Bab 2
PROFIL KABUPATEN BIAK NUMFOR
2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Biak Numfor
Kabupaten Biak Numfor secara geografis berada di sebelah utara
daratan Papua dengan letak astronomis diantara 0°55′LS - 1°27′LS dan
134°47’ - 136° BT.
Secara administrasi batas Kabupaten Biak NumforAdalah :
Sebelah Utara : Kabupaten Supiori dan Samudera Pasifik
Sebelah Timur : Samudera Pasifik
Sebelah Selatan : Selat Yapen
Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 19 Distrik. Lima distrik
diantaranya ada di Pulau Numfor yaitu Numfor Barat, Numfor Timur,
Orkeri, Poiru dan Bruyadori. Sementara itu terdapat 12 distrik di Pulau
Biak yaitu Distrik Oridek, Biak Timur, Biak Kota, Samofa, Yendidori, Biak
Utara, Yawosi, Andey, Bondifuar, Warsa, Biak Barat dan Swandiwe. Adapun
2 distrik lainnya berada di kepulauan yaitu Distrik Padaido, dan Aimando.
Pada tahun 2014 Kabupaten Biak Numfor memiliki 19 distrik yang terdiri dari 8 kelurahan dan 254 kampung atau total kampung/kelurahan definitif ada sebanyak 262 satuan pemerintahan.
Tabel 2.1
Nama Kecamatan, Ibukota Kecamatan dan Desa/Kelurahan Tahun 2014Kecamatan Kabupaten Biak Numfor
Luas Wilayah Kabupaten Biak Numfor yang terdiri dari 19
(Sembilan belas) distrik, 254 (dua ratus lima puluh empat) kampung dan 8
(delapan) keluarahan.Distrik Biak Utara seluas 277,77 Km2, Distrik
Yendidori seluas 275,13 Km2, dan Distrik Andey seluas 270,17
Km2.Adapun distrik yang memiliki wilayah terkecil adalah Distrik Padaido
seluas 30,72 Km2 dan Distrik Yawosi seluas 39,63 Km2. sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2
Luas Wilayah Per Kecamatan Kabupaten Biak Numfor
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Biak Numfor
Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Papua, Dengan Letak kabupaten yang strategis, di bagian utara
Pulau Yapen di Teluk Cenderawasih. Tiga pulau besar dan 62 pulau-pulau
kecil di kawasan Biak Numfor yang sangat mengandalkan pelabuhan laut
dan bandara bagi lalu lintas perekonomiannya. Dimana pelabuhan lautnya
dapat mengakses langsung ke kawasan Asia Pasifik, Australia dan Amerika,
begitu juga dengan bandara udara yang ada. Sehingga banyak potensi
daerah yang dapat sebagai aspek daya saing antara lain :
1. Perikanan
Geobiofisik wilayah sebagai indikator bahwa sektor perikanan
merupakan sektor prioritas, adapun luas perairan 1.086 Km², dengan
berbagai potensi ikan antara lain ikan demersal 194.400 ton/tahun,
pelagis besar 155.700 ton/tahun, pelagis kecil 325.100 ton/tahun, dan
ikan karang 16.100 ton/tahun. Berada pada jalur migrasi ikan pelagis
besar (Yellowfin Tuna) dengan jumlah 6.278 ton/tahun, selain itu
memiliki taman karang laut (Coral Reef) yang berfungsi sebagai habitat
ikan karang ,nursery ikan karang dan sebagai daya tarik obyek wisata
laut.
2. Pariwisata
Kondisi alam bawah laut yang sangat menawan karena terdapat
berbagai jenis biota karang laut dan berbagai jenis ikan yang
sehingga membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi para diver atau
snorkler.
Obyek wisata lain yang tidak kalah menariknya adalah wisata sejarah
gua jepang (Japanese Cave) atau yang diidentikkan dengan gua binsari,
obyek ini memiliki nilai historis tersendiri bagi para imperialis jepang
(Nippon) karena mempunyai kenangan tersendiri bagi mereka.
Terdapatpula obyek wisata kunang-kunang (Lamprydae) memiliki daya
pikat bagi para peneliti dan pencinta makhluk hidup dan adanya
koleksi berbagai jenis burung dan anggrek di lokasi taman
anggrek/burung Ibdi.
3. Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di Kabupaten Biak
Numfor harus menjadi lokomotif untuk menghela modal pembangunan
lainnya. Dalam konteks daya saing, perlu ditentukan lokus, segmen
dan kapasitas destinasi yang tepat dan fungsional yang ketika
dikembangkan akan memberikan efek ganda dalam pembangunan di
daerah.
Pulau Owi merupakan lokus, segmen yang memilki kapasitas destinasi
prospektif. Hal ini didukung dengan beberapa informasi dan indikator
sebagai berikut :
a. Isu Strategis Pengembangan Pulau Owi :
1. Kemampuan daerah yang berada dalam posisi lebih tinggi
untuk MENARIK daerah-daerah lain dalam menciptakan
2. Peningkatan kemampuan membangun dapat diwujudkan
melalui dua cara, Pertama : pengembangan sumberdaya
manusia yang selalu menjadi isu dan dipakai sebagai alas an
utama untuk segala macam kekurangberhasilan program,
Kedua : Peningkatan kapasitas membangun yang dapat
dilakukan melalui pembangunan jaringan infrastruktur
sehingga hal itu dapat dijadikan salah satu indikator.
3. Peningkatan keuanggulan KOMPARATIF dan KOMPETETIF.
Keunggulan-keunggulan ini dapat diciptakan oleh Pemerintah
dalam rangka menghidupkan sektor pariwisata (dan sektor
lain) di wilayah Tanah Papua melalui infrastruktur fisik, baik
seperti yang dikemukan pada butir 2 maupun infrastruktur
komersial.
4. Peningkatan sensitivitas, baik terhadap pasar regional dan
global maupun pasar domestik yang sedang berkembang.
5. Peningkatan nilai saji (presentation value) dari potensi
sumberdaya wisata serta pelayanan pendukungnya sehingga
wilayah Tanah Papua ini sebagai tujuan wisata (destinasi)
dengan nilai ekonomi tinggi.
6. Peningkatan kesadaran semua pihak yang berkepentingan
bahwa pariwisata berkualitas seperti yang dimaksud tadi
merupakan sebuah industri dengan muatan sarat
pengetahuan (knowledge based industry). Tanpa pengetahuan
yang memadai, baik tentang kelestarian lingkungan,
pengelolaan yang professional maupun segala macam
pengetahuan lain yang terkait maka industri wisata tersebut
punya resiko kegagalan yang tinggi.
b. Lingkungan Strategis KSPN Owi :
Pengembangan destinasi perlu dilakukan dengan memperhatikan
wilayah pengaruh (lingkungan strategis) dan kemampuan menjadi
pusat bagi kawasan lainnya baik secara regional maupun
nasional. Lingkungan strategis Pulau Owi dalam konteks
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Padaido;
2. Teluk Cenderawasih;
3. Kepala Papua;
4. GerbangPasifik Indonesia;
5. Letak di Axix Bunaken-Raja Ampat; Padaido;
6. Coral Triangle Initiative (CTI);
7. Equator.
c. Keunggulan dan Keunikan Pulau Owi :
1. Terisolai, Terpencil, Very Private;
2. Sangat Natural, Fit dan Fresh;
3. Eco Maritime Tourism;
4. Sejarah Perang Dunia II;
5. Landasan Udara ex Sekutu;
6. Iklim tropis;
7. Ukuran pulau yang nyaman;
9. Keragaman coral sangatbaik;
10. Dekat dengan Biak;
11. Mampu menjadi kepala dari anatomi Pariwisata Teluk
Cenderawasih.
d. Konsep Pengembangan Owi :
1. Eco Marine Tourism;
2. Edu Tourism;
3. Adventure Tourism dan Geotourism;
4. Culture Tourism;
5. Historical Tourism.
e. Kebutuhan Rekaya Sosial Masyarakat Pulau Owi : 1. Nelayan tradisional menuju nelayan professional;
2. Peternak babi tradisional menjadi peternak (babi, ayam,
kambing) professional;
3. Pengangguran menjadi petani hidrophonic;
4. Pengangguran menjadi pemandu wisata lokal;
5. Pengangguran menjadi pengusaha water sport dan water
leasure;
6. Ibu-ibu menjadi pengusaha homestay wisata;
7. Pengangguran menjadi penari Papua dan entertainment lokal.
f. Analisis Daya saing Pulau Owi : 1. Pariwisata sejarah 35 %;
2. Pariwisata Keunukain Budaya 25 %;
3. Edutourism 15 %;
5. Pariwisata Buatan 10 %.
4. Sumber Daya Manusia
Pembangunan di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
Sumber Daya Manusia yang terampil dan berkualitas. Indikatornya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Biak Numfor pada
tahun 2013 mencapai nilai 80,68 persen, dengan pencapaian IPM
dimaksud menurut kokinerja pembangunan manusia “Menengah atas”
dengan angka pencapaian IPM antara 66,0 sampai 79,9. Sedangkan
Sumber Daya Manusia Aparatur pada tahun 2015 per januari
mencapai 4.551 0rang, terbagi pada jenjang pendidikan dimana jumlah
lulusan Sekolah Dasar 57 orang atau 1,3 persen, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama 88 orang atau 1,9 persen, Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas 1.742 orang atau 38,3 persen, Diplpoma I (DI) sebanyak 131
orang atau 2,9 persen, Diploma II (DII) sebanyak 436 orang atau 9,6
persen, Diploma III (DIII) sebanyak 451 orang atau 10,1 persen, S1
sebanyak 1.504 orang atau 33,0 persen, dan S2 sebanyak 78 orang 1,7
persen, dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang diraih baik
secara lokal maupun di luar provinsi Papua.
5. Kawasan Strategi Nasional
Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
negara, ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan, termasuk
Dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN ditentukan tiga Kawasan
Strategis Nasional (KSN) di Kabupaten Biak Numfor, meliputi Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (KAPET Biak), Kawasan Stasiun
Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan, serta Kawasan Stasiun Telemetry
Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit. Departemen
Pekerjaan Umum melalui Dirjen Penataan Ruang memberikan arahan
mengenai Penentuan Delineasi Kawasan Strategis Nasional di Wilayah
IV.
Keterkaitan ketiga KSN terhadap muatan kebijakan pengembangan
KSN dalam RTRWN adalah :
a) KAPET Biak : fokus kebijakan terkait pada pengembangan
perekonomian nasional;
b) Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan: fokusnya
adalah pemanfaatan teknologi tinggi secara optimal untuk
kesejahteraan masyarakat;
c) Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana
Peluncur Satelit: fokusnya adalah pada pemanfaatan teknologi
tinggi secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa arah kebijakan
pengembangan KSN pada Kabupaten Biak Numfor terbagi atas 2
komponen yaitu pengembangan perekonomian nasional dan
pemanfaatan teknologi tinggi secara optimal bagi kesejahteraan
Lebih lanjut strategi pengembangan KSN terkait dalam rangka
pengembangan perekonomian nasional termasuk KSN Kapet Biak di
dalamnya adalah:
a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber
daya alam dan kegiatan budi daya unggulan;
b. Sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;
c. Menciptakan iklim investasi yang kondusif;
d. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung kawasan;
e. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
f. Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
g. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang
kegiatan ekonomi.
Terkait pengembangan KSN untuk pemanfaatan teknologi tinggi secara
optimal, maka garis besar strateginya, baik untuk KSN Kawasan
Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan dan TT&C Wahana
Peluncur adalah :
a. Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan
dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;
b. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya
dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau
turunannya; dan
c. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam
keselamatan masyarakat.
5.1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (KAPET Biak) Kawasan prioritas di Kabupaten Biak Numfor yang direkomendasikan
sebagai KSN di KAPET Biak adalah:
1. Kawasan Industri Urfu
Kawasan Urfu (17 km dari kota, seluas 1.500 Ha ), akan
dikembangkan pada masa mendatang dengan aktivitas pelabuhan
(menempati lahan 300 ha) dan kawasan industri (1.200 ha).
Kawasan ini direncanakan sebagai pengganti kawasan pelabuhan
Biak bilamana kapasitasnya dan kenyamanannya sudah tidak
dapat dipenuhi lagi dengan baik.
2. Kawasan Industri Export Processing Zone/EPZ
Kawasan EPZ (383 Ha), meliputi wilayah barat Distrik Biak Kota
sampai ke Distrik Yendidori, saat ini telah berjalan aktivitas
pengalengan ikan, pembuatan fishmill/pakan ternak ikan (dengan
bahan baku kedelai dari Nabire, Yapen dan Waropen), maupun
penangkapan ikan (pada perairan dangkal dekat pantai oleh
rakyat dan perairan dalam oleh pengusaha swasta besar).
Kawasan EPZ ini akan dikembangkan lebih lanjut, seperti
pengolahan CPO yang ada di hinterland terutama dari Manokwari,
Yapen, Waropen, Supiori, Jayapura dan Nabire. Di samping itu
juga perlu dikembangkan industri pengolahan ikan tuna ataupun
daging yang didatangkan darihinterland.
Rekomendasi struktur ruang Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan
Lingkungan (KSN SB-SCL) menggunakan 2 benchmark dalam rangka
meningkatkan kualitas penerimaan data satelit cuaca dan lingkungan.
Kedua benchmark tersebut adalah:
a. Zona Pengawasan Keberadaan Menara Telekomunikasi (Z1). Zona ini berfungsi mengawasi keberadaan menara telekomunikasi.
Dalam zona ini direkomendasikan menara telekomunikasi
bersama dan tidak disarankan untuk pembangunan menara
telekomunikasi per operator jasa layanan. Radius jarak dari pusat
SB-SCL adalah 2 km dan berbentuk lingkaran.
b. Zona Bebas Menara Telekomunikasi (Z2). Zona ini berfungsi untuk membebaskan kawasan dari menara telekomunikasi
apapun seperti BTS, pemancar radio gelombang dan sebagainya.
Radius jarak dari pusat SB-SCL adalah 1 Km dan berbentuk
lingkaran.
c. Zona Pusat Pengendali SB-SCL (Z3). Zona ini merupakan pusat pengendali stasiun bumi cuaca lingkungan.
5.3. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit
Dasar penentuan Kawasan Stasiun TT&C Wahana Peluncur Satelit
adalah berbasis kepada kehandalan proses peluncuran satelit yang
kompetitif dan ramah lingkungan. Tingkat kehandalan proses
peluncuran satelit di kawasan ini berkaitan dengan mengakomodasi
proses peluncuran satelit dengan metode air launch. Untuk
tersebut maka Kawasan TT&C Wahana Peluncur Satelit Biak
membutuhkan ruang yang aman untuk melaksanakan metode
tersebut. Mengingat basis peluncuran satelit akan menggunakan
Bandara Frans Kaisiepo maka Konsep Deliniasi KSN TT&C Wahana
Peluncur Satelit Biak adalah berbasis Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan (KKOP).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka deliniasi KSN TT&C Wahana
Peluncur akan memberikan prioritas utama penataan ruang pada
komponen KKOP yaitu Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan,
Kawasan Permukaan Transisi dan Kawasan Horisontal Dalam.
Mengacu kepada peta konsep KKOP Bandara Frans Kaisiepo yang
digunakan untuk mengakomodasi aktivitas manuver Pesawat Rusian
Antonov 124 Ruslan maka direkomendasi bentuk deliniasi KSN TT&C
Wahana Peluncur Satelit Biak yakni:
a. Batas Deliniasi Sisi A : Batas deliniasi ini berada sisi utara KSN ini dan berada di Distrik Samofa
b. Batas Deliniasi Sisi B : Batas deliniasi ini berada di sisi timur KSN ini dan berada di Kampung Mokmer dan Jalan Raya ke arah
Bosnik
c. Batas Deliniasi Sisi C : Batas deliniasi ini berada di sisi selatan KSN ini dan mengikuti pesisir pantai Kota Biak ke arah Pelabuhan
Biak terus ke arah Lantamal Biak.
d. Batas Deliniasi Sisi D : Batas deliniasi ini berada di sisi timur KSN ini dan sebagian merupakan permukiman penduduk,
dalam Distrik Samofa dan Distrik Biak Kota
2.3 Demografi Dan Urbanisasi
2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan
Jumlah penduduk Kabupaten Biak Numfor tahun 2014 tercatat
135.831 jiwa, yang terbagi berdasarkan jenis kelamin, Jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 69.908 jiwa dan jumlah penduduk
dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 65.923 jiwa. Dengan jumlah
rasio jenis kelamin per kecamatan berjumlah 106. Untuk lebih jelasnya
jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten
Biak Numfor dapat dilihat pada table berikut ;
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per KecamatanKabupaten Biak Numfor
Biak Timur 3643 3539 7182 102,94
Biak Kota 22732 21892 44624 103,84
Samofa 15337 14273 29610 107,45
Yendidori 4309 4105 8414 104,97
Biak Utara 3660 3358 7018 108,99
Kecamatan
Biak Barat 3055 2763 5818 110,57
Swandiwe 2251 2032 4283 110,78
Jumlah 69908 65923 135831 106,04
Sumber ; BPSBiak Numfor Th.2015
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Biak Kota memiliki jumlah penduduk terbesar, yakni sebesar 44624 jiwa dengan proporsi jumlah penduduk laki-laki lebih besar yakni 22732jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yakni 21892 jiwa. Jumlah penduduk terkecil dimiliki oleh Kecamatan Bondifuar yakni sebesar 227jiwa dengan proporsi jumlah penduduk lakilaki lebih kecil yakni sebesar 128jiwa dari pada jumlah penduduk perempuan yakni sebesar 99jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.4
Luas Daerah Area, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Biak Numfor
S
Masalah demografi yang patut untuk diperhatikan adalah masalah
kepadatan penduduk. Angka kepadatan penduduk ini bervariasi disetiap
kecamatan yang menandakan adanya perbedaan sebaran penduduk.
Perbedaan sumber daya yang dimiliki suatu wilayah dengan wilayah lainnya
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penduduk
yang tidak merata tersebut. Daerah yang memiliki aktivitas perekonomian
tinggi akan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, seperti halnya
Kecamatan Biak Kota kepadatan penduduk terbesar yaitu sebesar 1039,22
Per Km2, Kecamatan Orkeri, Kecamatan danYendidoriadalah
kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan yang hampir sama sekitar 30 sampai
31 per km2, sedangkan untuk Kecamatan andey dan Bondiguarmerupakan
Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 10 km2. Jika
ditinjau dari ke enam kecamatan tersebut Kecamatan Biak Kota yang
memiliki memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Kondisi
tersebut mengindikasikan, bahwa peningkatan aktivitas perekonomian
disuatu wilayah menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk karena
mobilitas penduduk, selain pertumbuhan secara alami. Kesempatan
mendapatkan lapangan pekerjaan dan pembukaan usaha mandiri seperti
kesempatan berdagang merupakan daya tarik terjadinya mobilitas
penduduk dari wilayah lain ke wilayah yang merupakan daerah
pengembangan ekonomi.Sesuai perkembangan yang ada, jalur transportasi
darat semakin meningkat sehingga Kawasan Permukiman tidak saja berada
pada daerah pinggir sungai namun juga mengikuti jaringan jalan yang ada.
Dan kedepannya dapat diarahkan mengisi kantong-kantong permukiman
yang menjauhi kawasan pinggiran sungai.
2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan KK Keseluruhan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis
Kemiskinan) di Kabupaten Biak Numfor sebesar 166.000 jiwa, dibandingkan
dengan penduduk miskin pada tahun sebelumnya tidak menaglami
perubahan yang tetap berjumlah 166.000 jiwa, berarti jumlah penduduk
miskin mengalami tidak mengalami penurunan. Garis kemiskinan
menunjukkan trend yang cenderung meningkat akibat pengaruh
peningkatan nilai pengeluaran penduduk.
Permasalahan kemiskinan bukan hanya sebesar berapa jumlah
persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah
mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan
kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman
keparahan kemiskinan yang dialami penduduk. Indikator yang digunakan
untuk mengukur tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan adalah
Indeks Kedalaman Kemiskinan atau Proverty Gap Index (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan atau Distributionalli Sensitive Index (P2) yang dirumuskan oleh Faster-Greer-Thorbec (FGT).
Tabel 2.5
Banyaknya Penduduk Miskin di Perdesaan dan Perkotaan
Tahun Rumah Tangga Miskin Total (Jiwa)
Pedesaan Perkotaan
2011 10.832 (66,65%) 5.420 (33,35%) 16.252
2012 10.996 (66,63%) 5.508 (33,37%) 16.504
2013 103.000 (62,05%) 63.000 (37,95%) 166.000
2014 103.000 (62,05%) 63.000 (37,95%) 166.000
Sumber :BPS Biak Numfor 2015
2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan
Jumlah penduduk pada suatu wilayah pasti berubah seiring
berjalannya waktu. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Untuk meramalkan jumlah
penduduk di masa yang akan datang maka dibuatlah rumus proyeksi
penduduk.
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa
yang akan datang berdasarkan asumsi perkembangan kelahiran, kematian
dan migrasi. Di Indonesia data penduduk yang dipakai dan dipercaya untuk
pada tahun yang berahir "0" dan survey antar sensus yang berakhir "5".
Proyeksi ini digunakan untuk kepentingan pembangunan seperti
perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan
pembangunan tersebut dapat berupa fasilitas pendidikan, kesehatan,
perumahan, lapangan kerja dan lainnya.
Dalam demografi, dikenal beberapa rumus untuk menghitung
proyeksi penduduk, salah satunya adalah rumus proyeksi penduduk
id
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Numfor Barat 9.083 2.704 5,55% 3.012 3.180 3.356 3.542 3.739 3.947 4.166 2 Orkeri 6.242 1.915 5,55% 2.133 2.252 2.377 2.509 2.648 2.795 2.950 3 Numfor Timur 4.954 1.370 5,55% 1.526 1.611 1.700 1.795 1.894 2.000 2.111 4 Poiru 7.993 1.964 5,55% 2.188 2.309 2.438 2.573 2.716 2.866 3.026 5 Bruyadori 10.173 2.024 5,55% 2.255 2.380 2.512 2.652 2.799 2.954 3.118 6 Padaido 3.072 1.880 5,55% 2.094 2.211 2.333 2.463 2.600 2.744 2.896 7 Aimando 5.086 2.336 5,55% 2.602 2.747 2.899 3.060 3.230 3.409 3.599 8 Oridek 18.166 5.056 5,55% 5.633 5.945 6.275 6.624 6.991 7.379 7.789 9 Biak Timur 12.551 7.182 5,55% 8.001 8.445 8.914 9.409 9.931 10.482 11.064 10 Biak Kota 4.294 44.624 5,55% 49.715 52.474 55.386 58.460 61.705 65.129 68.744 11 Samofa 23054 29610 5,55% 32.988 34.819 36.751 38.791 40.944 43.216 45.615 12 Yendidori 27513 8414 5,55% 9.374 9.894 10.443 11.023 11.635 12.280 12.962 13 Biak Utara 27777 7018 5,55% 7.819 8.253 8.711 9.194 9.704 10.243 10.811 14 Andey 27017 2512 5,55% 2.799 2.954 3.118 3.291 3.474 3.666 3.870 15 Warsa 6837 4790 5,55% 5.336 5.633 5.945 6.275 6.623 6.991 7.379 16 Yawosi 3963 2104 5,55% 2.344 2.474 2.611 2.756 2.909 3.071 3.241 17 Bondifuar 12914 227 5,55% 253 267 282 297 314 331 350 18 Biak Barat 25234 5818 5,55% 6.482 6.841 7.221 7.622 8.045 8.491 8.963 19 Swandiwe 24276 4283 5,55% 4.772 5.036 5.316 5.611 5.922 6.251 6.598
2.4 Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan 2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor
meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku
(ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada
tabel 2.7
Tabel 2.7
Perkembangan Ekonomi
Sumber : BPS Biak Numfor 2016
Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB
Nilai PDRB ADHB
Nilai PDRB ADHK
Pertumbuhan
ADHK
2.4 Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan 2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor
meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku
(ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada
tabel 2.7
Tabel 2.7
Perkembangan Ekonomi
Sumber : BPS Biak Numfor 2016
Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB
Nilai PDRB ADHB
Nilai PDRB ADHK
Pertumbuhan
ADHK
2.4 Isu Strategi Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan 2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor
meningkat sebesar 8,89%, dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku
(ADHB) sebesar 4,6 triliun. Data perkembangan PDRB dapat dilihat pada
tabel 2.7
Tabel 2.7
Perkembangan Ekonomi
Sumber : BPS Biak Numfor 2016
Gambar 2.3 Grafik Perkembangan PDRB
Dari grafik diatas terlihat PDRB Kabupaten Biak Numfor baik
ADHB maupun ADHK meningkat tiap tahun. Dengan meningkatnya nilai
PDRB tiap tahun menunjukan bahwa perekonomian daerah mengalami
peningkatan tiap tahun.
Dilihat dari tahun 2010-2015, pertumbuhan PDRB Biak Numfor
paling tinggi terjadi pada tahun 2015. Ini menunjukan peningkatan
perekonomian daerah terbaik adalah di tahun 2015. Adapun pertumbuhan
PDRB Biak Numfor sebesar 8,89 persen.
Tabel 2.8
Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB
Jika dilihat distribusi tiap kategori usaha terhadap PDRB Biak
Numfor tahun 2014-2015, tampak besaran peranan kategori Pertanian,
Lapangan Usaha 2014 2015
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 23,63 21,01
Pertambangan dan Penggalian 0,82 0,83
Industri Pengolahan 3,76 3,61
Pengadaan Listrik dan Gas 0,14 0,16
Pengadaan Air Bersih 0,14 0,14
Konstruksi 6,00 5,85
Perdagangan Besar dan Eceran 17,38 18,43
Transportasi dan Pergudangan 10,54 9,76
Penyediaan Akomodasi dan Makan 0,81 0,73
Informasi dan Komunikasi 2,97 3,06
Jasa Keuangan dan Asuransi 5,18 4,76
Real Estate 4,90 5,16
Jasa Perusahaan 3,07 2,63
Administrasi Pemerintahan, Petahanan dan
Jaminan Sosial 15,23 18,64
Jasa Pendidikan 2,66 2,51
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,67 1,65
Jasa lainnya 1,10 1,08
Kehutanan, Perikanan mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2014
kontribusinya sebesar 23,63 persen, lalu ditahun 2015 turun menjadi 21,01
persen. Menurunnya kontribusi pertanian, kehutanan, perikanan ini
memberikan gambaran bahwa perkembangan usaha pertanian, kehutanan,
perikanan di daerah relative kurang berkembang disbanding kategori usaha
lainnya. Begitupun juga dialami pada kategori transportasi, pergudangan
mengalami penurunan.
Adapun pada kategori administrasi pemerintahan, pertahanan,
jaminan social wajib, dan perdagangan besar kecil reparasi kendaraan
keduanya mengalami peningkatan andil dalam pembangunan ekonomi
daerah. Hal ini bias dilihat dari kategori konstribusi administrasi
pemerintahan naik dari 15,23 persen tahun 2014 menjadi 18,64 persen
ditahun 2015. Dan pada kategori perdagangan naik dari 17,38 persen di
tahun 2014 menjadi 18,43 persen di tahun 2015.
Peningkatan andil kategori usaha administrasi pemerintahan ini
merupakan suatu hal yang wajar. Kategori usaha ini mengalami
peningkatan yang tinggi karena meningkatnya APBD daerah tahun 2015
yang cukup signifikan, yakni 31 persen dari tahun lalu. Pada tahun 2015
realisasi APBD Biak Numfor tercata sebesar 1,1 triliun rupiah. Nilai
meningkat dari tahun 2014 sebesar 839,6 milyar rupiah.
Pertumbuhan ekonomi kabupaten Biak Numfor dari tahun 2010 –
2015 PDRB selalu tumbuh dengan baik dimana bias dilihat dari
pertumbuhan positif tiap tahun. Pada tahun 2015 pertumbuhan mencapai
penguatan ekonomi yang terjadi di tahun 2015 lebih tinggi dan lebih baik
dari beberapa tahun sebelumnya.
Gambar 2.4 Pertumbuhan PDRB Tahun 2010 – 2015
Sumber :BPS Biak Numfor 2016
Bila dilihat dari tiap kategori usaha, pertambangan, penggalian
konstruksi, perdagangan, informasi komunikasi, real estate, dan
administrasi pemerintahan mengalami pertumbuhan jauh lebih tinggi dari
pertumbuhan tahun sebelumnya. Ini menunjukan kondisi perekonomian di
tahun 2015 mendorong kategori usaha tersebut untuk tumbuh lebih baik.
Berbeda dengan beberapa lainnya mengalami penurunan, yaitu kategori
pengadaan listrik gas, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan
Tabel 2.9
Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB
Sumber :BPS Biak Numfor 2016
2.4.2 Data Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk
PDRB Perkapita diperoleh dengan cara membagi besaran nilai
PDRB atas dasar harga berlaku suatu tahun tertentu dengan penduduk
pertengahan tahun pada tahun yang sama. Jadi besar kecilnya nilai PDRB
perkapita ditentukan oleh besaran PDRB dan jumlah penduduk pada suatu
tahun tertentu. Adapun jumlah penduduk dan PDRB per kapita dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Lapangan Usaha 2014 2015
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,37 4,21 Pertambangan dan Penggalian (3,11) 8,77
Industri Pengolahan 5,25 4,13
Pengadaan Listrik dan Gas 3,35 (3,76)
Pengadaan Air Bersih 8,15 3,74
Konstruksi 1,31 6,88
Perdagangan Besar dan Eceran 5,71 10,04 Transportasi dan Pergudangan 4,98 2,33 Penyediaan Akomodasi dan Makan 7,66 0,19 Informasi dan Komunikasi 4,38 8,28 Jasa Keuangan dan Asuransi 5,04 4,70
Real Estate 1,84 6,25
Jasa Perusahaan 2,15 (3,47)
Administrasi Pemerintahan, Petahanan dan
Jaminan Sosial 12,13 28,49
Jasa Pendidikan 5,49 6,74
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,40 8,88
Jasa lainnya 8,68 2,31
Tabel 2.10
Kontribusi Kategori Usaha terhadap PDRB
Sumber BPS Biak Numfor 2016
2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis 2.4.3.1 Kondisi Geologi
Pulau Biak dan sekitarnya yang berada pada deretan pulau
kecil-kecil di utara Pulau Papua terletak pada cekungan pengendapan Pratersier,
yang lebih dikenal dengan nama Cekungan Irian Utara. Penyebabnya
karena runtutan stratigrafi batuan di pulau ini sama dengan runtutan
stratigrafi di cekungan Irian Besar. Batuan yang terdapat di Pulau Biak
terdiri dari batuan Malihan dan batuan Sedimen. Untuk batuan sedimen
terdiri dari batu gamping, batu lempung gampingan, batu pasir lempungan
serta pasir dan lempung.
Stratigrafi bagian barat berbeda dengan di bagian timur
disebabkan oleh perubahan tektonik dan fasies pada beberapa satuan
batuan. Laporan tentang geologi Pulau Biak sampai saat ini hanya berupa
hasil peta geologi dan keterangan singkat yang disusun oleh Masria, dkk
(P3G, 1981). Karena itu, batuan yang dikelompokkan atas dasar tata nama
fasies, maka dibagi atas 9 satuan batuan endapan batuan, yaitu dari tua ke
muda: batuan malihan, batu gamping lensa, basal konglomerate, basal
alkali andesit, lava, batu gamping, napal, batu lempung gampingan, dan
endapan rawa serta endapan pantai.
Pada umumnya jenis perlapisan batuan sesuai dengan arah
memanjang pulau ini, yaitu di bagian barat sampai dengan timur. Batuan
tertua terdiri dari batuan malihan berderajat rendah, dan berdasarkan letak
dan kedudukannya batuan ini berumur Pratersier. Batuan tersebut
bersama dengan batuan Auwewa terdiri dari lava basalit, tufa dan breksi
yang di beberapa tempat mengandung pecahan batuan malihan dan rijang.
Satuan batuan ini ditumpangi secara tidak selaras oleh batuan yang lebih
muda. Batuan yang lebih muda diatasnya terdiri dari Korem, Wardo, dan
Mokmer dimana Singkapan batuan ini terdapat di sebelah utara Bosnik di
sebelah utara Korido dan di Gunung Mahekisi. Umurnya diperkirakan
Oligosen awal sampai dengan Eosen.
Satuan Wainukendi terdiri dari batu gamping hablur yang tidak
mengandung fosil, pada daerah tertentu dijumpai lensa konglomerat,
lapisan tipis napal dan batuan berfosil yang umurnya berkisar dari oligosen
akhir sampai miosen awal. Satuan batuan ini membentuk deretan
pegunungan di bagian barat laut Pulau Biak. Satuan batuan ini tersusun
secara tidak selaras dengan satuan Aumewa dan ditumpangi secara selaras
atau mungkin menjari dengan satuan Wafordori.
Satuan Wafordori sebagian besar terdiri dari napal tufaan dengan
menunjukkan berumur Miosen awal. Satuan ini ditumpangi selaras dengan
satuan Napisendi di bagian selatan dan barat.
Satuan Napisendi ditumpangi secara selaras oleh satuan Korem.
Korem terdiri dari napal kapuran, pasiran serta batu gamping napalan yang
mengandung foraminifera kecil dan menunjukkan umur miosen akhir.
Satuan ini tersingkap di bagian tengah Pulau Biak. Satuan Wardo yang
mempunyai pelamparan di bagian baratdaya Pulau Biak mempunyai
hubungan menjemari dengan satuan Korem yang terdiri dari batu gamping
napalan dan pasiran.
Berdasarkan dari kandungan fosil foram kecil umur datuan
batuan ini adalah miosen akhir hingga pliosen. Kedua satuan ini menindih
secara tidak selaras formasi yang lebih tua. Satuan batuan Wardo
ditumpangi secara tidak selaras dengan satuan Mokmer yang terdiri dari
batu gamping koral dan kapur yang mengandung foram kecil.
Umur satuan batuan batu gamping Mokmer berkisar pada masa
Pleistosen sampai Holosen, di Pulau Biak satuan ini menumpangi secara
tidak selaras satuan Owewa dan satuan Wainukendi. Endapan pantai
terdapat di sekeliling Pulau Biak dan Selat Sorendiweri dan terdiri dari
kerikil, pasir dan lumpur.
1. Geologi Tata Lingkungan
Disamping potensi fisik sangat perlu adanya informasi tentang
keadaan fisik dan kendala akibat proses alam sendiri maupun eksternal,
yaitu keadaan fisik oleh kegiatan pembangunan yang dapat menyebabkan
rusaknya tata lingkungan sekitarnya. Bagi wilayah Kabupaten Biak
Namun demikian gambaran mengenai masalah fisik daerah harus
diinventarisasi untuk mengetahui dan mencegah kendala fisik yang
mungkin timbul pada masa yang akan datang. Struktur geologi yang ada
berupa “Sesar Mendatar Mengiri Sorong” yang memotong dari daerah kepala
burung Papua hingga perairan di sekitar bagian barat Kabupaten Biak
Numfor dan ini merupakan sesar aktif yang sewaktu-waktu dapat bergerak
dan menimbulkan goncangan (gempa bumi).
Aspek bencana yang penting mungkin muncul adalah aspek
gempa bumi dan gerakan tanah (longsor) pada daerah perbukitan. Bencana
longsor diperkirakan terjadi pada daerah pedalaman Pulau Biak dan di
daerah Ridge/Pematang sepanjang pantai Pulau Biak selatan bagian timur.
2. Aspek Erosi dan Sedimentasi
Karena di sepanjang pantai Biak bagian selatan terdapat
pegunungan dengan kelerengan yang cukup terjal maka bila daerah ini
tidak dijaga kelestariannya (vegetasinya) maka mempunyai potensi erosi
yang cukup tinggi. Sedangkan pada daerah yang lebih rendah dibawahnya
Gambar 2.5 Peta Geologi Pulau Biak dan Sekitarnya.
2.4.3.2 Kondisi Topografi
Kabupaten Biak Numfor memiliki keadaan topografis yang sangat
bervariasi. Secara morfologi Pulau Biak dapat dibagi menjadi 4 (empat)
satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran, satuan morfologi
bergelombang rendah sampai dengan sedang, satuan morfologi
bergelombang tinggi dan satuan morfologi perbukitan kapur, untuk lebih
Gambar 2.6 PetaMorfologi Wilayah Kabupaten Biak Numfor (RTRW Kabupaten Biak Numfor 2011-2031).
Satuan morfologi dataran berkemiringan rata-rata sebanyak
banyak 2 persen yang menempati 5 persen dari luas pulau. Kondisi
morfologi tersebut banyak berada di tepi pantai, dimana sebagian besarnya
merupakan hutan laut di bagian selatan, yaitu di sekitar Biak Kota, Bosnik,
Marauw. Daratan yang agak luas, yang lebarnya hanya 40-60 m selain itu
juga daerah ini terdapat di sepanjang pantai utara Pulau Biak (Korem dan
ke bagian timurnya).
Satuan morfologi bergelombang sedang memiliki kriteria
kemiringan antara 3-15 persen. Luas daerah yang memiliki kriteria ini,
tengah, sebagian kecil berada di Kampung Wardo, Biak Kota, bagian timur
pulau biak dan sebagian besar di bagian utara pulau biak. Pada satuan
morfologi ini merupakan daerah permukiman dan perkebunan.
Satuan morfologi bergelombang tinggi mempunyai kemiringan
antara 16-25 persen. Daerah ini tidak cukup luas, lebih kurang 15 persen
dari luas pulau, dimana menempati bagian timur dari Kampung Wardo
bagian Utara, Kampung Yenggarbun bagian selatan, Kampung Korem
bagian selatan dan bagian tengah dan barat Pulau Numfor. Daerah ini
sangat jarang penduduknya dan hanya pada musim hujan saja
dimanfaatkan untuk bercocok tanam.
Satuan morfologi perbukitan dapat dibedakan dengan bagian yang
berlereng landai dan yang berlereng terjal. Dareah yang landai dengan
kemiringannya antara 26-45 persen. Bagian ini ada di bagian tengah,
baratlaut, bagian timur dan mengelilingi Pulau Biak. Untuk jelasnya
kelerengan dan kontur wilayah Kabupaten Biak Numfor dapat dilihat pada
Gambar 2.7 PetaKelerengan Wilayah Kabupaten Biak Numfor. (RTRW Kabupaten Biak Numfor 2011-2031).
1. Iklim
Secara umum, pola iklim di Kabupaten Biak Numfor dipengaruhi
oleh monsoon dan maritime, dimana pola iklim maritime yang lebih
dominan. Kondisi tersebut menyebabkan curah hujan tinggi serta merata
hampir sepanjang tahun berkisar antara 2.165-3.241 mm/tahun. Rata-rata
jumlah hari hujan pertahunnya berkisar antara 256-285 hari. Suhu udara
rata-rata 26,9 °C dengan tingkat kelembaban udara rata-rata 86 %.
2. Hidrologi
Kabupaten Biak Numfor yang terdiri atas Pulau Biak dan Numfor,
tersusun oleh material batu gamping dengan vegetasi penutup hutan dan
subdendritik. Alirannya ada yang intermitent dan permanen mengalir
sepanjang tahun, namun umumnya aliran sungainya pendek. Aliran
permukaan (sungai) terdapat di bagian Baratlaut pada Pulau Biak
sedangkan di Pulau Numfor tidak terdapat aliran permukaan yang cukup
berarti.
Aliran sungai yang terdapat di Pulau Biak diantaranya yaitu
Sungai Wardo, Sungai Mardori, Sungai Wapurdori (Napi) dan Sungai
Busdori. Aliran sungai ini bermuara di pantai barat. Sedangkan sungai
yang mengalir ke pantai utara adalah Sungai Sor, Sungai Wandos, Sungai
Wari dan Sungai Korem.
Pada bagian timur dan selatan Pulau Biak tidak terdapat aliran
sungai yang berarti, namun demikian banyak dijumpai aliran yang masuk
ke dalam celah dan rongga batuan yang akhirnya muncul di permukaan
pada dataran pantai dan membentuk sederetan mata air. Mata air yang
cukup potensial tersebut diantaranya mengalir di Teluk Urfu dan dekat
Kampung Rim yang berada di Pantai Selatan dan juga di Pantai Utara di
Teluk Korem bagian timur.
a. Sungai Wardo
Hulu Sungai Wardo berada pada ketinggian 300 m di atas
permukaan laut. Mata airnya keluar dari formasi Korem yang tersusun dari
batuan napal, napal kapuran, sisipan batu gamping. Beberapa mata air
mengalir ke arah selatan dan membentuk aliran sungai Desandok dan
Sungai Simandok. Kedua sungai mengalir sejajar kemudian pada fomasi
menjadi satu, kemudian membelok arah timur disebut Sungai Wardo.
Sungai bermuara di Teluk Wardo dan membentuk air terjun.
b. Sungai Wapurdori
Pada hulu sungai ini terdapat sejumlah anak sungai yang
mengalir pada perbukitan yang membentuk pola aliran dendristik. Mata
airnya keluar dari lapisan batuan napal, napal kapuran. Sebelum menjadi
satu aliran pada lapisan batuan batu gamping napalan dan pasiran,
hulunya mempunyai anak sungai yang mengalir sejajar arah Barat-Timur,
dimana masing-masing anak sungai tersebut yang bagian utara berasal dari
anak-anak sungai dan arah utara yang kemudian membentuk arah barat.
Sungai Wapurdi bermuara di Pantai Barat.
c. Sungai Korem
Sungai Korem terbentuk oleh anakan sungai yang hulunya berada
pada perbukitan dekat Pantai Utara dan mengalir ke arah selatan secara
sejajar. Mata airnya muncul dari lapisan batuan napal, napal kapuran.
Anakan sungai ini kemudian bergabung menjadi satu dan membelok ke
arah timur, kemudian di wilayah Measido sungai ini membelok ke arah
utara membentuk sungai cukup besar dan bermuara di Teluk Korem Pantai
Utara. Di sekitar wilayah Measido aliran ini sebagian menembus masuk ke
celah dan rongga batuan kemudian muncul lagi di sekitar Manubepium
membentuk aliran sungai mengalir ke arah selatan pada lapisan batuan
batu gamping napalan dan pasiran (Rakempium). Di sekitar Kampung Rim
sungai ini masuk ke bawah tanah pada batu gamping koral dan kapur
kemudian muncul di Teluk Urfu Pantai Selatan. Untuk jelasnya dapat
Tabel 2. 11
Sumber Air yang Dapat Dimanfaatkan di Kabupaten Biak Numfor. No. Nama Sumber Air Kecamatan Jenis
Sumber
Jarak dari Kota (km)
Debit (l/dt)
1. Arismun/Amiandam Yendidori Air Terjun 30 50
2. Air Terjun Wardo Biak Barat Air
Permukaan 48 500
7. Kali Korem Biak Utara Air
Permukaan 42 400
Snerbow Samofa Sumur Gali 0 300
Gambar 2.8 Peta Hidrologi Pulau Biak dan Sekitarnya.
2.4.4 Data Resiko Bencana Alam
Bencana geologi yang berpotensi tinggi terjadi di Kabupaten Biak
Numfor adalah gempa bumi dan tsunami, sedangkan tanah longsor sangat
berpeluang kecil terjadi selain bencana geologi, terdapat juga bencana iklim
yang mungkin dapat terjadi yaitu badai tropis dan banjir. Kawasan Biak
Numfor ditetapkan sebagai wilayah dengan tingkat kerawanan gempa bumi
merusak (gempa kuat) dan gempa bumi merusak sedang (gempa sedang).
1. Kawasan Rawan Bencana Alam
Merupakan kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan yang sering
rawan terhadap perubahan iklim, sehingga dapat berakibat rusaknya
lingkungan secara menyeluruh. Dengan demikian harus melakukan
antisipasi terhadap bencana yang setiap saat dapat terjadi:
• Gelombang Pasang
Bencana gelombang pasang yang terjadi di Kabupaten Biak Numfor
yaitu pada tanggal 11 Juli 2007, dengan terjadinya hantaman
gelombang besar tersebut mengakibatkan rusaknya terumbu karang
sebanyak 80 persen, dimana pada daerah sepanjang Pantai Biak Timur
sampai dengan Wardo merupakan terumbu karang yang dilindungi
yang terkena dampak gelombang pasang ini.
• Rawan Perubahan Iklim
Untuk rawan bencana perubahan iklim yang berdampak pada
kerusakan terumbu karang, diperkirakan mempengaruhi kawasan
yang memiliki tutupan terumbu karang seperti di wilayah perairan
Kabupaten Biak Numfor. Naiknya suhu permukaan laut akan
menyebabkan kerusakan bahwa dalam jangka waktu tertentu sehingga
akan menyebabkan kematian massal pada koloni terumbu karang
tersebut. Ini tentunya lebih jauh berdampak pula pada ketersediaan
ikan-ikan hias dan ikan-ikan menengah pada wilayah yang terkena
dampak tersebut.
2. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
Bentuk antisipasi terhadap bencana alam geologi di Kabupaten Biak
Numfor perlu dilakukan melalui upaya deteksi gempa, melestarikan
diantaranya adalah dengan memanfaatkan dan mempertahankan fungsi
hutan bakau sebagai penahan gelombang dan abrasi pantai.
• Gempa Bumi
Secara umum seluruh wilayah Kabupaten Biak Numfor merupakan
wilayah potensi gempa tektonik, akibat aktifnya Sesar Sorong yang
terdapat di sebelah barat. Kegempaan suatu daerah dapat dinilai
berdasarkan intensitas tertinggi atau kerusakan terparah akibat gempa
bumi. Pada tahun 1996, gempa bumi terjadi di Kabupaten Biak
Numfor dengan kekuatan 7,4 SR (Skala Rithcer). Beberapa daerah
yang terkena dampak gempa bumi adalah Korem (Distrik Biak Utara),
Bosnik (Distrik Biak Timur), dan Sopen (Distrik Biak Barat), dimana
Korem menjadi salah satu daerah terparah akibat gempa bumi
tersebut.
• Tsunami
Secara empiris tsunami dapat terjadi oleh gempa tektonik dengan
kekuatan lebih dari 6,5 Skala Richter dan pusat gempa berada pada
kedalaman kurang 60 km dari dasar laut, menghasilkan perubahan
dasar laut secara vertikal lebih dari 2 meter.
Salah satu bencana alam geologi yang pernah terjadi di
Kabupaten Biak Numfor adalah tsunami, tepatnya pada tahun 1991
tsunami terjadi di Distrik Oridek, Tanjung Barari (Manuhuar).
• Gerakan Tanah
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi tanah
dipengaruhi oleh : tingkat erosifitas tanah, erosibilitas tanah, topografi,
erosi tanah terdapat di seluruh daerah wilayah Kabupaten Biak Numfor
terutama pada daerah tinggian.
• Abrasi (Erosi pantai)
Kawasan yang memiliki potensi erosi pantai adalah daerah bagian
barat dan selatan Pulau Biak. Potensi pengurangan garis pantai terjadi
di bagian barat khususnya Pantai Wardo dan sebagian daerah
baratdaya Pulau Numfor.
Abrasi di pantai pada daerah Biak Utara dan Biak Timur dipicu oleh
adanya gempa bumi tahun 1996, diikuti oleh turunnya tanah
sepanjang pantai sekitar 2 m yang disebabkan oleh gelombang pasang
kuat menuju ke arah pantai dan menggerusnya sehingga menyebabkan
terjadinya pengikisan pasir di daerah pantai tersebut.
2.4.5 Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
2.4.5.1 Air Minum
Rencana sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Biak
Numfor terdiri atas wilayah sungai, cekungan air tanah, pengembangan
prasarana air baku untuk air minum.
Rencana sistem jaringan sumber daya air dilakukan
denganmengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber
air tanah serta melalui optimasi pemanfaatan sumber dan penjernihan air.
Juga diperlukan pencegahan pencemaran pada cekungan air tanah di
berbagai sumber.
A. Wilayah Sungai
Wilayah Sungai (WS) adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber
daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau
pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
Sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan
air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan.
Wilayah Sungai yang berada di Kabupaten Biak Numfor adalah WS
Korem, Wardo, Owi, Auki, Pai, Padaidori, Bromsi, Sawadori, dan
Numfor.
B. Cekungan Air Tanah
Cekungan Air Tanah (CAT) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
Cekungan Air Tanah di Kabupaten Biak Numfor meliputi CAT Biak
seluas 1.214 km2 dan CAT Numfor seluas 431 km2.
C. Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih
Sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten Biak
Numfor berupa air permukaan (seperti sungai dan air terjun) serta air
bawah tanah (sumur gali). Sumber air yang dapat dimanfaatkan di
Kabupaten Biak Numfor, seperti ditampilkan pada tabel sebagai
berikut;
Tabel 2.12
Sumber Air yang Dapat Dimanfaatkan di Kabupaten Biak Numfor
No Nama Sumber Air Distrik Jenis Sumber
1 Arismun/Amiandam Yendidori Air terjun 30 50
2 Air Terjun Wardo Biak
No Nama Sumber Air Distrik Jenis
7 Kali Son, Desa Son Biak Utara
10 Sumur Gali Sinerbow Samofa Sumur Gali - 300
Sumber: rencana 2010
Jaringan air baku untuk air bersih meliputi:
a. pembangunan dan pengelolaan saluran pembawa, pemeliharaan
dan pengelolaan sumber air baku, serta pengolahan air baku;
b. pembangunan distribusi air baku yang dikelola secara terpadu
untuk memenuhi kebutuhan air; dan
c. pengendalian kerusakan sumberdaya air di wilayah hulu.
D. Jaringan Air Bersih Ke Kelompok Pengguna
Jaringan air bersih ke kelompok pengguna diarahkan menggunakan
distrik.
Sistem pelayanan air minum Kabupaten Biak Numfor meliputi:
a. pengembangan jaringan air minum di wilayah perkotaan Biak;
b. penyediaan jaringan air minum dari sumber air di Distrik
Yendidori untuk melayani kawasan permukiman di Pulau Biak
bagian timur;
c. penyediaan jaringan sistem air minum dari sumber air di Distrik
Biak Barat untuk melayani kawasan permukiman di Pulau Biak
bagian barat;
d. penyediaan jaringan sistem air minum dari sumber air di Distrik
Biak Utara untuk melayani kawasan permukiman di Pulau Biak
bagian utara; dan
e. penyediaan jaringan sistem air minum dari sumber air di Distrik
Biak Timur untuk melayani kawasan permukiman di Pulau Biak
bagian timur.
2.4.5.2 Sampah
Kondisi pengelolaan persampahan pada tahun penyusunan
rencana; TPA berada di Kampung Maryendi Distrik Samofa dengan luas 4
Ha. TPA tersebut hanya mampu melayani 2 distrik (Distrik Biak Kota dan
Samofa). Sistem pengumpulan sampah, sampah dari masyarakat langsung
dipindahkan ke TPA tanpa ada proses pengolahan terlebih dahulu di tingkat
masyarakat. Pengangkutan sampah menggunakan truk dengan armada
terbatas dan usia kendaraan 10 tahun lebih. Sistem pembuangan akhir
pada tingkat kampung pada umumnya sampah dibakar di halaman rumah.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
sebagai sumber daya.
Arahan pengelolaan sampah di Kabupaten Biak Numfor dilakukan
melalui upaya pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan
pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan
kegiatan pemilahan meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu; pengangkutan dalam bentuk membawa
sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah
sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
Arahan pemrosesan akhir sampah di Kabupaten Biak Numfor:
a. Rencana pembangunan TPST (Tempat Pengelolaan Sementara Terpadu)
di beberapa lokasi yakni Kelurahan Mandala Distrik Biak Kota, di
Kelurahan Samofa, Kelurahan Karang Mulya, Kelurahan Brambaken,
dan Kelurahan Sumberker Distrik Samofa, dengan luas masing-masing
TPST 500 m2.
Aktivitas di TPST diarahkan pada compostingdan daur ulang. Sisa
sampah hasil composting dan daur ulang diangkut ke TPA
menggunakan armada truk pengangkut.
b. Lokasi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) tetap diarahkan pada lokasi
TPA yang telah ada (yaitu di Samofa Distrik Samofa), namun
ditingkatkan lagi fungsinya.
Arahan pengembangan sistem pengelolaan sampah di TPA adalah
menggunakan sistemsanitarylandfill.
c. Composting serta daur ulang sampah dapat dilakukan oleh masyarakat
pada tingkat permukiman melalui pendampingan dari pemerintah
daerah. Pemerintah daerah melalui dinas yang bersangkutan dapat
2.4.5.3 Sistem Pengelolaan Limbah
Sistem pengelolaan limbah meliputi:
a. sistem pengelolaan komunal di kawasan perkotaan, kawasan
pengembangan permukiman baru, dan kawasan industri;
b. sistem pengelolaan setempat di kawasan permukiman;
c. pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Distrik
Samofa;
a. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan
industri.
2.4.5.4 Sistem Drainase
Rencana sistem jaringan drainase terutama ditujukan pada
kawasan perkotaan. Rencana pengembangan sistem jaringan drainase
meliputi wilayah perkotaan Biak, Waroi dan Bosnik.
Drainase primer juga dikembangkan dengan memanfaatkan badan
sungai Korem di Distrik Biak Utara, sungai Wari di Distrik Andey, sungai
Wardo di Distrik Biak Barat, sungai Napi dan Orek di Distrik Swandiwe.
Rencana sistem drainase diarahkan pada revitalisasi saluran
drainase yang telah ada dan pembuatan saluran baru. Untuk
merencanakan sistem drainase batasan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
o Sedapat mungkin memanfaatkan saluran alam agar sistem yang
direncanakan lebih ekonomis
o Arah pengaliran mengikuti garis kontur sehingga dapat mengalir secara
o Dimensi saluran drainase disesuaikan dengan lebar jalan dan
tergantung pada curah hujan setempat, sedangkan untuk saluran
drainase yang berfungsi sebagai saluran pematusan dimensinya
tergantung pada jumlah penduduk yang dilayani.
Sarana prasarana sistem jaringan drainase, meliputi:
1. Badan penerima air
Prasarana meliputi: sumber air di permukaan tanah (laut, sungai,
danau) serta sumber air di bawah permukaan air tanah (air tanah
akifer)
2. Bangunan pelengkap
Prasarana meliputi: gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan