99 KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
BAB 4 PROFIL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
BAB 2 PROFIL KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
99 KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
BAB 4 PROFIL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
BAB 2 PROFIL KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR
99 KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
BAB 4 PROFIL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.1 Wilayah Administrasi
Secara geografis Kabupaten Lampung Timur terletak pada koordinat 105° 15’ BT, 106°
20’ BB, 4° 37’ LS - 5° 37’ LS. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Lampung
Timur adalah 5325,03 KM2dan lautan yang berbatasan dalam jarak 4 mil laut dari garis
pantai kearah laut lepas. Di laut Jawa terdapat pulau-pulau kecil yang termasuk dalam
wilayah Kabupaten Lampung Timur, yaitu pulau Segamat Besar, dan pulau Segamat
Kecil. Secara geografis letak pulau Segamat Besar dan pulau Segamat Kecil berada
pada koordinat 105o 41’40” Bujur Timur hingga 105o 45’30” Bujur Timur dan 5o
06’40” Lintang Selatan hingga 0o 40’15” Lintang Selatan dengan luas masing-masing 6
Ha dan 2 Ha.
Sampai dengan tahun 2006 Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 24 kecamatan
definitif dan 246 desa. Pada tahun 2007 terdapat perubahan wilayah administrasi desa
dengan adanya pemekaran desa di beberapa kecamatan, sehingga jumlah Desa di
Kabupaten Lampung Timur menjadi 257 Desa. Berdasarkan Perda Kabupaten Lampung
Timur Nomor 20 Tahun 2007 tentang pembentukan 19 Desa di Kabupaten Lampung
Timur.
Secara administratif tahun 2013 wilayah Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 24
kecamatan definitif dan 267 desa seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2-1 Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Timur
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Luas Area
(Ha) Desa Kelurahan
1 Metro Kibang Margototo 7 - 7.677,83
2 Batanghari Banar Joyo 17 - 14.887,95
3 Sekampung Sumber Gede 17 - 14.834,39
4 Marga Tiga Tanjung Harapan 13 - 25.072,94 5 Sekampung Udik Pugung Raharjo 15 - 33.912,45
6 Jabung Negara Batin 15 - 26.784,54
7 Pasir Sakti Mulyo Sari 8 - 19.393,83
8 Waway Karya Sumberrejo 11 - 21.107,32 9 Marga Sekampung Peniangan 8 - 17.732,34 10 Labuhan Maringgai Labuhan Maringgai 11 - 19.498,73 11 Mataram Baru Mataram Baru 7 - 7.956,11 12 Bandar Sribhawono Sribhawono 7 - 18.570,67
13 Melinting Wana 6 - 13.929,74
14 Gunung Pelindung Negeri Agung 5 - 7.852,25 15 Way Jepara Braja Sakti 16 - 22.926,92 16 Braja Selebah Braja Hajosari 7 - 24.760,68 17 Labuhan Ratu Labuhan Ratu 11 - 48.551,22
18 Sukadana Sukadana 20 5 75.675,50
19 Bumi Agung Donomulyo 7 - 7.317,47
2.1 Wilayah Administrasi
Secara geografis Kabupaten Lampung Timur terletak pada koordinat 105° 15’ BT, 106°
20’ BB, 4° 37’ LS - 5° 37’ LS. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Lampung
Timur adalah 5325,03 KM2dan lautan yang berbatasan dalam jarak 4 mil laut dari garis
pantai kearah laut lepas. Di laut Jawa terdapat pulau-pulau kecil yang termasuk dalam
wilayah Kabupaten Lampung Timur, yaitu pulau Segamat Besar, dan pulau Segamat
Kecil. Secara geografis letak pulau Segamat Besar dan pulau Segamat Kecil berada
pada koordinat 105o 41’40” Bujur Timur hingga 105o 45’30” Bujur Timur dan 5o
06’40” Lintang Selatan hingga 0o40’15” Lintang Selatan dengan luas masing-masing 6
Ha dan 2 Ha.
Sampai dengan tahun 2006 Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 24 kecamatan
definitif dan 246 desa. Pada tahun 2007 terdapat perubahan wilayah administrasi desa
dengan adanya pemekaran desa di beberapa kecamatan, sehingga jumlah Desa di
Kabupaten Lampung Timur menjadi 257 Desa. Berdasarkan Perda Kabupaten Lampung
Timur Nomor 20 Tahun 2007 tentang pembentukan 19 Desa di Kabupaten Lampung
Timur.
Secara administratif tahun 2013 wilayah Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 24
kecamatan definitif dan 267 desa seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2-1 Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Timur
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Luas Area
(Ha) Desa Kelurahan
1 Metro Kibang Margototo 7 - 7.677,83
2 Batanghari Banar Joyo 17 - 14.887,95
3 Sekampung Sumber Gede 17 - 14.834,39
4 Marga Tiga Tanjung Harapan 13 - 25.072,94 5 Sekampung Udik Pugung Raharjo 15 - 33.912,45
6 Jabung Negara Batin 15 - 26.784,54
7 Pasir Sakti Mulyo Sari 8 - 19.393,83
8 Waway Karya Sumberrejo 11 - 21.107,32 9 Marga Sekampung Peniangan 8 - 17.732,34 10 Labuhan Maringgai Labuhan Maringgai 11 - 19.498,73 11 Mataram Baru Mataram Baru 7 - 7.956,11 12 Bandar Sribhawono Sribhawono 7 - 18.570,67
13 Melinting Wana 6 - 13.929,74
14 Gunung Pelindung Negeri Agung 5 - 7.852,25 15 Way Jepara Braja Sakti 16 - 22.926,92 16 Braja Selebah Braja Hajosari 7 - 24.760,68 17 Labuhan Ratu Labuhan Ratu 11 - 48.551,22
18 Sukadana Sukadana 20 5 75.675,50
19 Bumi Agung Donomulyo 7 - 7.317,47
2.1 Wilayah Administrasi
Secara geografis Kabupaten Lampung Timur terletak pada koordinat 105° 15’ BT, 106°
20’ BB, 4° 37’ LS - 5° 37’ LS. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Lampung
Timur adalah 5325,03 KM2dan lautan yang berbatasan dalam jarak 4 mil laut dari garis
pantai kearah laut lepas. Di laut Jawa terdapat pulau-pulau kecil yang termasuk dalam
wilayah Kabupaten Lampung Timur, yaitu pulau Segamat Besar, dan pulau Segamat
Kecil. Secara geografis letak pulau Segamat Besar dan pulau Segamat Kecil berada
pada koordinat 105o 41’40” Bujur Timur hingga 105o 45’30” Bujur Timur dan 5o
06’40” Lintang Selatan hingga 0o40’15” Lintang Selatan dengan luas masing-masing 6
Ha dan 2 Ha.
Sampai dengan tahun 2006 Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 24 kecamatan
definitif dan 246 desa. Pada tahun 2007 terdapat perubahan wilayah administrasi desa
dengan adanya pemekaran desa di beberapa kecamatan, sehingga jumlah Desa di
Kabupaten Lampung Timur menjadi 257 Desa. Berdasarkan Perda Kabupaten Lampung
Timur Nomor 20 Tahun 2007 tentang pembentukan 19 Desa di Kabupaten Lampung
Timur.
Secara administratif tahun 2013 wilayah Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 24
kecamatan definitif dan 267 desa seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2-1 Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Timur
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Luas Area
(Ha) Desa Kelurahan
1 Metro Kibang Margototo 7 - 7.677,83
2 Batanghari Banar Joyo 17 - 14.887,95
3 Sekampung Sumber Gede 17 - 14.834,39
4 Marga Tiga Tanjung Harapan 13 - 25.072,94 5 Sekampung Udik Pugung Raharjo 15 - 33.912,45
6 Jabung Negara Batin 15 - 26.784,54
7 Pasir Sakti Mulyo Sari 8 - 19.393,83
8 Waway Karya Sumberrejo 11 - 21.107,32 9 Marga Sekampung Peniangan 8 - 17.732,34 10 Labuhan Maringgai Labuhan Maringgai 11 - 19.498,73 11 Mataram Baru Mataram Baru 7 - 7.956,11 12 Bandar Sribhawono Sribhawono 7 - 18.570,67
13 Melinting Wana 6 - 13.929,74
14 Gunung Pelindung Negeri Agung 5 - 7.852,25 15 Way Jepara Braja Sakti 16 - 22.926,92 16 Braja Selebah Braja Hajosari 7 - 24.760,68 17 Labuhan Ratu Labuhan Ratu 11 - 48.551,22
18 Sukadana Sukadana 20 5 75.675,50
11
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Luas Area
(Ha) Desa Kelurahan
20 Batanghari Nuban Sukaraja Nuban 13 - 18.068,84 21 Pekalongan Pekalongan 12 - 10.012,81 22 Raman Utara Kota Raman 11 - 16.136,91 23 Purbolinggo Taman Fajar 12 - 22.203,37 24 Way Bungur Tambah Subur 8 - 37.638,19
Jumlah 267 5 532.503,00
Sumber : Lampung Timur dalam Angka, 2013
Secara administratif wilayah Kabupaten Lampung Timur berbatasan dengan :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Putra Rumbia, Kecamatan Seputih
Banyak Kabupaten Lampung Tengah, serta Kecamatan Menggala Kabupaten
Tulang Bawang;
b) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa;
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan
Ketibung, Kecamatan Palas, Kecamatan Tanjung Sari, Kecamatan Merbau
Mataram, Kecamatan Way Sulan dan Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung
Selatan;
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Kecamatan Metro
Selatan, Kecamatan Metro Timur, dan Kecamatan Metro Utara, Kota Metro dan
Kecamatan Punggur serta Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
11
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Luas Area
(Ha) Desa Kelurahan
20 Batanghari Nuban Sukaraja Nuban 13 - 18.068,84 21 Pekalongan Pekalongan 12 - 10.012,81 22 Raman Utara Kota Raman 11 - 16.136,91 23 Purbolinggo Taman Fajar 12 - 22.203,37 24 Way Bungur Tambah Subur 8 - 37.638,19
Jumlah 267 5 532.503,00
Sumber : Lampung Timur dalam Angka, 2013
Secara administratif wilayah Kabupaten Lampung Timur berbatasan dengan :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Putra Rumbia, Kecamatan Seputih
Banyak Kabupaten Lampung Tengah, serta Kecamatan Menggala Kabupaten
Tulang Bawang;
b) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa;
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan
Ketibung, Kecamatan Palas, Kecamatan Tanjung Sari, Kecamatan Merbau
Mataram, Kecamatan Way Sulan dan Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung
Selatan;
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Kecamatan Metro
Selatan, Kecamatan Metro Timur, dan Kecamatan Metro Utara, Kota Metro dan
Kecamatan Punggur serta Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
11
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Luas Area
(Ha) Desa Kelurahan
20 Batanghari Nuban Sukaraja Nuban 13 - 18.068,84 21 Pekalongan Pekalongan 12 - 10.012,81 22 Raman Utara Kota Raman 11 - 16.136,91 23 Purbolinggo Taman Fajar 12 - 22.203,37 24 Way Bungur Tambah Subur 8 - 37.638,19
Jumlah 267 5 532.503,00
Sumber : Lampung Timur dalam Angka, 2013
Secara administratif wilayah Kabupaten Lampung Timur berbatasan dengan :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Putra Rumbia, Kecamatan Seputih
Banyak Kabupaten Lampung Tengah, serta Kecamatan Menggala Kabupaten
Tulang Bawang;
b) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa;
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan
Ketibung, Kecamatan Palas, Kecamatan Tanjung Sari, Kecamatan Merbau
Mataram, Kecamatan Way Sulan dan Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung
Selatan;
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Kecamatan Metro
Selatan, Kecamatan Metro Timur, dan Kecamatan Metro Utara, Kota Metro dan
13
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Lampung Timur
13
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Lampung Timur
13
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Lampung Timur
2.2.1 Topografi
Pada umumnya wilayah Lampung Timur merupakan daerah yang datar dengan
sebagian besar wilayahnya (243.669,80 hektar; 45,76 %) berada pada ketinggian 25-55
meter di atas permukaan laut (mdpl), kecuali Kecamatan Pasir Sakti, Braja Selebah, dan
Bumi Agung yang hanya berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Labuhan Ratu merupakan kecamatan yang paling luas pada ketinggian
25-55 mdpl mencapai 28.150,66 hektar atau setara dengan 11,25-55 % dari total luas area
ketinggian 25-55 mdpl, sedangkan luasan terendah terdapat pada Kecamatan Waway
Karya yaitu 143,68 hektar atau 0,06 %. Peta topografi dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Berdasarkan tabel sebaran tingkat kemiringan lahan, wilayah Kabupaten Lampung
Timur didominasi oleh kelas lereng 3 atau bergelombang dengan kemiringan lereng
8-15 % yaitu seluas 40 % dari luas keseluruhan kabupaten, wilayah landai sebesar 37,23
%, wilayah datar seluas 18,15 % dan wilayah berbukit yaitu seluas 16.039,32 Ha atau
4,62 % dari total luas kabupaten. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2-2 Kemiringan Lahan Kabupaten Lampung Timur
No. Kecamatan
1. Metro Kibang - 987,17 6.690,83 - 7.678
2. Batanghari 1.459,82 8.297,18 5.131,00 - 14.888 3. Sekampung 1.410,08 4.443,04 8.980,88 - 14.834 4. Marga Tiga 1.677,69 8.946,66 13.638,79 809,86 25.073 5. Sekampung Udik 3.227,24 20.813,20 6.979,62 2.891,94 33.912 6. Jabung 13.422,29 10.506,23 2.779,30 77,18 26.785
7. Pasir Sakti 19.394,00 - - - 19.394
8. Waway Karya 5.004,34 12.916,44 3.186,22 - 21.107 9. Marga Sekampung 1.950,94 6.324,17 7.672,52 1.784,37 17.732 10. Labuhan Maringgai 15.376,42 1.055,45 1.783,33 1.283,80 19.499 11. Mataram Baru 4.139,34 1.947,73 1.835,46 33,47 7.956 12. Bandar Sribhawono 1.767,59 1.090,58 12.031,67 3.681,16 18.571 13. Melinting 1.681,87 1.065,54 9.740,65 1.441,94 13.930 14. Gunung Pelindung 3.430,54 585,86 3.835,60 - 7.852 15. Way Jepara 6.551,00 3.637,90 12.738,10 - 22.927 16. Braja Selebah 8.290,69 83,15 16.387,16 - 24.761 17. Labuhan Ratu - 3.955,15 44.582,64 13,21 48.551 18. Sukadana - 36.978,82 35.069,35 3.627,83 75.676
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Lampung Timur
2.2.1 Topografi
Pada umumnya wilayah Lampung Timur merupakan daerah yang datar dengan
sebagian besar wilayahnya (243.669,80 hektar; 45,76 %) berada pada ketinggian 25-55
meter di atas permukaan laut (mdpl), kecuali Kecamatan Pasir Sakti, Braja Selebah, dan
Bumi Agung yang hanya berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Labuhan Ratu merupakan kecamatan yang paling luas pada ketinggian
25-55 mdpl mencapai 28.150,66 hektar atau setara dengan 11,25-55 % dari total luas area
ketinggian 25-55 mdpl, sedangkan luasan terendah terdapat pada Kecamatan Waway
Karya yaitu 143,68 hektar atau 0,06 %. Peta topografi dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Berdasarkan tabel sebaran tingkat kemiringan lahan, wilayah Kabupaten Lampung
Timur didominasi oleh kelas lereng 3 atau bergelombang dengan kemiringan lereng
8-15 % yaitu seluas 40 % dari luas keseluruhan kabupaten, wilayah landai sebesar 37,23
%, wilayah datar seluas 18,15 % dan wilayah berbukit yaitu seluas 16.039,32 Ha atau
4,62 % dari total luas kabupaten. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2-2 Kemiringan Lahan Kabupaten Lampung Timur
No. Kecamatan
1. Metro Kibang - 987,17 6.690,83 - 7.678
2. Batanghari 1.459,82 8.297,18 5.131,00 - 14.888 3. Sekampung 1.410,08 4.443,04 8.980,88 - 14.834 4. Marga Tiga 1.677,69 8.946,66 13.638,79 809,86 25.073 5. Sekampung Udik 3.227,24 20.813,20 6.979,62 2.891,94 33.912 6. Jabung 13.422,29 10.506,23 2.779,30 77,18 26.785
7. Pasir Sakti 19.394,00 - - - 19.394
8. Waway Karya 5.004,34 12.916,44 3.186,22 - 21.107 9. Marga Sekampung 1.950,94 6.324,17 7.672,52 1.784,37 17.732 10. Labuhan Maringgai 15.376,42 1.055,45 1.783,33 1.283,80 19.499 11. Mataram Baru 4.139,34 1.947,73 1.835,46 33,47 7.956 12. Bandar Sribhawono 1.767,59 1.090,58 12.031,67 3.681,16 18.571 13. Melinting 1.681,87 1.065,54 9.740,65 1.441,94 13.930 14. Gunung Pelindung 3.430,54 585,86 3.835,60 - 7.852 15. Way Jepara 6.551,00 3.637,90 12.738,10 - 22.927 16. Braja Selebah 8.290,69 83,15 16.387,16 - 24.761 17. Labuhan Ratu - 3.955,15 44.582,64 13,21 48.551 18. Sukadana - 36.978,82 35.069,35 3.627,83 75.676
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Lampung Timur
2.2.1 Topografi
Pada umumnya wilayah Lampung Timur merupakan daerah yang datar dengan
sebagian besar wilayahnya (243.669,80 hektar; 45,76 %) berada pada ketinggian 25-55
meter di atas permukaan laut (mdpl), kecuali Kecamatan Pasir Sakti, Braja Selebah, dan
Bumi Agung yang hanya berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Labuhan Ratu merupakan kecamatan yang paling luas pada ketinggian
25-55 mdpl mencapai 28.150,66 hektar atau setara dengan 11,25-55 % dari total luas area
ketinggian 25-55 mdpl, sedangkan luasan terendah terdapat pada Kecamatan Waway
Karya yaitu 143,68 hektar atau 0,06 %. Peta topografi dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Berdasarkan tabel sebaran tingkat kemiringan lahan, wilayah Kabupaten Lampung
Timur didominasi oleh kelas lereng 3 atau bergelombang dengan kemiringan lereng
8-15 % yaitu seluas 40 % dari luas keseluruhan kabupaten, wilayah landai sebesar 37,23
%, wilayah datar seluas 18,15 % dan wilayah berbukit yaitu seluas 16.039,32 Ha atau
4,62 % dari total luas kabupaten. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2-2 Kemiringan Lahan Kabupaten Lampung Timur
No. Kecamatan
1. Metro Kibang - 987,17 6.690,83 - 7.678
2. Batanghari 1.459,82 8.297,18 5.131,00 - 14.888 3. Sekampung 1.410,08 4.443,04 8.980,88 - 14.834 4. Marga Tiga 1.677,69 8.946,66 13.638,79 809,86 25.073 5. Sekampung Udik 3.227,24 20.813,20 6.979,62 2.891,94 33.912 6. Jabung 13.422,29 10.506,23 2.779,30 77,18 26.785
7. Pasir Sakti 19.394,00 - - - 19.394
15
19. Bumi Agung - 5.627,97 1.689,03 - 7.317
20. Batanghari Nuban - 11.940,17 5.734,27 394,57 18.069 21. Pekalongan - 6.917,30 3.095,70 - 10.013 22. Raman Utara 120,54 15.642,22 374,24 - 16.137
23. Purbolinggo - 22.137,20 65,80 - 22.203
24. Way Bungur 7.722,59 13.335,99 16.579,42 - 37.638
Jumlah 96.626,99 198.247,95 213.910,74 16.039,32 532.503
Sumber : RTRW Lampung Timur 2011-2031
Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Lampung Timur dibagi dalam 5 (lima) satuan
topografi, yakni :
1. Daerah berbukit sampai bergunung, terdapat di Kecamatan Jabung dan Sukadana
dengan ketinggian rata-rata 1600 meter d.p.l
2. Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit,
dengan kemiringan antara 8 % hingga 15 % dan ketinggian antara 300 meter
sampai 500 meter d.p.l
3. Daerah dataran alluvial, mencakup kawasan yang cukup luas meliputi Lampung
Timur hingga mendekati pantai Timur, juga merupakan bagian hilir dari Way
Seputih dan Way Pangubuan. Ketinggian kawasan ini berkisar antara 25 hingga 75
meter d.p.l dengan kemiringan 0% hingga 3%.
4. Dataran rawa pasang surut di sepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0.5 hingga
1 meter d.p.l
5. Daerah aliran sungai, yaitu Seputih, Sekampung, dan Way Jepara
15
19. Bumi Agung - 5.627,97 1.689,03 - 7.317
20. Batanghari Nuban - 11.940,17 5.734,27 394,57 18.069 21. Pekalongan - 6.917,30 3.095,70 - 10.013 22. Raman Utara 120,54 15.642,22 374,24 - 16.137
23. Purbolinggo - 22.137,20 65,80 - 22.203
24. Way Bungur 7.722,59 13.335,99 16.579,42 - 37.638
Jumlah 96.626,99 198.247,95 213.910,74 16.039,32 532.503
Sumber : RTRW Lampung Timur 2011-2031
Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Lampung Timur dibagi dalam 5 (lima) satuan
topografi, yakni :
1. Daerah berbukit sampai bergunung, terdapat di Kecamatan Jabung dan Sukadana
dengan ketinggian rata-rata 1600 meter d.p.l
2. Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit,
dengan kemiringan antara 8 % hingga 15 % dan ketinggian antara 300 meter
sampai 500 meter d.p.l
3. Daerah dataran alluvial, mencakup kawasan yang cukup luas meliputi Lampung
Timur hingga mendekati pantai Timur, juga merupakan bagian hilir dari Way
Seputih dan Way Pangubuan. Ketinggian kawasan ini berkisar antara 25 hingga 75
meter d.p.l dengan kemiringan 0% hingga 3%.
4. Dataran rawa pasang surut di sepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0.5 hingga
1 meter d.p.l
5. Daerah aliran sungai, yaitu Seputih, Sekampung, dan Way Jepara
15
19. Bumi Agung - 5.627,97 1.689,03 - 7.317
20. Batanghari Nuban - 11.940,17 5.734,27 394,57 18.069 21. Pekalongan - 6.917,30 3.095,70 - 10.013 22. Raman Utara 120,54 15.642,22 374,24 - 16.137
23. Purbolinggo - 22.137,20 65,80 - 22.203
24. Way Bungur 7.722,59 13.335,99 16.579,42 - 37.638
Jumlah 96.626,99 198.247,95 213.910,74 16.039,32 532.503
Sumber : RTRW Lampung Timur 2011-2031
Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Lampung Timur dibagi dalam 5 (lima) satuan
topografi, yakni :
1. Daerah berbukit sampai bergunung, terdapat di Kecamatan Jabung dan Sukadana
dengan ketinggian rata-rata 1600 meter d.p.l
2. Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit,
dengan kemiringan antara 8 % hingga 15 % dan ketinggian antara 300 meter
sampai 500 meter d.p.l
3. Daerah dataran alluvial, mencakup kawasan yang cukup luas meliputi Lampung
Timur hingga mendekati pantai Timur, juga merupakan bagian hilir dari Way
Seputih dan Way Pangubuan. Ketinggian kawasan ini berkisar antara 25 hingga 75
meter d.p.l dengan kemiringan 0% hingga 3%.
4. Dataran rawa pasang surut di sepanjang pantai Timur dengan ketinggian 0.5 hingga
1 meter d.p.l
17
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.2.2 Geohidrologi
Sumber pemenuhan kebutuhan akan air bersih maupun untuk keperluan irigasi lahan
pertanian di Kabupaten Lampung Timur, mencakup air permukaan berupa sungai dan
sumber mata air. Keadaan hidrologi wilayah Kabupaten Lampung Timur dicirikan
dengan adanya air permukaan berupa sungai dan anak sungainya, serta adanya air
tanah yaitu berupa pemanfaatan sumur-sumur timba, sumur pompa dan sebagainya.
Iklim, geofisik, vegetasi merupakan fungsi hidrologi suatu wilayah, artinya ikut
menentukan perilaku air di suatu wilayah yang menampungnya.
Batas Daerah Aliran Sungai ditunjukkan oleh garis kontur, yaitu garis yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama, sedangkan pola
aliran ditunjukkan oleh topografi atau bentuk permukaan bumi. Dengan pola aliran
dan bentuk lahan dapat dilakukan analisa tipe drainase dan distribusi wilayah
tangkapan air. Batas daerah aliran dapat ditarik melalui batas pinggir atau punggung
bukit pada suatu sistem sungai.
1) Air Permukaan (DAS)
Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau dari kajian
Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam yang dibatasi
oleh pemisah alami berupa topografi perbukitan/pegunungan dan berfungsi
mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke
sungai utama yang akhirnya bermuara pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten
Lampung Timur terdapat 37 sungai dan 2 (dua) DAS. Namun wilayah kabupaten
Lampung Timur merupakan penerima, sedangkan hulu sungai berada di
kabupaten lain.
Karakter hidrologi wilayah Kabupaten Lampung Timur ditunjukkan oleh pola
hidrologi/drainase wilayah. Pola aliran drainase menunjukkan arah aliran yang
masing-masing menuju ke sungai-sungai utama yang melintasi dan di sekitar
wilayah Kabupaten Lampung Timur, yang selanjutnya dapat disebut sebagai sistem
hidrologi/drainase wilayah. Sungai utama yang melalui Kabupaten Lampung Timur
adalah Way Sekampung dan Way Seputih dengan anak sungainya yang tersebar di
beberapa kecamatan yang sebagian besar sepanjang tahunnya terus menerus
mengalir ke arah Timur.
17
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.2.2 Geohidrologi
Sumber pemenuhan kebutuhan akan air bersih maupun untuk keperluan irigasi lahan
pertanian di Kabupaten Lampung Timur, mencakup air permukaan berupa sungai dan
sumber mata air. Keadaan hidrologi wilayah Kabupaten Lampung Timur dicirikan
dengan adanya air permukaan berupa sungai dan anak sungainya, serta adanya air
tanah yaitu berupa pemanfaatan sumur-sumur timba, sumur pompa dan sebagainya.
Iklim, geofisik, vegetasi merupakan fungsi hidrologi suatu wilayah, artinya ikut
menentukan perilaku air di suatu wilayah yang menampungnya.
Batas Daerah Aliran Sungai ditunjukkan oleh garis kontur, yaitu garis yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama, sedangkan pola
aliran ditunjukkan oleh topografi atau bentuk permukaan bumi. Dengan pola aliran
dan bentuk lahan dapat dilakukan analisa tipe drainase dan distribusi wilayah
tangkapan air. Batas daerah aliran dapat ditarik melalui batas pinggir atau punggung
bukit pada suatu sistem sungai.
1) Air Permukaan (DAS)
Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau dari kajian
Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam yang dibatasi
oleh pemisah alami berupa topografi perbukitan/pegunungan dan berfungsi
mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke
sungai utama yang akhirnya bermuara pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten
Lampung Timur terdapat 37 sungai dan 2 (dua) DAS. Namun wilayah kabupaten
Lampung Timur merupakan penerima, sedangkan hulu sungai berada di
kabupaten lain.
Karakter hidrologi wilayah Kabupaten Lampung Timur ditunjukkan oleh pola
hidrologi/drainase wilayah. Pola aliran drainase menunjukkan arah aliran yang
masing-masing menuju ke sungai-sungai utama yang melintasi dan di sekitar
wilayah Kabupaten Lampung Timur, yang selanjutnya dapat disebut sebagai sistem
hidrologi/drainase wilayah. Sungai utama yang melalui Kabupaten Lampung Timur
adalah Way Sekampung dan Way Seputih dengan anak sungainya yang tersebar di
beberapa kecamatan yang sebagian besar sepanjang tahunnya terus menerus
mengalir ke arah Timur.
17
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.2.2 Geohidrologi
Sumber pemenuhan kebutuhan akan air bersih maupun untuk keperluan irigasi lahan
pertanian di Kabupaten Lampung Timur, mencakup air permukaan berupa sungai dan
sumber mata air. Keadaan hidrologi wilayah Kabupaten Lampung Timur dicirikan
dengan adanya air permukaan berupa sungai dan anak sungainya, serta adanya air
tanah yaitu berupa pemanfaatan sumur-sumur timba, sumur pompa dan sebagainya.
Iklim, geofisik, vegetasi merupakan fungsi hidrologi suatu wilayah, artinya ikut
menentukan perilaku air di suatu wilayah yang menampungnya.
Batas Daerah Aliran Sungai ditunjukkan oleh garis kontur, yaitu garis yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama, sedangkan pola
aliran ditunjukkan oleh topografi atau bentuk permukaan bumi. Dengan pola aliran
dan bentuk lahan dapat dilakukan analisa tipe drainase dan distribusi wilayah
tangkapan air. Batas daerah aliran dapat ditarik melalui batas pinggir atau punggung
bukit pada suatu sistem sungai.
1) Air Permukaan (DAS)
Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau dari kajian
Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam yang dibatasi
oleh pemisah alami berupa topografi perbukitan/pegunungan dan berfungsi
mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke
sungai utama yang akhirnya bermuara pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten
Lampung Timur terdapat 37 sungai dan 2 (dua) DAS. Namun wilayah kabupaten
Lampung Timur merupakan penerima, sedangkan hulu sungai berada di
kabupaten lain.
Karakter hidrologi wilayah Kabupaten Lampung Timur ditunjukkan oleh pola
hidrologi/drainase wilayah. Pola aliran drainase menunjukkan arah aliran yang
masing-masing menuju ke sungai-sungai utama yang melintasi dan di sekitar
wilayah Kabupaten Lampung Timur, yang selanjutnya dapat disebut sebagai sistem
hidrologi/drainase wilayah. Sungai utama yang melalui Kabupaten Lampung Timur
adalah Way Sekampung dan Way Seputih dengan anak sungainya yang tersebar di
beberapa kecamatan yang sebagian besar sepanjang tahunnya terus menerus
Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lampung Timur antara lain:
a) Pola aliran dendritik, yaitu pola aliran berbentuk seperti pohon.
b) Pola aliran trellis, yaitu pola aliran pada beberapa sungai yang mendapat
tambahan air dari anak sungainya, di mana arah alirannya tegak lurus pada
sungai tersebut.
Gambar 2.4 Pola Aliran Sungai di Kabupaten Lampung Timur
2) Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Volumenya
tergantung pada:
a) jumlah curah hujan.
b) lama curah hujan.
c) tingkat curah hujan.
d) lereng daratan.
e) derajat permeabilitas, yaitu ukuran kemampuan bahan untuk ditembus air.
f) porositas, yaitu persen volume ruang suatu bahan yang kosong.
g) penutupan vegetasi dipermukaan bumi.
Klasifikasi air tanah dibedakan menjadi zona penjenuhan dan zona aerasi. Air hujan
yang merembes ke bawah akhirnya mencapai zona penjenuhan, yaitu zona dimana
semua pori-pori batuan berisi air. Batas zona penjenuhan disebut meja air atau muka
air tanah. Zona tak jenuh di atas meja air dinamakan zona aerasi yaitu zona dimana
pori-pori tanah hanya sebagian atau bahkan tidak terisi air. Sumur artesis terjadi ketika Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lampung Timur antara lain:
a) Pola aliran dendritik, yaitu pola aliran berbentuk seperti pohon.
b) Pola aliran trellis, yaitu pola aliran pada beberapa sungai yang mendapat
tambahan air dari anak sungainya, di mana arah alirannya tegak lurus pada
sungai tersebut.
Gambar 2.4 Pola Aliran Sungai di Kabupaten Lampung Timur
2) Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Volumenya
tergantung pada:
a) jumlah curah hujan.
b) lama curah hujan.
c) tingkat curah hujan.
d) lereng daratan.
e) derajat permeabilitas, yaitu ukuran kemampuan bahan untuk ditembus air.
f) porositas, yaitu persen volume ruang suatu bahan yang kosong.
g) penutupan vegetasi dipermukaan bumi.
Klasifikasi air tanah dibedakan menjadi zona penjenuhan dan zona aerasi. Air hujan
yang merembes ke bawah akhirnya mencapai zona penjenuhan, yaitu zona dimana
semua pori-pori batuan berisi air. Batas zona penjenuhan disebut meja air atau muka
air tanah. Zona tak jenuh di atas meja air dinamakan zona aerasi yaitu zona dimana
pori-pori tanah hanya sebagian atau bahkan tidak terisi air. Sumur artesis terjadi ketika
Po
Pola al
Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Lampung Timur antara lain:
a) Pola aliran dendritik, yaitu pola aliran berbentuk seperti pohon.
b) Pola aliran trellis, yaitu pola aliran pada beberapa sungai yang mendapat
tambahan air dari anak sungainya, di mana arah alirannya tegak lurus pada
sungai tersebut.
Gambar 2.4 Pola Aliran Sungai di Kabupaten Lampung Timur
2) Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Volumenya
tergantung pada:
a) jumlah curah hujan.
b) lama curah hujan.
c) tingkat curah hujan.
d) lereng daratan.
e) derajat permeabilitas, yaitu ukuran kemampuan bahan untuk ditembus air.
f) porositas, yaitu persen volume ruang suatu bahan yang kosong.
g) penutupan vegetasi dipermukaan bumi.
Klasifikasi air tanah dibedakan menjadi zona penjenuhan dan zona aerasi. Air hujan
yang merembes ke bawah akhirnya mencapai zona penjenuhan, yaitu zona dimana
semua pori-pori batuan berisi air. Batas zona penjenuhan disebut meja air atau muka
air tanah. Zona tak jenuh di atas meja air dinamakan zona aerasi yaitu zona dimana
pori-pori tanah hanya sebagian atau bahkan tidak terisi air. Sumur artesis terjadi ketika
Pola aliran trellis
19
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
aquifer (suatu lapisan batuan dimana air tanah dapat bergerak) yang berpangkal dari
tempat yang tinggi berada di antara dua lapisan batuan kedap air yang miring. Jika
dilakukan pengeboran pada tempat yang rendah, perbedaan ketinggian pangkal
aquifer ini menyebabkan terjadi beda potensial yang besar, yang dapat mendorong air
memancar keluar dengan kuat.
19
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
aquifer (suatu lapisan batuan dimana air tanah dapat bergerak) yang berpangkal dari
tempat yang tinggi berada di antara dua lapisan batuan kedap air yang miring. Jika
dilakukan pengeboran pada tempat yang rendah, perbedaan ketinggian pangkal
aquifer ini menyebabkan terjadi beda potensial yang besar, yang dapat mendorong air
memancar keluar dengan kuat.
19
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
aquifer (suatu lapisan batuan dimana air tanah dapat bergerak) yang berpangkal dari
tempat yang tinggi berada di antara dua lapisan batuan kedap air yang miring. Jika
dilakukan pengeboran pada tempat yang rendah, perbedaan ketinggian pangkal
aquifer ini menyebabkan terjadi beda potensial yang besar, yang dapat mendorong air
2121 KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.2.3 Geologi
Seluruh wilayah Kabupaten Lampung Timur berbentuk bentang alam rendah dan
menggelombang lemah. Bentang alam datar, khususnya daerah sungai-sungai
bermeander, sesuai untuk endapan aluvium kuarter. Daerah bertimbulan rendah
rendah sampai sedang, dengan bukit bukit bulat menggelombang sesuai untuk satuan
sedimen yang berumur tersier dan kuarter.
Tabel 4-2Susunan Stratigrafi Wilayah Kabupaten Lampung Timur
Batuan Kuarter
(Qai) Alluvium :
bongkah, kerikil, pasir, tanah, lumpur, dan lempung
(Qbs) Basalt Sukadana :
basal berongga
(Qak) Pasir Kuarsa :
pasir kuarsa halus
(Qs) Endapan Rawa:
pasir, lanau, lumpur, lempung, mengandung sisa tanaman Batuan Tersier
(Qpt) Formasi Terbanggi :
batu pasir dengan sisipan batu lempung
(Qti) Formasi Lampung : tuffa berbatu apung, tuffa riolotik, batu
lempung tufaan, dan batu pasir tufaan Sumber : RTRW Lampung Timur 2011-2031
Struktur geologi penyusun lapisan batuan di Kabupaten Lampung Timur didominasi
oleh batuan sedimen. Berdasarkan struktur geologinya Kabupaten Lampung Timur
dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Endapan permukaan (aluvium) seluas 73.470,58 hektar (13,79% luas wilayah) yang terdiri dari dataran rawa pasang surut yang terbentuk dari sedimen holosen
yang mengandung liat marine, endapan sungai dan rawa serta endapan pasir
pantai. Karakteristik geologi ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Pasir Sakti
(18.869,23 hektar) yang berada di daerah pesisir dan muara sungai.
2. Batuan gunung api (Formasi Lampung) yang terbentuk dari endapan gunung api (Qhw), tufa Lampung (Qlv), dan andesit tua (Tov). Formasi batuan gunung api ini
seluas 122.405,34 hektar (22,98% luas wilayah), meliputi hampir seluruh daerah
Kabupaten Lampung Timur dimulai dari bagian Barat hingga Timur berbatasan
dengan endapan holosen. Luas terbesar terdapat pada Kecamatan Labuhan Ratu
2121 KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.2.3 Geologi
Seluruh wilayah Kabupaten Lampung Timur berbentuk bentang alam rendah dan
menggelombang lemah. Bentang alam datar, khususnya daerah sungai-sungai
bermeander, sesuai untuk endapan aluvium kuarter. Daerah bertimbulan rendah
rendah sampai sedang, dengan bukit bukit bulat menggelombang sesuai untuk satuan
sedimen yang berumur tersier dan kuarter.
Tabel 4-2Susunan Stratigrafi Wilayah Kabupaten Lampung Timur
Batuan Kuarter
(Qai) Alluvium :
bongkah, kerikil, pasir, tanah, lumpur, dan lempung
(Qbs) Basalt Sukadana :
basal berongga
(Qak) Pasir Kuarsa :
pasir kuarsa halus
(Qs) Endapan Rawa:
pasir, lanau, lumpur, lempung, mengandung sisa tanaman Batuan Tersier
(Qpt) Formasi Terbanggi :
batu pasir dengan sisipan batu lempung
(Qti) Formasi Lampung : tuffa berbatu apung, tuffa riolotik, batu
lempung tufaan, dan batu pasir tufaan Sumber : RTRW Lampung Timur 2011-2031
Struktur geologi penyusun lapisan batuan di Kabupaten Lampung Timur didominasi
oleh batuan sedimen. Berdasarkan struktur geologinya Kabupaten Lampung Timur
dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Endapan permukaan (aluvium) seluas 73.470,58 hektar (13,79% luas wilayah) yang terdiri dari dataran rawa pasang surut yang terbentuk dari sedimen holosen
yang mengandung liat marine, endapan sungai dan rawa serta endapan pasir
pantai. Karakteristik geologi ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Pasir Sakti
(18.869,23 hektar) yang berada di daerah pesisir dan muara sungai.
2. Batuan gunung api (Formasi Lampung) yang terbentuk dari endapan gunung api (Qhw), tufa Lampung (Qlv), dan andesit tua (Tov). Formasi batuan gunung api ini
seluas 122.405,34 hektar (22,98% luas wilayah), meliputi hampir seluruh daerah
Kabupaten Lampung Timur dimulai dari bagian Barat hingga Timur berbatasan
dengan endapan holosen. Luas terbesar terdapat pada Kecamatan Labuhan Ratu
2121 KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.2.3 Geologi
Seluruh wilayah Kabupaten Lampung Timur berbentuk bentang alam rendah dan
menggelombang lemah. Bentang alam datar, khususnya daerah sungai-sungai
bermeander, sesuai untuk endapan aluvium kuarter. Daerah bertimbulan rendah
rendah sampai sedang, dengan bukit bukit bulat menggelombang sesuai untuk satuan
sedimen yang berumur tersier dan kuarter.
Tabel 4-2Susunan Stratigrafi Wilayah Kabupaten Lampung Timur
Batuan Kuarter
(Qai) Alluvium :
bongkah, kerikil, pasir, tanah, lumpur, dan lempung
(Qbs) Basalt Sukadana :
basal berongga
(Qak) Pasir Kuarsa :
pasir kuarsa halus
(Qs) Endapan Rawa:
pasir, lanau, lumpur, lempung, mengandung sisa tanaman Batuan Tersier
(Qpt) Formasi Terbanggi :
batu pasir dengan sisipan batu lempung
(Qti) Formasi Lampung : tuffa berbatu apung, tuffa riolotik, batu
lempung tufaan, dan batu pasir tufaan Sumber : RTRW Lampung Timur 2011-2031
Struktur geologi penyusun lapisan batuan di Kabupaten Lampung Timur didominasi
oleh batuan sedimen. Berdasarkan struktur geologinya Kabupaten Lampung Timur
dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Endapan permukaan (aluvium) seluas 73.470,58 hektar (13,79% luas wilayah) yang terdiri dari dataran rawa pasang surut yang terbentuk dari sedimen holosen
yang mengandung liat marine, endapan sungai dan rawa serta endapan pasir
pantai. Karakteristik geologi ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Pasir Sakti
(18.869,23 hektar) yang berada di daerah pesisir dan muara sungai.
2. Batuan gunung api (Formasi Lampung) yang terbentuk dari endapan gunung api (Qhw), tufa Lampung (Qlv), dan andesit tua (Tov). Formasi batuan gunung api ini
seluas 122.405,34 hektar (22,98% luas wilayah), meliputi hampir seluruh daerah
Kabupaten Lampung Timur dimulai dari bagian Barat hingga Timur berbatasan
yakni 33.340,90 hektar dan luas terkecil pada Kecamatan Raman Utara (22,26
hektar).
3. Batuan sedimen (Formasi Terbanggi)yang terdiri dari batuan gamping koral (Qg), formasi Telisa (Tmtp), sebagian besar formasi Baturaja (Tmbg) dan formasi
Lingsing (Kls). Formasi ini seluas 173.181,19 hektar (32,52% luas wilayah) berarti
bahwa batuan sedimen banyak terdapat di sebagian besar di bagian Utara dan
sedikit Selatan, dengan dominasinya terdapat di Kecamatan Way Bungur (37.638
hektar).
4. Batuan beku (Basalt Sukadana)yang terbentuk dari basalt Sukadana (Qb), batuan
terobosan miosen seperti granit (Tmgr) dan granodiorit (Tmgd). Formasi batuan
beku Kabupaten Lampung Timur seluas 163.445,9 hektar (30.69% luas wilayah),
yang artinya hampir seluruh wilayah kabupaten secara geologi batuan
penyusunnya adalah Basal Sukadana, dengan luas terbesar terdapat di Kecamatan
Sukadana (27.528,42 hektar) dan luasan terkecil terdapat di Kecamatan Waway
Karya (75,77hektar).
Untuk data tentang endapan mineral di Kabupaten Lampung Timur belum tersedia
dengan lengkap, sehingga potensi dari endapan bahan tambang tersebut belum
diketahui dengan pasti. Dari literatur dan Peta Geologi Daerah Kabupaten Lampung
Timur dapat diidentifikasi bahan-bahan tambang sebagai berikut :
a) Minyak Bumi
Minyak bumi yang terdapat dalam lapisan Palembang-bed berakumulasi sebagai
lanjutan dari endapan minyak bumi di sekitar Palembang, yakni di sebelah Timur
Laut Propinsi Lampung, Mesuji, Menggala, Kotabumi, dan Sukadana. Penyelidikan
yang dilakukan oleh Pertamina belum memastikan besaran potensi minyak bumi
serta kemungkinan terdapatnya sumber di lepas pantai Timur lampung.
b) Mineral Besi
Berakumulasi dengan mineral-mineral dari basal Sukadana akibat proses
hidrotermal pada bagian kontak plateau basal Sukadana, terdapat di Kecamatan
Sukadana sebelah Timur dan dekat Labuhan Maringgai.
c) Pasir Kuarsa
Terdapat di wilayah Jabung, Pasir Sakti, Labuhan Maringgai dan Way Jepara
yakni 33.340,90 hektar dan luas terkecil pada Kecamatan Raman Utara (22,26
hektar).
3. Batuan sedimen (Formasi Terbanggi)yang terdiri dari batuan gamping koral (Qg), formasi Telisa (Tmtp), sebagian besar formasi Baturaja (Tmbg) dan formasi
Lingsing (Kls). Formasi ini seluas 173.181,19 hektar (32,52% luas wilayah) berarti
bahwa batuan sedimen banyak terdapat di sebagian besar di bagian Utara dan
sedikit Selatan, dengan dominasinya terdapat di Kecamatan Way Bungur (37.638
hektar).
4. Batuan beku (Basalt Sukadana)yang terbentuk dari basalt Sukadana (Qb), batuan
terobosan miosen seperti granit (Tmgr) dan granodiorit (Tmgd). Formasi batuan
beku Kabupaten Lampung Timur seluas 163.445,9 hektar (30.69% luas wilayah),
yang artinya hampir seluruh wilayah kabupaten secara geologi batuan
penyusunnya adalah Basal Sukadana, dengan luas terbesar terdapat di Kecamatan
Sukadana (27.528,42 hektar) dan luasan terkecil terdapat di Kecamatan Waway
Karya (75,77hektar).
Untuk data tentang endapan mineral di Kabupaten Lampung Timur belum tersedia
dengan lengkap, sehingga potensi dari endapan bahan tambang tersebut belum
diketahui dengan pasti. Dari literatur dan Peta Geologi Daerah Kabupaten Lampung
Timur dapat diidentifikasi bahan-bahan tambang sebagai berikut :
a) Minyak Bumi
Minyak bumi yang terdapat dalam lapisan Palembang-bed berakumulasi sebagai
lanjutan dari endapan minyak bumi di sekitar Palembang, yakni di sebelah Timur
Laut Propinsi Lampung, Mesuji, Menggala, Kotabumi, dan Sukadana. Penyelidikan
yang dilakukan oleh Pertamina belum memastikan besaran potensi minyak bumi
serta kemungkinan terdapatnya sumber di lepas pantai Timur lampung.
b) Mineral Besi
Berakumulasi dengan mineral-mineral dari basal Sukadana akibat proses
hidrotermal pada bagian kontak plateau basal Sukadana, terdapat di Kecamatan
Sukadana sebelah Timur dan dekat Labuhan Maringgai.
c) Pasir Kuarsa
Terdapat di wilayah Jabung, Pasir Sakti, Labuhan Maringgai dan Way Jepara
yakni 33.340,90 hektar dan luas terkecil pada Kecamatan Raman Utara (22,26
hektar).
3. Batuan sedimen (Formasi Terbanggi)yang terdiri dari batuan gamping koral (Qg), formasi Telisa (Tmtp), sebagian besar formasi Baturaja (Tmbg) dan formasi
Lingsing (Kls). Formasi ini seluas 173.181,19 hektar (32,52% luas wilayah) berarti
bahwa batuan sedimen banyak terdapat di sebagian besar di bagian Utara dan
sedikit Selatan, dengan dominasinya terdapat di Kecamatan Way Bungur (37.638
hektar).
4. Batuan beku (Basalt Sukadana)yang terbentuk dari basalt Sukadana (Qb), batuan
terobosan miosen seperti granit (Tmgr) dan granodiorit (Tmgd). Formasi batuan
beku Kabupaten Lampung Timur seluas 163.445,9 hektar (30.69% luas wilayah),
yang artinya hampir seluruh wilayah kabupaten secara geologi batuan
penyusunnya adalah Basal Sukadana, dengan luas terbesar terdapat di Kecamatan
Sukadana (27.528,42 hektar) dan luasan terkecil terdapat di Kecamatan Waway
Karya (75,77hektar).
Untuk data tentang endapan mineral di Kabupaten Lampung Timur belum tersedia
dengan lengkap, sehingga potensi dari endapan bahan tambang tersebut belum
diketahui dengan pasti. Dari literatur dan Peta Geologi Daerah Kabupaten Lampung
Timur dapat diidentifikasi bahan-bahan tambang sebagai berikut :
a) Minyak Bumi
Minyak bumi yang terdapat dalam lapisan Palembang-bed berakumulasi sebagai
lanjutan dari endapan minyak bumi di sekitar Palembang, yakni di sebelah Timur
Laut Propinsi Lampung, Mesuji, Menggala, Kotabumi, dan Sukadana. Penyelidikan
yang dilakukan oleh Pertamina belum memastikan besaran potensi minyak bumi
serta kemungkinan terdapatnya sumber di lepas pantai Timur lampung.
b) Mineral Besi
Berakumulasi dengan mineral-mineral dari basal Sukadana akibat proses
hidrotermal pada bagian kontak plateau basal Sukadana, terdapat di Kecamatan
Sukadana sebelah Timur dan dekat Labuhan Maringgai.
c) Pasir Kuarsa
23
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
d) Sirtu
Terdapat di Kecamatan Way Jepara, Purbolinggo, Sukadana, Sekampung, dan
Labuhan Maringgai
e) Bahan Bangunan Basal
Terdapat di Sukadana, Gedong Dalam, Sekampung, Negeri Jemanten, Way Jepara,
Labuhan Maringgai, Mataram Baru, dan Jabung.
2.2.4 Klimatologi
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Kabupaten Lampung Timur hanya mengenal dua
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim di daerah Kabupaten Lampung
Timur berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan
dengan adanya bulan basah selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember hingga Juni
dengan temperatur udara rata-rata mencapai 24ºC – 34ºC.
Angin berhembus dari arah Selatan selama bulan Mei sampai September, dan dari arah
yang berlawanan selama bulan November sampai Maret. Gelombang besar di Pantai
Timur terjadi pada bulan Juni-November. Tinggi gelombang berkisar antara 0,50 - 1,00
meter.
Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Lampung Timur berkisar antara
2.000-3.000 mm. Curah hujan 2.000 – 2.500 mm pertahun terjadi di Kecamatan Jabung
bagian selatan, Sekampung Udik, Marga Tiga, Way Jepara, bagian selatan Kecamatan
Sukadana, Raman Utara, dan Purbolinggo; sedang curah hujan sebesar 2.500-3.000
mm pertahun terjadi di sebagian besar Kecamatan Jabung, Kecamatan Labuhan
Maringgai, Metro Kibang, Batanghari, Pekalongan, Sekampung, Sukadana, dan bagian
utara Kecamatan Raman Utara.
23
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
d) Sirtu
Terdapat di Kecamatan Way Jepara, Purbolinggo, Sukadana, Sekampung, dan
Labuhan Maringgai
e) Bahan Bangunan Basal
Terdapat di Sukadana, Gedong Dalam, Sekampung, Negeri Jemanten, Way Jepara,
Labuhan Maringgai, Mataram Baru, dan Jabung.
2.2.4 Klimatologi
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Kabupaten Lampung Timur hanya mengenal dua
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim di daerah Kabupaten Lampung
Timur berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan
dengan adanya bulan basah selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember hingga Juni
dengan temperatur udara rata-rata mencapai 24ºC – 34ºC.
Angin berhembus dari arah Selatan selama bulan Mei sampai September, dan dari arah
yang berlawanan selama bulan November sampai Maret. Gelombang besar di Pantai
Timur terjadi pada bulan Juni-November. Tinggi gelombang berkisar antara 0,50 - 1,00
meter.
Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Lampung Timur berkisar antara
2.000-3.000 mm. Curah hujan 2.000 – 2.500 mm pertahun terjadi di Kecamatan Jabung
bagian selatan, Sekampung Udik, Marga Tiga, Way Jepara, bagian selatan Kecamatan
Sukadana, Raman Utara, dan Purbolinggo; sedang curah hujan sebesar 2.500-3.000
mm pertahun terjadi di sebagian besar Kecamatan Jabung, Kecamatan Labuhan
Maringgai, Metro Kibang, Batanghari, Pekalongan, Sekampung, Sukadana, dan bagian
utara Kecamatan Raman Utara.
23
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
d) Sirtu
Terdapat di Kecamatan Way Jepara, Purbolinggo, Sukadana, Sekampung, dan
Labuhan Maringgai
e) Bahan Bangunan Basal
Terdapat di Sukadana, Gedong Dalam, Sekampung, Negeri Jemanten, Way Jepara,
Labuhan Maringgai, Mataram Baru, dan Jabung.
2.2.4 Klimatologi
Sebagaimana daerah tropis lainnya, Kabupaten Lampung Timur hanya mengenal dua
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim di daerah Kabupaten Lampung
Timur berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan
dengan adanya bulan basah selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember hingga Juni
dengan temperatur udara rata-rata mencapai 24ºC – 34ºC.
Angin berhembus dari arah Selatan selama bulan Mei sampai September, dan dari arah
yang berlawanan selama bulan November sampai Maret. Gelombang besar di Pantai
Timur terjadi pada bulan Juni-November. Tinggi gelombang berkisar antara 0,50 - 1,00
meter.
Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Lampung Timur berkisar antara
2.000-3.000 mm. Curah hujan 2.000 – 2.500 mm pertahun terjadi di Kecamatan Jabung
bagian selatan, Sekampung Udik, Marga Tiga, Way Jepara, bagian selatan Kecamatan
Sukadana, Raman Utara, dan Purbolinggo; sedang curah hujan sebesar 2.500-3.000
mm pertahun terjadi di sebagian besar Kecamatan Jabung, Kecamatan Labuhan
Maringgai, Metro Kibang, Batanghari, Pekalongan, Sekampung, Sukadana, dan bagian
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) 5 Juni 2008
Gambar 2.6 Arah Angin di Kabupaten Lampung Timur
Tabel 2-3 Curah Hujan Kab. Lampung Timur Tahun 2008 - 2013
Bulan Curah hujan (mm)
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Januari 177 459 290 290 311 411 Februari 249 297 217 217 378 441 Maret 264 291 249 249 345 374 April 180 179 180 180 166 163
Mei 160 106 135 135 85 76
Juni 75 58 103 103 86 94
Juli 28 109 100 100 45 70
Agustus 21 26 94 94 2 3
September 114 33 34 34 2 1
Oktober 145 46 75 75 13 10
Nopember 143 112 100 100 55 44 Desember 271 282 131 131 170 162 Rata-rata 152 167 142 142 138 154
Curah Hujan 147 159 161 142 141 150
Sumber : Kabupaten Lampung Timur dalam Angka, 2013
Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan
penyinaran matahari pada tiap bulannya. Rata-rata intensitas penyinaran matahari di
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) 5 Juni 2008
Gambar 2.6 Arah Angin di Kabupaten Lampung Timur
Tabel 2-3 Curah Hujan Kab. Lampung Timur Tahun 2008 - 2013
Bulan Curah hujan (mm)
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Januari 177 459 290 290 311 411 Februari 249 297 217 217 378 441 Maret 264 291 249 249 345 374 April 180 179 180 180 166 163
Mei 160 106 135 135 85 76
Juni 75 58 103 103 86 94
Juli 28 109 100 100 45 70
Agustus 21 26 94 94 2 3
September 114 33 34 34 2 1
Oktober 145 46 75 75 13 10
Nopember 143 112 100 100 55 44 Desember 271 282 131 131 170 162 Rata-rata 152 167 142 142 138 154
Curah Hujan 147 159 161 142 141 150
Sumber : Kabupaten Lampung Timur dalam Angka, 2013
Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan
penyinaran matahari pada tiap bulannya. Rata-rata intensitas penyinaran matahari di
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) 5 Juni 2008
Gambar 2.6 Arah Angin di Kabupaten Lampung Timur
Tabel 2-3 Curah Hujan Kab. Lampung Timur Tahun 2008 - 2013
Bulan Curah hujan (mm)
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Januari 177 459 290 290 311 411 Februari 249 297 217 217 378 441 Maret 264 291 249 249 345 374 April 180 179 180 180 166 163
Mei 160 106 135 135 85 76
Juni 75 58 103 103 86 94
Juli 28 109 100 100 45 70
Agustus 21 26 94 94 2 3
September 114 33 34 34 2 1
Oktober 145 46 75 75 13 10
Nopember 143 112 100 100 55 44 Desember 271 282 131 131 170 162 Rata-rata 152 167 142 142 138 154
Curah Hujan 147 159 161 142 141 150
Sumber : Kabupaten Lampung Timur dalam Angka, 2013
Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan
25
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Kabupaten Lampung Timur selama 2008-2013 berkisar 55,42-63,68 % tiap tahunnya
hal ini berarti efektifitas lama penyinaran yang terjadi di Kabupaten Lampung Timur
berkisar 17-19 hari tiap bulannya. Dalam lima tahun terakhir, intensitas penyinaran
terendah terjadi pada tahun 2011 dan tertinggi pada tahun 2009. Intensitas
penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Oktober tahun 2010 sebesar 92,6 %. Hal ini
berarti pada bulan Oktober, hampir satu bulan penuh mendapat penyinaran matahari.
Sebaliknya pada bulan Januari 2013 intensitas penyinarannya berada pada titik
terendah yaitu 31,1 % setara dengan efektivitas 10 hari penyinaran matahari. Peta
curah hujan dapat dilihat pada Gambar 4.8.
25
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Kabupaten Lampung Timur selama 2008-2013 berkisar 55,42-63,68 % tiap tahunnya
hal ini berarti efektifitas lama penyinaran yang terjadi di Kabupaten Lampung Timur
berkisar 17-19 hari tiap bulannya. Dalam lima tahun terakhir, intensitas penyinaran
terendah terjadi pada tahun 2011 dan tertinggi pada tahun 2009. Intensitas
penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Oktober tahun 2010 sebesar 92,6 %. Hal ini
berarti pada bulan Oktober, hampir satu bulan penuh mendapat penyinaran matahari.
Sebaliknya pada bulan Januari 2013 intensitas penyinarannya berada pada titik
terendah yaitu 31,1 % setara dengan efektivitas 10 hari penyinaran matahari. Peta
curah hujan dapat dilihat pada Gambar 4.8.
25
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Kabupaten Lampung Timur selama 2008-2013 berkisar 55,42-63,68 % tiap tahunnya
hal ini berarti efektifitas lama penyinaran yang terjadi di Kabupaten Lampung Timur
berkisar 17-19 hari tiap bulannya. Dalam lima tahun terakhir, intensitas penyinaran
terendah terjadi pada tahun 2011 dan tertinggi pada tahun 2009. Intensitas
penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Oktober tahun 2010 sebesar 92,6 %. Hal ini
berarti pada bulan Oktober, hampir satu bulan penuh mendapat penyinaran matahari.
Sebaliknya pada bulan Januari 2013 intensitas penyinarannya berada pada titik
terendah yaitu 31,1 % setara dengan efektivitas 10 hari penyinaran matahari. Peta
27
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Di sekitar equator juga terjadi angin pasat, yaitu angin yang berhembus ke arah
ekuator. Disebut angin pasat Timur Laut yaitu angin yang berhembus dari arah Timur
Laut menuju equator, angin ini berada di belahan bumi bagian Utara dan angin pasat
Tenggara yaitu angin yang berhembus dari arah Tenggara menuju equator, berada di
belahan bumi bagian Selatan.
Gerakan angin pasat ini tidak lepas dari pengaruh gaya coriolis, yaitu gaya yang
membelokkan arah angin akibat putaran rotasi bumi. Di mana angin di belahan bumi
bagian Utara akan dibelokkan ke kanan dan angin di belahan bumi bagian Selatan akan
dibelokkan ke kiri.
Dilihat dari letak Lampung Timur, terlihat bahwa posisi Lampung Timur berada di
bagian Selatan equator, sehingga lebih terpengaruh oleh belahan bumi bagian Selatan.
Tapi Lampung Timur juga terpengaruh oleh musim yang terjadi, yaitu tekanan
udaranya dimana akan berpengaruh juga terhadap curah hujan. Dari Gambar dapat
diketahui arah angin menuju arah Barat Laut, berasal dari Tenggara. Setelah mendekati
equator angin dibelokkan ke kiri menuju Barat Daya. Angin yang berhembus di atas
perairan Lampung Timur berkecepatan rata-rata 3 hingga 4 knots.
Curah hujan di Kabupaten Lampung Timur memiliki curah hujan yang lebih kecil
daripada Lampung bagian Barat, hal ini terjadi karena pendugaan pengaruh dari laut
Natuna. Terutama di Labuhan Maringgai yang mendapat curah hujan yang kecil,
diduga akibat terlindung di belakang pulau Bangka.
27
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Di sekitar equator juga terjadi angin pasat, yaitu angin yang berhembus ke arah
ekuator. Disebut angin pasat Timur Laut yaitu angin yang berhembus dari arah Timur
Laut menuju equator, angin ini berada di belahan bumi bagian Utara dan angin pasat
Tenggara yaitu angin yang berhembus dari arah Tenggara menuju equator, berada di
belahan bumi bagian Selatan.
Gerakan angin pasat ini tidak lepas dari pengaruh gaya coriolis, yaitu gaya yang
membelokkan arah angin akibat putaran rotasi bumi. Di mana angin di belahan bumi
bagian Utara akan dibelokkan ke kanan dan angin di belahan bumi bagian Selatan akan
dibelokkan ke kiri.
Dilihat dari letak Lampung Timur, terlihat bahwa posisi Lampung Timur berada di
bagian Selatan equator, sehingga lebih terpengaruh oleh belahan bumi bagian Selatan.
Tapi Lampung Timur juga terpengaruh oleh musim yang terjadi, yaitu tekanan
udaranya dimana akan berpengaruh juga terhadap curah hujan. Dari Gambar dapat
diketahui arah angin menuju arah Barat Laut, berasal dari Tenggara. Setelah mendekati
equator angin dibelokkan ke kiri menuju Barat Daya. Angin yang berhembus di atas
perairan Lampung Timur berkecepatan rata-rata 3 hingga 4 knots.
Curah hujan di Kabupaten Lampung Timur memiliki curah hujan yang lebih kecil
daripada Lampung bagian Barat, hal ini terjadi karena pendugaan pengaruh dari laut
Natuna. Terutama di Labuhan Maringgai yang mendapat curah hujan yang kecil,
diduga akibat terlindung di belakang pulau Bangka.
27
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Di sekitar equator juga terjadi angin pasat, yaitu angin yang berhembus ke arah
ekuator. Disebut angin pasat Timur Laut yaitu angin yang berhembus dari arah Timur
Laut menuju equator, angin ini berada di belahan bumi bagian Utara dan angin pasat
Tenggara yaitu angin yang berhembus dari arah Tenggara menuju equator, berada di
belahan bumi bagian Selatan.
Gerakan angin pasat ini tidak lepas dari pengaruh gaya coriolis, yaitu gaya yang
membelokkan arah angin akibat putaran rotasi bumi. Di mana angin di belahan bumi
bagian Utara akan dibelokkan ke kanan dan angin di belahan bumi bagian Selatan akan
dibelokkan ke kiri.
Dilihat dari letak Lampung Timur, terlihat bahwa posisi Lampung Timur berada di
bagian Selatan equator, sehingga lebih terpengaruh oleh belahan bumi bagian Selatan.
Tapi Lampung Timur juga terpengaruh oleh musim yang terjadi, yaitu tekanan
udaranya dimana akan berpengaruh juga terhadap curah hujan. Dari Gambar dapat
diketahui arah angin menuju arah Barat Laut, berasal dari Tenggara. Setelah mendekati
equator angin dibelokkan ke kiri menuju Barat Daya. Angin yang berhembus di atas
perairan Lampung Timur berkecepatan rata-rata 3 hingga 4 knots.
Curah hujan di Kabupaten Lampung Timur memiliki curah hujan yang lebih kecil
daripada Lampung bagian Barat, hal ini terjadi karena pendugaan pengaruh dari laut
Natuna. Terutama di Labuhan Maringgai yang mendapat curah hujan yang kecil,
2.3 Demografi dan Urbanisasi
Salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan
didaerah adalah adalah problematika demografis yang menyangkut 3 (tiga) hal pokok
yakni,
a) Jumlah Penduduk
b) Komposisi Pendudduk di suatu daerah, dan
c) Penyebarannya di masing masing wilayah administratif.
Besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang
mempunyai kepadatan tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak
merata akan menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya
semua kegiatan baik kegiatan perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya
akan melibatkan penduduk.
Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut
memberikan tekanan terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif
maupun positif. Dengan demikian perlu adanya pengendalian baik terhadap jumlah,
komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya untuk mendukung kelancaran
proses pembangunan di daerah.
2.3 Demografi dan Urbanisasi
Salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan
didaerah adalah adalah problematika demografis yang menyangkut 3 (tiga) hal pokok
yakni,
a) Jumlah Penduduk
b) Komposisi Pendudduk di suatu daerah, dan
c) Penyebarannya di masing masing wilayah administratif.
Besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang
mempunyai kepadatan tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak
merata akan menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya
semua kegiatan baik kegiatan perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya
akan melibatkan penduduk.
Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut
memberikan tekanan terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif
maupun positif. Dengan demikian perlu adanya pengendalian baik terhadap jumlah,
komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya untuk mendukung kelancaran
proses pembangunan di daerah.
2.3 Demografi dan Urbanisasi
Salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan
didaerah adalah adalah problematika demografis yang menyangkut 3 (tiga) hal pokok
yakni,
a) Jumlah Penduduk
b) Komposisi Pendudduk di suatu daerah, dan
c) Penyebarannya di masing masing wilayah administratif.
Besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang
mempunyai kepadatan tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak
merata akan menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya
semua kegiatan baik kegiatan perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya
akan melibatkan penduduk.
Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut
memberikan tekanan terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif
maupun positif. Dengan demikian perlu adanya pengendalian baik terhadap jumlah,
komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya untuk mendukung kelancaran
29
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Gambar 2.8 Peta Geologi Kabupaten Lampung Timur
29
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Gambar 2.8 Peta Geologi Kabupaten Lampung Timur
29
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
2.3.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Struktur penduduk berdasarkan umur merupakan gambaran komposisi penduduk yang
akan menunjukkan besaran jumlah penduduk yang tergolong dalam usia produktif dan
jumlah penduduk yang tergolong usia non produktif di kabupaten/Kota
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013 jumlah penduduk
usia produktif di Kabupaten Lampung Timur mencapai 62.64 % dari total jumlah
penduduk, sedangkan jumlah penduduk yang tergolong usia non produktif adalah
sebesar 37.36% berarti jumlah penduduk usia produktif adalah 596.062 Jiwa
sedangkan usia non produktif adalah 355.577 jiwa.
Struktur penduduk berdasarkan umur di Kabupaten Lampung Timur Pada Tahun 2013
disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2-4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013
10 – 14 48.938 46.225 95.163 15 – 19 42.336 38.082 80.418 20 – 24 36.362 35.162 71.524 25 – 29 40.276 40.030 80.306 30 – 34 42.735 41.366 84.101 35 – 39 40.134 36.955 77.089 40 – 44 33.247 31.146 64.393 45 – 49 28.262 28.143 56.405 50 – 54 23.384 22.215 45.599 55 – 59 19.525 16.702 36.227 60 - 64 12.914 12.625 25.539
65 – 69 10.310 9.966 20.276
70 – 75 8.405 8.656 17.061
75 + 10.448 9.699 20.147
Jumlah 497.071 470.932 968.003
Sumber : Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka, 2013
Struktur penduduk suatu daerah menurut jenis kelamin atau gender secara umum
memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi laki – laki dan wanita untuk
berperan dalam pelaksanaan pembangunan. Struktur penduduk Kabupaten Lampung
Timur jenis kelamin dapat dilihat pada sebagai berikut.
2.3.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Struktur penduduk berdasarkan umur merupakan gambaran komposisi penduduk yang
akan menunjukkan besaran jumlah penduduk yang tergolong dalam usia produktif dan
jumlah penduduk yang tergolong usia non produktif di kabupaten/Kota
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013 jumlah penduduk
usia produktif di Kabupaten Lampung Timur mencapai 62.64 % dari total jumlah
penduduk, sedangkan jumlah penduduk yang tergolong usia non produktif adalah
sebesar 37.36% berarti jumlah penduduk usia produktif adalah 596.062 Jiwa
sedangkan usia non produktif adalah 355.577 jiwa.
Struktur penduduk berdasarkan umur di Kabupaten Lampung Timur Pada Tahun 2013
disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2-4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013
10 – 14 48.938 46.225 95.163 15 – 19 42.336 38.082 80.418 20 – 24 36.362 35.162 71.524 25 – 29 40.276 40.030 80.306 30 – 34 42.735 41.366 84.101 35 – 39 40.134 36.955 77.089 40 – 44 33.247 31.146 64.393 45 – 49 28.262 28.143 56.405 50 – 54 23.384 22.215 45.599 55 – 59 19.525 16.702 36.227 60 - 64 12.914 12.625 25.539
65 – 69 10.310 9.966 20.276
70 – 75 8.405 8.656 17.061
75 + 10.448 9.699 20.147
Jumlah 497.071 470.932 968.003
Sumber : Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka, 2013
Struktur penduduk suatu daerah menurut jenis kelamin atau gender secara umum
memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi laki – laki dan wanita untuk
berperan dalam pelaksanaan pembangunan. Struktur penduduk Kabupaten Lampung
Timur jenis kelamin dapat dilihat pada sebagai berikut.
2.3.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Struktur penduduk berdasarkan umur merupakan gambaran komposisi penduduk yang
akan menunjukkan besaran jumlah penduduk yang tergolong dalam usia produktif dan
jumlah penduduk yang tergolong usia non produktif di kabupaten/Kota
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013 jumlah penduduk
usia produktif di Kabupaten Lampung Timur mencapai 62.64 % dari total jumlah
penduduk, sedangkan jumlah penduduk yang tergolong usia non produktif adalah
sebesar 37.36% berarti jumlah penduduk usia produktif adalah 596.062 Jiwa
sedangkan usia non produktif adalah 355.577 jiwa.
Struktur penduduk berdasarkan umur di Kabupaten Lampung Timur Pada Tahun 2013
disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2-4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013
10 – 14 48.938 46.225 95.163 15 – 19 42.336 38.082 80.418 20 – 24 36.362 35.162 71.524 25 – 29 40.276 40.030 80.306 30 – 34 42.735 41.366 84.101 35 – 39 40.134 36.955 77.089 40 – 44 33.247 31.146 64.393 45 – 49 28.262 28.143 56.405 50 – 54 23.384 22.215 45.599 55 – 59 19.525 16.702 36.227 60 - 64 12.914 12.625 25.539
65 – 69 10.310 9.966 20.276
70 – 75 8.405 8.656 17.061
75 + 10.448 9.699 20.147
Jumlah 497.071 470.932 968.003
Sumber : Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka, 2013
Struktur penduduk suatu daerah menurut jenis kelamin atau gender secara umum
memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi laki – laki dan wanita untuk
berperan dalam pelaksanaan pembangunan. Struktur penduduk Kabupaten Lampung