• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Penyediaan Air Minum

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

C. Permasalahan dan Tantangan

8.3 Sistem Penyediaan Air Minum

Rencana pengembangan sumber daya air di wilayah Kabupaten Toraja Utara lebih diprioritaskan pada penyediaan air baku untuk kebutuhan air minum penduduk melalui sistem jaringan pelayanan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Toraja Utara. Dimana kondisi saat ini potensi sumber daya air baik sungai maupun mata air belum terkelola secara optimal. Hal ini terlihat dari kapasitas pelayanan air minum penduduk secara keseluruhan yang diproduksi oleh PDAM Toraja Utara baru sebesar 81,62 liter/detik pada musim hujan, dan 67,34 liter/detik pada musim kemarau.

Padahal kebutuhan akan air minum penduduk di Kabupaten Toraja Utara cukup besar, untuk saat ini saja dengan penduduk sebanyak 228.478 jiwa (standar kebutuhan 150 liter/org/hari) membutuhkan air minum minimal 33.972 m3/hari atau jika melalui sistem jaringan PDAM berarti minimal dengan produksi 393,19 liter/detik. Kondisi saat ini berarti baru mampu memberikan kontribusi terhadap kebutuhan air minum sebesar 20,76 %. Selengkapnya mengenai kondisi pelayanan sistem jaringan air bersih di Kabupaten Toraja Utara.

Selanjutnya jika diprediksi bahwa jumlah penduduk sampai tahun 2029 sebanyak 321.598 jiwa tentunya kebutuhan akan air minum penduduk juga menjadi semakin meningkat menjadi sebesar 24.120 m3/hari. Itu berarti jika kebutuhan air minum tersebut disediakan melalui sistem jaringan pelayanan PDAM, maka kapasitas produksinya akan sebesar 558,33 liter/detik. Jika sistem jaringan air minum ini hanya berfokus pada pelayanan kawasan-kawasan perkotaan saja (ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan), maka kapasitas produksinya cukup keseluruhan sebesar 335 liter/detik. Kebutuhan air minum tersebut dari sisi ketersediaan sumber air baku masih cukup tersedia, terutama dari Sungai Saddang dan Sungai Maiting.

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

Bagi daerah perdesaan yang memang cukup sulit dikembangkan sistem jaringan air bersih melalui pelayanan PDAM, dikembangkan pola swadaya secara komunal dengan memanfaatkan sumber air baku berupa mata air pegunungan yang memang selama ini telah banyak dimanfaatkan di daerah-daerah perdesaan. Untuk menjaga cadangan air baku dari mata air pegunungan tersebut, serta mencegah terjadinya

pencemaran, maka perlu dilakukan upaya konservasi melalu

pengendalian kegiatan budidaya di sekitar kawasan mata air pegunungan tersebut.

Kriteria Sistem Jaringan Sungai

Kriteria pengelolaan dan pengembangan sistem jaringan sungai di wilayah Kabupaten Toraja Utara meliputi :

 Memperhatikan rencana penanganan sungai yang ada di wilayah Kabupaten Toraja Utara yang ditetapkan dalam RTRW Nasional dan RTRW Provinsi.

 Memperhatikan satuan wilayah hidrologis sungai yakni wilayah sungai.

 Dilakukan secara terpadu yang melibatkan multisektor, pelibatan pemangku kepentingan mulai dari daerah hulu sampai hilir, dan berkelanjutan.

 Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kesatuan wilayah hidrologis yang dapat mencakup beberapa wilayah administratif kabupaten dan/atau provinsi sebagai satu kesatuan wilayah pembinaan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

 Dalam satu sungai hanya berlaku satu rencana induk dan satu rencana kerja yang terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

Kriteria Sistem Jaringan Air Bersih

 Prioritas pelayanan dari PDAM pada kawasan perkotaan, baik kawasan perkotaan ibukota kabupaten maupun ibukota kecamatan yang memang menjadi kawasan pusat permukiman.

 Bagi kawasan perdesaan yang belum mampu terlayani sistem jaringan PDAM diupayakan dengan pengembangan sistem jaringan air bersih secara komunal yang dikelola secara swadaya dengan memanfaatkan mata air yang ada disekitar kawasan permukiman perdesaan.

 Menambah kapasitas produksi terhadap instalasi air bersih PDAM yang telah ada sekarang guna mengoptimalkan pelayanan dari sistem yang telah operasional saat ini.

8.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan

merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025. Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Bahwa Pengembangan SPAM adalah

kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau

meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan

perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi

kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang- undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.

Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:

 Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

 Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

8.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis Pengembangan SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

 Peningkatan Akses Aman Air Minum  Pengembangan Pendanaan

 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

 Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan  Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

 Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat  Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan

Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Dokumen terkait