• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 PROFIL KABUPATEN BIAK NUMFOR - DOCRPIJM 5f71123b7e BAB IIBAB II Profil Kabupaten Biak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab 2 PROFIL KABUPATEN BIAK NUMFOR - DOCRPIJM 5f71123b7e BAB IIBAB II Profil Kabupaten Biak"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2

PROFIL KABUPATEN BIAK NUMFOR

2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Biak Numfor

Kabupaten Biak Numfor secara geografis berada di sebelah utara

daratan Papua dengan letak astronomis diantara 0°55′LS - 1°27′LS dan

134°47’ - 136° BT.

Secara administrasi batas Kabupaten Biak NumforAdalah :

Sebelah Utara : Kabupaten Supiori dan Samudera Pasifik

Sebelah Timur : Samudera Pasifik

Sebelah Selatan : Selat Yapen

(2)
(3)

Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 19 Distrik. Lima distrik

diantaranya ada di Pulau Numfor yaitu Numfor Barat, Numfor Timur,

Orkeri, Poiru dan Bruyadori. Sementara itu terdapat 12 distrik di Pulau

Biak yaitu Distrik Oridek, Biak Timur, Biak Kota, Samofa, Yendidori, Biak

Utara, Yawosi, Andey, Bondifuar, Warsa, Biak Barat dan Swandiwe. Adapun

2 distrik lainnya berada di kepulauan yaitu Distrik Padaido, dan Aimando.

Pada tahun 2014 Kabupaten Biak Numfor memiliki 19 distrik yang terdiri dari 8 kelurahan dan 254 kampung atau total kampung/kelurahan definitif ada sebanyak 262 satuan pemerintahan.

Tabel 2.1

Nama Kecamatan, Ibukota Kecamatan dan Desa/Kelurahan Tahun 2014Kecamatan Kabupaten Biak Numfor

(4)

Luas Wilayah Kabupaten Biak Numfor yang terdiri dari 19

(Sembilan belas) distrik, 254 (dua ratus lima puluh empat) kampung dan 8

(delapan) keluarahan.Distrik Biak Utara seluas 277,77 Km2, Distrik

Yendidori seluas 275,13 Km2, dan Distrik Andey seluas 270,17

Km2.Adapun distrik yang memiliki wilayah terkecil adalah Distrik Padaido

seluas 30,72 Km2 dan Distrik Yawosi seluas 39,63 Km2. sebagaimana

terlihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2

Luas Wilayah Per Kecamatan Kabupaten Biak Numfor

(5)

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Biak Numfor

Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten di

Provinsi Papua, Dengan Letak kabupaten yang strategis, di bagian utara

Pulau Yapen di Teluk Cenderawasih. Tiga pulau besar dan 62 pulau-pulau

kecil di kawasan Biak Numfor yang sangat mengandalkan pelabuhan laut

dan bandara bagi lalu lintas perekonomiannya. Dimana pelabuhan lautnya

dapat mengakses langsung ke kawasan Asia Pasifik, Australia dan Amerika,

begitu juga dengan bandara udara yang ada. Sehingga banyak potensi

daerah yang dapat sebagai aspek daya saing antara lain :

1. Perikanan

Geobiofisik wilayah sebagai indikator bahwa sektor perikanan

merupakan sektor prioritas, adapun luas perairan 1.086 Km², dengan

berbagai potensi ikan antara lain ikan demersal 194.400 ton/tahun,

pelagis besar 155.700 ton/tahun, pelagis kecil 325.100 ton/tahun, dan

ikan karang 16.100 ton/tahun. Berada pada jalur migrasi ikan pelagis

besar (Yellowfin Tuna) dengan jumlah 6.278 ton/tahun, selain itu

memiliki taman karang laut (Coral Reef) yang berfungsi sebagai habitat

ikan karang ,nursery ikan karang dan sebagai daya tarik obyek wisata

laut.

2. Pariwisata

Kondisi alam bawah laut yang sangat menawan karena terdapat

berbagai jenis biota karang laut dan berbagai jenis ikan yang

(6)

sehingga membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi para diver atau

snorkler.

Obyek wisata lain yang tidak kalah menariknya adalah wisata sejarah

gua jepang (Japanese Cave) atau yang diidentikkan dengan gua binsari,

obyek ini memiliki nilai historis tersendiri bagi para imperialis jepang

(Nippon) karena mempunyai kenangan tersendiri bagi mereka.

Terdapatpula obyek wisata kunang-kunang (Lamprydae) memiliki daya

pikat bagi para peneliti dan pencinta makhluk hidup dan adanya

koleksi berbagai jenis burung dan anggrek di lokasi taman

anggrek/burung Ibdi.

3. Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di Kabupaten Biak

Numfor harus menjadi lokomotif untuk menghela modal pembangunan

lainnya. Dalam konteks daya saing, perlu ditentukan lokus, segmen

dan kapasitas destinasi yang tepat dan fungsional yang ketika

dikembangkan akan memberikan efek ganda dalam pembangunan di

daerah.

Pulau Owi merupakan lokus, segmen yang memilki kapasitas destinasi

prospektif. Hal ini didukung dengan beberapa informasi dan indikator

sebagai berikut :

a. Isu Strategis Pengembangan Pulau Owi :

1. Kemampuan daerah yang berada dalam posisi lebih tinggi

untuk MENARIK daerah-daerah lain dalam menciptakan

(7)

2. Peningkatan kemampuan membangun dapat diwujudkan

melalui dua cara, Pertama : pengembangan sumberdaya

manusia yang selalu menjadi isu dan dipakai sebagai alas an

utama untuk segala macam kekurangberhasilan program,

Kedua : Peningkatan kapasitas membangun yang dapat

dilakukan melalui pembangunan jaringan infrastruktur

sehingga hal itu dapat dijadikan salah satu indikator.

3. Peningkatan keuanggulan KOMPARATIF dan KOMPETETIF.

Keunggulan-keunggulan ini dapat diciptakan oleh Pemerintah

dalam rangka menghidupkan sektor pariwisata (dan sektor

lain) di wilayah Tanah Papua melalui infrastruktur fisik, baik

seperti yang dikemukan pada butir 2 maupun infrastruktur

komersial.

4. Peningkatan sensitivitas, baik terhadap pasar regional dan

global maupun pasar domestik yang sedang berkembang.

5. Peningkatan nilai saji (presentation value) dari potensi

sumberdaya wisata serta pelayanan pendukungnya sehingga

wilayah Tanah Papua ini sebagai tujuan wisata (destinasi)

dengan nilai ekonomi tinggi.

6. Peningkatan kesadaran semua pihak yang berkepentingan

bahwa pariwisata berkualitas seperti yang dimaksud tadi

merupakan sebuah industri dengan muatan sarat

pengetahuan (knowledge based industry). Tanpa pengetahuan

yang memadai, baik tentang kelestarian lingkungan,

(8)

pengelolaan yang professional maupun segala macam

pengetahuan lain yang terkait maka industri wisata tersebut

punya resiko kegagalan yang tinggi.

b. Lingkungan Strategis KSPN Owi :

Pengembangan destinasi perlu dilakukan dengan memperhatikan

wilayah pengaruh (lingkungan strategis) dan kemampuan menjadi

pusat bagi kawasan lainnya baik secara regional maupun

nasional. Lingkungan strategis Pulau Owi dalam konteks

Kawasan Strategis Pariwisata Nasional adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Padaido;

2. Teluk Cenderawasih;

3. Kepala Papua;

4. GerbangPasifik Indonesia;

5. Letak di Axix Bunaken-Raja Ampat; Padaido;

6. Coral Triangle Initiative (CTI);

7. Equator.

c. Keunggulan dan Keunikan Pulau Owi :

1. Terisolai, Terpencil, Very Private;

2. Sangat Natural, Fit dan Fresh;

3. Eco Maritime Tourism;

4. Sejarah Perang Dunia II;

5. Landasan Udara ex Sekutu;

6. Iklim tropis;

7. Ukuran pulau yang nyaman;

(9)

9. Keragaman coral sangatbaik;

10. Dekat dengan Biak;

11. Mampu menjadi kepala dari anatomi Pariwisata Teluk

Cenderawasih.

d. Konsep Pengembangan Owi :

1. Eco Marine Tourism;

2. Edu Tourism;

3. Adventure Tourism dan Geotourism;

4. Culture Tourism;

5. Historical Tourism.

e. Kebutuhan Rekaya Sosial Masyarakat Pulau Owi : 1. Nelayan tradisional menuju nelayan professional;

2. Peternak babi tradisional menjadi peternak (babi, ayam,

kambing) professional;

3. Pengangguran menjadi petani hidrophonic;

4. Pengangguran menjadi pemandu wisata lokal;

5. Pengangguran menjadi pengusaha water sport dan water

leasure;

6. Ibu-ibu menjadi pengusaha homestay wisata;

7. Pengangguran menjadi penari Papua dan entertainment lokal.

f. Analisis Daya saing Pulau Owi : 1. Pariwisata sejarah 35 %;

2. Pariwisata Keunukain Budaya 25 %;

3. Edutourism 15 %;

(10)

5. Pariwisata Buatan 10 %.

4. Sumber Daya Manusia

Pembangunan di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan

Sumber Daya Manusia yang terampil dan berkualitas. Indikatornya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Biak Numfor pada

tahun 2013 mencapai nilai 80,68 persen, dengan pencapaian IPM

dimaksud menurut kokinerja pembangunan manusia “Menengah atas”

dengan angka pencapaian IPM antara 66,0 sampai 79,9. Sedangkan

Sumber Daya Manusia Aparatur pada tahun 2015 per januari

mencapai 4.551 0rang, terbagi pada jenjang pendidikan dimana jumlah

lulusan Sekolah Dasar 57 orang atau 1,3 persen, Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama 88 orang atau 1,9 persen, Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas 1.742 orang atau 38,3 persen, Diplpoma I (DI) sebanyak 131

orang atau 2,9 persen, Diploma II (DII) sebanyak 436 orang atau 9,6

persen, Diploma III (DIII) sebanyak 451 orang atau 10,1 persen, S1

sebanyak 1.504 orang atau 33,0 persen, dan S2 sebanyak 78 orang 1,7

persen, dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang diraih baik

secara lokal maupun di luar provinsi Papua.

5. Kawasan Strategi Nasional

Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara

nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan

negara, ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan, termasuk

(11)

Dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN ditentukan tiga Kawasan

Strategis Nasional (KSN) di Kabupaten Biak Numfor, meliputi Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (KAPET Biak), Kawasan Stasiun

Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan, serta Kawasan Stasiun Telemetry

Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit. Departemen

Pekerjaan Umum melalui Dirjen Penataan Ruang memberikan arahan

mengenai Penentuan Delineasi Kawasan Strategis Nasional di Wilayah

IV.

Keterkaitan ketiga KSN terhadap muatan kebijakan pengembangan

KSN dalam RTRWN adalah :

a) KAPET Biak : fokus kebijakan terkait pada pengembangan

perekonomian nasional;

b) Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan: fokusnya

adalah pemanfaatan teknologi tinggi secara optimal untuk

kesejahteraan masyarakat;

c) Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana

Peluncur Satelit: fokusnya adalah pada pemanfaatan teknologi

tinggi secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.

Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa arah kebijakan

pengembangan KSN pada Kabupaten Biak Numfor terbagi atas 2

komponen yaitu pengembangan perekonomian nasional dan

pemanfaatan teknologi tinggi secara optimal bagi kesejahteraan

(12)

Lebih lanjut strategi pengembangan KSN terkait dalam rangka

pengembangan perekonomian nasional termasuk KSN Kapet Biak di

dalamnya adalah:

a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber

daya alam dan kegiatan budi daya unggulan;

b. Sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

c. Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

d. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui

daya dukung dan daya tampung kawasan;

e. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak

menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

f. Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

g. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang

kegiatan ekonomi.

Terkait pengembangan KSN untuk pemanfaatan teknologi tinggi secara

optimal, maka garis besar strateginya, baik untuk KSN Kawasan

Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan dan TT&C Wahana

Peluncur adalah :

a. Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan

dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;

b. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya

dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau

turunannya; dan

c. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam

(13)

keselamatan masyarakat.

5.1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (KAPET Biak) Kawasan prioritas di Kabupaten Biak Numfor yang direkomendasikan

sebagai KSN di KAPET Biak adalah:

1. Kawasan Industri Urfu

Kawasan Urfu (17 km dari kota, seluas 1.500 Ha ), akan

dikembangkan pada masa mendatang dengan aktivitas pelabuhan

(menempati lahan 300 ha) dan kawasan industri (1.200 ha).

Kawasan ini direncanakan sebagai pengganti kawasan pelabuhan

Biak bilamana kapasitasnya dan kenyamanannya sudah tidak

dapat dipenuhi lagi dengan baik.

2. Kawasan Industri Export Processing Zone/EPZ

Kawasan EPZ (383 Ha), meliputi wilayah barat Distrik Biak Kota

sampai ke Distrik Yendidori, saat ini telah berjalan aktivitas

pengalengan ikan, pembuatan fishmill/pakan ternak ikan (dengan

bahan baku kedelai dari Nabire, Yapen dan Waropen), maupun

penangkapan ikan (pada perairan dangkal dekat pantai oleh

rakyat dan perairan dalam oleh pengusaha swasta besar).

Kawasan EPZ ini akan dikembangkan lebih lanjut, seperti

pengolahan CPO yang ada di hinterland terutama dari Manokwari,

Yapen, Waropen, Supiori, Jayapura dan Nabire. Di samping itu

juga perlu dikembangkan industri pengolahan ikan tuna ataupun

daging yang didatangkan darihinterland.

(14)

Rekomendasi struktur ruang Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan

Lingkungan (KSN SB-SCL) menggunakan 2 benchmark dalam rangka

meningkatkan kualitas penerimaan data satelit cuaca dan lingkungan.

Kedua benchmark tersebut adalah:

a. Zona Pengawasan Keberadaan Menara Telekomunikasi (Z1). Zona ini berfungsi mengawasi keberadaan menara telekomunikasi.

Dalam zona ini direkomendasikan menara telekomunikasi

bersama dan tidak disarankan untuk pembangunan menara

telekomunikasi per operator jasa layanan. Radius jarak dari pusat

SB-SCL adalah 2 km dan berbentuk lingkaran.

b. Zona Bebas Menara Telekomunikasi (Z2). Zona ini berfungsi untuk membebaskan kawasan dari menara telekomunikasi

apapun seperti BTS, pemancar radio gelombang dan sebagainya.

Radius jarak dari pusat SB-SCL adalah 1 Km dan berbentuk

lingkaran.

c. Zona Pusat Pengendali SB-SCL (Z3). Zona ini merupakan pusat pengendali stasiun bumi cuaca lingkungan.

5.3. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit

Dasar penentuan Kawasan Stasiun TT&C Wahana Peluncur Satelit

adalah berbasis kepada kehandalan proses peluncuran satelit yang

kompetitif dan ramah lingkungan. Tingkat kehandalan proses

peluncuran satelit di kawasan ini berkaitan dengan mengakomodasi

proses peluncuran satelit dengan metode air launch. Untuk

(15)

tersebut maka Kawasan TT&C Wahana Peluncur Satelit Biak

membutuhkan ruang yang aman untuk melaksanakan metode

tersebut. Mengingat basis peluncuran satelit akan menggunakan

Bandara Frans Kaisiepo maka Konsep Deliniasi KSN TT&C Wahana

Peluncur Satelit Biak adalah berbasis Kawasan Keselamatan

Operasional Penerbangan (KKOP).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka deliniasi KSN TT&C Wahana

Peluncur akan memberikan prioritas utama penataan ruang pada

komponen KKOP yaitu Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan,

Kawasan Permukaan Transisi dan Kawasan Horisontal Dalam.

Mengacu kepada peta konsep KKOP Bandara Frans Kaisiepo yang

digunakan untuk mengakomodasi aktivitas manuver Pesawat Rusian

Antonov 124 Ruslan maka direkomendasi bentuk deliniasi KSN TT&C

Wahana Peluncur Satelit Biak yakni:

a. Batas Deliniasi Sisi A : Batas deliniasi ini berada sisi utara KSN ini dan berada di Distrik Samofa

b. Batas Deliniasi Sisi B : Batas deliniasi ini berada di sisi timur KSN ini dan berada di Kampung Mokmer dan Jalan Raya ke arah

Bosnik

c. Batas Deliniasi Sisi C : Batas deliniasi ini berada di sisi selatan KSN ini dan mengikuti pesisir pantai Kota Biak ke arah Pelabuhan

Biak terus ke arah Lantamal Biak.

d. Batas Deliniasi Sisi D : Batas deliniasi ini berada di sisi timur KSN ini dan sebagian merupakan permukiman penduduk,

(16)

dalam Distrik Samofa dan Distrik Biak Kota

2.3 Demografi Dan Urbanisasi

2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

Jumlah penduduk Kabupaten Biak Numfor tahun 2014 tercatat

135.831 jiwa, yang terbagi berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 69.908 jiwa dan jumlah penduduk

dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 65.923 jiwa. Dengan jumlah

rasio jenis kelamin per kecamatan berjumlah 106. Untuk lebih jelasnya

jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten

Biak Numfor dapat dilihat pada table berikut ;

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per KecamatanKabupaten Biak Numfor

Biak Timur 3643 3539 7182 102,94

Biak Kota 22732 21892 44624 103,84

Samofa 15337 14273 29610 107,45

Yendidori 4309 4105 8414 104,97

Biak Utara 3660 3358 7018 108,99

(17)

Kecamatan

Biak Barat 3055 2763 5818 110,57

Swandiwe 2251 2032 4283 110,78

Jumlah 69908 65923 135831 106,04

Sumber ; BPSBiak Numfor Th.2015

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Biak Kota memiliki jumlah penduduk terbesar, yakni sebesar 44624 jiwa dengan proporsi jumlah penduduk laki-laki lebih besar yakni 22732jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yakni 21892 jiwa. Jumlah penduduk terkecil dimiliki oleh Kecamatan Bondifuar yakni sebesar 227jiwa dengan proporsi jumlah penduduk lakilaki lebih kecil yakni sebesar 128jiwa dari pada jumlah penduduk perempuan yakni sebesar 99jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4

Luas Daerah Area, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Biak Numfor

(18)

S

Masalah demografi yang patut untuk diperhatikan adalah masalah

kepadatan penduduk. Angka kepadatan penduduk ini bervariasi disetiap

kecamatan yang menandakan adanya perbedaan sebaran penduduk.

Perbedaan sumber daya yang dimiliki suatu wilayah dengan wilayah lainnya

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penduduk

yang tidak merata tersebut. Daerah yang memiliki aktivitas perekonomian

tinggi akan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, seperti halnya

Kecamatan Biak Kota kepadatan penduduk terbesar yaitu sebesar 1039,22

Per Km2, Kecamatan Orkeri, Kecamatan danYendidoriadalah

kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan yang hampir sama sekitar 30 sampai

31 per km2, sedangkan untuk Kecamatan andey dan Bondiguarmerupakan

Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 10 km2. Jika

ditinjau dari ke enam kecamatan tersebut Kecamatan Biak Kota yang

memiliki memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Kondisi

tersebut mengindikasikan, bahwa peningkatan aktivitas perekonomian

disuatu wilayah menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk karena

mobilitas penduduk, selain pertumbuhan secara alami. Kesempatan

(19)

mendapatkan lapangan pekerjaan dan pembukaan usaha mandiri seperti

kesempatan berdagang merupakan daya tarik terjadinya mobilitas

penduduk dari wilayah lain ke wilayah yang merupakan daerah

pengembangan ekonomi.Sesuai perkembangan yang ada, jalur transportasi

darat semakin meningkat sehingga Kawasan Permukiman tidak saja berada

pada daerah pinggir sungai namun juga mengikuti jaringan jalan yang ada.

Dan kedepannya dapat diarahkan mengisi kantong-kantong permukiman

yang menjauhi kawasan pinggiran sungai.

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan KK Keseluruhan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan

untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat

berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh

kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses

terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis

Kemiskinan) di Kabupaten Biak Numfor sebesar 166.000 jiwa, dibandingkan

dengan penduduk miskin pada tahun sebelumnya tidak menaglami

perubahan yang tetap berjumlah 166.000 jiwa, berarti jumlah penduduk

miskin mengalami tidak mengalami penurunan. Garis kemiskinan

menunjukkan trend yang cenderung meningkat akibat pengaruh

peningkatan nilai pengeluaran penduduk.

Permasalahan kemiskinan bukan hanya sebesar berapa jumlah

persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah

(20)

mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan

kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman

keparahan kemiskinan yang dialami penduduk. Indikator yang digunakan

untuk mengukur tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan adalah

Indeks Kedalaman Kemiskinan atau Proverty Gap Index (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan atau Distributionalli Sensitive Index (P2) yang dirumuskan oleh Faster-Greer-Thorbec (FGT).

Tabel 2.5

Banyaknya Penduduk Miskin di Perdesaan dan Perkotaan

Tahun Rumah Tangga Miskin Total (Jiwa)

Pedesaan Perkotaan

2011 10.832 (66,65%) 5.420 (33,35%) 16.252

2012 10.996 (66,63%) 5.508 (33,37%) 16.504

2013 103.000 (62,05%) 63.000 (37,95%) 166.000

2014 103.000 (62,05%) 63.000 (37,95%) 166.000

Sumber :BPS Biak Numfor 2015

2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan

Jumlah penduduk pada suatu wilayah pasti berubah seiring

berjalannya waktu. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Untuk meramalkan jumlah

penduduk di masa yang akan datang maka dibuatlah rumus proyeksi

penduduk.

Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa

yang akan datang berdasarkan asumsi perkembangan kelahiran, kematian

dan migrasi. Di Indonesia data penduduk yang dipakai dan dipercaya untuk

(21)

pada tahun yang berahir "0" dan survey antar sensus yang berakhir "5".

Proyeksi ini digunakan untuk kepentingan pembangunan seperti

perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan

pembangunan tersebut dapat berupa fasilitas pendidikan, kesehatan,

perumahan, lapangan kerja dan lainnya.

Dalam demografi, dikenal beberapa rumus untuk menghitung

proyeksi penduduk, salah satunya adalah rumus proyeksi penduduk

(22)

id

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Numfor Barat 9.083 2.704 5,55% 3.012 3.180 3.356 3.542 3.739 3.947 4.166 2 Orkeri 6.242 1.915 5,55% 2.133 2.252 2.377 2.509 2.648 2.795 2.950 3 Numfor Timur 4.954 1.370 5,55% 1.526 1.611 1.700 1.795 1.894 2.000 2.111 4 Poiru 7.993 1.964 5,55% 2.188 2.309 2.438 2.573 2.716 2.866 3.026 5 Bruyadori 10.173 2.024 5,55% 2.255 2.380 2.512 2.652 2.799 2.954 3.118 6 Padaido 3.072 1.880 5,55% 2.094 2.211 2.333 2.463 2.600 2.744 2.896 7 Aimando 5.086 2.336 5,55% 2.602 2.747 2.899 3.060 3.230 3.409 3.599 8 Oridek 18.166 5.056 5,55% 5.633 5.945 6.275 6.624 6.991 7.379 7.789 9 Biak Timur 12.551 7.182 5,55% 8.001 8.445 8.914 9.409 9.931 10.482 11.064 10 Biak Kota 4.294 44.624 5,55% 49.715 52.474 55.386 58.460 61.705 65.129 68.744 11 Samofa 23054 29610 5,55% 32.988 34.819 36.751 38.791 40.944 43.216 45.615 12 Yendidori 27513 8414 5,55% 9.374 9.894 10.443 11.023 11.635 12.280 12.962 13 Biak Utara 27777 7018 5,55% 7.819 8.253 8.711 9.194 9.704 10.243 10.811 14 Andey 27017 2512 5,55% 2.799 2.954 3.118 3.291 3.474 3.666 3.870 15 Warsa 6837 4790 5,55% 5.336 5.633 5.945 6.275 6.623 6.991 7.379 16 Yawosi 3963 2104 5,55% 2.344 2.474 2.611 2.756 2.909 3.071 3.241 17 Bondifuar 12914 227 5,55% 253 267 282 297 314 331 350 18 Biak Barat 25234 5818 5,55% 6.482 6.841 7.221 7.622 8.045 8.491 8.963 19 Swandiwe 24276 4283 5,55% 4.772 5.036 5.316 5.611 5.922 6.251 6.598

(23)
(24)

2.4 Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan 2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor

meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku

(ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada

tabel 2.7

Tabel 2.7

Perkembangan Ekonomi

Sumber : BPS Biak Numfor 2016

Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB

Nilai PDRB ADHB

Nilai PDRB ADHK

Pertumbuhan

ADHK

2.4 Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan 2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor

meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku

(ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada

tabel 2.7

Tabel 2.7

Perkembangan Ekonomi

Sumber : BPS Biak Numfor 2016

Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB

Nilai PDRB ADHB

Nilai PDRB ADHK

Pertumbuhan

ADHK

2.4 Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan 2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor

meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku

(ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada

tabel 2.7

Tabel 2.7

Perkembangan Ekonomi

Sumber : BPS Biak Numfor 2016

Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB

(25)

Dari grafik diatas terlihat PDRB Kabupaten Biak Numfor baik

ADHB maupun ADHK meningkat tiap tahun. Dengan meningkatnya nilai

PDRB tiap tahun menunjukan bahwa perekonomian daerah mengalami

peningkatan tiap tahun.

Dilihat dari tahun 2010-2015, pertumbuhan PDRB Biak Numfor

paling tinggi terjadi pada tahun 2015. Ini menunjukan peningkatan

perekonomian daerah terbaik adalah di tahun 2015. Adapun pertumbuhan

PDRB Biak Numfor sebesar 8,89 persen.

Tabel 2.8

Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB

Jika dilihat distribusi tiap kategori usaha terhadap PDRB Biak

Numfor tahun 2014-2015, tampak besaran peranan kategori Pertanian,

Lapangan Usaha 2014 2015

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 23,63 21,01

Pertambangan dan Penggalian 0,82 0,83

Industri Pengolahan 3,76 3,61

Pengadaan Listrik dan Gas 0,14 0,16

Pengadaan Air Bersih 0,14 0,14

Konstruksi 6,00 5,85

Perdagangan Besar dan Eceran 17,38 18,43

Transportasi dan Pergudangan 10,54 9,76

Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,81 0,73

Informasi dan Komunikasi 2,97 3,06

Jasa Keuangan dan Asuransi 5,18 4,76

Real Estate 4,90 5,16

Jasa Perusahaan 3,07 2,63

Administrasi Pemerintahan, Petahanan dan

Jaminan Sosial 15,23 18,64

Jasa Pendidikan 2,66 2,51

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,67 1,65

Jasa lainnya 1,10 1,08

(26)

Kehutanan, Perikanan mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2014

kontribusinya sebesar 23,63 persen, lalu ditahun 2015 turun menjadi 21,01

persen. Menurunnya kontribusi pertanian, kehutanan, perikanan ini

memberikan gambaran bahwa perkembangan usaha pertanian, kehutanan,

perikanan di daerah relative kurang berkembang disbanding kategori usaha

lainnya. Begitupun juga dialami pada kategori transportasi, pergudangan

mengalami penurunan.

Adapun pada kategori administrasi pemerintahan, pertahanan,

jaminan social wajib, dan perdagangan besar kecil reparasi kendaraan

keduanya mengalami peningkatan andil dalam pembangunan ekonomi

daerah. Hal ini bias dilihat dari kategori konstribusi administrasi

pemerintahan naik dari 15,23 persen tahun 2014 menjadi 18,64 persen

ditahun 2015. Dan pada kategori perdagangan naik dari 17,38 persen di

tahun 2014 menjadi 18,43 persen di tahun 2015.

Peningkatan andil kategori usaha administrasi pemerintahan ini

merupakan suatu hal yang wajar. Kategori usaha ini mengalami

peningkatan yang tinggi karena meningkatnya APBD daerah tahun 2015

yang cukup signifikan, yakni 31 persen dari tahun lalu. Pada tahun 2015

realisasi APBD Biak Numfor tercata sebesar 1,1 triliun rupiah. Nilai

meningkat dari tahun 2014 sebesar 839,6 milyar rupiah.

Pertumbuhan ekonomi kabupaten Biak Numfor dari tahun 2010 –

2015 PDRB selalu tumbuh dengan baik dimana bias dilihat dari

pertumbuhan positif tiap tahun. Pada tahun 2015 pertumbuhan mencapai

(27)

penguatan ekonomi yang terjadi di tahun 2015 lebih tinggi dan lebih baik

dari beberapa tahun sebelumnya.

Gambar 2.4 Pertumbuhan PDRB Tahun 2010 – 2015

Sumber :BPS Biak Numfor 2016

Bila dilihat dari tiap kategori usaha, pertambangan, penggalian

konstruksi, perdagangan, informasi komunikasi, real estate, dan

administrasi pemerintahan mengalami pertumbuhan jauh lebih tinggi dari

pertumbuhan tahun sebelumnya. Ini menunjukan kondisi perekonomian di

tahun 2015 mendorong kategori usaha tersebut untuk tumbuh lebih baik.

Berbeda dengan beberapa lainnya mengalami penurunan, yaitu kategori

pengadaan listrik gas, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan

(28)

Tabel 2.9

Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB

Sumber :BPS Biak Numfor 2016

2.4.2 Data Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk

PDRB Perkapita diperoleh dengan cara membagi besaran nilai

PDRB atas dasar harga berlaku suatu tahun tertentu dengan penduduk

pertengahan tahun pada tahun yang sama. Jadi besar kecilnya nilai PDRB

perkapita ditentukan oleh besaran PDRB dan jumlah penduduk pada suatu

tahun tertentu. Adapun jumlah penduduk dan PDRB per kapita dapat

dilihat pada tabel dibawah ini

Lapangan Usaha 2014 2015

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,37 4,21 Pertambangan dan Penggalian (3,11) 8,77

Industri Pengolahan 5,25 4,13

Pengadaan Listrik dan Gas 3,35 (3,76)

Pengadaan Air Bersih 8,15 3,74

Konstruksi 1,31 6,88

Perdagangan Besar dan Eceran 5,71 10,04 Transportasi dan Pergudangan 4,98 2,33 Penyediaan Akomodasi dan Makan 7,66 0,19 Informasi dan Komunikasi 4,38 8,28 Jasa Keuangan dan Asuransi 5,04 4,70

Real Estate 1,84 6,25

Jasa Perusahaan 2,15 (3,47)

Administrasi Pemerintahan, Petahanan dan

Jaminan Sosial 12,13 28,49

Jasa Pendidikan 5,49 6,74

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,40 8,88

Jasa lainnya 8,68 2,31

(29)

Tabel 2.10

Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB

Sumber BPS Biak Numfor 2016

2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis 2.4.3.1 Kondisi Geologi

Pulau Biak dan sekitarnya yang berada pada deretan pulau

kecil-kecil di utara Pulau Papua terletak pada cekungan pengendapan Pratersier,

yang lebih dikenal dengan nama Cekungan Irian Utara. Penyebabnya

karena runtutan stratigrafi batuan di pulau ini sama dengan runtutan

stratigrafi di cekungan Irian Besar. Batuan yang terdapat di Pulau Biak

terdiri dari batuan Malihan dan batuan Sedimen. Untuk batuan sedimen

terdiri dari batu gamping, batu lempung gampingan, batu pasir lempungan

serta pasir dan lempung.

Stratigrafi bagian barat berbeda dengan di bagian timur

disebabkan oleh perubahan tektonik dan fasies pada beberapa satuan

batuan. Laporan tentang geologi Pulau Biak sampai saat ini hanya berupa

hasil peta geologi dan keterangan singkat yang disusun oleh Masria, dkk

(P3G, 1981). Karena itu, batuan yang dikelompokkan atas dasar tata nama

(30)

fasies, maka dibagi atas 9 satuan batuan endapan batuan, yaitu dari tua ke

muda: batuan malihan, batu gamping lensa, basal konglomerate, basal

alkali andesit, lava, batu gamping, napal, batu lempung gampingan, dan

endapan rawa serta endapan pantai.

Pada umumnya jenis perlapisan batuan sesuai dengan arah

memanjang pulau ini, yaitu di bagian barat sampai dengan timur. Batuan

tertua terdiri dari batuan malihan berderajat rendah, dan berdasarkan letak

dan kedudukannya batuan ini berumur Pratersier. Batuan tersebut

bersama dengan batuan Auwewa terdiri dari lava basalit, tufa dan breksi

yang di beberapa tempat mengandung pecahan batuan malihan dan rijang.

Satuan batuan ini ditumpangi secara tidak selaras oleh batuan yang lebih

muda. Batuan yang lebih muda diatasnya terdiri dari Korem, Wardo, dan

Mokmer dimana Singkapan batuan ini terdapat di sebelah utara Bosnik di

sebelah utara Korido dan di Gunung Mahekisi. Umurnya diperkirakan

Oligosen awal sampai dengan Eosen.

Satuan Wainukendi terdiri dari batu gamping hablur yang tidak

mengandung fosil, pada daerah tertentu dijumpai lensa konglomerat,

lapisan tipis napal dan batuan berfosil yang umurnya berkisar dari oligosen

akhir sampai miosen awal. Satuan batuan ini membentuk deretan

pegunungan di bagian barat laut Pulau Biak. Satuan batuan ini tersusun

secara tidak selaras dengan satuan Aumewa dan ditumpangi secara selaras

atau mungkin menjari dengan satuan Wafordori.

Satuan Wafordori sebagian besar terdiri dari napal tufaan dengan

(31)

menunjukkan berumur Miosen awal. Satuan ini ditumpangi selaras dengan

satuan Napisendi di bagian selatan dan barat.

Satuan Napisendi ditumpangi secara selaras oleh satuan Korem.

Korem terdiri dari napal kapuran, pasiran serta batu gamping napalan yang

mengandung foraminifera kecil dan menunjukkan umur miosen akhir.

Satuan ini tersingkap di bagian tengah Pulau Biak. Satuan Wardo yang

mempunyai pelamparan di bagian baratdaya Pulau Biak mempunyai

hubungan menjemari dengan satuan Korem yang terdiri dari batu gamping

napalan dan pasiran.

Berdasarkan dari kandungan fosil foram kecil umur datuan

batuan ini adalah miosen akhir hingga pliosen. Kedua satuan ini menindih

secara tidak selaras formasi yang lebih tua. Satuan batuan Wardo

ditumpangi secara tidak selaras dengan satuan Mokmer yang terdiri dari

batu gamping koral dan kapur yang mengandung foram kecil.

Umur satuan batuan batu gamping Mokmer berkisar pada masa

Pleistosen sampai Holosen, di Pulau Biak satuan ini menumpangi secara

tidak selaras satuan Owewa dan satuan Wainukendi. Endapan pantai

terdapat di sekeliling Pulau Biak dan Selat Sorendiweri dan terdiri dari

kerikil, pasir dan lumpur.

1. Geologi Tata Lingkungan

Disamping potensi fisik sangat perlu adanya informasi tentang

keadaan fisik dan kendala akibat proses alam sendiri maupun eksternal,

yaitu keadaan fisik oleh kegiatan pembangunan yang dapat menyebabkan

rusaknya tata lingkungan sekitarnya. Bagi wilayah Kabupaten Biak

(32)

Namun demikian gambaran mengenai masalah fisik daerah harus

diinventarisasi untuk mengetahui dan mencegah kendala fisik yang

mungkin timbul pada masa yang akan datang. Struktur geologi yang ada

berupa “Sesar Mendatar Mengiri Sorong” yang memotong dari daerah kepala

burung Papua hingga perairan di sekitar bagian barat Kabupaten Biak

Numfor dan ini merupakan sesar aktif yang sewaktu-waktu dapat bergerak

dan menimbulkan goncangan (gempa bumi).

Aspek bencana yang penting mungkin muncul adalah aspek

gempa bumi dan gerakan tanah (longsor) pada daerah perbukitan. Bencana

longsor diperkirakan terjadi pada daerah pedalaman Pulau Biak dan di

daerah Ridge/Pematang sepanjang pantai Pulau Biak selatan bagian timur.

2. Aspek Erosi dan Sedimentasi

Karena di sepanjang pantai Biak bagian selatan terdapat

pegunungan dengan kelerengan yang cukup terjal maka bila daerah ini

tidak dijaga kelestariannya (vegetasinya) maka mempunyai potensi erosi

yang cukup tinggi. Sedangkan pada daerah yang lebih rendah dibawahnya

(33)

Gambar 2.5 Peta Geologi Pulau Biak dan Sekitarnya.

2.4.3.2 Kondisi Topografi

Kabupaten Biak Numfor memiliki keadaan topografis yang sangat

bervariasi. Secara morfologi Pulau Biak dapat dibagi menjadi 4 (empat)

satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran, satuan morfologi

bergelombang rendah sampai dengan sedang, satuan morfologi

bergelombang tinggi dan satuan morfologi perbukitan kapur, untuk lebih

(34)

Gambar 2.6 PetaMorfologi Wilayah Kabupaten Biak Numfor (RTRW Kabupaten Biak Numfor 2011-2031).

Satuan morfologi dataran berkemiringan rata-rata sebanyak

banyak 2 persen yang menempati 5 persen dari luas pulau. Kondisi

morfologi tersebut banyak berada di tepi pantai, dimana sebagian besarnya

merupakan hutan laut di bagian selatan, yaitu di sekitar Biak Kota, Bosnik,

Marauw. Daratan yang agak luas, yang lebarnya hanya 40-60 m selain itu

juga daerah ini terdapat di sepanjang pantai utara Pulau Biak (Korem dan

ke bagian timurnya).

Satuan morfologi bergelombang sedang memiliki kriteria

kemiringan antara 3-15 persen. Luas daerah yang memiliki kriteria ini,

(35)

tengah, sebagian kecil berada di Kampung Wardo, Biak Kota, bagian timur

pulau biak dan sebagian besar di bagian utara pulau biak. Pada satuan

morfologi ini merupakan daerah permukiman dan perkebunan.

Satuan morfologi bergelombang tinggi mempunyai kemiringan

antara 16-25 persen. Daerah ini tidak cukup luas, lebih kurang 15 persen

dari luas pulau, dimana menempati bagian timur dari Kampung Wardo

bagian Utara, Kampung Yenggarbun bagian selatan, Kampung Korem

bagian selatan dan bagian tengah dan barat Pulau Numfor. Daerah ini

sangat jarang penduduknya dan hanya pada musim hujan saja

dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

Satuan morfologi perbukitan dapat dibedakan dengan bagian yang

berlereng landai dan yang berlereng terjal. Dareah yang landai dengan

kemiringannya antara 26-45 persen. Bagian ini ada di bagian tengah,

baratlaut, bagian timur dan mengelilingi Pulau Biak. Untuk jelasnya

kelerengan dan kontur wilayah Kabupaten Biak Numfor dapat dilihat pada

(36)

Gambar 2.7 PetaKelerengan Wilayah Kabupaten Biak Numfor. (RTRW Kabupaten Biak Numfor 2011-2031).

1. Iklim

Secara umum, pola iklim di Kabupaten Biak Numfor dipengaruhi

oleh monsoon dan maritime, dimana pola iklim maritime yang lebih

dominan. Kondisi tersebut menyebabkan curah hujan tinggi serta merata

hampir sepanjang tahun berkisar antara 2.165-3.241 mm/tahun. Rata-rata

jumlah hari hujan pertahunnya berkisar antara 256-285 hari. Suhu udara

rata-rata 26,9 °C dengan tingkat kelembaban udara rata-rata 86 %.

2. Hidrologi

Kabupaten Biak Numfor yang terdiri atas Pulau Biak dan Numfor,

tersusun oleh material batu gamping dengan vegetasi penutup hutan dan

(37)

subdendritik. Alirannya ada yang intermitent dan permanen mengalir

sepanjang tahun, namun umumnya aliran sungainya pendek. Aliran

permukaan (sungai) terdapat di bagian Baratlaut pada Pulau Biak

sedangkan di Pulau Numfor tidak terdapat aliran permukaan yang cukup

berarti.

Aliran sungai yang terdapat di Pulau Biak diantaranya yaitu

Sungai Wardo, Sungai Mardori, Sungai Wapurdori (Napi) dan Sungai

Busdori. Aliran sungai ini bermuara di pantai barat. Sedangkan sungai

yang mengalir ke pantai utara adalah Sungai Sor, Sungai Wandos, Sungai

Wari dan Sungai Korem.

Pada bagian timur dan selatan Pulau Biak tidak terdapat aliran

sungai yang berarti, namun demikian banyak dijumpai aliran yang masuk

ke dalam celah dan rongga batuan yang akhirnya muncul di permukaan

pada dataran pantai dan membentuk sederetan mata air. Mata air yang

cukup potensial tersebut diantaranya mengalir di Teluk Urfu dan dekat

Kampung Rim yang berada di Pantai Selatan dan juga di Pantai Utara di

Teluk Korem bagian timur.

a. Sungai Wardo

Hulu Sungai Wardo berada pada ketinggian 300 m di atas

permukaan laut. Mata airnya keluar dari formasi Korem yang tersusun dari

batuan napal, napal kapuran, sisipan batu gamping. Beberapa mata air

mengalir ke arah selatan dan membentuk aliran sungai Desandok dan

Sungai Simandok. Kedua sungai mengalir sejajar kemudian pada fomasi

(38)

menjadi satu, kemudian membelok arah timur disebut Sungai Wardo.

Sungai bermuara di Teluk Wardo dan membentuk air terjun.

b. Sungai Wapurdori

Pada hulu sungai ini terdapat sejumlah anak sungai yang

mengalir pada perbukitan yang membentuk pola aliran dendristik. Mata

airnya keluar dari lapisan batuan napal, napal kapuran. Sebelum menjadi

satu aliran pada lapisan batuan batu gamping napalan dan pasiran,

hulunya mempunyai anak sungai yang mengalir sejajar arah Barat-Timur,

dimana masing-masing anak sungai tersebut yang bagian utara berasal dari

anak-anak sungai dan arah utara yang kemudian membentuk arah barat.

Sungai Wapurdi bermuara di Pantai Barat.

c. Sungai Korem

Sungai Korem terbentuk oleh anakan sungai yang hulunya berada

pada perbukitan dekat Pantai Utara dan mengalir ke arah selatan secara

sejajar. Mata airnya muncul dari lapisan batuan napal, napal kapuran.

Anakan sungai ini kemudian bergabung menjadi satu dan membelok ke

arah timur, kemudian di wilayah Measido sungai ini membelok ke arah

utara membentuk sungai cukup besar dan bermuara di Teluk Korem Pantai

Utara. Di sekitar wilayah Measido aliran ini sebagian menembus masuk ke

celah dan rongga batuan kemudian muncul lagi di sekitar Manubepium

membentuk aliran sungai mengalir ke arah selatan pada lapisan batuan

batu gamping napalan dan pasiran (Rakempium). Di sekitar Kampung Rim

sungai ini masuk ke bawah tanah pada batu gamping koral dan kapur

kemudian muncul di Teluk Urfu Pantai Selatan. Untuk jelasnya dapat

(39)

Tabel 2. 11

Sumber Air yang Dapat Dimanfaatkan di Kabupaten Biak Numfor. No. Nama Sumber Air Kecamatan Jenis

Sumber

Jarak dari Kota (km)

Debit (l/dt)

1. Arismun/Amiandam Yendidori Air Terjun 30 50

2. Air Terjun Wardo Biak Barat Air

Permukaan 48 500

7. Kali Korem Biak Utara Air

Permukaan 42 400

Snerbow Samofa Sumur Gali 0 300

(40)

Gambar 2.8 Peta Hidrologi Pulau Biak dan Sekitarnya.

2.4.4 Data Resiko Bencana Alam

Bencana geologi yang berpotensi tinggi terjadi di Kabupaten Biak

Numfor adalah gempa bumi dan tsunami, sedangkan tanah longsor sangat

berpeluang kecil terjadi selain bencana geologi, terdapat juga bencana iklim

yang mungkin dapat terjadi yaitu badai tropis dan banjir. Kawasan Biak

Numfor ditetapkan sebagai wilayah dengan tingkat kerawanan gempa bumi

merusak (gempa kuat) dan gempa bumi merusak sedang (gempa sedang).

1. Kawasan Rawan Bencana Alam

Merupakan kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan yang sering

(41)

rawan terhadap perubahan iklim, sehingga dapat berakibat rusaknya

lingkungan secara menyeluruh. Dengan demikian harus melakukan

antisipasi terhadap bencana yang setiap saat dapat terjadi:

Gelombang Pasang

Bencana gelombang pasang yang terjadi di Kabupaten Biak Numfor

yaitu pada tanggal 11 Juli 2007, dengan terjadinya hantaman

gelombang besar tersebut mengakibatkan rusaknya terumbu karang

sebanyak 80 persen, dimana pada daerah sepanjang Pantai Biak Timur

sampai dengan Wardo merupakan terumbu karang yang dilindungi

yang terkena dampak gelombang pasang ini.

Rawan Perubahan Iklim

Untuk rawan bencana perubahan iklim yang berdampak pada

kerusakan terumbu karang, diperkirakan mempengaruhi kawasan

yang memiliki tutupan terumbu karang seperti di wilayah perairan

Kabupaten Biak Numfor. Naiknya suhu permukaan laut akan

menyebabkan kerusakan bahwa dalam jangka waktu tertentu sehingga

akan menyebabkan kematian massal pada koloni terumbu karang

tersebut. Ini tentunya lebih jauh berdampak pula pada ketersediaan

ikan-ikan hias dan ikan-ikan menengah pada wilayah yang terkena

dampak tersebut.

2. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi

Bentuk antisipasi terhadap bencana alam geologi di Kabupaten Biak

Numfor perlu dilakukan melalui upaya deteksi gempa, melestarikan

(42)

diantaranya adalah dengan memanfaatkan dan mempertahankan fungsi

hutan bakau sebagai penahan gelombang dan abrasi pantai.

Gempa Bumi

Secara umum seluruh wilayah Kabupaten Biak Numfor merupakan

wilayah potensi gempa tektonik, akibat aktifnya Sesar Sorong yang

terdapat di sebelah barat. Kegempaan suatu daerah dapat dinilai

berdasarkan intensitas tertinggi atau kerusakan terparah akibat gempa

bumi. Pada tahun 1996, gempa bumi terjadi di Kabupaten Biak

Numfor dengan kekuatan 7,4 SR (Skala Rithcer). Beberapa daerah

yang terkena dampak gempa bumi adalah Korem (Distrik Biak Utara),

Bosnik (Distrik Biak Timur), dan Sopen (Distrik Biak Barat), dimana

Korem menjadi salah satu daerah terparah akibat gempa bumi

tersebut.

Tsunami

Secara empiris tsunami dapat terjadi oleh gempa tektonik dengan

kekuatan lebih dari 6,5 Skala Richter dan pusat gempa berada pada

kedalaman kurang 60 km dari dasar laut, menghasilkan perubahan

dasar laut secara vertikal lebih dari 2 meter.

Salah satu bencana alam geologi yang pernah terjadi di

Kabupaten Biak Numfor adalah tsunami, tepatnya pada tahun 1991

tsunami terjadi di Distrik Oridek, Tanjung Barari (Manuhuar).

Gerakan Tanah

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi tanah

dipengaruhi oleh : tingkat erosifitas tanah, erosibilitas tanah, topografi,

(43)

erosi tanah terdapat di seluruh daerah wilayah Kabupaten Biak Numfor

terutama pada daerah tinggian.

Abrasi (Erosi pantai)

Kawasan yang memiliki potensi erosi pantai adalah daerah bagian

barat dan selatan Pulau Biak. Potensi pengurangan garis pantai terjadi

di bagian barat khususnya Pantai Wardo dan sebagian daerah

baratdaya Pulau Numfor.

Abrasi di pantai pada daerah Biak Utara dan Biak Timur dipicu oleh

adanya gempa bumi tahun 1996, diikuti oleh turunnya tanah

sepanjang pantai sekitar 2 m yang disebabkan oleh gelombang pasang

kuat menuju ke arah pantai dan menggerusnya sehingga menyebabkan

terjadinya pengikisan pasir di daerah pantai tersebut.

(44)

2.4.5 Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

2.4.5.1 Air Minum

Rencana sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Biak

Numfor terdiri atas wilayah sungai, cekungan air tanah, pengembangan

prasarana air baku untuk air minum.

Rencana sistem jaringan sumber daya air dilakukan

denganmengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber

air tanah serta melalui optimasi pemanfaatan sumber dan penjernihan air.

Juga diperlukan pencegahan pencemaran pada cekungan air tanah di

berbagai sumber.

A. Wilayah Sungai

Wilayah Sungai (WS) adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber

daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau

pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

Sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan

yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan

air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,

yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut

sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas

daratan.

Wilayah Sungai yang berada di Kabupaten Biak Numfor adalah WS

(45)

Korem, Wardo, Owi, Auki, Pai, Padaidori, Bromsi, Sawadori, dan

Numfor.

B. Cekungan Air Tanah

Cekungan Air Tanah (CAT) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh

batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses

pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

Cekungan Air Tanah di Kabupaten Biak Numfor meliputi CAT Biak

seluas 1.214 km2 dan CAT Numfor seluas 431 km2.

C. Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih

Sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Biak

Numfor berupa air permukaan (seperti sungai dan air terjun) serta air

bawah tanah (sumur gali). Sumber air yang dapat dimanfaatkan di

Kabupaten Biak Numfor, seperti ditampilkan pada tabel sebagai

berikut;

Tabel 2.12

Sumber Air yang Dapat Dimanfaatkan di Kabupaten Biak Numfor

No Nama Sumber Air Distrik Jenis Sumber

1 Arismun/Amiandam Yendidori Air terjun 30 50

2 Air Terjun Wardo Biak

(46)

No Nama Sumber Air Distrik Jenis

7 Kali Son, Desa Son Biak Utara

10 Sumur Gali Sinerbow Samofa Sumur Gali - 300

Sumber: rencana 2010

Jaringan air baku untuk air bersih meliputi:

a. pembangunan dan pengelolaan saluran pembawa, pemeliharaan

dan pengelolaan sumber air baku, serta pengolahan air baku;

b. pembangunan distribusi air baku yang dikelola secara terpadu

untuk memenuhi kebutuhan air; dan

c. pengendalian kerusakan sumberdaya air di wilayah hulu.

D. Jaringan Air Bersih Ke Kelompok Pengguna

Jaringan air bersih ke kelompok pengguna diarahkan menggunakan

(47)

distrik.

Sistem pelayanan air minum Kabupaten Biak Numfor meliputi:

a. pengembangan jaringan air minum di wilayah perkotaan Biak;

b. penyediaan jaringan air minum dari sumber air di Distrik

Yendidori untuk melayani kawasan permukiman di Pulau Biak

bagian timur;

c. penyediaan jaringan sistem air minum dari sumber air di Distrik

Biak Barat untuk melayani kawasan permukiman di Pulau Biak

bagian barat;

d. penyediaan jaringan sistem air minum dari sumber air di Distrik

Biak Utara untuk melayani kawasan permukiman di Pulau Biak

bagian utara; dan

e. penyediaan jaringan sistem air minum dari sumber air di Distrik

Biak Timur untuk melayani kawasan permukiman di Pulau Biak

bagian timur.

2.4.5.2 Sampah

Kondisi pengelolaan persampahan pada tahun penyusunan

rencana; TPA berada di Kampung Maryendi Distrik Samofa dengan luas 4

Ha. TPA tersebut hanya mampu melayani 2 distrik (Distrik Biak Kota dan

Samofa). Sistem pengumpulan sampah, sampah dari masyarakat langsung

dipindahkan ke TPA tanpa ada proses pengolahan terlebih dahulu di tingkat

masyarakat. Pengangkutan sampah menggunakan truk dengan armada

terbatas dan usia kendaraan 10 tahun lebih. Sistem pembuangan akhir

(48)

pada tingkat kampung pada umumnya sampah dibakar di halaman rumah.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,

menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah

sebagai sumber daya.

Arahan pengelolaan sampah di Kabupaten Biak Numfor dilakukan

melalui upaya pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan

pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,

pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan

kegiatan pemilahan meliputi:

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah

dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu; pengangkutan dalam bentuk membawa

sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah

sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke

tempat pemrosesan akhir;

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau

dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat

pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan

(49)

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah

dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan

secara aman.

Arahan pemrosesan akhir sampah di Kabupaten Biak Numfor:

a. Rencana pembangunan TPST (Tempat Pengelolaan Sementara Terpadu)

di beberapa lokasi yakni Kelurahan Mandala Distrik Biak Kota, di

Kelurahan Samofa, Kelurahan Karang Mulya, Kelurahan Brambaken,

dan Kelurahan Sumberker Distrik Samofa, dengan luas masing-masing

TPST 500 m2.

Aktivitas di TPST diarahkan pada compostingdan daur ulang. Sisa

sampah hasil composting dan daur ulang diangkut ke TPA

menggunakan armada truk pengangkut.

b. Lokasi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) tetap diarahkan pada lokasi

TPA yang telah ada (yaitu di Samofa Distrik Samofa), namun

ditingkatkan lagi fungsinya.

Arahan pengembangan sistem pengelolaan sampah di TPA adalah

menggunakan sistemsanitarylandfill.

c. Composting serta daur ulang sampah dapat dilakukan oleh masyarakat

pada tingkat permukiman melalui pendampingan dari pemerintah

daerah. Pemerintah daerah melalui dinas yang bersangkutan dapat

(50)

2.4.5.3 Sistem Pengelolaan Limbah

Sistem pengelolaan limbah meliputi:

a. sistem pengelolaan komunal di kawasan perkotaan, kawasan

pengembangan permukiman baru, dan kawasan industri;

b. sistem pengelolaan setempat di kawasan permukiman;

c. pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Distrik

Samofa;

a. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan

industri.

2.4.5.4 Sistem Drainase

Rencana sistem jaringan drainase terutama ditujukan pada

kawasan perkotaan. Rencana pengembangan sistem jaringan drainase

meliputi wilayah perkotaan Biak, Waroi dan Bosnik.

Drainase primer juga dikembangkan dengan memanfaatkan badan

sungai Korem di Distrik Biak Utara, sungai Wari di Distrik Andey, sungai

Wardo di Distrik Biak Barat, sungai Napi dan Orek di Distrik Swandiwe.

Rencana sistem drainase diarahkan pada revitalisasi saluran

drainase yang telah ada dan pembuatan saluran baru. Untuk

merencanakan sistem drainase batasan yang digunakan adalah sebagai

berikut:

o Sedapat mungkin memanfaatkan saluran alam agar sistem yang

direncanakan lebih ekonomis

o Arah pengaliran mengikuti garis kontur sehingga dapat mengalir secara

(51)

o Dimensi saluran drainase disesuaikan dengan lebar jalan dan

tergantung pada curah hujan setempat, sedangkan untuk saluran

drainase yang berfungsi sebagai saluran pematusan dimensinya

tergantung pada jumlah penduduk yang dilayani.

Sarana prasarana sistem jaringan drainase, meliputi:

1. Badan penerima air

Prasarana meliputi: sumber air di permukaan tanah (laut, sungai,

danau) serta sumber air di bawah permukaan air tanah (air tanah

akifer)

2. Bangunan pelengkap

Prasarana meliputi: gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Biak Numfor
Tabel 2.1
Tabel 2.2Luas Wilayah Per Kecamatan Kabupaten Biak Numfor
Tabel 2.3Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alokasi waktu yang digunakan untuk meneliti tentang Praktik Jual Beli di Kalangan Habaib di Kota Palangka Raya dalam Perspektif Etika Bisnis Islam adalah selama dua

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh komunikasi pemasaran sosial pada brand awareness Ombudsman Republik Indonesia. Telah diidentifikasi enam

Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan SPSS, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi dan kompetensi mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru SMP Negeri 18

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Pendaftaran Peralihan dari Pemisahan Hak Guna Bangunan Induk ke Hak Guna Bangunan Perseorangan dalam Jual Beli Perumahan di Kabupaten Sleman

perhitungan beban kerja kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di ULP UKURAN KEBERHASILAN B12: Adanya perencanaan jumlah Keanggotaan Pokja ULP dan Pejabat Pengadaan (PP) penuh

Air kelapa hijau dengan konsentrasi 100% yang diberikan pada mencit menunjukkan adanya pengaruh terhadap penurunan gejala toksik berupa sikap tubuh yang tidak

Fungsi Program : Untuk menampilkan menu data masuk barang Bentuk Lampiran : Lampiran C-7. Bahasa Program : Microsoft Visual Basic 6.0 Proses Program

Implementasi penerbitan IMB dalam rangka pelayanan publik di Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Semarang diawali dengan pengisian formulir dan pemenuhan persyaratan oleh pemohon;