• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 15030314348.BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 15030314348.BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

D O K U M E N R P I 2 J M B I D A N G P U / C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n P a n d e g l a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

VIII-1

BAB 8

ASPEK LINGKUNGAN DAN

SOSIAL

8.1

ASPEK LINGKUNGAN

8.1.1 KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang

Cipta Karya oleh pemerintahan kabupaten/kota telah mengakomodasikan prinsip perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah

sebagai berikut :

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup :

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingungan Hidup Strategis (KLHS), Analisi Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

2. UU NO. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Janga Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip -prinsip pembangunan kualitas lingkungan secara berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

2010 – 2014 :

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,

(2)

D O K U M E N R P I 2 J M B I D A N G P U / C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n P a n d e g l a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

VIII-2

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis : “Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLS digunakan untuk menyiapkan alternarif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak

dan/atau resiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan”

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan :

“Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL, dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup

atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan

UPL.

A. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian

Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan

berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau

kebijakan, rencana, an/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena :

1. RPIJM membutuhkan kaian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian Lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM berada

pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini KLHS menerapkan prinsip-prinsip

kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi gara depan dalam

menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap

lingkungan hidup .

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Dinas Lingkungan

Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung denagn perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi

diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan

prinsp perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan

(3)

D O K U M E N R P I 2 J M B I D A N G P U / C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n P a n d e g l a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

VIII-3 Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/Program dalam RPIJM

persektor dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM persektor dengan

mempertimbangkan isu-isu poko seperti (1) perubahan ilkim (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau

kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana

banjir, longsor, kekringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan

kelimpatan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6)

peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok

masyarakat, dan/atau (7) peningkatan risiko apakah terhadap kesehatan dan keselamatan

manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi

menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

B. Identifikasi Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan

Dalam rencana pembangunan Kabupaten Pandeglang kedepan ada beberapa Isu Strategis

mengenai pembangunan berkelanjutan yang menjadi prioritas dan menjadi bahan kajian dalam

laporan ini. Isu-isu tersebut telah menjadi kesepakatan para Pakar, Akademisi, Instansi Pemerintah

Kabupaten Pandeglang serta Masyarakat Kabupaten Pandeglang. Beberapa isu tersebut, adalah:

a. Alih Fungsi Lahan Pertanian (Ketahanan Pangan).

b. Kemiskinan.

c. Pengembangan dan pengelolaan pariwisata.

d. Akses (Transportasi).

e. Geologi dan Panas Bumi.

f. Pencemaran Lingkungan.

g. Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Air.

h. Kemerosotan Keanekaragaman Hayati.

C. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program Pada Raperda RTRW

Dalam Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Pandeglang tahun 2011-2031 terdapat

beberapa kebijakan serta program kegiatan yang diidentifikasi serta diuraikan sebagai dasar

pembangunan Kabupaten Pandeglang kedepan, yaitu:

a. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang.

Kebijakan ini terdiri dari beberapa program kegiatan :

1. Pengembangan Sistem Perkotaan (Permukiman).

(4)

D O K U M E N R P I 2 J M B I D A N G P U / C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n P a n d e g l a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

VIII-4

- Transportasi Darat.

- Transportasi Perkeretaapian.

- Transportasi Laut.

- Transportasi Udara.

3. Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya :

- Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan.

- Sistem Jaringan Sumber Daya Air.

b. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kawasan Lindung.

Dengan Program Kegiatan Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan Lindung.

c. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kawasan Budidaya.

Dengan Program Kegiatan Pengembangan Kawasan Budidaya (Pariwisata, Industri

pertanian dan perikanan, Permukiman, dan Pertambangan).

d. Kebijakan Pengembangan kawasan Strategis.

Dengan Program Kegiatan Pengembangan Kawasan Strategis :

A. Pengembangan dan Pemantapan Fungsi Pertumbuhan Ekonomi.

B. Pengembangan dan Pemantapan Fungsi dan Daya Dukung lingkungan hidup

(5)

D O K U M E N R P I 2 J M B I D A N G P U / C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n P a n d e g l a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

VIII-5 Tabel 8.1

Matriks Kajian Pengaruh Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program Terhadap Isu Pembangunan

Berkelanjutan Di Kabupaten Pandeglang

Isu Pembangunan

Berkelanjutan

Yang Berpotensi Terkena

Pengaruh/Dampak Alih Fungsi

Lahan

tertuang dalam Raperda

(6)

D O K U M E N R P I 2 J M B I D A N G P U / C I P T A K A R Y A

Pengaruh/Dampak Alih Fungsi

Lahan

tertuang dalam Raperda

(7)

D O K U M E N R P I 2 J M B I D A N G P U / C I P T A K A R Y A

a. Pengembangan dan

Pemantapan Fungsi

Pertumbuhan

Ekonomi

+ + + + 4 0

b. Pengembangan dan

(8)

D O K U M E N R P I 2 J M B I D A N G P U / C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n P a n d e g l a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

VIII-8

Kebijakan

Perencanaan

Ruang sebagaimana

tertuang dalam Raperda

c. Pendayagunaan SDA

dan/atau Teknologi

Tinggi

+ + - - 2 2

Frekuensi

Dampak + 0 10 8 7 5 1 3 2

Frekuensi

(9)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-9 D. Kebijakan Penataan Ruang Yang Mempunyai Potensi Dampak Negatif

Dalam kebijakan penataan ruang yang ada pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Pandeglang 2011-2031, terdapat beberapa kebijakan turunan yang berpengaruh terhadap prinsip

pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Pandeglang serta berpotensi menimbulkan dampak negatif

bagi wilayah Kabupaten Pandeglang, antara lain :

a. Kebijakan pengembangan sistem perkotaan (permukiman) yang menimbulkan dampak negatif

terhadap pencemaran lingkungan serta kualitas dan kuantitas sumber daya air yang tersebar di PKW

Pandeglang dan PKWP Panimbang.

b. Kebijakan pengembangan sistem prasarana utama, meliputi:

1. Pengembangan transportasi darat berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap Alih Fungsi

Lahan Pertanian (Ketahanan Pangan) dan kemerosotan keanekaragaman hayati di Wilayah

Pandeglang Selatan.

2. Transportasi laut menimbulkan dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan dan

kemerosotan keanekaragaman hayati di Wilayah Pandeglang Selatan.

3. Pengembangan transportasi udara berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap Alih

Fungsi Lahan Pertanian (Ketahanan Pangan) dan pencemaran lingkungan di Wilayah

Pandeglang Selatan.

c. Kebijakan pengembangan sistem prasarana lainnya :

 Kebijakan pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan menimbulkan dampak negatif terhadap

pencemaran lingkungan dan kemerosotan keanekaragaman hayati disekitar kawasan PLTU Labuan.

d. Kebijakan pengembangan pola ruang kawasan budidaya khususnya program Pengembangan

Kawasan Budidaya (Pariwisata, Industri pertanian dan perikanan, Permukiman, dan

Pertambangan) berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap Alih Fungsi Lahan Pertanian

(Ketahanan Pangan), pencemaran lingkungan, turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air

dan menimbulkan dampak kemerosotan keanekaragaman hayati di wilayah Kabupaten

Pandeglang.

e. Kebijakan pengembangan kawasan strategis :

Kebijakan pengembangan kawasan strategis untuk pendayagunaan Sumber Daya Alam

dan/atau Teknologi Tinggi berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap pencemaran

lingkungan dan turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air khususnya pada

(10)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-10 E. Isu Pembangunan Yang Berpotensi Terkena Pengaruh/Dampak Negatif

Mengacu pada isu pembangunan di Kabupaten Pandeglang yang kian berkembang, di identifikasi

adanya isu-isu pembangunan yang terkait dengan prinsip pembangunan berkelanjutan serta berpotensi

menimbulkan dampak negatif bagi wilayah Kabupaten Pandeglang, yaitu:

a. Alih fungsi lahan pertanian (ketahanan pangan) :

1. Kebijakan pengembangan sistem prasarana utama (struktur ruang) khususnya

pengembangan sistem prasarana transportasi darat dan udara (pembangunan dan

pengembangan jalan, jembatan, terminal, bandar udara dan jaringan kereta api) di

wilayah Kabupaten Pandeglang.

2. Kebijakan pengembangan pola ruang kawasan budidaya khususnya program

Pengembangan Kawasan Budidaya (Industri pertanian dan perikanan, Permukiman,

dan Pertambangan).

b. Pencemaran lingkungan :

1. Pengembangan sistem perkotaan (permukiman) terutama dalam hal persampahan dan

sanitasi.

2. Pengembangan sistem prasarana utama (Transportasi laut) terutama dengan adanya

rencana pembangunan pelabuhan pengumpul.

3. Pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan dan pendayagunaan Sumber Daya

Alam dan/atau Teknologi Tinggi pada PLTU Labuan.

4. Pengembangan pola ruang kawasan budidaya khususnya program Pengembangan

Kawasan Budidaya (Pariwisata, Industri pertanian dan perikanan dan Pertambangan).

c. Kualitas dan kuantitas sumber daya air berpotensi terkena dampak dalam pengembangan

sistem perkotaan (permukiman) dan pengembangan kawasan budidaya (Industri

pertanian dan perikanan, Pertambangan) di PKW Pandeglang dan PKWP Panimbang

serta dalam pengembangan kawasan strategis untuk pendayagunaan Sumber Daya Alam

dan/atau Teknologi Tinggi.

d. Kemerosotan keanekaragaman hayati :

1. Pengembangan sistem prasarana utama (Transportasi laut) terutama dengan adanya

rencana pembangunan pelabuhan pengumpul dan pengembangan pangkalan

pendaratan ikan.

(11)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-11

3. Pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan dan pendayagunaan Sumber Daya

Alam dan/atau Teknologi Tinggi pada PLTU Labuan.

4. Pengembangan kawasan industri dan kawasan strategis ekonomi serta

pengembangan pariwisata di wilayah pesisir.

F. Alternatif Kebijakan Rencana, Dan/Atau Program

Dari hasil identifikasi serta kajian kebijakan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Pandeglang Tahun 2011-2031, terkait mengenai lingkungan hidup dan sumber daya alam di wilayah

Kabupaten Pandeglang. Maka dapat diuraikan beberapa pencegahan serta alternatif untuk meminimalisir

dampak negatif terhadap lingkungan dan sumber daya alam dari pembangunan yang dilakukan. Uraian

tersebut ditampilkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 8.2

Mitigasi Serta Alternatif Kebijakan Dalam Meminimalisir Dampak Negatif Lingkungan Hidup Dan

Sumber Daya Alam

DESKRIPSI MITIGASI

ALTERNATIF

KEGIATAN/RENCANA/P

ROGRAM

1. Kebijakan pengembangan pola ruang

kawasan budidaya khususnya program

Pengembangan Kawasan Budidaya

(Pariwisata, Industri pertanian dan

perikanan, Permukiman, dan

Pertambangan) berpotensi menimbulkan

dampak negatif terhadap Alih Fungsi

Lahan Pertanian (Ketahanan Pangan),

pencemaran lingkungan, turunnya

kualitas dan kuantitas sumber daya air

dan menimbulkan dampak kemerosotan

keanekaragaman hayati di wilayah

Kabupaten Pandeglang.

a. Alih fungsi lahan :

- Pembinaan dan pengawasan pembangunan

kawasan industri.

Merelokasi kegiatan yang

tidak sesuai

peruntukannya.

- Pengendalian pemanfaatan ruang pada

kawasan sekitar.

b. Pencemaran lingkungan :

- IPAL terpadu pada kawasan industri.

- Penerapan 3R dan TPA regional

- Meningkatkan RTH minimal 30%

- Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak.

Kebijakan pengurangan

emisi gas rumah kaca

- Pengendalian limbah B3.

c. Turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya

air :

(12)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

d. Kemerosotan keanekaragaman hayati : Pembinaan dan

pengendalian

pembangunan pada

wilayah kerja

pertambangan

- Pembinaan dan pengendalian menuju

pertambangan ramah lingkungan (green

mining)

- Reklamasi hutan bekas area pertambangan

2. Kebijakan pengembangan kawasan

strategis untuk pendayagunaan Sumber

Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi

berpotensi menimbulkan dampak

negatif terhadap pencemaran

lingkungan dan turunnya kualitas dan

kuantitas sumber daya air khususnya

pada pembangunan pembangkit energi.

a. Pencemaran lingkungan :

- IPAL terpadu pada kawasan strategis. - Membuat buffer zone disekitar pembangkit

energi.

- Penerapan 3R dan TPA kawasan strategis. - Pengendalian emisi sumber bergerak dan

tidak bergerak.

- Pengendalian limbah B3.

b. Turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya

air :

- Pembuatan sumur resapan. - Pembuatan bio pori.

- Pengelolaan sumber daya air pada kawasan strategis.

3. Kebijakan pengembangan sistem

prasarana utama, meliputi:

a. Alih fungsi lahan : - Pengendalian

pemanfaatan ruang pada

(13)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

a. Pengembangan transportasi darat

berpotensi menimbulkan dampak

negatif terhadap Alih Fungsi Lahan

Pertanian (Ketahanan Pangan)

dan kemerosotan

keanekaragaman hayati di Wilayah

Pandeglang Selatan.

b. Transportasi laut menimbulkan

dampak negatif terhadap

pencemaran lingkungan dan

kemerosotan keanekaragaman

hayati di Wilayah Pandeglang

Selatan.

c. Pengembangan transportasi udara

berpotensi menimbulkan dampak

negatif terhadap Alih Fungsi Lahan

Pertanian (Ketahanan Pangan)

dan pencemaran lingkungan di

Wilayah Pandeglang Selatan.

- Pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi darat dan udara.

b. Kemerosotan keanekaragaman hayati : - Pengendalian

pemanfaatan ruang pada

kawasan sekitar.

- Pembinaan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar.

- Pembangunan prasarana transportasi darat dan laut sesuai standar perencanaan. - Pembinaan dan pengendalian pemanfaatan

ruang pada kawasan pesisir dan laut. - Reklamasi pantai.

c. Pencemaran lingkungan : - Pengawasan dan

pengendalian

pembangunan prasarana

transportasi laut dan

udara agar sesuai

standar perencanaan - Pembinaan dan pengawasan pembangunan

prasarana transportasi laut dan udara.

- Menetapkan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

4. Kebijakan pengembangan sistem jaringan

energi/kelistrikan menimbulkan dampak

negatif terhadap pencemaran lingkungan

dan kemerosotan keanekaragaman hayati

disekitar kawasan PLTU Labuan.

a. Pencemaran lingkungan

- Membuat buffer zona disekitar PLTU Labuan.

- Membuat IPLT PLTU Labuan.

- Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak.

(14)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-14

DESKRIPSI MITIGASI

ALTERNATIF

KEGIATAN/RENCANA/P

ROGRAM

- Pembinaan, pengendalian, dan pemanfaatan ruang kawasan PLTU. - Konservasi hutan mangrove di sekitar

kawasan PLTU.

5. Kebijakan pengembangan sistem

perkotaan (permukiman).

a. Pencemaran lingkungan

- IPAL terpadu pada kawasan permukiman dan perumahan khususnya di PKW

Pandeglang dan PKWp Panimbang. - Meningkatkan RTH minimal 30%. - Pengelolaan sampah terpadu (3R).

- Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak.

b. Turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya

air

- Pembuatan sumur resapan. - Pembuatan bio pori.

- Pengelolaan sumber daya air pada kawasan permukiman dan perumahan khususnya di

PKW Pandeglang dan PKWp Panimbang.

G. Rekomendasi

Dengan berdasarkan kebijakan yang ada di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang

Tahun 2011-2031, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat diimplementasikan guna menunjang

serta mengawal prinsip pembangunan berkelanjutan serta meminimalisir dampak lingkungan yang

kemungkinan timbul di Kabupaten Pandeglang, yaitu :

1. Kebijakan pengembangan pola ruang kawasan budidaya :

a. Dampak terhadap alih fungsi lahan pertanian dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara

lain:

- Pembinaan dan pengawasan pembangunan kawasan industri.

(15)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-15

Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak dapat

dipenuhi, maka perlu program relokasi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

peruntukannya.

b. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara lain : - IPAL terpadu pada kawasan industri.

- Penerapan 3R dan TPA regional. - Meningkatkan RTH minimal 30%.

- Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak. - Pengendalian limbah B3.

Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak dapat

dipenuhi, maka perlu program pengurangan emisi gas rumah kaca.

c. Dampak terhadap turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air dapat diatasi melalui

beberapa mitigasi antara lain : - Pembuatan sumur resapan. - Pembuatan bio pori.

- Rehabilitasi daerah tangkapan air (catchment area).

Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak dapat

dipenuhi, maka perlu program kebijakan insentif hulu-hilir DAS.

d. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati pada wilayah kerja pertambangan

dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara lain :

- Pembinaan dan pengendalian menuju pertambangan ramah lingkungan (green mining). - Reklamasi hutan bekas area pertambangan.

Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak dapat

dipenuhi, maka perlu program Pembinaan dan pengendalian pembangunan pada wilayah kerja

pertambangan

2. Kebijakan pengembangan kawasan strategis untuk pendayagunaan Sumber Daya Alam

dan/atau Teknologi Tinggi

a. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara lain : - IPAL terpadu pada kawasan strategis.

- Membuat buffer zone disekitar pembangkit energi. - Penerapan 3R dan TPA kawasan strategis.

(16)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-16

- Pengendalian limbah B3.

b. Dampak terhadap turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air dapat diatasi melalui

beberapa mitigasi antara lain : - Pembuatan sumur resapan. - Pembuatan bio pori.

- Pengelolaan sumber daya air pada kawasan strategis.

3. Kebijakan pengembangan sistem prasarana utama (Pengembangan transportasi darat,

Transportasi laut dan transportasi udara) meliputi:

a. Dampak terhadap alih fungsi lahan pertanian dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara

lain :

- Pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi darat dan udara. Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak dapat

dipenuhi, maka perlu program Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar.

b. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati dapat diatasi melalui beberapa

mitigasi antara lain :

- Pembinaan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar.

- Pembangunan prasarana transportasi darat dan laut sesuai standar perencanaan. - Pembinaan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan laut.

Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak dapat

dipenuhi, maka perlu program Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar.

c. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara lain : - Pembinaan dan pengawasan pembangunan prasarana transportasi laut dan udara.

- Menetapkan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

Alternatif program yang diperlukan apabila langkah-langkah mitigasi di atas tidak dapat

dipenuhi, maka perlu pengawasan dan pengendalian pembangunan prasarana transportasi

laut dan udara agar sesuai standar perencanaan.

4. Kebijakan pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan.

a. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara lain :

1. Membuat buffer zone disekitar PLTU Labuan.

2. Membuat IPLT PLTU Labuan.

(17)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-17

b. Dampak terhadap kemerosotan keanekaragaman hayati dapat diatasi melalui beberapa

mitigasi antara lain :

1. Pembinaan, pengendalian, dan pemanfaatan ruang kawasan PLTU.

2. Konservasi hutan mangrove di sekitar kawasan PLTU.

5. Kebijakan pengembangan sistem perkotaan (permukiman).

a. Dampak terhadap pencemaran lingkungan dapat diatasi melalui beberapa mitigasi antara lain :

1. IPAL terpadu pada kawasan permukiman dan perumahan.

2. Meningkatkan RTH minimal 30%.

3. Pengelolaan sampah terpadu (3R).

4. Pengendalian emisi sumber bergerak dan tidak bergerak.

b. Dampak terhadap turunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air dapat diatasi melalui

beberapa mitigasi antara lain :

1. Pembuatan sumur resapan.

2. Pembuatan bio pori.

3. Pengelolaan sumber daya air pada kawasan permukiman dan perumahan.

8.1.2 AMDAL, UKL –UPL dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan

Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis

Rencana Usha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib dilengkapi dengan Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu :

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Jenis kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL

(18)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-18 Tabel 8.3

Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A Persampahan

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem

Control landfill/sanitary landfill :

- luas kawasan TPA, atau ≥ 10 ha

- Kapasitas Total ≥ 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut :

- luas landfill, atau

- Kapasitas Total Semua kapasitas/besaran

c. Pembangunan transfer station :

- Kapasitas ≥ 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu :

- Kapasitas ≥ 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator :

- Kapasitas Semua kapasitas

f. Composting Plant :

- Kapasitas ≥ 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api :

- Kapasitas ≥ 500 ton/hari

B Pembangunan Perumahan/Permukiman

a. Kota metropolitan, luas : ≥ 25 ha

b. Kota Besar, luas : ≥ 50 ha

c. Kota sedang dan kecil, luas : ≥ 100 ha

d. keperluan settlement transmigrasi : ≥ 2.000 ha

C Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang :

- luas, luas ≥ 2 ha

- Kapasitasnya ≥ 11 m³/hari

(19)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-19

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

fasilitas penunjangnya :

- luas, luas ≥ 3 ha

- Kapasitasnya ≥ 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah :

- Luas layanan, atau ≥ 500 ha

- Debit air limbah ≥ 16.000 m³/hari

D Pembangunan Saluaran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang : ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang : ≥ 10 km

E Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi :

- Luas Layanan ≥ 500 ha

b. Pembangunan jaringan trnasmisi :

- Panjang ≥ 10 km

Sumber : Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen

AMDAL menjadikan tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajb dilengkapi dengan dokumen

UKL-UPL.Jenis kegiatan bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen

UKL-UPL tercermin sebagai berikut.

Tabel 8.4

Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan

i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau

sanitary landfill termasuk instansi penunjang :  Luas Kawasan, atau < 10 Ha

 Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut

(20)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-20

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

 Kapasitas < 1.000 ton/hari

iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu  Kapasitas < 500 ton

v. Pembangunan Incenererator  Kapasitas < 500 ton/hari

iv. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos  Kapasitas > 50 s.d < 100 ton/ha

b. Air Limbah

Domestik/

Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas

penunjang :  Luas < 2 Ha

 Atau Kapasitas < 11 m³/hari

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)  Luas < 3 Ha

 Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

iii. Pembangunan Sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation

system) diperkotaan/permukiman  Luas < 5.00 Ha

 Atau debit air limbah < 16.000 m³/hari

c. Drainase

Permukiman

Perkotaann

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder :  Panjang < 5 km

ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman  Luas kolam retensi/polder (1-5) ha

d. Air Minum

i. Pembangunan jaringan distribsi :

 luas layanan : 100 ha s.d < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa tranmisi

 Metropolitan/besar, Panjang : 5 s.d < 10 km

iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukiman lainnya

(debit)

(21)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-21

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

 Debit : 50 lps s.d < 100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan :

 Pelayanan masyarakat oleh penyelenggaraan SPAM : 2,5 lps < 5 lps  Kegiatan lain dengan tujuan komersil : 1,0 lps - < 50 lps

e. Pembangunan

Gedung

i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah :

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan,

perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan

gedung tempat penyimpanan : 5000 m2 s.d 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,

bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara,

dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan

pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratuium, dan

bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalansi pertahanan dan

keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib

dilengkapi UKL dan UPL

ii. Pembangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau

sarana umum :

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan,

perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan

gedung tempat penyimpanan : 5000 m2 s.d 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,

bangunan gerejatermasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan

bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan,

laboratuium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d

10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalansi pertahanan dan

keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

(22)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-22

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

dilengkapi UKL dan UPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air :

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan,

perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan

gedung tempat penyimpanan : 5000 m2 s.d 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,

bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara,

dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan,

pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, labotarurium, dan

bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalansi pertahanan dan

keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratan untuk Amdal maka wajib

dilengkapi UKL dan UPL

f. Perkembangan

kawasan

permukiman baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan

rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja :  Jumlah hunian : < 500 unit rumah ;

 Luas kawasan : < 10 ha

ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman  Jumlah hunian : < 500 unit rumah ;

 Luas kawasan :< 10 ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan

Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/Lingkungan Siap Bangun)  Jumlah hunian : < 500 unit rumah ;

 Luas kawasan : < 10 ha

g. Peningkatan

Kualitas

Permukiman

i. Penangan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan

kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan

penduduk ;

 Luas Kawasan : < 10 ha ;

(23)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-23

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

 Luas kawasan : < 10 ha ;

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan

Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/Lingkungan Siap Bangun)  Luas kawasan : < 10 ha

h. Penanganan

Kawasan Kumuh

Perkotaan

i. Penangan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan

metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban

renewal), disertaidengan pemindahan penduduk, dan dapat di

kombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun ;  Luas Kawasan : < 5 ha ;

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen

UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana program. Sedangkan

pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL

dan SPPLH.

8.2

ASPEK SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karyakepada

masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/ pengelolaan.Pada

taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur prmukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial

terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta

pengarusutaman gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak

sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun

permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunngan atau pengelolaan perlu diidenifikasi apakah

keberadaan infratruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi

kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial

adalah sebagai berikut :

1. UU No. 17/2007 tentang Rencanan Pembangunan Jangka Panjang Nasional :

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan

(24)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-24

termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tetinggal,

dan wilayah tertinggal.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan Pengarusutamaan dan anak di tingkat nasional dan

daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2002 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum :  Pasal 3 : Pengadan Tanah untuk kepentingan Umum Bertujuan menyediakan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,

negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2010-2014 :

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan

untuk penanggulangan kemisikinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk

peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan

infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi

perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemisikinan

 Pasal 1 : program penanggulangan kemisikinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,

pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk mningkatkan kesejahteraan masyarakat

miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro

dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutaman gender guna

terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasioanal yang berperspektif gender sesuai dengan

bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

8.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

A. Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu

melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu

(25)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-25

kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, dan kebutuhan

penanganannya.

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah

tangga dikategorikan miskin yaitu :

1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.

2) Jenis lantai tempat tinggal terbat dari tanah/kayu murahan.

3) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7) Bahan bakar untuk memaak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poloklonik.

12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga : petani dengan luas lahan 500 m², buruh tani,

nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di

bawah Rp. 600.000,- perbulan.

13) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda

motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga

miskin.

B. Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta

Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter

Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air

Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembantuan Infrastruktur Perdesaan

(PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat

(26)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-26

mengetahui bentuk respinsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hinga permasalahan yang

timbul sebagai pembelajaran di masa datang daerah.

8.2.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangungan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi

berdampak terhadap masyarakat.Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima

dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan

pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama

kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya

di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,

usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi

masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan,

AMDAL dan pembebasan lahan.

2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan

terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi diatas tanah yang bukan milik

pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun.Prinsip

pertama pengadan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk

meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena

dampak akibat pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya

kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.Bilamana pemindahan

penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian

rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat

proyek.Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan

dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya dilokasi yang baru. Penyediaan

lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika di

(27)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Pandeglang- Provinsi Banten

VIII-27 8.2.3 Aspek Sosial dan Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnnya memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana

dapat terukur, seprti kemudahan mancapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi

lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan

Gambar

Tabel 8.2
Tabel 8.4

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Adapun bentuk dari desain input yang dirancang pada sistem pengolahan data Administrasi keuangan Panti Asuhan „Aisyiyah Pariaman diantaranya adalah Entry data donatur

Penyajian dana zakat, infaq/shadaqah LAZ Rumah Zakat Malang dalam program Core Z adalah dimulai pencatatan pada penerimaan serta dilampirkan bukti transaksi

Berdasarkan wawancara langsung dengan Staff Telkom Cabang Tarakan dapat disimpulkan bahwa banyaknya keluhan yang masuk membuat PT. Telkom Cabang Tarakan kesulitan

Variasi Geotextil (Tanah Terganggu Wopt = 32.5%) Pemodelan 1 Perbaikan Tanah Dengan Geotextil Dari hasil hubungan pembebanan, faktor keamanan dan penurunan maka di ambil

Untuk membuat permainan semakin menarik dan seru, aplikasi permainan kartu King and Slave Capsa ini akan memiliki 3 mode permainan, yaitu mode Normal, mode King &amp;

Secara ekonomis, penggunaan faktor produksi ternak, konsentrat, tenaga kerja dan perawatan biogas belum mencapai efisiensi ekonomi, sedangkan faktor produksi hijauan, biaya

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini mneyatakan bahwa variabel Experiential Marketing memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan