Program penyehatan PDAM meliputi beberapa proses, yaitu:
B. Drainase Mikro
Mayoritas saluran di Kabupaten Nganjuk masih berfungsi ganda yaitu sebagai irigasi dan drainase. Saluran ini ada yang terbuka dan ada yang tertutup, terutama daerah pusat kota. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.
Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan. Hasil pengamatan lapangan terhadap saluran eksisting yang ada di kabupaten Nganjuk adalah sebagai berikut:
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019
Genangan yang terjadi kebanyakan disebabkan oleh kapasitas saluran kurang, dan kurangnya tali air, terutama disepanjang saluran yang ada di sisi jalan.
Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya perawatan, sehingga banyak gorong –
gorong dan tali air yang tersumbat.
Sistem saluran yang ada belum ter-integrasi secara baik, terutama dalam rumusan kapasitas saluran terhadap area yang dilayani, sehingga ada saluran yang melayani area terlalu luas.
Masalah kemiringan dasar saluran juga memerlukan penanganan. Perubahan kemiringan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya sedimentasi.
Kerusakan – kerusakan pada saluran dan gorong – gorong juga menjadi salah satu penyebab yang menimbulkan genangan.
Sedimentasi dan timbunan sampah merupakan masalah yang ditemui di lapangan. Inlet saluran tidak berfungsi dengan baik, sehingga limpasan air permukaan tidak
dapat masuk dengan lancar ke saluran yang ada.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat kebersihan saluran.
Institusi yang bertanggung jawab pada sektor drainase adalah Seksi Permukiman Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Nganjuk bidang perumahan dan permukiman.
Pengelolaan drainase biasanya dibiayai oleh APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.
Indikasi permasalahan menyangkut isu–isu penting yang terkait dengan Program Investasi Jangka Menengah untuk komponen drainase di kabupaten Nganjuk, yaitu meliputi permasalahan genangan, kebijakan pembangunan antar kawasan, koordinasi pengawasan pembangunan dan kondisi eksisting sistem drainase.
Komponen drainase yang dimaksud adalah sebagaimana uraian berikut ini: A. Genangan
Genangan dengan parameter luas genangan, tinggi genangan, dan lamanya genangan merupakan permasalahan utama yang menjadi fokus perhatian studi. Terjadinya genangan pada beberapa lokasi di kabupaten Nganjuk secara pasti akan menimbulkan permasalahan berkelanjutan pada sistem interaksi sosial, ekonomi, budaya, dan aspek interaksi masyarakat lainnya. Dari hasil inventarisasi terdapat 21 lokasi genangan di Kabupaten Nganjuk. Data selengkapnya mengenai lokasi, parameter genangan, dampak, dan masalah atau penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel V - 13
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019
No Lokasi Luas (Ha) Lama Genangan Tinggi Genangan Penyebab Kota Nganjuk
1 Jl. Teuku Umar I 8 2-3 jam 20-30 cm Saluran yang ada kapasitasnya kecil
2 Jl. A. Yani V 2-3 jam 20-30 cm Saluran yang ada kapasitasnya kecil
3 Jl. A. Yani III 2-3 jam 20-30 cm Saluran yang ada kapasitasnya kecil 4 Jl. Dermojoyo 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan 5 Jl. Imam Bonjol 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan 6 Jl. Mastrip 10 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan
7 Jl. Mastrip I 2-3 jam 20-30 cm Saluran belum terbangun keseluruhan
8 Jl. Mastrip II 2-3 jam 20-30 cm Saluran belum terbangun keseluruhan
9 Jl. Merdeka 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan 10 Jl. Kartini 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan 11 Jl. Diponegoro 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan 12 Jl. A. Rahman Saleh 12 2-3 jam 20-30 cm Saluran yang ada kapasitasnya kecil 13 Jl. Kapten Kasihin 2-3 jam 20-30 cm Saluran belum terbangun keseluruhan 14 Jl. Veteran 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan 15 Jl. Wahid Hasyim 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan 16 Jl. Gubernur Suryo I 2-3 jam 20-30 cm Saluran belum terbangun keseluruhan
17 Jl. AS Tubun 2-3 jam 20-30 cm Saluran belum terbangun keseluruhan
18 Jl. Jagung Suprapto 2-3 jam 20-30 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan Kota Kertosono
19 Daerah genangan A. Yani 1,65 2 jam 30 cm Banyak sedimen di saluran & kapasitas kecil 20 Daerah genangan Desa Tembarak 1,5 2 jam 50 cm Banyak sedimen di saluran& penyempitan 21 Daerah genangan pasar 1 2 jam 40 cm Saluran yang ada kapasitasnya kecil
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nganjuk, 2007-2027
Dari hasil inventarisasi serta informasi dari berbagai sumber, penyebab terjadinya genangan tersebut antara lain adalah:
1) Luapan dari beberapa sungai yang disebabkan oleh :
Kapasitas sungai yang ada tidak mampu menampung debit banjir yang terjadi; Pada beberapa lokasi penampang hidrolis yang ada tidak memadai atau tidak
dapat menampung debit banjir yang ada;
Pada beberapa lokasi penampang hidrolis sungai berkurang akibat dari terjadinya sedimentasi dan penyempitan penampang sungai.
Akibat kerusakan tanggul sungai dan bocoran – bocoran yang tidak segera diatasi, sehingga semakin membesar tingkat kerusakan,
2) Elevasi dari beberapa area berada di bawah elevasi muka air banjir sungai, bahkan beberapa lokasi elevasinya berada di bawah muka air normal sungai. Dengan kondisi tersebut debit limpasan tidak bisa segera dibuang ke sungai, dan jika terjadi kebocoran pada tanggul sungai dapat menyebabkan genangan pada areal yang sangat luas.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Nganjuk 2015-2019
3) Sistem pembuang yang ada belum dibagi menurut sistem pembagian block plan yang ideal, sehingga ada sungai yang melayani area terlalu besar, dan akibatnya kapasitas sungai tidak mampu menampung debit yang terjadi.
4) Luapan dari sistem pembuang yang ada sebagai akibat pendangkalan, penyempitan dan penyumbatan oleh sampah;
5) Luapan akibat gorong – gorong, sypon, dan pintu pengatur tersumbat atau tidak berfungsi;
6) Inlet saluran tidak tepat posisinya, terlalu tinggi dan sering tersumbat oleh pasir/tanah dan sampah sehingga limpasan air hujan tidak bisa/kurang lancar masuk ke sistem saluran drainase yang ada.
7) Luapan akibat penggunaan bantaran sungai untuk kepentingan yang tidak semestinya; 8) Akibat aliran permukaan (“debit run off”) pada saat hujan yang tidak bisa segera
dibuang atau dialirkan ke sungai atau sistem pembuang yang ada, karena pada saat bersamaan sungai yang ada sudah penuh sehingga tidak mampu menampung tambahan debit dari aliran permukaan;
9) Berkurangnya luas areal resapan akibat perubahan penggunanaan lahan (untuk permukiman, dan lain sebagainya);
10) Kondisi fisik jaringan drainase yang ada sudah kurang memadai, sehingga sering terjadi kebocoran dan luapan pada tanggul saluran;
11) Tidak terdapatnya sistem (jaringan) drainase yang memadai pada kawasan atau lokasi rawan banjir, sehingga debit akibat aliran permukaan tidak bisa dibuang/dialirkan secara cepat.