6.1. Kerangka Kelembagaan
Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana kota bidang
PU/Cipta Karya, yaitu agar investasi pembangunan dapat dilaksanakan secara optimal oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota serta terjamin keterlanjutannya.
Dalam hal kegiatan pembangunan prasarana kota, wilayah kegiatan pembangunan lebih dari satu wilayah
kabupaten/kota, maka aspek kelembagaan perlu dibahas di tingkat propinsi dan tingkat nasional melalui
pembahasan tersebut diharapkan dapat diwujudkan fungsi koordinasi dan kerjasama antar pemerintah
daerah.
Aspek kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan dengan memperhatikan fungsi
koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan prasarana kota, sesuai dengan
kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi. Kelembagaan di Kabupaten/Kota perlu
dioptimalisasi dan dikoordinasikan serta disinkrosnisasi uraian jabaran dari fungsi-fungsi sesuai dengan
kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan
peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasarana kota termasuk
didalamnya Bappeda, Dinas-dinas, PDAM dll
6.1.1. Kondisi kelembagaan Kota Sungai Penuh
Peningkatan kapasitas kelembagaan di daerah sangat mendukung proses pembangunan yang
berkelanjutan dengan harapan target pembangunan akan tercapai. Beberapa lembaga daerah yang ikut
serta dalam proses pembangunan di bidang keciptakaryaan adalah seperti Dinas Pekerjaan Umum,
Kebakaran (TRKP3K), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal (BAPPEDA),
Badan Lingkungan Hidup (BLH).
Berikut ini akan dibahas tentang tugas pokok dan fungsi Lembaga – lembaga daerah terkait dalam
mendukung pembangunan di bidang Kecipta karyaan.
Kondisi kelembagaan yang ada mencakup dinas/Instansi yang terlibat atau berkaitan dengan penyusunan
RPIJM yang antara lain meliputi Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Kantor Lingkungan Hidup, Bagian
Perencanaan dan Bagian Ekonomi & Pembangunan Sekretariat Kota, Perusahaan Daerah Air Minum
serta lembaga non pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah dan Keputusan Walikota Sungai Penuh nomor 02 tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Sungai Penuh, maka
setiap dinas/instansi di Kota Sungai Penuh telah ditetapkan uraian tugas pokok dan fungsinya.
Berdasarkan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing dinas/instansi pada dasarnya mencakup :
1. Perumusan kebijakan teknis.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
dinas/instansi.
Tugas pokok dan fungsi Bappeda Kota Sungai Penuh didasarkan pada Peraturan
Walikota Sungai Penuh Nomor 2 Tahun 2008 yang meliputi :
1. Menyusun rencana pembangunan daerah jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
2. Menyusun kebijakan teknis perencanaan pembangunan daerah.
3. Mengkoordinir dinas/instansi yang berada dalam wilayah Kota Sungai Penuh dalam menyusun
Perencanaan Pembangunan Daerah.
4. Melaksanakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi penyusunan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
5. Menyusun rencana Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah bersama-sama dengan Tim Anggaran
Pemerintah Daerah.
6. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Daerah.
8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Daerah.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut struktur organisasi Bappeda Kota Sungai Penuh meliputi
sekretariat, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang fisik dan prasarana, bidang penelitian dan
pengembangan, Bidang Penanaman Modal dan kelompok jabatan fungsional.
Tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum ditetapkan berdasarkan Walikota
Sungai Penuh Nomor 2 Tahun 2008 yang meliputi :
1. Merumuskan kebijakan teknis dibidang Pekerjaan Umum dan Penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Pekerjaan Umum
2. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Pekerjaan Umum
3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya yang dimaksud, struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum
Kota Sungai Penuh terdiri dari Sekretariat, Bidang Bina Marga, Bidang Sumber Daya Air, Bidang Cipta
Karya dan Bidang Tata Kota.
Dari struktur yang ada di kedua instansi ini, perencanaan teknis untuk infrastruktur kota pada Bappeda
merupakan tugas dan fungsi dari bidang fisik dan prasarana. Sedangkan semua bidang Dinas Pekerjaan
Umum memiliki tugas dan fungsi untuk penyusunan program, perencanaan teknis, pembinaan dan
bimbingan teknis pada masing-masing bidang. Kondisi ini menuntut adanya koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi antara instansi terkait sesuai dengan bidang-bidang yang relevan.
Jumlah Dinas, Badan, Kantor, Bagian dan UPTD di Lingkungan Organisasi di Kota Sungai Penuh
N
Kondisi sumberdaya aparatur pemerintah pada dinas/instansi yang terkait dengan penyusunan dan
pelaksanaan RPIJM, masih terbatasnya jumlah staf mempengaruhi dalam mendukung penyusunan dan
pelaksanaan penyusunan dan pelaksanaan RPIJM secara optimal.
Kondisi kemampuan kelembagaan dinas/instansi terkait dengan pembangunan infrastruktur Kota Sungai
Penuh berkaitan dengan organisasi, tenaga, pelatihan dan fasilitas kerja serta perlengkapan yang
tersedia. Struktur organisasi yang ada telah disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun
2005, sehingga kemampuan kelembagaan yang ada sudah sesuai. Jumlah tenaga yang dibutuhkan akan
berkaitan dengan perkembangan volume kerja yang ada pada masing-masing dinas/instansi. Fasilitas
kerja berfungsi sebagai sarana penunjang kelembagaan.
Otonomi daerah memberikan peluang kepada daerah untuk mempercepat terwujudnya tata pemerintahan
yang baik. Pemerintah Kabupaten dan Kota mempunyai kewenangan besar untuk mendorong proses
kebijakan menjadi lebih partisipatif, responsif, dan akuntabel karena kendali dari proses kebijakan dan
alokasi anggaran sepenuhnya ada di tangan pemerintah daerah. Untuk itu salah satu isu kebijakan umum
yang dilakukan oleh pemerintah Kota Sungai Penuh adalah bagaimana menciptakan pemerintahan
yang bersifat good governance.
Fungsi pemerintah sebagai dinamisator pembangunan, maka bagian aspek pelayanan umum berikut ini
menjelaskan kondisi eksisting pemerintah daerah Kota Sungai Penuh, baik pada urusan wajib maupun
urusan pilihan.
Kelembagaan non pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan RPIJM antara lain Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan lainnya. Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota
Sungai Penuh mencapai 34 buah. Bentuk LSM adalah nonprofit dan bidang pokok yang menjadi fokus
perhatian LSM dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1. Fokus Perhatian LSM di Kota Sungai Penuh
No. Fokus Perhatian Jumlah %
1. Pengawasan 8 12,3
2. Lingkungan hidup 9 13,8
3. Pemberdayaan masyarakat 8 12,3
4. Pemberantasan korupsi 5 7,69
5. Ketenaga-kerjaan 10 15,38
6. Semua bidang 11 16,92
7. Lainnya 14 21,53
Dari LSM yang ada yang dapat diharapkan dapat berperan dalam pembangunan infrastruktur kabupaten,
antara lain LSM yang fokus perhatiannya dalam bidang pengawasan, lingkungan hidup, pemberdayaan
masyarakat dan pemberantasan korupsi. Peran yang dapat dilakukan antara lain pendampingan,
pemberdayaan kelompok sasaran dan kontrol untuk mewujudkan God Governance.
Kelembagaan non pemerintah lain yang dapat diharapkan berperan adalah organisasi kemasyarakatan
yang diharapkan dapat mendukung sosialisasi dan pemberdayaan kelompok sasaran yang akan
memperoleh manfaat dari pembangunan infrastruktur. Organisasi kemasyarakatan yang terdapat di Kota
Sungai Penuh mencapai 80 organisasi, yang terdiri dari organisasi keagamaan, organisasi profesi,
forum komunikasi, organisasi independen dan organisasi kedaerahan. Organisasi kepemudaan jumlahnya
30 buah yang terdiri dari organisasi berbau partai politik dan organisasi yang merupakan afiliasi dengan
organisasi induk.
6.1.2. Potensi dan Permasalahan Kelembagaan Kota Sungai Penuh
1. STRENGTH ( KEKUATAN )
Komitmen Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam pembangunan di bidang keciptakaryaan Adanya peraturan perundang-undangan disektor keciptakaryaan
Adanya produk perencanaan Tata Ruang ( RTRW ).
Adanya alokasi anggaran bagi pengembangan kelembagaan termasuk pembiayaan di bidang
keciptakaryaan
Adanya upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik
2. WEAKNESS ( KELEMAHAN )
Kurangnya koordinasi lintas SKPD yang berada dalam lingkup Pemkot Sungai Penuh Keterbatasan anggaran pembangunan dibidang keciptakaryaan
Keterbatasan SDM dibidang keciptakaryaan Data base tentang keciptakaryaan yang kurang
Sarana dan prasarana yang berkaitan dengan penyusunan RPIJM yang masih kurang.
3. OPPORTUNITIES ( PELUANG )
Adanya dukungan dari pemerintah pusat dalam bentuk pemberian subsidi dan stimulant untuk
bidang keciptakaryaan
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
4. THREAT ( ANCAMAN/TANTANGAN )
Adanya perbedaan pemahaman/persepsi aparat pusat dan Pemkab mengenai penyelenggaraan
RPIJM
Tidak adanya dukungan dari masyarakat terkait dengan penyelenggaraan RPIJM Peningkatan jumlah penduduk miskin di Kota Sungai Penuh
Terbatasnya lahan untuk pembangunan dibidang keciptakaryaan
Kurangnya minat investor untuk menanamkan modalnya karena keterbatasan prasarana
pendukungnya.
Masalah yang dihadapi dalam rangka optimalisasi pelaksanaan organisasi yang meliputi tugas, wewenang
dan tanggung jawab instansi terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh setiap organisasi, apa yang menjadi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh setiap instansi
kadang-kadang tidak di pahami, sehingga dalam pelaksanaan TUPOKSI nya tidak berjalan secara
maksimal dan program maupun kegiatan yang seharusnya dapat dilaksanakan melalui Sharing
pendanaan antara Pusat, Propinsi dan Kab/Kota tidak terlaksana.
Untuk Pemerintah Kabupaten Wakatobi, penyusunan Dokumen RPIJM dilaksanakan bersama antara oleh
Dinas PU, Pertambangan dan Energi, Bappeda dan PDAM, Dinas TRKP3K Kota Sungai Penuh. Terlepas
dari siapa yang melakukan penyusunan Dokumen RPIJM, hal yang merupakan masalah yang dihadapi
dalam ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM adalah kurangnya koordinasi antara instansi, komitmen
antara Stakeholder atau multipihak dalam rangka mendukung penyelenggaraan RPIJM masih kurang,
keterbatasan dana APBD untuk melaksanakan kegiatan dibidang keciptakaryaan, serta rendahnya
motivasi dan kreativitas dari Sumber Daya Manusia yang ada. Dari beberapa masalah yang dihadapi
diatas menyebabkan ada beberapa dari program/kegiatan yang akan dialokasikan oleh Pemerintah Pusat,
tidak dapat diberikan karena adanya beberapa indikator persyaratan (Readness Criteria) yang harus
dipenuhi oleh Pemerintah Daerah agar dana dari Pemerintah Pusat yang merupakan Dana Stimulan
dapat dialokasikan kepada Daerah.
Masalah keterbatasan dana adalah hal yang juga mempengaruhi ketatalaksanaan penyelenggaraan
RPIJM, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab-bab sebelumnya, bahwa kontribusi PAD terhadap
APBD hanya sekitar 5,28 % dari total APBD Pemerintah Kota Sungai Penuh yang dilihat dari analisis
derajat disentralisasi fiskal Kota Sungai Penuh pada tahun 2016 . Sehingga dalam rangka optimalisasi
penyelenggaraan RPIJM dilaksanakan dengan berdasarkan pada skala prioritas pembangunan, sebab
pelaksanaan pembangunan bukan hanya pada pelaksanaan bidang keciptakaryaan tetapi meliputi
Kerangka regulasi ini berisikan gambaran umum kerangka regulasi yang sudah ada dan regulasi yang
diperlukan Daerah dalam pelaksanaan tugas, fungsi, serta kewenangannya pada pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya. Untuk lebih jelas mengenai kerangka regulasi dapat dilihat pada tabel
Kerangka Regulasi
NO ARAHAN REGULASI URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN
EVALUASI REGULASI EKSISTING, KAJIAN 1 Peraturan Menteri atau Surat
Edaran Menteri Tentang Keharusan daerah Untuk Menyusun RPI2JM
Daerah tidak memandang penting nya RPI2JM sebagai dokumen usulan program pembangunan
RPI2JM belum dijadikan acuan dalam pembangunan daerah
2 Peraturan Gubernur tentang Kelembagaan Perencanaan dan Pengelolaan Infrastruktur Daerah
Kurang nya koordinasi antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah daerah dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur Kurang nya koordinasi antara Bappeda