RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
BAB
8
ASPEK
TEKNIS
PER
SEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan
permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air
minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang
terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran
perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu
strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai
baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang
harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan
pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan
mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian
dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang
dibutuhkan.
8.1 Pengembangan Permukiman
Dengan memperhatikan kondisi morfologi wilayah, terutama tingkat
kelerengan dimana pada sebagian kawasan berpotensi terjadinya gerakan
tanah yang dapat berakibat bencana tanah longsor, maka pengembangan
permukiman lebih diarahkan secara memusat untuk permukiman di
kawasan perkotaan guna meminimalisir dampak jika terjadi bencana tanah
longsor. Lahan-lahan yang memenuhi kriteria untuk kegiatan
permukiman diupayakan untuk dioptimalkan pemanfaatannya, terutama
pada kawasan Kota Rantepao dan sekitarnya, serta kota-kota kecamatan.
Dengan optimalisasi pola pemusatan permukiman akan lebih
memudahkan dalam pendistribusian pelayanan prasarana dan sarana
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
permukiman tersebut akan lebih baik. Kawasan yang diarahkan dengan
tingkat intensitas dan kuantitas permukiman tinggi berada di Kota
Rantepao dan sekitarnya, termasuk sebagian kawasan Tallunglipu,
Tikala, Tondon, Kesu, dan Sopai sebagai kawasan perkotaan (PKL).
Arahan intensitas kepadatan tinggi untuk budidaya kegiatan
permukiman di Kota Rantepao dan sekitarnya, dalam rangka
mengoptimalkan penggunaan lahan-lahan kosong yang masih ada, serta
layanan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang memang
cenderung lebih dialokasikan pada kawasan-kawasan perkotaan, seperti
di Kota Rantepao dan sekitarnya.
Sementara untuk pengembangan permukiman perdesaan yang
cenderung berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil karena lebih
berorientasi pada lokasi lahan usaha pertanian, juga sebagai akibat
kondisi topografi lahan yang cukup bergelombang (berbukit/bergunung),
diarahkan untuk tidak memanfaatkan lahan yang berpotensi terjadinya
gerakan tanah berupa longsor, terutama pada lahan dengan kelerengan >
25 % (curam). Mengingat kawasan dengan tingkat kelerengan curam di
wilayah Kabupaten Toraja Utara sebarannya cukup banyak, karena
morfologi wilayah ini memang cukup bergelombang.
Disamping itu, potensi bahaya bencana alam lainnya yang setiap saat
mengancam permukiman penduduk adalah banjir. Untuk itu, maka perlu
adanya pengendalian pembangunan permukiman di bantaran sungai yang
merupakan sempadan sungai, yakni :
Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50
meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman (SK.
Mentan No. 837/Kpts/Um/1980).
Sempadan sungai di kawasan permukiman berupa daerah
sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Permukiman perdesaan dengan pola berkelompok-kelompok dalam
satuan yang kecil, diarahkan tersebar di wilayah-wilayah yang memang
sangat dominan dengan kondisi topografi wilayah yang berbukit-bukit
dimana tidak tersedia cukup lahan datar yang memungkinkan adanya
pemusatan permukiman dalam satuan yang besar. Dengan demikian
sebaran permukiman perdesaan tersebut diarahkan pada kawasan yang
meliputi : Kecamatan Baruppu, Kapala Pitu, Nanggala, Bangkele Kila,
Balusu, Sesean, Sesean Suloara, Dende Piongan Napo, Rantebua,
dan Sanggalangi.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari
pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan
perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan,
kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Toraja Utara
merupakan proses pembaharuan, berkelanjutan, peningkatan, dan
pengembangan dari hasil pembangunan yang telah dicapai periode
sebelumnya. Pembangunan Bidang Cipta Karya ke depan mengalami
pergeseran paradigma dimana masyarakat atau manusia akan sebagai
obyek sekaligus menjadi subyek atau pelaku pembangunan, sebagai
motor penggerak pembangunan sedangkan peran pemerintah akan
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan konsep pemikiran tersebut di atas dan dengan mengacu
pada kondisi obyektif daerah, maka titik berat pembangunan Bidang Cipta
Karya Kabupaten Toraja Utara saat ini sebagaimana dalam arahan
Rencana Pembangunan Infrastruktur Jangka Menengah Nasional lebih
bertumpu pada pengembangan kualitas Sumberdaya Manusia sebagai
penggerak utama pembangunan, dan optimalisasi pengelolaan potensi
sumberdaya alam secara terpadu dengan pembangunan bidang-bidang
lainnya sebagai pendukung. Keberhasilan pembangunan Bidang Cipta
Karya Kabupaten Toraja Utara diharapkan dapat mendorong pemerataan
kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup.
Kebijakan pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Toraja Utara
yang merupakan bagian integral dari kebijakan pembangunan Direktorat
Jenderal Cipta Karya dalam rangka mendukung upaya pencapaian tujuan
pembangunan nasional, menggunakan pendekatan kebutuhan, potensi
dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang serta melalui
mekanisme saling memperkuat.
Proses pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Toraja Utara
yang telah dilaksanakan di seluruh sektor selama ini, telah memberikan
hasil positif dan kemajuan yang sangat signifikan, sehingga keadaan
tersebut telah menguatkan posisi Kabupaten Toraja Utara sebagai pusat
pengembangan wilayah bagi daerah hinterlandnya.
Akan tetapi terdapat berbagai kekurangan baik sebagai akibat dari
paradigma pembangunan sentralistik yang berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi semata maupun dampak lain dari proses pembangunan itu
sendiri dan bahkan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia
yang hanya dilakukan secara parsial serta keterbatasan sumber daya dan
dana.
Pergeseran paradigma pembangunan yang sentralistik menuju
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
pada pemberdayaan sumberdaya lokal. Paradigma pembangunan
tersebut dimaksudkan untuk dapat menjawab tantangan masa depan baik
menghadapi era globalisasi dan informasi maupun dengan adanya
pemberian kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah Kabupaten
Toraja Utara untuk mengelola pembangunan, termasuk antisipasi dalam
menghadapi perkembangan lingkungan strategis yang mengarah pada
pasar bebas (era globalisasi).
Pergeseran paradigma pembangunan tersebut memberikan peluang
bagi Kabupaten Toraja Utara untuk lebih mengembangkan inovasi dan
kemampuan memberdayakan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki
dan upaya peningkatan pelayanan kesejahteraan masyarakat. perubahan
paradigma pembangunan sesuai jiwa dan semangat Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang- Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah beserta peraturan pelaksanaan dengan
segala implikasinya
Dalam rangka lebih mewujudkan penyelenggaraan Otonomi Daerah
yang lebih optimal, maka Pemerintah Kabupaten Toraja Utara senantiasa
memfokuskan perhatian pada optimalisasi pembangunan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya sesuai potensi yang dimiliki. Upaya ini dilakukan
melalui penajaman pilihan program prioritas sesuai potensi ekonomi,
situasi dan kondisi yang ada, serta berbagai kebutuhan sebagai kebijakan
strategis dalam kurun waktu tertentu sesuai dinamika sosial dan politik.
Pilihan prioritas akan merupakan tolak ukur penilaian kinerja pemerintah,
yang dijabarkan lebih lanjut dalam prioritas pembangunan Kabupaten
Toraja Utara serta memuat berbagai kebijakan dengan mengacu pada
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
A. Arahan Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat
peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019)
menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat
terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya
kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga
mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan
kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e),
serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun. Pasal 15
mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab
pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya
terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan
dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh
di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam
pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas
dan wewenang.Tugas pemerintah sebagai berikut :
1. Pemerintah Pusat
Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang
penyediaan Kasiba dan Lisiba.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi
pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan
pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat
nasional.
2. Pemerintah Provinsi
Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat
provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan nasional.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan
Lisiba lintas kabupaten/kota.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada
tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi
pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan,
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.
Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi
masyarakat, terutama bagi MBR.
Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat
provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan
provinsi.
Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,
perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan
permukiman.
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi,
serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
berpedoman pada kebijakan nasional.
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi
di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Wewenang pemerintah sebagai berikut :
1. Pemerintah Pusat
Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria
rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak,
sehat, dan aman.
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan
permukiman.
Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat nasional.
Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat provinsi.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk
pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat
provinsi.
Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
berpedoman pada kebijakan nasional.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan
perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi
MBR pada tingkat kabupaten/kota.
Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara
pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
B. Lingkup Kegiatan
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat
Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta
standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan
permukiman di perkotaan dan perdesaan;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan
kawasan perdesaan potensial;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan
kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan
pembangunan rumah susun sederhana;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan
kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah
perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan sosial;
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumah tangga kumuh perkotaan.
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program
Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi
kesenjangan.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi
penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan
penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang
sudah dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya
kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta
perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar
pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan
permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan
permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masing-masing
kabupaten/kota terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang
belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain.
Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang
bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam
perencanaan. Penjabaran isu-isu strategislokal ini dapat difokuskan untuk
terkait pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan,
dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah
mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa
terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam
program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan
potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal,
pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis
Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian
Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta
Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih
rendah.
Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPIJM
Kab./Kota
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di atas
adalah yang terangkum secara nasional. Namun sebagaimana isu
strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan
tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum
tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan
tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan
permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan
alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan
pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota
bersangkutan. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat
mengadopsi rumusan permasalahan dan tantangan di dalam SPPIP.
8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi
kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan
target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang
menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya
khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat
maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan
meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (target tahun 2020 untuk
pengurangan proporsi rumah tangga kumuh), Standar Pelayanan Minimal
(SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar
10%, arahan MP3EI dan MP3KI, arahan Direktif Presiden untuk program
pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di
tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota,
maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi
dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk
pembangunan Rusunawa serta
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan
potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta
perbatasan dan pulau kecil,
Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program
PISEW (RISE),
Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan
permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP
dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan
/ Minapolitan)
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 8.1 Alur Program Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang
menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP,
RPKPP,
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana
daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa
berfungsi.
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum,
dan PSD lainnya Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP
minimal 5% dari BLM.
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang
harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan
permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan.
Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan
kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana,
dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4)
pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut
diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya
meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas
kawasan dalam ruang kota.
Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan
yang terdapat didalamnya.
Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan
permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan
penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada
wilayah kota, apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang
termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi
lainnya.
Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian
penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah: Status pemilikan lahan kawasan perumahan
permukiman dan Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih
dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan
kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme
kelembagaan penanganannya.
Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi
kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu
disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan
kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah
kabupaten Toraja Utara. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima
tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Tabel 8.1
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Toraja Utara
No. Sektor
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Peningkatan Pembangunan Pasar (Lanjutan) Pangli Kec. Sesean
Pangli Kec. Sesean 1 Paket 2.018 1.000.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0
Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh Rante Limbong 0,07 Hektare 2.018 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh Pasar Pagi 0,07 Hektare 2019 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
8.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan
yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan
ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan
maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan
lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada
Undang-undang dan peraturan antara lain:
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun
2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah
dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan
fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis
bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang
hak atas tanah;
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata
bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup
peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan
gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan
keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan,
keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga
diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
1. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan dari UU No. 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung Secara lebih rinci. PP ini membahas
ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung,
penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan
pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam
peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk
menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan
bangunan gedung dan lingkungan.
2. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan. Sebagai panduan bagi semua pihak
dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah
ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,
dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan
maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat,
kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana,
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan
walikota/bupati.
3. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis
dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan
indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
4. Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun
2010). Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608
dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat
Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan
kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan
pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan
lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah
negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan
fungsi:
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan
penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah
negara;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan
pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi
bangunan gedung istana kepresidenan;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan
lingkungan;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi
kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau,
serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan;
dan
Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan
kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan
permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah
negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2.
Gambar 8.2 Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang
baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan
pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan
pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan
dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; Paket dan Replikasi.
8.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat
melihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang
mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah
Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi
dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara
(HSBGN) di kabupaten Toraja Utara.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian
MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C,
yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses
terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D,
yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk
miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global
Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya
karbondioksida (CO) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan
mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 8.4 °C antara
tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh
dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini
memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir
pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta
dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional
yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I
yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni
1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu
sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan
permukiman serta pembangunan perkotaan.
Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14
Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan
"Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World",
sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk
bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan;
Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh
kembangnya ekonomi lokal;
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal;
Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung
(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda
bangunan gedung di kab/kota;
Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional,
tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan
rumah negara;
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung
dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta
orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah
dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR,
skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala
prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b)
RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan
kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan
permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program
direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah
mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur
permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM
adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota
yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012
adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun
berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9
Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota
dengan kesepakatan bersama.
Untuk data kondisi eksisting terkait dengan Peraturan Daerah yang
telah disusun mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda
RTBL, Perda RISPK, SK Bupati/Walikota, Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota, yang terkait sektor PBL.
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat
beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa
RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam
penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan
permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage; Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi
anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam
rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan,
besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah
rawan bencana;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di
daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan; Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang
tertib dan efisien;
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan
baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan
hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk
pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan
dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan
bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat
pengaturan.
8.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh
Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor
PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang
telah dijelaskan pada Sub.Bab sebelumnya.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
perkotaan.
1) RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai
panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang
dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan meliputi:
Program Bangunan dan Lingkungan; Rencana Umum dan Panduan Rancangan; Rencana Investasi;
Ketentuan Pengendalian Rencana; Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
2) RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang
dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan,
kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan
konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran
sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan
Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk
kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan
kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman
bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan
gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada
masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan
Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang
penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan
pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
3) Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan
Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek
manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat
setempat;
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting
untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi
masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan
teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen
PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL,
SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan
penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan
pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara.
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
meliputi:
Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum
memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan
Rumah Negara;
Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan
gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap
tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan
pembinaan teknis penataan bangunan gedung.
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan
Kemiskinan
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam
penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi
berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat
dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
8.2.4 Program dan Kriteria KesiapanPengembangan PBL
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan
Kemiskinan.
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan
Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan
(Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci,
indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika
diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani
pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur
dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
adalah:
1) Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda
Bangunan Gedung;
Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda
BG.
2) Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Komunitas
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah
ada PJM Pronangkis-nya;
Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
3) Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi :
Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006; Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
Kawasan yang dilestarikan/heritage; Kawasan rawan bencana;
Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha,
fungsi sosial/budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus,
kawasan sentra niaga (central business district); Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi
Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan
rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
4) Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk
elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian
rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan
wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);
Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi
Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan
Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan
Revitalisasi Kawasan:
Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis; Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas; Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan
masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka
Hijau:
Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia
dengan taman (RTH Publik);
Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun
ditanam (UU No.26/2007 tentang Tata ruang);
Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal
20% dari luas wilayah kota;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta,
masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman
Tradisional Bersejarah:
Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang
khas dan estetis;
Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK):
Ada Perda Bangunan Gedung;
Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko
tinggi Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP
No.26/2008 ttg Tata Ruang;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan
Permukiman Tradisional/Ged Bersejarah:
Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman
Tradisional-Bersejarah;
Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya; Ada DDUB;
Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran; Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman
tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang
publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur
tradisionalnya;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah
(minimal SK/peraturan bupati/walikota);
Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan
dengan DPRD);
Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun; Ada lahan yg disediakan Pemda;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan: Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;
Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat
peribadatan, terminal, stasiun, bandara);
Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial
masyarakat (taman, alun-alun);
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
8.2.5 Usulan Program dan Kegiatan
Tabel 8.2
Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Toraja Utara
No. Sektor
Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan
Tahun (kws bolu & pallawa)
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA
Provinsi Sulawesi Selatan
No. Sektor
Program Rincian Kegiatan Lokasi Vol Satuan