• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 15030307586.BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 15030307586.BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-1

BAB 6

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.1.

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

6.1.1.

ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

Tinjauan terhadap arahan sistem pusat perkotaan bertujuan untuk mengetahui

wilayah yang masuk kedalam kawasan perkotaan sesuai tujuan yang ingin dicapai dalam

SPPIP ini diarahkan pada kawasan perkotaan. Menurut arahan kebijakan RTRW Sistem Pusat

permukiman di Kabupaten Pandeglang sebagai PKW yaitu Kecamatan Pandeglang, PKWp

(promosi) terdiri dari Kecamatan Labuan, Cibaliung dan Panimbang. Keempat kawasan

perkotaan tersebut diatas adalah calon kawasan yang akan diprioritaskan.

Untuk mendapatkan kawasan perkotaan yang diprioritaskan maka arah

kecenderungan perkembangan perkotaan di Kabupaten Pandeglang akan menjadi

pertimbangan dalam penentuan kawasan yang diprioritaskan, hal ini akan menentukan

kawasan mana yang menjadi orientasi pelayanan. Kawasan yang menjadi orientasi pelayanan

cenderung berkembang lebih cepat dan akan membutuhkan sarana dan prasarana seperti

permukiman dan infrastruktur.

(2)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-2

Gambar 6.1 Arahan Pusat Permukiman PKW dan PKWp

Gambar 6.2 Arah Kecenderungan Perkembangan Perkotaan Kec. Pandeglang

Kec. Labuan

Kec. Panimbang

Kec. Cibaliung

Arah

Kecenderungan perkembangan Perkotaan Kec. Pandeglang

Kec. Labuan

Kec. Panimbang

(3)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-3

Wilayah Kabupaten Pandeglang didasarkan pada kecenderungan perkembangan wilayah

yang dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah, aksesibilitas dan

keterbatasan fisik yang dapat dikembangkan. Berdasarkan kecenderungan tersebut struktur

tata ruang Kota Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut :

1. Wilayah Pusat Perkotaan Pandeglang dan sekitarnya, kegiatan di wilayah ini cenderung

membentuk ciri perkotaan yang kompak dan memiliki kepadatan yang relatif tinggi

dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan

dan perdagangan jasa juga di kawasan perkotaan ini telah berkembang perumahan formal

yang dibangun oleh developer, hal ini dimungkinkan karena infrastruktur seperti

transportasi, listrik, air minum dan sebagainya sudah terbentuk sehingga memiliki daya

tarik yang tinggi.

2. Wilayah Pantai Barat Pandeglang, saat ini cenderung berkembang menjadi pusat kegiatan

karena adanya pengaruh kegiatan disekitar pesisir pantai meskipun pelayanan masih

bersifat lokal namun tidak menutup kemungkinan perkembangan kawasan pantai Barat ini

justru akan semakin cepat karena adanya pengaruh rencana pembangunan Bandara

Panimbang. Selain itu kegiatan pariwisata pantai seperti Tanjung Lesung akan berdampak

pada kegiatan lain seperti permukiman dan perdagangan jasa.

3. Wilayah Selatan Pandeglang, saat ini didominasi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan

namun kondisi saat ini terutama di Kecamatan Cibaliung menjadi pusat kegiatan bagi

wilayah kecamatan disekitarnya selain itu adanya pengaruh kegiatan tambang emas

disekitar kawasan berpotensi membangkitkan perkembangan kawasan berupa

permukiman penduduk.

4. Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), merupakan kawasan lindung yang telah ditetapkan

didalam RTRW Kabupaten Pandeglang 2011 – 2031 sekaligus pula merupakan kawasan

strategis nasional. Pengembangan kawasan TNUK sebagai kawasan lindung dalam

jangka panjang tetap dipertahankan.

Kecenderungan permukiman kabupaten Pandeglang lebih banyak dipengaruhi oleh adanya

faktor penarik atau adanya bangkitan kegiatan seperti adanya kegiatan pemerintah,

perdagangan, jasa, pariwisata dan kegiatan pertambangan. Berikut adalah gambaran arah

(4)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-4

Gambar 6.3 Indikasi Arah Pembangunan permukiman dan Infrastruktur Perkotaan di Kabupaten Pandeglang

6.1.2.

ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN

TANTANGAN

A.

ISU STRATEGIS

Berdasarkan dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

(SPPIP), isu strategis dalam hal pembangunan perumahan permukiman Kabupaten

Pandeglang yang mendesak ditangani antara lain:

- Munculnya permukiman kumuh perkotaan sebagai akibat dari meningkatnya kepadatan suatu wilayah, permukiman kumuh di Kabupaten Pandeglang terdiri dari

kumuh perkotaan (Pandeglang), kumuh nelayan (Panimbang) dan kumuh di kawasan

pertanian.

- Semakin meningkatnya kebutuhan rumah dan tempat tinggal sebagai konsekuensi meningkatnya jumlah penduduk perkotaan.

Kawasan yang dilindungi, yaitu TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon

Wilayah Pandeglang bagian Utara, cenderung berkembang sebagai pusat pemerintahan, permukiman, perdagangan dan jasa, pusat koleksi dan distribusi. terpusat di Kecamatan

Pandeglang

Wilayah Pandeglang bagian Tengah

cenderung berkembang membentuk pusat pertumbuhan baru dan perkembangan cenderung berorientasi keluar terutama karena adanya pengaruh kegiatan pariwisata dan sarana pendukungnya serta permukiman penduduk, terpusat di Kecamatan Panimbang dan Labuan

Wilayah Pandeglang bagian Selatan

(5)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-5

- Pemenuhan kebutuhan perumahan belum sepenuhnya dilakukan oleh developer baik pemerintah maupun swasta, sehingga terbentuk kawasan permukiman yang tidak

terorganisir.

- Permukiman cenderung berkembang mengikuti jaringan jalan primer sehingga belum terbentuk kawasan permukiman yang kompak.

Isu Pembangunan Infrastruktur Perkotaan

- Terjadinya kesenjangan antara supply (penyediaan) dan Demand (permintaan)

prasarana perkotaan.

- Berdasarkan data statistik kondisi jalan di Kabupaten Pandeglang, hanya 11,16%

dalam kondisi baik, 37,17% dalam kondisi sedang, sementara selebihnya sekitar

51,67% dalam keadaan rusak dan rusak berat.

- Berkaitan dengan pelayanan air bersih ada dua hal substansial yang harus segera

ditangani oleh Pemerintah daerah/kabupaten, yaitu: (1) sumber air baku dan (2)

tingkat pelayanan perpipaan baru mencapai 29,02% penduduk kota atau sekitar

53.530 jiwa.

- Penanganan limpasan air hujan di Kabupaten Pandeglang sampai saat ini masih dilakukan secara parsial atau lokal, dengan kata lain Jaringan drainase kota belum

terbangun secara sistematis dan terpadu, belum semua kawasan permukiman

memiliki saluran drainase, masih banyaknya saluran drainase yang kondisinya

mengalami pendangkalan/rusak dan masih bercampurnya jaringan drainase dengan

jaringan limbah rumah tangga.

- Belum terbangunnya sistem pembuangan air limbah yang baik terutama di kawasan permukiman perkotaan.

B.

KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Pola permukiman di Kabupaten Pandeglang secara umum dapat dibedakan dalam

tiga tipologi, yaitu perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan, wilayah pedesaan dan

wilayah pantai. Pola permukiman perkotaan khususnya berada di Kecamatan Pandeglang dan

Ibu Kota Kecamatan dapat dikategorikan sebagai peri urban, yang pada umumnya berada di

sekitar jalan utama antar kecamatan atau kota. Permukiman di wilayah pedesaan, terutama

(6)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-6

kecuali di Kawasan Pantai Barat yaitu Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Labuan

memiliki ciri khas yang berbeda.

Kondisi Perumahan Perkotaan terutama di Kecamatan Pandeglang dan di beberapa

Ibu Kota Kecamatan (IKK) yang berada di koridor utama, yaitu di sepanjang jalur utama

Pandeglang-Labuan, pada umumnya perumahan yang ada sebagian besar adalah bangunan

permanen dan semi permanen yang berlokasi memanjang mengikuti jalur transportasi utama.

Secara umum, tata letak bangunan sudah teratur, walaupun di beberapa lokasi masih perlu

pembenahan.

Tumbuhnya permukiman di pusat kota tidak terlepas dari keberadaan permukiman

kumuh yang menempati kawasan-kawasan cukup strategis maupun dikawasan pesisir pantai.

Berikut adalah sebaran lingkungan kumuh Kabupaten Pandeglang.

Tabel-6.1:

Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya terkait Pengembangan Permukiman

No

Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya Keterangan

No. Peraturan Perihal Tahun

1. No. 3 RTRW Kabupaten

Pandeglang 2011

Pengembangan Permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada

hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang sehat dan layak

huni (liveble), aman, nyaman, damai dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya.

Kondisi permukiman perkotaan di Kabupaten Pandeglang sangat erat dengan

pesatnya pembangunan dan perkembangan kota yang mengarah pada kegiatan perdagangan,

hotel dan restoran serta sektor jasa meningkatkan daya tarik bagi para penduduk di Kabupaten

Pandeglang, sehingga kebutuhan perumahan juga akan semakin meningkat. Tingginya

(7)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-7

tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh demikian juga di wilayah Kabupaten

Pandeglang.

Tabel-6.2:

Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Pandeglang

No Kecamatan/Desa Luas

(Ha) Keterangan

Kecamatan Labuan

1. Labuan 14 Kawasan Permukiman Nelayan

2. Teluk 13 Kawasan Permukiman Nelayan

3. Cigondang 14 Kawasan Permukiman Nelayan 4. Caringin 14 Kawasan Permukiman Nelayan

5. Karanganyar 12 Kawasan Permukiman Penunjang Wisata Kecamatan Panimbang

1. Panimbang Jaya 10 Kawasan Permukiman Nelayan 2. Cikadu/Tanjung Jaya 12 Kawasan Permukiman Nelayan Kecamatan Sobang

1. Pangkalan 13 Kawasan Permukiman Nelayan Kecamatan Carita

1 Carita 12 Kawasan Permukiman Nelayan

Kecamatan Karang Tanjung

1. Kp. Cinyutup/Juhut 14 Kawasan Permukiman Penunjang Peternakan Kecamatan Pagelaran

1. Pagelaran 12 Kawasan permukiman penunjang pertanian Kecamatan Sukaresmi

1. Sidomukti 15 Kawasan Permukiman Nelayan Kecamatan Cikeusik

1. Cikuruh Wetan 12 Kawasan Permukiman Nelayan

2. Tanjungan 14 Kawasan Permukiman penunjang wisata 3. Rancasenang 14 Kawasan permukiman penunjang pertanian

(8)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-8

Gambar 6.4 Sebaran Kawasan Kumuh di Kabupaten Pandeglang

Kondisi perumahan wilayah pedesaan meliputi perumahan dan permukiman yang telah ada

serta perluasannya pada kawasan-kawasan yang penggunaan tanah pertaniannya dapat

dialihkan ke non pertanian (pada umumnya mempunyai produktivitas rendah, tegalan serta

kebun campuran). Perumahan dan permukiman pedesaan ini merupakan ruang yang

diperuntukan bagi pengelompokan perumahan penduduk yang terikat dengan pola lingkungan

pedesaan dengan dominasi kegiatan usahanya di bidang pertanian.

Penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang pada saat ini masih tetap didominasi oleh

kegiatan sektor pertanian, terlihat dari pola penggunaan lahan yang sebagian besar masih

dipergunakan untuk kegiatan pertanian (87.27%), sementara penggunaan lahan untuk

permukiman hanya berkisar 11,18 % dari luas kabupaten.

Secara umum, kondisi perumahan dan pola perumahan dan permukiman di pedesaan pada

umumnya berupa bangunan semi permanen dan mengelompokkan pada satuan lahan

pertanian non irigasi, lahan pemilikan sendiri dan tegalan yang sudah tertata rapi. Sarana dan

prasarana dirasakan kurang memadai, baik itu berupa jalan, saluran drainase, penerangan,

(9)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-9

Kondisi perumahan dan permukiman di wilayah pantai secara garis besar bersifat sporadis dan

tidak tertata sehingga jalan setapak tidak tertata dengan baik dan berkelok-kelok mengikuti

bangunan rumah yang ada. Saluran drainase jalan tidak ada dan jika ada tidak dibuat dengan

baik, akan tetapi langsung mengalir ke laut mengikuti kemiringan. Kondisi bangunan antar

rumah pada umumnya cukup rapat dengan kondisi bangunan permanen dan non permanen.

Pembuangan sampah ke laut karena tidak ada fasilitas pembuangan sampah yang lain.

Penerangan jalan tidak ada, hanya mengandalkan lampu-lampu dari teras rumah penduduk.

Mengingat bahwa sebagian besar masyarakat pantai bermata pencaharian sebagai nelayan,

diharapkan adanya dukungan lampu penerangan yang bisa juga berfungsi untuk memberi

penerangan untuk tempat tambatan perahu. Sejauh ini Pemerintah Kabupaten Pandeglang

pada saat ini akan merencanakan program pembangunan perumahan dan permukiman bagi

masyarakat miskin. Upaya pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk membatu masyarakat

miskin dalam rangka meningkatkan kualitas perumahan dan lingkungan permukiman adalah

melalui perbaikan dan pemugaran permukiman dalam bentuk penyediaan MCK, dan

pelestarian dengan dukungan dana dari APBD kabupaten, provinsi maupun pusat.

Selain permukiman yang dibangun secara individual/swadaya oleh masyarakat sendiri di

Kabupaten Pandeglang terdapat pula permukiman yang dibangun oleh developer dengan

sebaran lebih banyak di sekitar pusat kota Pandeglang, berikut adalah lokasi perumahan

formal yang dibangun oleh developer:

Tabel-6.3:

Data Kondisi dan Lokasi RSH di Kabupaten Pandeglang

NO. KECAMATAN KELURAHAN

LUAS WILAYAH

(Ha)

NAMA PERUMAHAN NAMA

PENGEMBANG

1 2 3 4 5 6

1 Karang Tanjung

1,071

Cigadung 13.16 BTN Cigadung Mandiri PT. Pusaka Mandiri

8 BTN Cigadung Indah PT. Sumber Rezaki

5 BTN Karang Winaya PT. Sumber Rezaki

19.74 BTN Pondok Ambuleuit PT. Sumber Rezaki 1 Perum Bougenville Indah H. Aman

(10)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-10

NO. KECAMATAN KELURAHAN

LUAS WILAYAH

(Ha)

NAMA PERUMAHAN NAMA

PENGEMBANG

Cipacung Indah) CV. Majasari Putra

12 Perum PNS KORPRI “Taman Berkah Sari” PT. Koperasi Karya Praja

2 Griya Puspa Cipacung PT. Mahadewi Karya

Utama

Sukaratu 9 Perum Majasari PT. Perumnas

0.5 Perum Pedoman Asri PT. Koperasi

0.5 Perum Cahaya Kadomas

Sukamanah 24.4 Perum BTN Badak Permai PT. Perumnas

4 Kaduhejo Mandalasari 4.7 Perum Kadupinang Village PT. Surya Metalindo

Nusantara

Sukasari 8 Perum BTN Bumi

Pandeglang Indah PT. Ramzy Bersaudara

5 Cikedal Babakan Lor 0.5 Graha Mulya Indah PT. Norman Swadiri

Development

Karyasari 1.4 Perumahan Bumi Anugerah

PGRI

Kalanganyar 12 Perum Bumi Kalanganyar PT. Citra Lisita Abadi

Sukamaju 8 Perum Korpri “Griya Labuan Asri” PT. Perumnas

Caringi 7 Perum Bumi Carigin PT. Surya Mulia Gema

Langgeng

(11)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-11

NO. KECAMATAN KELURAHAN

LUAS WILAYAH

(Ha)

NAMA PERUMAHAN NAMA

PENGEMBANG

1 2 3 4 5 6

Pratama

Tegalpapak 3 Perumahan Kampung Wisata

Pagelaran PT. Dahana Parijenar

8 Cimanggu Ciburial 12.1 Perumahan Bumi Permata

Sadang

PT. Cibaliung Sumber Daya

9 Cadasari Ciinjuk/Kauncaang 10 Perum Bumi Cadasari Indah PT. Adi Karya Selaras

0.5 Perum Bukit Griya Mas -

a) Sarana Jalan

Jalan merupakan prasarana penting dalam mendukung mobilitas manusia dan memperlancar

arus lalu lintas dan distribusi barang. Prasarana dan sarana transportasi tersebut diantaranya

adalah infrastruktur jalan, terminal dan angkutan umum. Sistem transportasi di Kabupaten

Pandeglang didominasi oleh transportasi darat, untuk itu infrastruktur jalan, jembatan dan

terminal menjadi infrastruktur yang memiliki peran strategis dalam upaya percepatan

pembangunan. Lebih lanjut, pembangunan infrastruktur jalan yang baik di Kabupaten

Pandeglang terutama berperan untuk mengangkut komoditas hasil pertanian dari pedesaan

ataupun sentra produksi pertanian ke perkotaan.

Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2009 menurut data

statistik mencapai 1.043,48 km, dari panjang jalan tersebut, panjang jalan yang berada di

bawah wewenang Negara/Pemerintah Pusat 169.27 km (16,22%), di bawah wewenang

Pemerintah Provinsi Banten sepanjang 151.18 km (14,48 %) dan 723,03 km (69,29%) di

bawah wewenang Pemerintah Kabupaten Pandeglang.

Dari seluruh panjang jalan di bawah wewenang Pemkab Pandeglang, berdasarkan jenis

permukaannya, jalan dengan permukaan aspal sepanjang 526,63 km, batu/kerikil 128,6 km

dan tanah 9,38 km. Berdasarkan kondisi jalan, hanya 11,16% dalam kondisi baik, 37,17%

dalam kondisi sedang, sementara selebihnya sekitar 51,67% dalam keadaan rusak dan rusak

(12)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-12

Keberadaan jalan tersebut juga berperan sebagai moda transportasi umum, dimana

masyarakat umum memanfaatkan beberapa moda transportasi darat untuk mobilitasnya.

Beberapa pilihan moda transportasi darat tersebut adalah kendaraan bis Angkutan Antar Kota

Antar Provinsi (AKAP) yang melayani rute Labuan-Jakarta-Cirebon, kendaraan Angkutan

Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) berjenis minibus dan mikrobus yang melayani rute tujuan

Cilegon dan Serang sekaligus rute beberapa kecamatan di wilayah selatan Pandeglang,

seperti Cibaliung, Cikeusik, Munjul dan Panimbang. Moda Transportasi lainnya yang tersedia

adalah kendaraan angkutan kota dan angkutan pedesaan, serta keberadaan taksi walaupun

masih dalam jumlah terbatas.

Mobilitas kendaraan angkutan umum tersebut didukung oleh keberadaan sarana dan

prasarana terminal angkutan. Pengembangan terminal angkutan di Kabupaten Pandeglang

terdiri dari terminal regional dan sub regional. Terminal regional berada di Kecamatan Labuan

Sedangkan sub regional berada di Kecamatan Saketi, Panimbang, Cibaliung dan Pandeglang.

Prasarana dan sarana perhubungan laut di Kabupaten Pandeglang berupa keberadaan

infrastruktur pelabuhan laut yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai pelabuhan

penangkapan ikan oleh para nelayan. Pelabuhan laut tersebut terdapat di Kecamatan

Cikeusik, Sumur, Panimbang, Labuan dan Carita yang kesemuanya merupakan sentra

produksi perikanan laut.

b) Sarana dan Prasarana Air Bersih

Jumlah penduduk yang terlayani memanfaatkan suplai air bersih dari PDAM yang notabene

adalah milik Kabupaten Pandeglang. Sumber mata air di wilayah Kabupaten Pandeglang

terbatas, sedangkan kualitas dan kuantitas air tanah cukup memadai untuk dijadikan sumber

air bersih. Sebagian penduduk kota memanfaatkan sumber-sumber air lain yang disalurkan

melalui Hidran Umum ataupun ke MCK terdekat.

Berkaitan dengan pelayanan air bersih Kabupaten Paneglang, ada dua hal substansial yang

harus segera ditangani oleh Pemerintah daerah/kabupaten, yaitu: (1) sumber air baku dan (2)

tingkat pelayanan perpipaan baru mencapai 29,02% penduduk kota atau sekitar 53.530 jiwa.

(13)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-13

c) Sistem Drainase

Penanganan limpasan air hujan di Kabupaten Pandeglang sampai saat ini masih dilakukan

secara parsial atau lokal. Jaringan drainase kota belum terbangun secara sistematis dan

terpadu. Pada umumnya saluran drainase bercampur fungsinya dengan saluran air limbah

domestik. Limpasan air hujan dialirkan melalui saluran drainase ke anak sungai atau sungai

utama yang ada.

Kajian pemerintah Kabupaten Pandeglang menunjukkan bahwa hampir semua saluran

drainase yang ada di Kabupaten Pandeglang tidak sesuai dimensinya untuk menampung dan

mengalirkan limpasan air hujan. Disamping itu, sungai-sungai yang melintasi dalam kota sudah

tidak mencukupi kapasitasnya sebagai badan air penerima aliran air hujan/air limbah dari

saluran drainase. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

 Bertumpuknya sampah di saluran dan badan air penerima

 Penyempitan saluran akibat penutupan saluran, pendirian bangunan diatas saluran, ataupun dibendungnya saluran untuk mengaliri kolam

 Pendangkalan sungai/selokan

d) Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL)

Sanitasi/pengelolaan air limbah sebagai salah satu aspek penyehatan lingkungan merupakan

masalah yang kurang mendapat perhatian, baik di kota-kota besar, sedang, maupun kota kecil.

Hal ini terlihat dengan rendahnya kualitas kebersihan lingkungan, dan atau perilaku/kebiasaan

yang tidak memperhatikan kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan saluran drainase dan

sungai untuk mengalirkan air limbah domestik. Air limbah sebagai hasil buangan manusia

mengandung kuman-kuman yang berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu, air limbah

tersebut harus dibuang pada tempatnya dan diperlukan sistem pengolahan yang semestinya.

Sisi lain yang masih memprihatinkan adalah jarak dari sumber air bersih yang digunakan untuk

dengan tempat pembuangan akhir tinja belum memenuhi syarat kesehatan yaitu lebih dari 10

meter. Sehingga kemungkinan besar air yang mereka konsumsi sudah tercemari oleh resapan

air kotor dan penampungan tinja.

Dengan demikian, perlu direncanakan pelayanan di sektor air limbah dan sanitasi lingkungan

sesuai dengan kondisi perumahan/permukiman yang ada. Pembangunan SPAL (Sistem

(14)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-14

dengan pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) memerlukan beberapa tahap.

Yaitu, sosialisasi untuk perubahan perilaku masyarakat, penyediaan lahan untuk

pembangunan instalasi maupun untuk pemasangan pipa, perencanaan DED, serta tahap

konstruksi. Akan tetapi, melihat kondisi infrastruktur dan masyarakat Kabupaten Pandeglang

saat ini, tampaknya program pembangunan SPAL yang terpadu memerlukan waktu lebih dari

lima tahun.

e) Listrik

Untuk fasilitas penerangan sebagian besar masyarakat Pandeglang menggunakan listrik, basic

listrik PLN ataupun non PLN yaitu sebesar 89,27%. Namun demikian masih sekitar 122,973

jiwa atau sejkitar 10,73% masyarakat belum menikmati fasilitas penerangan.

Apabila ditelaah lebih dalam dari seluruh fasilitas perumahan yang tercantum, maka dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Pandeglang berada pada taraf

perekonomian menengah kebawah yang berarti tingkat kemiskinan masih tinggi.

C.

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan

Permasalahan pembangunan permukiman diindikasikan menjadi beberapa kawasan

permukiman. Kawasan-kawasan tersebut perlu diprioritaskan didasarkan pada hasil-hasil

telaah antara lain: Kebijakan Pembangunan dan Penataan Ruang Kota; Karakteristik

Permukiman dan Kondisi Infrastruktur Perkotaan, dan Arah Pengembangan Kota.

Berdasarkan hasil kajian Kebijakan Perencanaan Pembangunan dan Perencanaan Penataan

Ruang Kabupaten Pandeglang , hasil pemetaan potensi dan permasalahan pengembangan

permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kabupaten Pandeglang , serta hasil identifikasi peta

RTRW dan hasil survey lapangan, maka kawasan permukiman di Kabupaten Pandeglang

terbagi kedalam enam tipologi besar, yaitu sebagai berikut :

 Kawasan permukiman padat perkotaan

 Kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa

 Kawasan permukiman pendukung kegiatan pangan pertanian (agribisnis)

 Kawasan permukiman pendukung kegiatan minapolitan

 Kawasan permukiman berbasis home industri

(15)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-15

Tantangan

Penyamaan persepsi mengenai hakekat perumahan dan permukiman masih menjadi

tantangan yang mendasar, mengingat bahwa berbagai persoalan penyelenggaraan

perumahan dan permukiman sesungguhnya muncul dari adanya perbedaan sudut pandang

para pelaku pembangunan tentang hakekat dan makna perumahan dan permukiman itu

sendiri. Hal tersebut tercermin antara lain dari kebijakan dan strategi operasional yang dipilih

oleh masing-masing pelaku, dan tidak mudah untuk secara efektif dapat dikoordinasikan.

Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat

bertumpu pada falsafah dan hakekat perumahan dan permukiman itu sendiri, yang antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, sandang,

pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan

alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki peran sosial budaya sebagai pusat

pendidikan keluarga, persemaian budaya dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda,

dan sebagai manifestasi jatidiri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan

lingkungannya maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di masa yang

akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukimannya.

2. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus macam

kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan permukiman, sehingga

penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat berpotensi di dalam menggerakkan

roda ekonomi dan upaya penciptaan lapangan kerja produktif. Sebaliknya kegiatan

industripun semestinya dapat dilihat sebagai titik tolak untuk menangani permasalahan

perumahan dan permukiman, terutama di kawasan-kawasan yang berkembang sebagai

sentra atau koridor industri. Produktivitas dan efisiensi industri seyogyanya juga dapat

ditingkatkan secara seimbang dan selaras dengan penanganan permasalahan perumahan

dan permukimanbagi para pekerja industri.

3. Bagi banyak masyarakat Indonesia terutama golongan menengah ke bawah, rumah juga

dapat merupakan barang modal (capital goods), karena dengan asset rumah ini mereka

dapat melakukan kegiatan ekonomi di dalam mendukung kehidupan dan penghidupannya.

Karenanya, Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena hal tersebut dapat

melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan di bidang perumahan dan

(16)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-16

diperlukan suatu konsep tentang perumahan dan permukiman yang lebih sistemik dan mampu

mengakomodasikan perkembangan aspirasi yang ada. Kesamaan persepsi tersebut

diperlukan agar dapat menjadi titik tolak bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman

yang lebih komprehensif dan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga

penyelenggaranya. Upaya untuk merangkum pandangan-pandangan di atas telah dirumuskan

secara konseptual dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman, yang menyatakan bahwa :

Perumahan adalah :

Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Permukiman adalah :

Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan

maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

6.1.3.

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGN PERMUKIMAN

Adapun tolak ukur dan penilaian kriteria untuk menetapkan kawasan prioritas yang akan

dikembangkan pada Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas adalah sebagai

berikut.

TABEL 6.4

PRINSIP PENILAIAN TERHADAP KRITERIA TEKNIS

No Karakteristik Kriteria Prinsip Penilaian

1. Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota

Arahan kawasan pengaruh berdasarkan RTRW

Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan tingginya pengaruh kawasan terhadap wilayah lain berdasarkan arahan RTRW.

2. Sesuai dengan kebijakan pembangunan dan pengembangan Kab. Pandeglang

 Arahan Pola Pemanfaatan ruang melalui kebijakan

 Rencana struktur ruang

Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan kawasan sesuai dengan arahan RTRW baik pola ruang maupun rencana strukur ruang.

3. Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan

 Arahan dan kapasitas daya dukung

(17)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-17

keciptakaryaan

4. Urgenitas penanganan Kekumuhan kawasan

 Kepadatan penduduk

Semakain besar nilai yang diberikan menunjukan semakin besar tingkat kebutuhan penanganan kawasan

5. Dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan

 Arahan kebijakan bidang keciptakaryaan

 Cakupan Pelayanan Infrastruktur

Semakin besar nilai yang diberikan menunjukan kesesuaian arahan kebijakan bidang keciptakaryaan

(18)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-18

TABEL 6.5 KRITERIA PEMBOBOTAN

No KARAKTERISTIK KRITERIA KAWASAN PERKOTAAN

PANDEGLANG PANIMBANG LABUAN CIBALIUNG

1 Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota

Kawasan Cepat tumbuh Diarahkah dalam RTRW Kab. Pandeglang

Diarahkah dalam RTRW Kab. Pandeglang Diarahkah dalam RTRW Kab. Pandeglang

Diarahkah dalam RTRW Kab. Pandeglang Kawasan Strategis Nasional,

Provinsi dan Kota

- Sebagai kawasan strategis Kabupaten (pantai barat)

Arahan kawasan budidaya dan non budidaya

Diarahkan sebagai kawasan permukiman perkotaan, pemerintahan, perdagangan dan jasa

Diarahkan sebagai pusat kegiatan perdagangan jasa, permukiman, wisata, industri, perekonomian regional

Arahan struktur ruang Sebagai PKW sebagai PKWp (promosi) Sebagai PKL PKLP

3 Dominasi terlayani oleh sarana dan prasarana perkotaan

belum seluruhnya wilayah oleh sarana dan prasarana perkotaan, seperti sistem drainase, sanitasi, persampahan, air bersih dll

masih belum terlayani oleh sarana dan prasarana yang layak

masih belum terlayani oleh sarana dan prasarana yang layak

Arahan pengembangan sistem pusat kegiatan ekonomi

sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional

sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional

sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang

keterkaitan dengan wilayah lain sedang keterkaitan dengan wilayah rendah

keterkaitan dengan wilayah rendah

4 Urgenitas penanganan Sebaran kawasan kumuh perkotaan

Tidak ada kawasan kumuh Terdapat kawasan kumuh nelayan Terdapat kawasan kumuh nelayan

Tidak ada kawasan Cibaliung

Tingkat kepadatan penduduk Kepadatan Tinggi Kepadatan sedang Kepadatan tinggi Kepadatan rendah 5 Dominasi penanganan

melalui bidang keciptakaryaan

Arahan RTRW Kab. Pandeglang

pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan prasarana transportasi dan prasarana dasar ke arah sentra-sentra produksi

Antisipasi perkembangan kawasan Panimbang yang diarahkan sebagai pengembangan bandara udara Panimbang, penanganan prasarana persampahan, limbah, jalan baru, pembangunan jalan tol

pembangunan jalan tol, pembangunan prasarana sanitasi lingkungan

(19)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-19

Sumber: Hasil Analisa 2011

sebagai penghasil

prasarana sarana transportasi kawasan masih kurang memadai, infrastruktur kawasan belum memenuhi seluruh kebutuhan

prasarana sarana transportasi kawasan masih kurang memadai, infrastruktur kawasan belum memenuhi seluruh kebutuhan

Cakupan Pelayanan Cakupan prasarana Air Bersih cakupan air bersih sedang cakupan air bersih rendah cakupan air bersih rendah cakupan air bersih rendah Cakupan prasarana

Persampahan

cakupan persampahan sedang

cakupan persampahan rendah cakupan persampahan rendah

cakupan persampahan rendah

(20)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-20

TABEL 6.6

PEMBOBOTAN KAWASAN PRIORITAS

No KARAKTERISTIK KRITERIA

KAWASAN PERKOTAAN

PANDEGLANG PANIMBANG LABUAN CIBALIUNG

1 Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota

Kawasan Cepat tumbuh 5 5 3 3

Kawasan Strategis Nasional, Provinsi dan Kota 1 5 3 3

2 Sesuai dengan kebijakan pembangunan dan pengembangan Kab. Pandeglang

Arahan kawasan budidaya dan non budidaya 5 5 3 3

Arahan struktur ruang 5 5 3 1

3 Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan

Arahan pengembangan sistem prasarana dan sarana perkotaan

1 5 5 5

Arahan pengembangan sistem pusat kegiatan ekonomi 3 5 3 3

Arahan pengembangan sosial kependudukan 5 3 3 1

Prospek keterkaitan dengan kota/kabupaten lain 5 3 1 1

4 Urgenitas penanganan Sebaran kawasan kumuh perkotaan 1 5 5 5

Tingkat kepadatan penduduk 5 3 5 1

5 Dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan

Arahan RTRW Kab. Pandeglang 3 5 1 1

Arahan RPIJM Kab. Pandeglang 3 5 5 5

Arahan RPJM Kab. Pandeglang 3 5 5 5

Arahan RPJP Kab. Pandeglang 1 1 1 1

Cakupan Pelayanan Cakupan prasarana Air Bersih 3 5 5 5

Cakupan prasarana Persampahan 3 5 5 5

Prasarana Jalan 3 5 5 5

Prasarana air Limbah 5 5 5 3

Prasarana drainase 3 5 5 5

JUMLAH 63 85 71 61

(21)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-21

Berdasarkan analisis terhadap kriteria dan indikator-indikator kemudian dilakukan pembobotan maka

terhadap kawasan perkotaan yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu Kecamatan Pandeglang,

Kecamatan Panimbang, Kecamatan Labuan dan Kecamatan Cibaliung. Berdasarkan hasil pembobotan

maka dilakukan perankingan pada setiap calon kawasan , hasil yang didapat berdasarkan bobot

tertinggi adalah:

1. Kecamatan Panimbang

2. Kecamatan Labuan

3. Kecamatan Pandeglang

4. Kecamatan Cibaliung

dari hasil analisa yang telah dilakukan maka diperoleh kawasan prioritas yaitu kawasan Panimbang

yang akan ditindaklanjuti pada Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

mendatang.

(22)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-22

6.1.4.

PROGRAM-PROGRAM SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan

dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),

3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembanganpermukiman dapat berupa kegiatan

non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh

 Infrastruktur permukiman RSH

 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial(Agropolitan/Minapolitan)

 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil

 Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)

 Infrastruktur perdesaan PPIP

(23)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-23

Sumber: Dit. Pengembangan

Permukiman, 2012

Gambar 6.6 Alur Program Pengembangan Permukiman

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum

dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

 Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

 Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi 2. Khusus

Rusunawa

(24)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-24

 Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya

 Ada calon penghuni

RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

 Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM. PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

 Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW

 Berbasis pengembangan wilayah

 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi)

kesehatan

 Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam

pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di

perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman

kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan

prasarana,sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan,dan permukiman,

serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan

permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut

diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

1) Vitalitas Non Ekonomi

a) Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK,

(25)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-25

b) Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap

penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan

intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c) Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi

terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan

kepadatanpenduduk.

2) Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah

kawasan itu strategis atau kurangstrategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi

memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang

ada.Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan

perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun,pertokoan, atau fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman

kumuh.

3) Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

4) Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.

5) Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi

penyediaan dana danmekanisme kelembagaan penanganannya.

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand

scenario) kawasan, rencana induk(master plan) kawasan dan lainnya.

6.1.5.

USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting

dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan

kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga

untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk

(26)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-26

Tabel 6.7 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014 – 2018

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-34

6.2

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

6.2.1

ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari

upaya pengendalian pemanfaatanruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik

diperkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang undang dan peraturan antara

lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa

penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan

perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan

kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan

terpadu.

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan

harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada

rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib

hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan

teknis bangunan gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan

keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda,

mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan

pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup

keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan

(35)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-35

pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh

pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan

pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan

bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam

penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah

daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang

bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah

ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di

perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,

kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan

tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara

minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal

di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan

Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di

(36)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-36

pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan

pengelolaan gedung dan rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan

Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan

lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan

gedung dan rumah negara termasukfasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitas ipenyelenggaraan penataan bangunan dan

lingkungan danpengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan

bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau,serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, sertapembinaan kelembagaan

penyelenggaraan penataan bangunandan lingkungan; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatanpada sektor PBL, yaitu

kegiatan penataan lingkungan permukiman,kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah

negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan

pada Gambar 6.7

sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012

(37)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-37

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan

kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan

nelayan;

 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

 Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

 Paket dan Replikasi.

6.2.2

ISU

STRATEGIS,

KONDISI

EKSISTING,

PERMASALAHAN,

DAN

TANTANGAN

A. Isu Strategis

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan

Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah

Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud

kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL

yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan

tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah

(38)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-38

layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang

disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan

mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta

meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20.

Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya

bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu

strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31

Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga

PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan.

Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 -14 Juni 1996 dengan dua tema

pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an

Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi

masyarakat.

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

1) Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah

berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan

lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan

(39)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-39

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di

kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu

pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari

total penduduk Indonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU

PAKET;

c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan

kemiskinan.

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan

daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a)

Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi

pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif

dan berkelanjutan.

Setiap Kabupaten/Kota diharapkan dapat menggambarkan isu strategis sektor PBL di dalam RPI2JM

bidang Cipta Karya. Isu strategis daerah terdiri dari tiga aspek yaitu Penataan Lingkungan

Permukiman, Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara, Pemberdayaan Komunitas

dalam Penanggulangan Kemiskinan.

B. Kondisi Eksisting

Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan

jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur

permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925

kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG)

(40)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-40

Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian

bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.

Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan,

Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan

permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377

kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan

C. Permasalahan dan Tantangan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan

tantangan yang dihadapi, antara lain:

Penataan Lingkungan Permukiman:

 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih

melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan

lingkungan permukiman;

 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

 Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang

diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas

lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

 Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

 Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;

 Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan

penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung

termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

(41)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-41

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya

kualitas pelayanan publik dan perijinan;

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,

keamanan dan kenyamanan;

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;

 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga. Kapasitas Kelembagaan Daerah:

 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

 Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;

 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

6.2.3

ANALISIS KEBUTUHAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya

mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun

2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab 8.2.1.

Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana

lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM),

dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.  RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan

(42)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-42

serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan

panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian

pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan meliputi:

 Program Bangunan dan Lingkungan;

 Rencana Umum dan Panduan Rancangan;

 Rencana Investasi;

 Ketentuan Pengendalian Rencana;

 Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen

PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun

terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif

maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap

bahaya kebakaran.

Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses

perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan

pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan

Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan

pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada

kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran

kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK

juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan

pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.  Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman

(43)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VI-43

1 Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

2 Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan

kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

3 Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan

kegiatan;

4 Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga

melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.  Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk

sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan

lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 8.19,

yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan

Bangunan dan Lingkungan.

6.3

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM ( SPAM )

6.3.1

ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan

konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik

(teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan

usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta,

dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan

air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan

SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi

dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem

Gambar

Gambar 6.1  Arahan Pusat Permukiman PKW dan PKWp
Gambar 6.3 Indikasi Arah Pembangunan permukiman dan Infrastruktur Perkotaan di Kabupaten Pandeglang
Gambar 6.4 Sebaran Kawasan Kumuh di Kabupaten Pandeglang
TABEL 6.4 PRINSIP PENILAIAN TERHADAP KRITERIA TEKNIS
+7

Referensi

Dokumen terkait

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019. PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA Provinsi

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) adalah rencana dan program pembangunan infrastruktur tahunan dalam periode tiga hingga lima tahun, yang

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur Bidang

Telah memuat Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya untuk Jangka. Menengah (lima tahun)