48 9,32 16,43 6,91

H Transportasi dan

Pergudangan 8,04 8,81 7,08 15,02 22,05

I Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 6,57 7,26 8,24 8,54 8,84

Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

Perekonomian Kabupaten Buol selama lima tahun terakhir mengalami

pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi

(31)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 31 persen. Namun, tahun 2013 menurun menjadi 18,59 persen, dan kembali turun

menjadi sebesar 0,46 persen pada tahun 2014. Selanjutnya, pada tahun 2015

kembali naik tajam menjadi sebesar 7,76 persen.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol tahun 2015 sebesar 7,76 persen

mulai meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 0.46 persen. Pertumbuhan

ekonomi tersebut disumbang antara lain oleh pertumbuhan Sektor Konstruksi

yang sangat tinggi sebesar 913,01 persen dan Sektor P ertanian 28,71 persen.

Peningkatan nilai tambah (value added) secara sektoral tersebut dari

agregasi pertumbuhan subsektor-subsektor dalam sektor tersebut.

Perkembangan masing-masing subsektor juga berasal dari komoditi-komoditi

unggulan dalam subsektor tersebut. Misalnya, pertumbuhan Sektor Pertanian

bersumber dari peningkatan produksi perikanan serta padi dan hotikultura.

Peningkatan salah satu sektor ekonomi juga memberikan daya dorong

pergerakan ekonomi pada sektor yang lainnya (multiplier effect). Semakin

beragamnya produk hasil industri terutama industri makanan menjadi

pendorong pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan.

PDRB menjadi satu gambaran hasil perkembangan dan keberhasilan

ekonomi suatau daerah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol periode tahun

2013-2014 mengalami penurunan drastis. Dimana, pada tahun 2013 laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol sebesar 18,64%--posisi kedua

pertumbuhan ekonomi tertinggi setelah Kabupaten Morowali sebesar 23,86% di

antara kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Namun, pada tahun 2014

terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol hanya sebesar 0,45

persen. Dimana, pertumbuhan ekonomi terendah dibandingkan

kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Penurunan laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Buol pada tahun 2014, sebagai implikasi langsung dari

regulasi larangan ekspor bahan mentah (raw material) sesuai Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Data laju

pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah dapat

(32)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 32 Sumber: BPS, 2015 (Diolah Kembali)

Gambar 2.8 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buol Dengan Kabupaten/Kota se-Sulteng Tahun 2013 – 2014

2.4.1.2 PDRB per Kapita

PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang diperoleh oleh

masing-masing penduduk, akibat adanya aktivitas produksi, distribusi dan

konsumsi. PDRB per kapita dapat menjadi salah satu indikator kesejahteraan

masyarakat. Namun, tentu saja PDRB Per Kapita tidak dapat menunjukkan

secara langsung manfaat atau kesejahteraan yang diterima oleh masing-masing

penduduk dalam satu wilayah tertentu.

Pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung berpengaruh terhadap

PDRB per kapita Buol. Pada tahun 2013, perkembangan PDRB per kapita Buol

sebesar 17,12 persen dengan perkembangan jumlah penduduk tahun

2013-2014 sebesar 1,66 persen. Kondisi PDRB Per kapita Buol 5 (lima) tahun terakhir

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.16 Perkembangan PDRB Per kapita Kabupaten Buol Dan Sulawesi Tengah, Tahun 2011-2015

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Buol

PDRB (Jutaan Rupiah)

- PDRB ADH Berlaku 4.118.05

7

5.223.65

7

6.317.12

1

6.618.00

2

7.837.09

(33)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 33

Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

- PDRB ADH Konstan 3.871.37

5

Sumber: Berita Resmi Statistik Kabupaten Morowali, Tahun 2016

PDRB Per Kapita ADH Berlaku seri 2010 dalam kurun waktu 5 tahun

terakhir terus mengalami peningkatan pada tahun 2011 mencapai 4.118.057

Juta rupiah meningkat menjadi 5.223.657 juta rupiah tahun 2012; sebesar

6.317.121 juta rupiah pada tahun 2013, serta tahun 2014 menjadi 6.618.002

juta rupiah, dan sebesar 7.837.098rupiah tahun 2015.

Sementara itu, PDRB per kapita ADH Konstan seri 2010 pada tahun 2011

mencapai 3.871.375 juta rupiah meningkat menjadi 4.593.790 juta rupiah

tahun 2012, dan sebesar 5.447.597 juta rupiah pada tahun 2013, serta tahun

2014 menjadi sebesar 5.472.512 juta rupiah dan sebesar 5.897.228 juta rupiah

tahun 2015.

Peningkatan PDRB Per Kapita Kabupaten Buol tersebut seiring dengan

PDRB perkapita 2000 Provinsi Sulawesi Tengah, dimana pada tahun 2014

sebesar Rp37.469.466 menunjukan peningkatan sebesar 17,54 persen dari

tahun sebelumnya sebesar Rp28.655.796. Berdasarkan metode perhitungan

terbaru perbandingan PDRB Per Kapita sebagai perbandingan Kabupaten Buol

dengan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada

(34)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 34 Sumber: BPS, 2015 (Diolah Kembali).

Gambar 2.9 Capaian PDRB Nominal Perkapita Kabupaten Buol Dengan Kabupaten/Kota se-Sulteng Tahun 2013 – 2014

Berdasarkan data pada gambar di atas, capaian PDRB tertinggi adalah

Kabupaten Morowali dengan PDRB Per Kapita sebesar Rp 68.027.477,

sedangkan Kabupaten Buol berada pada posisi kedua dengan PDRB Perkapita

sebesar Rp 57.559.647 pada tahun 2014. Kota Palu menempati PDRB Perkapita

tertinggi ketiga sebesar Rp 41.853.1010. Sedangkan, PDRB Per Kapita terendah

yakni kabupaten Banggai Kepulauan sebesar Rp 21.751.133.

2.4.2. Data Kondisi Lingkungan Strategis 2.4.2.1. Topografi

Berdasarkan pemutakhiran data BPS Kabupaten Morowali Tahun 2015,

wilayah Kabupaten Buol memiliki topografi yang terdiri dari dataran, perbukitan

dan pegunungan. Posisi desa-desa yang ada di wilayah ini tersebar pada ketiga

bentang lahan tersebut dengan dataran sebagai daerah terbesar yang menjadi

permukiman masyarakat. Ketinggian masing-masing wilayah administrasi desa

berkisar antara 2 meter di atas permukaan laut (dpl) terletak di Desa

Tokonanaka, Kecamatan Bungku Utara sampai dengan 248 meter di atas

permukaan laut terletak Desa Uepakatu, di Kecamatan Mamosalato. Sebaran

Persentase Bentuk Permukaan Tanah beserta elevasinya pada tabel berikut.

(35)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021 Dataran Perbukitan Pegunungan

(36)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021 Dataran Perbukitan Pegunungan

(37)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021 Dataran Perbukitan Pegunungan

(38)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021 Dataran Perbukitan Pegunungan

(39)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 39

No. Kecamatan/

Kelurahan/Desa

Persentase Bentuk Permukaan Lahan

Tanah Elevasi

(Dpl) Dataran Perbukitan Pegunungan

09.14 Pambarea - 100 - 317

10. MORI UTARA

10.01 Era 100 - - 340

10.02 Peleru 100 - - 334

10.03 Wawondula 100 - - 311

10.04 Tabarano 100 - - 311

10.05 Tiwaa 100 - - 326

10.06 Lembontonara 100 - - 326

10.07 Mayumba - 100 - 326

10.08 Tamonjengi - 100 - 326

Sumber: Statistik Kabupaten Buol, data diolah kembali, Tahun 2016

Berdasarkan elevasi, wilayah Kabupaten Buol sebesar 52,74 persen

berada pada ketinggian antara 100-200 meter dpl, sebesar 33,74 persen berada

pada ketinggian antara 200-500 meter dpl, dan sebesar 13,52 persen berada

pada ketinggian di bawah 1000 meter dpl.

Menurut tingkat kelerengan wilayah ini sebesar 52,30 persen memiliki

kemiringan topografi lebih besar dari 40 persen (curam-sangat curam), sebesar

11,70 persen memiliki kemiringan di bawah 2 persen (datar agak landai), sebesar

12,56 persen memiliki kemiringan antara 3 persen -15 persen dan 23,30 persen

luas wilayah memiliki kemiringan antara 16 persen-40 persen (miring agak

curam) dan danau seluas 0,14 persen. Akibat curah hujan yang tinggi, struktur

geologi yang dipengaruhi oleh dua sesar utama, serta topografi dengan dominasi

kemiringan curam, maka wilayah ini memiliki pula kawasan-kawasan yang

(40)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 40 Sumber: RTRW Buol, Tahun 2016

Gambar 2.10 Peta Topografi Kabupaten Buol

2.4.2.2. Geologi

Wilayah Kabupaten Buol tersusun atas beberapa jenis batuan antara

lain, batuan Mollase, batuan Kapur, batuan Skiss, batuan Basik, Ultra basik

dan Sedimen. Dari sisi geomorfologi, wilayah ini tersusun atas beberapa bentuk

lahan (landform), yaitu bentuk lahan Aluvial (A), Marine (M), Volkanik (V),

Tektonik dan Struktural (T).

Sumber: RTRW Buol, Tahun 2016

(41)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 41 Bentuk lahan aluvial terbentuk dari proses fluvial yang umumnya

tersebar di dataran rendah dengan kemiringan antara 0-3 persen, dan banyak

dijumpai di sekitar sungai-sungai besar. Bentuk lahan marine tersebar pada

wilayah datar agak cekung di sepanjang pantai. Bentuk lahan tektonik dan

vulkanik tersebar pada relief yang bergelombang sampai bergunung. Akibat

bentuk lahan yang bervariasi tersebut, maka wilayah Kabupaten Buol memiliki

topografi yang bervariasi.

2.4.2.3. Hidrologi

Kabupaten Buol memiliki banyak sungai dan Kecamatan yang memiliki

sungai adalah Kecamatan Mori Atas (7 sungai) Kecamatan Bungku Utara (15

sungai) dan Kecamatan Mamosalato (12 sungai). Sungai terpanjang adalah

sungai Laa yang melintasi 5 (lima) Kecamatan, yaitu 1). Kecamatan Mori Atas,

2). Kecamatan Petasia Timur, 3). Kecamatan Petasia, 4). Kecamatan Petasia

Barat, 5). Kecamatan Mori Utara.

Sungai Bongka sebagai sungai terpanjang kedua melintasi Kecamatan

Mamosalato. Sungai terpanjang ketiga melintasi Kecamatan Bungku Utara yaitu

Sungai Tiworo. Sungai terpanjang keempat adalah Sungai Sumara yang

melintasi Kecamatan Soyo Jaya. Data dan informasi mengenai nama-nama dan

ukuran di Kabupaten Buol terdapat pada Tabel berikut.

Tabel 2.18 Sebaran Sungai di Kabupaten Buol

No. Kecamatan/Desa Nama Sungai Panjang Sungai

(42)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 42

No. Kecamatan/Desa Nama Sungai Panjang Sungai

(43)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 43

No. Kecamatan/Desa Nama Sungai Panjang Sungai

(Km)

Iklim wilayah Kabupaten Buol dipengaruhi sirkulasi sistem global,

munson, dan lokal. Secara tahunan memiliki dua musim yaitu musim kemarau

dan musim hujan. Musim kemarau umumnya terjadi Juni-Oktober, dan musim

hujan terjadi Desember-Mei. Curah hujan tahunan bervariasi yakni terendah

(2.273 mm) tercatat di Stasiun Beteleme, dan tertinggi (3.435 mm) di Buol Bulan

terbasah terjadi pada April (336 mm) dan bulan terkering (91 mm) terjadi pada

September. Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson, Wilayah Kabupaten

Buol, tergolong iklim A atau sangat basah dengan suhu udara rata-rata bulanan

berkisar antara (26,5°C) sampai (27,4°C).

Tabel 2.19 Banyaknya Curah Hujan per Bulan Kabupaten Buol, Tahun 2015

(44)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 44

Bulan Hari Hujan

(hh)

Curah Hujan (mm)

06. Juni 16,00 204,90

07. Juli 23,00 350,50

08. Agustus 17,00 243,20

09. September 13,00 137,00

10. Oktober 14,00 200,90

11. November 14,00 188,70

12. Desember 15,00 102,50

Sumber: Profil Kabupaten Buol, Data diolah kembali, Tahun 2016

Kabupaten Buol memiliki iklim yang sangat basah dan memiliki sungai

yang banyak sebagai sumberdaya air yang potensial untuk dimanfaatkan untuk

pengairan. Namun, curah hujan tinggi juga berpotensi menimbulkan bahaya

banjir dan tanah longsor. Sungai utama di Buol adalah Sungai Laa dengan

panjang 96,30 Km, dan Sungai Tambalako dengan panjang 83,7 Km. Akibat

curah hujan yang tinggi, struktur geologi yang dipengaruhi oleh dua sesar

utama, serta topografi dengan dominasi kemiringan curam maka wilayah ini

memiliki pula kawasan-kawasan yang rawan bencana.

Sumber: RTRW Buol, Tahun 2016

Gambar 2.12 Peta Curah Hujan Kabupaten Buol 2.4.2.5. Tanah

Klasifikasi tanah di Kabupaten Buol berdasarkan Soil Taxonomy, terdiri

(45)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 45 Histosol, Endisols, Oxisols, Vertisols, dan Mellisols, dengan kedalaman efektif

tanah sebagian besar cukup dalam. Tanah dengan kedalaman 0-30 cm hanya

3,03 persen dan 31-60 Cm seluas 18,02 persen, selebihnya seluas 45,44 persen

memiliki kedalaman 60-90 Cm dan kedalaman di atas 90 Cm seluas 35,94

persen. Sebagian besar tanah di wilayah ini tergolong subur yakni sebesar 45,44

persen bertekstur sedang, sebesar 43,87 persen bertekstur halus dan hanya

sebesar 10,55 persen bertekstur kasar.

Wilayah Rawan Bencana

Wilayah Kabupaten Buol termasuk kategori wilayah rawan bencana

antara lain :

1). Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Petasia, Kecamatan

Soyo Jaya, Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato.

2). Kawasan Rawan Gelombang Pasang

Kriteria Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami adalah kawasan

sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan

antara 10 sampai 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang

atau gravitasi bulan atau matahari. Kawasan rawan gelombang pasang di

Kabupaten Buol terdapat di Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Bungku

Utara dan Kecamatan Mamosalato. Pantai yang berpotensi dan/atau pernah

mengalami abrasi. Kawasan rawan abrasi terdapat di Kecamatan Bungku

Utara.

3). Kawasan Rawan Banjir

Kriteria Kawasan rawan banjir adalah; kawasan yang diidentifikasikan

sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan

rawan banjir di Kabupaten Buol terdapat di Kecamatan Petasia, Kecamatan

Soyo Jaya, dan Kecamatan Bungku Utara.

4). Kawasan Rawan Gempa Bumi

Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi

dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI).

Kawasan rawan gempa bumi di Kabupaten Buol terdapat di Kecamatan Mori

Atas. Sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter

dari tepi jalur patahan aktif. Sedangkan Pantai dengan elevasi rendah

(46)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 46 Sumber: RTRW Kabupaten Buol

Gambar 2.13 Peta Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Buol

Khusus untuk Penurunan kualitas lingkungan (environmental

degradation), di daerah Kabupaten Buol yaitu di daerah eks tambang yang tidak

di reklamasi, sehingga menimbulkan ancaman bahaya tanah longsor dan banjir

(khususnya pada musim penghujan) daerah rawan bencana tersebut dapat di

masukkan ke dalam daerah lahan kritis, maupun ditetapkan menjadi daerah

rawan bencana.

2.4.3. Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infratruktur Bidang Cipta Karya

Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang

signifikan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Buol dan masyarakat di masa

datang. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar,

berjangka menengah, mendesak, bersifat kelembagaan/keorganisasian dan

menentukan tujuan organisasi/institusi di masa yang akan datang. Dengan

demikian, kondisi penting tersebut apabila tidak diantisipasi maka akan

menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, apabila tidak

dimanfaatkan maka menghilangkan peluang untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dalam jangka menengah. Isu strategis dalam jangka

menengah sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran

pembangunan nasional maupun daerah;

(47)

RPI2JM Kabupaten Buol Tahun 2016-2021

BAB II - 47

3. Memiliki dampak yang ditimbulkan terhadap daerah dan masyarakat;

4. Memiliki daya ungkit yang signifikan pembangunan daerah; dan

5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani.

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan dan analisis terhadap

isu-isu strategis yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur bidang cipta

karya di Kabupaten Buol berdasarkan capaian pelayanan dan kondisi kualitas

ketersediaan sarana dan prasarana diantaranya pengembangan permukiman,

penataan bangunan dan lingkungan, penataan air limbah dan persampahan

serta penyediaan air minum bagi masyarakat, maka dapat disimpulkan

beberapa isu-isu strategis sebagai berikut :

1. Ketersediaan prasarana dan sarana permukiman penduduk (perumahan dan sanitasi yang tidak layak/kumuh) masih banyak terdapat di daerah perkotaan

maupun perdesaan.

2. Belum optimalnya penataan kawasan permukiman Ibukota Kabupaten (Buol) dan

kecamatan lainnya

3. Belum adanya perencanaan dan data dasar bidang perumahan

4. Rendahnya pengendalian dan pengawasan bangunan di Kabupaten Buol

5. Pemenuhan penanganan air limbah dan persampahan belum terkelola dengan

baik

6. Belum tersedianya sarana pengeloaan sampah khususnya Tempat Pembuangan

Akhir (TPA).

7. Kondisi infrastruktur untuk Pemenuhan akses air minum di Ibu Kota

Gambar

Tabel 2.2  Luas Wilayah Daratan Menurut Kecamatan, Kelurahan/Desa  Kabupaten Buol, Tahun 2015
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Buol
Tabel 2.4 Luas Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Menurut               Kecamatan di Kabupaten Buol
Tabel 2.5 Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Padi Ladang               di Kabupaten BuolTahun 2013-2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan panduan ini dapat menjadi pedoman pelaksanaan PKL sampai penulisan laporan Sesuai dengan, tujuan PKL yaitu mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip manajemen,

Bila ingin mengatur posisi cursor agar berada pada baris ke-2 kolom ke-5, maka setelah mengirimkan command Locate DDRAM diikuti dengan data kolom bernilai “04h” kemudian data

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Pada analisis ini akan dibahas bagaimana menentukan banyaknya produksi kemasan dalam satu contoh kategori “Food and Drink” oleh perusahaan Berlina Tbk. Produksi

Pnji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Mahakuasa yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan praktek kerja magang

Aspek aktualisasi nilai religius dan moral peserta didik responden menjawab baik artinya MTs Mathlaul Anwar dalam pembelajaran di kelas atau di luar kelas sudah

bidang ilmu lainnya, sambil bernostalgia tentang materi kuliah yang saya dapatkan dari Profesor M. Analisis Fourier klasik pada mulanya berkembang dalam upaya

SSK membuat beberapa repeating pattern baru dengan benar namun ketika ditanya apakah repeating pattern ini adalah pola baru dibandingkan dengan yang pertama, ia menjawab,