• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR - DOCRPIJM 4f4287fd51 BAB IIBAB 2 PROFIL KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II. PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR - DOCRPIJM 4f4287fd51 BAB IIBAB 2 PROFIL KABUPATEN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II.

PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

2.1. WILAYAH ADMINISTRASI

Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian Timur

pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai dengan

tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak posisi

Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini dapat

dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339.5

Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas wilayah. Kabupaten

Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha,

dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau. Secara geografis terletak pada posisi 00

36’LU ―10 07’ LS dan 1040 10’ ― 1020 32’ BT. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten

Indragiri Hilir adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan;

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi)

 Sebelah barat berbatsan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan

 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga (Provinsi

Kepulauan Riau).

Berdasarkan letak dan posisinya yang startegis, keberadaan Kabupaten Indragiri Hilir di

Pantai Timur Sumatera memiliki prospek yang cukup tinggi bagi pengembangan wilayah dan

pertumbuhan ekonomi, karena posisinya yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan

seperti Batam dan Karimun, serta berada di wilayah perairan yang mampu mengakses berbagai

wilayah dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat

dikembangkan untuk menjadikan Kabupaten Indragiri Hilir sebagai “Pintu gerbang Timur

Sumatera “ dalam berbagai aktifitas pembangunan. Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah

pantai dan rawa pasang surut dengan penyebaran sungai hampir di seluruh kecamatan.

Disamping sungai, selat dan terusan juga terdapat parit-parit untuk mengendalikan arus air pada

(2)
(3)

Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan presentase wilayah menurut kecamatan di

Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 0-1. Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2011

No. Kecamatan Luas (Has) Persentase (%)

1. Keritang 94.642 6,92

2. Reteh 53.183 3,89

3. Enok 44.941 3,29

4. Tanah Merah 47.660 3,49

5. Kuala Indragiri 71.495 5,23

6. Tembilahan 15.164 1,11

7. Tempuling 75.287 5,51

8. Batang Tuaka 39.118 2,86

9. Gaung Anak Serka 64.995 4,75

10. Gaung 207.617 15,18

11. Mandah 174.273 12,74

12. Kateman 48.781 3,57

13. Kemuning 104.984 7,68

14. Tembilahan Hulu 13.899 1,02

15. Pulau Burung 58.050 4,24

16. Pelangiran 85.396 6,24

17. Teluk Balengkong 42.774 3,13

18. Concong 26.348 1,93

19. Kempas 58.453 4,27

20. Sungai Batang 40.489 2,96

Jumlah 1.367.551 100,00

Sumber : Draft RTRW INHIL 2011-2031

2.2. KONDISI TOPOGRAFI

Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu

daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau

(mangrove). Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah

Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0 – 3 Meter di atas permukaan laut. Daerah

yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya

6.69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6 - 35 meter dari permukaan

(4)
(5)

Secara fisiografinya, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbelah-belah oleh beberapa

sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Berdasarkan hasil perhitungan,

diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah Kabupaten Indragiri Hilir di dominasi oleh kemiringan

0 – 2 %, seluas 1.298.763 Ha (94.97 %), kemiringan 3 - 5 % seluas 9.710 Ha (0.71 %),

kemiringan 16 - 40% seluas 21.197 Ha (1.55 %) dan kemiringan di atas 40 % seluas 37.744 Ha

(2.76 %). Sedangkan khusus kondisi topografi untuk Kawasan Kuala Enok didominasi oleh lahan

dengan kemiringan 0 – 8 %.

2.2.1. KONDISI GEOHIDROLOGI

Pada umumnya keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir ditentukan oleh perbedaan

topografi terutama antara perbukitan, dataran maupun perairan. Keadaan hidrologi di Kabupaten

Indragiri Hilir pada dasarnya mempunyai potensi perairan yang cukup luas serta daratan yang

dapat dikembangkan usaha budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan

investasi baik di bidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan dibidang budidaya

perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang Anadara dan kolam).

Disamping sungai-sungai dan selat, di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat

parit-parit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia, sehingga Kabupaten

Indragiri Hilir disamping terkenal dengan julukan Negeri Sri Gemilang, juga di kenal sebagai

Negeri Seribu Parit.

Untuk sumberdaya air di wilayah kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari air permukaan dan

air tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air tanah terdiri dari air tanah

bebas/unconfined ground water dan air tanah agak tertekan / semiconfined groundwater.

Penentuan potensi ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumberdaya air

terutama ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan di samping dari data yang terhimpun

dari penelitian terdahulu. Di Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai

(DAS) dari pesisir Selatan ke arah Utara, yaitu DAS Reteh Gangsal, DAS Indragiri Tuaka, DAS

Gaung Anak Serka, DAS Batangtumu, dan DAS Guntung Kateman.

Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran kondisi hidrologi Kabupaten Indragiri Hilir

(6)
(7)

2.2.2. KONDISI GEOLOGI

Berdasarkan sejarah geologi, wilayah kabupaten Indragiri Hilir merupakan jalur cekungan

sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan tektonik bumi yang menyebar luas dan berbentuk

morfologi pendataran. Morfologi pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok

dan membawa pasokan material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya

terperangkap bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut

ditumbuhi oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan

hutan dataran rendah.

Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati di

atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya gaya-gaya

tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang terus memasoknya

dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang.

Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda akhirnya

membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini terus

berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut sebagai

batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan batubara.

Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala geologi sampai

suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai sumber minyak bumi yang

mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut akhirnya terjebak dalam suatu

batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi tersebut disebut sebagai bahan bakar

energi fosil karena asalnya berasal dari sumberdaya hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil.

Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan dalam

geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika, batuan, tanah,

struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan tersebut sangat

mempengaruhi sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya berdampak terhadap

bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air sungai dan laut, penyebaran

(8)

Wilayah kabupaten Indragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium Sumatera

Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang terbentuk sebagai

akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan awal proses

pembentukan gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman es berakhir, air laut

kembali surut, tetapi proses pembentukan gambut dan akumulasi sedimen di daerah rawa dan

sepanjang pantai wilayah kabupaten Indragiri Hilir tetap berlangsung terus.

Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir kabupaten Indragiri Hilir

berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk,1991) terdiri dari jenis alluvium, endapan pantai

(Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter. Tanah dan batuan yang

tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan pasir. Gambut terletak di atas

lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan pada lumpur dan lempung.

Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke arah pantai semakin dalam.

Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan pantai

(Qac) yang disusun oleh pasir, lanau, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, sisa tumbuhan

setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di dataran pantai terdiri

dari lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair, sangat lunak, sangat plastik,

memiliki rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10% dan

nilai unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm²).

Dalam keadaan kering sifat lumpur sulit dibedakan dengan lempung. Lumpur abu-abu

memiliki sifat keteknikan buruk, kurang teguh dan stabil. Batuan dasar, diperkirakan terdapat

pada kedalaman lebih dari 60 meter. Karena batuan dasar, diperkirakan satu-satunya batuan

keras di wilayah kabupaten Indragiri Hilir dapat ditafsirkan sebagai lapisan keras yang mampu

menahan bangunan berat dan berada pada kedalaman lebih dari 60 meter.

Tanah dan batuan di dataran limbah banjir dan rawa tepian sungai merupakan endapan

rawa (Qs) yang disusun oleh lempung, lanau, pasir dan gambut. Tanah di kawasan ini terutama

terdiri dari lempung abu-abu atau abu-abu dengan bercak kuning. Di beberapa lokasi

(9)
(10)

Lempung abu-abu, terdapat dalam keadaan liat, bersifat plastis, mengotori tangan/sticky, dan kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10%, rekah kerutnya tinggi, mudah

mencair dan memiliki nilaiunconfined strengthkurang dari 2 kg/cm². Selain itu, dalam keadaan

kering dapat mencapai 4 kg/cm² dan menjadi bersifat rapuh/brittle(Rajiyowiryono, 1986).

Pasir, terdapat sebagai sisipan tipis pada lempung dan lumpur. Komposisi utamanya berupa kuarsa yang belum terikat kuat dan masih bersifat lepas.

Batuan dasar, diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 40 meter.

Gambut, bersifat sangat higroskopis, mampu menghisap dan melepas air dengan cepat, butirannya tidak terlalu kuat karena hanya terikat oleh tegangan pori dari air yang mengisi rongga

antar butiran. Dalam keadaan kering akan kehilangan tegangan pori hingga mudah lepas, tetapi

dalam kondisi kelewat jenuh air, gambut bersifat cair dan daya dukungnya bertambah lemah,

sehingga gambut memiliki sifat keteknikan yang buruk. Sebagian besar wilayah Kabupaten

Indragiri Hilir (90 %) merupakan lahan dengan karakteristik tanah gambut ini.

2.2.3. KONDISI KLIMATOLOGI

Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada dataran rendah atau daerah pesisir timur dengan

ketinggian < 500 meter dari permukaan laut. Hal ini mengakibatkan daerah ini menjadi rawa-rawa

yang beriklim tropis basah. Akan tetapi, terdapat beberapa desa yang merupakan dataran tinggi.

Desa-desa tersebut terdapat di Kecamatan Keritang dan Kemuning. Hal ini menyebabkan lahan

pertanian pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada air laut.

Pada tahun 2012, rata-rata curah hujan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah 136,15 mm

dengan rata-rata hari hujan adalah 10 hari. Rata-rata curah hujan terbanyak terjadi pada bulan

Nopember yaitu 229,8 mm dengan rata-rata hari hujan adalah 14 hari.

Pada musim kemarau kadang-kadang hujan tidak turun beberapa bulan lamanya (1-2

bulan). Akibatnya air tawar terdesak oleh air asin laut menuju hulu sungai. Hal ini menimbulkan

(11)

Tabel 0-2. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012

BULAN HARI HUJAN (Hari) CURAH HUJAN (mm)

Januari 6 77,0

Februari 12 170,8

Maret 13 197,8

April 13 196,6

Mei 11 130,0

Juni 6 55,9

Juli 7 92,8

Agustus 5 58,1

September 6 90,1

Oktober 12 177,0

Nopember 14 229,8

Desember 15 157,9

Rata-Rata 10 136,15

Sumber : BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013

2.3. POTENSI WILAYAH KABUPATEN/KOTA

2.3.1. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH 2.3.1.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan mayoritas lapangan usaha bagi penduduk di Kabupaten

Indragiri Hilir, yaitu sebanyak 75,87% pada tahun 2012 atau sebanyak 231.250 penduduk pada

usia kerja. Selain itu, lahan untuk kegiatan pertanian juga menempati areal terluas yang dibagi

menjadi pertanian tanaman pangan dan pertanian hortikultura.

1. Pertanian Tanaman Pangan

Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Indragiri Hilir terbagi menjadi

2 macam, yaitu pertanian padi sawah dan padi ladang. Untuk pertanian padi sawah

tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas areal 29.972 Ha.

Sedangkan untuk pertanian padi ladang terdapat di Kecamatan Kemuning dengan

(12)

Di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, tanaman pangan selain dihasilkan dari areal

persawahan, juga dihasilkan dari areal perladangan dan tegalan. Pada tahun 2012, luas

areal lahan tanam komoditi padi adalah 30.036 Ha dengan produksi panen sebanyak

127.037,46 ton, dengan demikian tingkat produktivitas komoditas pada pada tahun 2012

mencapai 41,91 Kw/Ha (4,191 Ton/Ha).

2. Pertanian Hortikultura

Pertanian hortikultura di Kabupaten Indragiri Hilir berada di kawasan pertanian

lahan kering, dengan komoditas buah-buahan dan sayuran yang berada di Kecamatan

Tembilahan Hulu, Kecamatan Tempuling, Kecamatan Kemuning dan Kecamatan

Keritang.

a. Palawija

Kabupaten Indragiri Hilir juga menghasilkan Kelompok tanaman palawija yang

tersebar hampir di seluruh kecamatan. Berikut adalah luas areal, produksi dan tingkat

produktivitas komoditas palawija di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012;

- Komoditas jagung menempati luas areal 2.157 Ha dengan hasil produksi

sebanyak 5,062.51 ton atau dengan tingkat produktivitas sebesar 23,47 ton/ha;

- Komoditas kedelai menempati luas areal 147 Ha dengan hasil produksi sebanyak

164,26 Ha atau dengan tingkat produktivitas 11,7 ton/ Ha.

- Komoditas kacang tanah menempati luas areal 20 Ha dengan hasil produksi

sebanyak 19,01 Ha atau dengan tingkat produktivitas 9,5 ton/ Ha.

- Komoditas kacang hijau menempati luas areal 61 Ha dengan hasil produksi

sebanyak 62,98 Ha atau dengan tingkat produktivitas 10,32 ton/ Ha.

- Komoditas Ubi Kayu menempati luas areal 194 Ha dengan hasil produksi

sebanyak 4974,27 Ha atau dengan tingkat produktivitas 256,41 ton/ Ha.

- Komoditas ubi jalar menempati luas areal 103 Ha dengan hasil produksi sebanyak

811,82 Ha atau dengan tingkat produktivitas 82,85 ton/ Ha.

b. Sayuran

Tanaman Sayur-sayuran di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlalu banyak

ragamnya, hanya cabai dan petsai yag tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan

(13)

c. Buah-buahan

Tanaman buah buahan yang dhasilkan di Kabupaten Indragiri Hilir meliputi;

mangga, manggis, sawo, durian, jeruk, pisang, pepaya, nanas dan beberapa komoditas

buah lainnya. Wilayah komoditas buah-buahan ini menyebar di seluruh wilayah

Kabupaten Indragiri Hilir.

3. Perkebunan

Sektor perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai kedudukan yang

penting. Perkembangan kegiatan perkebunan di Indragiri Hilir menunjukkan

kecenderungan yang meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya lahan

perkebunan, meningkatnya produksi, dan semakin beragamnya jenis tanaman

perkebunan.

Tanaman perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup

potensial di daerah ini adalah kelapa dalam, kelapa hibrida, kelapa sawit, karet, sagu,

kopi, kakao, pinang, gambir dan aneka tanaman. Potensi hasil perkebunan di Kabupaten

Indragiri Hilir yakni produksi kelapa dalam mencapai 294.152,12 ton per tahun dengan

luas lahan 384.267 Ha. Dengan potensi tersebut membuat Kabupaten Indragiri Hilir

tercatat sebagai salah satu daerah kelapa terbesar di dunia, bahkan dijuluki sebagai

“Tanah Hamparan Kelapa Dunia” yang menjadi top of mind and interest para penanam

modal. Potensi, Peluang Investasi dan Pemanfaatan lahan komoditas perkebunan

(14)

Tabel 2.1 Tabel Luas dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten

Indragiri Hilir Tahun 2012/2013

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir, 2013

Tabel 2.2 Luas dan Jumlah Produksi Kelapa Dalam dan Kelapa Hibrida di

(15)
(16)

Perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Indragiri Hilir pada akhir tahun 2013

tercatat 384.267 Ha (± 10,5 % dari Luas Nasional), namun produktivitas kelapa dalam di

Kab. Indragiri Hilir sebesar 1,14 ton/ha/tahun setara kopra, masih berada di bawah

standar produktivitas kelapa (1,50 ton/ha). Rendahnya produktivitas lahan perkebunan

kelapa dalam di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlepas dari kondisi tanggul pengaman

perkebunan yang rusak dan saluran / parit yang tidak berfungsi secara normal. Kondisi

tersebut mengakibatkan lahan perkebunan tergenang air dan ditambah lagi adanya

intrusi air laut dan serangan hama sehingga tanaman kelapa menjadi rusak/tidak mau

berbuah.

Berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut belum membuahkan

hasil seperti yang diinginkan. Pembangunan tanggul baik manual dan mekanis,

peremajaan pohon kelapa tua, normalisasi saluran / parit dan pembangunan pintu klip

sudah dilaksanakan namun belum maksimal hasilnya sehingga perlu adanya program

penanganan lahan kritis / rusak secara terpadu dan terintegrasi dengan sektor lainnya

termasuk system penganggaran dan mekanisme / teknis penanganan perlu dirumuskan

secara bersama oleh seluruhstakeholdersperkebunan kelapa.

4. Peternakan

Pada dasarnya sektor peternakan akan terkait dengan populasi dan produksi

ternak. Sektor peternakan di Kabupaten Indragiri Hilir pada umumnya diusahakan oleh

rumah tangga dan masih merupakan usaha sampingan. Jenis peternakan yang

dikembangkan adalah ternak besar antara lain ternak sapi, kambing, domba, dan

unggas.

Konsumsi terhadap hasil ternak di Kabupaten Indragiri Hilir cukup tinggi namun

pemenuhan kebutuhan dari produksi peternakan lokal di Kabupaten Indragiri Hilir masih

jauh dari yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya terobosan bagi pengembangan

peternakan di Kabupaten Indragiri Hilir mengingat potensi pasar yang cukup besar dan

dapat disinergikan dengan pengembangan pertanian maupun perkebunan mengingat

kotoran ternak yang dapat digunakan sebagai pupuk sehingga dapat mengurangi

(17)

2.3.1.2. Sektor Perikanan

Kabupaten Indragiri Hilir memiliki sumber daya perikanan yang cukup potensial, baik

perikanan perairan umum / sungai, rawa maupun perikanan laut. Seluruh kecamatan yang ada di

Kabupaten Indragiri Hilir, memiliki perairan umum (rawa dan sungai) dan budidaya air tawar

(kolam), serta diantaranya memiliki wilayah pesisir, yaitu : Kecamatan Pulau Burung, Kateman,

Mandah, Gaung Anak Serka, Concong, Kuala Indragiri, Tanah Merah, Sungai Batang dan Reteh

merupakan kecamatan yang memiliki potensi perikanan budidaya air payau, budidaya laut dan

budidaya pantai.

Keragaman jenis perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir dihasilkan dari sumberdaya dan

budidaya perikanan yang terdiri atas budidaya air tawar, budidaya air payau dan perikanan

tangkap air laut.

1. Perikanan Tangkap

Perairan laut Kabupaten Indragiri Hilir memiliki posisi yang strategis dimana berhadapan

langsung dengan Selat Berhala dan Laut Cina Selatan yang diyakini banyak menyimpan

kekayaan sumberdaya hayati, berupa ikan dan berbagai jenis hewan air serta tumbuhan laut

lainnya. Sumberdaya ikan tersebut di atas antara lain adalah ikan pelagis dan demersal yang

mempunyai nilai ekonomis penting. Ikan yang tergolong pelagis antara lain: tenggiri

(Scomberomerus commersoni), tongkol (Euthynnus spp.), kembung (Rastrelliger spp.), selar

(Selaroides spp.), belanak (Mugil spp.), gulamah (Sciaenidae spp.), kuwe (Caranx spp.), cumi

(Loligo spp.), senangin (Polynemus spp.) dan ikan yang tergolong demersal yaitu: kakap (Lates

calcarifer), bawal hitam (Formio niger), bawal putih (Pampus argenteus), pari (Trigonidae), kurau

(Eleutheronema tetradactylum), kitang serta binatang yang berkulit keras yaitu: udang putih

(Peneus semisulcatus), udang barong (Penulirus spp.), udang dogol (Metapenaeus spp.),

rajungan (Portunus spp.), kepiting (Scylla serrata), udang nenek (Uratos guilla nepa sp.) dan

masih banyak jenis ikan dan binatang lainnya. Selain dari perairan laut, potensi perikanan

tangkap juga berasal dari perairan umum seperti sungai, danau, parit dan rawa dimana pada

tahun 2013 sumberdaya perikanan tangkap dari perairan laut dan perairan umum menghasilkan

(18)

2. Perikanan Budidaya

Budidaya perikanan merupakan salah satu alternatif usaha bagi masyarakat di Indragiri

Hilir. Adanya potensi hutan bakau dan kebun kelapa kritis yang luas di Indragiri Hilir mendorong

masyarakat untuk mendapatkan penghasilan melalui usaha budidaya perikanan. Salah satu

budidaya perikanan yang cukup menjanjikan adalah melalui tambak yang merupakan budidaya

perikanan air payau. Pada tahun 2013, areal tambak seluas 1.404 Ha dapat menghasilkan

produk ikan budidaya sebanyak 3.001 ton dengan jumlah rumah tangga yang terlibat adalah

1.439 KK. Kecamatan Reteh memiliki tambak yang terluas membudidayakan perikanan air payau

yakni 650 Ha dengan melibatkan 40 rumah tangga dengan jumlah produksi mencapai 2.150 ton.

2.3.1.3. Sektor Kehutanan

Pembangunan kehutanan mencakup semua upaya memanfaatkan sumber daya hutan

secara optimal dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan ekologi dan sosial

masyarakat untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat terutama masyarakat tempatan.

Oleh karena itu potensi kehutanan harus diolah sebaik mungkin sebagai salah satu pendorong

penting kegiatan ekonomi masyarakat. Pengembangan kehutanan harus melingkupi berbagai

usaha pemanfaatan hutan secara maksimal dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan hidup

dalam arti luas, pada hakekatnya harus berprinsip dapat memberikan manfaat optimal jangka

panjang, meliputi sistem dan manajemen pengelolaan kawasan hutan beserta isinya sebagai

sumber pendapatan daerah dan masyarakat agar sejahtera dan berkeadilan. Namun pada

kenyataannya banyak dijumpai kejanggalan-kejanggalan dalam sistem dan manajemen

pengelolaan hutan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdampak

negatif bahkan sudah mencapai pada taraf “ancaman hari depan”. Untuk itu perlu adanya

peninjauan terhadap sistem dan manajemen pengelolaan hutan beserta peraturan dan

pengaturan yang berlaku baik langsung maupun yang saling terkait.

Kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas kawasan hutan yang sudah di tata batas adalah

(19)

Tabel 2.3 Luas Kawasan Hutan yang sudah di Tata Batas Tahun 2011

No Fungsi/Nama Kawasan Luas

(Ha) 1 Hutan lindung Pulau Airtawar, Pulau Bakung, Pulau Cawan, Pulau

Pisang

34.973,05

2 Hutan Produksi Sungai Gaung 217.634,62

3 Hutan Produksi Terbatas 54.731,34

4 Taman Nasional Bukit Tiga Puluh 24.761,92

5 Kawasan Hutan Bakau 63.534,01

(20)

Secara umum, kebijakan sistem pengelolaan kawasan hutan selama ini adalah untuk

kepentingan pengembangan industri agribisnis khususnya komoditi perkebunan yang dikelola

dengan kemitraan pola PIR, perkebunan besar swasta (PBS) dan perkebunan rakyat swadaya,

terutama pada kawasan hutan konversi. Tetapi sayangnya sasaran peningkatan kesejahteraan

petani/masyarakat masih belum dapat tercapai, bahkan kemiskinan terbanyak justru berada di

pedesaan terutama masyarakat desa tradisional Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan

pendapatan utama dari usaha perkebunan. Sebaliknya tidak sedikit kawasan hutan konversi

dikuasai secara berlebihan oleh beberapa perusahaan perkebunan swasta, perorangan dan

pemodal besar, sedangkan masyarakat petani pedesaan hanya mampu menguasai luas lahan

usaha perkebunan terbatas rata-rata kurang dari 2 hektar setiap kepala keluarga.

2.3.1.4. Sektor Pertambangan

Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan

keberadaannya terikat pada ruang tertentu serta mempunyai jumlah yang terbatas di alam.

Apabila sumberdaya tersebut dikelola dengan baik dapat berperan sebagai modal dasar

pembangunan. Sumberdaya mineral merupakan salah satu andalan utama bagi sumber

pendapatan dalam mendukung pendapatan daerah. Namun dalam pelaksanaannya, merupakan

bagian dalam kerangka pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan dijalankan melalui

kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan.

Struktur geologi di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terjadi karena adanya aktivitas

tektonik zaman karbon sampai dengan Resen, maka terdapat kemungkinan terbentuknya potensi

bahan galian. Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai potensi sumberdaya mineral cukup besar

antara lain batubara, granit, pasir, pasir sungai, pasir kuarsa, tanah liat, kaolin, gambut dan tanah

urug.

Usaha Pertambangan Umum di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilaksanakan oleh

perusahaan jika perusahaan sudah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terdiri dari IUP

Ekplorasi dan IUP Operasi Produksi Izin-izin terkait lainnya. Sampai saat ini untuk kegiatan

(21)

2.3.1.5. Sektor Industri

Dengan semakin meningkatnya pemanfaatan lahan untuk berbagai komoditas pertanian,

perkebunan dan perikanan telah mendorong terciptanya berbagai peluang pengembangan

industry pengolahan antara lain pengembangan industry tanaman pangan berupa pengolahan

minuman dari buah-buahan dengan bahan baku jeruk dan nenas serta industry berbahan baku

tanaman pangan lainnya.

Peluang lainnya berupa industri pengolahan terpadu berbahan baku kelapa dengan jenis

produksi berupa minyak, bungkil, sabut kelapa, arang tempurung (karbon aktif), nata de coco,

meubel dan produksi industri hilir lainnya. Industry ini berorientasi ekspor dengan negara tujuan

Singapura dan Malaysia, terutama untuk dikembangkan menjadi perabot rumah tangga, selain itu

terdapat industri pengolahan kelapa sawit yang berkembang dengan pesatnya, hal ini dapat

dilihat dari banyaknya pabrik kelapa sawit (PKS) yang beroperasi di Kabupaten Indragiri Hilir.

Saat ini sedang dipersiapkan Kawasan Industri Kuala Enok dengan luas 880 Ha yang

lokasinya sangat strategis berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan

dimana sudah dibangun Pelabuhan Samudera Kuala Enok. Kawasan ini memiliki prospek

pengembangan yang sangat besar bagi industry pembekuan (cold storage) ikan dan udang,

minyak ikan dan tepung udang, minyak jagung bungkil kopra, pengolahan kelapa sawit,

margarine, stearin, oleic acid, fatty alcohol.

2.3.1.6. Sektor Pariwisata

Potensi wisata di Kabupaten Indragiri Hilir berupa wisata alam, religi, budaya dan belanja, namun masih memerlukan pengembangan dan penataan lebih lanjut baik dari segi infrastruktur maupun kondisi objek yang bersangkutan. Di Kecamatan Tembilahan terdapat obyek wisata belanja seperti Pasar Pajak atau lebih dikenal PJ pada masa jayanya sekitar tahun 80-an dan

hingga saat ini masih menjaditrend markdan primadona belanja di Tembilahan.

Khusus untuk obyek wisata Air Terjun 86 dan Air Terjun Tembulon Rusa yang terletak di Kecamatan Kemuning telah dilakukan Penyusunan Masterplan (Tahun 2013) untuk pengembangan taman wisata alam. Selanjutnya, pada masa yang akan datang diharapkan daya tarik obyek-obyek wisata di Kabupaten Indragiri Hilir dapat menarik wisatawan sehingga dapat

(22)

Tabel 2.4 Jenis, Lokasi, Luas, Waktu Tempuh dan Kondisi Objek Wisata di Kabupaten

Air Terjun Tembulon Rusa Kec. Kemuning ± 4 Jam / Darat Jalan Setapak

.

(23)

o Jenis Objek Wisata Lokasi

Jarak Tempuh dari

Ibukota / Transportasi

Kondis i

.

Lomba Selodang Kec. Gaung ± 60 Menit / Laut

.

Menongkah Kec. Tanah Merah ± 45 Menit / Laut

.

Festival Bumi Serumpun Kec. Tembilahan ± 15 Menit / Darat

.

Ajang Pemilihan Bujang dan Dara Inhil

Kec. Tembilahan ± 15 Menit / Darat

Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indragiri Hilir, 2013

2.4. KONDISI DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.4.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk

Berdasarkan data statistik yang ada, diketahui jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir

pada tahun 2012 adalah sebanyak 689.938 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam Angka 2013). Dari

jumlah penduduk tersebut terdiri dari 170.762 Kepala Keluarga (Rumah Tangga). Tingkat

kepadatan penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir tergolong amat rendah, yaitu 84,80 jiwa per Km²

dan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4 jiwa.

Pada umumnya distribusi penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir cukup merata untuk

setiap wilayah kecamatan. Distribusi penduduk yang paling tinggi berada di Kecamatan Gaung

Anak Serak, dengan distribusi penduduk sekitar 10,50 5 atau 71.193 jiwa. Selain itu, untuk

memudahkan pergerakan, maka penduduk juga memilih untuk membangun rumah yang berada

(24)

Tabel 2.5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 No. Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

1 Kemuning 94,642 64,029 67.65

2 Reteh 53,183 43,991 82.72

3 Enok 44,941 34,340 76.41

4 Tanah Merah 47,660 31,201 65.47

5 Kuala Indragiri 71,495 19,469 27.23

6 Tembilahan 15,164 72,446 477.75

7 Tempuling 75,287 30,768 40.87

8 Batang Tuaka 39,118 27,412 70.08

9 Gaung Anak Serka 64,995 22,237 34.21

10 Gaung 207,617 40,164 19.35

11 Mandah 174,273 40,185 23.06

12 Kateman 48,781 45,630 93.54

13 Kemuning 104,984 30,887 29.42

14 Tembilahan Hulu 13,899 44,451 319.81

15 Pulau Burung 58,050 22,474 38.71

16 Pelangiran 85,396 43,838 51.33

17 Teluk Balengkong 42,774 16,794 39.26

18 Concong 26,348 13,340 50.63

19 Kempas 58,453 33,959 58.10

20 Sungai Batang 40,489 12,323 30.44

Jumlah 1,367,551 689,938 84.80

(25)

2.4.2. Tingkat Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir meningkat pesat sejak tahun 1990

yang hanya berjumlah 426.196 jiwa (RUTR Kab. Indragiri Hilir : 1992), tahun 1995 sebanyak 567.864

jiwa (BPS Kab. Ingriri Hilir : 1994 – 1997), pada tahun 2001 sebanyak 542.226 jiwa (Kabupaten Inhil

Dalam Angka 2002), tahun 2006 sebanyak 647.512 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam Angka 2007),

sebanyak 658.178 jiwa pada tahun 2007 (Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2008) dan menjadi

sebanyak 670.834 jiwa pada tahun 2008 (Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2009).

Bagan 2-1. Jumlah Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 (jiwa)

Sumber : Analisis data BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013

Dari perkembangan jumlah penduduk tersebut maka laju pertumbuhan penduduk

rata-rata per tahun selama kurun waktu 13 tahun terakhir (1990-2003) adalah 10.718 jiwa per tahun,

atau sebesar 2.24 % per tahun. Jika dilihat secara periodik pertumbuhan penduduk dari hasil

Sensus Penduduk 2000 berjumlah 555.666 jiwa Jika dibandingkan dengan Sensus Penduduk

1990 sebanyak 477.276 jiwa, sehingga angka pertumbuhannya sebesar 1.58%. Pertumbuhan

(26)

Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 adalah 662.185

jiwa (RTRW 2011-2031) dan tahun 2011 sebanyak 685.698 jiwa (INHIL dalam Angka 2012)

sehingga rata-rata pertumbuhan penduduk adalah 20.361 jiwa per tahun, atau sebesar. 3.577 %

per tahun. Dari tahun 20011-2012, pertumbuhan penduduk pertahun Kabupaten Indragiri Hilir

adalah 0,618% atau meningkat sebesar 4.240 jiwa per tahun. Dari dua tahun tersebut diambil

pertumbuhan rata-rata sebesar 2.093% pertahun. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan

(27)

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Proyeksi jumlah penduduk dihitung berdasarkan tingkat laju pertambahan penduduk

yang dihitung berdasarkan peningkatan jumlah penduduk selama 2 tahun terakhir yang dianggap

stabil. Hal ini dikarenakan dalam 5 tahun terakhir terjadi fluktuasi yang sangat bervariatif hingga

pertumbuhan minus di sebagian kecamatan yang berarti terjadi migrasi/perpindahan penduduk

dari wilayah tersebut.

Dengan memperhatikan karakter laju pertumbuhan penduduk menurut masing-masing

kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir, dan jumlah penduduk tahun dasar prediksi adalah jumlah

penduduk mutakhir yang ada yaitu tahun 2012, prediksi tahun 2013 maka dihitung prediksi

jumlah penduduk sampai tahun 2018.

(28)

Tabel 2-7. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2018 s/d 2018

No. KECAMATAN LUAS (HA) LPP (%)

Basis Data

2013

PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK 5TH

2012 2014 2015 2016 2017 2018

1 Keritang 94.642 2,113 64.029 65.382 66.763 68.174 69.614 71.085 72.587

2 Reteh 53.183 2,232 43.991 44.973 45.977 47.003 48.052 49.125 50.222

3 Enok 44.941 2,081 34.340 35.055 35.784 36.529 37.289 38.065 38.857

4 Tanah Merah 47.660 2,092 31.201 31.854 32.520 33.200 33.895 34.604 35.328

5 Kuala Indragiri 71.495 2,090 19.469 19.876 20.291 20.715 21.148 21.590 22.041

6 Tembilahan 15.164 2,101 72.446 73.968 75.523 77.110 78.730 80.385 82.074

7 Tempuling 75.287 2,089 30.768 31.411 32.067 32.737 33.421 34.119 34.832

8 Batang Tuaka 39.118 2,080 27.412 27.982 28.564 29.159 29.765 30.385 31.017

9 Gaung Anak Serka 64.995 2,104 22.237 22.705 23.183 23.670 24.168 24.677 25.196

10 Gaung 207.617 2,081 40.164 41.000 41.853 42.724 43.613 44.521 45.448

11 Mandah 174.273 2,096 40.185 41.027 41.887 42.766 43.662 44.577 45.512

12 Kateman 48.781 2,074 45.630 46.576 47.542 48.528 49.534 50.561 51.610

13 Kemuning 104.984 2,075 30.887 31.528 32.182 32.850 33.532 34.228 34.938

14 Tembilahan Hulu 13.899 2,106 44.451 45.387 46.343 47.320 48.316 49.334 50.373

15 Pulau Burung 58.050 2,059 22.474 22.937 23.409 23.891 24.383 24.885 25.398

16 Pelangiran 85.396 2,025 43.838 44.726 45.631 46.555 47.497 48.459 49.440

17 Teluk Balengkong 42.774 2,078 16.794 17.143 17.499 17.863 18.234 18.613 18.999

18 Concong 26.348 2,093 13.340 13.619 13.904 14.195 14.492 14.796 15.105

19 Kempas 58.453 2,081 33.959 34.666 35.387 36.124 36.875 37.643 38.426

(29)

2.5. ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN RTRW KABUPATEN/KOTA

Dalam analisis kegiatan ekonomi, pembahasan akan dilakukan terhadap peran dan

pengaruh Kabupaten Indragiri Hilir pada sistem ekonomi regional, perkembangan dan struktur

ekonomi, aliran dan pola pergerakan barang dan jasa serta pengembangan kegiatan ekonomi

dan investasi.

2.5.1. Kondisi Sosial

A. Indeks Pembangunan Manusia

Paradigma pembangunan manusia dikaitkan dengan upaya untuk memanusiakan

masyarakat dalam jati diri pembangunan (people-centered development). Di sini,

penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end), sedangkan upaya

pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan

pembangunan itu sendiri.

Secara praktikal, pembangunan manusia dapat diukur dengan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM). IPM adalah suatu indeks komposit yang digunakan untuk mengukur

tingkat pembangunan manusia. IPM terdiri atas empat komponen indikator, yaitu angka

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya

beli/purchasing power parity (PPP).

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa IPM Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2012

mencapai sebesar 76.15 poin atau masih berada dibawah angka rata-rata IPM Provinsi

Riau yang pada tahun 2012 mencapai sebesar 76.90. Perincian perbandingan

komponen-komponen IPM Kabupaten Indragiri Hilir dengan angka rata-rata Provinsi

Riau selanjutnya ditampilkan pada tabel IV.6 serta diuraikan dalam poin-poin berikut ini;

• Rata-rata tingkat harapan hidup pada tahun 2012 mencapai selama 71,88 tahun

atau berada diatas angka rata-rata Provinsi Riau yang mencapai selama 71,69

tahun

• Rata-rata melek huruf pada usia dewasa pada tahun 2012 mencapai sebesar

(30)

• Rata-rata lama pendidikan yang dinikmati oleh penduduk pada tahun 2012 mencapai selama 7,63 tahun atau berada dibawah angka rata-rata Provinsi Riau

yang mencapai selama 8,64 tahun

• Tingkat pengeluaran rata-rata penduduk pertahun pada tahun 2012 mencapai

sebesar Rp.650.91 per tahun atau berada dibawah angka rata-rata Provinsi Riau

yang mencapai selama Rp.654.48.

Jika dilihat dari posisi IPM Kabupaten Indragiri Hilir diantara kabupaten/kota di Provinsi

Riau maka terlihat posisinya berada pada urutan keempat setelah Kota Pekanbaru,

Kota Dumai dan Kabupaten Siak.

Tabel 2-8. Perbandingan IPM Kabupaten Indragiri Hilir dan Riau Tahun 2012

No KETERANGAN Indragiri Hilir Riau

1 Usia harapan hidup (tahun) 71.88 71.69

2 Melek huruf dewasa (%) 99.18 98.45

3 Rata-rata lama pendidikan (tahun) 7.63 8.64 4 Pengeluaran per kapita (Rp.000,-) 650.91 654.48

5 IPM 76.15 76.90

Sumber Data : BPS Provinsi Riau,

B. Kemiskinan

Selama periode tahun 2008 sampai tahun 2012 telah terjadi penurunan angka

kemiskinan yang cukup signifikan di Kabupaten Indragiri Hilir, walaupun masih terjadi

peningkatan temporer pada golongan masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan.

Pada tahun 2008, jumlah masyarakat miskin di Kabupaten mencapai sejumlah 92,390

jiwa atau 13.19 persen dari jumlah penduduk yang kemudian menurun menjadi

sejumlah 53.800 jiwa atau 7,81 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2012.

Tabel 2-9 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Indragiri Hilir

Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Persentase Kemiskinan

2008 217.031 92,390 13,19

2009 219.841 80,600 11,11

2010 238.707 62,400 9,41

(31)

C. Ketenagakerjaan

Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada

lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah secara langsung dapat

menggerakan perekonomian daerah tersebut. Hal sebaliknya dapat mengakibatkan

timbulnya masalah sosial. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase

angkatan kerja yang bekerja dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam

melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah

benar-benar digerakan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena

pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada

peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan

pemenuhan kebutuhan hidup yang layak (peningkatan kemampuan daya beli).

Tabel 2-10 Penduduk yang Termasuk Angkatan Kerja, Bekerja, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2010-2013

KETERANGAN 2010 2011 2012 2013

Angkatan Kerja 310.586 320.285 312.996 334.685

Bekerja 293.791 304.919 304.792 324.506

Pengangguran 16.795 15.366 8.204 10.179

TPT 5.41 4.8 2.62 3.04

TPAK 66.40 63.52 69.39

Sumber Data : Berita Resmi Statistik Agustus 2010-2013, BPS Provinsi Riau, Diolah

Berdasarkan data BPS Provinsi Riau tahun 2009-2013, terlihat bahwa jumlah penduduk

angkatan kerja di Kabupaten Indragiri Hilir cenderung mengalami peningkatan, dari

sebesar 310.586 jiwa pada tahun 2010 menjadi sebesar 334.685 jiwa pada tahun 2013.

Demikian juga dengan Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) yang memberikan

gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari

merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. TPAK mengalami peningkatan dari

sebesar 66.40 persen pada tahun 2012 menjadi sebesar 69.39 pada tahun 2013.

Sedangkan tingkat pengangguran justru mengalami fluktuasi, dari sebesar 5,41 persen

pada tahun 2010 turun menjadi sebesar 4,8 persen dan 2,62 persen pada tahun 2011

(32)

2.5.2. Kondisi Ekonomi

A. Peran dan Pengaruh Kabupaten Indragiri Hilir pada Sistem Ekonomi Regional

Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai peran yang potensial bagi sistem ekonomi

regional di Provinsi Riau dan sekitarnya. Pengaruh ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir

secara sektoral sangat mencolok di sektor perkebunan. Tanaman perkebunan yang

merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial di daerah ini adalah kelapa

dalam, kelapa hibrida, kelapa sawit, karet, sagu, kopi, kakao, pinang, dan aneka

tanaman. Luas tanaman perkebunan perkebunan pada tahun 2010 adalah seluas

629.417 ha dengan produksi 2.095.194 ton.

B. Perkembangan dan Struktur Ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir

Dilihat dari kontribusi sektoral terhadap pertumbuhan PDRB Tahun 2010, maka sektor

Pertanian 48,31% atau Rp. 9.042.384,80 milyar menjadi yang terbesar kemudian diikuti

oleh industri pengolahan sebesar 24,82% atau sebesar Rp. 4.078.029,93 milyar,

kemudian sektor Perdagangan 12,13% atau sebesar Rp. 2.228.515,13 milyar dan

sektor Jasa-jasa 0,67% atau Rp. 1.249.684,25 milyar. Keempat sektor inilah yang

menyumbang lebih dari 80% terhadap PDRB Kabupaten Indragiri Hilir.

Hal ini menunjukkan kenaikan terhadap capaian PDRB pada tahun-tahun sebelumnya,

yakni pada tahun 2008 sebesar Rp. 11.835.210,77 milyar dan pada tahun 2009

sebesar Rp. 14.968.670,58 milyar. Sektor perkebunan merupakan salah satu tulang

punggung perekonomian Kabupaten Indragiri Hilir. Berbagai komoditas tanaman

perkebunan yang telah dikembangkan selama ini adalah kelapa lokal, kelapa hibrida,

kelapa sawit, karet, kopi, coklat dan pinang. Potensi industri pengolahan kelapa sawit

berserta potensi hasil kelapa sawit merupakan sektor ekonomi strategis yang

memberikan keunggulan kompetitif dengan wilayah lain di Provinsi Riau. Pertumbuhan

produktivitas kelapa sawit di Kabupaten Indragiri Hilir dari tahun 2006 hingga 2010

(33)

Tabel2-11. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah

Tabel2-12. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Tahun

(34)

BAB II. PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ...10

2.1. Wilayah Adminstrasi... 10

2.2. Kondisi Topografi ... 12

2.3. Potensi Wilayah Kabupaten/Kota... 20

2.4. Kondisi Demografi dan Organisasi... 32

Gambar

Tabel 0-1. Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di KabupatenIndragiri Hilir Tahun 2011
Tabel 0-2. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di KabupatenIndragiri Hilir Tahun 2012
Tabel 2.1 Tabel Luas dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten
Tabel 2.3 Luas Kawasan Hutan yang sudah di Tata Batas Tahun 2011
+6

Referensi

Dokumen terkait

,engingatkan kembali ke&#34;ada ibu tentang &#34;ers/nal $ygiene &#34;ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM KOORDINASI DAN KELOMPOK KERJA RENCANA AKSI DAERAH GAS RUMAH KACA PROVINSI JAWA TIMUR I. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur.

Judul Skripsi : Pengaruh Nutrisi dan Kemiringan Bed terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) dengan Sistem Modifikasi (Nutrient Film

Selain melihat video dari ip camera pada perangkat android, pengguna juga dapat menggunakan fitur-fitur khusus yang terdapat pada ip camera diantaranya

Jika dilihat lagi, metafora hässlich wie die Nacht memang mengandung kriteria dari kedua jenis metafora tersebut, yaitu terdapat kata wie yang merupakan ciri

Akan dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahuiada atau tidaknya interaksi antara pendekatan pembelajaran (kontekstual dan konvensional) dengan level sekolah (sedang dan

Guru sejarah dapat mengembangkan pembelajaran sejarah lokal dengan pendekatan biografis, seperti nilai-nilai budaya bahari Sultan Ageng Tirtayasa.. Hal ini dapat menumbuhkan

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan taraf limbah udang yang berbeda pada domba lokal jantan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas