• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 PROFIL KABUPATEN PESISIR BARAT - DOCRPIJM 4a5b9d1987 BAB IIBAB 2 PROFIL Pesibar OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 PROFIL KABUPATEN PESISIR BARAT - DOCRPIJM 4a5b9d1987 BAB IIBAB 2 PROFIL Pesibar OK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2 - 1

2.1.

WILAYAH ADMINISTRASI

Secara administratif, Kabupaten Pesisir Barat dengan ibu kota Krui. Kabupaten Pesisir Barat

adalah salah satu dari Lima belas kabupaten/kota di wilayah Provinsi Lampung. Kabupaten

ini terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2012 (Lembaran Negara Nomor

231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364) tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru

(DOB) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung tertanggal 16 November 2012 dan

diundangkan pada tanggal 17 November, dengan batas :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ujung Rembun, Desa Pancur Mas, Desa

Sukabanjar Kecamatan Lumbok Seminung, Desa Kubu Prahu Kecamatan Balik Bukit,Desa

Kutabesi, Desa Sukabumi Kecamatan Batu Brak, Desa Sukamarga, Desa Ringinsari, Desa

Sumber Agung,Desa Tuguratu, Desa Banding Agung Kecamatan Suoh, Desa Hantatai, Desa

Tembelang, Desa Gunung Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung

Barat, Desa Gunung Doh Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Desa Ngarit, Desa Rejosari,

Desa Petekayu, Desa Sirnagalih Kecamatan Ulu Belu, Desa Datar Lebuay Kecamatan

Naningan Kabupaten Tanggamus, Desa Way Beluah, dan Desa Melaya Kecamatan

Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan;

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa, Desa

Sedayu,Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus;

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan

• Sebelah Barat berbatasan dengan dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal

Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.

Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas±2.907,23 Km2 atau 8,39% dari luas wilayah

Provinsi Lampung, memiliki garis pantai 221,5 Km (daratan dan garis pulau-pulau) termasuk

salah satu pulau yang ada di wilayah Kabupaten Pesisir Barat serta garis pantai daratan 210

BAB 2

(2)

Bab 2 - 2 Km dengan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya sebagai petani dan

nelayan.

Wilayah KabupatenPesisir Barat secara administrative terdiri dari 11 kecamatan dengan 116

desa (di KabupatenPesisir Barat disebutPekon) dan 2 kelurahan,dengan jumlah penduduk

sebesar ±136.370 jiwa.

Secara geografis Kabupaten Pesisir BaratLetak Kabupaten Pesisir Barat pada koordinat : 4, 40', 0" - 6º, 0', 0" Lintang Selatan dan 103º, 30', 0" - 104º , 50', 0" Bujur Timur.

Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan

Kabupaten Pesisir Barat

No

Kecamatan

Luas

(km2)

Presentase

1

Pesisir Selatan

409,2

14,17

2

Bengkunat

215,0

7,45

3

Bengkunat Belimbing

943,7

32,69

4

Ngambur

327,2

11,33

5

Pesisir Tengah

120,6

4,18

6

Karya Penggawa

211,1

7,31

7

Way Krui

40,9

1,42

8

Krui Selatan

36,3

1,26

9

Pesisir Utara

84,5

2,92

10 Lemong

455,0

15,76

11 Pulau Pisang

43,6

1,51

12 Jumlah / Total

2.907,23

100,00

(3)

Bab 2 - 3 Gambar 2.1

Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Pesisir Barat

(4)

Bab 2 - 4

2.2.

Potensi Wilayah Kabupaten Pesisir Barat

A. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi, meliputihutan produksi terbatas, hutan produksi tetap,

dan hutan produksi yang dapat dikonversi.Saat ini hutan produksi yang terdapat di

Kabupaten Pesisir Barat adalah hutan produksi terbatas (HPT). Kawasan hutan produksi

terbatas di Kabupaten Pesisir Barat ditetapkan dengan kriteria faktor-faktor kelas lereng,

jenis tanah, dan intensitas hujan di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan

pelestarian alam, dan taman buru.

Secara keseluruhan, luas hutan produksi terbatas yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten

Pesisir Barat sebesar 5.606,78 Ha.Kecamatan Karya Penggawa merupakan kecamatan yang

memiliki wilayah terluas untuk pemanfaatan HPT, yaitu seluas 2.054,53 Ha. Sedangkan

Kecamatan Ngambur dan Kecamatan Pesisir Tengah merupakan kecamatan yang memiliki

luas pemanfaatan HPT terkecil, masing-masing adalah 17,81 Ha san 11,47 Ha. Lebih

lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2

Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kabupaten Pesisir Barat

No Nama Kecamatan

3 Bengkunat Belimbing 1.200,86

4 Ngambur 17,81

(5)

Bab 2 - 5 berada di atas tanah negara, namun hal tersebut biasanya sudah ada campur tangan dari

pemerintah.Hutan rakyat ini ditanami dengan jenis-jenis tanaman hutan, ada yang

dikombinasikan dengan tanaman semusim.Salah satu unggulan hasil hutan rakyat di

Kabupaten Pesisir Barat adalah hutan damar atau lebih dikenal dengan istilah setempat yautu

Repong Damar.Umumnya Repong Damar tersebar di sepanjang tepi barat TNBBS,

memanjang dari barat laut ke tenggara.

Tabel 2.3

Kawasan Hutan Tanaman Rakyat Kabupaten Pesisir Barat

No Nama Kecamatan Kawasan Hutan

Produksi (Ha)

1 Pesisir Selatan 4.520,44

2 Bengkunat 3.453,27

3 Bengkunat Belimbing 4.052,78

4 Ngambur 2.167,67

Kawasan peruntukan pertanianmeliputi kawasan peruntukan: pertanian lahan basah,

pertanian lahan kering, dan hortikultura.Saat ini peruntukan lahan pertanian yang dapat

diidentifikasi di Kabupaten Pesisir Barat adalah peruntukan pertanian lahan basah (sawah).

Pertanian lahan basah tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Pesisir Selatan,

Kecamatan Ngambur, Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Karya Penggawa, Kecamatan

Krui Selatan dan Kecamatan Pesisir Utara. Kecamatan Pesisir Selatan memiliki lahan

(6)

Bab 2 - 6 Tabel 2.4

Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan Lahan Basah Kabupaten Pesisir Barat

1 Pesisir Selatan 5.087,14

2 Bengkunat -

Lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Pesisir Barat cukup luas jika

dibandingkan dengan lahan pertanian.Luas lahan perkebunan yang dapat dimanfaatkan di

Kabupaten Pesisir Barat sebesar 64.916,26 Ha dengan kecamatan terluas untuk

pemanfaatannya adalah Kecamatan Bengkunat Belimbing sebesar 16.971, 17 Ha.Lahan

perkebunan yang ada di Kabupaten Pesisir Barat dimanfaatkan untuk tanaman komoditas

perkebunan seperti, kopi, sawit, lada dan kelapa dalam.Namun, perkebunan kelapa sawit

tidak terlau produktif dan bukan menjadi prioritas pengembangan karena tidak sesuai

dengan kebijakan kabupaten sebagai wilayah konservasi.

Tabel 2.5

Kawasan Peruntukan Perkebunan Kabupaten Pesisir Barat

No Nama Kecamatan

Kawasan Peruntukan Perkebunan (Ha)

1 Pesisir Selatan 8.904,25

2 Bengkunat 5.536,98

(7)

Bab 2 - 7

Potensi perikanan terbesar di Kabupaten Pesisir Barat adalah perikanan tangkap karena

letak Pesisir Barat yang berada di sepanjang garis pantai.Pembangunan perikanan tangkap

diarahkan pada keterpaduan antara basis produksi dengan unit pengolahan dan pemasaran

produk perikanan.Hingga saat ini pengolahan ikan atau industri perikanan terhadap hasil

tangkapan/budidaya ikan masih belum berkembang di Pesisir Barat, sedangkan potensi

perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama laut).Pembangunan suatu

kawasan minapolitan perikanan tangkap diharapkan bisa membantu pemecahan

permasalahan pembangunan perikanan tangkap dan meningkatkan kesejahteraan nelayan

dan penduduk wilayah pesisir yang berada dalam lingkup kawasan minapolitan.Lemong,

Bengkunat Belimbing, Pesisir Selatan dan Krui dapat dijadikan sentra pengolahan ikan laut

dengan pusat pengolahan di Bengkunat Belimbing.Pertimbangan Bengkunat Belimbing

sebagai pusat pengolahan terkait dengan rencana pembangunan Pelabuhan Nasional di Teluk

Bengkunat.

Selain potensi perikanan tangkap, potensi perikanan lainnya yang dapat dikembangkan

adalah perikanan budidaya.Perikananbudidaya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu

budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar. Kriteria untuk kawasan

pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah sebagai berikut :

• Kelerengan lahan < 8 %

• Persediaan air cukup

• Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.

(8)

Bab 2 - 8 Sedangkan kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya laut adalah

Terlindung dari gelombang dan angin. Menghindari terjadinya kerusakan pada kegiatan atau usaha budidaya yang berasal dari gelombang dan arus yang besar.

Jauh dari permukiman dan industri. Limbah atau pencemaran yang berasal dari rumah tangga dan industri dapat mengakibatkan kerusakan perairan dan kegagalan usaha

budidaya.

Jauh dari muara sungai. Muara sungai juga sangat mempengaruhi budidaya laut dengan

adanya proses sedimentasi akibat aktifitas di daerah atas ( Up-land ) seperti penebangan

hutan, pertanian, permukiman dan industri yang dekat bantaran sungai. Kondisi ini

menjadi kompleksi karena daerah muara sungai secara oseanografi sangat dipengaruhi

oleh air laut. Akibatnya, kondisi perairan, biota dan ekosistemnya memiliki karakteristik

yang khas. Dengan demikian kegiatan budidaya laut tidak mungkin dilakukan di daerah

ini.

Jauh dari kawasan ekosistem penting laut, seperti terumbu karang, mangrove dan padang

lamun.

Kualitas air baik. Kualitas ini mengidikasikan kelayakan kondisi perairan yang dapat dijadikan lokasi budidaya laut. Kelayakan kondisi perairan ini dapat diukur dari

parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter Fisika ; Kecerahan; parameter kimia :

Disolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD), kandungan organik (organic

matter), Biological Oxygen Demand (BOD), kandungan klorofil dan parameter biologi :

plankton.

F. Kawasan Pertambangan

Potensi sumber daya mineral atau bahan galian di Kabupaten Pesisir Barat sangat erat

kaitannya dengan kondisi geologi wilayah. Kondisi geologi yang menentukan pembentukan

endapan bahan galian antara lain adalah litologi, morfologi, tektonik, dan struktur geologi.

Berdasarkan kondisi geologi, potensi sumberdaya mineral di Kabupaten Pesisir Barat pada

umumnya jenis yang merupakan mineral konstruksi seperti :

1. Bahan Galian Strategis; yang termasuk kategori bahan galian strategis adalah emas,

pasir besi dan bijih besi. Hingga saat ini masih belum diperoleh data yang rinci mengenai

besaran potensi emas di Wilayah Pesisir Barat, tepatnya di Way Rilau (Bengkunat),

namun dapat diperkirakan tersebar pada kisaran luas hingga 1.000 Ha. Sedangkan

ketersediaan pasir besi dan bijih besi masing-masing diperikirakan sebesar 3,4 juta ton

dan 600.000 ton. Sebagian besar pasir besi terdapat di sepanjang pantai mulai dari

(9)

Bab 2 - 9 2. Bahan Galian Konstruksi; merupakan jenis batuan yang kuat dan umum digunakan

sebagai bahan dasar bangunan (konstruksi), seperti basalt, batu apung, pasir batu dan

batu tembakak. Basalt dan Batu Apung banyak terdapat di kawasan perbukitan seperti

Karya Penggawa, Pesisir Utara, Lemong dan Bengkunat. Sedangkan pasir batu (sirtu)

umumnya terdapat pada wilayah hilir sungai, seperti Way Krui, Lemong, Ratu Ngaras

dan Bandar Agung.

2.3.

Demografi dan Urbanisasi

Salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan didaerah

adalah adalah problematika demografis yang menyangkut 3 (tiga) hal pokok yakni,

a) Jumlah Penduduk

b) Komposisi Pendudduk di suatu daerah, dan

c) Penyebarannya di masing masing wilayah administratif.

Besarnya jumlah pendudduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang mempunyai

kepadatan tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak merata akan

menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya semua kegiatan

baik kegiatan perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya akan melibatkan

penduduk.

Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut memberikan

tekanan terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif maupun positif. Dengan

demikian perlu adanya pengendalian baik terhadap jumlah, komposisi dan persebarannya,

hal ini sebagai upaya untuk mendukung kelancaran proses pembangunan di daerah.

Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kabupaten Pesisir Barat setiap tahunnya cenderung mengalami

peningkatan, dengan penyebaran jumlah penduduk yang relatif tidak merata.

Kepadatan penduduk lebih terkonsentrasi pada beberapa kecamatan dimana kepadatan

penduduk tertinggi berada pada wilayah Kecamatan Krui Selatan dengan kepadatan 244,41

jiwa/km2 dan kepadatan terendah berada pada wilayah Kecamatan Bengkunat Belimbing

(10)

Bab 2 - 10 Tabel 2.6 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Kabupaten Pesisir Barat

No Kecamatan Jumlah 2014

(Jiwa)

Jumlah 2014

(RumahTangga)

Kepadatan

(Jiwa/Km²)

1 Pesisir Selatan 22.663 6.288 55,38

2 Bengkunat 7.507 4.569 34,92

3 Bengkunat Belimbing 25.639 2.064 27,17

4 Ngambur 18.280 3.930 55,87

5 Pesisir Tengah 18.898 3.080 156,70

6 Karya Penggawa 14.506 6.085 68,72

7 Way Krui 8.286 2.399 202,59

8 Krui Selatan 8.872 4.743 244,41

9 Pesisir Utara 8.059 2.323 95,37

10 Lemong 14.353 2.470 31,55

11 Pulau Pisang 1.349 517 30,94

Total 148.412 38.468 1.003,62

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pesisir Barat, Tahun 2015

2.4.

Isu-isu Strategis Sosial,Ekonomi dan lingkungan

Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gambaran potensi sekaligus

kemampuan wilayah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu proses

produksi yang mencerminkan pendapatan masyarakat di Daerah. Berdasarkan data PDRB

beberapa tahun terakhir, menunjukan PDRB Perkapita Kabupaten Pesisir Barat terus

mengalami peningkatan. PDRB perkapita digunakan sebagai indikator untuk mengukur

tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Oleh karena itu PDRB perkapita baik atas dasar

(11)

Bab 2 - 11 ukuran ini dapat dipakai sebagai acuan untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat

secara umum. Strategi yang dilakukan untuk peningkatan perekonomian wilayah Kabupeten

Pesisir Barat adalah:

 Memperkuat basis perekonomian menurut sektor–sektor unggulan pada masing–masing

wilayah pengembangan, termasuk memperluas keanekaragaman sumberdaya alam yang

dapat dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi.

 Pengembangan sektor pertanian sebagai pendukung berkembangnya sektor

perdagangan, hotel dan restoran, seperti perikanan, pertanian lahan basah dan

perkebunan (kopi, karet dan kelapa hibrida).

 Pemanfaatan teknologi dan manajemen modern sebagai langkah untuk mengimbangi

kebutuhan yang semakin lama semakin besar.

 Meningkatkan produksi sebagai tuntutan atas kebutuhan yang umumnya mengalami

kenaikan setiap tahunnya, baik untuk konsumsi lokal maupun untuk keluar.

 Meningkatkan peran sektor industri sebagai salah satu sektor yang memiliki keterkaitan

dengan sektor pertanian, dimana keberadaan sektor ini mampu menjadi pemacu

pertumbuhan ekonomi wilayah

Data Pendapatan per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

Pendapatan per kapita didapatkan dari hasilpembagian pendapatan daerah dibagi dengan

jumlah penduduk daerah tersebut. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak

ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan suatu daerah.

Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi, bahwa Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) per kapita pada KabupatenPesisir Barat bergerak sesuai perkembangan yang ada.

Pada tahun 2012 PDRB per kapita riil per bulan Rp 314.977,- dan secara nominal mampu

mencapai Rp 729.321,- per bulan. Sedangkan pada tahun 2013 PDRB per kapita riil per bulan

adalah Rp 737.537,-berdasarkan RKPD KabupatenPesisir Barat tahun 2014.

Data Kondisi Lingkungan Strategis

GAMBARAN TOPOGRAFI

Wilayah Kabupaten Pesisir Barat merupakan wilayah dengan kemiringan di atas 15 %, yang

berpotensi besar terjadi bencana longsor.

(12)

Bab 2 - 12

➢ Daerah dataran rendah

(ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan laut)

➢ Daerah berbukit

(ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut)

➢ Daerah pegunungan.

(Daerah ketinggian 1.000 sampaidengan 2.000 meter dari permukaanlaut)

Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan

kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Dibagian Barat Laut KabupatenPesisir Barat terdapat

gunung-gunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m),

Gunung Telalawan (1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak (1.744 m).

Dengan kondisi topografi tersebut maka kawasan permukiman pada umumnya di daerah

yang relative datar tetapi dengan luas lokasi lahan yang terbatas. Maka kemungkinan arah

pengembangan permukiman kedaerah-daerah yang bertopografi dan kolektorkontur tajam.

GAMBARAN GEOHIDROLOGI

Wilayah Pesisir Barat di bagian barat mempunyai sungai-sungai yang mengalir pendek

dengan pola aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini ditandai dengan jarangnya banjir

sebab pada saat musim hujan dating bersamaan air tidak terkonsentrasi dan timing lagnya

menjadi lambat. Delta marine ditandai dengan agregat kasar hasil endapan alluvial vulkanik,

hal ini menyebabkan bila air besar muara sungai sering berpindah (meander). Sungai-sungai

yang berukuran pendek dan mengalir di lereng terjal seperti ini sukar dikembangkan untuk

irigasi, kecuali yang sudah mengalir di daerah delta pantai, umumnya mudah dikembangkan

walaupun masih terkena pengaruh pasang surut laut. Pada bagian timur wilayah Pesisir Barat

merupakan daerah tangkapan air (catchment area) sungai-sungai besar yang mengalir kearah

timur antara lain : Way Besai, Way Seputih dan sebagainya. Proses erosi yang sudah lanjut,

besarnya material yang terangkut (sedimentload) menyebabkan makin cepatnya daerah ini

mengalami kemiskinan unsure hara tanah.

Dengan berkurangnya flora penutup tanah dan sifat drainase tanah yang baik (terdiri dari

lempung pesiran bergeluh) praktis daya simpan air daerah ini sangatkecil, ini menyebabkan

fluktuasi aliran permukaan (run off) makinbesar, sungai-sungai yang mengalir kesebelah

(13)

Bab 2 - 13 barat masih stabil karena didukung oleh banyaknya flora penutup tanah dan belum

terganggunya air tanah dangkal sebagai sumber mata air.

GAMBARAN GEOLOGI

Berdasarkan jenisnya, batuan yang membentuk wilayah Pesisir Barat cukup kompleks

menyebabkan keanekaragaman endapan mineral/bahan galian sebagai potensi alam yang

sangat bermanfaat bagi pembangunan. Sebaran bahan galian golongan A (strategis) yang

diperkirakan yaitu Batubara dan Radio aktif, tetapi masih perlu dilakukan penyelidikan dan

penelitian lebih lanjut. Bahan galian golongan B yang ada yaitu Emas, Perak, Timbal,

Tembaga, Seng, Belerang, Pasir Besi, Mangan dan sebagainya masih perlu penyelidikan secara

mendetail. Bahan galian golongan C meliputi Batu apung, Tufa, Perlit, Tras, Batuan Beku, Batu

Gamping, Marmer, Pasir, Krakas, Diatoxmi, Kaolin, Tanah Liat dan sebagainya. Daerah Pesisir

Barat juga memiliki berbagai sumber daya energy seperti gas bumi/panasbumi, tenaga air

(air terjun, air deras dan gelombang laut, tenaga angin dan sebagainya)

GAMBARAN KLIMATOLOGI

Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai pegunungan Bukit

Barisan, maka Pesisir Barat memiliki 2 (dua) zone iklim yaitu:

1. Zone A (Jumlah bulan basah > 9 Bulan) terdapat di bagian barat Taman Bukit Barisan

Selatan Termasuk Krui dan Bintuhan.

2. Zone BL (Jumlah bulan basah 7 - 9 bulan) terdapat di bagian timur Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan.

Berdasarkan curah hujan dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, curah hujan Kabupaten

Pesisir Barat berkisar antara 2.500 - 3.000 milimeter setahun.

Arus Angin

Kabupaten Pesisir Barat terletak dibawah katulistiwayaitu 5 LS, beriklimtropis humid

dengan angin laut lembah yang bertiup dariSamudera Indonesia. Setiap tahun ada dua

musim, yaitu :

1. November sampaidengan Maret bertiup dari barat dan barat laut

2. Juli sampai dengan Agustus bertiup dari arah timur dan tenggara dengan kecepatan

(14)

Bab 2 - 14

lebih tinggi di tempat dengan topografi tinggi.

Data Resiko Bencana Alam

Melihat Gambaran Topografi wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang wilayah kemiringannya

diatas 15% dan sebagian besar wilayahnya dipesisir pantai, ini mengakibatkan di wilayah

Kabupaten Pesisir Barat sangat berpotensi besar dengan bencana tanah longsor, banjir,

gempa bumi dan Tsunami. Selain itu Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa daerah

bahaya, yaitu bahaya beraspek hidrometerologi, berupa banjir (terutama di sepanjang aliran

sungai) dan gelombang pasang (ROB) (di daerah dekat pantai) serta bahaya yang beraspek

geologi berupa longsor dan gempa bumi. Kawasan bahaya tersebut menjadikannya memiliki

resiko bencana serta dapat dikategorikan sebagai kawasan rawan bencana.Kabupaten Pesisir

Barat memiliki4 jenis bencana yang mengancam. Ancaman tersebut antara lain adalah

bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi serta tsunami.

Ancaman bencana di Kabupaten Pesisir Barat disusun berdasarkan data dan catatan sejarah

kebencanaan yang pernah terjadi di Kabupaten Lampung Barat serta komponen

kemungkinan terjadinya suatu ancaman dan komponen besarnya dampak yang pernah

tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Indeks ancaman dapat disesuaikan dengan

standar parameter yang telah ditentukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) dengan merujuk kepada peta ancaman setiap bencana di Kabupaten Lampung

Barat.Berikut dijelaskan ancaman setiap bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Lampung

Barat yang beresiko besar terjadi di Kabupaten Pesisir Barat.

1. Banjir

Untuk negara tropis seperti Indonesia, banjir disebabkan beberapa hal, diantaranya

disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air

yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan, meningkatnya muka

air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat

badai, kegagalan bangunan air buatan seperti bendungan dan tanggul serta banjir yang

(15)

Bab 2 - 15 Selain itu, Pesisir Barat yang wilayahnya didominasi oleh hutan, penggundulan hutan di

daerah resapan air menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.Penggundulan hutan

di daerah tangkapan air hujan (catchment area) menyebabkan debit/pasokan air yang

masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas

pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan

terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya.Secara

keseluruhan, desa-desa yang potensial terkena bahaya banjir di Kabupaten Pesisir Barat

terdapat di Wilayah Kecamatan Pesisir Tengah dan Bengkunat.

2. Tanah Longsor

Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun

lereng. Penyebab longsoran dapat dibedakan menjadi penyebab yang berupa gangguan

kestabilan lerengdan adanyapemicu longsoran.Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol

oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng), kondisi batuan ataupun tanah

penyusun lereng dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Meskipun suatu lereng

rentan atau berpotensi untuk longsor, karena kondisi kemiringan lereng, batuan/tanah

dan tata airnya, namun lereng tersebut belum akan longsor atau terganggu kestabilannya

tanpa dipicu oleh proses pemicu.

Wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang memiliki potensi terjadinya longsor adalah

Kecamatan Ngambur, Kecamatan Bengkunat serta Kecamatan Way Krui.Dari hasil

analisa kajian risiko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), indeks ancaman

bencana tanah longsor di Kabupaten Pesisir Barat adalah sedang, yang artinya apabila

jumlah penduduk terpapar sejumlah 500-1.000 jiwa/Km2 dan jumlah penduduk yang

rentan sebesar 20%-40%.

3. Gempa Bumi

Berdasarkan Peta Seismotektonik Indonesia, secara regional Wilayah Kabupaten Pesisir

Barat terletak pada Zona Sumber Gempabumi Samudera Indonesia.Lajur penunjaman

(Palung Samudera Indonesia) yang terletak di sebelah barat wilayah Pesisir Barat

menjadikan wilayah ini rawan bencana gempabumi.Kemungkinan akumulasi energi yang

terjadi pada jalur penunjaman dapat menjadi pemicu terjadinya gempa bumi akibat

pelepasan energi akumulatif tersebut. Selanjutnya energi ini akan merambat lebih cepat

melalui patahan-patahan yang terletak pada satu sistem dengan episentrum. Pola

struktur di wilayah Kabupaten Pesisir Barat yang berarah tenggara-baratlaut dan

timurlaut-baratdaya sangat berpotensi menjadi zona lemah.Untuk itu zona sepanjang

patahan-patahan dalam sistem ini harus diwaspadai sebagai daerah bahaya gempabumi

merusak.Kondisi geologi wilayah Kabupaten Pesisir Barat merupakan salahsatu variabel

(16)

Bab 2 - 16 kondisi litologi merupakan media yang mampu menghantarkan gelombang gempa ke

wilayah-wilayah di sekitar titik episentrum.Daerah-daerah yang harus diwaspadai

terkait dengan bencana gempa bumi adalah daerah-daerah pada sisten patahan terutama

pada daerah yang ditutupi oleh batuan yang bersifat lepas (unconsolidated), yang pada

umumnya berumur Kuarter.

4. Tsunami

Letak Kabupaten Pesisir Barat yang berada di sepanjang garis pantai sejauh 210 Km dari

utara ke selatan serta adanya sistem palung yang memanjang sejajar Pulau Sumatera di

Samudera Indonesia yang terletak di sebelah baratWilayah Kabupaten Pesisir Barat

merupakan zona lemah yang berpotensi terjadinya runtuhan material di dasar laut.

Apabila terjadi perpindahan/longsoran material di palung atau sistem patahan yang

sejajar dengan palung di Samudera Indonesia akibat proses tektonik, maka terdapat

kemungkinan akan terjadi gelombang tsunami yang mengarah kurang lebih ke arah

timur laut atau barat daya.

Kawasan rawan bencana tsunami di Kabupaten Pesisir Barat hampir terdapat di setiap

kecamatan.Kecamatan yang memiliki wilayah garis pantai yang panjang memiliki resiko

yang cukup besar.Jika dilihat berdasarkan luasan kawasan rawan bencana, maka

Kecamatan Bengkunat Belimbing memiliki luasan paling besar terhadap resiko rawan

bencana tsunami.Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.7

Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Pesisir Barat

(17)

Bab 2 - 17

Isu-isu Strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu

pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu

kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang

Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada

pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan

Bidang Cipta Karya sebagai berikut:

a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam

Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam

KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya

(KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam

Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam

KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya

(KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.

c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar

Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan

bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan

daerah kritis atau miskin.

d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat

Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan

perdesaan.

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang

Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

(18)

Gambar

Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Gambar 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana struktur novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Darmono.. Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan

Ketika penulis bertanya tentang penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehrai-hari (religiusitas) anggota Satlantas menjalankan ibadah dengan tepat waktu, mengikuti

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran information search pada mata pelajaran PAI di SMK Manba’ul Falah Dawe Kudus pada

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi PJK pada penderita DM tipe 2, karakteristik pasien DM tipe 2 berdasarkan

Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah seringkali pengguna barang atau jasa kesulitan dalam mengakses data untuk memilih orang-orang yang kompeten untuk duduk sebagai

Strategi pemasaran apa saja yang sesuai untuk perusahaan akan bergantung pada apakah perusahaan merupakan pemimpin, penantang, pengikut atau penggarap relung di

pemerolehan kosakata anak pada usia tiga tahun oleh ibu bekerja dan ibu

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ) yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 6 Makassar dengan rumusan masalah yang terdiri