• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM b40277866e BAB VIII008. Bab 8 Aspek Teknis Per Sektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM b40277866e BAB VIII008. Bab 8 Aspek Teknis Per Sektor"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

8.1. Pengembangan Permukiman

8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan

perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus

meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman

kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan

kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan

dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus,

dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang

diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan

perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka

UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut :

A

B

(2)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

A. Tugas

1. Pemerintah Pusat

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba

dan Lisiba.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian

dan kawasan permukiman.

e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi

di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada

kebijakan nasional.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas

kabupaten/kota.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat

provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan

hunian, dan kawasan permukiman.

e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi

masyarakat, terutama bagi MBR.

h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan

berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan

(3)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,

perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

B. Wewenang

1. Pemerintah Pusat

a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah,

perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan

aman.

b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman.

c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat nasional.

e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

(4)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan

kawasan permukiman.

h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh.

i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman.

j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat provinsi.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

provinsi.

f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan

perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

(5)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan

serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan

dan permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR

pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah

kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh

dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Pada Tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk sebesar 1.069.299 jiwa

(Kabupaten Nganjuk dalam Angka, 2009) atau sejumlah 278.051 kepala keluarga. Perkiraan ada

kecenderungan meningkatnya kebutuhan perumahan di Kabupaten Nganjuk mengingat: a)

Jumlah fasilitas pendidikan tinggi yang terus bertambah, b) Tingginya angka pertumbuhan

penduduk, c) Perkembangan fungsi kota bagi Kabupaten Nganjuk. Penyediaan perumahan

terbesar masih ditunjang oleh perumahan kampung.

Pola perkembangan kawasan permukiman di Kabupaten Nganjuk terbagi menjadi 2,

yaitu:

1) Pola permukiman yang berkembang secara alamiah, yaitu permukiman yang berkembang

mengikuti pola permukiman yang sudah ada atau mengikuti pola jaringan jalan (linier),

dengan menggunakan lahan-lahan kosong untuk kegiatan permukiman. Pola permukiman

ini tidak terencana tetapi mengikuti pola perkembangan yang telah ada, pola ini biasanya

terdapat pada kawasan-kawasan perkampungan, serta desa-desa yang tersebar secara

sporadis. Perkembangan suatu perkampungan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

a. Perkembangan jumlah penduduk

b. Pendapatan per kapita penduduk

c. Fasilitas yang tersedia

(6)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

2) Pola permukiman yang berkembang secara terencana, pola permukiman terencana di

Kabupaten Nganjuk dapat dikatakan masih baru. Hal ini ditandai dengan banyaknya

kawasan-kawasan permukiman baru yang dikembangkan oleh pihak swasta seperti real

estate/developer, ataupun pihak pemerintah oleh KPR/BTN.

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan ibukota Kecamatan. Di wilayah ini

kegiatannya difungsikan untuk kegiatan perkotaan seperti perdagangan, pendidikan,

perkantoran dan jasa sehingga lahan-lahan yang tersedia diorientasikan untuk menunjang

kegiatan tersebut. Sedangkan kawasan perdesaan adalah suatu kawasan yang didominasi

lahan-lahan pertanian (tegalan, persawahan serta penunjang kegiatan pertanian, peternakan dan

perikanan).

Di Kabupaten Nganjuk kawasan permukiman cukup berkembang di sekitar

masing-masing IKK. Perkembangan Kawasan permukiman ini diakibatkan meningkatnya jumlah

penduduk dan semakin kompleksnya kegiatan masyarakat khususnya di Kawasan Perkotaan.

Jika diamati, pola penyebaran permukiman yang berkembang secara umum berpola linier yaitu

cenderung mengikuti pola jalan yang telah ada, sehingga di beberapa wilayah kecamatan sering

terlihat pola permukiman yang terkesan padat di sepanjang jalan utama wilayah kecamatan,

misalnya di Kecamatan Sukomoro, Baron, dan Kertosono yang berada pada ruas jalan regional

yang menghubungkan Kabupaten Nganjuk dengan Kabupaten Jombang.

Pola penyebaran permukiman dapat dikelompokkan menjadi 2, antara lain :

1) Pola penyebaran bersifat linier

Pola penyebaran yang bersifat linier ini tampak di Kecamatan Rejoso, Gondang dan

kecamatan-kecamatan di bagian Utara Kabupaten Nganjuk serta Kecamatan Loceret, Pace

yang terletak di sebelah Selatan Kabupaten Nganjuk.

2) Pola penyebaran bersifat mengelompok

Pola penyebaran yang bersifat mengelompok ini tampak di Kecamatan Sawahan, Wilangan,

Ngluyu dan Bagor pola permukiman yang terbentuk bersifat mengelompok, yang

membentuk spot-spot yang terdiri atas beberapa kelompok perumahan dan setiap

kelompok perumahan terkadang dipisahkan oleh lahan kosong berupa ladang jagung

ataupun semak belukar dan hutan.

Pola perkembangan kawasan permukiman di Kabupaten Nganjuk dewasa ini cenderung

mengarah ke daerah-daerah atau kecamatan yang berada di kawasan yang subur. Selain itu juga

terkait dengan faktor aksesbilitas, kelengkapan fasilitas dan tingkat ketersediaan utilitas,

khususnya mengenai ketersediaan jaringan air bersih. Hal ini cukup dirasakan pada wilayah

Nganjuk bagian Selatan. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka daerah dengan tingkat

(7)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Berbek, Sukomoro, Gondang dan Kertosono. Kegiatan yang dapat diambil dalam pengembangan

permukiman adalah menentukan kawasan permukiman yang bukan merupakan kawasan

konservasi sesuai dengan fungsi pola guna tanah.

Kawasan permukiman di Kabupaten Nganjuk tersebar dalam wilayah kota kecamatan

maupun permukiman di wilayah perdesaan. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Nganjuk ini

seluruhnya adalah 873 (jiwa/Km2). Dengan wilayah Kecamatan terpadat yaitu Kecamatan

Nganjuk sebesar 2.956 (jiwa/Km2). Sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatannya terkecil

adalah Kecamatan Ngluyu sebesar 168 (jiwa/Km2). Berikut merupakan gambaran umum

kondisi permukiman di kawasan perkotaan dan perdesaan.

1) Kawasan Perkotaan

Pola permukiman di kawasan perkotaan umumnya mengelompok dengan tingkat kepadatan

bangunan yang tinggi. Meskipun demikian, permukiman di kawasan perkotaan tidak dapat

dikatakan kumuh karena infrastruktur yang tersedia dapat melayani kebutuhan

penduduknya. Kawasan seperti ini dapat dilihat terutama di Kelurahan Payaman dan

Kauman Kecamatan Nganjuk. Kondisi bangunan rumah di kawasan perkotaan sebagian

besar sudah permanen.

2) Kawasan Perdesaan

Pola permukiman di kawasan perdesaan umumnya menyebar mengikuti ketersediaan

infrastruktur serta kedekatan dengan tempat bekerja penduduk. Kondisi permukiman di

kawasan ini umumnya memang kumuh karena kondisi bangunan yang sebagian besar masih

nonpermanent. Kondisi bangunan rumah yang nonpermanent di kawasan perdesaan

mencapai 60%. Meskipun kepadatan penduduk dan bangunannya tidak sepadat

permukiman kawasan perkotaan, kekumuhan permukiman kawasan perdesaan juga

disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai. Masih banyak daerah-daerah

perdesaan yang belum terlayani air bersih dan akses jalan yang kurang baik. Selain itu,

penduduk umumnya belum memiliki sistem pengelolaan persampahan dan sanitasi, baik

yang dikelola secara individu maupun komunal.

Salah satu permukiman kawasan perdesaan di Kabupaten Nganjuk yang memiliki

permasalahan cukup kompleks ialah kawasan eksodus transmigran. Kawasan eksodus

transmigran ini tersebar di 12 kecamatan Kabupaten Nganjuk yang letaknya

berbatasan langsung dengan hutan. Namun, dari keduabelas kawasan tersebut, hanya

ada 4 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk atau KK cukup besar, yaitu

Kecamatan Lengkong, Kecamatan Loceret, Kecamatan Bagor, dan Kecamatan Brebek.

(8)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

dengan status lahan hak pakai. Kondisi bangunan sebagian besar nonpermanen.

Berikut kondisi kawasan eksodus tranmigran di 4 kecamatan Kabupaten Nganjuk.

 Desa Sumberkepuh, Kecamatan Lengkong.

Di Desa Sumberkepuh, Kecamatan Lengkong ini terdapat dua lokasi eksodus

transmigran yang letaknya berdekatan, yaitu sebelah barat dan sebelah timur.

Pada kedua lokasi tersebut memiliki kesamaan karakteristik penduduk sehingga

dapat dikelompokkan menjadi satu. Penduduk di desa ini adalah transmigran yang

berasal dari Aceh. Mereka menempati kawasan ini sejak tahun 2000 dengan

jumlah 82 KK. Seluruh bangunan rumah yang ada bersifat nonpermanent yang

terbuat dari serat-serat tumbuhan. Tanah yang ditempati termasuk tanah milik

Perhutani. Pemerintah kabupaten sendiri telah menyerahkan tanah ini kepada

penduduk dengan status tanah hak pakai. Mereka menempati kawasan ini karena

sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani yang memanfaatkan

lahan-lahan di hutan. Namun, mata pencaharian ini hanya bersifat sementara

(musiman). Pada musim kemarau, banyak penduduk yang mencari pekerjaan lain

di luar kawasan tersebut sebagai pekerja kasar seperti sopir dan tukang bangunan.

 Dusun Pare, Desa Karangsono, Kecamatan Loceret.

Di Dusun Pare, Desa Karangsono, Kecamatan Loceret ini dihuni oleh 20 KK mulai

tahun 2001. Penduduuk di permukiman ini adalah transmigran yang berasal dari

Sampit. Kondisi fisik bangunan sudah ada yang permanen, persentasenya sekitar

25% dari jumlah bangunan yang ada. Tanah yang ditempati termasuk tanah milik

Perhutani. Pemerintah kabupaten sendiri telah menyerahkan tanah ini kepada

penduduk dengan status tanah hak pakai. Mereka menempati kawasan ini karena

sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani yang memanfaatkan

lahan-lahan di hutan. Namun, mata pencaharian ini hanya bersifat sementara

(musiman). Pada musim kemarau, banyak penduduk yang mencari pekerjaan lain

di luar kawasan tersebut sebagai pekerja kasar seperti sopir dan tukang bangunan.

Potensi yang dimiliki kawasan ini adalah adanya beberapa penduduk yang

memiliki ketrampilan dalam membuat kandang unggas (burung, ayam, dll),

sehingga ketrampilan ini dapat dijadikan sebagai mata pencaharian tambahan

untuk penduduk.

 Dusun Manyung, Desa Bagor Kulon, Kecamatan Bagor.

Di Dusung Manyung Desa Bagor Kulon, Kecamatan Bagor, penduduk menempati

kawasan ini sejak tahun 2000 dengan jumlah 25 KK. Seluruh bangunan rumah

(9)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Tanah yang ditempati termasuk tanah milik Perhutani. Pemerintah kabupaten

sendiri telah menyerahkan tanah ini kepada penduduk dengan status tanah hak

pakai. Mereka menempati kawasan ini karena sebagian besar penduduk

bermatapencaharian sebagai petani yang memanfaatkan lahan-lahan di hutan.

Namun, mata pencaharian ini hanya bersifat sementara (musiman). Pada musim

kemarau, banyak penduduk yang mencari pekerjaan lain di luar kawasan tersebut

sebagai pekerja kasar seperti sopir dan tukang bangunan.

 Dusun Wilangun, desa Sendangbumen, Kecamatan Brebek.

Di Dusun Wilangan, Desa Sendangbumen, Kecamatan Brebek ini terdapat dua

lokasi eksodus transmigran yang letaknya berdekatan, yaitu sebelah barat dan

sebelah timur. Pada kedua lokasi tersebut memiliki kesamaan karakteristik

penduduk sehingga dapat dikelompokkan menjadi satu. Penduduk di desa ini

adalah transmigran yang berasal dari Sampit. Mereka menempati kawasan ini

sejak tahun 2001. Jumlah penduduk yang menempati kawasan ini hingga tahun

2008 adalah 66 KK. Sebagian kecil rumah sudah ada yang dibangun secara

permanen (2%), sisanya masih dengan kondisi nonpermanen. Tanah yang

ditempati termasuk tanah milik Perhutani. Pemerintah kabupaten sendiri telah

menyerahkan tanah ini kepada penduduk dengan status tanah hak pakai. Mereka

menempati kawasan ini karena sebagian besar penduduk bermatapencaharian

sebagai petani yang memanfaatkan lahan-lahan di hutan. Namun, mata

pencaharian ini hanya bersifat sementara (musiman). Pada musim kemarau,

banyak penduduk yang mencari pekerjaan lain di luar kawasan tersebut sebagai

pekerja kasar seperti sopir dan tukang bangunan.

Kondisi permukiman kawasan eksodus transmigran beserta jumlah KK yang

menempati dapat dilihat pada Tabel V - 1.

Tabel V - 1

Kondisi Permukiman Kawasan Eksodus Transmigran Kabupaten Nganjuk

(10)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

No Lokasi Tahun

Parameter teknis wilayah pada pengembangan permukiman di Kabupaten Nganjuk, antara

lain:

1)Untuk kawasan permukiman perkotaan, kebutuhan serta pelayanan infrastruktur sudah

memenuhi standar.

2)Untuk kawasan permukiman perdesaan, kebutuhan serta pelayanan infrastruktur tidak

memenuhi standar.

3)Adanya keterkaitan antara kawasan eksodus transmigran dengan kawasan lain.

B. Aspek Pendanaan

Secara umum, pendanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman sebagian

besar masih menjadi tanggungan pemerintah pusat dan daerah baik provinsi maupun

kabupaten. Untuk kawasan permukiman perkotaan, pendanaan diperoleh dari Departemen

Pekerjaan Umum Indonesia, Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur,

Dinas Cipta Karya Kabupaten Nganjuk, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Nganjuk. Untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar kawasan perdesaan,

khususnya kawasan eksodus transmigran, sumber dana diperoleh dari departemen dan

dinas yang sama, namun ada bantuan juga dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Nganjuk. Pada wilayah perumahan yang dibangun pengembang swasta

ditanggung oleh masyarakat. Daya beli masyarakat rendah untuk itu diperlukan penyediaan

rumah sehat yang terjangkau daya beli masyarakat.

C. Aspek Kelembagaan

Kelembagaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman saat ini adalah:

1)Satker PBL Ditjen. Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum mengelola pengembangan

permukiman yang dibiayai APBN.

2)Bidang Cipta Karya Dinas PU & Kimpraswil Provinsi Jawa Timur mengelola

pengembangan permukiman yang dibiayai APBD Provinsi.

3)Bidang Cipta Karya Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Nganjuk mengelola

(11)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

4)Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Nganjuk terkait dengan penyediaan

lahan, rumah dan infrastruktur untuk masyarakat eksodus transmigran.

Permukiman di Kabupaten Nganjuk pada umumnya tidak tersebar secara merata pada

tiap-tiap desa yang ada, pada kawasan tertentu terdapat konsentrasi perumahan masyarakat

yang cukup besar, sementara pada kawasan lainnya hanya sedikit. Hal ini menyebabkan

perkembangan lahan terbangun di Kabupaten Nganjuk terlihat sangat lambat bahkan

cenderung mengalami stagnansi. Untuk bangunan rumah, meskipun secara kuantitas sudah

cukup tinggi tingkat pelayanan rumahnya, namun masih ada sebagian kecil kondisi

bangunan rumah yang kurang memadai. Masih banyak rumah yang semi permanen

berdinding kayu dan belum memiliki fasilitas MCK yang memadai.

5. Target dan Sasaran

Sasaran menjelaskan target yang harus dicapai dalam pembangunan prasarana dan

sarana dasar permukiman terdiri dari target nasional dan target daerah. Selanjutnya bagian ini

menguraikan besaran masalah yang harus diselesaikan melalui prasarana dan sarana dasar

permukiman, dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran pembangunan

prasarana dan sarana dasar permukiman.

Tabel V - 3

Permasalahan yang Dihadapi Komponen Pembangunan Prrasarana Sarana Dasar Permukiman Kabupaten Nganjuk

Kondisi Sistem yang Ada Target Nasional Rencana Strategi

Pembangunan Kota Besaran Permasalahan

 Backlog 6,7%  Kondisi rumah tangga

miskin sebesar 28,78%

Terfasilitasinya prasarana dan sarana permukiman yang layak huni dan terjangkau sebanyak 1,3 juta unit dan dukungan Rusunawa 60 ribu unit dan Rusunami 65 ribu unit dan meningkatkan permukiman di perdesaan di 665 kawasan serta terentaskannya kemiskinan 6 ribu

Adapun target dan sasaran dalam pengembangan permukiman, baik di kawasan

perkotaan dan perdesaan, antara lain:

1) Target:

 Mengurangi angka backlog rumah Kabupaten Nganjuk secara keseluruhan  Peningkatan kondisi infrastruktur di kawasan permukiman perkotaan

 Penyediaan dan peningkatan kondisi infrastruktur kawasan permukiman perdesaan  Resettlement kawasan permukiman eksodus transmigran

(12)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

 Kawasan permukiman perkotaan  Kecamatan Nganjuk (Kelurahan Payaman dan Kauman) dan seluruh IKK Kabupaten Nganjuk.

 Kawasan permukiiman perdesaan  kawasan eksodus transmigran, antara lain Kecamatan Lengkong (Desa Sumberkepuh), Kecamatan Loceret (Dusun Pare, Desa

Karangsono), Kecamatan Bagor (Dusun Manyung, Desa Bagor Kulon), Kecamatan Brebek

(Dusun Wilangan, Desa Sendangbumen)

6. Permasalahan Pembangunan Permukiman

Kecenderungan peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk, khususnya

kawasan perkotaan seiring adanya peningkatan kebutuhan akan lahan untuk tempat bermukim.

Meningkatnya permintaan akan lahan untuk bermukim ini dapat memicu terjadinya alih fungsi

lahan pertanian di kawasan perdesaan serta munculnya kawasan kumuh di kawasan perkotaan.

Dengan demikian, maka permasalahan pembangunan perkotaan :

 Di kawasan permukiman padat perkotaan tidak ditemukan permasalahan yang cukup

signifikan. Permasalahan hanya disebabkan karena kepadatan yang cukup tinggi serta

masalah penanganan sampah rumah tangga yang kurang optimal.

Adanya kawasan permukiman eksodus transmigran yang terletak di beberapa desa

juga memberikan permasalahan tersendiri di Kabupaten Nganjuk. Keberadaan permukiman ini

sebagian besar menempati lahan milik Perhutani (di pinggir hutan) dengan kondisi bangunan

yang nonpermanen. Keberadaan kawasan yang menempati lahan milik perhutani ini

memungkinkan terjadinya penggusuran oleh pemilik lahan. Selain itu, kondisi permukiman yang

ada di pinggir hutan dapat memicu kerusakan hutan karena akumulasi aktivitas penduduk

selama bertahun-tahun. Dengan demikian, maka permasalahan pembangunan perdesaan :

 Di kawasan permukiman perdesaan terutama untuk kawasan tertinggal terdapat

permasalahan kondisi infrastruktur yang sangat terbatas sehingga dapat membatasi

mobilitas dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

 Di kawasan permukiman exodus transmigran yang terdapat di beberapa lokasi terdapat

permasalahan dari sisi ketersediaan lahan untuk para penghuni, hal ini disebabkan karena

lahan yang digunakan merupakan lahan perhutani yang selama ini masih berstatus hak

pakai. Dengan demikian, keberadaan permukiman para penghuni exodus ini menjadi rawan.

8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

A. Analisis Permasalahan Permukiman di Kawasan Perkotaan

Kebutuhan rumah tahun 2008 adalah 239.516 unit sedangkan ketersediaan rumah 223.457

unit memenuhi 93,3% atau sebesar 6,7 % kebutuhan rumah yang belum terpenuhi (backlog

(13)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Tabel V - 4

Ketersediaan Rumah di Kabupaten Nganjuk

No Nama

Sumber: Kabupaten Nganjuk dalam Angka,

B. Analisis Permasalahan Pengembangan Permukiman di Kawasan Perdesaan

Untuk kawasan perdesaan, yang perlu ditingkatkan adalah kondisi permukiman yang ada di

kawasan desa tertinggal. Adapun usulan program yang dapat dilaksanakan di kawasan

tertinggal ini antara lain pemugaran rumah, peningkatan infrastruktur lingkungan (sanitasi

dan sampah).

Sedangkan untuk kawasan perdesaan tertutama di kawasan eksodus transmigran adalah

terdapat permasalahan lahan masih berstatus hak pakai. Berikut estimasi pertumbuhan

penduduk secara alamiah di kawasan eksodus transmigran dengan asumsi setiap KK

memiliki 5 anggota keluarga dan pertumbuhan penduduk kabupaten Nganjuk rata-rata

(14)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Tabel V - 5

Estimasi Jumlah Penduduk Kawasan Eksodus Transmigran di Kabupaten Nganjuk

No Lokasi Jumlah

Sumber : Hasil Analisa,

Berdasarkan penjelasan serta hasil analisis di atas, maka permasalahan permukiman di

kawasan eksodus transmigran dapat ditangani dengan cara resettlement kawasan

permukiman di dekat hutan. Dengan estimasi jumlah penduduk di atas, maka kebutuhan

rumah untuk penghuni kawasan eksodus transmigran pada tahun 2008-2009 adalah

sebesar 159 unit. Kebutuhan perumahan di kawasan eksodus transmigran dari tahun

2011-2015 dapat dilihat pada Tabel V - 6.

Tabel V - 6

Kebutuhan Rumah di Permukiman Kawasan Eksodus Transmigran kabupaten Nganjuk Tahun 2011-2015

No Lokasi

Kebutuhan Rumah

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Desa Sumberkepuh, Kecamatan Lengkong

51 51 51 51 51 51

2 Dusun Pare, Desa Karangsono, Kecamatan Loceret

19 19 19 19 19 19

3 Dusun Manyun, Desa Bagor Kulon, Kecamatan Bagor

25 25 25 25 25 25

4 Dusun Wilangun, Desa

Sendangbumen, Kecamatan Brebek

120 120 120 120 120 120

Jumlah 215 215 215 215 215 215

Resettlement kawasan permukiman eksodus transmigran terntunya memerlukan lahan

yang cukup untuk pengembangan unit-unit rumah beserta infrastrukturnya. Pengembangan

permukiman di kawasan ini lebih diarahkan kepada pengembangan permukiman rumah

sederhana yang layak huni. Berdasarkan Pedoman Teknis Pembangunan Prasarana dan

(15)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Sarana Lingkungan Perumahan Perdesaan dan Kota Kecil Dinas Pekerjaan Umum Cipta

Karya Daerah Propinsi Jawa Timur kebutuhan lahan untuk sarana dan prasaran lingkungan

perumahan perdesaan dan kota kecil adalah 40% dari seluruh kawasan perumahan. Dengan

demikian, kebutuhan lahan untuk kawasan resettlement dapat dijelaskan pada Tabel V - 7.

Tabel V - 7

Luasan Yang Diperlukan Untuk Resettlement Permukiman Eksodus Transmigran Tahun 2011-2015

8.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

8.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

Adapun usulan program pembangunan permukiman yang sesuai dalam mengatasi

permasalahan kawasan permukiman di Kabupaten Nganjuk baik kawasan perkotaan maupun

kawasan perdesaan, antara lain:

1) Penyusunan Masterplan RP4D

2) Peningkatan kualitas lingkungan kawasan permukiman perkotaan (seluruh IKK)

3) Peningkatan sarana dan prasarana dasar permukiman di kawasan desa tertinggal

4) Peningkatan sarana dan prasarana dasar di kawasan agropolitan

5) Pengembangan ketrampilan penduduk perdesaan

(16)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

8.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan

peraturan antara lain:

A. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan

amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah

kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya

pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang

terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling

tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan,

pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL).

B. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan

secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan

administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi

adalah :

1. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; 2. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

3. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan

persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang

ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur

bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan

bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28

tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi

kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran

masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

C. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang

peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung,

persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan

pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan

(17)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

(RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung

dan lingkungan.

D. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL,

maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada

skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang

cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan

gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan

melalui peraturan walikota/bupati.

E. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap

warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada

setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga

terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

A. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

• Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

• Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;

• Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional. B. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

• Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

• Pelatihan teknis.

C. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

• Paket dan Replikasi.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Di dalam perencanaan sebuah kawasan, unsur bangunan dan lingkungan mempunyai

peran yang sangat penting. Terutama terhadap hal-hal yang menyangkut unsur estetika,

(18)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan

lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan

gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya

bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah:

(1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak

huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam

penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan lingkungan

antara lain:

1) Peran dan fungsi Kabupaten Nganjuk,

2) Rencana pembangunan Kabupaten Nganjuk,

3) Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten Nganjuk bersangkutan, seperti

struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya,

4) Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan,

5) Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan)

Pengembangan Kota,

6) Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan,

7) Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan pada setiap

tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap

perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik,

8) Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia,

9) Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan lingkungan

pada kota bersangkutan,

10) Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tetapi

juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan,

11) Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta,

12) Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,

13) Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal

pemulihan biaya investasi,

14) Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan, perlu

dilakukan identifikasi lebih lanjut,

15) Safeguard sosial dan lingkungan,

16) Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis

(19)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan

Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya

mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan

Pemerintah Daerah Kabupaten dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang

merupakan kewenangan pusat.

Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan

secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun

oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif dan responsif.

Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni: mengurangi sampai

setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan

mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses

terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas

lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat

setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara aktif. Penyelenggaraan pengembangan

lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensive dengan berbasis konsep tridaya

melalui proses pemberdayaan masyarakat sesuai siklus P2KP.

Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut :

 Saat ini undang-undang mengenai bangunan gedung belum disahkan menjadi Perda mengenai Penataan Bangunan dan Lingkungan. Ini berdampak pada tidak tertibnya dan

ketidaksesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan pada masa-masa mendatang.

 Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang terhadap penataan bangunan gedung. Ini mengakibatkan tidak ada sanksi yang tegas

terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembanguan gedung yang

tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

 Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan aglomerasi perkotaan

Kabupaten Nganjuk, sehingga sering menyulitkan penanggulangan terhadap bencana

(20)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Di kawasan perkotaan Kabupaten Nganjuk, kondisi bangunan gedung secara fisik

sebagian besar sudah permanen. Peningkatan jumlah penduduk secara pesat yang dialami

kawasan perkotaan berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk tempat

bermukim. Dengan demikian, munculah bangunan-bangunan rumah yang dari tahun ke tahun

jumlahnya cenderung meningkat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kepadatan penduduk

dan bangunan yang terkonsentrasi di kawasan perkotaan.

Meskipun hingga saat ini infrastruktur yang ada di kawasan perkotaan masih dapat

melayani kebutuhan masyarakat, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi penurunan

pelayanan apabila perkembangan kawasan perkotaan tidak dikendalikan. Mengingat

Pemerintah Kabupaten Nganjuk belum mengesahkan peraturan daerah mengenai penataan

bangunan dan lingkungan, maka tindakan tegas dan upaya pengendalian tidak dapat dilakukan

dalam mengantisipasi terjadinya pelanggaran.

A. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan

Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kabupaten kota di wilayah

Kabupaten Nganjuk disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan

dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya.

Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada Aturan-aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien

Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk daerah-daerah

rawan bencana misalnya kebakaran dan banjir, maka disyaratkan bangunan-bangunan

tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana

tersebut.

B. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran

Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penanggulangan bencana

kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang pemadam, seharusnya

dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan

pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, pusat perbelanjaan dan lain-lain.

Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana

hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah

ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadaan hidran ini sangat penting

untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja bila

tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban

jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan membuat rencana induk

sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah

(21)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

C. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan

Beberapa daerah kawasan di Kabupaten Nganjuk memang telah memiliki rencana tata

bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat penegakan aturan tata bangunan dan

lingkungan tersebut karena belum memiliki RTBL yang berarti belum memiliki landasan

hukum untuk ditegakkan. Keadaan demikian tentu saja sangat mengganggu proses

perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik

terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka

bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi lahan/kawasan. Akhirnya

ini berdampak pada tidak tertibnya kawasan yang telah direncanakan dan akan

menurunkannya citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta

kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.

8.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

A.

Analisis Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Di Kabupaten Nganjuk, khususnya daerah IKK memiliki kepadatan bangunan yang cukup

tinggi. Namun ketinggian bangunan tidak ada yang melebihi ketentuan. Dengan demikian,

RISPK belum menjadi prioritas dalam usulan program. Dalam penataan bangunan gedung

dan lingkungan diperlukan pengendalian bangunan terutama di IKK. Dengan demikian

diperlukan pengesahan Perda mengenai penataan bangunan dan lingkungan. Adanya

Perda penataan bangunan dan lingkungan tersebut diharapkan dapat mengendalikan

bangunan-bangunan di kawasan yang berkembang dengan pesat melalui legalisasi

bangunan oleh pemerintah daerah.

Pada kawasan permukiman perkotaan yang padat sebagai dampak peningkatan jumlah

penduduk tiap tahun, diperlukan adanya penataan lingkungan dengan penyediaan RTH,

baik di tiap persil rumah, di lingkungan perumahan (perkampungan), maupun dalam skala

kota.

Upaya penataan bangunan gedung dan lingkungan juga diperlukan dalam mengoptimalkan

potensi Kabupaten Nganjuk pada aspek pertanian. Adanya potensi kawasan agropolitan

yang meliputi Kecamatan Nganjuk sebagai penyedia produk pertanian serta Kecamatan

Sukomoro sebagai pusat distribusi hasil pertanian, maka diperlukan sebuah upaya

penataan lingkungan agar akses dan infrastruktur yang ada dapat mendukung keberadaan

pusat distribusi tersebut.

B.

Rekomendasi

Melihat kondisi eksisting dan permasalahan yang terjadi pada bidang penataan bangunan

dan lingkungan di Kabupaten Nganjuk, maka rekomendasi yang diberikan antara lain:

(22)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

2) Pemerintah Kabupaten Nganjuk harus segera mengesahkan undang-undang

penataan bangunan dan lingkungan

3) Pemerintah Kabupaten Nganjuk melakukan sosialisasi dan himbauan kepada

masyarakat di kawasan perkotaan untuk melakukan penghijauan.

8.2.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL

8.2.5. Usulan Program dan Kegiatan A. Usulan dan Prioritas Program

Berdasarkan kondisi eksisting serta permasalahan yang terjadi pada bidang penataan

bangunan dan lingkungan, maka beberapa program yang akan diusulkan antara lain:

1) Penyusunan RTBL pada Kawasan Perkotaan dan Kawasan Agropolitan Kabupaten

Nganjuk

2) Penyusunan dan pengesahan Perda Kabupaten Nganjuk mengenai Penataan Bangunan

Gedung dan Lingkungan

3) Penyediaan serta peningkatan fungsi ruang terbuka hijau perkotaan

B. Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan

Dalam pelaksanaan program tersebut, maka biaya yang diperlukan dari tahun 2012 hingga

2016 untuk Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah sebesar Rp. 50.615.000.000,-

dengan rincian sumber pendanaan sebagai berikut:

APBN sebesar Rp. 38.600.000.000,-

APBD I sebesar Rp. 7.050.000.000,-

APBD II sebesar Rp. 4.965.000.000,-

Untuk melihat progam serta pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten

Nganjuk dapat dilihat pada lampiran 2 (Matriks Usulan dan Prioritas Penataan Bangunan

dan Lingkungan).

8.3. Sistem Penyediaan Air Minum

8.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan system

penyediaan air minum (SPAM) antara lain:

A. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum

(23)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

B. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah

aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

C. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas

dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen,

keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan

penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut

juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian,

keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan,

kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

D. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/penyediaan

air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun,

memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk

melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan

sejahtera.

E. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui

Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan

terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari. SPAM dapat dilakukan

melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan

perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit

pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur

pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan,

atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/tanggung

jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam

mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan

yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan, seperti yang

(24)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

8.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

I. Umum

Sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Nganjuk ada beberapa

macam, yaitu PDAM, HIPPAM & KSM, serta sumur dangkal. Prosentase penggunaan

masing-masing sarana air tersebut dapat dilihat pada Tabel V - 23. Untuk lebih jelasnya, sistem penyediaan air bersih Kabupaten Nganjuk akan diuraikan lebih lanjut pada subbab-subbab di

bawah ini.

Tabel V - 23

Pelayanan Air Bersih Bagi Penduduk Kabupaten Nganjuk

No % Penduduk Terlayani Air Bersih Terlayani Oleh

1 85 Sumur Dangkal

2 8 PDAM

3 7 HIPPAM dan KSM

Total 100

Sumber : Hasil Analisis,

Dikabupaten Nganjuk 8 % penduduknya terlayani oleh PDAM Kabupaten Nganjuk, yang

mempunyai kapasitas terpasang sebesar 285 L/dt sampai dengan bulan Agustus 2006 dengan

jumlah sambungan terpasang 14.695 unit yang tersebar di BNA Nganjuk, IKK Kertosono, IKK

Berbek (termasuk Sawahan), IKK Lengkong (termasuk Unit Jatikalen), IKK Loceret, IKK

Wilangan, IKK Bagor, IKK Gondang (termasuk Unit Ngluyu), IKK Rejoso, IKK Tanjunganom, IKK

Baron, IKK Prambon, dan Unit Ngetos.

Untuk beberapa kecamatan di kabupaten Nganjuk terdapat kawasan rawan air minum

yaitu di Kecamatan :

1) Desa Genjeng Kecamatan Loceret  Terdapat 120 KK

 Pada tahun 2008 sudah ada pemasangan sistem perpipaan PDAM di daerah tersebut, namun hingga sekarang belum pernah mengalir (belum mendapat penjelasan dari

PDAM).

 Terdapat bantuan sumur pompa, namun kondisinya sekarang rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

 Di Desa Genjeng ini terdapat 12 tandon yang melayani 120 KK yang ada.

 Selama ini masyarakat memanfaatkan air bersih dari air sungai yang dilakukan sistem buka tutup (hanya teraliri air hari sabtu dan minggu). Air dari sungai tersebut masuk

(25)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

 Cara masyarakat untuk mengambil air ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui pipa yang memanfaatkan gravitasi dan juga dengan cara mengambil air langsung dari

tandon penampungan dengan menggunakan ember.

 Di Desa Genjang sejak tahun 2007 mendapat bantuan lewat dana APBN untuk mengaliri masyarakat Desa Genjang yang sumbernya diambil dari sumber Mamang

Desa Bajulan dengan data pelanggan sebanyak 82 sambungan.

2) Desa Mojoduwur, Kecamatan Ngetos

 Sebesar 40% dari jumlah penduduk di Desa Mojoduwur sudah terlayani PDAM melalui sistem perpipaan.

 Terdapat 2 dusun yang termasuk dalam kategori rawan air yaitu dusun sanan dan Dusun Jatirejo.

 Di Dusun Sanan terdapat sumur bor yang menggunakan tenaga surya, yang mampu melayani hingga 30 KK.

 Di Dusun Jatirejo terdapat sumur pompa, namun kondisinya sekarang rusak sehingga selama ini untuk Dusun Jatirejo kebutuhan air bersihnya terlayani dari sumber air di

Desa Suru.

 Terdapat sumber air yang belum termanfaatkan di Dusun Portulis Desa Suru.

II. Kebijakan Program dan Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Pembahasan arah pengembangan Kabupaten Nganjuk dalam lingkup regional akan

mencakup arahan Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Rencana Pembangunan Lima Tahun

Daerah Tingkat I dan II serta arahan Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi (RSTRP) Dati I Jawa

Timur dan Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) Kabupaten Nganjuk.

Atas dasar pertimbangan kebijaksanaan tata ruang terpadu serta dengan

mempertimbangkan tingkat pelayanan pembangunan dan administrasi pemerintahan dapat

berlangsung secara lebih efektif dan efisien, maka Propinsi Dati I Jawa Timur dapat dibagi

menjadi 5 (lima) Satuan Wilayah Pembangunan (SWP).

Kabupaten Nganjuk dalam hal ini masuk dalam SWP 13.7, bersama dengan

Kabupaten/Kotamadya Daerah tingkat II Kediri, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, dan

Jombang. Sesuai potensinya, wilayah ini diarahkan untuk pengembangan Pertanian, Industri,

Perhubungan, Pariwisata, Pertambangan, Lingkungan Hidup, dan Perdagangan.

Salah satu permasalahan penting yang menjadi tanggung jawab Pemerintah dipertegas

dengan PP 16/2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum karena air minum

merupakan kebutuhan dasar manusia yang mutlak harus dipenuhi, karena jika tidak akan

(26)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

ini, maka perlu adanya pengolahan dan pengelolaan dengan baik di bidang air minum bagi suatu

daerah.

Sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Nganjuk ada beberapa

macam, yaitu PDAM, HIPPAM & KSM, serta sumur dangkal. Prosentase penggunaan

masing-masing sarana air tersebut yaitu 85% diantaranya terlayani oleh sumur dangkal, 7% terlayani

oleh HIPPAM dan KSM, dan sebanyak 8% penduduk Kabupaten Nganjuk terlayani oleh PDAM

Kabupaten Nganjuk, yang mempunyai kapasitas terpasang sebesar 285 liter/detik sampai

dengan bulan Agustus 2006 dengan jumlah sambungan terpasang 14.695 unit yang tersebar di

BNA Nganjuk, IKK Kertosono, IKK Berbek (termasuk Sawahan), IKK Lengkong (termasuk unit

Jatikalen), IKK Loceret, IKK Wilangan, IKK Bagor, IKK Gondang (termasuk unit Ngluyu), IKK

Rejoso, IKK Tanjunganom, IKK Baron, IKK Prambon, dan Unit Ngetos. Dan jumlah produksi air

minum yang dihasilkan pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel V - 24

Produksi Air Minum Per Bulan Kabupaten Nganjuk Tahun 2008

No Bulan Jumlah Produksi

( M3 )

1 Januari 276.721

2 Febuari 271.317

3 Maret 256.406

4 April 165.280

5 Mei 264.555

6 Juni 265.780

7 Juli 276.350

8 Agustus 267.862

9 September 257.033

10 Oktober 313.166

11 Nopember 280.919

12 Desember 264.541

Jumlah 2008 3.260.530

Jumlah 2007 3.220.727

Jumlah 2006 3.090.105

Jumlah 2005 3.140.106

Jumlah 2004 3.401.598

Sumber : PDAM Kab Nganjuk

Kondisi Sistem Sarana dan Prasana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

A. Sistem Non-Perpipaan 1) Aspek Teknis

Sebagian besar penduduk Kabupaten Nganjuk menggunakan air sumur dangkal untuk

keperluan sehari-hari. Pada tahun 2006, prosentase pengunaan sumur dangkal oleh

masyarakat sebanyak 85% dari total sarana air bersih yang digunakan. Sumur dangkal

(27)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

diluar Kota Nganjuk kedalaman sumur berkisar + 4 meter, hal ini disebabkan wilayah

di luar Kota Nganjuk didominasi oleh dataran tinggi.

2) Aspek Pendanaan

Sumber pembiayaan dari sistem non perpipaan atau swadaya ini adalah dari

masyarakat sendiri, Sebagai instansi yang bertanggungjawab untuk pengelolaan air

bersih diseluruh Kabupaten Nganjuk, maka PDAM menjalankan fungsinya sebagai

Pembina Teknis Operasional.

3) Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Pengelolaan sistem air bersih non-perpipaan dengan pembuatan sumur gali dikelola

oleh masing-masing pemilik sumur gali (keluarga).

B. Sistem Perpipaan 1) Aspek Teknis

PDAM Kabupaten Nganjuk memanfaatkan air permukaan dan air tanah sebagai sumber

air bakunya. Sebagian besar air tanah didapat melalui sumur bor, sedangkan sisanya

memanfaatkan air baku dari sumber mata air maupun air permukaan/sungai. Kegiatan

produksi dan distribusinya banyak digunakan sistem perpompaan, sehingga daya

pembangkit listrik dari PLN maupun Genset Mutlak diperlukan.

Pembentukan Zona

Pengembangan pembentukan zona pendistribusian air minum PDAM yaitu dengan cara

mengembangkan sistem lama dengan perluasan wilayah pelayanan dan

mengembangan sistem baru untuk IKK yang belum mempunyai sistem yang dikelola

oleh PDAM.

2) Aspek Pendanaan

Kegiatan operasional dilihat dari sisi keuangan tidak jauh berbeda dengan tahun

sebelumnya, dimana posisi keuangan masih menunjukkan perlu perbaikan dalam

pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Hal ini disebabkan tarip dasar air masih dibawah

harga produksi yaitu tarip Rp. 1000,- sedangkan biaya produksi Rp. 2.200/m3

(tergantung pada kelompok pelanggannya) belum mengalami penyesuaian seiring

dengan meningkatnya biaya-biaya akibat kenaikan BBM dan TDL serta bahan

pembantu lainnya.

Sumber pembiayaan dari sistem perpipaan dibiayai oleh PDAM Kabupaten Nganjuk.

3) Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Susunan organisasi dan tata kerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten

(28)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

1998, tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja PDAM Kabupaten

Daerah Tingkat II Nganjuk.

Dari hasil data yang ada gambaran umum sistem pelayanan air bersih di Kabupaten

Nganjuk berkaitan pengelola, tingkat pelayanan, sumber air baku, kapasitas sub sistem, jumlah

sambungan, jam operasi sub. sistem, kehilangan air, jam operasi pelayanan, retribusi dan

tekanan pada jaringan distribusi dapat disajikan dalam Tabel 5 - 25.

Tabel V - 25

Gambaran Umum Sistem Pelayanan Kabupaten Nganjuk

No Uraian Satuan Sistem Non

Perpipaan Sistem Perpipaan Keterangan

1. Pengelola - Masyarakat PDAM, HIPPAM,

8. Jam Operasi Pelayanan Jam/hari 19-24 Jam

9. Retribusi Rp/m3 Rp 550-4.380

Sumber: Hasil Analisis,

Dari hasil evaluasi sistem, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pengembangan sistem

di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan prosentase pelayanan sebesar 7% dari kebutuhan air bersih Kabupaten

Nganjuk sampai dengan tahun 2015 untuk mencapai kebijakan dan strategi nasional

pengembangan SPAM sesuai dengan target MDGs.

2. Optimalisasi sistem dan perbaikan sistem pendistribusian untuk saat ini.

3. Penurunan tingkat kebocoran air.

4. Pengembangan sistem lama dengan perluasan wilayah pelayanan.

5. Pengembangan sistem baru untuk IKK yang belum mempunyai sistem yang dikelola

oleh PDAM.

6. Adanya kerusakan struktur tanah pada sumur bor didesa Begadung Kecamatan

Nganjuk sehingga menimbulkan 7 desa terdampak kepuasan pelayanan air PDAM.

(29)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Desa Werungotok, Desa Sugihwaras, Desa Kedungdowo, Desa Buluputren. Kondisi

sumur bor PDAM di Desa Begadung dapat dilihat pada Gambar 5 - 21.

Gambar 5 - 21

Kerusakan Struktur Tanah pada Sumur Bor di Desa Begadung

Adanya beberapa permasalahan baik secara kuantitas maupun secara kualitas sumber

daya air, yaitu:

a. Beragamnya kondisi geografi dan intensitas infiltrasi yang tidak berjalan semestinya

(proses alami) akibat gangguan siklus hidrologi menyebabkan berbagai masalah

lingkungan.

b. Perubahan tata guna lahan yang tidak semestinya dapat mengganggu keseimbangan

alam/siklus hidrologi.

c. Kesalahan pemilihan konstruksi bangunan sumber air dan kurangnya pemeliharaan

terhadap sumber-sumber air yang ada.

d. Pengeboran air tanah secara tak terkendali yang dilakukan oleh perusahaan komersil

dan industri yang dapat menyebabkan turunnya muka air tanah.

e. Meningkatnya pembuangan limbah (padat maupun cair) baik di atas permukaan tanah

maupun badan air.

f. Kondisi tanah/bebatuan di daerah Kabupaten Nganjuk mengakibatkan 38% dari total air

sumur dangkal tidak aman digunakan sebagai bahan baku untuk air minum karena

mengandung Fe dan kesadahan melebihi standar air minum yang telah ditetapkan.

g. Adanya persaingan penggunaan air, antara masyarakat dan PDAM dalam pembagian dan

pemanfaatan air dari mata air Singokromo.

8.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum I. Study Kelayakan

Sumber air dinyatakan layak digunakan sebagai sumber air baku, jika memenuhi

kriteria sebagai berikut :

(30)

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019

Hal ini dimaksudkan agar tidak sampai terjadi kekurangan suplai air pada saat

pemanfaatannya untuk air baku, terutama saat debit minimal pada musim kemarau. Karena

jika debit airnya sampai lebih kecil dari yang direncanakan, maka konstruksi yang dilakukan

pada sumber itu menjadi terlalu berlebihan dan tidak ekonomis. Di sisi lain kekurangan air

bakunya terpaksa diatasi dengan mengeksplorasi sumber air baru, yang dengan sendirinya

membutuhkan tambahan biaya sebagai investasi baru.

Tidak ada / sedikit pihak yg memanfaatkan

Bila terdapat banyak pilihan sumber air yang layak dimanfaatkan untuk air baku, maka

sebaiknya dipilih yang belum termanfaatkan oleh pihak lain, baik oleh institusi pemerintah,

swasta, ataupun masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya

perselisihan atau perbedaan pendapat mengenai pemanfaatannya, baik mencakup pilihan

model eksplorasi, jenis konstruksi, besaran debit yang dapat/ boleh digunakan oleh

masing-masing pihak, maupun tanggung jawab pengelolaan sumber air, terutama menyangkut

operasional-pemeliharaannya.

Kualitas airnya layak untuk air baku

Air yang dihasilkan sumber mata air dan air tanah (dalam) umumnya berkualitas baik,

terutama yang dihasilkan lapisan akuifer tertekan karena tidak terkontaminasi dari

lingkungan sekitarnya. Sedangkan yang dihasilkan dari sumber air permukaan (sungai),

kualitas air yang didapatkan perlu diteliti lebih lanjut, karena sungai sangat mudah tercemar

buangan yang berasal dari limbah, baik padat ataupun cair. Kualitas air sungai yang layak

digunakan untuk air baku harus memenuhi kriteria air baku menurut SNI atau WHO, atau

standar lain yang telah diakui.

Mudah dieksplorasi/ dikonstruksi secara ekonomis

Ini perlu dikedepankan karena menyangkut biaya investasi untuk eksplorasi dan kontruksi

sumber air, yang pada akhirnya berpengaruh pada biaya produksi air bersih yang harus

ditanggung PDAM. Teknologi yang canggih tidak selalu mengakibatkan biaya tinggi, namun

sebaliknya tidak juga dilaksanakan dengan biaya murah, karena pemilihan suatu jenis

teknologi akan berimplikasi pada penyediaan/ alokasi sumber daya, baik material, barang,

dan manusia, serta alokasi waktu. Biaya investasi yang dibutuhkan di sini tidak hanya

menyangkut eksplorasi/ konstruksi di sumber airnya saja, tetapi juga fasilitas penunjangnya

sampai ke pusat distribusi air.

Disepakati para stakeholder terkait

Ini menyangkut masalah kewenangan untuk mengeksplorasi maupun mengelola sumber air.

Stakeholder yang dimaksudkan di sini adalah semua pihak yang berpengaruh dan atau

Gambar

Tabel V - 4 Ketersediaan Rumah di Kabupaten Nganjuk
Tabel  V - 5 Estimasi Jumlah Penduduk Kawasan Eksodus Transmigran di Kabupaten Nganjuk
Tabel V - 7 Luasan Yang Diperlukan Untuk Resettlement Permukiman Eksodus Transmigran
Tabel V - 24
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber Data: Diolah Dari Hasil Angket Penilaian Validasi Oleh Ahli Media Pengembangan Buku Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Anak Tunarungu. Dari hasil

Jumlah pasangan yang diperlukan tergantung pada peluang karakteristik p, jumlah bit subkey yang dihitung serentak,k, jumlah rata-rata per pasangan yang

sebuah realita yang sering menjadi penghambat dari tercapainya kehidupan harmonis yang keberadaanya tidak bisa dilupakan adalah sangat majemuknya kehidupan manusia baik dari

sebesar paling tinggi 100% (seratus per seratus) dari PBB-P2 yang terutang dalam bal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud dalam

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK PARKIR YANG TERUTANG. KESATU :

Bahan penelitian adalah data rekam medis pasien kanker kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang memuat data mengenai jenis kelamin, umur, pekerjaan, predileksi tertinggi

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan ketaqwaan,

Analisis Faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak diubah menjadi