RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
6
BAB 2
PROFIL KOTA MANADO
2.1 Gambaran Geografi dan Administrasi Wilayah
Secara geografis, Kota Manado terletak di antara :
1º 30’ - 1º 40’ Lintang Utara
124º 40’ - 126º 50’ Bujur Timur Kota Manado berbatasan dengan :
✓ Sebelah Utara : Kec. Wori dan Teluk Manado
✓ Sebelah Timur : Kec. Dimembe dan Kec. Tombulu
✓ Sebelah Selatan : Kec. Pineleng
✓ Sebelah Barat : Teluk Manado / Laut Sulawesi
Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara terletak pada bagian utara
jazirah pulau Sulawesi, dan memiliki jarak dengan beberapa kota lainnya di
Sulawesi Utara sebagai berikut :
✓ Manado - Airmadidi 15,00 kilometer
✓ Manado - Bitung 44,30 kilometer
✓ Manado - Tomohon 21,60 kilometer
✓ Manado - Tondano 35,05 kilometer
✓ Manado – Kotamobagu 183,72 kilometer
Secara administratif Kota Manado terbagi atas sembilan kecamatan dan delapan
puluh tujuh kelurahan / desa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 1988 luas Kota Manado adalah 15.726 ha.
GAMBAR. 2.1 Persentase luas Per Kecamatan
RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
7
Ada 3 (tiga) wilayah pulau yang termasuk dalam wilayah administrasi Kota
Manado yang ketiganya termasuk bagian dari wilayah Kecamatan Bunaken.
TABEL 2.1 Pulau Yang Ada Di Wilayah Kota Manado
NAMA PULAU LUAS PANJANG GARIS
PANTAI
Bunaken 811,21 17.570 Bunaken dan Alung
Banua Kec. Bunaken
Siladen 27,95 2.240 Bunaken Kec.
Bunaken
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2015.
Dengan adanya reklamasi pantai Teluk Manado yang dimulai tahun 1995, maka
luas daratan Kota Manado telah bertambah 67 ha.
Pemerintahan Kota Manado memiliki sejumlah instansi yang terdiri dari Dinas,
Badan dan kantor yang melaksanakan fungsi administrasi dan pengelolaan kota.
Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah sekaligus peningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, Pemerintah Kota Manado melalui Peraturan Daerah Nomor
4 dan 5 Tahun 2000 telah melakukan perubahan status Desa menjadi Kelurahan
sehingga jumlah kelurahan bertambah dari 68 menjadi 87 kelurahan.
TABEL 2. 2 Jumlah Kelurahan dan Letak Kantor Pemerintahan Menurut
RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
8
2. Sario Sario 7
3. Wanea Wanea 9
4. Wenang Tikala Kumaraka 12
5. Tikala Tikala baru 5
6. Mapanget Paniki Bawah 10
7. Singkil Singkil 9
8. Tuminting Tuminting 10
9. Bunaken Molas 5
10. Paal Dua Ranomuut 7
11. Bunaken Kepulauan Bunaken 4
JUMLAH/ Total 87
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2015
Pada tahun 2015 Manado yang pada awalnya berjumlah 9 (Sembilan)
Kecamatan, bertambah 2 (Dua) Kecamatan menjadi 11 (Sebelas) Kecamatan.
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2015
RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
9
Gambar 2.2. Peta Administrasi Kecamatan di Kota Manado.
10 2.2 POTENSI WILAYAH KOTA MANADO
Bagian ini berisikan mengenai potensi wilayah yang dimiliki oleh kabupaten/kota,
antara lain potensi ekonomi kreatif, pariwisata, minyak dan gas, dan sebagainya, yang perlu
didukung pembangunannya dengan infrastruktur permukiman.
a. Sektor Industri
12 a. Sektor Pariwisata
13
Perhotelan
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata untuk menjadi sektor andalan yang mampu untuk menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait. Dengan begitu lapangan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat. Salah satu sarana pendukung kelancaran pariwisata adalah tersedianya akomodasi, kamar, dan tempat tidur hotel yang memadai. Banyaknya hotel dan obyek pariwisata pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel
Kota Manado memiliki 17 hotel berbintang yang terdiri dari 3 Hotel Bintang Lima, 6 Hotel Bintang Empat, dan 8 Hotel Bintang Tiga. Sedangkan Hotel Non Bintang yang ada di kota Manado sebanyak 102 Hotel.
Kota Manado memiliki banyak potensi pariwisata yang tidak kalah menarik dengan daerah lain di Indonesia. Bahkan salah satu diantaranya, yaitu Pulau Bunaken, sudah dikenal secara luas oleh dunia internasional karena keindahan bawah lautnya. Selain Pulau Bunaken,
14 Tabel 2.6
15 2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI
2.3.1 Jumlah Penduduk
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana
tertuang dalam GBHN. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk
manusia Indonesia seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu pemerintah telah
melaksanakan berbagai usaha dalam rangka memecahkan masalah kependudukan. Salah
satu usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk telah dilakukan pemerintah melalui
program Keluarga Berencana yang dimulai awal tahun 1970-an.
Jumlah penduduk tahun 2010 berdasarkan data BPS berjumlah 410.481 jiwa.
Besarnya jumlah penduduk di Kota Manado menyebabkan kepadatan penduduk menjadi
cukup tinggi. Dengan luas wilayah 157,26 Km2, berarti kepadatan penduduknya mencapai 2.610 jiwa/Km2.
TABEL 2.8 Jumlah Penduduk Kota Manado berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
16
TABEL 2.9 Jumlah Penduduk Kota Manado Per Kecamatan
KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK Jumlah
Laki-Laki Perempuan
( 1 ) (2) (3) (4)
Malalayang 28.170 26.628 54.798
Sario 12.025 12.524 24.549
Bunaken Kepulauan 3.061 3.083 6.144
Bunaken 13.439 7.538 20.977
JUMLAH/ Total 213.136 210.121 423.257
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2015
Jumlah penduduk kota Manado tahun 2014 berdasarkan data BPS berjumlah 423.257
jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk Kota Manado tahun 2014 berada diatas angka 100 yaitu
sebesar 101 persen. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kota
Manado saat ini lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan. Hal ini berbanding
terbalik dengan kondisi tahun sebelumnya dimana jumlah penduduk laki-laki lebih kecil dari
17 a. Rumah Tangga dan Penduduk Per Rumah Tangga
Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian
atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu
dapur. Yang dimaksud makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan
sehari-harinya dikelola bersama-sama menjadi satu.
Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu
rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang
sementara tidak ada.
Rata-rata Anggota Rumah Tangga adalah angka yang menunjukkan rata-rata jumlah
anggota rumah tangga per rumah tangga.
TABEL 2.10 Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Per Rumah Tangga
Kecamatan Kelurahan Penduduk Rumah Penduduk
18
Bunaken Kepulauan 4 1.777 6.144 3.46
Manado 87 109.672 423.257 3.86
Sumber : BPS
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah Kota Manado berkembang secara tidak merata
dimana pada beberapa kawasan wilayah kota terjadi kepadatan yang tinggi sedangkan dilain
sisi wilayah kota kepadatannya sangat rendah. Kondisi yang demikian menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan dalam pembangunan khususnya fasilitas perkotaan yang
secara hirarki berkembang karena tuntutan kebutuhan akan fasilitas tersebut yang dikbangun
dan dikembangkan berdasarkan jumlah penduduk di suatu wilayah/kawasan kota
TABEL 2.11 Kepadatan Penduduk Per Rumah Tangga
KECAMATAN PENDUDUK
Malalayang 54.492 3.023,7 18,02
19 2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk
Tabel. 2.12 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan tahun 2014
2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data yang ada dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Manado
Tahun 2011, maka jumlah penduduk Per Januari 2011 di Kota Manado adalah 462.495
Jiwa yang terbagi di sembilan wilayah kecamatan, dimana jumlah penduduk terbanyak
berada di wilayah Kecamatan Tikala, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di
wilayah Kecamatan Bunaken.
20 TABEL 2.13 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Rata-rata Per Tahun Per Kecamatan
Sumber : SSK Kota Manado 2015-2019
Dengan mengacu pada jumlah penduduk pada Tahun 2005 serta berdasarkan pada
pertumbuhan jumlah penduduk di Tahun 2010 ini, maka gambaran angka kepadatan
penduduk di wilayah Kota Manado per Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Dimana
angka pertumbuhan penduduk tertinggi berada di wilayah Kecamatan Tuminting dengan
angka 5,34 % per tahun, serta angka pertumbuhan penduduk terkecil berada diwilayah
Kecamatan Sario yang menunjukkan angka (negatif) 0,12 % per tahun, hal ini menunjukkan
bahwa di Kecamatan Sario proses terjadinya alih fungsi pemanfaatan ruang dari fungsi
permukiman menjadi fungsi perdagangan dan jasa berlangsung dengan cepat, yang
menyebabkan sebagian masyarakat di Kecamatan Sario berpindah ke wilayah Kecamatan
lainnya yang ada di wilayah Kota Manado.
Jika diperhatikan angka pertumbuhan penduduk yang terjadi di wilayah Kota Manado
sejak Tahun 1980, maka akan diperoleh angka rata-rata pertumbuhan penduduk yang
bervariasi, dimana pertumbuhan penduduk di wilayah Kota Manado tertinggi terjadi pada
kurun waktu antara 1980 – 1990 dengan angka pertumbuhan penduduk mencapai 4,76 % per
tahun, hal ini sangat bertolakbelakang dengan kurun waktu Tahun 1990 – 2000 dimana angka pertumbuhannya hanya berkisar pada angka 1,63 % per tahun. Sedangkan untuk
kurun waktu tahun 2005 – 2010 terjadi peningkatan pertumbuhan penduduk meskipun hanya
kecil yaitu menjadi sekitar 1,75 % per tahun, dan inipun mengalami peningkatan yang relatif
kecil pda kurun waktu lima tahun terakhir yaitu Tahun 2005 – 2010 dimana angka
21 Tabel 2.14 Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan
No Kecamatan
Jumlah/Total 462.495 849.873 387.378 849.873
Sumber : RTRW Kota Manado 2010-2030
2.4 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
2.4.1 Pertumbuhan PDRB
Baik buruknya perekonomian suatu kota atau daerah secara umum dapat dilihat dari
lima (5) indikator utama yaitu; 1) Pertumbuhan ekonomi, 2) PDRB per kapita, 3) Tingkat
inflasi, 4) Angka kemiskinan, dan 5) Tingkat pengangguran daerah. Selanjutnya, semua
indikator tersebut, akan dibandingkan dengan pencapaian dari provinsi dimana kota tersebut
berada, dan akhirnya akan diperbandingkan dengan capaian atau target nasional suatu
negara.
Selang tahun 2007 hingga 2010, Kota Manado berhasil mempertahankan trend positif
pertumbuhan ekonomi, dimulai dari angka 6.80 % pada tahun 2007, hingga mencapai titik
puncaknya pada tahun 2009, menyentuh angka 9.77%, meskipun pencapaian pada tahun
2010 mengalami penurunan dari apa yang dicapai pada tahun sebelumnya menjadi 7.30%
22
Tabel 2.15
Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kota Manado
Tahun 2007 – 2010
Roda perekonomian Kota Manado didominasi oleh 4 (empat) sektor yang memberikan
kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB, yaitu sektor Perdagangan, Restoran dan
Hotel yaitu sebesar 27.13 persen, dimana sektor ini menguatkan tipikal Kota Manado sebagai
kota pusat pemerintahan sekaligus pusat perdagangan dan jasa. Sektor kedua terbesar
adalah sektor jasa-jasa yang menyumbang sebesar 23,33 persen dari total PDRB Kota
Manado, yang diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi sebesar 17, 11 persen dan sektor
bangunan 15,53 persen. Sedangkan sektor yang mempunyai kontribusi paling kecil terhadap
perekonomian Kota Manado adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya
menyumbang 0,08 persen dari total PDRB.
2.4.2. Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian Kota Manado tahun 2010 didominasi oleh 4 (empat) sektor.
kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB disumbangkan oleh sektor Perdagangan,
Restoran dan Hotel 27, 13 persen. Besarnya kontribusi sektor ini menguatkan tipikal kota
Manado sebagai kota pusat pemerintahan sekaligus pusat perdagangan dan jasa sehingga.
Sektor kedua terbesar adalah Sektor Jasa-jasa yang menyumbang sebesar 23,33 persen dari
total PDRB Kota Manado. Sektor berikutnya adalah Sektor Angkutan dan Komunikasi
sebesar 17, 11 persen dan ke empat Sektor bangunan 15,53 persen. Sedangkan Sektor yang
mempunyai kontribusi paling kecil terhadap perekonomian Kota Manado adalah Sektor
Pertambangan dan Penggalian yang hanya menyumbang 0,08 persen dari total PDRB, ini
terlihat pada gambar 2.3
Indikator Satuan 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,80 8,77 9,77 7.30
PDRB (AHK 2000) (juta Rp) 4.498.773 4.893.356 5.371.421 5.763.352
PDRB (ADHB) (juta Rp) 7.433.851 8.730.188 10.487.598 11.921.760
PDRB/kapita (ADHB) (Rp) 17.186.018 19.941.333 20.945.118 29.043.388
Inflasi (%) 10,13 9,71 2,31 6,28
Kemiskinan (Jiwa) 23.000 28.500 27.017 26.592
Pengangguran (Jiwa) 40.360 31.046 23.622 25.841
23
Gambar 2.3
Perkembangan PDRB Kota Manado 2008 – 2014 (dalam jutaan)
Sumber : BPS Kota Manado, 2011 data dianalisis
Gambar 2.4
Struktur Ekonomi Kota Manado Tahun 2014
Perkembangan sektoral dalam PDRB Kota Manado selang 4 (empat) tahun terakhir
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, tersaji pada Tabel 2.16 dan
24
Tabel 2.16
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Manado
27
28
Tabel: 2.17
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Manado Tahun 2012- 2014
31 2.4.3 PDRB Per Kapita
PDRB per Kapita Kota Manado menembus angka 20 juta pada tahun 2009, bahkan
setelah itu peningkatan secara signifikan terjadi pada tahun 2010, dimana mengalami
pertambahan sebesar 8.098.270,- sehingga mencapai angka 29.043.388,-. Dari Tabel 2.23
dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 hingga 2010, gejolak perekonomian Kota Manado
menunjukan hal yang cukup menggembirakan yang ditandai dengan pendapatan per kápita
32 Tabel 2.19
Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011-2014
Tabel 2.18
Perkembangan PDRB Per Kapita Kota
Manado
Tahun 2007-2010
Tahun PDRB Per Kapita
2007 17.186.018
2008 19.941.333
2009 20.945.118
33 2.4.4 Data Kondisi lingkungan strategis
a. Topografi
Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi untuk tiap kecamatan. Secara
keseluruhan, Kota Manado memiliki keadaan tanah yang berombak seluas 37,95 % dan
dataran landai seluas 40,16 % dari luas wilayah. Sisanya dalam keadaan tanah
bergelombang, berbukit dan bergunung. Ketinggian dari permukaan laut pada tiap-tiap
kecamatan di Kota Manado bervariasi. Secara keseluruhan, seluas 92,15 % dari luas
wilayah wilayah Kota Manado terletak pada ketinggian 0-240 m dari permukaan laut.
Sumber : Kota Manado Dalam Angka
Kota Manado memiliki dua gunung, keduanya terletak di Kelurahan Bunaken.
Gunung tertinggi adalah Manado Tua dengan ketinggian sekitar 655 meter dan Gunung
Tumpa dengan ketinggian sekitar 610 meter.
Tabel 2.20 Kondisi Topografi Kota Manado
No Keadaan Tanah Kemiringan Luas
ha %
34 b. Gambaran Geohidrologi
Secara umum morfologis Kota Manado terbentuk karena kondisi karakteristik alam
Kota Manado itu sendiri yang unik dan berbeda dari kebanyakan kota di Indonesia pada
umumnya. Kota Manado memiliki bentang alam dengan unsur trimatra yaitu pantai, daratan
dan perbukitan, yang terbentang dengan jarak yang relatif kecil, kurang dari 1 km di antara
ketiga matra tersebut. Selain itu, di wilayah Kota Manado terdapat banyak sungai yang pada
umumnya mengalir dari daerah perbukitan dan bermuara ke pantai di Teluk Manado.
Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan Kota Manado
memanjang mulai dari kawasan pesisir pantai utara sampai ke pesisir pantai selatan, yang
kemudian membentuk pola pertumbuhan dan perkembangan kota seperti jari tangan. Pola ini
mengikuti kondisi topografi Kota Manado, permukiman mengelompok secara memanjang
pada kawasan yang memiliki topografi datar yang menyusup di antara kawasan perbukitan
dengan kondisi lereng cukup tinggi. Akibat kondisi tersebut, maka pertumbuhan dan
perkembangan kota tidak terjadi secara merata pada seluruh kawasan di wilayah Kota
Manado.
Dengan alasan keterbatasan lahan maka kebijaksanaan pengembangan Kota Manado
yang ditempuh sekarang ini cenderung menimbun laut dengan cara reklamasi pantai.
Karakteristik alam seperti yang dijelaskan di atas membentuk jaringan sirkulasi (jalan)
yang pada umumnya berpola radial, yakni menyesuaikan dengan pola pertumbuhan dan
perkembangan kota yang berbentuk jari tangan. Selain itu dengan kondisi topografi yang
berbukit menyebabkan banyak jaringan jalan di Kota Manado yang berkarakter naik – turun.
Di Kota Manado terdapat 20 sungai. Ada 5 (lima) sungai besar yaitu Sungai Tondano,
Sungai Tikala yang menyatu dengan Sungai Tondano di daerah Paal 2, Sungai Sario, Sungai
Malalayang, dan Sungai Bailang atau Molas yang bermuara di Teluk Manado. Keberadaan
sungai-sungai tersebut disatu sisi sangat menguntungkan sebagai drainase makro kota,
sumber air baku bagi PDAM dan aktivitas perikanan masyarakat. Di sisi yang lain,
keberadaan sungai-sungai tersebut potensial berbahaya jika tidak dilakukan pengendalian
35 dan pengawasan pembangunan pada sempadan sungai dan badan sungai karena dapat
menyebabkan terjadinya penyempitan badan sungai, banjir, erosi, sendimentasi, dll.
Banyaknya sungai yang mengalir di wilayah Kota Manado terlihat dengan banyaknya
jembatan yang ada, baik yang berukuran besar maupun kecil.
C. Gambaran Geologi
Menurut derajat kekuatan geologi teknik, maka di Kota Manado terdapat empat jenis derajat
kekuatan geologi teknik berdasarkan data yang diperoleh dari “Atlas Sumber daya Wilayah
Pesisir: Minahasa–Manado–Bitung” Tahun 2002, yaitu :
Pertama; zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah dibentuk oleh endapan
alluvium (Qal) berupa lanau pasiran dan endapan pantai. Di Kota Manado zona ini terdapat
di Pantai Tumumpa dan dipantai bagian utara Manado yang berhubungan dengan pantai di
Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa Utara).
Kedua; zona derajat kekuatan geologi teknik rendah dibentuk dari endapan sungai (Qs)
terdapat di daerah sepanjang sungai (DAS) Tondano dari Kairagi sampai ke muara.
36
Malalayang
Sario
Wanea
Wenang
Tikala
Mapanget
Singkil
Tuminting
Bunaken
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Luas Wilayah
3.023,70
183,70
1.318,20
293,00
1.836,60
6.168,30
386,40
403,50
5.099,20
18.712,60
PERMUKIMAN 103,75 112,80 427,35 122,65 567,15 312,30 188,60 230,10 171,65 2.236,35
PERKUBURAN 1,50 0,50 3,50 3,50 11,25 18,50 4,25 5,75 5,75 54,50
LAPANGAN OLAH-RAGA 1,00 4,55 1,45 0,45 3,40 84,35 0,80 0,75 1,10 97,85
JASA 7,10 24,30 55,55 49,60 43,25 182,75 7,60 11,90 9,00 391,05
USAHA 5,75 15,85 25,80 75,30 24,05 21,90 5,55 6,65 38,25 219,10
INDUSTRI 0,15 0,25 0,45 0,25 0,90 1,00 0,40 0,95 - 4,35
TKP 0,25 - 0,25 5,00 14,25 - 0,25 - 20,00
PKB 106,50 - 1,92 1,50 667,20 4.941,45 130,00 103,00 3.478,20 9.531,77
KTL 10,00 - 27,00 1,50 101,25 46,50 - - 324,00 510,25
HUTAN
JENIS-BAKAU - - - 114,00 114,00
HUTAN - - - 234,00 234,00
JALAN 14,00 16,70 39,50 26,60 56,10 85,65 22,35 27,85 23,60 312,35
SUNGAI 0,50 0,30 3,55 5,60 16,25 58,00 0,70 0,80 5,00 90,70
ALANG-ALANG 5,00 - 2,50 - 5,00 29,80 3,50 - 38,25 84,05
KOLAM IKAN - - - 36,25 - - - 36,25
SAWAH/TAMBAK - - 6,35 - 1,75 - - - 15,50 23,60
LAIN-LAIN 2.768,2 8,45 723,03 1,05 324,80 349,85 22,65 15,50 640,90 4.854,43
Jumlah (Ha)
3.023,70
183,70
1.318,20
293,00
1.836,60
6.168,30
386,40
403,50
5.099,20
18.712,60
Sumber: Kota Manado Dalam Angka & Hasil Analisis
37
Gambar ... Rataan Curah Hujan Bulanan
Periode 1985-2004 Wilayah Manado
d. Gambaran Klimatologi
Sebagai daerah yang terletak di garis khatulistiwa, maka Kota Manado
hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Iklim adalah
salah satu sumber daya yang pemanfaatannya sangat luas dalam berbagai
bidang kegiatan. Untuk memanfaatkan data iklim di suatu wilayah, hal yang
perlu diperhatikan adalah pola iklim wilayah tersebut. Pengenalan pola iklim
suatu wilayah merupakan langkah bijak dalam perencanaan pembangunan
berbagai bidang kegiatan. Gambaran kondisi iklim yakni curah hujan, suhu
udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin diperoleh dari Stasiun
Klimatologi Kayuwatu Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah IV
Sulawesi.
e. Curah Hujan
Data curah hujan yang dianalisis adalah data 20 tahun terakhir yaitu
periode 1985 sampai dengan 2005. Pola curah hujan Kota Manado dari data
yang diperoleh adalah: rerata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari
yakni, 446,8 mm sedangkan terendah pada bulan Agustus yakni, 84,2 mm.
Hasil analisis curah hujan dengan menggunakan pendekatan tipe iklim
Oldeman untuk Wilayah Manado termasuk tipe iklim B1 (8 bulan basah
berturut-turut dan 1 bulan kering) . Sedangkan rerata curah hujan selama
tahun 2006 berkisar antara 11 mm (bulan Juli) sampai 910 mm (bulan
Februari).
Sumber: Stasiun Klimatologi Kayuwatu Badan Meteorologi dan Geofisika
Balai Wilayah IV Sulawesi.
38 f. Suhu Udara
Pola rataan suhu udara wilayah Manado dipaparkan dalam bentuk
rerata suhu udara bulanan sepanjang tahun dimana menunjukan
variasi yang sangat kecil. Rerata suhu udara dari bulan ke bulan
sepanjang tahun relatif konstan dengan kisaran bulanan sekitar 1ºC.
Gambar 2.9 Suhu Udara Kota Manado tahun 2002-2006
Sumber: Stasiun Klimatologi Kayuwatu Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah IV Sulawesi.
Pada tahun 2006, suhu udara rerata pada siang hari berkisar antara
31,00ºC sampai 34,90ºC, sedangkan suhu udara pada malam hari berkisar
antara 18,20ºC sampai 23,10ºC. Suhu udara maksimum terdapat pada bulan
Oktober (34,90ºC), sedangkan suhu udara minimum terdapat pada bulan Juli
(18,20ºC).
g. Kelembaban Udara
Kelembaban udara Kota Manado cukup tinggi sepanjang tahun
meskipun pada musim kemarau. Kelembaban udara pada musim kemarau
39
Sumber: Stasiun Klimatologi Kayuwatu Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah IV Sulawesi.
Kota Manado mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan
rata-rata berkisar antara 62% pada bulan Agustus sampai 87% di bulan Pebruari
tahun 2004.
h. Kecepatan dan Arah Angin
Pola kecepatan dan arah angin Kota Manado sesuai data yang
diperoleh menunjukkan rataan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan
Agustus yakni sekitar 5,4 km/jam sedangkan terendah pada bulan Mei yakni
1,7 km/jam. Arah pergerakan angin terbanyak yakni dari Selatan hingga
40 2.4.5 Data Risiko Bencana Alam
Sebagai kawasan yang sangat rawan terhadap terjadinya bencana
(Tsunami, Gelombang Pasang, Gempa, Banjir, Tanah Longsor, dll), maka
sudah seharusnya pembangunan Kota Manado harus memperhatikan aspek
mitigasi bencana, akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut belum
dilakukan, sehingga resiko terhadap terjadinya bencana masih sangat tinggi.
2.4.5.1. Pembangunan Kota;
Ketimpangan Pembangunan/ Pembangunan Yang Tidak Merata;
Pembangunan di wilayah Kota Manado terlalu terpusat pada wilayah
tengah dan selatan kota, sehingga terjadinya perbedaan yang cukup
signifikan dari aspek pelayanan kota yang belum merata dan
maksimal di seluruh wilayah Kota Manado.
Pelaksanaan pembangunan reklamasi pantai menimbulkan pro dan
kontra di masyarakat, sehingga diperlukan solusi yang tepat untuk
mengatasi permasalahan ini.
Kurangnya RTH di wilayah Kota Manado.
Ketersediaan fasilitas umum/ pelayanan publik sangat kurang, seperti
lokasi pekuburan umum dan rumah duka, taman bermain, gedung
olahraga, dll.
Sebagai kota yang mengedepankan fungsi kepariwisataan, maka
keberadaan fasilitas dan infrastruktur penunjang kepariwisataan
sangat minim.
Banyak objek wisata yang belum digali dan dikembangkan
potensinya secara maksimal.
2.4.5.2 Infrastruktur Kota;
Infrastruktur Kota yang tidak tertata dengan baik.
Tidak terpadunya dan terintegrasinya sistem infrastruktur di Kota
Manado menyebabkan sering terjadi permasalahan dibidang
pelayanan utilitas yang bermasalah.
Pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Manado tidak diikuti
dengan pertumbuhan/penambahan jaringan jalan sehingga sering
terjadi kemacetan yang mengganggu aktivitas perekonomian
41 Sering terjadi banjir yang disebabkan sistem drainase yang buruk
dan tidak terintegrasi antara satu jringan dengan jaringan lainnya.
Kondisi sungai dan pantai Kota Manado sangat memprihatinkan
karena di Manado tidak memiliki IPAL.
2.4.5.3 Sistem Transportasi Kota;
Diperlukan sistem alternatif pelayanan angkutan umum yang dapat
mengurangi jumlah kendaraan angkutan umum yang beroperasi.
Beberapa terminal kota perlu dipindahkan pada kawasan yang lebih
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan Kota Manado.
Perlu adanya pengaturan kembali terhadap sistem aksesibilitas rute
pelayanan angkutan umum dan sistem sirkulasi secara menyeluruh
di wilayah Kota Manado.
Perlu adanya peningkatan fisik dan pembangunan infrastruktur
penunjang bandar udara Sam Ratulangi sebagai pintu gerbang
utama di Kota Manado.
Perlu dilakukannya pengendalian pada kawasan sekitar bandara
dengan mengacu pada KKOP/UU tentang Kebandarudaraan.
Perlu adanya peningkatan fisik dan pembangunan infrastruktur
penunjang aktivitas di pelabuhan laut Manado
2.4.5.4 Isu-isu Strategis Wilayah terkait pembangunan infrastruktur
Isu-isu strategis adalah kondisi atau hal yang diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan selama lima tahun periode
pemerintahan kepala daerah mengingat dampaknya yang signifikan bagi
masyarakat kota manado di masa depan, isu-isu tersebut jika tidak
diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar, demikian pula
sebaliknya jika tidak dimanfaatkan akan dapat menghilangkan peluang untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam menentukan isu-isu strategis yang merupakan analisis lingkungan
eksternal dapat diihat dari 3 aspek yaitu:
a. Kebijakan Internasional
Sebagai bagian dari masyarakat internasional tentunya dinamika yang terjadi
secara global sangat penting diperhatikan, karena hal tersebut sering
memberi dampak yang signifikan terhadap pembangunan dan perkembangan
42
1) Komitmen sebagai masyarakat dunia untuk mencapai 8 program
Milenium Development Goals (MDG’s) pada tahun 2015.
Mengadopsinya komitmen MDG’s oleh berbagai negara di dunia, maka
upaya-upaya ke arah pemberantasan kemiskinan dan kelaparan yang
ekstrim, peningkatan persamaan gender dan pemberdayaan kaum
wanita, penurunan tingkat kematian anak, antisipasi terjadinya penyakit
HIV/AIDS, penyakit malaria, dan penyakit lainnya yang menjadi
masalah internasional, dan memastikan keberlangsungan lingkungan
merupakan target-target yang harus dicapai.
2) Isu Lingkungan Hidup.
Kesadaran masyarakat mengenai isu lingkungan hidup yang dipicu
oleh berbagai kejadian diberbagai pelosok penjuru dunia berupa
bencana alam banjir, longsor, gempa bumi, dan sebagainya yang
banyak dikaitkan dengan gejala global warming dan perubahan iklim
dunia, sehingga menimbulkan tumbuhnya perhatian yang besar dari
berbagai kelompok masyarakat dunia untuk semakin memperhatikan,
menjaga serta memelihara planet bumi sebagai akibat dari degradasi
lingkungan yang mengglobal.
3) Perkembangan Pesat di Bidang Teknologi Transportasi dan Informasi.
Perkembangan yang luar biasa dibidang teknologi transportasi dan
informasi menyebabkan jarak, baik dalam pengertian ruang maupun
waktu menjadi relatif tidak berarti lagi. Dengan teknologi transportasi
orang dan barang dapat berpindah dengan cepat secara mudah
demikian pula berbagai kejadian diseluruh pelosok dunia bahkan diluar
bumi ini pun dapat diketahui oleh hampir setiap orang secara
transparan dan real time. Perkembanan ini menyentuh seluruh aspek
kehidupan manusia dan hubungan antar negara dan bangsa di dunia
termasuk didalamnya tatanan budaya, perekonomian dan hubungan
antar manusia di dunia global.
4) Meningkatnya Kerjasama Ekonomi Kawasan.
Meningkatnya kerjasama ekonomi kawasan yang ditandai dengan
lahirnya forum kerjasama regional dalam bidang ekonomi seperti
BIMP-EAGA, APEC, EEC, AFTA, ACTA, G8. Berbagai kerjasama regional
pada umumnya adalah untuk menghapus hambatan terhadap arus
barang dan jasa antar negara, penghapusan berbagai bea dan pajak
43 sumber daya daerah harus bisa kompetitif sehingga tidak
terkesampingkan.
b. Kebijakan Nasional
Penentuan isu strategi di tingkat nasional diwarnai oleh kebijakan nasional,
dimasudkan untuk sinkronisasi dan menjamin tujuan pembangunan nasional
telah didukung dan dilaksanakan oleh daerah sehingga penentuan arah
kebijakan kota Manado sejalan dengan kebijakan yang dituju oleh nasional.
Dalam kaitannya dengan itu sesuai RPJM Nasional 2010-2014, kebijakan
yang menjadi prioritas nasional adalah sebagai berikut:
1. Prioritas 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola.
Tema: Pemantauan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui
terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat
kepada hukum yang berwibawa, dan transparan. Peningkatan kualitas
pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di pusat
dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data
kependudukan yang baik.
2. Prioritas 2. Pendidikan
Tema: Peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau,
relevan, dan efisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat,
kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan karakter bangsa yang kuat.
Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan
tenaga terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan lapangan kerja atau
kewirausahaan, dan 2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.
3. Prioritas 3. Kesehatan
Tema: Titik berat pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan
preventif, tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat
dan lingkungan di antaranya dengan perluasan penyediaan air bersih,
pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat
meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7 tahun pada tahun 2OO9
menjadi 72,O tahun pada tahun 2014, dan pencapaian keseluruhan
sasaran millennium development goals( MDG’s) tahun 2015.
4. Prioritas 4. Penanggulangan kemiskinan
Tema : Penurunan tingkat kemiskinan absolute dari 14.1 % pada tahun
2009 menjadi 8-10% pada tahun 2014 dan perbaikan distribusi
44 pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi
masyarakat yang berpendapatan rendah.
5. Prioritas 5. Ketahanan Pangan
Tema: Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian
untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk
pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan
dan sumber daya alam. Peningkatan Pertumbuhan PDB sektor Pertanian
sebesar 3,7 % per tahun dan indeks nilai tukar petani sebesar 115 -12O
pada 2014
6. Prioritas 6. Infrastruktur
Tema: Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung
dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang
berkeadilan dan mengutamakan kepentingan masyarakat umum di
seluruh bagian Negara kepulauan republik Indonesia dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
7. Prioritas 7. lklim Investasi dan lklim Usaha
Tema: Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum,
penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
8. Prioritas 8. Energi
Tema: Pencapaian ketahanan energi nasional yang menjamin
kelangsungan pertumbuhan nasional melalui restrukturisasi kelembagaan
dan optimasi pemanfaatan energi alternatif seluas-luasnya.
9. Prioritas 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana.
Tema: Konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang berkeberlanjutan, disertai
penguasaan dan pengelolaan risiko bencana untuk mengantisipasi
perubahan iklim.
10. Prioritas 10. Daerah Tertinggal Terdepan, Terluar dan Pasca-konflik
Tema: Pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal,
terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah
pascakonflik.
11. Prioritas 11. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi
Tema: Pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya karya seni,
dan ilmu serta apresiasinya, untuk memperkaya khazanah artistik dan
intelektual bagi tumbuh-mapannya jati diri dan kemampuan adaptif
45 pengetahuan, dan teknologi yang dilandasi oleh keunggulan Indonesia
sebagai negara maritim dan kepulauan.
12. Prioritas lainnya: 12. Bidang Politik, Hukum, Keamanan; 13. Bidang
Perekonomian, dan 14. Bidang Kesejahteraan Rakyat.
c. Kebijakan Regional
Provinsi Sulawesi Utara memiliki 9 prioritas dan 2 prioritas lainnya, sebagai
berikut:
Sembilan (9) prioritas:
1. Tata kelola Pemerintahan
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Penanggulangan angka kemiskinan dan penurunan angka
pengangguran.
5. Peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan
lingkungan hidup.
6. Iklim Inventasi dan iklim Usaha
7. Infrastruktur dan Energi
8. Pembangunan kawasan perbatasan
9. Kebudayaan, kreatifitas dan inovasi teknologi
Dua (2) Prioritas lainnya:
1. Pencapaian MDG’s, dan
2. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Isu Strategis Provinsi Sulawesi Utara
Isu strategis Provinsi Sulawesi Utara yang perlu mendapatkan
perhatian dalam perumusan strategi Kabupaten Minahasa
Utara adalah:
1. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, dan
hak asasi manusia serta memantapkan landasan etik dan moral
untuk mewujudkan kondisi aman, damai, nyaman, tertib, dan
disiplin;
2. Mengembangkan kebudayaan dan berbagai potensi alam
daerah sebagai bagian dari warisan dunia;
3. Memantapkan penerapan Clean Government dan Good
46 melaksanakan pelayanan publik yang optimal;
4. Mewujudkan masyarakat yang sehat, memiliki harapan hidup
yang panjang, cerdas, berdaya saing tinggi, dan berprestasi;
5. Memberdayakan pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi
global, regional dan lokal yang berbasiskan pada
pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan
koperasi;
6. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,
dan menjamin kebebasan pers yang bertanggung jawab;
7. Meningkatkan pembangunan di kawasan perbatasan;
8. Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai bagian dari masyarakat
Ekonomi ASEAN yang menjadi Pintu Gerbang Indonesia ke Asia
Timur dan Pasifik;
9. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Sulawesi Utara
dan Indonesia Timur Bagian Utara;
10. Meningkatkan kerjasama lokal, nasional dan internasional;
11. Memantapkan revitalisasi pertanian, perikanan, dan
fasilitas penunjang perekonomian daerah;
12. Menyediakan infrastruktur publik yang memadai;
13. Mengelola sumber daya alam secara efektif, efisien,
berkelanjutan, dan melestarikan lingkungan hidup serta melakukan
upaya adaptasi dan mitigasi terhadap akibat-akibat perubahan
iklim;
14. Melaksanakan penataan kelembagaan dan pelaksanaan
sistem perlindungan sosial dengan memperhatikan
kepentingan kaum perempuan, anak dan lanjut usia;
15. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
(petani, nelayan, buruh dan pegawai).
Isu-isu strategis wilayah Kota Manado adalah:
1. Degradasi Lingkungan;
Delineasi Kawasan;
Tidak jelasnya delineasi kawasan-kawasan lindung yang ada di
wilayah Kota Manado sehingga terjadinya pengelolaan kawasan di
dalam wilayah kawasan lindung, seperti degradasi lingkungan yang
terjadi di kawasan Hutan Lindung Gunung Tumpa dan Kawasan
47 Sempadan Sungai;
Pada umumnya sungai-sungai di wilayah Kota Manado berada
dalam kondisi yang buruk dan beresiko menyebabkan terjadinya
bencana seperti banjir dan sarang penyakit, dimana selain menjadi
tempat pembuangan sampah, keberadaan sempadan sungi sebagai
kawasan yang harusnya dilindungi tidak jelas karena telah menjadi
kawasan terbangun.
Sempadan Pantai;
Proses pembangunan yang berlangsung dengan cepat di wilayah
sempadan pantai (dengan adanya reklamasi pantai) menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan pantai;
Kawasan Perbukitan;
Karena kurangnya pengendalian pada kawasan perbukitan, maka
pembangunan yng telah terjadi saat ini dimana kawasan perbukitan
dijadikan sebagai kawasan terbangun dengan proses yang
mengubah lingkungan perbukitan secara drastis dan berdampak
pada beresiko terjadinya bencana.
a. Kondisi Objektif Wilayah
Dengan memperhatikan pada kondisi administrasi dan pola pelaksanaan
pembangunan di wilayah Kota Manado, maka didapatkan suatu fakta
bahwa pelaksanaan pembangunan di Manado berlangsung dengan tidak
terdapatnya keseimbangan antara pembangunan di kawasan utara dan
kawasan selatan wilayah Kota Manado.
Pelaksanaan pembangunan terlalu terfokus pada kawasan selatan kota
yaitu disekitar wilayah Kecamatan Sario, Wanea dan Malalayang, hal ini
ditunjukkan dengan terkumpul dan terkonsentrasinya pembangunan
kawasan perdagangan dan jasa disekitar kawasan reklamasi pantai dan
pada koridor-koridor jalan utama kota di bagian selatan seperti: di jalan
Wolter Mongisidi, jalan Sam Ratulangi, jalan Ahmad Yani dan jalan
Bethesda. Hal ini juga didorong dengan terpusatnya pembangunan
kawasan perkantoran baik pemerintah dan swasta di bagian selatan kota
seperti di jalan 17 Agustus.
Dengan kondisi objektif di atas, maka pemanfaatan ruang di wilayah Kota
Manado dapat dikategorikan sangat padat dan hampir tidak memiliki
ruang lagi untuk pengembangan fungsi-fungsi kawasan yang berskala
48 cadangan lahan yang cukup besar untuk pengembangan Kota Manado di
masa yang akan datang. Sehingga pengembangan pembangunan
seperti permukiman berskala besar atau dengan konsep-konsep
pengembangan lainnya yang bersifat masal dan membutuhkan ruang
yang besar masih sangat memungkinkan untuk dilaksanakan di wilayah
Manado bagian utara.
Akan tetapi, ada satu kendala utama yang harus diperhatikan apabila
ingin mengembangkan kawasan Manado bagian utara yaitu adanya
Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi, dimana perlu diperhatikan
aktivitas kebandarudaraan yang tertuang didalam KKOP (Kawasan
Keselamatan Operasional Penerbangan) serta adanya rencana