Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 1
Bab IX
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG
CIPTA KARYA DIKABUPATEN/KOTA
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta
Karya merupakan tanggung jawabPemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,
Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja
pembangunanprasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di
daerahmeningkat.Di samping membangun prasarana baru, pemerintah
daerahperlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untukpengoperasian,
pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telahterbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam
mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.Pemerintah daerah
cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu
dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan
sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu,
alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah
daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan
dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang
Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari
masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang
Cipta Karya,
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 2 9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan
arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah:
Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang undangan. Dalam hal ini, Pemerintah
Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung
penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung
sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan
daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang
dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan:
Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan
Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui
rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.Sedangkan DAK
digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah
atas dasar prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran DAK
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 3 4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan
urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan
umum.Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang
berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara
bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.Urusan wajib pemerintahan
yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai
dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta
kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang PinjamanDaerah:
Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, PemerintahDaerah
Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, sertaMasyarakat.
Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjamanlangsung kepada
pihak luar negeri, tetapi diteruskan melaluipemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemdawajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari
75%penerimaan APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerahuntuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintahpaling sedikit
2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjamanyang
bersumber dari pemerintah;
e. Tinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajibmendapatkan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 4 6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan
perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala
Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan
dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air
limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri
59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD
terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan
Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU
menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta
Karya, Adapun ruang lingkup dan criteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di kawasan kumuh perkotaan dan diperdesaan termasuk
daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis
alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan
kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 5 - Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanansanitasi
(air limbah, persampahan, dan drainase) yang layakskala kawasan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah diperkotaan yang
diselenggara-kan melalui prosespemberdayaan masyarakat. DAK
Sanitasi diutamakan untukprogram peningkatan derajat kesehatan
masyarakat danmemenuhi sasaran/target MDGs yang dengan
kriteria teknis:
kerawanan sanitasi
cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang
Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri:
Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap
Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal
Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang
diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang
infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.Gubernur sebagai wakil
Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan
kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan
pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta
Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 6 daerah)serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan
Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan
bersama(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan
pemerintah provinsiuntuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skalaprovinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk
urusanbersama (DDUB) dan dana lainnyayang dibelanjakan
pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur
permukiman denganskala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema
kerjasamapemerintah dan swasta (KPS), maupun skema
Corporate SocialResponsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman
luarnegeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun,
serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.Oleh
karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan
secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2 Profil Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya
merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk
meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat
dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut,
maka setiap penyusunan APBD Kabupaten Lampung Utara disusun dengan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 7 1. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam
proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin
melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui
akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.
2. Transparansi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun
harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses
oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan
pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran
anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan
yang dianggarkan.
Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab
terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai
hasil yang ditetapkan.
Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan,
maupun akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.
3. Disiplin Anggaran
Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas
masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran
pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya
kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang
kurang efisien dan efektif. Anggaran yang tersedia pada setiap pos /
rekening merupakan batas tertinggi belanja/ pengeluaran. Oleh
karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas
kredit anggaran yang ditetapkan.
4. Keadilan Anggaran
Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 8 kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan
pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama,
sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk
membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk
menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat
melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa
ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja
daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar
dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi
pemberian pelayanan. Pemerintah Daerah di dalam menetapkan
besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai
rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat
pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat,
adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak
langsung oleh kelompok masyarakat melalui mekanisme pajak/
retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran
yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu
merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.
5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin
untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk
dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka
dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:
a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat,
serta indikator kinerja yang ingin dicapai;
b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja
serta penetapan harga satuan yang rasional.
6. Taat Azas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 9 penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan
peraturan daerah lainnya.
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada
dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan
sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat
sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan
pengelolaan anggaran secara baik. Aspek penting dalam penyusunan
anggaran adalah penyelarasan antara kebijakan (policy), perencanaan
(planning) dengan penganggaran (budgeting) antara Pemerintah dengan
Pemerintah Daerah. Periode kinerja keuangan Kabupaten Lampung Utara
disajikan untuk periode tahun 2010-2013, namun untuk penyajian data
diuraikan mulai tahun 2010 sebagai data dasar atau kondisi eksisting periode
tahun 2010-2013, serta untuk memenuhi teknis penghitungan rata-rata
pertumbuhan
Struktur APBD Kabupaten Lampung Utara terdiri atas: (1) Penerimaan
Daerah yang di dalamnya terdapat Pendapatan Daerah dan Penerimaan
Pembiayaan Daerah; (2) Pengeluaran Daerah yang di dalamnya terdapat
Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Secara umum
komponen APBD terdiri dari:
1. Komponen Pendapatan:
1) Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Hasil Pajak Daerah, Hasil
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan, BPHTB (mulai tahun 2010) dan Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah Yang Sah;
2) Dana Perimbangan yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; serta
3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang berasal dari Pendapatan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 10 Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus,
dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.
2. Komponen Belanja:
1) Belanja Tidak Langsung yang didalamnya terdiri atas Belanja Pegawai,
Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan
Sosial, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa Lainnya, dan Belanja Tidak Terduga; dan
2) Belanja Langsung yang didalamnya terdiri atas Belanja Pegawai,
Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.
3.Komponen Pembiayaan:
1) Penerimaan Pembiayaan Daerah yang didalamnya terdiri atas Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Lalu, Penerimaan
Kembali Pemberian Pinjaman, dan Penerimaan Piutang Daerah;
2) Pengeluaran Pembiayaan Daerah yang didalamnya terdiri atas
Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah, dan Pembayaran Pokok Utang; serta
3) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan.
Ringkasan perubahan APBD Kabupaten Lampung Utara berdasarkan rincian
obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan dapat dilihat pada tabel 9.1
tentang Pendapatan Daerah dalam 5 tahun terakhir di Kabupaten Lampung
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 11 Tabel 9.1 Tahun Anggaran 2011 s.d. 2015
No. Uraian 2011
1. PENDAPATAN 915.282.079.154,76 987.461.385.619,14 1.114.467.058.104,45 1.292.431.677.521,71 1.368.242.239.606,00
1.1 Pendapatan Asli Daerah 28.762.314.820,82 21.351.661.723,48 46.626.054.959,45 80.918.349.920,71 71.300.475.495,00
1.1.1 Pajak Daerah 11.510.657.692,00 9.304.589.600,99 10.701.983.082,00 16.190.430.168,75 15.799.275.805,00
1.1.2 Retribusi daerah 3.209.833.911,00 3.214.489.156,00 16.324.815.298,00 4.775.117.041,00 5.000.465.000,00
1.1.3 Hasil Pengelolaan Keuangan daerah yang dipisahkan 2.203.677.148,04 2.923.139.536,05 4.082.396.575,82 5.359.031.054,90 5.359.031.055,00
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 11.838.146.069,78 5.909.443.430,44 15.516.860.003,63 4.593.771.656,06 45.141.703.635,00
1.2 Dana Perimbangan 683.233.417.965,00 798.903.441.049,00 896.610.922.056,00 973.140.651.233,00 996.332.451.691,00
1.2.1 Dana bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak 54.498.061.965,00 56.514.202.049,00 43.237.438.056,00 45.163.652.233,00 48.027.438.691,00
1.2.2 Dana Alokasi Umum 562.285.756.000,00 661.427.439.000,00 761.218.384.000,00 838.661.589.000,00 861.223.023.000,00
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 67.449.600.000,00 80.961.800.000,00 92.155.100.000,00 89.315.410.000,00 87.081.990.000,00
1.3 Lain-lain Pendapatan daerah yang sah 202.286.346.368,94 167.206.282.846,66 171.230.081.089,00 238.372.676.368,00 300.609.312.420.00
1.3.1 Hibah - - - - 1.250.000.000,00
1.3.2 Dana darurat - - - - -
1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari nprovinsi dan Pemerintah Daerah lainnya *** 32.201.799.311.94 54.354.258.771.66 33.394.609.502,00 52.767.170.485,00 72.975.837.308,00 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus**** 58.684.457.057,00 97.725.737.262,00 137.835.471.587,00 185.605.505.883,00 226.383.475.112,00
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 14.400.090.000,00 15.126.286.813,00 - - -
* Rencana APBD Tahun 2015
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 12 Proporsi pengeluaran yang digunakan untuk belanja aparatur
cenderung menurun. Pada tahun 2011, proporsi belanja aparatur
terhadap total pengeluaran mencapai 38.21 persen, menurun menjadi
36.50 persen tahun 2012, dan menaik kembali menjadi 39.11 persen
pada tahun 2013. Kondisi ini sepintas memperlihatkanbahwa APBD
Kabupaten Lampung Utara masih belum memberikan pelayanan yang
optimal bagi publik karena sebagian besar APBD Kabupaten Lampung
Utara digunakan untuk belanja pegawai. Perlu dipahami bahwa belanja
pegawai sebagian besar untuk belanja aparatur bidang pendidikan dan
kesehatan.
Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur pada data tersebut
diatas diperoleh dari perhitungan tabel Realisasi belanja tabel 9.2
tentang belanja Daerah dalam 5 tahun terakhir di Kabupaten Lampung
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 13 Tabel 9.2
Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015*
A Belanja Tidak langsung 550.785.413.665,00 620.001.160.427,00 675.343.862.289,00 726.240.599.298,00 844.879.464.215,00
B Belanja Langsung 340.619.063.408,00 356.392.576.952,00 433.829.951.238,00 436.869.612.370,00 572.139.018.626,00
Total 891.404.477.073,00 976.393.737.379,00 1.109.173.813.527,00 1.163.110.211.668,00 1.417.018.482.841,00
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 14 Analisis pembiayaan perlu dilakukan untuk untuk mengetahui bagaimana
pemda membiayai defisit maupun bagaimana menggunakan surplus. Secara
umum, anggaran belanja pemda direncanakan untuk mengalami defisit ( lebih
besar dari pada pendapatannya ) yang kemudian dibiayai oleh berbagai
penerimaan pembiayaan. Namun demikian, ada juga beberapa kasus di
mana pemda mengalami surplus ( belanja lebih kecil daripada pendapatannya
) yang dapat digunakan untuk pengeluaran pembiayaan.
Secara umum, pembiayaan terdiri atas dua komponen utama, penerimaan
dan pengeluaran. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
disebut pembiayaan netto. Selisih antara pembiayaan netto dengan
defisit/surplus pendapatan dan belanja merupakan sisa lebih penggunaan
anggaran (SiLPA) atau jika kurang disebut SiKPA.
a) Penerimaan pembiayaan, terdiri atas SiLPA tahun anggaran
sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah dan obligasi
daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan
piutang daerah, dan penerimaan lain-lain.
b) Pengeluaran pembiayaan, terdiri atas pembentukan dana
cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah, pembayaran pokok
utang, pemberian pinjaman daerah, dan pengeluaran lain-lain.
Pembiayaan netto Kabupaten Lampung Utara selama kurun waktu 3 tahun
(2012 – 2014) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Walaupun sempat
mengalami defisit pada tahun 2010, peningkatan positif ditunjukkan Pemda
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 15
Tahun 2012 2013 2014
PEMBIAYAAN NETTO 29.091.381.436,14 35.870.392.983,28 35.994.373.581,73
Penerimaan Pembiayaan Daerah 32.802.898.756,14 40.070.392.983,28 40.249.925.487,73
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah
Tahun Sebelumnya 32.751.198.756,14 40.070.392.983,28 41.034.090.137,73
Penerimaan Piutang Daerah 51.700.000,00 - -
Pengeluaran Pembiayaan Daerah 3.711.517.320,00 4.200.000.000,00 4.255.551.906,00
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah 2.500.000.000,00 3.000.000.000,00 3.500.000.000,00
Pembayaran Pokok Utang 1.200.000.000,00 1.200.000.000,00 755.551.906,00
Pengembalian DPID 9.194.000,00 - -
Pengembalian Tunjangan Profesi Guru 2.323.320,00 - -
SISA LEBIH PEMBIAYAAN
ANGGARAN (SILPA) 40.070.392.983,28 41.034.090.137,73 165.223.737.613,44
Sumber : BPKA Kabupaten Lampung Utara
Pada tahun 2010, pembiayaan netto Pemda Kabupaten Lampung Utara
mengalami defisit sebanyak -2.458.421.376,76 dan mengalami perubahan
positif pada tahun 2012 menjadi 29.091.381.436,14 dan
35.994.373.581,73 pada tahun 2014. Keberhasilan peningkatan ini tidak
lepas dari usaha pemerintah daerah dalam menekan pengeluaran
pembiayaan daerah dengan diiringi oleh peningkatan penerimaan
pembiayaan pemerintah daerah.
Meningkatnya nilai pembiayaan netto Kabupaten Lampung Utara setiap
tahunnya menyebabkan rasio penerimaan dan pengeluran pembiayaan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 16 sebesar 1 : 8,84 yang berarti pengeluaran sebesar 1 akan ditebus oleh
penerimaan sebesar 8,84.
Peningkatan penerimaan pembiayaan pemerintah didominasi oleh
meningkatnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah (SILPA) setiap
tahunnya. Hal signifikan lainnya yang mendorong pebiayaan netto adalah
berkurang secara agregat dan konsisten pembayaran pokok utang
pemerintah daerah Kabupaten Lampung Utara selama kurun waktu 3
tahun (2012 – 2014).
9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar
investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut
selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan
daerah dan masyarakat/swasta.
9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBN
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan
tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan
pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar
dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen
Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non
Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU
No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu
kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 17 Tabel 9.3
Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor Alokasi
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di
daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur
permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi
Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah
tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah
pembangunan air minum dan sanitasi.DAK Air Minum digunakan
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 18 kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman
nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan
akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase)
yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah
di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan
masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan
berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis.Dana
DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 19 Tabel 9.4
Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten / Kota dalam
5 Tahun Terakhir
Jenis DAK Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DAK Air Minum 2.181.960.000,00 1.186.583.500,00 2.638.617.273,00 1.939.690.000,00 4.557.888.000,00
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 20 9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBD
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun
prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya
pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta
Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya
terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi
belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru,
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 21 Tabel 9.5
Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam
5 Tahun Terakhir
Sektor Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pengembangan Air Minum - - - -
Pengembangan PPLP - - - -
Pengembangan Permukiman 18.732.928.000,00 33.045.186.375,00 3,71 7.900.870.864,00 0,81 9.827.617.000,00 0,89 9.900.558.000,00 0,85
Penataan Bangunan dan Lingkungan 8.715.227.000,00 12.607.956.400,00 1,41 19.690.565.873,00 2,02 41.825.114.500,00 3,77 52.234.793.900,00 4,49
Total Belanja APBD Bidang Cipta
Karya
27.448.155.000,00 45.653.142.775,00 5,12 27.591.436.737,00 2,83 51.652.731.500,00 4,66 62.135.351.900,00 5,34
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 22
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana
Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan
APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah
daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Tabel 9.6
Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5 Alokasi
9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Karya Bidang Cipta
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi,
yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial
(social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan
maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented).
Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan
dan air limbah.Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu
dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 23 Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif
dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Halam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di
bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan,
aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.Khusus untuk PDAM,
indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
9.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
Swasta
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki
pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam
pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama.
Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi
costrecovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan
non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS.
adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta
PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan.
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR
tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 24
Kegiatan Tahun Komponen
KPS
Satuan Volume
Nilai (Rp) Skema
KPS
Ket.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PPLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
9.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai
jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan
APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta.
9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun
terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah
diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD
terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 26 Tabel 9.8
Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangandaerah
dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah
(DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat.
Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk
pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yangdapat dialokasikan
untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksiAPBD, dapat dihitung NPS
dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah
berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 27 Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service CoverageRatio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan
untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan
arus kas.Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank,
dan Masyarakat (obligasi).Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang
Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umumAPBD tahun
sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah
Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai
tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 28
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah
rasiokemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau
dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan
yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan
kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus
memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.
9.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang
bergerakdalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum,
air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah
tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan
dalambentuk business plan
.
9.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 Tahun
ke Depan
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah
Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan
dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 29 Tabel 9.9
Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama
Keterangan IRR: Internal Rate of Return
9.5 Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis
tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang
infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat,
pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan
masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi
pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan
pendanaan dari berbagai sumber.
9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai
usulanprogram dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Lampung Utara
IX. 30 9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah
dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan
program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu
menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi