• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Terhadap Perlunya Tindakan Good Corpotare Governance (GCG) Di Lembaga Keuangan Mikro (BPR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Terhadap Perlunya Tindakan Good Corpotare Governance (GCG) Di Lembaga Keuangan Mikro (BPR)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN TERHADAP PERLUNYA PENERAPAN GOOD CORPOTARE GOVERNANCE (GCG) DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (BPR)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Oleh :

SANTY LENORA SILAB 050200303

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN TERHADAP PERLUNYA PENERAPAN GOOD CORPOTARE GOVERNANCE (GCG) DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (BPR)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Oleh :

SANTY LENORA SILABAN NIM : 0 5 0 2 0 0 3 0 3

DEPARTEMEN HUKUM EKONOM Disetujui oleh :

Ketua Departemen

Prof.Dr.Bismar Nasution,S.H.M.H NIP. 131 570 455

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Bismar Nasution,S.H.M.H Dr.Mahmul Siregar,S.H.M.Hum

NIP. 131 570 455 NIP.132 302 943

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebab karena kasih

karunia-Nyalah sehingga penulis masih dapat diberikan kesempatan dan

kesehatan serta kemudahan dalam mengerjakan hingga menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Adapun penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumataera Utara. Dalam

penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa hasil yang diperoleh jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima

kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini

Namun terlepas dari segala kekurangan yang ada pada penulisan skripsi

ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan dari segala pihak untuk itu

penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat yang telah menciptakan penulis

dan melindungi serta memberkati penulis hingga saat ini juga masih dapat

merasakan kasih sayang yang utuh dari kedua orangtua penulis dan orang –

orang disekitar penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan

skripsi adalah semata – mata atas kehendak-Nya.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.H., sebagai Dekan Fakutlas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., sebagai Ketua Departemen

(4)

sebagai Dosen Pembimbing I yang banyak membantu dan memberi arahan

kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H, M.Hum., sebagai Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatara Utara.

5. Bapak Syafrudin Hasibuan, S.H., M.H., DFM., sebagai Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Penasehat

Akademik penulis selama menjalani studi di fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

6. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., sebagai Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., sebagai Dosen Pembimbing II

yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan banyak

terima kasih atas ilmu dan pengajaran serta bimbingan yang diberikan

semoga kelak dapat dipergunakan dalam kehidupan bermasyarakat hingga

berbangsa dan bernegara. Dan juga penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang

telah membantu penulis dalam menjalani studi di Fakultas Hukun Universitas

(5)

orangtua penulis yang telah banyak bersabar dalam mencurahkan kasih

sayangnya dalam bentuk materi maupun dukungan serta doa yang luar biasa

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di

Perguruan Tinggi. Kepada kedua orangtua penulis yang sangat penulis cintai

dan sayangi, Ayahanda M. Silaban dan Ibunda K. Sibarani berkat doa dan

dukungannya jugalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Kakak penulis, Julita

br.Silaban, dan Abang penulis Petrus H. Silaban, serta Adik – adik penulis

Kristina H. br. Silaban, Lestari H. br. Silaban, dan Oppo J. Silaban yang telah

memberikan doa dan kasih sayang tidak terhingga kepada penulis hingga

mendukung selesainya penulisan skripsi ini,

11. Penulis ucapkan juga terima kasih kepada sahabat – sahabat rohani penulis

Tiomsi Hernawati, S.H dan Debora K Doloksaribu, S.H serta kakak rohani

penulis Evlyn, S.H yang telah banyak mendoakan dan menguatkan juga

membantu penulis dikala terbentur masalah – masalah dalam pengerjaan

skrispsi ini.

12. Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada teman – temanku, Angelita

C, Crisse C, Indriwaty F, Sandro Siahaan yang juga turut membantu penulis

dalam doa dan dukungan pada pengerjaan skrispsi penulis ini serta

kebersamaan yang telah penulis lalui bersama teman - teman. Juga kepada

(6)

13. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada senior dan junior mahasiwa

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang membantu penulis dalam

studinya.

Akhir kata penulis berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat dan berguna

bagi semua pihak yang berkepentingan terutama dalam penerapan dan

pengembangan ilmu hukum pada masyarakat dan negara Indonesia.

Medan, September 2009

Penulis

(7)

TINJAUAN TERHADAP PERLUNYA PENERAPAN GOOD CORPOTARE GOVERNANCE (GCG) DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (BPR)

ABSTRAKSI

Sejauh ini, Bank Indonesia hanya mewajibkan Bank Umum untuk

menerapkan GCG dalam operasional usahanya. LKM yang cakupannya sangat

luas meliputi Bank, Koperasi dan organisasi non bank, masih belum tersentuh

aturan GCG. Meskipun skala yang dijalankan adalah mikro namun sebagai

lembaga keuangan, aktivitas usaha LKM tetap membawa konsekuensi risiko

terkait pertanggungjawaban dana masyarakat (publik).

Peraturan Bank Indonesia (PBI) no.8/4/PBI/2006 mewajibkan Bank Umum

melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan

usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

Peraturan Bank Indonesia no.8/4/PBI/2006 diatas secara khusus mengatur

penerapan GCG untuk Bank umum, namun tidak wajib bagi Bank Perkreditan

Rakyat (BPR). Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melayani khususnya

pengusaha mikro dan kecil.

Sebagai suatu konsep yang biasanya diterapkan bagi perusahaan-perusahaan

besar, BUMN atau Bank umum, pertanyaan mendasar adalah apakah GCG perlu

juga diterapkan di LKM? Apakah GCG di LKM cukup sebatas wacana saja

mengingat ada banyak faktor yang masih harus dikaji dan disesuaikan dengan

(8)

Corporate Governance timbul dari kebutuhan usaha akan tatakelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), yang menegakkan

prinsip-prinsip transparan, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan berkeadilan.

Agency theory menjelaskan hubungan sebab akibat antara principal dengan

agent. Jika dibawakan dalam konteks LKM, Agency theory menjelaskan antara

lain permasalahan yang muncul antara masyarakat kecil sebagai pemilik LKM

dengan manajemen atau pengelola BPR sebagai agent. Bagi sebagian besar LKM

yang tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat, pemegang sahamnya relatif

banyak dan beragam dengan berbagai kepentingan.

Selain tersebarnya kepemilikan saham, industri LKM juga dihadapkan pada

minimnya pengetahuan para pemegang sahamnya atas hak dan kewajibannya.

Ketidak pahaman ini membawa konsekuensi tidak berjalannya mekanisme

pertanggungjawaban dan pengawasan LKM.Dalam kondisi seperti ini penegakan

prinsip-prinsip GCG akan menjadi penting terutama dari sisi transparansi dan

keadilan (fairness). Pihak-pihak yang memiliki pengaruh didalam suatu LKM

harus diawasi oleh pihak independen dan capable.

Permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai pengaturan Good

Coorporate Governance pada Hukum Korporasi Indonesia, pengaturan Bank

Perkreditan Rakyat pada Ketentuan Hukum Perbankan Indonesia, serta dasar

hukum perlunya penerapan Good Corporate Governance pada Lembaga

Keuangan Mikro dalam hal ini Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dalam

memperoleh data pada penulisan skripsi ini, dilakukan melalui penelitian

(9)

kepustakaan seperti bahan hukum primer yaitu Peraturan Bank Indonesia

No.8/14/PBI/2006 Tahun 2006, Peraturan Bank Indonesia No. 6/22/PBI/2004,

Undang –Undang no.10 Tahun 1998. Bahan hukum sekunder seperti seminar,

jurnal hukum, koran, karya ilmiah, dan beberapa sumber dari internet, yang

berkaitan dengan penulisan skripsi ini serta bahan hukum tertier seperti kamus dan

ensiklopedia.

Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilaksanakan oleh BPR untuk

menciptakan hasil maksimal dan menambah nilai perusahaannya, yakni melalui

implementasi GCG. Implementasi GCG diyakini akan semakin menambah nilai

perusahaan BPR karena pengelolaannya telah teruji melalui pengelolaan secara

transparan, amanah, profesional, efektif dan selalu memberikan upaya terbaik bagi

stakeholders. Langkah-langkah penguatan identitas diri melalui GCG dapat

dilakukan dengan beberapa cara :

a. Pemilik dan pengelola BPR wajib memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

b. Dalam rangka mendukung tersedianya SDM yang memadai, terutama pada posisi

pengambil keputusan, ditetapkan kewajiban bagi direksi untuk memiliki sertifikat

dari lembaga sertifikasi profesional.

c. Dalam rangka meningkatkan daya saing BPR, telah dicantumkan secara jelas tiga

kegiatan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, yaitu mempermudah pembukaan

kantor cabang, memfasilitasi pembentukan jasa bersama untuk memperkuat

(10)

antara BPR dan bank umum. Prospek BPR yang semakin cerah haruslah dikelola

secara seksama agar memperoleh manfaat secara maksimal.

Saran yang diajukan adalah sebagaimana yang dipahami secara luas, Good

Corporate Governance adalah suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan

yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholders). Oleh karena itu, sangat logis bila diperlukan sebuah aturan dan

ketentuan-ketentuan dalam rangka mendorong penerapan Good Corporate

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….... i

ABSTRAKSI ……… v

DAFTAR ISI ……… viii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B. Perumusan Masalah

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan

D.Keaslian Penulisan

E. Tinjauan Kepustakaan

F. Metode Penelitian

G.Sistematika Penulisan

BAB II GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM KETENTUAN HUKUM KORPORASI INDONESIA

A.Pengertian dan Konsep Good Corporate Governance

B. Prinsip Dasar dan Asas Good Corporate Governance

C.Good Corporate Governance dalam Ketentuan Hukum

Korporasi di Indonesia

BAB III BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DALAM

KETENTUAN HUKUM PERBANKAN INDONESIA

A.Pengertian dan Konsep Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

(12)

C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalan Ketentuan Hukum

Perbankan di Indonesia

BAB IV GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

A. Dasar Hukum Good Corporate Governanace (GCG) di

Lembaga Keuangan Mikro (BPR)

B. Good Corporate Governance pada Bank Perkreditan Rakyat

(BPR)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

B. Saran

(13)

TINJAUAN TERHADAP PERLUNYA PENERAPAN GOOD CORPOTARE GOVERNANCE (GCG) DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (BPR)

ABSTRAKSI

Sejauh ini, Bank Indonesia hanya mewajibkan Bank Umum untuk

menerapkan GCG dalam operasional usahanya. LKM yang cakupannya sangat

luas meliputi Bank, Koperasi dan organisasi non bank, masih belum tersentuh

aturan GCG. Meskipun skala yang dijalankan adalah mikro namun sebagai

lembaga keuangan, aktivitas usaha LKM tetap membawa konsekuensi risiko

terkait pertanggungjawaban dana masyarakat (publik).

Peraturan Bank Indonesia (PBI) no.8/4/PBI/2006 mewajibkan Bank Umum

melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan

usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

Peraturan Bank Indonesia no.8/4/PBI/2006 diatas secara khusus mengatur

penerapan GCG untuk Bank umum, namun tidak wajib bagi Bank Perkreditan

Rakyat (BPR). Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melayani khususnya

pengusaha mikro dan kecil.

Sebagai suatu konsep yang biasanya diterapkan bagi perusahaan-perusahaan

besar, BUMN atau Bank umum, pertanyaan mendasar adalah apakah GCG perlu

juga diterapkan di LKM? Apakah GCG di LKM cukup sebatas wacana saja

mengingat ada banyak faktor yang masih harus dikaji dan disesuaikan dengan

(14)

Corporate Governance timbul dari kebutuhan usaha akan tatakelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), yang menegakkan

prinsip-prinsip transparan, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan berkeadilan.

Agency theory menjelaskan hubungan sebab akibat antara principal dengan

agent. Jika dibawakan dalam konteks LKM, Agency theory menjelaskan antara

lain permasalahan yang muncul antara masyarakat kecil sebagai pemilik LKM

dengan manajemen atau pengelola BPR sebagai agent. Bagi sebagian besar LKM

yang tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat, pemegang sahamnya relatif

banyak dan beragam dengan berbagai kepentingan.

Selain tersebarnya kepemilikan saham, industri LKM juga dihadapkan pada

minimnya pengetahuan para pemegang sahamnya atas hak dan kewajibannya.

Ketidak pahaman ini membawa konsekuensi tidak berjalannya mekanisme

pertanggungjawaban dan pengawasan LKM.Dalam kondisi seperti ini penegakan

prinsip-prinsip GCG akan menjadi penting terutama dari sisi transparansi dan

keadilan (fairness). Pihak-pihak yang memiliki pengaruh didalam suatu LKM

harus diawasi oleh pihak independen dan capable.

Permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai pengaturan Good

Coorporate Governance pada Hukum Korporasi Indonesia, pengaturan Bank

Perkreditan Rakyat pada Ketentuan Hukum Perbankan Indonesia, serta dasar

hukum perlunya penerapan Good Corporate Governance pada Lembaga

Keuangan Mikro dalam hal ini Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dalam

memperoleh data pada penulisan skripsi ini, dilakukan melalui penelitian

(15)

kepustakaan seperti bahan hukum primer yaitu Peraturan Bank Indonesia

No.8/14/PBI/2006 Tahun 2006, Peraturan Bank Indonesia No. 6/22/PBI/2004,

Undang –Undang no.10 Tahun 1998. Bahan hukum sekunder seperti seminar,

jurnal hukum, koran, karya ilmiah, dan beberapa sumber dari internet, yang

berkaitan dengan penulisan skripsi ini serta bahan hukum tertier seperti kamus dan

ensiklopedia.

Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilaksanakan oleh BPR untuk

menciptakan hasil maksimal dan menambah nilai perusahaannya, yakni melalui

implementasi GCG. Implementasi GCG diyakini akan semakin menambah nilai

perusahaan BPR karena pengelolaannya telah teruji melalui pengelolaan secara

transparan, amanah, profesional, efektif dan selalu memberikan upaya terbaik bagi

stakeholders. Langkah-langkah penguatan identitas diri melalui GCG dapat

dilakukan dengan beberapa cara :

a. Pemilik dan pengelola BPR wajib memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

b. Dalam rangka mendukung tersedianya SDM yang memadai, terutama pada posisi

pengambil keputusan, ditetapkan kewajiban bagi direksi untuk memiliki sertifikat

dari lembaga sertifikasi profesional.

c. Dalam rangka meningkatkan daya saing BPR, telah dicantumkan secara jelas tiga

kegiatan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, yaitu mempermudah pembukaan

kantor cabang, memfasilitasi pembentukan jasa bersama untuk memperkuat

(16)

antara BPR dan bank umum. Prospek BPR yang semakin cerah haruslah dikelola

secara seksama agar memperoleh manfaat secara maksimal.

Saran yang diajukan adalah sebagaimana yang dipahami secara luas, Good

Corporate Governance adalah suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan

yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholders). Oleh karena itu, sangat logis bila diperlukan sebuah aturan dan

ketentuan-ketentuan dalam rangka mendorong penerapan Good Corporate

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis

ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, isu mengenai Corporate

Governance telah menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka mendukung

pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil di masa yang

akan datang. Pada dasarnya terminologi tersebut digunakan untuk suatu konsep

lama yang merupakan kewajiban dari mereka yang mengontrol perusahaan untuk

bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham dan stakeholder1.

Khusus di Indonesia karena struktur kepemilikan perusahaan yang sangat

terkonsentrasi, maka masalah biaya perusahaan dapat timbul dari perbedaan

kepentingan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham

minoritas (stakeholders). Karena kewajiban inilah maka dewan komisaris, direksi

atau pemegang saham pengendali perusahaan dilarang untuk mengambil

keuntungan dari orang yang memberi kepercayaan yakni pemegang saham

minoritas dan stakeholder lainnya seperti kreditur melalui transaksi yang tidak

wajar dan tidak adil2.

Pada April 1998, (OECD) telah mengeluarkan seperangkat prinsip

Corporate Governance yang dikembangkan seuniversal mungkin. Hal ini

mengingat bahwa prinsip ini disusun untuk digunakan sebagai referensi di

1“Good Corporate Governance”

http://www.bpkp.go.id/index.php?idunit=21&idpage=326 diakses tanggal 3 Juni 2009

(18)

berbagai negara yang mempunyai karakteristik sistem hukum, budaya, dan

lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, prinsip yang universal tersebut akan

dapat dijadikan pedoman oleh semua negara atau perusahaan namun diselaraskan

dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang berlaku di negara masing-masing

bilamana diperlukan3.

Secara umum Good Corporate Governance diperlukan untuk mendorong

terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan

perundang-undangan yang berlandaskan pada beberapa prinsip dasar yaitu 4:

1. Pertanggungjawaban (Responsibility).

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham

juga kepada stakeholder.

2. Transparansi (Transparency)

Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan

cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

3. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar.

4. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

(19)

5. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak

lain.

Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance di Indoneisi salah satu

BUMN yang telah melaksanakannya yaitu PT POS Indonesia. Ketentuan

pelaksanaan Good Corporate Governance di PT POS Indonesia tercantum dalam

Keputusan Direksi Pt Pos Indonesia (Persero) Nomor : Kd 55/Dirut/1202.5

Good Corporate Governance (GCG) tidak lain adalah pengelolaan bisnis

yang melibatkan kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber daya

berprinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas6.

Hal tersebut dalam keberadaannya penting dikarenakan dua hal yaitu :

1. Cepatnya perubahan lingkungan yang berdampak pada peta persaingan global.

2. Karena semakin banyak dan kompleksitas stakeholders termasuk struktur

kepemilikan bisnis.7

Dua hal yang telah dikemukakan diatas menimbulkan: turbulensi, stres, risiko

terhadap bisnis yang menuntut antisipasi peluang dan ancaman dalam strategi

termasuk sistem pengendalian yang prima8.

Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan

kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita.

5Ibid. 6

Ibid.

7Sudin, ”Bank Perkreditan Rakyat (BPR)”, Sudin.staff.gunadarma.ac.id, diakses tanggal

3 Juni 2009

(20)

Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem

pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis

serta berbasis informasi9.

Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar10, yaitu:

1. Perlindungan hak pemegang saham,

2. Persamaan perlakuan pemegang saham,

3. Peranan stakeholders terkait dengan bisnis,

4. Keterbukaan dan transparansi,

5. Akuntabilitas dewan komisaris.

Pengukuran kinerja tersebut juga berdimensi aktifitas operasional internal,

intelektual kapital dan pembelajaran kapasitas untuk inovasi dan respon terhadap

pasar, produk dan penerimaan pasar, hubungan dengan pelanggan, hubungan

dengan investor, hubungan dengan partner dan stakeholders lainnya seperti

Deperindag, hubungan dengan publik sasaran, lingkungan, keuangan11.

Di dunia perbankan, Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral telah

mewajibkan seluruh bank umum untuk menerapkan GCG dalam operasional

usahanya. Sejauh ini Bank Indonesia hanya mewajibkan Bank Umum untuk

menerapkan GCG dalam operasional usahanya. LKM yang cakupannya sangat

luas meliputi Bank, Koperasi dan organisasi non bank, masih belum tersentuh

aturan GCG12.

(21)

Salah satu unsur penting dalam kelompok industri perbankan adalah Bank

Perkreditan Rakyat (BPR). BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima

simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha

BPR13.

Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar,

Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD),

Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha

Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya

Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan

dengan itu berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagimana telah

diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 dengan memenuhi persyaratan tata cara

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah14.

Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa

lembaga-lembaga tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta

masih diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui.

Oleh karena itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagimana telah diubah

dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga

dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan

pengawasan, maka persyaratan dan tata cara pemberian status lembaga-lembaga

dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah15.

(22)

Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi

dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem

ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang

memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan tiga ciri negatif yang harus

dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli)16.

Untuk mendukung tumbuhnya industri BPR secara berkelanjutan agar

memenuhi fungsinya sebagai pemberi pelayanan terhadap UMKM (Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah) harus didukung secara maksimal oleh Bank Indonesia. Bank

Indonesia perlu terus menerus melakukan berbagai upaya secara konsisten

terutama dalam memperkuat pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG),

menyempurnakan aspek pengaturan dan pengawasan, mendorong penyehatan

BPR bermasalah, memperkuat struktur Governace BPR, menciptakan iklim

kondusif bagi perkembangan BPR maupun mendukung penguatan infrastruktur

industri. Seluruh upaya tersebut dikonsolidasikan untuk menciptakan perbankan

Indonesia yang memiliki daya saing yang teruji kehandalannya. Oleh karena itu

sangat logis bila diperlukan sebuah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan dalam

rangka mendorong penerapan GCG bagi BPR17.

16

Ibid.

17Mohamad Fajri M.P, ”Implementasi GCG Bank Perkereditan Rakyat “,

(23)

Meskipun skala yang dijalankan adalah mikro namun sebagai lembaga

keuangan, aktivitas usaha LKM tetap membawa konsekuensi risiko terkait

pertanggungjawaban dana masyarakat (publik)18.

Perlakuan yang berbeda bagi LKM dimana belum ada kewajiban

penerapan GCG. LKM memang memiliki cakupan yang luas dan hanya LKM

jenis Bank Perkreditan Rakyat (BRI) dan BRI Unit yang berada di bawah

pengawasan BI. Sedangkan LKM Jenis Koperasi diatur oleh undang-undang

tersendiri dan berada dibawah naungan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah (KUKM). Selain dua jenis LKM tersebut masih banyak LKM jenis

lain bukan bank dan bukan Koperasi. Belum adanya undang-undang tentang LKM

merupakan faktor penghambat bagi pertumbuhan dan perkembangan LKM.

Banyak pekerjaan rumah terkait LKM dan belum adanya bank sentral bagi LKM

(Apex Bank) menjadikan LKM masih cukup jauh dari aturan penerapan Good

Corporate Governance (GCG)19.

Namun demikian meskipun LKM menjalankan bisnis dengan kategori mikro

maka sebagai lembaga keuangan tetap membawa konsekuensi resiko atas dana

masyarakat yang dikelolanya. Mengenai pemikiran dan tanggung jawab pada

masyarakat sangat penting dalam pengelolaan BPR dan Koperasi. Tidak serta

merta BPR dan Koperasi hanya mencari untung saja. Selain itu brand image dari

18

Mohamad Fajri M.P, “ Menjadikan Koperasi sebagai Sokoguru, Perekonomian

dengan Implementasi GCG”, http://shafconsulting.blogspot.com 2008 /12 diakses tanggal 17 April 2009

(24)

pengelolaan sangat penting sehingga BPR dan harus selalu melaksanakan Good

Corporate Governance (GCG) secara total20

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan diatas,

maka perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan Good Corporate Governance (GCG) dalam

ketentuan hukum Indonesia?

2. Bagaimanakah pengaturan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam

Undang-undang Perbankan sebagai Lembaga Keuangan Mikro?

3. Bagaimanakah Good Corporate Governance (GCG) di Bank Perkreditan

Rakyat (BPR)?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat disimpulkan yang

menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a) Untuk mengetahui pengaturan Good Corporate Governance (GCG) dalam

ketentuan hukum korporasi di Indonesia.

b) Untuk mengetahui pengaturan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam

ketentuan hukum Perbankan sebagai Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia.

c) Untuk mengetahui perlunya penerapan Good Corporate Governance pada

Bank Perkreditan Rakyat serta dasar hukum pembentukannya.

(25)

Selain tujuan-tujuan tersebut diatas penulisan ini juga diharapkan bermanfaat

untuk berbagai hal diantaranya :

a) Manfaat Subjektif

Skripsi ini bermanfaat bagi penulis untuk memenuhi syarat kelulusan di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

b) Manfaat Objektif

Penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat untuk menerapkan hukum

ekonomi yang telah dipelajari khususnya mengenai Hukum Organisasi

Perusahaanyang berkaitan dengan perlunya penerapan Good Corporate

Governance (GCG) di Lembaga Keuangan Mikro (BPR). Serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum

secara teoriti.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan fakultas hukum

Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Tinjauan Terhadap Perlunya

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Lembaga Keuangan Mikro

(BPR) belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian, dilihat dari

permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat

dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya penulisan yang asli dan

sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional serta terbuka.

Skripsi ini juga didasarkan pada referensi dari buku-buku, informasi media

(26)

kebenaran ilmiah, sehingga penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan

kebenaran secara ilmiah.

E.Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan kepustakaan dicoba untuk mengemukakan beberapa ketentuan

dan batasan yang menjadi sorotan dalam mengadakan studi kepustakaan.Hal ini

akan berguna bagi penulis untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi agar

tetap berada didalam topic yang diangkat dari permasalahan yang telah disebutkan

diatas. Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis daripada judul skripsi

ini adalah sebagai berikut :

a) Tinjauan adalah pandangan, penglihatan atau pemikiran.

b) Terhadap adalah menandai arah, tujuan atau kepada seseorang atau sesuatu.

c) Perlunya adalah kebutuhannya, atau harapannya.

d) Penerapan adalah pengaplikasian, atau implementasi.

e) Good,dalam bahasa Indonesia diartikan baik, bagus atau patut.

f) Corporate, dalam bahasa Indonesia diartikan perusahaan, lembaga, badan

hukum atau serikat.

g) Governance, dalam bahasa Indonesia diartikan pemerintahan.

h) Good Corporate Governance adalah Komitmen, aturan main, serta praktik

penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika.

i) Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang tidak menyertakan

lalu lintas pembayaran dalam kegiatan usaha perbankannya sebab hanya

(27)

j) Bank adalah Badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengluarkan

uang pada masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang dalam kegiatan oknum karyawan bank

mencari kredit dan meminjamkan hasil kredit tersebut kepada nasabah umum

tanpa melalui administrasi Bank.

k) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan ilmiah terdapat beraneka ragam jenis penelitian. Dari sekian

banyak jenis penelitian, khususnya penelitian hukum yang paling popular

dikenal adalah :

a) Penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan kepustakaan atau hanya menggunakan data sekunder

belaka.

b) Penelitian hukum empiris yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data

primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder dari

perpustakaan.

Pilihan metode penlitian tergantung kepada tujuan penelitian tersebut. Sesuai

dengan tujuan skripsi ini maka penelitian hukum yang digunakan adalah

penelitian hukum normatif atau disebut juga dengan studi kepustakaan (Library

(28)

Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan alat pengumpul data yang

dipakai dalam penelitian.Dalam penelitian ini dipakai tiga alat pengumpul data

yaitu :

a) Bahan hukum primer yaitu ketentuan – ketentuan dalam peraturan perundang –

undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat baik peraturan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia mauapun peraturan yang

diterbitkan oleh negra lain dan badan – badan Internasional, seperti Peraturan

Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 Tahun 2006, Peraturan Bank Indonesia No.

6/22/PBI/2004, Undang –Undang no.10 Tahun 1998 Peraturan BI ,Peraturan

Bank Indonesia No.5/25/PBI/2003 mengenai Fit and Proper Test, Peraturan

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 tentang

Transparansi Kondisi Keuangan Bank, Peraturan Bank Indonesia

No.1/6/PBI/1999 tentang Penunjukan Direktur Kepatuhan dan Peraturan Bank

Indonesia yang terbaru adalah No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum.

b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan – bahan yang erat kaitannya dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum

primer, seperti seminar – seminar, jurnal – jurnal hukum, majalah – majalah,

koran – koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari internet yang

berkaitan dengan permasalahan diatas.

c) Bahan hukum tertier yaitu semua dokumen yang berisi konsep – konsep, dan

keterangan – keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan

(29)

Dalam penulisan skripsi ini analisis data yang digunakan adalah dengan

menganalisis data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan dan dianalisi

secara deskriptif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Dengan

demikian tidak merupakan analisis data tanpa mempergunakan rumus dan data

matematis.

G.Sistematika Penulisan

Sebagai karya ilmiah, skripsi ini memiliki sistematika yang teratur terperinci

didalam penulisannya agar dimengerti dan dipahami maksud dan tujuannya.

Tulisan ini terdiri dari lima bab, yang akan diperinci lagi dalam satu bab.

Adapun kelima bab tersebut terdiri dari :

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM KETENTUAN HUKUM KORPORASI INDONESIA

Bab ini berisikan tentang pengertian dan konsep Good Corporate

Governance, prinsip dasar dan asas Good Corporate Governance

dan pengaturan Good Corporate Governance dalam ketentuan

(30)

Bab III : BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DALAM KETENTUAN HUKUM PERBANKAN INDONESIA

Bab ini berisikan pengertian dan konsep Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) pada umumnya, prinsip dasar dan asas pada Bank

Perkreditan Rakyat(BPR), dan pengaturan Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) dalam ketentuan hukum Perbankan di Indonesia.

Bab IV : GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Bab ini berisikan Dasar Hukum sehingga diperlukannya penerapan

Good Corporate Governanace (GCG) di Lembaga Keuangan

Mikro (BPR) dan menngenai perlunya penerapan Good Corporate

Governance pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai

Lembaga Keuangan Mikro.

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

Penulisan skripsi ini diakhiri dengan pengambilan kesimpulan dari

beberapa masalah yang ada dan penulis mencoba memberikan

saran kepada pihak – pihak yang terkait dengan pelaksanaan dan

penerapan Good Corporate Governance pada Bank Perkreditan

(31)

BAB II

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM

KETENTUAN HUKUM KORPORASI INDONESIA

A.Konsep dan Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan corporate

governance sebuah isu penting di kalangan para eksekutif, organisasi – organisasi

NGO, para konsultan korporasi, akademis, dan regulator (pemerintah) di berbagai

belahan dunia. Isu – isu yang terkait dengan corporate governance seperti insider

trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab

social (corporate social responsibility)dan perlindungan investor telah menjadi

ungkapan – ungkapan yang lazim diperbincangkan di kalangan para pelaku usaha.

Corporate governance juga telah menjadi salah satu isu paling penting bagi para

pelaku usaha di Negara kita21.

Dengan perkembangan – perkembangan di atas isu corporate governance yang

tadinya hanya bersifat marginal kini telah menjadi isu sentral.Oleh sebab itu,

dibutuhkan pemahaman yang memadai tentang corporate governance. Merupakan

hal yang sia – sia bahkan berbahaya bila kita sekedar mengikuti trend atau

kepatuhan terhadap regulasi tanpa memahami makna dan manfaat GCG. Tanpa

21

(32)

pemahaman yang memadai akan makna dan manfaat GCG maka praktik dan

sistem yang baik ini hanya akan menjadi retorika, slogan, atau aksesoris yang

tidak berguna22.

Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah jauh dimulai

sebelum isu corporate governance menjadi kosa kata yang paling hangat di

kalangan eksekutif bisnis. Bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi di

Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat sekitar satu setengah abad lalu (1840-an), isu

corporate governance telah muncul kepermukaan, meskipun berupa saran

(exhortation) dan anekdot23.

Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan

kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita.

Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem

pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis

serta berbasis informasi24.

Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar25, yaitu:

1) Perlindungan hak pemegang saham,

2) Persamaan perlakuan pemegang saham,

3) Peranan stakeholders terkait dengan bisnis,

4) Keterbukaan dan transparansi,

5) Akuntabilitas dewan komisaris.

22Ibid, Hal.23 23

Ibid

24“Good Corporate Governance”

http://www.bpkp.go.id/index.php?idunit=21&idpage=326 diakses tanggal 3 Juni 2009

(33)

Oleh sebab itu, pembicaraan tentang corporate governance tidak dapat

dipisahkan dengan konsep dan sistem korporasi itu sendiri. Adapun tentang

korporasi, defenisi Hunger dan Wheelen menyebutkan bahwa Korporasi adalah

mekanisme yang dibangun agar berbagai pihak dapat memberikan kontribusi

berupa modal, keahlian (expertise) dan tenaga demi manfaat bersama26”.

Secara umum istilah Good Corporate Governance merupakan sistem

pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme

hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan, maupun ditinjau dari

nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri27.

Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian corporate governance

dibawah ini dikutip dari berbagai sumber :

a) Pengertian menurut OCED ( Organization for economic co-operation and development )

Mendefenisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara

pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham dan pihak lain yang

mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Good corporate governance juga

mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan

atas kinerja.

Good corporate governance yang baik dapat memberikan perangsangan atau

insentif yang baik bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang

merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham dan harus memfasilitasi

26 Ibid

27Tim Corporate Governance BPKP, “Good Corporate Governance”,

(34)

pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan

sumber daya dengan lebih baik dan efisien28.

b)Bank Dunia (World Bank)

Good corporate governance adalah kumpulan hukum, peraturan – peraturan

dan kaidah – kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber –

sumber perusahaan secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang

yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar

secara keseluruhan.

c) Tim GCG BPKP

Mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai berikut, yaitu:

Komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan

beretika29.

d)Cadbury Committe of the United Kingdom (1999)

Definisi Corporate governance (CG) yakni:

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan30.

28

Ibid.

29 “Good Corporate Governance”,

http:www.bpkp.go.id/index.php?idunit=21&idpage=326, diakses tanggal 3 Juni 2009

30

Muhammad Adrian Muluk (Contributor CIC – FCGI), “GCG di Lembaga Keuangan

Mikro–Kajian Kebutuhan Penerapan”, http://www.cic-fcgi.org/news/governance/GCGdiLembaga Keuangan Mikro - Kajian Kebutuhan Penerapannya.shtml di akses tanggal 4 Juni 2009

30

(35)

e) Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)

Mendefenisikan corpotare governance sebagai berikut :

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus

(pengelola) perusahaan, pihak kerditor, pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak –

hak dan kewajiban atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan

perusahaan. Tujuan Corporarate Governance ialah untuk menciptakan nilai

tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder)31.

f) Cadbury Report

Istilah “corporate governance” sendiri pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Committee ditahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini

dipandang sebagai titik balik yang sangat menentukan bagi praktik corporate

governance di seluruh dunia. Cadbury Report mendefenisikan corporate

governance sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan

mengendalikan organisasi32.

g) Prakarsa dari Universitas Indonesia (kalangan akademis)

Good corporate governace adalah mekanisme administratif yang mengatur

hubungan – hubungan antara menejemen perusahaan, komisaris, direksi,

pemegang saham dan kelompok – kelompok kepentingan (stakeholder) yang lain.

Hubungan – hubungan ini dimanifiestasikan dalam bentuk berbagai aturan

31 Op.cit, hal.50

(36)

permainan dan sistem intensif sebagai framework yang diperlukan untuk

menentukan tujuan – tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan”33.

h)Good Corporate Governance Workship Kantor Meneg PM BUMN, Desember 1999

Good Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang

efektif yang bersumber dari budaya perusahan, etika, nilai, sistem, proses bisnis,

kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan

mendukung pengembangan perusahaan, peneglolaan sumber daya dan resiko

secara lebih efisien dan efektif serta penenggung jawaban perusahaan kepada

pemegang saham dan stakeholder lainnya34.

i) IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance)

Good Corporate Governance adalah struktur, sistem dan proses dalam

mengelolaan perusahaan kearah peningkatan kemakmuran dan pertanggung

jawaban perusahaan dengan tujuan akhir mewujudkan nilai jangka panjang

pemegang saham dengan tetap menjaga kepentingan berbagai pihak yang terkait

(stakeholder). Struktur merupakan satu kesatuan tatanan wewenangan dan

tanggung jawab dalam hal pengambilan keputusan. Sistem adalah merupakan

suatu landasan operasional yang menjadi dasar mekanisme check and balance

kewenangan atas penggelolaan perusahaan yang dapat mengantisipasi peluang

yang menyimpang. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip

33 Ibid., hal. 28

34 Iman Sjahputra Tunggal, Membangun Good Corporate Governance, Jakarta,

(37)

– prinsip Good Corporate Governance dalam menentukan tujuan dan saran,

pencapaian, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja35.

j) Asian Development Bank

Good Corporate Governance adalah adanya unsur – unsur shareholder, right,

equal treatment of shareholder, dan adanya disclosure (keterbukaan), dan

transparency (transparansi)36.

k)Dr. Emil Salim

Good Corporate Governance adalah wilayah permasalahan yang menyangkut

dipisahnya pemilik dengan pengelola perusahaan, struktur kepemilikan yang

beraneka ragam, pengawasan dari pemegang saham, monitoring dari kreditor,

disiplin dan proteksi, pasar untuk kontrol perusahan, pengaturan pasar sekuritas,

persaingan pasar dan keuangan korporasi.

l) Bank Indonesia

Good Corporate Governance adalah sebagai suatu sistem, proses, dan struktur

organisasi yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola kegiatan bank

sentral kearah peningkatan kinerja dan akuntabilitas. Tujuan akhirnya menaikan

nilai (Value) bank sentral dalam jangka panjangdan mampu meyakinkan /

memenuhi kepentingan stakeholder.

Definisi diatas menjelaskan bahwa Corporate Governance adalah sistem yang

bisa digunakan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan. Good

Governance timbul dari kebutuhan usaha akan tata kelola perusahaan yang baik

(38)

(Good Corporate Governance), yang menegakkan prinsip-prinsip transparan,

dapat dipercaya, bertanggung jawab dan berkeadilan37.

Defenisi diatas hanyalah sebagian dari bermacam – macam defenisi corporate

governance karena corporate governance dapat didefenisikan dalam perspektif

yang luas atau dalam perspektif yang sempit38.

Sedangkan untuk keseragaman berdasarkan defenisi – defenisi diatas dapat kita

simpulkan bahwa corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu

sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) terutama dalam arti sempit

hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi

tercapainya tujuan organisasi. Corporate governance dimaksudkan untuk

mengatur hubungan - hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan -

kesalahan (mistake) signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan

bahwa kesalahan – kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera39.

B.Prinsip Dasar dan Asas Good Corporate Governance (GCG)

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran dan arti penting Corporate Governance

ini, Organization for Economic Corporation and Development (OECD) telah

mengembangkan sperangkat prinsip – prinsip Good Corporate Governance dan

dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi,

dimasing – masing Negara40.

(39)

Prinsip – prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagi para regulator

(pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan corporate

governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip – prinsip ini dapat

menjadi guidance atau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi

peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan41.

Prinsip – prinsip OECD mencakup lima bidang utama yaitu :

1) Pertanggungjawaban (Responsibility).

Yaitu kesesuaian di dalam pengelolahan perusahaan terhadap peraturan

perundang - undangan yang berlaku dan prinsip - prinsip korporasi42.

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang

saham juga kepada stakeholder tetapi juga kepada pihak – pihak yang

berkepntingan lainnya43.

2) Transparansi (Transparency)

Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan

mengenai perusahan44.

Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan

dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan

mengenai struktur dan operasi korporasi45

41 Ibid. 42 Ibid., hal.53.

43

“Good Corporate Governance”

http://www.bpkp.go.id/index.php?idunit=21&idpage=326 diakses tanggal 3 Juni 2009

44 Loc.cit

45

(40)

3) Akuntabilitas (Accountability)

Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan tanggung jawab organ sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif46.

Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar47.

4) Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak – hak stakeholder

yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang – undang yang

berlaku48.

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran49.

5) Independensi (Independency)

Yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak

sesuai dengan peraturan perundang – undang yang berlaku dan prinsip –

prinsip korporasi yang sehat50.

Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

46 Op.cit. 47

Op.cit.

(41)

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak

lain.51

Prinsip – prinsip diatas terkait langsung dengan permasalahan yang dihadapi

dunia usaha pada umumnya yakni masalah korupsi dan ketidak jujuran, tanggung

jawab sosial dan etika korporasi, tata kelola sektor publik, dan reformasi hukum52.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) sebuah organisasi

profesional non-pemerintah yang bertujuan mensosialisasikan praktik good

corporate governance menjabarkan prinsip – prinsip di atas sebagai berikut 53:

1. Fairness (Kewajaran)

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada

pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan

informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan

perdagangan saham oleh orang dalam (Insider Trading)54.

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi

yang melindungi kepentingan minoritas, membuat pedoman perilaku

perusahaan (corporate conduct) dan atau kebijakan – kebijakan yang

melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam, self-dealing dan

konflik kepentingan, menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris,

Direksi, Komite, termasuk sistem remunerasi menyajikan informasi secara

51 Loc.cit 52 Loc.cit, hal.50

53

(42)

wajar/pengungkapan material apa pun mengedepankan Equal Job

Opportunity55

2. Disclousure dan Transparency (Taransparansi)

Hak – hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan

benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta

dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan – perubahan yang

mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan

perusahaan56.

Pengungkapan yang tepat dan akurat pada waktunya serta transparansi

mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta

para pemegang kepentingan (stakeholder)57.

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem

akuntansi (accounting system) yang berbasiskan standar akuntansi dan best

practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang

berkualitas, mengembangkan Information Technology (IT) dan Management

Information System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang

memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh Dewan

Komisaris dan Direksi, mengembangkan enterprise risk management yang

memastikan bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasikan, diukur, dan

dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelas, mengumumkan jabatan yang

kosong secara terbuka58.

(43)

3. Accountability (Akuntabilitas)

Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif (effective

oversight) berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham

Dewan Komisaris, dan auditor.Merupakan bentuk pertanggung jawaban

manajemen kepada perusahaandan para pemegang saham59.

Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan Laporan Keuangan

(Financial Statement) pada waktu yang tepat dan cara yang tepat;

mengembangkan Komite Audit dan Resiko untuk mendukung fungsi

pengawasan oleh Dewan Komisaris; mengembangkan dan merumuskan

kembali peran dan fungsi Internal Audit sebagai mitra bisnis strategic

berdasarkan best practice (bukan sekedar audit). Transformasi menjadi

“Risk-based” Audit; menjadi manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan

menangani pertentangan (dispute); penegakan hukum (Sitem Penghargaan dan

sanksi); mengunakan External Auditor yang memenuhi syarat (berbasis

professional)60.

4. Responsibility (Responsibilitas)

Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh

hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang

59

Ibid.

60

(44)

kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan

yang sehat dari aspek keuangan61.

Ini merupakan tangung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang

tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitarnya62.

Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tangung jawab

merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya

tangung jawab social; menghindari penyalahgunaan kekuasaan; menjadi

profesional dan menjunjung etika; memelihara lingkungan bisnis yang sehat63.

C.Good Corporate Governance (GCG) dalam Ketentuan Hukum Korporasi Indonesia.

Hukum pada dasarnya dipahami sebagai suatu sistem norma yang

mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat. Dalam mengatur hubungan itu

hukum berusaha mencari bahkan menciptakan keseimbangan antara memberi

kebebasan kepada individu dengan, sehingga dengan itu terjadi konflik antara

individu dengan masyarakat dapat dihindarkan64.

Pada bagian lain, hukum dipandang sebagai sarana pemecahan konflik

yang rasional. Hal ini dimungkinkan karena hukum tidak didasari fakta – fakta

mengenai kekuatan atau kelemahan alamiah, tetapi sesuai dengan kriteria objektif

yang berlaku. Dalam konteks inilah suatu hukum yang baik harus mampu dan

mempunyai sifat yang responsif terhadap kebutuhan atau dalam menjawab

61

Ibid.

62 Ibid. 63 Ibid.

(45)

persoalan masyarakat sekaligus mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuan

hidupnya65.

Corporate Governace menjadi salah satu alternatif yang oleh banyak pakar

direkomendasikan menjadi katalisator dalam upaya mempercepat pemulihan

sektor korporasi di Indonesia. Namun, ditemukan relatif lain banyak aspek dari

prinsip – prinsip corporate governance yang tidak atau belum terjangkau oleh

hukum korporasi yang ada saat ini. Keterbatasan regulasi dan tolak ukur

penerapan corporate governance dan kondisi penerapan hukum yang belum

mapan di Indonesia sehingga penyalah gunaan wewenang masih sulit diatasi

melalui hukum yang ada secara transparan66, secara empiris ternyata menjadi

faktor – faktor kendala yang utama dalam penerapan corporate governance di

Indonesia. Oleh sebab itu, tercuat keinginan yang kuat dari kalangan dunia usaha

agar dilakukan penyempurnaan hukum korporasi yang ada, antara lain dengan

meresepsi semua aspek yang menyangkut corporate governance67.

Keinginan seperti itu tidak mudah diterima oleh semua pihak. Penolakan

secara radikal didasari argumentasi yang memandang corporate governance

hanya sebagai masalah manajemen semata – mata. Masih menurut paham ini,

bahwa kerena sistem hukum Indonesia berbeda dari sistem hukum anglo saxon

yang memperkenalkan corporate governance, maka tindakan meresepsi semua

prinsip corporate governance tanpa reserve merupakan tindakan keliru68.

65 Op.cit., hal.105. 66

Kusnan M. Djawir, Tangga Menuju Perusahaan Terpercaya, Majalah SWA 23, edisi XVIII, 5-17 November 2002, hal.94.

(46)

a) Good Corporate Governance pada BUMN

Untuk Badan – badan Usaha Milik Negara (BUMN) masalah jatuh –

bangun sistem korporasinya dipandang bukan karena salah urus, tetapi semata –

mata hanya soal political will dari pemerintah. Sebab, dalam praktik pengelolaan

BUMN sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ada begitu banyak

kepentingan yang melingkupi BUMN. Aparat pemerintah dapat mengeksploitasi

posisinya dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk memperkaya diri sendiri

atau kroninya69.

Menyadari kontribusi badan – badan usaha Negara terhadap keterpurukan

keuangan dan moneter Negara sangat signifikan, maka sepanjang tahun 2002

diberlakukan beberapa peraturan tentang kewajiban menerapkan corporate

governance di lingkungan BUMN. Pada tanggal 4 Juni 2002 tentang

pembentukan Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara70.

Peraturan Komite Audit ini ditindak lanjuti dengan memberlakukan

Keputusan Mentri BUMN nomor Kep – 117/M – MBU/2002 tanggal 1 Agustus

2002. Dalam peraturan ini corporate governance diatur lebih komperehensif

dibandingkan dengan institusi lain. Setiap BUMN diwajibkan untuk menerapkan

corporate governance secara baik, konsisten, dan atau menjadikannya sebagai

landasan operasionalnya71.

69

Akbar Faizal, Tanri Abeng Menjawab: Profesional versus Politik, Alexindo Media Komputindo, Jakarta, 2002, hal.4.

70 Ibid.

(47)

b) Good Corporate Governance pada Hukum Perbankan.

Dalam pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia

dinyatakan, untuk terciptanya kondisi yang mendukung implementasi Good

Corporate Governance yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung

jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang –

undangan yang memungkinkan dilaksankannya Good Corporate Governance

secara efektif.

Selain itu pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan

membuktikan bahwa penegakan hukum (law enforcement) dilakukan secara

serius. Disisi lain, sebagai subjek Good Corporate Governance bank perlu

menerapkan standar akuntansi dan standar audit yang sama dengan standar yang

berlaku umum serta melibatkan auditor eksternal dalam proses audit. Tujuannya

supaya diperoleh ukuran yang sama dengan ukuran ditempat lain.

Dengan demikian, stakeholder dapat berharap akan interpretasi yang sama atas

fenomena – fenomena yang sejenis. Sebab pada dasarnya persoalan Good

Corporate Governance adalah persoalan tanggung jawab perusahaan terhadap

stakeholder.

Pada bidang perbankan, misalnya antara lain adalah Peraturan Bank Indonesia

nomor2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum. Dalam peraturan ini diatur kriteria

yang wajib dipenuhi calon anggota Direksi dan Komisaris bank umum, serta

batasan transaksi yang diperbolehkan atau dilarang dilakukan pengurus bank.

(48)

operasi bank yang dilakukan oleh Direksi dan Komisaris, maupun yang bukan

interest perseroan (Bank).

Dengan semakin kompleksnya risiko yang dihadapi bank, melindungi

kepentingan stakeholders, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan nilai-nilai etika yang berlaku umum pada

industri perbankan serta peningkatan kualitas pelaksanaan good corporate

governance untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional sesuai dengan

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) maka diberlakukanlah Peraturan Bank

Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 juncto nomor 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan

Good Corrporate Governance di Bank Umum72.

c) Good Corporate Governance pada Perseroan Terbatas

Dalam Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Undang – Undang PT

nomor 4 tahun 2007 menganut model yang membedakan tugas dan kewenangan

direksi dengan komisaris. Untuk menyesuaikan implementasi GCG, Peraturan

tentang Perseroan Terbatas memiliki ruang lingkup kedudukan dan tanggung

jawab komisaris, direksi, dan para pemegang saham. Mengingat bahwa dalam

prinsip pengelolaan usaha yang baik pengaturan tanggung jawab dari setiap organ

yang ada dalam PT akan mempengaruhi desain kewenangan dan tanggung jawab

yang ditetapkan didalam Anggaran Dasar. Tanpa adanya direksi dan komisaris

suatu PT tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai sebuah institusi / badan yang

melakukan aktivitas usaha untuk mencari keuntungan ekonomis. Agar direksi

dalam melaksanakan tugasnya tidak melampaui wewenangnya maka dilakukan

(49)

pengawasan oleh dewan komisaris dan dibatasi oleh RUPS sebagai pemilik

perseroan melalui ketentuan – ketentuan yang diatur dalam UUPT73.

Selain itu perumusan prinsip – prinsip corporate governance perlu juga

diselaraskan dengan nilai – nilai social budaya yang tumbuh berkembang dalam

masyarakat Indonesia. Sebab corporate governance merupakan suatu konsep yang

berasal dari negara lain yang culture maupun sistem hukumnya berbeda dari

negara Indonesia. Tanpa memperhatikan nilai – nilai masyarakat itu maka

pembaruan UUPT yang turut mengatur prinsip – prinsip corporate governance

yang diasumsikan dapat mendongkrak kinerja korporasi di Indonesia hanya akan

merupakan kesia – siaan dan pemborosan sumber daya74.

Mengingat pengaruh dari aspek yuridis terhadap keterpurukan korporasi di

Indinesia tidak cukup signifikan maka menurut para penganut paham ini, yang

harus diprioritaskan untuk memperbaiki kinerja korporasi di Indonesia bukanlah

mengubah UUPT, tetapi melaksanakan law enforcement secara konsisten dan

konsekuen75.

d)Good Corporate Governance pada Pasar Modal

Dalam strategi pengembangan umum pasar modal Indonesia oleh Badan

Pengawas Pasar Modal disadari bahwa salah satu penyebab rentannya perusahaan

– perusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian adalah lemahnya

penerapan Good Corporate Governance dalam perusahaan. Kondisi tersebut

ditandai dengan standar laporan yang minimal tentang kinerja keuangan

73 Indra Surya S.H., LL.M & Ivan Yustiavandana S.H., LL .M., Penerapan Good Corporate Governance – Mengesampingkan Hak – Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha,

2006, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hal.114

(50)

perusahaan, khususnya tentang kewajiban utang piutang, tidak ada direktur

Independen dan diragukannya independensi auditor.

Disamping itu mekanisme yang mendorong perusahaan untuk mentaati

peraturan dan penegakan hukum masih kurang. Sanksi yang diberikan kepada

mereka yang melanggar peraturan tidak memadai terutama pada situasi ekonomi

yang tidak menguntungkan. Agar pelaksanaan Good Corporate Governance dapat

dimengerti maka perlu dicermati keempat aspek tersebut yaitu aspek kewajaran,

transparansi, akuntabilitas dan tanggung jawab.

Untuk menunjang pemulihan bidang pasar modal yang turut porak –

poranda dihantam badai krisis tahun 1997 juga diterbitkan serangkaian peraturan

yang bersangkutan dengan corporate governance. Lembaga komisaris independen

mapun komite audit mendapat respon yang paling apresiatif dari otoritas pasar

modal. Adanya keharusan dalam perusahaan publik untuk memiliki komisaris

independen dan komite audit diatur dalam Surat Edaran Ketua Bapepam nomor

SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000. Ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut dalam

Surat Edaran BEJ nomor SE-005/BEJ/09-2001 juncto Surat Direksi BEJ nomor

Kep 339/BEJ/07-2001 tanggal 20 Juli 2001, Peraturan I-A. Dalam kedua

peraturan ini diatur tata cara pemilihan, syarat – syarat yang wajib dipenuhi oleh

calon komisaris independen, tugas dan tanggung jawabnya dalam perusahaan

publik76.

(51)

Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia telah diperkuat

dengan kapastian hukum, dengan lahirnya peraturan perundangan antara lain :

1. Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi yang dirobah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

3. Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan

Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23/PM PBUMN/2000 tanggal 31 Mei

2000 Tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance (GCG)

dalam Perusahaan Perseroan.

4. Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1

Agustus 2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada

Badan Usaha Milik Negara.

5. Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106/M-PM.PBUMN/2000 tanggal

17 April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate Governance yang baik

di semua BUMN.

6. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia No.

37a/M-PAN/2002 tanggal 28 Februari 2002 perihal Intensifikasi dan

Percepatan Pemberantasan KKN.

7. Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 518/S-KU/2000 tanggal 2

Oktober 2000 perihal Pelaksanaan GCG dan Instruksi Untuk Pembentukan

(52)

8. Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 520/S-KU/2000 tanggal 2

Oktober 2000 perihal Pembentukan Komite Audit. 9. Keputusan Direksi PT

Pos Indonesia (Persero) No. 81/Dirut/1201 tanggal 27 Desember 2001 Tentang

Referensi

Dokumen terkait

Diagram profil vegetasi mangrove strata sapling (gambar.2), menunjukkan vegetasi mangrove Rempang Cate didominasi oleh strata sapling, baik mangrove mayor

Penyediaan infrastruktur permukiman Program pembangunan infrastruktur perkotaan RTRW APBD 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua Penyediaan infrastruktur permukiman Program pembangunan

Hubungan penurunan berat badan dalam gram ( X ) selama masa pemulihan dengan produksi telur sesudah program luruh bulu dalam % hen-day (HD), ( Y ), digambarkan oleh persamaan

Pada Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini, mitra kami adalah UKM Batik Tulis Amri Jaya (M. Zainal Arif) dan UKM Batik Tulis Namiroh (Ratna Tuty Mufi da), yang merupakan salah

Sekiranya tersentuh kulit secara tidak sengaja, elakkan daripada pendedahan langsung kepada matahari atau sumber cahaya UV yang lain kerana kerengsaan yang teruk termasuk

22 Kepuasan Pelanggan Produktiviti Kualiti Kebolehsuaian PenulisIPengkaji Elmuti et al., 1996 1 Kepimpinan Komitmen pengurusan atasan 2 Perancangan Strategik Misi dan

Abdullah Nashih „Ulwan tentang materi dan metode pendidikan seks untuk anak usia remaja dalam Tarbiyatul Aulād Fil Islām dan menerapkannya pada kondisi saat ini dalam

Namun saat ini peran LDM masih belum optimal, sehingga campur tangan Pemerintah melalui Bulog, sangat diharapkan untuk mengatasi hal ini; (b) Penggilingan melakukan seluruh fungsi