• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 PROFIL KABUPATEN BANDUNG BARAT - DOCRPIJM 3a3c8d3e3b BAB IIBAB 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 PROFIL KABUPATEN BANDUNG BARAT - DOCRPIJM 3a3c8d3e3b BAB IIBAB 2"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2-1

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

BAB 2

PROFIL KABUPATEN

BANDUNG BARAT

2.1 GAMBARAN DAN ADMINISTRASI

Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian dari wilayah

bagian Provinsi Jawa Barat yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat

II berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa barat

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan

Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 4688).

Geografis Kabupaten Bandung Barat terletak pada 06º 41’ - 07º

19’ Lintang Selatan dan 107º 22’ - 108º 05’ Bujur Timur. Keseluruhan wilayah Kabupaten Bandung Barat memiliki luas sebesar Luas wilayah

1.305,77 Km2 atau 130.577,40 Ha yang terbagi menjadi 16 wilayah

administrasi kecamatan, yaitu Lembang, Parongpong, Cisarua,

Cikalongwetan, Cipeundeuy, Ngamprah, Cipatat, Padalarang, Batujajar,

Cihampelas, Cililin, Cipongkor, Rongga, Sindangkerta, Gununghalu dan

Saguling. Kabupaten Bandung Barat meliputi 165 desa, dengan batas

wilayah administrasi meliputi:

a. Sebelah

Utara

: berbatasan dengan Kecamatan Cikalong Kulon

Kabupaten Cianjur; Kecamatan (Maniis,

Darangdan, Bojong dan Wanayasa) Kabupaten

Purwakarta; Kecamatan (Sagalaherang, Jalan

Cagak dan Cisalak) Kabupaten Subang.

b. Sebelah

Timur

: berbatasan dengan Kecamatan (Cilengkrang,

Cimenyan, Margaasih dan Soreang) Kabupaten

Bandung, Kecamatan (Cidadap dan Sukasari)

Kota Bandung dan Kecamatan (Cimahi Utara,

(2)

2-2

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Cimahi.

c. Sebelah

Barat

: berbatasan dengan Kecamatan (Campaka,

Ciranjang, dan Mande) Kabupaten Cianjur.

d. Sebelah

Selatan

: Berbatasan Kabupaten Bandung dan

Kabupaten Cianjur.

Secara administratif, Kabupaten Bandung Barat mempunyai luas

1.305,77 km2 atau 3,75 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat yang

terbagi dalam 16 kecamatan dan 165 desa. Kecamatan terluas adalah

Kecamatan Gununghalu dengan luas 160,64 Km2 atau 12,30% dari luas

Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan yang memiliki wilayah terkecil

adalah Kecamatan Batujajar dengan luas 32,04 Km2 atau 2,45% dari

luas Kabupaten Bandung Barat. Selengkapnya wilayah Kabupaten

(3)

2-3

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Gambar 2.1

(4)

2-4

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Jumlah Desa Terbanyak ada di Kecamatan Lembang yaitu 16

Desa sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Saguling

sebanyak 6 desa. Secara administrasi, luas wilayah masing-masing

Kecamatan di Kabupaten bandung Barat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Wilayah Administrasi Kabupaten Bandung Barat

No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah

Desa

Sumber: Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka Tahun 2013

2.2 GAMBARAN DEMOGRAFI

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah

penduduk di Kabupaten Bandung Barat sampai dengan tahun 2013

berjumlah 1.589.900 jiwa, yang terdiri dari 809.200 jiwa penduduk

laki-laki dan 780.700 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di

Kabupaten Bandung Barat berbeda-beda untuk setiap kecamatan.

Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Barat pada tahun 2013

berkisar 1.218 jiwa/km2.

Kecamatan Lembang memiliki kepadatan 1.613 jiwa/km2 dan

merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi di Kabupaten Bandung

Barat Sedangkan Kecamatan Saguling memiliki kepadatan penduduk 257

jiwa/km2 dan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah.

Selengkapnya jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bandung Barat

(5)

2-5

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Tabel 2.2

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013

No. Kecamatan Sumber : Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka Tahun 2013

Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat

dipengaruhi oleh pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang

dan peduduk keluar (migrasi). Berdasarkan data penduduk dari Badan

Pusat Statistik (BPS) bahwa laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008

sampai tahun 2012 sebesar 1,59 % . Laju pertumbuhan penduduk

terbesar terdapat di Kecamatan Cihampelas sedangkan untuk laju

pertumbuhan terkecil terdapat di Kecamatan Rongga Lebih jelas mengenai

laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung Barat terlihat pada

(6)

2-6

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Tabel-2.3

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bandung Barat 5 Tahun Terakhir

No Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Laju

Penduduk

15 Cikalongwetan 114,489 116,143 108,477 111,876 114,168 2,05

16 Saguling 28,517 28,847 1,16

Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah subur dan

indah pemandangannya dengan kondisi geografis yang potensial

(berbukit-bukit dengan ketinggian dan kemiringan yang variatif) dengan dataran

terendah pada ketinggian 125 m dpl dan dataran tertinggi pada ketinggian

2.150 m dpl. Kawasan perkotaan Bandung Barat berkembang di kawasan

tengah atau di kawasan yang relatif datar (di sekitar wilayah Kota

Padalarang).

Berdasarkan analisis kesesuaian lahan pada RTRW Kabupaten

Bandung, Tahun 2001-2010, wilayah Kabupaten Bandung Barat

merupakan daerah yang sangat sesuai untuk tanaman pangan lahan

basah dan tanaman lahan kering. Lahan yang sesuai untuk tanaman

pangan lahan basah terdapat di Kecamatan Padalarang, Batujajar,

Ngamprah, Cililin, Sindangkerta, Cipongkor, Lembang, Cisarua,

(7)

2-7

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

tanaman lahan kering terdapat di Kecamatan Batujajar, Ngamprah, Cililin,

Sindangkerta, Cipongkor, Cikalongwetan, Cipeundeuy dan Cihampelas.

Adapun yang sangat sesuai untuk tanaman tahunan/agroforesty, terdapat

di kecamatan Padalarang, Batujajar, Cipatat, Ngamprah, Cililin,

Sindangkerta, Cipongkor, Gununghalu, Rongga, Cikalongwetan,

Cipeundeuy, Lembang dan Parongpong, dan yang sesuai sebagai tempat

waduk/bendungan, yaitu di Kecamatan Padalarang, Batujajar, Cililin,

Cihampelas, Cipongkor, Cipatat dan Cipeundeuy.

Profil Kemiringan

Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang

sangat terjal (>40% ) dengan Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan

terluas. Adapun kemiringan lereng datar (0-8% ) merupakan kemiringan

lereng dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah

kecamatan dengan luas lereng datar (0-8% ) terluas. Kemiringan lereng

8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.

Tabel 2.4

(8)

2-8

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Gambar 2.2 Peta Kemiringan Lahan Kabupaten Bandung Barat

2.4 GAMBARAN GEOHIDROLOGI

Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat

ditinjau dari kajian Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu

bentang alam yang dibatasi oleh pemisah alami berupa topografi

perbukitan/pegunungan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan

mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke sungai utama yang akhirnya

bermuara pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat

delapan sub DAS yang semuanya bermuara ke sungai Citarum, yaitu Sub.

DAS Cikapundung, Sub. DAS Cigundul, Sub. DAS Cikaso, Sub. DAS

Cimeta, Sub. DAS Ciminyak, Sub. DAS Cisokan, Sub. DAS Citarum Hilir

(9)

2-9

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Gambar 2.3 Peta DAS Wilayah Kabupaten Bandung Barat

2.5 GAMBARAN GEOLOGIS

Secara geologis Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang

berpotensi terjadi gempa bumi, terutama tipe tektonik dan gempa vulkanik.

Wilayah berpotensi terjadi gempa tektonik adalah sesar Lembang,

sedangkan daerah-daerah yang berpotensi terjadi gempa akibat letusan

gunung/vulkanik adalah Gunung Tangkuban Perahu.

Longsor juga merupakan bencana yang kerap menimpa wilayah

Kabupaten Bandung Barat. Longsor bisa disebabkan oleh pergerakan

tanah yang disebabkan oleh gerusan air akibat adanya hujan lebat.

Beberapa wilayah yang sering mengalami bencana longsor adalah

Cikalongwetan, Lembang, Gununghalu, Rongga, Cipatat, Sindangkerta,

Batujajar, Cisarua dan Cililin.

Dari hasil studi Direktorat Geologi Tata Lingkungan, sumber air

bawah tanah di Wilayah Kabupaten Bandung Barat dibagi ke dalam

beberapa zona:

Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan

untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan

(10)

2-10

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

air tanah di Kabupaten Bandung Barat sebagian ada di Kecamatan

Batujajar.

Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi

keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit maksimum

100 m3/bulan. Zona rawan untuk pengambilan air tanah

penyebarannya ada di Kecamatan: Batujajar. Daerah resapan air

tanah penyebarannya ada di Kecamatan: Lembang dan Cisarua.

Daerah aman pengambilan air tanah pengambilan baru

diperbolehkan dengan debit 170 m3/hari dengan jumlah sumur

terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah penyebarannya

ada di Kecamatan: Cikalongwetan, Padalarang, Ngamprah dan

Parongpong.

Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi pengambilan air tanah

kecuali untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan

maksimum 100 m3/bulan. Daerah resapan ini meliputi Kecamatan:

Lembang dan Cisarua.

Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah

sehingga kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di

daerah lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga

dengan pengambilan maksimum 100 m3/bulan per sumur Zona

bukan cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan

Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu

(11)

2-11

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Gambar 2.4 Peta Hidrogeologi

Profil Guna Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan

berdasarkan fungsinya, yaitu: berfungsi sebagai kawasan lindung dan

kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi luas 48.339,4 Ha atau

36,9% sedangkan kawasan budidaya pertanian 68.271,89 Ha atau 52,19%

dan kawasan budidaya non pertanian 12.536,45 Ha atau 9,58% dan

lainnya 1.759,29 Ha atau 1,34% . Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

kawasan budidaya masih merupakan areal yang terluas dibandingkan

dengan kawasan hutan.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian tanah aktual menunjukkan

bahwa tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bandung Barat dapat

dikatagorikan sebagai berikut :

a. Sangat sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB)

mencapai luas sekitar 18.410,03 Ha (14,09% ) dan Tanaman

Pangan Lahan Kering (TPLK) mencapai luas sekitar 26.957,26

Ha (20,63% ) dari seluruh luas wilayah Kabupaten Bandung

Barat;

b. Sangat sesuai untuk Tanaman Tahunan (TT) mencapai luas

sekitar 39.571,24 Ha (30,30% ) dari seluruh luas wilayah

(12)

2-12

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

c. Tidak sesuai untuk Tanaman Pangan Lahan Basah (TPLB),

Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) dan Tanaman Tahunan

(TT), yang pada saat ini merupakan Tanaman Tahunan berupa

hutan yang berfungsi sebagai konservasi mencapai luas sekitar

39.243,75 Ha (30,05% ) dari seluruh luas wilayah Kabupaten

Bandung Barat.

Kecamatan dengan luas tanah sangat sesuai untuk Tanaman

Pangan Lahan Basah (TPLB) yang terluas adalah Kecamatan Batujajar, dan

Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK) yang terluas adalah Kecamatan

Cipeundeuy. Kecamatan yang memiliki areal tidak sesuai untuk Tanaman

Pangan Lahan Basah (TPLB) dan Tanaman Pangan Lahan Kering (TPLK)

adalah Kecamatan Gununghalu, Rongga dan Cihampelas. Sedangkan

kecamatan dengan luas tanah sangat sesuai untuk Hutan, Tanaman

Tahunan (TT) yang terluas juga adalah adalah Kecamatan Gununghalu.

Dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, khususnya bahan

batuan dari tanah, sudah lama berlangsung di beberapa kecamatan di

wilayah Kabupaten Bandung Barat. Khusus untuk kawasan perbukitan

Rajamandala dan sekitarnya sangat kaya dengan batu gamping sebagai

bahan baku industri kapur, marmer dan semen, serta terdapat pula batu

andesit, kaolin, sirtu dan pasir kuarsa.

Lebih dari pada itu, luas kawasan hijau yang ada di Kabupaten

Bandung Barat merupakan potensi bagi produksi berbagai jenis sumber

daya alam hayati dari sektor pertanian. Oleh karenannya dapat

disimpulkan bahwa Kabupaten Bandung Barat merupakan kawasan

potensial yang ditunjang dengan keragaman berbagai komoditas.

Morfologi

Berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi serta kenampakan

di lapangan morfologi Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan menjadi 4

(empat) satuan morfologi, yaitu morfologi pedataran, landai, perbukitan

(13)

2-13

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Gambar 2.5

(14)

2-14

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

2.6 GAMBARAN GEOLOGI

Litologi (Bahan Penyusunan)

Berdasarkan peta geologi skala 1 : 100.000 lembar Bandung, Cianjur, dan

Garut, yang selanjutnya dikompilasi oleh Ratman & Gafoer (1998)kedalam

peta geologi Skala 1 : 500.000, maka tataan dan urutan batuan penyusun

daerah Bandung Barat adalah sebagai berikut :

Kabupaten Bandung Barat bagian Barat (Padalarang-

Cipatat-Rajamandala)

Batuan tertua di daerah Bandung dan sekitartnya tersingkat di sekitar

Rajamandala (terletak di sebelah barat) yaitu berupa kelompok batuan

yang terdiri dari batu lempung napal, batugamping terumbu, batupasir

berumur 15 -2 0 juta tahun lalu (Oligo-Miosen). Kelompok batugamping

terumbu yang sebarannya membentang hampir barat – timur dari

Padalarang-Cipatat-Rajamandala telah membentuk bentang alam

perbukitan kars dengan berbagai fenomena khas, seperti gua-gua,

speleoterm, dan karingan sungai bawah tanah. Sejak tahun 1970-an

sampai sekarang kawasan pebukitan kars Formasi Rajamandala telah

menjadi kawasan pertambangan batukapur dan marmer.

Di atas kelompok batuan berumur Oligo-Miosen tersebut ditutpi oleh

batuan lebih muda berumur kuarter seperti breksi gunung api (volkanik),

lava, lahar, batupasir tufaan (tras) dan aluvium.

Kabupaten Bandung Barat bagian Utara dan Timur.

Batuan penyusun wilayah Bandung Utara didominasi oleh batuan gunung

api. Soetoyo & Hadisantono (1992) telah membagi batuan komplek Gunung

Sunda menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu batuan pra-gunung api Sunda,

Gunungapi Sunda, Komplek Kerucut Bukit Tunggul-Manglayang dan

Gunungapi Tangkuban Parahu.

Endapan kipas alluvial atau endapan dan delta (Dam 1992) berselang

seling dengan endapan danau menempati dan tersebar luas di Cekungan

Bandung, disusun oleh batupasir berukuran menengah sampai kasar,

(15)

2-15

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Kabupaten Bandung Barat bagian Selatan

Batuan tertua yang dijumpai di wilayah Bandung Barat bagian Selatan

adalah perselingan antara batulempung dan batulanau berumur sekitar 15

juta tahun (Miosen Tengah) yang dinamakan sebagai kelompok batuan

Formasi Cimandiri. Batuan tersebut menjemari dengan Anggota

Sindangkerta, yang terdiri dari perselingan tufa batuapung dengan

Batu pasir tufa dan breksi tufa. Diatasnya ditutupi secara tidak selaras

oleh perselingan lava dan breksi tufa bersusunan andesit dari Formasi

Beser berumur sekitar 10 juta tahun (Miosen Akhir). Batuan gunungapi

berumur sekitar 5 juta tahun (Pliosen) berupa tufa hablur, tufa sela dan

breksi tufa andesitis menindih secara tak selaras Formasi Beser. Secara

setempat dijumpai pula batuan terobosan berupa andesit piroksen dan

andesit hornblende yang umumnya membentuk morfologi kerucut intrusi.

Batuan gunungapi tua berumur lebih muda dari 1,8 juta tahun (Kuarter)

menindih tak selaras batuan gunung api Pliosen. Batuan gunungapi

Kuarter Tua diduga merupakan hasil kegiatan G. Waringin, G. Bedil, G.

Malabar Tua, Komplek G. Guntur – G. Pangkalan – G. Kendang, G. Kracak

– G. Puncakgede, G. Madalawangi – G. Mandalagiri dan G. Malabar – G. Tilu. Batuan gunungapi Kuarter muda dihasilkan dari G. Windu, G.

Papandayan, G. Cikuray, G. Masigit, G. Haruman dan G. Kaledong.

Endapan termuda di bagian Selatan Wilayah Bandung terdiri atas endapan

danau, koluvium, alluvium

Dari hasil studi Direktorat Geologi Tata Lingkungan, sumber air

bawah tanah di Wilayah Kabupaten Bandung Barat dibagi ke dalam

beberapa zona:

a. Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan

untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan

pengambilan maksimum 100 m3 perbulan. Penyebaran zona

kritis pengambilan air tanah di Kabupaten Bandung Barat

berada di Kecamatan Batujajar.

b. Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan

bagi keperluan air minum dan ramah rangga dengan debit

maksimum 100 m³ per bulan. Zona rawan untuk pengambilan

(16)

2-16

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

resapan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Lembang

dan Cisarua.

c. Daerah aman pengambilan air tanah, pengambilan baru

diperbolehkan dengan debit 170 m³ per hari dengan sumur

terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah

penyebarannya ada di Kecamatan Cikalong wetan, Padalarang,

Ngamprah, dan Parongpong.

d. Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi peruntukan kecuali

untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan

maksimum 100 m³ per bulan. Daerah resapan ini meliputi

Kecamatan Lembang dan Cisarua.

Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah

sehingga kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah

lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan

pengambilan maksimal 100 m³ per bulan per sumur. Zona bukan

cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat,

Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga.

1.Air permukaan

Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai, dengan sungai

utama adalah Sungai Citarum, Sungai Cimahi, Sungai Cibeureum, Sungai

Citarum Hulu, dan Sungai Cikarial, yang melewati Kecamatan Cipongkor,

Kecamatan Cililin, Kecamatan Cihampelas, dan Kecamatan Batujajar.

Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang

terdapat di Wilayah Kabupaten Bandung Barat umumnya dijumpai di

sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan yang tersusun oleh batuan

vulkanik dan mempunyai penyebaran tidak merata. Daerah-daerah mata

air yang cukup banyak dijumpai di sekitar perbukitan utara, timur dan

selatan. Di bagian barat (kecuali barat laut), pemunculan mata air dapat

disebut sebagai daerah yang sangat jarang dijumpai. Di Kabupaten

Bandung Barat terdapat 2 Danau/Situ Alam dan 2 Waduk/Danau Buatan.

Danau/Situ Alam terdiri dari Situ Lembang dan Situ Ciburuy. Situ-situ ini

dimanfaatkan sebagai lokasi tujuan wisata. Waduk/danau buatan yang

terdapat di daerah kajian yaitu Waduk Saguling dan Cirata yang

(17)

2-17

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Kondisi situ dan waduk masing-masing dapat dirinci sebagai

berikut:

 Situ Ciburuy terdapat di Kecamatan Padalarang digunakan untuk

irigasi dengan kapasitas penyimpanan sekitar 4 juta m3. Situ

Lembang digunakan untuk irigasi dan terletak di bagian hulu DAS

Cimahi, kapasitanya sebesar 3,7 m3 dengan daerah tangkapan situ

tersebut diperkirakan 6,3 km3.

 Waduk Saguling terletak di sungai Citarum yang tersebar di

beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Cililin, Batujajar, dan

Cipongkor. Waduk tersebut digunakan untuk PLTA, irigasi dan

penyediaan air minum. Kapasitas waduk direncanakan 1.000 juta

m3.

Waduk Cirata terletak ke arah hilir dari Waduk Saguling yang

lokasinya berada di Kecamatan Cipeundeuy, volume direncanakan

sekitar 2.000 juta m3, dengan ketinggian muka air + 220 m/dpl

2.Air Tanah

Di Kabupaten Bandung Barat terdapat daerah resapan air tanah

yang merupakan resapan utama atau primer meliputi bagian lereng

bervegetasi lebat pada ketinggian tertentu sampai puncak gunung yang

terutama dibentuk oleh batuan gunung api muda. Selain itu, zona resapan

utama meliputi pula bagian daerah pegunungan dan perbukitan berupa

punggungan yang bertindak sebagai tinggian pemisahan air utama bagi

sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan.

Berdasarkan hasil penelitian hidrogeologi untuk menentukan batas

horizontal cekungan air tanah yang dilakukan oleh Direktorat Tata

Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan yang kemudian disahkan

melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2003,

cekungan air tanah di Jawa Barat terdapat 27 buah, dengan 2 cekungan

air tanah diantaranya termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung

Barat.

2.7 GAMBARAN KLIMATOLOGI

Wilaya-wilayah yang mempunyai curah hujan kurang dari 1500

mm/tahun adalah wilayaj pedataran yaitu sebagian kecamatan

(18)

2-18

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

hujan 1500-2000 mm/tahun adalah sebagian kecamatan Batujajar,

Cihampelas, Ngamprah, Padalarang dan Parongpong. Wilayah-wilayah

yang mempunyai curah hujan 2000-2500 mm/tahun adalah sebagian

kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, Cipatat,

Cipongkor, Sindangkerta.

Wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan 2500-3000 mm/tahun

sebagian Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan,

Cipeundeuy, Cipatat, Rongga, Gununghalu dan Sindangkerta. Curah

hujan tertinggi terjadi di daerah pegungungan di bagian utara

Kabupaten Bandung Barat (3000-3500 mm/tahun) terdapat di sebagian

wilayah Kecamatan Cikalongwetan dan Cipeundeuy.

Tabel 2.5

Kondisi Klimatologi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011

Bulan Kondisi Klimatologi

Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)

Januari 169,5 20

Sumber : Bandung Barat dalam Angka 2012

2.8 KONDISI SOSIAL EKONOMI 2.8.1 KONDISI SOSIAL

Pertumbuhan penduduk usia kerja akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Pertambahan angkatan kerja tersebut dapat ditampung dalam lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan lapangan kerja formal, dan sebagian lagi telah berusaha menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri, yang termasuk sebagai pekerjaan sektor informal. Namun tidak semua angkatan kerja tersebut dapat tertampung pada lapangan kerja yang tersedia.

(19)

2-19

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

sedang mencari pekerjaan (menganggur). Penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan tidak melakukan kegiatan apapun termasuk kategori bukan angkatan kerja.

Tabel-2.6:

Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis

Kegiatan Utama dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun 2010 – 2011

Jenis Kegiatan Utama 2011 2012

Jumlah % Jumlah %

Bekerja 267 1611

Mencari Pekerjaan 2456 3677

Sekolah 65542 68034

Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi

pertumbuhan, kontribusi sektor yang bersangkutan dalam perekonomian

secara agregat, dan daya serapnya terhadap tenaga kerja. Sektor ekonomi

yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta

penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul

di antara sektor-ekonomi yang ada. Sektor ini akan menjadi penggerak

utama perekonomian pada suatu wilayah.

Untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu wilayah, dapat

dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan

suatu ukuran kuantitatif dari hasil-hasil pembangunan ekonomi yang

telah dilakukan pada suatu saat tertentu untuk memberikan gambaran

mengenai keadaan perekonomian pada masa-masa lalu dan masa

sekarang.

Profil Ekonomi

Salah satu indikator kinerja Pembangunan suatu daerah diukur

melalui indikator-indikator makro ekonomi yang secara umum telah diakui

dan diberlakukan. Pencapaian perekonomian suatu daerah merupakan

gambaran dari prestasi Pemerintah Daerah dalam mengatasi

(20)

2-20

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

yang secara umum diakui adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan Inflasi.

Besaran kontribusi perekonomian di Kabupaten Bandung Barat

masih tetap dipengaruhi oleh sektor utama yaitu sektor industri

pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian.

a. Potensi Unggulan Daerah

Sumber daya alam yang ada di Kabupaten Bandung Barat cukup

banyak dan beragam, mulai dari lahan pertanian, perbukitan/pegunungan

dengan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Hal ini

apabila diolah dan dimanfaatkan akan menjadi sumber ekonomi yang

dapat memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat. Adapun Potensi unggulan yang dimiliki oleh

Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut :

1) Letak geografis yang strategis bila dilihat dari perspektif sistem

perkotaan Metropolitan Bandung Raya seiring dengan

pertumbuhan sektor industri dan pengembangan pemukiman

yang dapat menunjang pertumbuhan perekonomian

masyarakat.

2) Letak geografis kawasan Bandung Barat sebelah utara meliputi

Lembang, Parongpong dan Cisarua yang berada di dataran

tinggi dimana alam dan lingkungannya sangat mendukung

dalam pengembangan peternakan dan pertanian tanaman

holtikultura.

3) Keberadaan 2 (dua) waduk besar di Kabupaten Bandung Barat

yang memiliki potensi besar dalam pengembangan dan

pengelolaan waduk sebagai wisata ramah lingkungan yang

didukung agroindustri perikanan melalui pemberdayaan UMKM

dan koperasi yang mampu menggerakan perekonomian

masyarakat.

4) Keberadaan obyek wisata yang di bagi menjadi 3 (tiga) zona

wisata utama yaitu Zona Wisata Bandung Utara, Zona Wisata

Bandung Selatan dan Zona Wisata Bandung Barat merupakan

salah satu kunci pengembangan Kabupaten Bandung Barat jika

merujuk pada Visi yang ada dalam menopang perekonomian

(21)

2-21

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

5) Potensi sumber daya alam yang subur merupakan faktor primer

kegiatan usaha tani, dimana struktur perekonomian masyarakat

pada umumnya masih bersifat agraris sehingga memungkinkan

pengembangan usaha agrobisnis yaitu suatu usaha di bidang

pertanian untuk memperoleh keuntungan dengan cara

mengelola aspek budidaya, pasca panen proses pengolahan

hingga tahap pemasaran. Dimana potensi unggulan bidang

agrobisnis Kabupaten Bandung Barat, adalah sebagai berikut:

a)Potensi Pertanian

(1) Padi sawah & gogo

(2) Palawija: Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau,

Ubi Kayu dan Ubi Jalar.

(3) Sayuran: Bawang Daun, Kentang, Kubis,

Petsai/Sawi/Sosin, Kacang Panjang, Buncis, Labu

Siam, Kembang Kol dan Jamur.

(4) Buah-buahan: Alpukat, Belimbing,

Duku/Langsa/Kokosan, Durian, Jambu Biji, Jeruk

Siam/Keprok, Mangga, Manggis, Nangka/ Cempedak,

Nanas, Pepaya, Pisang, Rambutan, Salak, Sawo, Jeruk

Besar, Sirsak, Sukun, Melinjo dan Petai.

(5) Tanaman Hias: Anggrek, Anthurium, Gladiul, Heliconia,

Krisan, Mawar, Melati, Palem, Sedap Malam, Gerbera

(Hebras) dan Anyelir.

(6) Tanaman obat-obatan: Jahe, Lengkuas, Kencur, Kunyit,

(22)

2-22

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

c)Potesi Peternakan

(1) Peternakan Kelinci

(2) Peternakan Sapi Perah dan Sapi Potong

(3) Peternakan Domba dan Kambing

(4) Peternakan Ayam Buras dan Ras

(5) Peternakan Itik

(6) Peternakan Kuda

(7) Perikanan

b.Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat

menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Sehingga

pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan

sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Demikian pula

halnya di Kabupaten Bandung Barat, dalam Recana Strategi (Renstra), laju

pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi salah satu indikator yang sangat

penting, untuk selalu di evaluasi.

Secara umum, pada tahun 2010 perekonomian Kabupaten

Bandung Barat mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,79 persen.

Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan positif semua sektor.

Seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang menguat dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Tabel 2.9

PDRB Kabupaten Bandung Barat

Tahun 2008 – 2010 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB ADH. Berlaku PDRB ADH. Konstan

2008) 14.220.412,09 7.157.633,43

2009*) 15.487.957,82 7.507.423,19

2010 **) 17.100.027.11 7.822.165.19

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010 Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Selama periode tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) atau Nilai Tambah Bruto yang dihitung atas dasar harga berlaku di

Kabupaten Bandung Barat mencapai 17,10 triliyun atau mengalami

peningkatan sebesar 10, 41 persen di bandingkan tahun sebelumnya,

yakni sebesar 15, 49 triliyun. Untuk lebih jelasnya Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung Barat Atas Dasar Harga

berlaku selama periode tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.10

(23)

2-23

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Tabel 2.10

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Barat atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2008-2010 (Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha 2008*) 2009*) 2010*)

1. Primer 1.637.882.,84 1.835.945,40 2.066.074,56

1. Pertanian 1.579.761,59 1.773.336,83 1.996.500,34

2. Pertambangan dan

Penggalian 58.121,25 62.608,58 69.574,22

2. Sekunder 7.905.900,13 8.304.598,12 8.948.815,80

3. Industri

Pengolahan 6.624.524,15 6.921.771,98 7.390.494,35

1. Listrik, Gas dan Air 919.660,89 1.003.988,45 1.131.863,86

2. Bangunan 361.715,09 378.837,69 426.457,59

3. Tertier

Komunikasi 951.601,54 1.036.131,0 1.166.240,33

5. Keuangan,

Persewaan & Jasa Perusahaan

369.958,66 413.541,07 477.369,08

6. Jasa-jasa 720.563,96 816.625,75 925.528,85

PDRB 14.220.412,0

9 15.487.957,82

17.100.027.1 1 Catatan : *)Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010

Dengan mengelompokkan sembilan sektor ekonomi menjadi tiga

sektor yaitu: sektor primer, sekunder, dan tersier, tampaknya bahwa

kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai

tambah di Kabupaten Bandung Barat. Total nilai tambah bruto atas dasar

harga berlaku dari kelompok sektor sekunder di tahun 2010 mencapai

Rp.8,95 trilyun, atau meningkat 7,75 persen dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar Rp.8,30 trilyun.

Adapun kelompok sektor tersier dan primer masing-masing

menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 6,08 triliyun dan Rp. 2,07 triliyun

atau mengalami peningkatan 13,79 persen dari 12,53 persen dibandingkan

tahun sebelumnya. Kendati demikian peningkatan-peningkatan tersebut

belumlah menunjukan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan,

karena pada NTB atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi.

(24)

2-24

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019

Tabel 2.11

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2010

(Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha 2008*) 2009**) 2010***)

1. Primer 840.622,07 871.958,15 906.060,20

1. Pertanian 802.995,28 832.429,32 864.568,50

2. Pertambangan

dan

Penggalian

37.626,79 39.528,83 41.491,70

2. Sekunder 3,985.866.04 4.111.437.92 4.258.537.0

3

3. Industri

Pengolahan 3.313.355,90 3.395.983,47 3.495.146,43

4. Listrik, Gas dan Air 505.209,68 541.215,47 580.142,08

5. Bangunan 167.300,28 174.240,30 183.248,52

3. Tertier 2.330.535.28 2.516.401,49 2.657.567,9

4

Komunikasi 405.694,95 421.167,09 451.235.35

8. Keuangan,

Persewaan & Jasa Perusahaan

203.295,97 214.673,08 231.468,16

9. Jasa-jasa 354.244,06 376.616,68 391.123,65

PDRB 7.157.633,43 7.507.423.19 7.822.165,19

Catatan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat 2010

Apabila PDRB tersebut dihitung atas dasar harga konstan 2000,

Adapun kelompok sektor jasa-jasa (tersier) yang merupakan

sektor-sektor pendukung dari seluruh kegiatan ekonomi, pada tahun 2010

mampu menciptakan PDRB sebesar Rp. 2, 66 triliyun sedangkan tahun

2009 sebesar Rp. 2,52 triliyun atau mengalami peningkatan yaitu sebesar

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bandung Barat
Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Bandung Barat
Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013
Tabel 2.4 Kemiringan Lereng per Kecamatan (Ha)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selama engkau telah bertaubat dari hal itu dan menyesali perbuatanmu baginya, dan engkau berketatapan hati bahwa ucapan buruk itu tidak akan keluar lagi dari mulutmu

Struktur IV menunjukkan bahwa igan anion karboksilat bertindakn sebagai ligan bidentat, tetapi kedua logam M terkoordinasi hanya pada satu atom O saja sedangkan atom O yang

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran information search pada mata pelajaran PAI di SMK Manba’ul Falah Dawe Kudus pada

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Samhan Yanis, dalam penelitian yang berjudul, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan

Dilihat dari efisiensi secara ekonomis dari keempat saluran yang ada di Kabupaten Karanganyar maka saluran III adalah saluran pemasaran beras hitam yang

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keberhasilan pelatihan kerja da- pat di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti : reaksi karyawan, bahan pembelaja- ran,

Pada tahun 2005 terjadi pemecahan dan penggabungan menjadi 3 (tiga) Kantor