RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
.
BAB X
ASPEK KELEMBAGAAN
KABUPATEN PONOROGO
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar
dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan
sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang
ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi
melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari
kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga,
penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai
satu kesatuan.
10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah
organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah
adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran
organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor
kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena
itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak
senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib
yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk
melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini
dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib
yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah
satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan,
Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang
diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling
banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Gambar 10.1
Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan
kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan
kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia
aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem
perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya
untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti
perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di
berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan
instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap
dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP,
mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan
akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30
Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi
Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi
pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah
dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar
birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan
disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan
program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen
perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi
manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan
fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata
laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan
fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen
pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,
asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan
Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit
kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Gambar 10.2
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh
proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah.
Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna
terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai
menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu
diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk
memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang
Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar
Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang
menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang
ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari
beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya
untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam
koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi
dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang
baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat
daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah
Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi
ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan
minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan
tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang
keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan,
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan
Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai
Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam
menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan
formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus
diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam
keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan,
sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan
perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan
peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya
untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan
pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang
definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka
diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
10.2. Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Ponorogo
Beberapa kelembagaan pemerintah Kabupaten Ponorogo yang terkait dengan
kegiatan RPIJM PU/Cipta Karya antara lain Bappeda dan Dinas Pekerjaan Umum.
10.2.1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo
A. Oganisasi dan Tata Laksana (ORTALA)
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Ponorogo dijelaskan bahwa Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan
daerah dan penanaman modal. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas,
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan dan penanaman modal;
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan dan penanaman modal;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan dan
penanaman modal;
d. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Adapun struktur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Ponorogo, terdiri dari :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat, terdiri dari:
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian,
b. Sub Bagian Keuangan,
c. Sub Bagian Penyusunan Program dan Pelaporan.
3. Bidang Perekonomian, terdiri dari:
a. Sub Bidang Pertanian,
b. Sub Bidang Industri, Perdagangan, Koperasi dan Energi dan Sumber Daya
Mineral.
4. Bidang Sosial Budaya, terdiri dari:
a. Sub Bidang Kesejahteraan Sosial,
b. Sub Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Pemerintahan.
5. Bidang Prasarana, terdiri dari:
a. Sub Bidang Prasarana Wilayah,
b. Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
6. Bidang Statistik, Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari :
a. Sub Bidang Statistik,
b. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.
7. Bidang Penanaman Modal, terdiri dari :
a. Sub Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Kerjasama,
b. Sub Bidang Informasi dan Promosi.
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Gambar 10.3 Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten Ponorogo
10.2.2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo
A. Oganisasi dan Tata Laksana (ORTALA)
Berdasarkan Peraturan Bupati Ponorogo Nomor 64 tahun 2008 Tentang Uraian
Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo dijelaskan bahwa
kedudukan, tugas, dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo antara lain:
1. Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang
pekerjaan umum, penata ruang, perumahan dan energi dan sumber daya mineral
yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
2. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di
bidang pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan, dan energi dan sumber daya
mineral.
3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana simaksudkan pada ayat (2), Dinas
Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum, penataan ruangg,
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pekerjaan umum, penataan ruang, perumahan, dan energi dan sumber daya
mineral;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum, penataan runag,
perumahan dan energi dan sumber daya mineral;
d. Penyelenggaraan dan pengelolaan administrasi dan urusan rumah tangga Dinas;
e. Pelaksanaan koordinasi dengan lembaga pemerintah/swasta yang berkaitan
dengan lingkup tugas di bidang pekerjaan umum, penataan runag, perumahan
dan energi dan sumber daya mineral;
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Ponorogo memiliki visi dan misi. Visi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo yaitu
“Tersedianya Infrastruktur Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Memadai, Bermanfaat dan Berkelanjutan (sustainable) untuk Mewujudkan Ponorogo Mukti Wibowo 2010”. Untuk
mencapai visi tersebut maka diperlukan misi.. Adapun misi dari Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Ponorogo diantaranya adalah:
1. Menata ruang Kabupaten Ponorogo yang aman, tertib lancar dan serasi (ATLAS)
serta berkualitas dan berkelanjutan.
2. Menata Kawasan Perkotaan dan Perdesaan dalam rangka mendorong
pengembangan ekonomi lokal, pengembangan sosial dan budaya lokal.
3. Memenuhi kebutuhan infrastruktur permukiman dan prasarana wilayah di bidang
sumber daya air untuk mendukung ketahanan pangan melalui pengembangan
jaringan irigasi serta mengamankan pusat-pusat produksi dan perumahan dari
bahaya daya rusak air.
4. Memenuhi kebutuhan infrastruktur permukiman dan prasarana wilayah di bidang
permukiman untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak huni.
5. Memenuhi kebutuhan infrastruktur permukiman dan prasarana wilayah di bidang
kebersihan dan pertamanan dalam rangka mendorong pencapaian ATLAS.
6. Melaksanakan pembinaan terhadap kegiatan jasa konstruksi, baik secara
administrasi maupun teknis, guna mendorong berkembangnya industri konstruksi
yang kompetitif.
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Dinas Pekerjaan umum (PU) merupakan leading sector dalam pembangunan
prasarana dan sarana bidang PU/Cipta Karya. Adapun susunan organisasi Dinas Pekerjaan
Umum terdiri dari :
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan, melaksanakan,
mengawasi dan mengendalikan serta memberikan pembinaan administrasi di bidang
pekerjaan umum, penataan ruangan,perumahan, energy dan sumber daya mineral.
b. Sekretariat
sekretariat mempunyai tugas melaksanakn koordinasi penyusunan program, evaluasi
dan pelaporan, administrasi umum, administrasi kepegawaian, keuangan,
perlengkapan dan rumah tangga Dinas.
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
dan pembinaan administrasi umum, rumah tangga dan kepegawaian.
d. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan
dilingkungan Dinas.
e. Sub Bagian Penyusunan Program dan Pelaporan
Sub Bagian Penyusunan Program dan Pelaporan mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan melaksanakan penyusunan program dan pelaporan kegiatan dinas.
f. Bidang Sumber Daya Air
Bidang Sumber Daya Air mempnyai tugas mengumpulkan bahan, koordinasi dan
melaksanakan pengaturan, pembinaan, bentuk teknis, pembangunan, rehabilitasi dan
pemanfaatan sumber daya air.
g. Bidang Bina Marga
Bidang Bina Marga mempunyai tugas mengumpulkan bahan, koordinasi dan
melaksanakan perencanaan, pembinaan, pembangunan, rehabilitasi dan
pemeliharaan bidan bina marga.
h. Bidang Cipta Karya
Bidang Cipta Karya mempunyai tugas mengumpulkan bahan, koordinasi dan
melaksanakan perencanaan teknis, penataan ruang dan bangunan, perkantoran,
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
i. Bidang Kebersihan dan Pertamanan
Bidang Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas menyiapkan bahan,
koordinasi dan melaksanakan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan serta
pengawasan sarana prasarana air bersih dan penyehatan lingkungan.
j. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas mengumpulkan bahan,
koordinasi dan melaksanakan perencanaan, pembinaan, dan pengawasan bidang
energi dan sumber daya mineral.
k. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
l. UPTD
Gambar 10.4 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Ponorogo
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
perumahan. Sementara bidang tata bangunan lingkungan menjadi tanggung jawab/tupoksi
seksi penataan ruang dan bangunan.
Bidang keciptakaryaan lainnya, yaitu pengelolaan sampah di Kabupaten Ponorogo,
hingga saat ini masih di bawah tanggung jawab Bidang Kebersihan dan Pertamanan/DKP.
Dalam struktur organisasinya, bidang ini memiliki tiga seksi, yaitu seksi kebersihan, seksi
pertamanan, dan seksi penerangan jalan umum. Pengelolaan sampah dan air limbah juga
menjadi tanggung jawab seksi kebersihan.
B. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kondisi kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, dalam hal ini pegawai Dinas
Pekerjaan Umum di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada tabel 10.1. Dari sisi kualitas,
sebagian besar pegawai berpendidikan terakhir minimal sarjana.
Tabel 10.1
Pejabat Struktural di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo
Nama Pegawai Jabatan Tingkat
Pendidikan
Ir. Dewanto Eko Putro, MM. Kepala Dinas Pekerjaan Umum S2
Sri Widowati, SE.,MM. Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum S2
Dra. Umiati Kasubag Umum dan Kepegawaian S1
Wahyudi, SH.,MM. Kasubag Keuangan S2
Sarnu, Ssos.,MM. Kasugab Penyusunan Program dan Pelaporan S2
Ismono,ST.,MM. Kabid Sumber Daya Air S2
Ali Sumarsono Kasie Bina Teknik Sumber Daya Air SMA/Sederajat
R. Moerdianto, ST. Kasie Irigasi S1
Wahid Hasyim Kasie Bina Pengelolaan Sumber Daya Air SMA/Sederajat
Sarnoto, ST.,MM. Kabid Bina Marga S2
Sutrisno, ST. Kasie Bina Teknis Jalan dan Jembatan S1
Saroso, ST. Kasie Pembangunan Jalan dan Jembatan S1
Suwinarjo¸S.Sos. Kasie Peralatan Jalan S1
Ir. Bambang Setyo Waluyo Kabid Cipta Karya S1
Hariono, ST. Kasie Penataan Ruang dan Bangunan S1
Budi Waskito, BE.,S.sos Kasie Perumahan S2
Ahmad, ST. Kasie Prasarana Lingkungan S1
Suwito, SH., MM. Kabid Kebersihan dan Pertamanan S2
Sugito Kasie Kebersihan SMA/Sederajat
Ir. Katimun, MM. Kasie Pertamanan S2
Ir. Sunarti Aningsih, MM. Kabid ESDM S2
Bambang Suhendro, ST., MM. Kasie Pertambangan Umum dan Air Bawah
Tanah S2
Jamus Kunto Purnomo, ST.,
Msi. Kasie Energi dan Kelistrikan S2
Imron Rosyidi, ST.,Msi. Kasie Pengawasan dan Pengendalian S2
Kabul UPT Dinas Pekerjaan Umum Babadan SMA/Sederajat
Hadi Suwarno Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum Sambit SMA/Sederajat
Sarmin Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum Pulunga SMA/Sederajat
Hartono Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum Kalangan SMA/Sederajat
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
Nama Pegawai Jabatan Tingkat
Pendidikan
Suwito, S.Sos, ST. Kepala UPT Pembina Jasa Konstruksi S2
Sumber: Dinas Pekerjanaan Umum Kabupaten Ponorogo
10.3. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Kabupaten Ponorogo
10.3.1. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
A. Oganisasi dan Tata Laksana (ORTALA)
Air merupakan hajat hidup orang banyak yang dijamin oleh Pasal 33 Undang-undang
Dasar 1945 maupun Deklarasi ECOSOC (Ekonomi, Sosial dan Budaya) PBB November
2002. Salah satu peningkatan akses air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Ponorogo yaitu
dengan menggunakan PDAM. Adapun dalam rangka usaha melaksanakan pengelolaan,
pengurusan sarana penyediaan air bersih dan untuk menjaga keseimbangan pelayanan
kepada masyarakat dapat di laksanakan dengan tertib, maka perlu adanya pengaturan
mekanisme kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Tingkat II Ponorogo.
Berdasarkan keputusan Bupati Tingkat II Ponorogo No. 589 Bab II pasal 2, 3 dan 4
tahun 1992 kedudukan dan tugas PDAM yaitu:
1. Perusahaan Daerah Air Minum sebagai perusahaan milik Pemerintah Daerah adalah
alat kelengkapan otonomi daerah.
2. Perusahaan Daerah Air Minum diselenggarakan atas dasar azas ekonomi
perusahaan dalam kesatuan sistem pembinaan ekonomi Indonesia berdasarkan
pancasila yang menjamin kelangsungan demokrasi ekonomi yang berfungsi sebagai
alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Perusahaan Daerah Air Minum sehari-hari dipimpin oleh suatu direksi dibawah
pengawaan badan pengawasan.
Sedangkan tugas pokok Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah
menyelenggarakan pengelolaan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum. Sementara itu fungsi dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yaitu:
1. Pelayanan umum/ jasa
2. Menyelenggarakan kemanfaatan umum
3. Memupuk/ meningkatkan pendapatan asli daerah
RP
Anggaran Sub Bagian Anggaran
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
B. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kondisi kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, dalam hal ini pegawai Dinas
Pekerjaan Umum di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada tabel 10.2.
Tabel 10.2
Pejabat Struktural di PDAM Kabupaten Ponorogo
Nama Pegawai Jabatan
Drs. Ec. Edy Raharjo, MM. Direktur Utama
Drs. Subakir Direktur Bidang Umum
Ir. Setyawan, MM. Direktur Bidang Teknik
Drs. Herny Astuti Kabag Keuangan
Kusmen Kabag Langganan
Heru Sulistyono Kabag Umum
Ajar Atmanto Kabag Produksi
Mulyono Kabag Distribusi
Pujdono Kabag Perencanaan Teknik
Supraptono Kabag Peralatan Teknik
Hery Sudarmanto Kasat Pengawasan Intern
Wahyu Widiantoro Kasubag Kas dan Penagihan
Kusno Kasubag Pelayanan Langganan
Iin Sumarni Kasubag Administrasi Umum dan Kepegawaian
Sunarto A. Kasubag Pengolahan dan Lab.
Djoni Kasubag Distribusi Penyambungan
Dadan Ather. J Kasubag Perencanaan
Abdul Somad Kasubag Perawatan Umum Bangunan
Kusnanto Kasubag Pengawasan Bidang Teknik
M. Safruddin Kasubag Pembukuan dan Rekening
Kanthi Prayogo Kasubag Pembaca Meter
Bambang Yuswono Kasubag Pembelian
Agus Irkhamni Kasubag Sumber dan Kwalitas Air
Noor Hidoyo Kasubag Meter Air
Parlan Kasubag Pengawasan
Didik Eko P. Kasubag Perawatan Instalasi
Piyat Kasubag Bidang Admin
Ridho Misalayuk Kasubag Anggaran
Samini Kasubag Gudang
Sunaryo Kepala Unit IKK Badegan
Isnen Kepala Unit IKK Bungkal, Jetis, Balong
Purwanto Kepala Unit IKK Slahung
Suprapto Kepala Unit IKK Sooko
Isman Kepala Unit IKK Babadan
Nasrul Yuli E. Kepala Unit IKK Jenangan
Agung P. Kepala Unit IKK Pulung
Mulyadi Kepala Unit IKK Kauman
Bakhrun Kepala Unit IKK Mlarak
Suwigyo Kepala Unit IKK Sawoo
Sumono Kepala Unit IKK Sampung
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
10.3.2. HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum)
HIPPAM merupakan salah satu lembaga non pemerintahan yang terkait dengan
pengembangan air minum. HIPPAM terbentuk sesuai dengan intruksi Gubenur Kepala
Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 09 Tahun 1989 tanggal 23 Mei 1989. HIPPAM sebagai
system pengelolaan air bersih, dapat dikatakan sebagai embrio dari sistem jaringan air
bersih PDAM. Sifat pengelolaannya adalah semi perusahaan dalam artian tetap dibatasi
dalam pengambilan keuntungan dengan tujuan pokok agar dapat membina pola berpikir
masyarakat desa bahwa pada akhirnya air ini adalah “Barang Konsumsi Ekonomis”.
Adapun fungsi dari HIPPAM adalah:
1. Melaksanakan kegiatan operasional sesuai dengan ketetapan dan ketentuan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di tingkat Kecamatan, Daerah Tingkat II dan
Daerah Tingkat I.
2. Menggerakkan partisipasi baik sebagai peserta/anggota HIPPAM atau anggota
masyarakat desa lainnya.
3. Membantu pemerintah desa dalam menyiapkan dan menyusun rencana kegiatan
pengelolaan sarana air minum/ bersih pedesaan.
4. Menumbuhkan kondisi masarakat yang dinamis dan menguntungkan bagi tumbuh
dan berkembangnya partisipasi masyarakat didalam pegelolaan sarana air
minum/bersih.
Sedangkan tugas dari HIPPAM adalah:
1. Memberikan jasa pelayanan umum terhadap kebutuhan air bersih/minum pedesaan.
2. Memungut imbalan jasa pelayanan yang besarnya sebagaimana diatur dan
ditetapkan dalam keputusan desa yang bersangkutan.
3. Bekerja sama dengan lembaga- lembaga lain dipedesaan (LKMD, LMD, Karang
Taruna, dll) dalam rangka kegiatan operasional pengelolaan sarana air bersih/ minum
pedesaan.
4. Mengumpulkan dan menyiapkan data yang diperlukan guna menyusun perencanaan
dan penilaian perkembangan hasil kegiatan pengelolaan sarana air bersih/ minum di
desa.
5. Menyusun rencana dan rancangan kegiatan pengelolaan sarana air bersih/ minum
desa.
6. Menggerakkan calon pelanggan dan para pelanggan air bersih/ minum untuk secara
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
7. Menyelesaikan segala permasalahan yang timbul dalam pengelolaan sarana air
bersih/ minum desa.
8. Membuat laporan sesuai dengan jadwal dan ketentuan yang berlaku.
Sedangkan struktur organisasi HIPPAM sendiri dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:
Gambar 10.6 Struktur Organisasi HIPPAM
10.3.3. WSLIC II
WSLIC II merupakan salah satu program penyediaan air bersih di perdesaan. Adapun
keorganisasian dari WSLIC II ini yaitu Direktorat jendral pemberantasan penyakit menular
dan kesehatan lingkungan (Ditjen P2M-PL), departemen kesehatan sebagai executif agency
dan dirjen PPM-PL sebagai penenggung jawab keseluruhan (Direktur Proyek) dari
pelaksanaan proyek WSLIC II. Dalam pelaksanaan kegiatan di bentuk struktur organisasi
yaitu dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
KETUA
BENDAHARA
PETUGAS TEKNIS
JURU TAGIH
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
10.3.4. Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo
Kantor Lingkungan Hidup dalam kaitan kelembagaan RPIJM diharapkan dapat
menjadi institusi yang membantu dari sisi pengawasan dan perlindungan dari kegiatan
program yang akan dilaksanakan. Pengawasan dan perlindungan yang dimaksud adalah
terhadap pelaksanaan program apakah program menimbulkan dampak yang besar atau
tidak. Jika menimbulkan dampak maka institusi lingkungan hidup berwenang dalam
melindungi daerah terhadap dampak yang diperkirakan akan terjadi.
A. Peran dan fungsi serta wewenang
Berdasarkan Perbup nomor 39 tahun 2008 tugas dan fungsi Kantor Lingkungan
Hidup Kabupaten Ponorogo adalah
1. Pengendalian Dampak Lingkungan
a. Pengawasan pelaksnaaan pengelolaan limbah B3
b. Pelaksanaan perijinan pengumpulan limbah B3 kecuali minyak pelumas/oli bekas
c. Pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3
d. Pengawasan pelaksanaan system tanggap darurat
e. Pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3
f. Pelaksanaan perijinan lokasi pengolahan limbah B3
g. Pelaksanaan perijinan penyimpanan sementara limbah B3 di industry atau usaha
suatu kegiatan
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
a. Penilaian AMDAL bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak
penting terhadap LH di kabupaten sesuai NSPM yang ditetapkan pemerintah
b. Pemberian rekomendasi UKL/UPL
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan LH bagi jenis
usaha yang wajib AMDAL
d. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan LH bagi
seluruh jenis usaha yang wajib AMDAL
3. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
a. Pengelolaan kualitas air
b. Penetapan kelas air pada sumber air
c. Pemantauan kualitas air pada sumber air
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
f. Penerapan paksaan pemerintah atau uang paksa terhadap pelaksanaan
penanggulangan pencemaran air skala kabupaten pada keadaan darurat
g. Pengaturan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
h. Pelaksanaan perijinan pembuangan air limbah ke air atau sumber air
i. Pelaksanaan perijinan pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada
tanah
4. Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara
a. Pemantauan kualitas udara ambient, emisi sumber bergerak dan tidak bergerak
b. Koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas udara
c. Pengawasan terhadap penataan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara dari sumber bergerak
dan tidak bergerak
d. Pemantauan kualitas udara ambient dan dalam ruangan
5. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran hutan
dan/atau lahan
a. Penetapan criteria teknis baku kerusakan LH yang berkaitan dengan kebakaran
hutan atau lahan
b. Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan
c. Pengawasan atas pengendalian kerusakan LH yang berkaitan dengan kebakaran
hutan dan lahan yang berdampak atau diperkirakan dapat berdampak skala
kabupaten
d. Pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan
dengan kebakaran hutan dan lahan
6. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi
biomassa
a. Penetapan criteria kabuapten baku kerusakan lahan dan tanah kabupaten untuk
kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman berdasarkan criteria baku
kerusakan tanah nasional
b. Penetapan kondisi lahan dan tanah
c. Pengawasan atas pengendalian kerusakan lahan dan tanah akibat kegiatan yang
berdampak atau diperkirakan berdampak skala kabupaten
d. Pengaturan pengendalian kerusakan lahan dan tanah untuk produksi biomassa
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
c. Penetapan kawasan yang beresiko menimbulkan bencana lingkungan
8. Pembinaan dan pengawasan penerapan SNI dan standart kompetensi personil
bidang pengelolaan LH
9. Pembinaan dan pengawasan penerapan instrument ekonomi dalam pengelolaan
lingkungan
B. Organisasi dan Tata Laksana (ORTALA)
C. Sumber Daya Manusia (SDM)
Nama Pegawai Jabatan/seksi Tingkat Pendidikan
Drs. Adam Parikesit, MM. Kepala Kantor S2
Drs Sulisrianto Subbag TU S1
Rosmiati SP Staff S1
Ambar Mardiyana S.Sos Staff S1
Suratin SH Staff S1
Slamet Staff SLTA sederajat
Hery Prihandono Staff SLTA sederajat
Drs Sukadi Kasi Amdal S1
Munif Ali Anhari ST. MM Staff S2
Ervinna Nurdiyanti ST.MM Staff S2
Wijaya Sita Rasmi ST Staff S1
Rohadi Darmawan ST Staff S1
Endang Sri Pratiwi SH Staff S1
Ir. Eddy Achmad Kusnaedi MM Kasi PPLH S2
Retno Wahyuni S.Hut Staff S1
Sugeng Priyono S.Sos Staff S1
Kepala Kantor
SubBag Tata Usaha
Kelompok Jabatan
Fungsional
Seksi Pemantauan dan
Pemulihan Kualitas
Lingkungan Hidup
Seksi Analisa Dampak
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
10.4. Permasalahan, Analisis dan Usulan Program Kelembagaan
10.4.1. Masalah Kelembagaan yang Dihadapi
Satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) yang terkait langsung dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan program/kegiatan keciptakaryaan di
Kabupaten Ponorogo adalah Bappeda dan Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Cipta Karya dan
Bidang Kebersihan dan Pertamanan/DKP). Bappeda berwenang sebagai satuan perencana
dan koordinator antar instansi terkait. Sementara Bidang Cipta Karya mempunyai
kewenangan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan program/kegiatan
bidang keciptakaryaan dan tata ruang. Bidang keciptakaryaan yang dicakup oleh Bidang
Cipta Karya adalah air bersih/air minum, drainase, air limbah, pengembangan pemukiman,
dan tata bangunan lingkungan. Sementara itu, kewenangan bidang keciptakaryaan lain yang
dalam Rencana Program Invesatsi Jangka Menengah (RPIJM) bidang keciptakaryaan ini,
yaitu persampahan, berada di DKP.
Organisasi dan tata laksana kelembagaan Dinas Pekerjaan Umum secara formal
untuk masing-masing bidang telah diatur dalam Struktur Organisasi (SO) Dinas Pekerjaan
Umum (PU) dan SO yang ada juga telah diperkuat dengan adanya Perda Kabupaten. SO
yang ada diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari lembaga Dinas PU agar dalam
pelaksanaan setiap item kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
Selain kelembagaan secara formal untuk beberapa bidang juga terdapat
kelembagaan yang sifatnya non formal yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan inisiatif
dari wilayah masing-masing (desa/kelurahan, RT/RW, atau lingkup Perumahan) beberapa
lembaga non formal seperti :
1. Bidang Air Minum: terdapat lembaga HIPPAM (di masing-masing desa/dusun lokasi
kegiatan), kelembagaan Tim Kerja Masyarakat program WSLIC.
2. Bidang Persampahan: Pantasih (yang merupakan bentukan dari masyarakat yang
bertugas mengumpulkan sampah di blok-blok perumahan)
Masalah yang dihadapi oleh lembaga khususnya lembaga non formal adalah tidak
adanya tempat/kantor tetap seperti HIPPAM saat ini hanya menumpang di Kantor Desa atau
di rumah RT/RW yang ada. Permasalahan yang lain adalah minimnya kemampuan SDM
dalam pengembangan lembaga yang ada sehingga sifat kelembagaan hanya untuk
menghidupi kebutuhan dasar dari program yang ada saja.
RPIJM
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018
mengantisipasi agar program yang akan dilaksanakan jelas terkait lembaga yang
menampung dan bertanggung jawab serta jelas lembaga yang akan mengoperasikan pasca
program dilaksanakan. Sehingga tidak terjadi program yang tidak ada pertanggungjawaban
serta program yang tidak jelas oerasionalnya
Jika dilihat dari struktur organisasi yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo
pada dasarnya telah memiliki struktur yang lengkap, serta sesuai dengan kesiapan program
yang diusulkan. Selain itu juga terdapat lembaga yang dapat diposisikan untuk pengawasan
dan perlindungan terkait pelaksnaan dan pasca pelaksnaan berkaitan dengan dampak yang
ditimbulkan.
Kondisi kelembagaan formal di tingkat dinas secara umum telah berjalan dan tidak
mengalami kendala yang berarti, artinya kelembagaan dapat dipertahankan dan diteruskan
keberadaannya dalam mendukung pelaksanaan item pembangunan yang dilakukan.
Sedangkan untuk lembaga non formal secara umum kurang dapat berkembang meskipun
beberapa lembaga masih eksis/ada akan tetapi perkembangannya dapat dikatakan stagnan
sisanya lambat laun akan mati bersama dengan program yang berjalan jika mengalami
kendala (contoh diesel pengangkut air mati, dll).
10.4.3. Usulan Program Kelembagaan
Permasalahan kelembagaan pada dasarnya dapat dilihat dari struktur maupun dari
SDM yang ada. Untuk kelembagaan non formal yang ada di Kabupaten Ponorogo lebih
dikarenakan factor kemampuan SDM serta sarana prasana penunjang kelembagaan yang
belum teredia secara lengkap.
Usulan program sebagai langkah dalam meningkatkan kinerja kelembagaan non
formal adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan SDM, melalui pelatihan kelembagaan dan sosialisasi kepada lembaga
non formal yang ada
2. Penyiapan infrastruktur penunjang kegiatan kelembagaan, meliputi tempat dan