Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-1
BAB 6
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1.
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
6.1.1.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN
Tinjauan terhadap arahan sistem pusat perkotaan bertujuan untuk mengetahui
wilayah yang masuk kedalam kawasan perkotaan sesuai tujuan yang ingin dicapai dalam
SPPIP ini diarahkan pada kawasan perkotaan. Menurut arahan kebijakan RTRW Sistem Pusat
permukiman di Kabupaten Pandeglang sebagai PKW yaitu Kecamatan Pandeglang, PKWp
(promosi) terdiri dari Kecamatan Labuan, Cibaliung dan Panimbang. Keempat kawasan
perkotaan tersebut diatas adalah calon kawasan yang akan diprioritaskan.
Untuk mendapatkan kawasan perkotaan yang diprioritaskan maka arah
kecenderungan perkembangan perkotaan di Kabupaten Pandeglang akan menjadi
pertimbangan dalam penentuan kawasan yang diprioritaskan, hal ini akan menentukan
kawasan mana yang menjadi orientasi pelayanan. Kawasan yang menjadi orientasi pelayanan
cenderung berkembang lebih cepat dan akan membutuhkan sarana dan prasarana seperti
permukiman dan infrastruktur.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-2
Gambar 6.1 Arahan Pusat Permukiman PKW dan PKWp
Gambar 6.2 Arah Kecenderungan Perkembangan Perkotaan Kec. Pandeglang
Kec. Labuan
Kec. Panimbang
Kec. Cibaliung
Arah
Kecenderungan perkembangan Perkotaan Kec. Pandeglang
Kec. Labuan
Kec. Panimbang
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-3
Wilayah Kabupaten Pandeglang didasarkan pada kecenderungan perkembangan wilayah
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah, aksesibilitas dan
keterbatasan fisik yang dapat dikembangkan. Berdasarkan kecenderungan tersebut struktur
tata ruang Kota Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut :
1. Wilayah Pusat Perkotaan Pandeglang dan sekitarnya, kegiatan di wilayah ini cenderung
membentuk ciri perkotaan yang kompak dan memiliki kepadatan yang relatif tinggi
dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan
dan perdagangan jasa juga di kawasan perkotaan ini telah berkembang perumahan formal
yang dibangun oleh developer, hal ini dimungkinkan karena infrastruktur seperti
transportasi, listrik, air minum dan sebagainya sudah terbentuk sehingga memiliki daya
tarik yang tinggi.
2. Wilayah Pantai Barat Pandeglang, saat ini cenderung berkembang menjadi pusat kegiatan
karena adanya pengaruh kegiatan disekitar pesisir pantai meskipun pelayanan masih
bersifat lokal namun tidak menutup kemungkinan perkembangan kawasan pantai Barat ini
justru akan semakin cepat karena adanya pengaruh rencana pembangunan Bandara
Panimbang. Selain itu kegiatan pariwisata pantai seperti Tanjung Lesung akan berdampak
pada kegiatan lain seperti permukiman dan perdagangan jasa.
3. Wilayah Selatan Pandeglang, saat ini didominasi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan
namun kondisi saat ini terutama di Kecamatan Cibaliung menjadi pusat kegiatan bagi
wilayah kecamatan disekitarnya selain itu adanya pengaruh kegiatan tambang emas
disekitar kawasan berpotensi membangkitkan perkembangan kawasan berupa
permukiman penduduk.
4. Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), merupakan kawasan lindung yang telah ditetapkan
didalam RTRW Kabupaten Pandeglang 2011 – 2031 sekaligus pula merupakan kawasan
strategis nasional. Pengembangan kawasan TNUK sebagai kawasan lindung dalam
jangka panjang tetap dipertahankan.
Kecenderungan permukiman kabupaten Pandeglang lebih banyak dipengaruhi oleh adanya
faktor penarik atau adanya bangkitan kegiatan seperti adanya kegiatan pemerintah,
perdagangan, jasa, pariwisata dan kegiatan pertambangan. Berikut adalah gambaran arah
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-4
Gambar 6.3 Indikasi Arah Pembangunan permukiman dan Infrastruktur Perkotaan di Kabupaten Pandeglang
6.1.2.
ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN
TANTANGAN
A.
ISU STRATEGIS
Berdasarkan dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP), isu strategis dalam hal pembangunan perumahan permukiman Kabupaten
Pandeglang yang mendesak ditangani antara lain:
- Munculnya permukiman kumuh perkotaan sebagai akibat dari meningkatnya kepadatan suatu wilayah, permukiman kumuh di Kabupaten Pandeglang terdiri dari
kumuh perkotaan (Pandeglang), kumuh nelayan (Panimbang) dan kumuh di kawasan
pertanian.
- Semakin meningkatnya kebutuhan rumah dan tempat tinggal sebagai konsekuensi meningkatnya jumlah penduduk perkotaan.
Kawasan yang dilindungi, yaitu TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon
Wilayah Pandeglang bagian Utara, cenderung berkembang sebagai pusat pemerintahan, permukiman, perdagangan dan jasa, pusat koleksi dan distribusi. terpusat di Kecamatan
Pandeglang
Wilayah Pandeglang bagian Tengah
cenderung berkembang membentuk pusat pertumbuhan baru dan perkembangan cenderung berorientasi keluar terutama karena adanya pengaruh kegiatan pariwisata dan sarana pendukungnya serta permukiman penduduk, terpusat di Kecamatan Panimbang dan Labuan
Wilayah Pandeglang bagian Selatan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-5
- Pemenuhan kebutuhan perumahan belum sepenuhnya dilakukan oleh developer baik pemerintah maupun swasta, sehingga terbentuk kawasan permukiman yang tidak
terorganisir.
- Permukiman cenderung berkembang mengikuti jaringan jalan primer sehingga belum terbentuk kawasan permukiman yang kompak.
Isu Pembangunan Infrastruktur Perkotaan
- Terjadinya kesenjangan antara supply (penyediaan) dan Demand (permintaan)
prasarana perkotaan.
- Berdasarkan data statistik kondisi jalan di Kabupaten Pandeglang, hanya 11,16%
dalam kondisi baik, 37,17% dalam kondisi sedang, sementara selebihnya sekitar
51,67% dalam keadaan rusak dan rusak berat.
- Berkaitan dengan pelayanan air bersih ada dua hal substansial yang harus segera
ditangani oleh Pemerintah daerah/kabupaten, yaitu: (1) sumber air baku dan (2)
tingkat pelayanan perpipaan baru mencapai 29,02% penduduk kota atau sekitar
53.530 jiwa.
- Penanganan limpasan air hujan di Kabupaten Pandeglang sampai saat ini masih dilakukan secara parsial atau lokal, dengan kata lain Jaringan drainase kota belum
terbangun secara sistematis dan terpadu, belum semua kawasan permukiman
memiliki saluran drainase, masih banyaknya saluran drainase yang kondisinya
mengalami pendangkalan/rusak dan masih bercampurnya jaringan drainase dengan
jaringan limbah rumah tangga.
- Belum terbangunnya sistem pembuangan air limbah yang baik terutama di kawasan permukiman perkotaan.
B.
KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Pola permukiman di Kabupaten Pandeglang secara umum dapat dibedakan dalam
tiga tipologi, yaitu perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan, wilayah pedesaan dan
wilayah pantai. Pola permukiman perkotaan khususnya berada di Kecamatan Pandeglang dan
Ibu Kota Kecamatan dapat dikategorikan sebagai peri urban, yang pada umumnya berada di
sekitar jalan utama antar kecamatan atau kota. Permukiman di wilayah pedesaan, terutama
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-6
kecuali di Kawasan Pantai Barat yaitu Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Labuan
memiliki ciri khas yang berbeda.
Kondisi Perumahan Perkotaan terutama di Kecamatan Pandeglang dan di beberapa
Ibu Kota Kecamatan (IKK) yang berada di koridor utama, yaitu di sepanjang jalur utama
Pandeglang-Labuan, pada umumnya perumahan yang ada sebagian besar adalah bangunan
permanen dan semi permanen yang berlokasi memanjang mengikuti jalur transportasi utama.
Secara umum, tata letak bangunan sudah teratur, walaupun di beberapa lokasi masih perlu
pembenahan.
Tumbuhnya permukiman di pusat kota tidak terlepas dari keberadaan permukiman
kumuh yang menempati kawasan-kawasan cukup strategis maupun dikawasan pesisir pantai.
Berikut adalah sebaran lingkungan kumuh Kabupaten Pandeglang.
Tabel-6.1:
Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No
Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya Keterangan
No. Peraturan Perihal Tahun
1. No. 3 RTRW Kabupaten
Pandeglang 2011
Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada
hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang sehat dan layak
huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya.
Kondisi permukiman perkotaan di Kabupaten Pandeglang sangat erat dengan
pesatnya pembangunan dan perkembangan kota yang mengarah pada kegiatan perdagangan,
hotel dan restoran serta sektor jasa meningkatkan daya tarik bagi para penduduk di Kabupaten
Pandeglang, sehingga kebutuhan perumahan juga akan semakin meningkat. Tingginya
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-7
tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga di wilayah Kabupaten
Pandeglang.
Tabel-6.2:
Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Pandeglang
No Kecamatan/Desa Luas
(Ha) Keterangan
Kecamatan Labuan
1. Labuan 14 Kawasan Permukiman Nelayan
2. Teluk 13 Kawasan Permukiman Nelayan
3. Cigondang 14 Kawasan Permukiman Nelayan 4. Caringin 14 Kawasan Permukiman Nelayan
5. Karanganyar 12 Kawasan Permukiman Penunjang Wisata Kecamatan Panimbang
1. Panimbang Jaya 10 Kawasan Permukiman Nelayan 2. Cikadu/Tanjung Jaya 12 Kawasan Permukiman Nelayan Kecamatan Sobang
1. Pangkalan 13 Kawasan Permukiman Nelayan Kecamatan Carita
1 Carita 12 Kawasan Permukiman Nelayan
Kecamatan Karang Tanjung
1. Kp. Cinyutup/Juhut 14 Kawasan Permukiman Penunjang Peternakan Kecamatan Pagelaran
1. Pagelaran 12 Kawasan permukiman penunjang pertanian Kecamatan Sukaresmi
1. Sidomukti 15 Kawasan Permukiman Nelayan Kecamatan Cikeusik
1. Cikuruh Wetan 12 Kawasan Permukiman Nelayan
2. Tanjungan 14 Kawasan Permukiman penunjang wisata 3. Rancasenang 14 Kawasan permukiman penunjang pertanian
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-8
Gambar 6.4 Sebaran Kawasan Kumuh di Kabupaten Pandeglang
Kondisi perumahan wilayah pedesaan meliputi perumahan dan permukiman yang telah ada
serta perluasannya pada kawasan-kawasan yang penggunaan tanah pertaniannya dapat
dialihkan ke non pertanian (pada umumnya mempunyai produktivitas rendah, tegalan serta
kebun campuran). Perumahan dan permukiman pedesaan ini merupakan ruang yang
diperuntukan bagi pengelompokan perumahan penduduk yang terikat dengan pola lingkungan
pedesaan dengan dominasi kegiatan usahanya di bidang pertanian.
Penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang pada saat ini masih tetap didominasi oleh
kegiatan sektor pertanian, terlihat dari pola penggunaan lahan yang sebagian besar masih
dipergunakan untuk kegiatan pertanian (87.27%), sementara penggunaan lahan untuk
permukiman hanya berkisar 11,18 % dari luas kabupaten.
Secara umum, kondisi perumahan dan pola perumahan dan permukiman di pedesaan pada
umumnya berupa bangunan semi permanen dan mengelompokkan pada satuan lahan
pertanian non irigasi, lahan pemilikan sendiri dan tegalan yang sudah tertata rapi. Sarana dan
prasarana dirasakan kurang memadai, baik itu berupa jalan, saluran drainase, penerangan,
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-9
Kondisi perumahan dan permukiman di wilayah pantai secara garis besar bersifat sporadis dan
tidak tertata sehingga jalan setapak tidak tertata dengan baik dan berkelok-kelok mengikuti
bangunan rumah yang ada. Saluran drainase jalan tidak ada dan jika ada tidak dibuat dengan
baik, akan tetapi langsung mengalir ke laut mengikuti kemiringan. Kondisi bangunan antar
rumah pada umumnya cukup rapat dengan kondisi bangunan permanen dan non permanen.
Pembuangan sampah ke laut karena tidak ada fasilitas pembuangan sampah yang lain.
Penerangan jalan tidak ada, hanya mengandalkan lampu-lampu dari teras rumah penduduk.
Mengingat bahwa sebagian besar masyarakat pantai bermata pencaharian sebagai nelayan,
diharapkan adanya dukungan lampu penerangan yang bisa juga berfungsi untuk memberi
penerangan untuk tempat tambatan perahu. Sejauh ini Pemerintah Kabupaten Pandeglang
pada saat ini akan merencanakan program pembangunan perumahan dan permukiman bagi
masyarakat miskin. Upaya pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk membatu masyarakat
miskin dalam rangka meningkatkan kualitas perumahan dan lingkungan permukiman adalah
melalui perbaikan dan pemugaran permukiman dalam bentuk penyediaan MCK, dan
pelestarian dengan dukungan dana dari APBD kabupaten, provinsi maupun pusat.
Selain permukiman yang dibangun secara individual/swadaya oleh masyarakat sendiri di
Kabupaten Pandeglang terdapat pula permukiman yang dibangun oleh developer dengan
sebaran lebih banyak di sekitar pusat kota Pandeglang, berikut adalah lokasi perumahan
formal yang dibangun oleh developer:
Tabel-6.3:
Data Kondisi dan Lokasi RSH di Kabupaten Pandeglang
NO. KECAMATAN KELURAHAN
LUAS WILAYAH
(Ha)
NAMA PERUMAHAN NAMA
PENGEMBANG
1 2 3 4 5 6
1 Karang Tanjung
1,071
Cigadung 13.16 BTN Cigadung Mandiri PT. Pusaka Mandiri
8 BTN Cigadung Indah PT. Sumber Rezaki
5 BTN Karang Winaya PT. Sumber Rezaki
19.74 BTN Pondok Ambuleuit PT. Sumber Rezaki 1 Perum Bougenville Indah H. Aman
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-10
NO. KECAMATAN KELURAHAN
LUAS WILAYAH
(Ha)
NAMA PERUMAHAN NAMA
PENGEMBANG
Cipacung Indah) CV. Majasari Putra
12 Perum PNS KORPRI “Taman Berkah Sari” PT. Koperasi Karya Praja
2 Griya Puspa Cipacung PT. Mahadewi Karya
Utama
Sukaratu 9 Perum Majasari PT. Perumnas
0.5 Perum Pedoman Asri PT. Koperasi
0.5 Perum Cahaya Kadomas
Sukamanah 24.4 Perum BTN Badak Permai PT. Perumnas
4 Kaduhejo Mandalasari 4.7 Perum Kadupinang Village PT. Surya Metalindo
Nusantara
Sukasari 8 Perum BTN Bumi
Pandeglang Indah PT. Ramzy Bersaudara
5 Cikedal Babakan Lor 0.5 Graha Mulya Indah PT. Norman Swadiri
Development
Karyasari 1.4 Perumahan Bumi Anugerah
PGRI
Kalanganyar 12 Perum Bumi Kalanganyar PT. Citra Lisita Abadi
Sukamaju 8 Perum Korpri “Griya Labuan Asri” PT. Perumnas
Caringi 7 Perum Bumi Carigin PT. Surya Mulia Gema
Langgeng
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-11
NO. KECAMATAN KELURAHAN
LUAS WILAYAH
(Ha)
NAMA PERUMAHAN NAMA
PENGEMBANG
1 2 3 4 5 6
Pratama
Tegalpapak 3 Perumahan Kampung Wisata
Pagelaran PT. Dahana Parijenar
8 Cimanggu Ciburial 12.1 Perumahan Bumi Permata
Sadang
PT. Cibaliung Sumber Daya
9 Cadasari Ciinjuk/Kauncaang 10 Perum Bumi Cadasari Indah PT. Adi Karya Selaras
0.5 Perum Bukit Griya Mas -
a) Sarana Jalan
Jalan merupakan prasarana penting dalam mendukung mobilitas manusia dan memperlancar
arus lalu lintas dan distribusi barang. Prasarana dan sarana transportasi tersebut diantaranya
adalah infrastruktur jalan, terminal dan angkutan umum. Sistem transportasi di Kabupaten
Pandeglang didominasi oleh transportasi darat, untuk itu infrastruktur jalan, jembatan dan
terminal menjadi infrastruktur yang memiliki peran strategis dalam upaya percepatan
pembangunan. Lebih lanjut, pembangunan infrastruktur jalan yang baik di Kabupaten
Pandeglang terutama berperan untuk mengangkut komoditas hasil pertanian dari pedesaan
ataupun sentra produksi pertanian ke perkotaan.
Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2009 menurut data
statistik mencapai 1.043,48 km, dari panjang jalan tersebut, panjang jalan yang berada di
bawah wewenang Negara/Pemerintah Pusat 169.27 km (16,22%), di bawah wewenang
Pemerintah Provinsi Banten sepanjang 151.18 km (14,48 %) dan 723,03 km (69,29%) di
bawah wewenang Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
Dari seluruh panjang jalan di bawah wewenang Pemkab Pandeglang, berdasarkan jenis
permukaannya, jalan dengan permukaan aspal sepanjang 526,63 km, batu/kerikil 128,6 km
dan tanah 9,38 km. Berdasarkan kondisi jalan, hanya 11,16% dalam kondisi baik, 37,17%
dalam kondisi sedang, sementara selebihnya sekitar 51,67% dalam keadaan rusak dan rusak
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-12
Keberadaan jalan tersebut juga berperan sebagai moda transportasi umum, dimana
masyarakat umum memanfaatkan beberapa moda transportasi darat untuk mobilitasnya.
Beberapa pilihan moda transportasi darat tersebut adalah kendaraan bis Angkutan Antar Kota
Antar Provinsi (AKAP) yang melayani rute Labuan-Jakarta-Cirebon, kendaraan Angkutan
Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) berjenis minibus dan mikrobus yang melayani rute tujuan
Cilegon dan Serang sekaligus rute beberapa kecamatan di wilayah selatan Pandeglang,
seperti Cibaliung, Cikeusik, Munjul dan Panimbang. Moda Transportasi lainnya yang tersedia
adalah kendaraan angkutan kota dan angkutan pedesaan, serta keberadaan taksi walaupun
masih dalam jumlah terbatas.
Mobilitas kendaraan angkutan umum tersebut didukung oleh keberadaan sarana dan
prasarana terminal angkutan. Pengembangan terminal angkutan di Kabupaten Pandeglang
terdiri dari terminal regional dan sub regional. Terminal regional berada di Kecamatan Labuan
Sedangkan sub regional berada di Kecamatan Saketi, Panimbang, Cibaliung dan Pandeglang.
Prasarana dan sarana perhubungan laut di Kabupaten Pandeglang berupa keberadaan
infrastruktur pelabuhan laut yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai pelabuhan
penangkapan ikan oleh para nelayan. Pelabuhan laut tersebut terdapat di Kecamatan
Cikeusik, Sumur, Panimbang, Labuan dan Carita yang kesemuanya merupakan sentra
produksi perikanan laut.
b) Sarana dan Prasarana Air Bersih
Jumlah penduduk yang terlayani memanfaatkan suplai air bersih dari PDAM yang notabene
adalah milik Kabupaten Pandeglang. Sumber mata air di wilayah Kabupaten Pandeglang
terbatas, sedangkan kualitas dan kuantitas air tanah cukup memadai untuk dijadikan sumber
air bersih. Sebagian penduduk kota memanfaatkan sumber-sumber air lain yang disalurkan
melalui Hidran Umum ataupun ke MCK terdekat.
Berkaitan dengan pelayanan air bersih Kabupaten Paneglang, ada dua hal substansial yang
harus segera ditangani oleh Pemerintah daerah/kabupaten, yaitu: (1) sumber air baku dan (2)
tingkat pelayanan perpipaan baru mencapai 29,02% penduduk kota atau sekitar 53.530 jiwa.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-13
c) Sistem Drainase
Penanganan limpasan air hujan di Kabupaten Pandeglang sampai saat ini masih dilakukan
secara parsial atau lokal. Jaringan drainase kota belum terbangun secara sistematis dan
terpadu. Pada umumnya saluran drainase bercampur fungsinya dengan saluran air limbah
domestik. Limpasan air hujan dialirkan melalui saluran drainase ke anak sungai atau sungai
utama yang ada.
Kajian pemerintah Kabupaten Pandeglang menunjukkan bahwa hampir semua saluran
drainase yang ada di Kabupaten Pandeglang tidak sesuai dimensinya untuk menampung dan
mengalirkan limpasan air hujan. Disamping itu, sungai-sungai yang melintasi dalam kota sudah
tidak mencukupi kapasitasnya sebagai badan air penerima aliran air hujan/air limbah dari
saluran drainase. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
Bertumpuknya sampah di saluran dan badan air penerima
Penyempitan saluran akibat penutupan saluran, pendirian bangunan diatas saluran, ataupun dibendungnya saluran untuk mengaliri kolam
Pendangkalan sungai/selokan
d) Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL)
Sanitasi/pengelolaan air limbah sebagai salah satu aspek penyehatan lingkungan merupakan
masalah yang kurang mendapat perhatian, baik di kota-kota besar, sedang, maupun kota kecil.
Hal ini terlihat dengan rendahnya kualitas kebersihan lingkungan, dan atau perilaku/kebiasaan
yang tidak memperhatikan kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan saluran drainase dan
sungai untuk mengalirkan air limbah domestik. Air limbah sebagai hasil buangan manusia
mengandung kuman-kuman yang berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu, air limbah
tersebut harus dibuang pada tempatnya dan diperlukan sistem pengolahan yang semestinya.
Sisi lain yang masih memprihatinkan adalah jarak dari sumber air bersih yang digunakan untuk
dengan tempat pembuangan akhir tinja belum memenuhi syarat kesehatan yaitu lebih dari 10
meter. Sehingga kemungkinan besar air yang mereka konsumsi sudah tercemari oleh resapan
air kotor dan penampungan tinja.
Dengan demikian, perlu direncanakan pelayanan di sektor air limbah dan sanitasi lingkungan
sesuai dengan kondisi perumahan/permukiman yang ada. Pembangunan SPAL (Sistem
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-14
dengan pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) memerlukan beberapa tahap.
Yaitu, sosialisasi untuk perubahan perilaku masyarakat, penyediaan lahan untuk
pembangunan instalasi maupun untuk pemasangan pipa, perencanaan DED, serta tahap
konstruksi. Akan tetapi, melihat kondisi infrastruktur dan masyarakat Kabupaten Pandeglang
saat ini, tampaknya program pembangunan SPAL yang terpadu memerlukan waktu lebih dari
lima tahun.
e) Listrik
Untuk fasilitas penerangan sebagian besar masyarakat Pandeglang menggunakan listrik, basic
listrik PLN ataupun non PLN yaitu sebesar 89,27%. Namun demikian masih sekitar 122,973
jiwa atau sejkitar 10,73% masyarakat belum menikmati fasilitas penerangan.
Apabila ditelaah lebih dalam dari seluruh fasilitas perumahan yang tercantum, maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Pandeglang berada pada taraf
perekonomian menengah kebawah yang berarti tingkat kemiskinan masih tinggi.
C.
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permasalahan
Permasalahan pembangunan permukiman diindikasikan menjadi beberapa kawasan
permukiman. Kawasan-kawasan tersebut perlu diprioritaskan didasarkan pada hasil-hasil
telaah antara lain: Kebijakan Pembangunan dan Penataan Ruang Kota; Karakteristik
Permukiman dan Kondisi Infrastruktur Perkotaan, dan Arah Pengembangan Kota.
Berdasarkan hasil kajian Kebijakan Perencanaan Pembangunan dan Perencanaan Penataan
Ruang Kabupaten Pandeglang , hasil pemetaan potensi dan permasalahan pengembangan
permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kabupaten Pandeglang , serta hasil identifikasi peta
RTRW dan hasil survey lapangan, maka kawasan permukiman di Kabupaten Pandeglang
terbagi kedalam enam tipologi besar, yaitu sebagai berikut :
Kawasan permukiman padat perkotaan
Kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa
Kawasan permukiman pendukung kegiatan pangan pertanian (agribisnis)
Kawasan permukiman pendukung kegiatan minapolitan
Kawasan permukiman berbasis home industri
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-15
Tantangan
Penyamaan persepsi mengenai hakekat perumahan dan permukiman masih menjadi
tantangan yang mendasar, mengingat bahwa berbagai persoalan penyelenggaraan
perumahan dan permukiman sesungguhnya muncul dari adanya perbedaan sudut pandang
para pelaku pembangunan tentang hakekat dan makna perumahan dan permukiman itu
sendiri. Hal tersebut tercermin antara lain dari kebijakan dan strategi operasional yang dipilih
oleh masing-masing pelaku, dan tidak mudah untuk secara efektif dapat dikoordinasikan.
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat
bertumpu pada falsafah dan hakekat perumahan dan permukiman itu sendiri, yang antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan
alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki peran sosial budaya sebagai pusat
pendidikan keluarga, persemaian budaya dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda,
dan sebagai manifestasi jatidiri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan
lingkungannya maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di masa yang
akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukimannya.
2. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus macam
kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan permukiman, sehingga
penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat berpotensi di dalam menggerakkan
roda ekonomi dan upaya penciptaan lapangan kerja produktif. Sebaliknya kegiatan
industripun semestinya dapat dilihat sebagai titik tolak untuk menangani permasalahan
perumahan dan permukiman, terutama di kawasan-kawasan yang berkembang sebagai
sentra atau koridor industri. Produktivitas dan efisiensi industri seyogyanya juga dapat
ditingkatkan secara seimbang dan selaras dengan penanganan permasalahan perumahan
dan permukimanbagi para pekerja industri.
3. Bagi banyak masyarakat Indonesia terutama golongan menengah ke bawah, rumah juga
dapat merupakan barang modal (capital goods), karena dengan asset rumah ini mereka
dapat melakukan kegiatan ekonomi di dalam mendukung kehidupan dan penghidupannya.
Karenanya, Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena hal tersebut dapat
melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan di bidang perumahan dan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-16
diperlukan suatu konsep tentang perumahan dan permukiman yang lebih sistemik dan mampu
mengakomodasikan perkembangan aspirasi yang ada. Kesamaan persepsi tersebut
diperlukan agar dapat menjadi titik tolak bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman
yang lebih komprehensif dan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga
penyelenggaranya. Upaya untuk merangkum pandangan-pandangan di atas telah dirumuskan
secara konseptual dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, yang menyatakan bahwa :
Perumahan adalah :
Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman adalah :
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
6.1.3.
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGN PERMUKIMAN
Adapun tolak ukur dan penilaian kriteria untuk menetapkan kawasan prioritas yang akan
dikembangkan pada Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas adalah sebagai
berikut.
TABEL 6.4
PRINSIP PENILAIAN TERHADAP KRITERIA TEKNIS
No Karakteristik Kriteria Prinsip Penilaian
1. Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota
Arahan kawasan pengaruh berdasarkan RTRW
Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan tingginya pengaruh kawasan terhadap wilayah lain berdasarkan arahan RTRW.
2. Sesuai dengan kebijakan pembangunan dan pengembangan Kab. Pandeglang
Arahan Pola Pemanfaatan ruang melalui kebijakan
Rencana struktur ruang
Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan kawasan sesuai dengan arahan RTRW baik pola ruang maupun rencana strukur ruang.
3. Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan
Arahan dan kapasitas daya dukung
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-17
keciptakaryaan
4. Urgenitas penanganan Kekumuhan kawasan
Kepadatan penduduk
Semakain besar nilai yang diberikan menunjukan semakin besar tingkat kebutuhan penanganan kawasan
5. Dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan
Arahan kebijakan bidang keciptakaryaan
Cakupan Pelayanan Infrastruktur
Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan kesesuaian arahan kebijakan bidang keciptakaryaan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-18
TABEL 6.5 KRITERIA PEMBOBOTAN
No KARAKTERISTIK KRITERIA KAWASAN PERKOTAAN
PANDEGLANG PANIMBANG LABUAN CIBALIUNG
1 Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota
Kawasan Cepat tumbuh Diarahkah dalam RTRW Kab. Pandeglang
Diarahkah dalam RTRW Kab. Pandeglang Diarahkah dalam RTRW Kab. Pandeglang
Diarahkah dalam RTRW Kab. Pandeglang Kawasan Strategis Nasional,
Provinsi dan Kota
- Sebagai kawasan strategis Kabupaten (pantai barat)
Arahan kawasan budidaya dan non budidaya
Diarahkan sebagai kawasan permukiman perkotaan, pemerintahan, perdagangan dan jasa
Diarahkan sebagai pusat kegiatan perdagangan jasa, permukiman, wisata, industri, perekonomian regional
Arahan struktur ruang Sebagai PKW sebagai PKWp (promosi) Sebagai PKL PKLP
3 Dominasi terlayani oleh sarana dan prasarana perkotaan
belum seluruhnya wilayah oleh sarana dan prasarana perkotaan, seperti sistem drainase, sanitasi, persampahan, air bersih dll
masih belum terlayani oleh sarana dan prasarana yang layak
masih belum terlayani oleh sarana dan prasarana yang layak
Arahan pengembangan sistem pusat kegiatan ekonomi
sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional
sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional
sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang
keterkaitan dengan wilayah lain sedang keterkaitan dengan wilayah rendah
keterkaitan dengan wilayah rendah
4 Urgenitas penanganan Sebaran kawasan kumuh perkotaan
Tidak ada kawasan kumuh Terdapat kawasan kumuh nelayan Terdapat kawasan kumuh nelayan
Tidak ada kawasan Cibaliung
Tingkat kepadatan penduduk Kepadatan Tinggi Kepadatan sedang Kepadatan tinggi Kepadatan rendah 5 Dominasi penanganan
melalui bidang keciptakaryaan
Arahan RTRW Kab. Pandeglang
pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan prasarana transportasi dan prasarana dasar ke arah sentra-sentra produksi
Antisipasi perkembangan kawasan Panimbang yang diarahkan sebagai pengembangan bandara udara Panimbang, penanganan prasarana persampahan, limbah, jalan baru, pembangunan jalan tol
pembangunan jalan tol, pembangunan prasarana sanitasi lingkungan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-19
Sumber: Hasil Analisa 2011
sebagai penghasil
prasarana sarana transportasi kawasan masih kurang memadai, infrastruktur kawasan belum memenuhi seluruh kebutuhan
prasarana sarana transportasi kawasan masih kurang memadai, infrastruktur kawasan belum memenuhi seluruh kebutuhan
Cakupan Pelayanan Cakupan prasarana Air Bersih cakupan air bersih sedang cakupan air bersih rendah cakupan air bersih rendah cakupan air bersih rendah Cakupan prasarana
Persampahan
cakupan persampahan sedang
cakupan persampahan rendah cakupan persampahan rendah
cakupan persampahan rendah
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-20
TABEL 6.6
PEMBOBOTAN KAWASAN PRIORITAS
No KARAKTERISTIK KRITERIA
KAWASAN PERKOTAAN
PANDEGLANG PANIMBANG LABUAN CIBALIUNG
1 Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota
Kawasan Cepat tumbuh 5 5 3 3
Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan Kota 1 5 3 3
2 Sesuai dengan kebijakan pembangunan dan pengembangan Kab. Pandeglang
Arahan kawasan budidaya dan non budidaya 5 5 3 3
Arahan struktur ruang 5 5 3 1
3 Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan
Arahan pengembangan sistem prasarana dan sarana perkotaan
1 5 5 5
Arahan pengembangan sistem pusat kegiatan ekonomi 3 5 3 3
Arahan pengembangan sosial kependudukan 5 3 3 1
Prospek keterkaitan dengan kota/kabupaten lain 5 3 1 1
4 Urgenitas penanganan Sebaran kawasan kumuh perkotaan 1 5 5 5
Tingkat kepadatan penduduk 5 3 5 1
5 Dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan
Arahan RTRW Kab. Pandeglang 3 5 1 1
Arahan RPIJM Kab. Pandeglang 3 5 5 5
Arahan RPJM Kab. Pandeglang 3 5 5 5
Arahan RPJP Kab. Pandeglang 1 1 1 1
Cakupan Pelayanan Cakupan prasarana Air Bersih 3 5 5 5
Cakupan prasarana Persampahan 3 5 5 5
Prasarana Jalan 3 5 5 5
Prasarana air Limbah 5 5 5 3
Prasarana drainase 3 5 5 5
JUMLAH 63 85 71 61
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-21
Berdasarkan analisis terhadap kriteria dan indikator-indikator kemudian dilakukan pembobotan maka
terhadap kawasan perkotaan yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu Kecamatan Pandeglang,
Kecamatan Panimbang, Kecamatan Labuan dan Kecamatan Cibaliung. Berdasarkan hasil pembobotan
maka dilakukan perankingan pada setiap calon kawasan , hasil yang didapat berdasarkan bobot
tertinggi adalah:
1. Kecamatan Panimbang
2. Kecamatan Labuan
3. Kecamatan Pandeglang
4. Kecamatan Cibaliung
dari hasil analisa yang telah dilakukan maka diperoleh kawasan prioritas yaitu kawasan Panimbang
yang akan ditindaklanjuti pada Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
mendatang.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-22
6.1.4.
PROGRAM-PROGRAM SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan
dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),
3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembanganpermukiman dapat berupa kegiatan
non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial(Agropolitan/Minapolitan)
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
Infrastruktur perdesaan PPIP
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-23
Sumber: Dit. Pengembangan
Permukiman, 2012
Gambar 6.6 Alur Program Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum
dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi 2. Khusus
Rusunawa
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-24
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM. PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi)
kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam
pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di
perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman
kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan
prasarana,sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan,dan permukiman,
serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan
permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut
diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1) Vitalitas Non Ekonomi
a) Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK,
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-25
b) Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap
penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan
intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c) Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan
kepadatanpenduduk.
2) Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah
kawasan itu strategis atau kurangstrategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi
memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang
ada.Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun,pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman
kumuh.
3) Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4) Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.
5) Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi
penyediaan dana danmekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand
scenario) kawasan, rencana induk(master plan) kawasan dan lainnya.
6.1.5.
USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting
dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan
kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga
untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-26
Tabel 6.7 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014 – 2018
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-34
6.2
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
6.2.1
ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari
upaya pengendalian pemanfaatanruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik
diperkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang undang dan peraturan antara
lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa
penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan
harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada
rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib
hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan
teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan
keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda,
mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan
pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup
keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-35
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh
pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan
pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam
penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang
bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah
ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di
perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan
tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal
di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-36
pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan
pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan
gedung dan rumah negara termasukfasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitas ipenyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan danpengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan
bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau,serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, sertapembinaan kelembagaan
penyelenggaraan penataan bangunandan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatanpada sektor PBL, yaitu
kegiatan penataan lingkungan permukiman,kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah
negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan
pada Gambar 6.7
sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-37
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan
kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan
nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
6.2.2
ISU
STRATEGIS,
KONDISI
EKSISTING,
PERMASALAHAN,
DAN
TANTANGAN
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan
Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah
Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud
kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL
yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan
tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-38
layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang
disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan
mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta
meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20.
Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya
bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu
strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31
Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga
PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan.
Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 -14 Juni 1996 dengan dua tema
pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an
Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah
berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan
lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-39
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di
kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu
pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari
total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU
PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan
kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan
daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a)
Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi
pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif
dan berkelanjutan.
Setiap Kabupaten/Kota diharapkan dapat menggambarkan isu strategis sektor PBL di dalam RPI2JM
bidang Cipta Karya. Isu strategis daerah terdiri dari tiga aspek yaitu Penataan Lingkungan
Permukiman, Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara, Pemberdayaan Komunitas
dalam Penanggulangan Kemiskinan.
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan
jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur
permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925
kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG)
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-40
Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian
bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan,
Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan
permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377
kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih
melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan
lingkungan permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang
diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas
lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung
termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-41
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya
kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga. Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
6.2.3
ANALISIS KEBUTUHAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya
mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun
2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab 8.2.1.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-42
serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan meliputi:
Program Bangunan dan Lingkungan;
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
Rencana Investasi;
Ketentuan Pengendalian Rencana;
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen
PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun
terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap
bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan
Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan
pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada
kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran
kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK
juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan
pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda. Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten
VI-43
1 Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
2 Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan
kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
3 Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan
kegiatan;
4 Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga
melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk
sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan
lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 8.19,
yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan
Bangunan dan Lingkungan.
6.3
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM ( SPAM )
6.3.1
ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik
(teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan
usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta,
dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan
air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi
dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem