• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN PONOROGO - DOCRPIJM 1503651208BAB 10 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN PONOROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB X ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN PONOROGO - DOCRPIJM 1503651208BAB 10 ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN PONOROGO"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

.

BAB X

ASPEK KELEMBAGAAN

KABUPATEN PONOROGO

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang

optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar

dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan

sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang

ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi

melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari

kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga,

penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai

satu kesatuan.

10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan

peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah

organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah

adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran

organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor

kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas

(2)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena

itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak

senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib

yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk

melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini

dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib

yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah

satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi

dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan,

Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang

diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling

banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang

(3)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Gambar 10.1

Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan

kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan

kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia

aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem

perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya

untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti

perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di

berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan

instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap

dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP,

mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan

akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30

Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi

Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi

(4)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi

pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah

dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar

birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan

disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan

program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen

perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi

manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai

peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan

fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata

laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan

fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen

pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,

asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

(APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan

Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit

kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada

(5)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Gambar 10.2

Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh

proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan

fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah.

Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna

terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi

(6)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai

menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu

diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk

memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang

Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar

Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang

menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang

ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari

beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya

untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam

koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi

dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang

baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat

daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah

Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi

ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan

Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk

memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan

minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan

tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang

keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan,

(7)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan

Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai

Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam

menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan

formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus

diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam

keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan,

sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan

perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan

peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya

untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan

pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang

definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka

diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

10.2. Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Ponorogo

Beberapa kelembagaan pemerintah Kabupaten Ponorogo yang terkait dengan

kegiatan RPIJM PU/Cipta Karya antara lain Bappeda dan Dinas Pekerjaan Umum.

10.2.1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo

A. Oganisasi dan Tata Laksana (ORTALA)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Ponorogo dijelaskan bahwa Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah

yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan

daerah dan penanaman modal. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas,

(8)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan dan penanaman modal;

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan dan penanaman modal;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan dan

penanaman modal;

d. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

Adapun struktur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Ponorogo, terdiri dari :

1. Kepala Badan

2. Sekretariat, terdiri dari:

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian,

b. Sub Bagian Keuangan,

c. Sub Bagian Penyusunan Program dan Pelaporan.

3. Bidang Perekonomian, terdiri dari:

a. Sub Bidang Pertanian,

b. Sub Bidang Industri, Perdagangan, Koperasi dan Energi dan Sumber Daya

Mineral.

4. Bidang Sosial Budaya, terdiri dari:

a. Sub Bidang Kesejahteraan Sosial,

b. Sub Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Pemerintahan.

5. Bidang Prasarana, terdiri dari:

a. Sub Bidang Prasarana Wilayah,

b. Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

6. Bidang Statistik, Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari :

a. Sub Bidang Statistik,

b. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.

7. Bidang Penanaman Modal, terdiri dari :

a. Sub Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Kerjasama,

b. Sub Bidang Informasi dan Promosi.

(9)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Gambar 10.3 Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten Ponorogo

10.2.2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo

A. Oganisasi dan Tata Laksana (ORTALA)

Berdasarkan Peraturan Bupati Ponorogo Nomor 64 tahun 2008 Tentang Uraian

Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo dijelaskan bahwa

kedudukan, tugas, dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo antara lain:

1. Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang

pekerjaan umum, penata ruang, perumahan dan energi dan sumber daya mineral

yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung

jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan

urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di

bidang pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan, dan energi dan sumber daya

mineral.

3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana simaksudkan pada ayat (2), Dinas

Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum, penataan ruangg,

(10)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan, dan energi dan sumber daya

mineral;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum, penataan runag,

perumahan dan energi dan sumber daya mineral;

d. Penyelenggaraan dan pengelolaan administrasi dan urusan rumah tangga Dinas;

e. Pelaksanaan koordinasi dengan lembaga pemerintah/swasta yang berkaitan

dengan lingkup tugas di bidang pekerjaan umum, penataan runag, perumahan

dan energi dan sumber daya mineral;

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Ponorogo memiliki visi dan misi. Visi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo yaitu

“Tersedianya Infrastruktur Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Memadai, Bermanfaat dan Berkelanjutan (sustainable) untuk Mewujudkan Ponorogo Mukti Wibowo 2010”. Untuk

mencapai visi tersebut maka diperlukan misi.. Adapun misi dari Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Ponorogo diantaranya adalah:

1. Menata ruang Kabupaten Ponorogo yang aman, tertib lancar dan serasi (ATLAS)

serta berkualitas dan berkelanjutan.

2. Menata Kawasan Perkotaan dan Perdesaan dalam rangka mendorong

pengembangan ekonomi lokal, pengembangan sosial dan budaya lokal.

3. Memenuhi kebutuhan infrastruktur permukiman dan prasarana wilayah di bidang

sumber daya air untuk mendukung ketahanan pangan melalui pengembangan

jaringan irigasi serta mengamankan pusat-pusat produksi dan perumahan dari

bahaya daya rusak air.

4. Memenuhi kebutuhan infrastruktur permukiman dan prasarana wilayah di bidang

permukiman untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak huni.

5. Memenuhi kebutuhan infrastruktur permukiman dan prasarana wilayah di bidang

kebersihan dan pertamanan dalam rangka mendorong pencapaian ATLAS.

6. Melaksanakan pembinaan terhadap kegiatan jasa konstruksi, baik secara

administrasi maupun teknis, guna mendorong berkembangnya industri konstruksi

yang kompetitif.

(11)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Dinas Pekerjaan umum (PU) merupakan leading sector dalam pembangunan

prasarana dan sarana bidang PU/Cipta Karya. Adapun susunan organisasi Dinas Pekerjaan

Umum terdiri dari :

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan, melaksanakan,

mengawasi dan mengendalikan serta memberikan pembinaan administrasi di bidang

pekerjaan umum, penataan ruangan,perumahan, energy dan sumber daya mineral.

b. Sekretariat

sekretariat mempunyai tugas melaksanakn koordinasi penyusunan program, evaluasi

dan pelaporan, administrasi umum, administrasi kepegawaian, keuangan,

perlengkapan dan rumah tangga Dinas.

c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan

dan pembinaan administrasi umum, rumah tangga dan kepegawaian.

d. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan

dilingkungan Dinas.

e. Sub Bagian Penyusunan Program dan Pelaporan

Sub Bagian Penyusunan Program dan Pelaporan mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan melaksanakan penyusunan program dan pelaporan kegiatan dinas.

f. Bidang Sumber Daya Air

Bidang Sumber Daya Air mempnyai tugas mengumpulkan bahan, koordinasi dan

melaksanakan pengaturan, pembinaan, bentuk teknis, pembangunan, rehabilitasi dan

pemanfaatan sumber daya air.

g. Bidang Bina Marga

Bidang Bina Marga mempunyai tugas mengumpulkan bahan, koordinasi dan

melaksanakan perencanaan, pembinaan, pembangunan, rehabilitasi dan

pemeliharaan bidan bina marga.

h. Bidang Cipta Karya

Bidang Cipta Karya mempunyai tugas mengumpulkan bahan, koordinasi dan

melaksanakan perencanaan teknis, penataan ruang dan bangunan, perkantoran,

(12)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

i. Bidang Kebersihan dan Pertamanan

Bidang Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas menyiapkan bahan,

koordinasi dan melaksanakan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan serta

pengawasan sarana prasarana air bersih dan penyehatan lingkungan.

j. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas mengumpulkan bahan,

koordinasi dan melaksanakan perencanaan, pembinaan, dan pengawasan bidang

energi dan sumber daya mineral.

k. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

l. UPTD

Gambar 10.4 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Ponorogo

(13)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

perumahan. Sementara bidang tata bangunan lingkungan menjadi tanggung jawab/tupoksi

seksi penataan ruang dan bangunan.

Bidang keciptakaryaan lainnya, yaitu pengelolaan sampah di Kabupaten Ponorogo,

hingga saat ini masih di bawah tanggung jawab Bidang Kebersihan dan Pertamanan/DKP.

Dalam struktur organisasinya, bidang ini memiliki tiga seksi, yaitu seksi kebersihan, seksi

pertamanan, dan seksi penerangan jalan umum. Pengelolaan sampah dan air limbah juga

menjadi tanggung jawab seksi kebersihan.

B. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kondisi kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, dalam hal ini pegawai Dinas

Pekerjaan Umum di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada tabel 10.1. Dari sisi kualitas,

sebagian besar pegawai berpendidikan terakhir minimal sarjana.

Tabel 10.1

Pejabat Struktural di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo

Nama Pegawai Jabatan Tingkat

Pendidikan

Ir. Dewanto Eko Putro, MM. Kepala Dinas Pekerjaan Umum S2

Sri Widowati, SE.,MM. Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum S2

Dra. Umiati Kasubag Umum dan Kepegawaian S1

Wahyudi, SH.,MM. Kasubag Keuangan S2

Sarnu, Ssos.,MM. Kasugab Penyusunan Program dan Pelaporan S2

Ismono,ST.,MM. Kabid Sumber Daya Air S2

Ali Sumarsono Kasie Bina Teknik Sumber Daya Air SMA/Sederajat

R. Moerdianto, ST. Kasie Irigasi S1

Wahid Hasyim Kasie Bina Pengelolaan Sumber Daya Air SMA/Sederajat

Sarnoto, ST.,MM. Kabid Bina Marga S2

Sutrisno, ST. Kasie Bina Teknis Jalan dan Jembatan S1

Saroso, ST. Kasie Pembangunan Jalan dan Jembatan S1

Suwinarjo¸S.Sos. Kasie Peralatan Jalan S1

Ir. Bambang Setyo Waluyo Kabid Cipta Karya S1

Hariono, ST. Kasie Penataan Ruang dan Bangunan S1

Budi Waskito, BE.,S.sos Kasie Perumahan S2

Ahmad, ST. Kasie Prasarana Lingkungan S1

Suwito, SH., MM. Kabid Kebersihan dan Pertamanan S2

Sugito Kasie Kebersihan SMA/Sederajat

Ir. Katimun, MM. Kasie Pertamanan S2

Ir. Sunarti Aningsih, MM. Kabid ESDM S2

Bambang Suhendro, ST., MM. Kasie Pertambangan Umum dan Air Bawah

Tanah S2

Jamus Kunto Purnomo, ST.,

Msi. Kasie Energi dan Kelistrikan S2

Imron Rosyidi, ST.,Msi. Kasie Pengawasan dan Pengendalian S2

Kabul UPT Dinas Pekerjaan Umum Babadan SMA/Sederajat

Hadi Suwarno Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum Sambit SMA/Sederajat

Sarmin Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum Pulunga SMA/Sederajat

Hartono Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum Kalangan SMA/Sederajat

(14)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Nama Pegawai Jabatan Tingkat

Pendidikan

Suwito, S.Sos, ST. Kepala UPT Pembina Jasa Konstruksi S2

Sumber: Dinas Pekerjanaan Umum Kabupaten Ponorogo

10.3. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Kabupaten Ponorogo

10.3.1. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)

A. Oganisasi dan Tata Laksana (ORTALA)

Air merupakan hajat hidup orang banyak yang dijamin oleh Pasal 33 Undang-undang

Dasar 1945 maupun Deklarasi ECOSOC (Ekonomi, Sosial dan Budaya) PBB November

2002. Salah satu peningkatan akses air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Ponorogo yaitu

dengan menggunakan PDAM. Adapun dalam rangka usaha melaksanakan pengelolaan,

pengurusan sarana penyediaan air bersih dan untuk menjaga keseimbangan pelayanan

kepada masyarakat dapat di laksanakan dengan tertib, maka perlu adanya pengaturan

mekanisme kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Tingkat II Ponorogo.

Berdasarkan keputusan Bupati Tingkat II Ponorogo No. 589 Bab II pasal 2, 3 dan 4

tahun 1992 kedudukan dan tugas PDAM yaitu:

1. Perusahaan Daerah Air Minum sebagai perusahaan milik Pemerintah Daerah adalah

alat kelengkapan otonomi daerah.

2. Perusahaan Daerah Air Minum diselenggarakan atas dasar azas ekonomi

perusahaan dalam kesatuan sistem pembinaan ekonomi Indonesia berdasarkan

pancasila yang menjamin kelangsungan demokrasi ekonomi yang berfungsi sebagai

alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Perusahaan Daerah Air Minum sehari-hari dipimpin oleh suatu direksi dibawah

pengawaan badan pengawasan.

Sedangkan tugas pokok Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah

menyelenggarakan pengelolaan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum. Sementara itu fungsi dari

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yaitu:

1. Pelayanan umum/ jasa

2. Menyelenggarakan kemanfaatan umum

3. Memupuk/ meningkatkan pendapatan asli daerah

(15)

RP

Anggaran Sub Bagian Anggaran

(16)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

B. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kondisi kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, dalam hal ini pegawai Dinas

Pekerjaan Umum di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada tabel 10.2.

Tabel 10.2

Pejabat Struktural di PDAM Kabupaten Ponorogo

Nama Pegawai Jabatan

Drs. Ec. Edy Raharjo, MM. Direktur Utama

Drs. Subakir Direktur Bidang Umum

Ir. Setyawan, MM. Direktur Bidang Teknik

Drs. Herny Astuti Kabag Keuangan

Kusmen Kabag Langganan

Heru Sulistyono Kabag Umum

Ajar Atmanto Kabag Produksi

Mulyono Kabag Distribusi

Pujdono Kabag Perencanaan Teknik

Supraptono Kabag Peralatan Teknik

Hery Sudarmanto Kasat Pengawasan Intern

Wahyu Widiantoro Kasubag Kas dan Penagihan

Kusno Kasubag Pelayanan Langganan

Iin Sumarni Kasubag Administrasi Umum dan Kepegawaian

Sunarto A. Kasubag Pengolahan dan Lab.

Djoni Kasubag Distribusi Penyambungan

Dadan Ather. J Kasubag Perencanaan

Abdul Somad Kasubag Perawatan Umum Bangunan

Kusnanto Kasubag Pengawasan Bidang Teknik

M. Safruddin Kasubag Pembukuan dan Rekening

Kanthi Prayogo Kasubag Pembaca Meter

Bambang Yuswono Kasubag Pembelian

Agus Irkhamni Kasubag Sumber dan Kwalitas Air

Noor Hidoyo Kasubag Meter Air

Parlan Kasubag Pengawasan

Didik Eko P. Kasubag Perawatan Instalasi

Piyat Kasubag Bidang Admin

Ridho Misalayuk Kasubag Anggaran

Samini Kasubag Gudang

Sunaryo Kepala Unit IKK Badegan

Isnen Kepala Unit IKK Bungkal, Jetis, Balong

Purwanto Kepala Unit IKK Slahung

Suprapto Kepala Unit IKK Sooko

Isman Kepala Unit IKK Babadan

Nasrul Yuli E. Kepala Unit IKK Jenangan

Agung P. Kepala Unit IKK Pulung

Mulyadi Kepala Unit IKK Kauman

Bakhrun Kepala Unit IKK Mlarak

Suwigyo Kepala Unit IKK Sawoo

Sumono Kepala Unit IKK Sampung

(17)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

10.3.2. HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum)

HIPPAM merupakan salah satu lembaga non pemerintahan yang terkait dengan

pengembangan air minum. HIPPAM terbentuk sesuai dengan intruksi Gubenur Kepala

Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 09 Tahun 1989 tanggal 23 Mei 1989. HIPPAM sebagai

system pengelolaan air bersih, dapat dikatakan sebagai embrio dari sistem jaringan air

bersih PDAM. Sifat pengelolaannya adalah semi perusahaan dalam artian tetap dibatasi

dalam pengambilan keuntungan dengan tujuan pokok agar dapat membina pola berpikir

masyarakat desa bahwa pada akhirnya air ini adalah “Barang Konsumsi Ekonomis”.

Adapun fungsi dari HIPPAM adalah:

1. Melaksanakan kegiatan operasional sesuai dengan ketetapan dan ketentuan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di tingkat Kecamatan, Daerah Tingkat II dan

Daerah Tingkat I.

2. Menggerakkan partisipasi baik sebagai peserta/anggota HIPPAM atau anggota

masyarakat desa lainnya.

3. Membantu pemerintah desa dalam menyiapkan dan menyusun rencana kegiatan

pengelolaan sarana air minum/ bersih pedesaan.

4. Menumbuhkan kondisi masarakat yang dinamis dan menguntungkan bagi tumbuh

dan berkembangnya partisipasi masyarakat didalam pegelolaan sarana air

minum/bersih.

Sedangkan tugas dari HIPPAM adalah:

1. Memberikan jasa pelayanan umum terhadap kebutuhan air bersih/minum pedesaan.

2. Memungut imbalan jasa pelayanan yang besarnya sebagaimana diatur dan

ditetapkan dalam keputusan desa yang bersangkutan.

3. Bekerja sama dengan lembaga- lembaga lain dipedesaan (LKMD, LMD, Karang

Taruna, dll) dalam rangka kegiatan operasional pengelolaan sarana air bersih/ minum

pedesaan.

4. Mengumpulkan dan menyiapkan data yang diperlukan guna menyusun perencanaan

dan penilaian perkembangan hasil kegiatan pengelolaan sarana air bersih/ minum di

desa.

5. Menyusun rencana dan rancangan kegiatan pengelolaan sarana air bersih/ minum

desa.

6. Menggerakkan calon pelanggan dan para pelanggan air bersih/ minum untuk secara

(18)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

7. Menyelesaikan segala permasalahan yang timbul dalam pengelolaan sarana air

bersih/ minum desa.

8. Membuat laporan sesuai dengan jadwal dan ketentuan yang berlaku.

Sedangkan struktur organisasi HIPPAM sendiri dapat dilihat pada gambar dibawah

ini:

Gambar 10.6 Struktur Organisasi HIPPAM

10.3.3. WSLIC II

WSLIC II merupakan salah satu program penyediaan air bersih di perdesaan. Adapun

keorganisasian dari WSLIC II ini yaitu Direktorat jendral pemberantasan penyakit menular

dan kesehatan lingkungan (Ditjen P2M-PL), departemen kesehatan sebagai executif agency

dan dirjen PPM-PL sebagai penenggung jawab keseluruhan (Direktur Proyek) dari

pelaksanaan proyek WSLIC II. Dalam pelaksanaan kegiatan di bentuk struktur organisasi

yaitu dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

KETUA

BENDAHARA

PETUGAS TEKNIS

JURU TAGIH

(19)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

(20)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

10.3.4. Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo

Kantor Lingkungan Hidup dalam kaitan kelembagaan RPIJM diharapkan dapat

menjadi institusi yang membantu dari sisi pengawasan dan perlindungan dari kegiatan

program yang akan dilaksanakan. Pengawasan dan perlindungan yang dimaksud adalah

terhadap pelaksanaan program apakah program menimbulkan dampak yang besar atau

tidak. Jika menimbulkan dampak maka institusi lingkungan hidup berwenang dalam

melindungi daerah terhadap dampak yang diperkirakan akan terjadi.

A. Peran dan fungsi serta wewenang

Berdasarkan Perbup nomor 39 tahun 2008 tugas dan fungsi Kantor Lingkungan

Hidup Kabupaten Ponorogo adalah

1. Pengendalian Dampak Lingkungan

a. Pengawasan pelaksnaaan pengelolaan limbah B3

b. Pelaksanaan perijinan pengumpulan limbah B3 kecuali minyak pelumas/oli bekas

c. Pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3

d. Pengawasan pelaksanaan system tanggap darurat

e. Pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3

f. Pelaksanaan perijinan lokasi pengolahan limbah B3

g. Pelaksanaan perijinan penyimpanan sementara limbah B3 di industry atau usaha

suatu kegiatan

2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

a. Penilaian AMDAL bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak

penting terhadap LH di kabupaten sesuai NSPM yang ditetapkan pemerintah

b. Pemberian rekomendasi UKL/UPL

c. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan LH bagi jenis

usaha yang wajib AMDAL

d. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan LH bagi

seluruh jenis usaha yang wajib AMDAL

3. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

a. Pengelolaan kualitas air

b. Penetapan kelas air pada sumber air

c. Pemantauan kualitas air pada sumber air

(21)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

f. Penerapan paksaan pemerintah atau uang paksa terhadap pelaksanaan

penanggulangan pencemaran air skala kabupaten pada keadaan darurat

g. Pengaturan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

h. Pelaksanaan perijinan pembuangan air limbah ke air atau sumber air

i. Pelaksanaan perijinan pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada

tanah

4. Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara

a. Pemantauan kualitas udara ambient, emisi sumber bergerak dan tidak bergerak

b. Koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas udara

c. Pengawasan terhadap penataan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara dari sumber bergerak

dan tidak bergerak

d. Pemantauan kualitas udara ambient dan dalam ruangan

5. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran hutan

dan/atau lahan

a. Penetapan criteria teknis baku kerusakan LH yang berkaitan dengan kebakaran

hutan atau lahan

b. Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan

c. Pengawasan atas pengendalian kerusakan LH yang berkaitan dengan kebakaran

hutan dan lahan yang berdampak atau diperkirakan dapat berdampak skala

kabupaten

d. Pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan

dengan kebakaran hutan dan lahan

6. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi

biomassa

a. Penetapan criteria kabuapten baku kerusakan lahan dan tanah kabupaten untuk

kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman berdasarkan criteria baku

kerusakan tanah nasional

b. Penetapan kondisi lahan dan tanah

c. Pengawasan atas pengendalian kerusakan lahan dan tanah akibat kegiatan yang

berdampak atau diperkirakan berdampak skala kabupaten

d. Pengaturan pengendalian kerusakan lahan dan tanah untuk produksi biomassa

(22)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

c. Penetapan kawasan yang beresiko menimbulkan bencana lingkungan

8. Pembinaan dan pengawasan penerapan SNI dan standart kompetensi personil

bidang pengelolaan LH

9. Pembinaan dan pengawasan penerapan instrument ekonomi dalam pengelolaan

lingkungan

B. Organisasi dan Tata Laksana (ORTALA)

C. Sumber Daya Manusia (SDM)

Nama Pegawai Jabatan/seksi Tingkat Pendidikan

Drs. Adam Parikesit, MM. Kepala Kantor S2

Drs Sulisrianto Subbag TU S1

Rosmiati SP Staff S1

Ambar Mardiyana S.Sos Staff S1

Suratin SH Staff S1

Slamet Staff SLTA sederajat

Hery Prihandono Staff SLTA sederajat

Drs Sukadi Kasi Amdal S1

Munif Ali Anhari ST. MM Staff S2

Ervinna Nurdiyanti ST.MM Staff S2

Wijaya Sita Rasmi ST Staff S1

Rohadi Darmawan ST Staff S1

Endang Sri Pratiwi SH Staff S1

Ir. Eddy Achmad Kusnaedi MM Kasi PPLH S2

Retno Wahyuni S.Hut Staff S1

Sugeng Priyono S.Sos Staff S1

Kepala Kantor

SubBag Tata Usaha

Kelompok Jabatan

Fungsional

Seksi Pemantauan dan

Pemulihan Kualitas

Lingkungan Hidup

Seksi Analisa Dampak

(23)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

10.4. Permasalahan, Analisis dan Usulan Program Kelembagaan

10.4.1. Masalah Kelembagaan yang Dihadapi

Satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) yang terkait langsung dalam proses

perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan program/kegiatan keciptakaryaan di

Kabupaten Ponorogo adalah Bappeda dan Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Cipta Karya dan

Bidang Kebersihan dan Pertamanan/DKP). Bappeda berwenang sebagai satuan perencana

dan koordinator antar instansi terkait. Sementara Bidang Cipta Karya mempunyai

kewenangan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan program/kegiatan

bidang keciptakaryaan dan tata ruang. Bidang keciptakaryaan yang dicakup oleh Bidang

Cipta Karya adalah air bersih/air minum, drainase, air limbah, pengembangan pemukiman,

dan tata bangunan lingkungan. Sementara itu, kewenangan bidang keciptakaryaan lain yang

dalam Rencana Program Invesatsi Jangka Menengah (RPIJM) bidang keciptakaryaan ini,

yaitu persampahan, berada di DKP.

Organisasi dan tata laksana kelembagaan Dinas Pekerjaan Umum secara formal

untuk masing-masing bidang telah diatur dalam Struktur Organisasi (SO) Dinas Pekerjaan

Umum (PU) dan SO yang ada juga telah diperkuat dengan adanya Perda Kabupaten. SO

yang ada diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari lembaga Dinas PU agar dalam

pelaksanaan setiap item kegiatan dapat berjalan dengan lancar.

Selain kelembagaan secara formal untuk beberapa bidang juga terdapat

kelembagaan yang sifatnya non formal yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan inisiatif

dari wilayah masing-masing (desa/kelurahan, RT/RW, atau lingkup Perumahan) beberapa

lembaga non formal seperti :

1. Bidang Air Minum: terdapat lembaga HIPPAM (di masing-masing desa/dusun lokasi

kegiatan), kelembagaan Tim Kerja Masyarakat program WSLIC.

2. Bidang Persampahan: Pantasih (yang merupakan bentukan dari masyarakat yang

bertugas mengumpulkan sampah di blok-blok perumahan)

Masalah yang dihadapi oleh lembaga khususnya lembaga non formal adalah tidak

adanya tempat/kantor tetap seperti HIPPAM saat ini hanya menumpang di Kantor Desa atau

di rumah RT/RW yang ada. Permasalahan yang lain adalah minimnya kemampuan SDM

dalam pengembangan lembaga yang ada sehingga sifat kelembagaan hanya untuk

menghidupi kebutuhan dasar dari program yang ada saja.

(24)

RPIJM

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

mengantisipasi agar program yang akan dilaksanakan jelas terkait lembaga yang

menampung dan bertanggung jawab serta jelas lembaga yang akan mengoperasikan pasca

program dilaksanakan. Sehingga tidak terjadi program yang tidak ada pertanggungjawaban

serta program yang tidak jelas oerasionalnya

Jika dilihat dari struktur organisasi yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo

pada dasarnya telah memiliki struktur yang lengkap, serta sesuai dengan kesiapan program

yang diusulkan. Selain itu juga terdapat lembaga yang dapat diposisikan untuk pengawasan

dan perlindungan terkait pelaksnaan dan pasca pelaksnaan berkaitan dengan dampak yang

ditimbulkan.

Kondisi kelembagaan formal di tingkat dinas secara umum telah berjalan dan tidak

mengalami kendala yang berarti, artinya kelembagaan dapat dipertahankan dan diteruskan

keberadaannya dalam mendukung pelaksanaan item pembangunan yang dilakukan.

Sedangkan untuk lembaga non formal secara umum kurang dapat berkembang meskipun

beberapa lembaga masih eksis/ada akan tetapi perkembangannya dapat dikatakan stagnan

sisanya lambat laun akan mati bersama dengan program yang berjalan jika mengalami

kendala (contoh diesel pengangkut air mati, dll).

10.4.3. Usulan Program Kelembagaan

Permasalahan kelembagaan pada dasarnya dapat dilihat dari struktur maupun dari

SDM yang ada. Untuk kelembagaan non formal yang ada di Kabupaten Ponorogo lebih

dikarenakan factor kemampuan SDM serta sarana prasana penunjang kelembagaan yang

belum teredia secara lengkap.

Usulan program sebagai langkah dalam meningkatkan kinerja kelembagaan non

formal adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan SDM, melalui pelatihan kelembagaan dan sosialisasi kepada lembaga

non formal yang ada

2. Penyiapan infrastruktur penunjang kegiatan kelembagaan, meliputi tempat dan

Gambar

Gambar 10.1
Gambar 10.2
Gambar 10.3 Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten Ponorogo
Gambar 10.4 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Ponorogo
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota pada.. dasarnya mengacu kepada Peraturan Perundangan maupun Kebijakan yang

2-1 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2019 BAB 2.. PROFIL KABUPATEN

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta. Karya, antara lain sebagai

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten. Labuhanbatu Utara

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Pada bab. ini berisikan matriks Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Sorong VII - 22 Adapun analisis SWOT yang dilakukan terhadap instansi atau lembaga.. yang berhubungan langsung

Sesuai dengan Pedoman penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan

Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kabupaten Pemalang Tahun 2014.. VI