• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1503651140BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1503651140BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

.

BAB VI

ASPEK TEKNIS

PER SEKTOR

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang

mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan

lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan

permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran

perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang

mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta

permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis

kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan

kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan

program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1. Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari

satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta

mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman

kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan

perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari

pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa

(2)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Arahan Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan

perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan

hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh

masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota

tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),

penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e),

serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun

khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan

yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan

perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Terkait dengan tugas dan wewenang

pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan

tugas dan wewenang sebagai berikut:

A. Tugas

1. Pemerintah Pusat

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan

(3)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan

hunian dan kawasan permukiman.

e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi

di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada

kebijakan nasional.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba

lintas kabupaten/kota.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat

provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman,

lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi

masyarakat, terutama bagi MBR.

h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan

berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,

(4)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan

nasional.

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

perumahan dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

B. Wewenang

1. Pemerintah Pusat

a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah,

perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan

aman.

b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman.

c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat nasional.

e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

nasional.

g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan

(5)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh.

i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman.

j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

perumahan dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat provinsi.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

provinsi.

f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk

pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat

provinsi.

h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada

kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

(6)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan

serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan

dan permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR

pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah

kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan

kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Lingkup Kegiatan

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai

tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan

teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi

Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan

perdesaan;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan

permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman

kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di

kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk

penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan

peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

(7)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

6.1.2. Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman

Sampai tahun 2012, luas kawasan permukiman di Kabupaten Ponorogo secara

keseluruhan sebesar 21.654 Ha (sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka, 2013).

Kawasan permukiman di Kabupaten Ponorogo berdasarkan fungsi kegiatannya dibedakan

menjadi dua yaitu kawasan permukiman perkotaan (kota kabupaten maupun IKK/ perkotaan

kecamatan) dan kawasan permukiman perdesaan.

A. Kondisi Perumahan Permukiman

Penyediaan perumahan di Kabupaten Ponorogo dibedakan berdasarkan karakter

wilayahnya. Perumahan di wilayah perkotaan Ponorogo disediakan baik secara individu,

swasta, maupun pemerintah. Sedangkan di wilayah perdesaan lebih cenderung disediakan

dengan swadaya masyarakat. Berikut merupakan perumahan yang disediakan oleh

swasta/developer :

a. Perumahan Singosaren

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1984, perumahan berada di Kelurahan

Singosaren, Kecamatan Jenangan. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 2 tipe rumah

yaitu 70, 42 dan 36 yang masing-masing terdiri dari 160 unit rumah dan 155 unit rumah

dengan total rumah yang ada 315 unit rumah. Sarana yang ada diantaranya lapangan

olah raga (bulu tangkis, voli), kontainer sampah, dan masjid.

b. Perumahan Patihan Kidul

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1985, perumahan berlokasi di

Kelurahan Tajug, Kecamatan Siman. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 3 tipe

rumah yaitu 70, 60 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 26 unit rumah, 39 unit rumah

dan 50 unit rumah dengan total rumah yang ada 115 unit rumah. Sarana yang ada

adalah kontainer sampah, masjid, dan lapangan olah raga (voli).

c. Perumahan PEPABRI Keniten

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1992, perumahan berada di Kelurahan

Keniten, Kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 2 tipe rumah

yaitu 36 dan 45 yang masing-masing terdiri dari 85 unit rumah dan 35 unit rumah

dengan total rumah yang telah dibangun adalah 120 unit rumah. Adapun rencana

pembangunan permukiman tersebut memiliki kualitas lingkungan yang cukup baik

karena dilengkapi dengan utilitas dan fasilitas yang menunjang kebutuhan hidup dan

interaksi masyarakat. Namun pembangunan permukiman tersebut sasaran utama

penghuninya ditujukan kepada TNI/Polri sehingga belum menjangkau seluruh lapisan

masyarakat. Sarana yang disediakan diantaranya : laporan. Sarana yang ada : olah

(8)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

d. Perumahan Kertosari Indah

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1994, perumahan berlokasi di

Kelurahan Kertosari, Kecamatan Babadan. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 4

tipe rumah yaitu 21, 27, 36 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 146 unit rumah, 75

unit rumah, 83 unit rumah dan 56 unit rumah dengan total rumah yang ada 360 unit

rumah. Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga dan masjid.

e. Perumahan Grisimai

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1995, perumahan ini berlokasi di

Kecamatan Siman. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 5 tipe rumah yaitu 21, 27,

36, 45 dan 70 yang masing-masing terdiir dari 87 unit rumah, 37 unit rumah, 45 unit

rumah, 31 unit rumah dan 10 unit rumah dengan total rumah yang ada 210 unit rumah.

Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga, dan masjid.

f. Perumahan Kertosari Estate

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1997, perumahan ini berlokasi di

Kelurahan Kertosari, kecamatan Babadan. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 4

tipe rumah yaitu 21, 27, 36 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 16 unit rumah, 26

unit rumah, 10 unit rumah dan 20 unit rumah dengan total rumah yang ada 70 unit

rumah. Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga, dan masjid, TPS,

dan pos kampling.

g. Perumahan Keniten

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1997, perumahan berada di Kelurahan

Keniten, kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 2 tipe rumah yaitu

21 dan 36 yang masing-masing terdiri dari 294 unit rumah dan 77 unit rumah dengan

total rumah yang ada 371 unit rumah. Selain unit perumahan di perumahan ini juga

dikembangkan sarana perdagangan dengan konsep rumah-toko (ruko) yang terdiri dari

17 unit ruko. Sarana yang disediakan diantaranya: lapangan olah raga, dan masjid,

TPS, dan pos kampling.

h. Perumahan Setono

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 2002, perumahan ini berada di

Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 3 tipe

rumah yaitu 27, 36 dan 45 yang masing-masing terdiri dari 12 unit rumah, 162 unit

rumah dan 8 unit rumah dengan total rumah yang ada 182 unit rumah. Sarana yang

disediakan adalah lapangan olah raga.

i. Perumahan Bangunsari

(9)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 3

tipe rumah yaitu 70, 100 dan 150 yang masing-masing terdiri dari 30 unit rumah, 14 unit

rumah dan 11 unit rumah dengan total rumah yang ada 55 unit rumah. Sarana yang ada

adalah kontainer sampah, masjid, dan lapangan olah raga (voli).

Kondisi perumahan di Kabupaten Ponorogo, khususnya di wilayah perkotaan

(Kecamatan Babadan, Jenangan, Siman, Sukorejo, dan Ponorogo) didominasi dengan

rumah permanen. Hal ini terlihat bahwa sampai tahun 2012 jumlah rumah permanen di

kelima kecamatan tersebut sebesar 62.754 unit (atau 94,29%).

Pada kawasan permukiman perdesaan Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa

kawasan perdesaan yang memiliki beragam potensi untuk pengembangan pusat

permukiman, yaitu antara lain:

1. Kawasan Agropolitan

Pada wilayah Kabupaten Ponorogo terdapat Kawasan Agropolitan yaitu di Kecamatan

Ngebel dan Kecamatan Pudak (lihat gambar 4.3). Kawasan Agropolitan Ngebel dan

Pudak ini merupakan salah satu Kawasan Agropolitan yang ada di Propinsi Jawa

Timur. Lokasi Kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Agropolitan berdasarkan

SK. Gubernur Jatim.

a. Wilayah administrasi Kawasan Agropolitan Ngebel terdapat di Kecamatan Ngebel

dan terdiri dari 8 desa yaitu:

- Desa Ngrogung, sebagai sentra tanaman pangan

- Desa Sempu, sebagai sentra tanaman pangan dan buah-buahan - Desa Sahang, sebagai sentra buah-buahan

- Desa Wagir Lor, sebagai sentra buah-buahan

- Desa Ngebel, sebagai sentra perikanan dan perkebunan

- Desa Gondowido, sebagai sentra peternakan - Desa Talun, sebagai sentra peternakan

- Desa Pupus, sebagai sentra peternakan

b. Wilayah administrasi Kawasan Agropolitan Pudak terdapat di Kecamatan Pudak

dan terdiri dari 6 desa yaitu:

- Desa Pudak Wetan, sebagai sentra tanaman pangan dan sayuran

- Desa Pudak Kulon, sebagai sentra tanaman pangan dan sayuran - Desa Tambang, sebagai sentra buah-buahan dan perkebunan

- Desa Krisik, sebagai sentra buah-buahan dan sayuran

(10)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

- Desa Bareng, sebagai sentra tanaman pangan dan perkebunan.

Gambar 6.1. Kawasan Agropolitan Ngebel dan Pudak

2. Kawasan Permukiman Desa Perbatasan

Kawasan permukiman di wilayah perbatasan Kabupaten Ponorogo, seperti halnya

wilayah perbatasan kabupaten/kota lainnya, relatif diabaikan dan cenderung dikatakan

sebagai kawasan tertinggal. Padahal wilayah perbatasan tidak selalu identik dengan hal

demikian. Pusat permukiman di kawasan perbatasan, khususnya perbatasan Kabupaten

Ponorogo dan Kabupaten Pacitan, memiliki potensi sebagai kawasan permukiman yang

berkembang memiliki skala pelayanan dan hirarki tertentu. Desa-desa perbatasan ini

memiliki potensi sebagai kawasan pemasok bahan makanan, baik dari pertanian

tanaman pangan, peternakan, perkebunan, maupun holtikultura.

B. Kondisi Sarana dan Prasarana Permukiman

Kondisi sarana prasarana permukiman di Kabupaten Ponorogo akan dijelaskan

berdasarkan jenis kegiatannya, yaitu antara lain

1. Sarana dan Prasarana Permukiman Perkotaan

Berdasarkan hasil studi RP4D Kabupaten Ponorogo dapat diketahui kondisi prasarana

(11)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

perkotaan. Wilayah permukiman perkotaan dalam hal ini adalah perkotaan Kabupaten

Ponorogo yang terdiri dari Kecamatan Babadan, Jenangan, Siman, Sukorejo, dan

Ponorogo.

a) Jalan lingkungan

Kondisi jalan pada wilayah di Kecamatan Babadan, Jenangan, Siman, Sukorejo,

didominasi oleh kondisi jalan aspal. Kecamatan Babadan dan Ponorogo merupakan

kecamatan dengan kondisi jalan yang cukup baik dengan prosentase kondisi jalan

aspal pada masing-masing kecamatan sebesar 64% dan 73 %. Sedangkan pada

Kecamatan Jenangan masih didominasi oleh kondisi jalan batu (41%) dan pada

wilayah Kecamatan Siman serta Sukorejo didominasi oleh kondisi jalan tanah

dengan prosentase masing-masing kecamatan sebesar 41 % dan 43%.

b) Jaringan drainase

Kondisi drainase di wilayah Perkotaan Ponorogo dapat dilihat dari keberadaan

saluran drainase yang ada yang terbagi menjadi 3, yaitu: saluran primer, sekunder,

dan tersier. Keberadaan saluran drainase primer, sekunder dan tersier tersebar di 5

kecamatan. Keseluruhan panjang drainase tersier di wilayah perencanaan adalah

kurang lebih sepanjang 177.445 m, drainase sekunder sepanjang 103.135,90 m

dan drainase primer sepanjang 90.878,9 m.

c) Persampahan

Kondisi pelayanan jaringan sampah di wilayah Perkotaan Ponorogo telah

menjangkau sebagian besar kecamatan, hanya terdapat 1 kecamatan yang belum

terlayani, yaitu kecamatan Sukorejo. Sedangkan Kecamatan Babadan, Jenangan

dan Siman telah terlayani oleh jaringan pelayanan persampahan yang dikelola oleh

pemerintah yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Kondisi tingkat pelayanan

persampahan di wilayah perencanaan dapat terlihat pada sarana dan prasarana

persampahan yang ada: Transfer Depo, TPS, Container dan TPA.

d) Air minum

Kebutuhan air bersih penduduk di wilayah perkotaan Ponorogo dipenuhi dari 4

macam pelayanan, yaitu PDAM, Sumur Gali, Sumur Pompa, dan lainnya (dapat

berasal dari suplai PAH). Hampir semua daerah perkotaan telah terlayani oleh

jaringan air minum PDAM kecuali di Kecamatan Sukorejo. Dari pelayanan yang ada

masih menjangkau sebagian kecil desa dari kecamatan yang ada, sedangkan

(12)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

2. Sarana dan Prasarana Kawasan Agropolitan

Kawasan Agropolitan Ngebel ditunjang dengan sarana dan prasarana penunjang

meliputi sarana perekonomian berupa pasar desa (pasar Desa Ngebel, Wagir Lor, dan

Talun) dan prasarana jalan berupa jalan poros desa. Adapun kondisi jalan poros desa

yang menghubungkan Kawasan Agropolitan Ngebel dengan daerah lainnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 6.1. Kondisi Jalan Poros Desa Pada Kawasan Agropolitan Ngebel

No. Desa Nama Pangkal Nama Ujung

Panjang (km)

Lebar

(m) Tipe Jalan Kondisi

1 Ngrogung Jati Ngrogung

Krangkungan

Ngrogung 1,50 3,00 Makadam Sedang

2 Sempu Sejarak Tileng 1,00 2,50 Makadam Sedang

3 Sempu Seglagah Sempu Tileng Dagangan 2,50 2,50 Makadam Sedang

4 Ngebel Ngebel Semenok 3,85 3,00 Aspal Sedang

5 Ngebel Mlingi Gedangan 4,50 2,50 Makadam Sedang

6 Ngebel Jagalan Piring 1,00 3,00 Makadam Sedang

7 Ngebel Semenok Semenok 1,40 3,00 Makadam Sedang

8 Pupus Prambon PUpus Jawol Ngebel 2,00 3,00 Aspal/ Sedang 9 Gondowido Krajan Gondiwido Krajan 3,00 3,00 Makadam Sedang 10 Gondowido Briket Gondowido Brambang 2,00 3,00 Makadam Sedang

11 Sahang Bujet Ngrambing

Danten PUle

Ngrogung 3,00 2,50 Makadam Sedang

12 Wagir Lor Pucuk Wagir Lor Krajan Wates 4,50 3,00 Makadam Baik 13 Ngrogung Jati Ngrogung Galih Wates 1,00 3,00 Makadam Sedang

14 Talun Krajan Talun Krajan 4,00 3,00 Makadam Baik

15 Talun Krajan Talun Dusun Sedayu 3,50 3,00 Makadam Rusak 16 Talun Krajan Talun Dusun Tritis 4,00 2,50 Makadam Sedang 17 Talun Krajan Talun Dusun Sidomukti 2,00 3,00 Makadam Sedang 18 Sahang Mutihan Sahang Bugan Wagur Lor 2,20 3,00 Makadam Baik 19 Gondowido Krajan Gondiwido Batik 2,50 3,00 Makadam Sedang 20 Sempu Dusun Seglagah Dusun Segodeng 4,50 2,50 Makadam Sedang

Sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo, 2008

3. Sarana dan Prasarana Desa Perbatasan

Kondisi prasarana dan sarana pada kawasan permukiman desa perbatasan Kabupaten

Ponorogo masih kurang memadai sehingga potensi yang ada kurang dapat

dimanfaatkan secara optimal. Berikut kondisi sarana dan prasarana desa perbatasan

(13)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Tabel 6.2. Kondisi Prasarana dan Sarana Pada Permukiman Kawasan Perbatasan Ponorogo-Pacitan

No Desa Per-Batasan Kondisi prasarana sarana

1 Dayakan-Watupatok (Kec.Badegan - Kec. Bandar)

- Kondisi akses masih kurang memadai (sedang sampai buruk) menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen mempersulit petani di musim kemarau

- Belum adanya angkutan perdesaan sehingga mempersulit pergerakan penduduk

2 Dusun bangunsari-watuagung

(Kec.Badegan - Kec. Bandar)

- Sebagian jalan masih banyak yang belum diaspal - Irigasi masih buruk

- Desa ini tidak ada sumber mata air, sehingga ada pembagian air.

3 Desa Krebet-sidoharjo dengan desa watupatok (Kec. Jambon - Kec. Bandar)

- Sebagian jalan masih banyak yang belum diaspal

- Irigasi masih buruk kurang memperoleh pengairan di musim kemarau

- Belum adanya tempat untuk menampung hasil pertanian masyarakat

- Mayoritas sebagai petani, buruh tani, hanya sebagian kecil yang menjadi pegawai

- Fasilitas masih kurang utamanya untuk kesehatan - Kendala pemasaran untuk produk pertanian 5 Desa wates-Gemaharjo.

(Kec.Slahung - Tegalombo)

- Memiliki beberapa industri bidang peternakan (desa wates) yang mempunyai aset besar bagi pendapatan kabupaten dan menyerap tenaga kerja

- Memiliki jalan penghubung (kolektor primer) ke wil.Kab.Pacitan untuk jalur perekonomian.

- Akses/jalur tembus antar desa dalam konsisi sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian serta masih adanya daerah rawan bencana longsor di jalur penghubung kedua kawasan

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen - Penerangan jalan masih kurang

- Kurang optimalnya pengelolaan SDM 6 Desa Mrayan-Binade

dengan Desa Ketro dan Pucang Ombo. (Kec. Ngrayun dengan Kec. Tulakan - Tegalombo)

- Kondisi akses yang sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian

- Jaringan komunikasi kurang

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen mempersulit petani

Sumber: Kompilasi Pengembangan Kawasan Perbatasan Ponorogo-Pacitan

4. Infrastruktur perdesaan

Pengembangan dan pembangunan permukiman pada kawasan perdesaan di

Kabupaten Ponorogo tidak bisa terlepas dari keberadaan prasarana penunjang yang

berupa jalan poros desa. Jalan poros desa mempunyai peran yang sangat penting

(14)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

menghubungkan antar desa yang merupakan jalan poros masyarakat perdesaaan

dalam meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan dengan

kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah

perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan). Panjang jalan poros yang terdapat di Kabupaten Ponorogo sepanjang 1.390,474 km

(sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo 2008), dimana kondisi

jalan poros desa pada beberapa desa di Kabupaten Ponorogo masih didominasi dengan

jalan tanah. Berikut tabel mengenai kondisi jalan poros desa di Kabupaten Ponorogo.

Tabel 6.3 Jalan Poros Desa di Kabupaten Ponorogo dengan Kondisi Rusak

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang

Banteng Sukorejo Kali Pucang Sekuwung Tanah 0,18

Kedung

Banteng Sukorejo Kali Pucang Kali Pucang Makadam 0,15

Japan Babadan Desa Gupalo Desa Babadan Tanah 0,65

Kedung

Banteng Sukorejo Krajan Sekuwung Makadam 0,575

Gelang Lor Sukorejo Desa Kauman Desa Boto Makadam 0,75

Trisono Babadan

Desa Karang

Gayam Desa Banjarejo Penetrasi 1,25

Gandu Kepuh Sukorejo Desa Ngujung Desa Ngujung Tanah 0,12

Prajegan Sukorejo

Jalan Batas Desa/Kedung Banteng

Jalan Batas

Desa/Serangan Makadam 0,525

Cekok Babadan Jambean Jambean Tanah 0,25

Somoroto Kauman Jl. Bantaran Angin Batas Desa Maron Aspal 0,97

Prajegan Sukorejo

Jalan PU

Seragen-Gegeran Batas Desa Makadam 1,05

Gandu Kepuh Sukorejo Desa Gandu Kepuh

Jalan Batas Desa

Desa/Gilang Lor Aspal 1,02

Bringin Kauman Krajan Dusun Bringin Aspal, Makadam 1,05

Simo Slahung Krajan Krajan Tanah 0,45

Nglumpang Mlarak

Perempatan

Blabakan Dukuh I Sirtu 1,30

Setono Jenangan Sejanjang Serut Makadam 1,30

Bandar Alim Badegan

Jalan Propinsi Km

12 Balai Desa Makadam 3,55

Sendang Ngrayun Tumpak Salam Ngringin-Pasar Makadam 4,50

Singosaren Jenangan Segaran Jetak Makadam 2,70

(15)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Bancar Bungkal Dusun Duwet Dusun Nglodo Sirtu 1,00

Bekare Bungkal Dusun Bugis

Batas Desa

Menggare Makada,Tanah 1,80

Sawoo Sawoo

Jalan PU Sawoo

Tempuran Batas Desa Temon Makadam,Sirtu 2,90

Sawoo Sawoo

Jalan PU Bina

Marga Prop Batas Desa Pangkal Makadam,Sirtu 2,10

Totokan Mlarak Pertigaan Bendo

Batas Desa

Serangan/Bakalan Makadam,Tanah 3,30

Bekare Bungkal Dusun Bugis Dusun Kepandean Tanah 2,40

Mrayan Ngrayun

Jalan PU

Montongan Gunung PUyang Makadam 1,70

Mrayan Ngrayun Pakel Gawangan Makadam,Tanah 4,50

Tumpuk Sawoo Dusun Salam Dusun Nggondang Tanah 1,50

Duri Slahung Desa Brambang Desa Brambang Tanah 0,50

Wonodadi Ngrayun Krajan Krajan Makadam 3,00

Badegan Badegan Dukuh Nglambong Dukuh Nglambong Tanah 0,85 Badegan Badegan Dukuh Badegan Dukuh Nglambong Tanah 1,80 Somoroto Kauman Jl. Intan Gandini Batas Desa Maron Tanah 1,526 Somoroto Kauman Jl. Parang Garuda Batas Desa Maron Tanah 0,50

Somoroto Kauman Jl. Dorowati Jl. Sayang Ayu Tanah 0,90

Ngrandu Kauman Dukuh Ngeluk Dukuh Bulur Tanah 1,00

Ngrandu Kauman Jalan PUK Batas Desa Tanah 0,20

Japan Babadan Desa Sidorejo Desa Sidorejo Tanah 1,00

Japan Babadan Desa Babadan Desa Pondok Tanah 0,575

Japan Babadan Desa Krajan Desa Krajan Tanah 0,35

Japan Babadan Desa Krajan Desa Krajan Tanah 0,225

Ngrupit Jenangan

Jalan PU

Janti-Nguprit Desa Sedah Tanah 1,00

Ngrupit Jenangan Jl. Dusun Krajan Gentan Tanah 1,50

Bedi Wetan Bungkal Dukuh Krajan Dukuh Krajan Tanah 0,80 Ketonggo Bungkal Dusun Ketonggo Dusun Ketonggo Tanah 0,80

Menggare Slahung Krajan Yanglung Tanah 0,60

Prayungan Sawoo

Jalan DJalan PU/Balai Desa

Perbatasan Desa

/Jalan Ngindeng Tanah 1,00

Mlarak Mlarak Purworejo Ngledok Makadam 0,30

Mlarak Mlarak Purworejo Pelem Bebek Makadam 0,85

Mrayan Ngrayun Krajan

Pasar

Guwangan/Baosan

Lor Aspal 1,50

Temon Ngrayun Krajan Ngrayun Makadam 0,50

Wonodadi Ngrayun Gamping Sendang Makadam 2,50

(16)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang

Jajar Batas Wonodadi Makadam 1,30

Ngadisanan Sambit Gangin Banyu Gong Aspal 2,00

Semanding Kauman

Dukuh

Bentong/Jalan PU Desa Tosanan Makadam 0,40 Karang Joho Badegan Dukuh Bandar Dukuh Mitir Aspal 1,80 Blembem Jambon Ngadirejo Wetan Nagdirejo Kulon Tanah 0,90

Jambon Jambon Krajan Dusun Sumpel Tanah 1,50

Jambon Jambon Dukuh Bureng Batas Desa Blembem Tanah 1,00

Blembem Jambon Dukuh Sekaran Tanah 1,00

Blembem Jambon Tunjungan Dukuh Tanah 0,68

Ngilo-Ilo Slahung Pengkol Pasar Desa Tanah 0,50

Slahung Slahung Tengger Tengger Tanah 0,60

Slahung Slahung Tengger Tengger Tanah 1,00

Slahung Slahung Tengger Gembes Tanah 4,00

Binade Ngrayun Krajan

Pucang Ombo

Tegal/Ombo Pacitan Makadam 1,50

Baosan Lor Ngrayun Ngembel Bon Kandang Tanah 0,95

Baosan Lor Ngrayun Banu Sendang Tanah 3,45

Baosan Lor Ngrayun Ngembel Perbatasan Ngrayun Makadam 4,95

Sendang Ngrayun Tawing Putuk Makadam 1,10

Sendang Ngrayun Pagersari Milir Tanah 1,27

Wonodadi Ngrayun Krajan Manggis Makadam,Aspal 4,00

Nglarangan Kauman Dukuh Ngarangan I Kidul Kali Tanah 0,55 Nglarangan Kauman Dukuh Ngarangan I Dukuh Ngarangan I Tanah 0,35

Slahung Slahung Gembes Gembes Tanah 3,00

Semanding Kauman

Dukuh

Dampak/Jalan PU Desa Pulosari Makadam 1,50

Sampung Sampung Dusun Boworejo Bi Babat Aspal 3,00

Kauman Kauman Dusun Tengah Dusun Tengah Grosok 0,60

Ploso Jenar Kauman Ploso Jenar Ploso Jenar Tanah 1,00

Pengkol Kauman Pengkol Pengkol Tanah 0,70

Semanding Kauman Dukuh Bentong Dukuh Klampean Makadam 1,00

Kranggan Sukorejo

Dukuh Jayengranan

RT 01/01 Batas Desa Nampan Tanah 2,50

Sukosari Babadan Danyang Jogoragan Makadam 2,10

Sukosari Babadan Krajan Krajan Makadam 0,90

Sukosari Babadan Krajan Demung Makadam 1,00

Lembah Babadan Jl. Kojang Manden/Ngrupit Aspal 0,90

Lembah Babadan Desa Jajar Desa Jajar Aspal 2,20

(17)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Purwosari Babadan Jl. Kojang Manden/Ngrupit Aspal 3,00

Lembah Babadan Asem Growong Malang Makadam 0,60

Kertosari Babadan Jl. Grinsing Jl. Grinsing Aspal 0,60

Kadipaten Babadan

Lingkungan Jurang

Gandul Jalan Kabupaten Aspal 3,00

Kadipaten Babadan Lingkungan Tengah Jurang Gandul Aspal 0,30

Kadipaten Babadan Lingkungan Tengah Kebon Aspal 0,30

Japan Babadan Jl. Ki Lelono Jl. Ki Lelono Aspal 0,60

Panjeng Jenangan Perempatan Batas Desa Makadam 0,50

Singosaren Jenangan Segaran Segaran Lapen 0,60

Singosaren Jenangan Semampir Semampir Makadam 0,30

Mrican Jenangan Krajan Trenceng Makadam 3,00

Kemiri Jenangan Krajan Desa Tumpuk Makadam 1,50

Brahu Siman Besaran Krajan Aspal 0,70

Brahu Siman Krajan Krajan Tanah 0,525

Bajang Mlarak Bajang Bajang Tanah 0,20

Mangunsuman Siman Jalan Kabupaten Jalan Abiyoso Aspal 0,20

Prajegan Sukorejo Jalan PU

Batas Desa

Kedungbanteng Tanah, Makadam 1,00 Kedungbanteng Sukorejo Dusun Tambang Dusun Tambang Makadam 0,75 Sidorejo Sukorejo Dusun Buyanan Jangglengan Grosok Gamping 1,50

Bangun Rejo Sukorejo Dukuh Walikukun Dukuh Walikukun Tanah 1,00 Karanglo Lor Sukorejo Desa Kulon Desa Kulon Makadam 0,75

Sidorejo Sukorejo

Dusun Gadel/Jl.

SDN Gelang Lor Grosok Gamping 0,70

Prajegan Sukorejo Karang/Prajegan Burungan/Gegeran Tanah 1,00

Gelang Lor Sukorejo Menggeng Batas Desa Gegeran Tanah 0,20

Gelang Lor Sukorejo Menggeng Menggeng Tanah 0,20

Kranggan Sukorejo Krajan Krajan Tanah 0,50

Talun Ngebel Krajan Talun Dusun Sedayu Makadam 3,50

Pulung Merdiko Pulung Krajan Segropyak Aspal 0,70

Tegalrejo Pulung Krajan Krajan Makadam 2,00

Bedrug Pulung Bentis Jati Makadam 1,50

Karangpatihan Pulung Selodono Malangsari Makadam 0,50

Pomahan Pulung Sabil Pohijo Makadam 0,30

Jabung Mlarak Jalan PU

Batas Desa

Wonoketro Jetis Makadam 1,00

Nglumpang Mlarak Dukuh IV Dukuh IV Tanah 1,30

Kaponan Mlarak Jalan PUK Jabung Mlarak Aspal 1,20

Joresan Mlarak Joresan Batas Moko Aspal 1,10

(18)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Kaponan Mlarak Pertigaan Jeblok

Batas Desa

Karangrubuh Aspal, Tanah 1,20

Suren Mlarak Jalan PUK Batas Desa Makadam 2,00

Bancar Bungkal Dusun Nglodo Desa Nglodo Sirtu 0,90

Koripan Bungkal

Dusun Banyu

Panguripan Batas Desa Tiron Makadam 3,00

Koripan Bungkal

Dusun

Penanggungan Batas Desa Koripan Tanah Dan 3,50

Munggu Bungkal Muwung Dusun Bungur Tanah 6,50

Munggu Bungkal Muwung Ngemplak Aspal 0,68

Munggu Bungkal Muwung Sumber Rejo Aspal 1,00

Belang Bungkal Belang Keplekan Tanah 3,00

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Tanah 0,60

Belang Bungkal Belang Batas Desa Bungkal Tanah 1,60

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Tanah 0,75

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Makadam 0,75

Belang Bungkal Dusun Gondang Dusun Kanigoro Aspal 0,80

Munggu Bungkal Muwung Sumber Sari Makadam 2,50

Munggu Bungkal Muwung Pager Aspal 1,50

Bancar Bungkal Bancar Bancar Sirtu 0,75

Sambi Lawang Bungkal Dusun Suki Dusun Suki Tanah 1,60

Sambi Lawang Bungkal Dusun Bandang Dusun Ngijo Tanah 1,80

Bareng Pudak Tajem Moncol Makadam,Tanah 5,00

Bareng Pudak Duwet Tengger Makadam 2,50

Banjar Rejo Pudak Dukuh Gempol Makadam,Tanah 3,50

Ngadirojo Sooko Dukuh Krajan Dukuh Wates Makadam 6,00

Desa Ngadirojo Sooko

Dukuh Krajan-Ngadirojo

Dukuh Buyut

Ngadirojo Makadam 8,00

(19)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang

Desa Ngadirojo Sooko

Dukuh Karang Rejo-Ngadirojo

Dukuh Karang

Rejo-Ngadirojo Makadam 3,00

Desa Ngadirojo Sooko Dukuh Ploso Dukuh Ploso Makadam 3,50

Jurug Sooko Setumbal Plongko Makadam 2,50

Bondrang Sawoo Jotongan Jotongan Makadam 0,70

Sawoo Sawoo

Jalan PU Bina Marga Prop

Batas Desa

Prayungan Makadam, Sirtu 1,70

Temon Sawoo Senarang Tunggangan Tanah 2,00

Temon Sawoo Senarang Bentis Makadam 1,50

Sriti Sawoo Dung Petung Tanggul/Temon Tanah 2,60

Tempuran Sawoo Darungan

Batas Desa

Tempuran-Desa Sriti Makadam 2,00

Tempuran Sawoo Tempuran

Batas Desa

Dermosari Tanah 3,00

Ngilo-Ilo Slahung Suka Maju Suka Maju Tanah 1,00

Tegalrejo Pulung Krajan Sawur Makadam 1,50

Karangpatihan Pulung Krajan Selodono Makadam 0,70

Besuki Sambit Putuk Wilangan Bedagan Tanah 1,50

Bungu Bungkal Desa Bungu Desa Bungu Sirtu 1,10

Ketro Sawoo Ketro Selatan Ketro Aspal 0,3

Biting Badegan Dukuh Temon Dukuh Brangkal Aspal 0,4

Baosan Kidul Ngrayun Gedangan Kali Jabug Makadam,Tanah 7,00 Ngrandu Kauman Jalan PU Dukuh Ngeluk Makadam,Tanah 2,50

Ngasinan Jetis Sumbersari Samen Makadam,Tanah 1,90

Bajang Balong

Jalan PUK

Balong-Ngasinan Jalan Desa Katekan Tanah Sirtu 0,825

Selur Ngrayun

Cepoko Ngrayun Gunung Gede Batas Desa Poyong Makadam 6,00

Pondok Babadan Pondok Ngrambang Aspal 0,70

Madusari Siman Majasem Majasem Tanah 0,30

Pelem Bungkal Dukuh Pelem Dukuh Swari Tanah 5,25

Tambang Pudak Krajan Tengger Tanah 0,70

Bareng Pudak Ngecek-Ecek Wot Duwur Makadam 3,65

Temon Sawoo Mloko Legi Tumpak Tanah 0,70

Temon Sawoo Senarang Tanggul Tanah 0,50

Tumpak Pelem Sawoo Karangbendo Tumpak Andong Tanah 0,70

Tugu Mlarak Pojok Pojok Tanah 0,45

Siman Siman

Jalan PUK Jeruksing-Jabung

Batas Kelurahan

(20)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang

Kaponan/Persawahan Tanah 1,00

Gontor Mlarak

Jalan PUK Jabung Mlarak

Jalan PUK Jabung

Joresan Tanah 0,62

Suren Mlarak Wonojati-Suren Jalan Desa Tanah 1,50

Pudak Kulon Pudak Dukuh Toro Dusun Pandan Sari Tanah 3,00

Truneng Slahung Dusun Setono Dusun Setono Tanah 0,45

Bekare Bungkal Dusun Bugis Dusun PUnung Tanah 0,65

Pangkal Sawoo Pangkal Pangkal Tanah 1,00

Sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo, 2008

C. Kondisi Lingkungan Permukiman

Kondisi lingkungan perumahan permukiman di beberapa lokasi pada wilayah

perkotaan Ponorogo termasuk dalam kriteria permukiman kumuh (slum) dan squatter. Penentuan permukiman kumuh (slum) didasarkan pada 4 kondisi yaitu kondisi bangunan

(mayoritas non permanen), kondisi sarana prasarana (MCK, air bersih, saluran buangan,

sanitasi, listrik, gang lingkungan terkesan jorok dan menjadi sarang penyakit), kondisi lokasi,

dan kondisi sosial ekonomi.

Sedangkan gambaran permukiman squaters lebih pada permukiman yang berlokasi di daerah bukan difungsikan sebagai kawasan permukiman dan atau terletak di daerah

rawan bencana (bantaran sungai, sempadan jalan, bahu jalan, sempadan rel kereta api).

Tabel berikut memaparkan beberapa desa/kelurahan dengan perumahan permukimannya

yang termasuk dalam kriteria permukiman kumuh (slum) dan squatter.

Tabel 6.4 Kawasan Permukiman Kumuh (slum) dan Squatters di Perkotaan Ponorogo dan Perkotaan IKK

No Kecamatan Kategori Lokasi Desa/kel Keterangan

1 Babadan

Slum & Squatter Cekok sempadan sungai,kawasan rawan bencana

Squatter Ngunut rawan banjir karena berada di sempadan sungai

Slum Kadipaten dan Japan rawan banjir karena berada di sempadan sungai

Slum Purwosari kawasan irigasi mulai dikembangkan sebagai kawasan permukiman besar 2. Jenangan Slum & Squatter Mrican rumah-rumah non permanen

Squatter Pintu warung/toko yang berada di sempadan jalan

Slum Panjeng permukiman kondisi sebagian besar non-permanen, kawasan rawan bencana

(21)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

No Kecamatan Kategori Lokasi Desa/kel Keterangan

Slum Nglayang, Paringan, dan Wates

kawasan rawan bencana

3. Siman Slum Jarak standar kesehatan rendah

Slum & Squatter Tranjang kawasan rawan bencana dan standar kesehatan rendah

Slum & Squatter Pijeran kawasan standar kesehatan rendah Slum Madusari, Beton, Ngabar,

Ronowijayan, dan Brau

rawan banjir dan genangan krn berada di sempadan sungai

4. Sukorejo Slum Morosari, Sragi, Lengkong, Prajegan, dan Serangan

kawasan standar kesehatan rendah

Slum & Squatter Kedungbanteng kawasan standar kesehatan rendah 5. Ponorogo Slum & Squatter Tambakbayan kawasan rawan bencana daerah

bantaran sungai

Slum & Squatter Paju kawasan rawan bencana daerah bantaran sungai Sekayu

Slum & Squatter Kauman dan Pinggirsari kawasan rawan bencana daerah bantaran sungai (Sungai Sekayu dan Tambakkemang)

Slum & Squatter Beduri, Jingglong,Keniten kawasan rawan genangan air/banjir

6. Badegan Slum & Squatter Biting, Dayakan, Kapuran, dan Badegan

daerah rawan bencana longsor dan tepi sungai

7. Balong Slum & Squatter Ngampel, Tatung, Balong, Purworejo, Sedarat, Jalen, Bajang, Ngumpul dan Bulak

daerah rawan bencana longsor dan tepi sungai

6.1.3. Permasalahan Pengembangan Permukiman

Secara umum beberapa pokok permasalahan terkait pengembangan permukiman di

wilayah Kabupaten Ponorogo(baik kawasan perkotaan dan pedesaan), antara lain sebagai

berikut:

1. Adanya backlog rumah di hampir setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Ponorogo.

2. Masih terdapatnya permukiman kumuh pada beberapa lokasi khususnya di Perkotaan

Ponorogo. Dimana prasarana dan sarana pada lokasi permukiman kumuh tersebut

masih minim.

3. Permasalahan akses perdesaan yaitu dengan kondisi jalan sedang sampai buruk

menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian. Sebagian jalan masih banyak

yang belum diaspal.

4. Kurang memadainya beberapa sarana dan prasarana khususnya pada Kawasan

Agropolitan yang meliputi prasarana perekonomian (untuk menampung hasil pertanian),

(22)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

6.1.4. Usulan dan Prioritas Program Bidang Pengembangan Permukiman

Seiring dengan peningkatan jumlah kebutuhan perumahan penduduk dan sekaligus

untuk mengatasi permasalahan permukiman yang ada di Kabupaten Ponorogo, maka perlu

ada upaya untuk pengembangan permukiman di Kabupaten Ponorogo yang sesuai dengan

karakteristik penduduk dan lahan yang ada. Hal itu penting diperhatikan terutama untuk

mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang diakibatkan oleh

perubahan guna lahan.

A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

Di wilayah Kabupaten Ponorogo terdapat kecenderungan bahwa pertumbuhan

permukiman di perkotaan berjalan dengan pesat dengan dimotori oleh wilayah

Kecamatan Ponorogo sebagai pusat dari Kabupaten Ponorogo. Beberapa usulan

program dan kegiatan terkait kebutuhan dan permasalahan pengembangan permukiman

khususnya di kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 -

2018 adalah

Infrastruktur kawasan permukiman perkotaan : Penyediaan PSD

permukiman di kawasan RSH.

B. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

Pertumbuhan permukiman di Kabupaten Ponorogo masih cenderung terpusat di

wilayah perkotaan. Sedangkan permukiman perdesaan tidak berjalan dengan pesat dan

pertumbuhan cenderung berjalan lambat karena tidak terdapat fungsi guna lahan yang dapat

menarik pergerakan ke arahnya dan kondisi morfologi yang berbukit di Jenangan dan Siman

serta minimnya sarana prasarana kebutuhan masyarakat. Diharapkan adanya pemerataan

fungsi dan kegiatan di daerah luar wilayah Perkotaan Ponorogo yang nantinya akan memicu

pertumbuhan di wilayah di Kabupaten Ponorogo.

Dalam kebijakan RTRW Kabupaten Ponorogo tahun 2008-2028 dijelaskan bahwa

skenario pengembangan wilayah Kabupaten Ponorogo antara lain mendorong pertanian

melalui agropolitan; mengembangkan infrastruktur sampai perdesaan; serta pengembangan

fasilitas perkotaan sesuai orde masing-masing untuk mendukung pengembangan wilayah

secara struktur dan efisien. Berdasarkan hasil analisa yang disesuaikan dengan kebijakan,

maka usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman khususnya pada kawasan

permukiman perdesaan di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 - 2018 adalah

Infrastruktur

kawasan permukiman perdesaan : Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan

(23)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

6.1.5. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman

kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan

perkotaanterdiri dari:

1. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa

serta

2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaanterdiri dari:

1. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan

dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2. Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),

3. Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat

berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana

diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

▪ Infrastruktur kawasan permukiman kumuh

▪ Infrastruktur permukiman RSH

▪ Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

▪ Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)

▪ Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

▪ Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil

▪ Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)

▪ Infrastruktur perdesaan PPIP

▪ Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam

(24)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Sumber : Dit. Pengembangan Permukiman 2012

Gambar 6.2

Alur Program Pengembangan Permukiman

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri

dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

▪ Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

▪ Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

▪ Kesiapan lahan (sudah tersedia).

▪ Sudah tersedia DED.

(25)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

▪ Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

▪ Ada unit pelaksana kegiatan.

▪ Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus

Rusunawa

▪ Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA

▪ Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

▪ Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya

▪ Ada calon penghuni RIS PNPM

▪ Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

▪ Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

▪ Tingkat kemiskinan desa >25%.

▪ Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

PPIP

▪ Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

▪ Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya

▪ Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

▪ Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW

▪ Berbasis pengembangan wilayah

▪ Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v)

pendidikan, serta (vi) kesehatan

▪ Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus

diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk

penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan

dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas

(26)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak

sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam

kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi

terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu

hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,

mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh

berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota,

apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor

ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan

kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat

aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau

fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan

permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana

a. Kondisi Jalan

b. Drainase

c. Air bersih

d. Air limbah

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh

dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan

(27)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

6.1.6. Usulan Program dan Kegiatan

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara

kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan.

Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan

pemerintah Kabupaten Ponorogo. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun

dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama

hingga kelima.

Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program

dan kegiatan pengembangan permukiman Kabupaten Ponorogo yang disusun berdasarkan

prioritasnya seperti tabel berikut.

Tabel 6.5

Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Ponorogo

No. Kegiatan Volume Satuan

Biaya (Rp) x 1.000

Lokasi

1. Penyediaan PSD permukiman

di kawasan RSH 2 Kawasan 7.250.000 Kab. Ponorogo 2. Penyediaan Infrastruktur

Permukiman Kawasan Agropolitan

1 Kawasan 3.200.000 Ds. Ngebel dan Ds. Wagir Lor, Kec. Ngebel

B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

Adapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabarkan usulan pembiayaan baik dari

APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta,

sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemerintah Kabupaten Ponorogo.

(28)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

No. Kegiatan

APBN (Rp x 1.000)

APBD Prov. (Rp x 1.000)

APBD Kab/Kota

(Rp x 1.000)

Masyarakat (Rp x 1.000)

Swasta (Rp x 1.000)

CSR (Rp x 1.000)

Total (Rp x 1.000)

Ngebel dan Desa Wagir Lor,

Kecamatan Ngebel

Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dituangkan ke

(29)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Tabel 6.7

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Ponorogo

No. Uraian Kegiatan Detail Lokasi Volume Satuan

Sumber Pembiayaan (Rp) x 1.000 Tahun

APBN

2. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan 2.a. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

Penataan/Peningkatan Infrastruktur

Permukiman Kawasan Kumuh Kota Ponorogo 1 Kawasan 3.700.000 100.000 2014

2.b. Infrastruktur Permukiman RSH Yang Meningkat Kualitasnya Penyediaan PSD permukiman di

kawasan RSH Kab. Ponorogo 2 Kawasan 7.250.000 2014

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH

Pemugaran rumah perdesaan Kab. Ponorogo 500 Unit 3.750.000 750.000 500.000 2014

Pembangunan Rusunawa/ Rusnami Kab. Ponorogo 1 Unit 10.000.000 750.000 500.000 2014

Pembangunan Infrastruktur

Lingkungan Permukiman Kab. Ponorogo 2 Unit 1.000.000 300.000 200.000 2014

4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

4.a. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Yang Meningkat Kualitasnya Penyediaan Infrastruktur Permukiman

Pengembangan Kawasan Agropolitan Kec. Pudak 1 Kawasan 3.200.000 300.000 2014

Penyediaan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Perdesaan potensial Kab. Ponorogo 1 Kawasan 2.578.000 2015

Penyediaan Infrastruktur

Permukiman Kawasan Perdesaan Potensial (KTP2D)

Pembuatan Jalan poros Desa Ds. Serag Kec.

Pulung 1000 meter 234.000 36.000 30.000 2014

Pembuatan Jalan poros Desa Ds. Wayang Kec.

Pulung 1000 meter 234.000 36.000 30.000 2014

Pembuatan Jalan poros Desa Ds. Krebet Kec.

Jambon 1000 meter 234.000 36.000 30.000 2014

(30)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

No. Uraian Kegiatan Detail Lokasi Volume Satuan

Sumber Pembiayaan (Rp) x 1.000 Tahun

APBN

DAK APBD

Provinsi

APBD Kab/Kota

Perusahaan Daerah

Swasta/

Masyarakat CSR 1 2 3 4 5

Rupiah

Murni PHLN

Jambon

Pembuatan Jalan poros Desa Ds. Tanjunggunung

Kec. Badegan 5000 meter 1.125.000 225.000 150.000 2015

Pembuatan Jalan poros Desa Ds. Bandaralim

Kec. Badegan 5000 meter 1.125.000 225.000 150.000 2015

Pembuatan Jalan poros Desa Ds. Serangan Kec.

Sukorejo 5000 meter 1.125.000 225.000 150.000 2015

Pembuatan Jalan poros Desa Ds. Bangunrejo

Kec. Sukorejo 5000 meter 1.125.000 225.000 150.000 2015

Peningkatan PS Perdesaan Skala Kawasan

Desa Wringinanom

Kec Sambit 1 Kawasan 375.000 75.000 50.000 2014

Peningkatan PS Perdesaan Skala Kawasan

Desa Ketonggo

Kec Bungkal 1 Kawasan 375.000 75.000 50.000 2014

(31)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

6.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan

lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan

gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan

peraturan antara lain:

1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan

amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan

pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan

sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah

dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan,

pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan (RTBL).

2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan

secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya

persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan

persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL

yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung,

arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,

persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan,

keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam

penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan,

pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan

(32)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005

tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi

bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,

peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam

peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat

pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen

RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa

RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi

kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan

rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen

RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang

berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan

indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian

PU beserta sektor-sektornya.

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan

Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok

Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan,

penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang

penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah

(33)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan

Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan

lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan

bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana

kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam

penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan

bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan

kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan

penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor

PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan

gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan

Gambar

Gambar 6.1. Kawasan Agropolitan Ngebel dan Pudak
Tabel 6.1. Kondisi Jalan Poros Desa Pada Kawasan Agropolitan Ngebel
Tabel 6.2. Kondisi Prasarana dan Sarana Pada Permukiman
Tabel 6.3 Jalan Poros Desa di Kabupaten Ponorogo dengan Kondisi Rusak
+7

Referensi

Dokumen terkait

VI - 6 Bab VI – Aspek Teknis Per Sektor kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota pada.. dasarnya mengacu kepada Peraturan Perundangan maupun Kebijakan yang

c) Penanganan kawasan permukiman yang tidak layak huni. 2 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2014 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Malang Tahun

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Wonosobo.. II

2-1 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 BAB 2.. PROFIL KABUPATEN

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Pada bab. ini berisikan matriks Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Laporan Final Bab VI - 1 Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup empat sektor yaitu Pengembangan Kawasan Permukiman, Bina Penataan

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019. PEMERINTAH KABUPATEN