• Tidak ada hasil yang ditemukan

Good Corporate Governance (GCG) pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

B. Good Corporate Governance (GCG) pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Salah satu unsur penting dalam kelompok industri perbankan nasional adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sebagai bank yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembiayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), kehadiran BPR bagaikan air di tengah padang pasir113.

111

Ibid.

112

Mohamad Fajri M.P, ”Implementasi GCG Bank Perkereditan Rakyat “,

http://shafconsulting.blogspot.com/2008/11/implementasi-gcg-bank-perkreditan.html, loc.cit.

Harus diakui bahwa sektor UMKM pada saat ini merupakan sektor yang sangat penting. Sektor UMKM telah membuktikan dirinya sebagai sektor yang paling mampu bertahan terhadap badai krisis ekonomi yang memporak porandakan perekonomian nasional. Sektor UMKM tetap berdiri kokoh dan semakin diakui dan dilindungi keberadaannya oleh pemerintah114.

Kiprah BPR dalam perekonomian nasional tak dapat dipandang sebelah mata. Dibandingkan bank umum, memang, dana yang disalurkan bank-bank mikro ini jelas tak seberapa. Meskipun demikian, manfaat yang diberikan BPR justru sangat maksimal, setidaknya. bagi para pengusaha yang selama ini selalu kesulitan untuk mendapatkan pinjaman dari bank-bank besar115.

Kinerja BPR pun dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan pesat. Berdasarkan data dari Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) tahun 2005 menunjukkan bahwa volume usaha meningkat dari Rp 9,1 triliun, menjadi Rp 17,3 triliun.Sementara dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun meningkat dari Rp 6,1 triliun menjadi Rp 11,6 triliun, dan kredit meningkat dari Rp 6,7 Triliun menjadi Rp 12,6 triliun. Sementara itu rasio NPL pun menurun dari 8,65% pada akhir 2002 menjadi 7,81% pada akhir Maret 2005. Keberhasilan data-data ini didukung oleh 2,741 kantor BPR yang mencakup 2,133 Kantor Pusat, 138 Kantor Cabang, dan 470 Kantor Pelayanan Kas. Sebanyak 86 dari jumlah BPR merupakan BPR dengan prinsip syariah116.

114 Ibid. 115 Ibid. 116 Ibid.

Dalam rangka mendukung tumbuhnya industri BPR secara berkelanjutan agar mampu memenuhi fungsinya sebagai pemberi pelayanan terhadap UMKM harus didukung secara maksimal oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia perlu terus menerus melakukan berbagai upaya secara konsisten terutama dalam memperkuat pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), menyempurnakan aspek pengaturan dan pengawasan, mendorong penyehatan BPR bermasalah, memperkuat struktur governance BPR, menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan BPR maupun mendukung penguatan infrastruktur industri. Seluruh upaya tersebut dikonsolidasikan untuk menciptakan perbankan Indonesia yang memiliki daya saing yang teruji kehandalannya117.

Sebagaimana yang dipahami secara luas, Good Corporate Governance adalah suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders). Oleh karena itu, sangat logis bila diperlukan sebuah aturan dan ketentuan-ketentuan dalam rangka mendorong penerapan Good Corporate Governance bagi BPR.

Bank Indonesia selaku pengawas perbankan perlu mengeluarkan suatu pedoman dalam penerapan Good Corporate Governance agar memastikan pelaksanaan perbankan dijalankan secara sehat oleh manajemen yang kompeten dan mengakomodasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu Transparansi, Tanggung jawab (Akuntabilitas), Keadilan Independensi guna menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder manapun dan

tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan dalam pengambilan keputusan yang objektif118.

Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada perbankan maka Bank Indonesia harus mempunyai standart dalam pelaksanaan Good

Corporate Governance (GCG) yakni Transparansi kondisi keuangan bank dan

peningkatan peran auditor eksternal; fit and proper test terhadap pemilik; Pemegang saham; Pengendalian, Dewan komisaris; Independensi pengurusan bank; Direktur kepatuhan; Manajemen resiko dan pengendalian Intern; Strategi dan rencana bisnis bank; Manajemen dalam tingkat kesehatan bank119.

Prinsip Good Corporate Governance dapat diterapkan pada Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan struktur organisasi dan kompleksitas usahanya. Prinsip tersebut jugga perlu diaplikasikan kedalam suatu struktur yang berisi system dan prosedur mengenai tugas dan tanggung jawab organ utama dalam tubuh Bank Perkreditan Rakyat yakni pemegang saham dan pengurus120.

Terkait dengan itu Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan dan mengambil kebijakan untuk mendorong pelaksanaan Good Corporate Governance dalam industri Bank Perkreditan Rakyat secara berkala, ketentuan – ketentuan itu antara lain mengenai transparansi, peningkatan sumbar daya manusia, dan aspek pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat, kondisi keuangan, system pelaporan dan efektifitas pengawasan121.

118 Viraguna Bagoes Oka, Lampiran Makalah, Good Corporate Governance Pada Perbankan (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004), hal.76.

119

Ibid, hal.77-81

120

Mohamad Fajri M.P, ”Implementasi GCG Bank Perkereditan Rakyat “,

http://shafconsulting.blogspot.com/2008/11/implementasi-gcg-bank-perkreditan.html, loc.cit.

Bank indoneisa mewajibkan Bank Perkreditan Rakyat melaporakan secara berkala kondisi keuangan dan pemenuhan kepatuhan terhadap prinsip kehati – hatian. Upaya Bank Indonesia agar industri Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan yang diharapkan diantaranya program penyehatan melalui restrukturisasi. Langkah itu antara lain dengan mendorong Bank Perkreditan Rakyat melakukan penambahan modal, merger, akuisisi, dan mendorong investor baru masuk122.

Hasil survei ini sejalan dengan hasil pembinaan dan pengawasan Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa terbatasnya Sumber Daya Manusia pada Bank Perkreditan Rakyat merupakan penyebab utama atas berbagai permasalahan yang muncul dalam pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam rangka mendukung tumbuhnya industri Bank Perkreditan Rakyat secara berkelanjutan agar mampu memenuhi fungsinya sebagai pemberi pelayanan terhadap Usaha Menengah Kecil123.

Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilaksanakan oleh BPR untuk menciptakan hasil maksimal dan menambah nilai perusahaannya, yakni melalui implementasi GCG. Implementasi GCG diyakini akan semakin menambah nilai perusahaan BPR karena pengelolaannya telah teruji melalui pengelolaan secara transparan, amanah, profesional, efektif dan selalu memberikan upaya terbaik bagi stakeholders. Langkah-langkah penguatan identitas diri melalui Good Corporate

Governance dapat dilakukan dengan beberapa cara 124:

a) Pemilik dan pengelola BPR wajib memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini penting mengingat sebagai lembaga intermediasi,

122 Ibid. 123 Ibid. 124 Ibid.

kegiatan usaha bank sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat dalam menghadapi berbagai risiko, sehingga dalam hal ini regulator berperan dalam merumuskan ketentuan untuk melindungi kepentingan masyarakat. Kejelasan struktur kepemilikan dan komitmen kuat dalam mengimplementasikan menjadi salah satu prioritas utama. Ownership dan governance BPR harus dilakukan secara profesional dan tidak terpengaruh oleh intervensi pemilik dalam mengelola kegiatan usaha BPR berdasarkan prinsip kehatian-hatian yang ditetapkan oleh otoritas perbankan.

Dari sisi manajemen, manajemen BPR haruslah profesional yang didukung oleh pemilik dan pengelola BPR yang merupakan orang-orang yang bervisi kuat, beritikad baik dan para profesional di bidangnya. Lebih baik lagi jika ternyata pemilik dan pengelola BPR memiliki pengetahuan implementasi Good

Corporate Governance (GCG). Kursus, seminar dan workshop mengenai GCG

dapat dilakukan untuk memperoleh orang-orang terbaik di bidangnya.

b) Dalam rangka mendukung tersedianya SDM yang memadai, terutama pada posisi pengambil keputusan, ditetapkan kewajiban bagi direksi untuk memiliki sertifikat dari lembaga sertifikasi profesional. Program sertifikasi tersebut bertujuan menetapkan standar untuk meningkatkan kinerja manajemen BPR, meningkatkan keahlian dan kompetensi SDM dan manajemen, memperkuat daya saing dan tingkat kepercayaan pada BPR, serta mendukung penilaian kemampuan dan kepatutan direktur dan calon direktur BPR. Hal ini akan semakin amunisi BPR dalam menghadapi tingkat persaingan yang semakin ketat. Kita perlu menempatkan tujuan program ini dalam menuju sasaran akhir

berupa terwujudnya industri Bank Perkreditan Rakyat yang sehat, kuat, dan efisien.

Untuk menjaga kelangsungan program ini akan dilaksanakan secara mandiri oleh Bank Perkreditan Rakyat mengingat manfaat terbesar dari program ini akan dinikmati Bank Perkreditan Rakyat. Untuk menegaskan pentingnya program ini, dalam ketentuan yang akan dikeluarkan, direktur Bank Perkreditan Rakyat wajib memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi professional Bank Perkreditan Rakyat, yaitu satu orang direktur selambat – lambatnya pada akhir 2006 dan selebihnya pada akhirnya tahun 2008. Selain itu, calon direktur yang diajukan dalam proses pendirian Bank Perkreditan Rakyat wajib memiliki sertifikat dimaksud pada saat calon pemilik Bank Perkreditan Rakyat mengajukan permohonan persetujuan prinsip Bank Perkreditan Rakyat.

c) Dalam rangka meningkatkan daya saing BPR, telah dicantumkan secara jelas tiga kegiatan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, yaitu mempermudah pembukaan kantor cabang, memfasilitasi pembentukan jasa bersama untuk memperkuat kelembagaan industri BPR dan meningkatkan keterkaitan (linkage) program antara BPR dan bank umum. Prospek BPR yang semakin cerah haruslah dikelola secara seksama agar memperoleh manfaat secara maksimal.

Dalam kegiatan untuk mempermudah pembukaan kantor cabang, Bank Indonesia memandang bahwa hal ini perlu memperhatikan aspek kehati – hatian dan dilakukan dalam perspektif tersedianya dengan permodalan yang

memadai agar Bank Perkreditan Rakyat mampu beroperasi secara lebih efisien. Dalam hal ini, pembukaan kantor cabang. Bank Perkreditan Rakyat tidak lagi dikaitkan dengan kondisi permodalan yang dinyatakan dalam kewajiban penyediaan modal minimum.

Dalam hal ini, Bank Perwakilan Rakyat wajib memenuhi persayaratan lain yaitu telah memenuhi modal disetor minimum dengan mengacu pada ketentuan permodalan dalam rangka pendirian Bank Perkreditan Rakyat. Selain itu, Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat membuka satu kantor cabang dalam waktu satu tahun sejak memperoleh izin pembukaan kantor cabang.

BAB V