BAB II
PROFIL KABUPATEN BUTON TENGAH
2.1. Wilayah Administrasi
2.1.1. Batas dan Luas Wilayah
Wilayah Kabupaten Buton Tengah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kabupaten
Buton Tengah Di Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki batas-batas
administratif wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Kecamatan
Tongkuno, Keluarahan Lawana, Labasa, Desa waleale Kecamatan
Tongkuno Selatan, Desa Bone Lolibu, Desa Bone Tondo
Kecamatan Bone, dan Desa Marobo Kecamatan Marobo Kabupaten
Muna;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Buton;
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Flores; dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Bone.
Kabupaten Buton Tengah berkedudukan di Labungkari
Kecamatan Lakudo, dimana menurut BPS Kabupaten Buton Tahun
2015 memiliki wilayah daratan seluas ± 958,31 km2, terdiri atas 7
(tujuh) kecamatan sebagaimana terlihat pada (Gambar 2.1), yaitu:
1) Kecamatan Lakudo;
2) Kecamatan Mawasangka Timur;
3) Kecamatan Mawasangka Tengah;
4) Kecamatan Mawasangka;
5) Kecamatan Talaga Raya ;
6) Kecamatan Gu; dan
Selanjutnya masih pada sumber data yang sama, bahwa
kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Mawasangka dengan luas
269,55 km2atau 28,13 %, kemudian Kecamatan Lakudo dengan luas
225 km2 atau 23,48 % serta Kecamatan Sangia Wambulu sebagai
Kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yakni 10 km2 atau 1,04 %,
sebagaimana ditunjukan pada tabel 2.1, berikut :
Tabel 2.1
Luas Wilayah, Ibukuta Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan Kabupaten Buton Tengah Menurut Kecamatan Tahun 2013
No Kecamatan Ibu Kota
Sumber: BPS, Kabupaten Buton Tengah dalam Angka Tahun 2014
2.1.2. Kondisi Fisik Dasar Lingkungan
A. Topografi
Secara fisiografi Kabupaten Buton Tengah terdiri dari beberapa
relief topografi yakni sebagai berikut:
(a). Relief perbukitan (Bukit Wanepanepa, Wadiabero, Bukit
Bombonawulu di Lolibu-Lasongko/Wajo dan Wambuloli-Lagili).
(b). Relief dataran tinggi yang hampir diseluruh wilayah Kabupaten
(d). Selat Baruta sebagai bagian dari Selat Buton yang sangat sempit
dengan arus badai bolak-balik yang sangat keras.
Sekeliling pantai mulai dari selat Buton dari Walengkabola –
Watulea - Lombe di timur; Wamengkoli – Waara - Teluk Lasongko -
Teluk Wambuloli - Mawasangka sampai tepi-tepi perbatasan dengan
Kabupaten Muna Barat pantainya diisi oleh keberadaan terumbu
karang ( “coral reef” ). Pada bagian barat terdapat selat Muna -Selat Tiworo.
Ditinjau dari aspek kelerengan, maka wilayah Kabupaten
Buton Tengah dapat dikelompokkan ke-dalam:
(a). Kelerengan 0-3 % sepanjang Pantai Barat Mawasangka -
Tampunawou dan Lombe – Watulea
(b). kelerengan 3-8 % pada bagian tengah dan timur (Katukobari -
Lasongko)
(c). kelerengan 8-15 % disekitar perbukitan Lolibu – Wambuloli –
Wanepanepa - Bombonawulu
(d). kelerengan >15 % berada pada perbukitan Lolibu - Wambuloli –
Wanepanepa - Bombonawulu.
Berdasarkan relief dan kelerengan diatas, maka topografi di
Kabupaten Buton tengah dapat dibedakan ke – dalam:
(a). Topografi perbukitan yang terdapat pada bagian tengah dari
Kabupaten Buton Tengah
(b) Topografi bergelombang pada kaki perbukitan dan
(c) Topografi dataran pantai pada bagian barat Buton Tengah yang
cukup dominan, bagian Selatan dan bagian Timurnya.
Kondisi fisiografi relief, kelerengan, dan topografi/rupa bumi
tersebut di atas adalah sangat dipengaruhi oleh topografi karst yang
berasal dari endapan batu gamping/batu kapur yang hampir
Air tanah yang berada dibawah permukaan bumi menjadi
potensi yang tersembunyi, karena hanya sebagian yang tampak
muncul sebagai mata air maupun muara sungai bawah tanah di
daerah ini. Proses pelarutan batuan bersifat karbonat (gampingan)
menghasilkan akuifer air tanah yang saling berhubungan satu sama
lain melalui retakan akibat proses dekonstruksi, dekomposisi maupun
patahan dan retakan proses-proses tektonik seperti patahan/struktur
geologi yang telah di uraikan di atas.
Pemunsulan sungai-sungai bawah tanah melalui perancungan
topografi banyak terjadi jika diperhatikan kalau kita berjalan dari arah
Waara menuju menuju Kecamatan Mawasangka. Pada beberapa
kemunculan mata air dan sungai-sungai bawah tanah menjadi tempat
permandian dan dapat dijadikan sebagai daerah objek destinasi
tujuan wisata (ODTW) yakni:
1) Permandian Wadiabero (Kecamatan Gu)
2) Permandian Kedeula Air Maamba (Kecamatan Gu)
3) Permandian Lahumbo (Kecamatan Gu)
4) Permandian Labungkari (Kecamatan Lakudo)
5) Permandian Fotu (Kecamatan Mawasangka)
6) Permandian Sondi (Kecamatan Mawasangka)
7) Permandian Maobu (Kecamatan Mawasangka Tengah),
Demikian pula terdapat danau-danau sebagai uvala dan dolina dalam
sistem topografi Karst yang juga menjadi DOTW adalah:
a) Danau Lakaedu (Kecamatan Lakudo)
b) Danau Anano Tei’da
c) Danau Bungi
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Buton Tengah
a) Di sebelah Timur dikelilingi oleh perairan Selat Buton yang relative
sempit antara Baruta (Kecamatan Sangia Mambulu) dan Batu Soni
(Kecamatan Lea-Lea/Kota Baubau)
b) Sebelah Selatan dikelilingi oleh Laut Flores yang sangat luas.
c) Sebelah Barat dikelilingi oleh Selat Muna dan Teluk Bone (Provinsi
Sulawesi Selatan).
Pada kondisi perairan esteria mulai dari Pantai Timur, Pantai Selatan
dan Pantai Barat wilayah Buton Tengah daratan merupakan pantai
berkarang yang ditumbuhi oleh terumbu karang atau “coral reef”.
Demikian pula dengan Pulau Talaga Kecil yang berada di Kecamatan
Talaga Raya adalah berasal dari Laguna dan Atols sebagai bagian dari
terumbu karang tersebut. Keberadaan terumbu karang adalah
menjadi tempat kehidupan biota laut (habitat) yang ditunjang oleh
kehadiran mangrove atau bakau di Pantai Buton Tengah (Perairan
Estuaria) sebagai “nichea” atau sumber pakan dan tempat inkubasi bagi ikan-ikan yang menetas di kawasan terumbu karang dan
dibesarkan di kawasan bakau kemudian kembali lagi ke Laut lepas.
Demikian sehingga interaksi terumbu karang dan bakau “mangrove”
harus dapat terpelihara dari kerusakan untuk menjalin
keberlangsungan biota perairan laut dangkal dan laut lepas.
Disisi lain bahwa keberadaan ikan di kawasan terumbu karang yang
sebagian besar spesiesnya dapat dikategorikan sebagai ikan hias
menjadi komoditas yang sangat ekonomis untuk dikembangkan serta
menjadi objek destinasi tujuan wisata bahari yang sangat potensial di
masa yang akan datang. Oleh karena itu, kawasan-kawasan tersebut
dapat dijadikan sebagai kawasan konservasi dan lindung lingkungan
hidup daerah Kabupaten Buton Tengah.
Berdasarkan basimetrisnya maka Perairan Laut Kabupaten Buton
Tengah memiliki paparan pantai laut dangkal (litoral-meritik)
kedalaman 5-50 cm, tiba-tiba kedalaman melonjak mulai 100 sampai
a) Alur pelayaran mendukung, ALKI-2 dan ALKI-3
b) Kawasan pengembangan Wisata Bahari khususnya dapat
dijadikan sebagai pusat peristirahatan kapal-kapal pesisir,
khususnya di Teluk Lasongko dan Teluk Wambuloli.
c) Kawasan pengembangan Pelabuhan Murhum (Kota Baubau)
dengan pengembangan Pelabuhan Peti Kemas Wamengkoli untuk
melayani kebutuhan arus barang dan jasa serta penumpang di
Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna
Barat.
Posisi Perairan Kabupaten Buton Tengah sangat strategis bagi
pengembangan pelayaran Indonesia (Timur-Barat dan Utara-Selatan)
untuk lalu lintas transportasi moda laut, serta menjadi tempat
pengembangan wisata bahari terkait dengan pelayaran kapal-kapal
pesiar untuk menjadi tempat penambatan/pelabuhan “Yacht” atau
kapal-kapal pesiar mengantisipasi wisata “sail” yang diadakan setiap
tahunnya maupun program kemaritiman yang diangkat sejak tahun
2014 yang lalu.
C. Geologi
Pada Kabupaten Buton Tengah tampak adanya gejala
pengangkatan dari bukti adanya undak-undak terumbu karang
seperti yang tampak pada unit satuan Litostratigrafi dari Formasi
WAPULAKA, tetapi lapisan batuan sedimen pada umumnya horizontal
tidak ada kemiringan lapisan batuan sedimen. Walaupun demikian
sekalipun terjadi peningkatan pada Kuarter Awal atau diakhir Tersier
yang tidak melibatkan perlipatan batuan, tetapi berdasarkan unsur
geografi seperti yang di atas, terdapat pola kelurusan topografi dari
Selat Baruta sebagai bagian dari Selat Buton yang paling sempit, Teluk
Lasongko dan Teluk Wambuloli mencerminkan adanya kontrol
Untuk lebih pastinya akan ditelaah dalam pelaksanaan survei
lapangan sebagai masukan yang paling berharga di dalam
penyusunan RTRW Kabupaten Buton Tengah.
Berdasarkan dengan deduksi tersebut maka diketahui pola struktur
geologi Kabupaten Buton Tengah seperti diuraikan berikut ini.
a) Pola Utara – Selatan yang diperlihatkan oleh arah Teluk Lasongko
dan Teluk Wambuloli dari arah Pantai Selatan Kabupaten Buton
Tengah. Arah kelurusan ini sama dengan arah perlipatan dan
Sesar Anjak di daratan Pulau Buton yaitu arah Sesar Anjak
Lambusango dan Sesar Anjak Teluk Sampolawa.
b) Timur laut – Barat daya dari pembelokan Teluk Lasongko yang
membelok di Wongko menuju ka arah Lasongko adalah searah
dengan Selat Baruta Patahan Bungi – Langkoromi di Pulau Buton
maupun Patahan Suandala yang mengarah ke Teluk Lawele.
c) Timur – Barat yang ditunjukkan oleh pembelokan Teluk
Wambuloli di Katukobari yang mengarah ke Timur sama dengan
struktur geologi Patahan Normal Pasarwajo serta Patahan
Gunung Wani di Buton Utara.
Berdasarkan kemiripan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Litostratigrafi yang berumur Tertsier Akhir dan Kwarter Awal di
Kabupaten Buton Tengah berada diatas bidang patahan (struktur
geologi) yang berumur Miosen Tengah ke atas, sehingga pada saat
terjadi pengangkatan maka bidang lemah yang diakibatkan oleh
patahan sebelumnya menjadi tampak pada unsur geografis seperti
yang diuraikan sebelumnya.
Untuk diketahui bahwa patahan /sesar dari unsur struktur geologi
tersebut merupakan bidang lemah yang dapat menjadi medium
rambat gelombang gempa kalau terjadi gempa bumi yang ada
disekitarnya sehingga perlu dikaitkan dengan stabilitas wilayah untuk
menetapkan kawasan rawan bencana dalam segala resikonya
terhadap pengembangan wilayah. Oleh karena itu dalam penyusunan
wilayah-D. Klimatologi
Secara umum terdapat dua jenis musim, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau, dimana musim hujan terjadi pada
Bulan November sampai Maret. Adapun musim kemarau terjadi pada
Bulan Mei sampai Oktober yang bertiup angin timur dari arah
Australia. Sedangkan pada Bulan April terjadi angin pancaroba.
Curah hujan tidak merata di seluruh wilayah. Curah hujan berkisar
antara 437-2.644 mm/tahun dalam suhu udara berkisar antara 18ºc
-32 ºc. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka iklim di Kabupaten
Buton Tengah dapat dikategorikan sebagai iklim tipe D dan E.
2.1.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Secara pasti kondisi sumber daya manusia di Kabupaten
Buton Tengah tidak dapat diketahui, tetapi yang ada adalah gambaran
indikatif berdasarkan jumlah angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja di Kabupaten Buton Tengah seperti tampak pada uraian Tabel
2.2 berikut
Tabel 2.2
Penduduk usia 15 tahun keatas menurut jenis kegiatannya selama 7 (tujuh) hari kerja pada tahun 2012 (Kab. Buton dalam angka, 2013).
No Kecamatan
Tenaga Kerja (Jiwa)
Jumlah Angkatan
kerja
Bukan angkatan kerja
1. Gu 5.978 3.474 9.452
2. Sangia Wambulu 1.890 1.098 2.988
3. Lakudo 7.618 4.428 12.046
4. Mawasangka 8.332 4.843 13.175
5. Mawasangka Timur 1.622 1.059 2.881
7. Talaga Raya 3.404 1.978 5.362
Jumlah 32.496 18.887 51.383
Sumber: BPS, Kabupaten Buton dalam Angka Tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah angkatan kerja lebih
besar daripada jumlah penduduk bukan angkatan kerja, disamping
itu Kecamatan Mawasangka memiliki jumlah angkatan kerja terbesar
dan Kecamatan Mawasangka Timur memiliki jumlah angkatan kerja
terkecil yaitu sebasar 1.622 jiwa.
Tabel 2.3
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Sesuai Dengan Jenis Kelaminnya Pada
Tahun 2012
No Jenis Pendidikan Yang
Ditamatkan
Sumber: BPS, Kabupaten Buton dalam Angka Tahun 2013
Berdasarkan ijazah yang dipegang oleh pencari kerja tersebut di atas
tampak bahwa mutu SDM Kabupaten Buton di Kabupaten Buton
Tengah adalah masih sangat rendah yaitu dari tidak tamat SD sampai
hanya tamat SLTP terdapat 46.570 orang atau 78,33 % untuk laki-laki
dan untuk perempuan 35.926 orang atau 82,41 %. Sedangkan
terus ditingkatkan dimana tidak ada lagi masyarakat berpendidikan
SLTP ke bawah yang menjadi pencari kerja dengan menggalakkan
wajib belajar 12 tahun. Demikian sehingga SD-Manusia Kabupaten
Buton Tengah minimal adalah lulusan SLTA umum maupun SMK
sebagai pencari kerja dimasa akan datang.
Jika ditinjau dari lapangan pekerjaan, maka diketahui bahwa sektor
pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan
medapat porsi paling besar yaitu sejumlah 58.891 orang bekerja
dibidang ini seperti tampak pada tabel 24. berikut:
Tabel 2.4
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sesuai Jenis Kelaminnya Pada Tahun 2012
No Lapangan Pekerjaan Usaha Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah
1.
2.2. Potensi Wilayah
2.2.1. Pariwisata
A. Wisata Alam
Pariwisata alam merupakan sektor potensial di Kabupaten
Buton Tengah. Negri seribu gua merupakan identitas sektor
pariwisata Kabupaten Buton Tengah yang mencakup
keanekaragaman hayati dan kekayaan ekologis. Wilayah Kabupaten
Buton Tengah didominasi oleh batuan kars yang didalamnya terdapat
banyak gua serta pemandian alam, wisata pulau-pulau, wisata bawah
laut, dan wisata kelautan. Adapun gua yang terdapat di Kabupaten
Buton Tengah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5
Sebaran Gua di Kabupaten Buton Tengah
No Nama Gua
2 Kambara Lakudo Waara Gua/Pemandian
3 Oe Ngkaldi Lakudo Waara Gua/Pemandian
4 Wada-wada Lakudo Waara Gua/Pemandian
5 Oe Ngkaito ito Lakudo Waara Gua/Pemandian
6 Oe Hadi Lakudo Waara Gua/Pemandian
7 Oe Bou Lakudo Waara Gua/Pemandian
8 Kaoe-oe Lakudo Waara Gua/Pemandian
9 Oe Wula Lakudo Waara Gua/Pemandian
10 Oe Mpoati Lakudo Waara Gua/Pemandian
11 Oe Diini Lakudo Waara Gua/Pemandian
12 Oe Wabika Lakudo Waara Gua/Pemandian
13 Oe
Kapala-Kampung Lakudo Waara Gua/Pemandian
14 Oe Bou Wamondo Lakudo Waara Gua/Pemandian
15 La Habu Lakudo Lakudo Gua/Pemandian
16 Liwu Lakudo Lakudo Gua/Pemandian
17 Poampo Lakudo Lakudo Gua/Pemandian
18 La Kaedu Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
an
20 Oe Tanga Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
21 Oe Lambere Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
22 Oe La Humbuna Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
23 Oe Taipa Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
24 Oendaka Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
25 Labungkai Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
26 Oebouo Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
27 La Tadamanu Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
28 Oe Balano Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
29 Oe Kuni Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
30 Ojek Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
31 Kawali Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
32 La
Pangulia/Kujula Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
33 La Zuni Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
34 Oe Kaampo Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
35 La Tada Manu Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
36 Bente Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
37 Belakang
Kampung Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
38 La Sere Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
39 La Bani Lakudo Boneoge Gua/Pemandian
40 Labungkari Lakudo Matawine Gua/Pemandian
41 La Modao Lakudo Matawine Gua/Pemandian
42 La Kitalo Lakudo Matawine Gua/Pemandian
43 La Oeha Lakudo Matawine Gua/Pemandian
44 La Wonolita Lakudo Matawine Gua/Pemandian
45 Wa Gau Lakudo Matawine Gua/Pemandian
46 Ngkapilo Lakudo Matawine Gua/Pemandian
47 La Diki Lakudo Matawine Gua/Pemandian
48 Wala-walangke Lakudo Wajogu Sarang Walet
49 Kancinu Waapi Lakudo Wajogu Gua/Pemandian
50 La Mansi Lakudo Wajogu Mata Air
51 Kamonu Lakudo Wajogu Gua/Pemandian
52 Lia Pobenta Lakudo Wajogu Gua/Pemandian
53 Kaondawuano
Beka Lakudo Wajogu Gua/Pemandian
54 Litdak Terdeteksio
No Nama Gua
56 Lia Koau Lakudo Wajogu Gua/Pemandian
57 Lawa Balano Lakudo Wajogu
Konon Sejarahnya Tempat Wisata Leluhur Zaman Dahulu
58 Pakajawa Lakudo Wajogu Gua/Pemandian
59 Wakuru Lakudo Moko Gua/Pemandian
60 Mata Ai Lakudo Moko Gua/Pemandian
61 La Mansi Lakudo Metere Mata Air
62 Oengkodau Lakudo Metere Mata Air
63 La Manuba Lakudo Metere Gua/Pemandian
64 Wa Niha Lakudo Metere Sarang Walet
65 Kalakalau Lakudo Metere Sirih
66 Kakaha Lakudo Metere Gua/Pemandian
67 Cio Gu Wadiabero Gua/Pemandian
68 Wa Podi Gu Wadiabero Gua/Pemandian
69 Saasa Gu Wadiabero Gua/Pemandian
70 La Hope Gu Wadiabero Gua/Pemandian
71 Wa Aria Gu Wadiabero Gua/Pemandian
72 Oeng Kolaki Gu Rahia Gua/Pemandian
73 La Kakoloto Gu Bombanawulu Gua/Pemandian
an
93 Kaunci Gu Wakea-kea Gua/Pemandian
94 Kawuna-wuna Gu Watulea Gua/Pemandian
95 Oe Ngkolumu Gu Kolowa Gua/Pemandian
96 La Oari Gu Kolowa Gua/Pemandian
97 Kadaiula Gu Kolowa Gua/Pemandian
98 Permandian
Bidadari Gu Kolowa Gua/Pemandian
99 Walongko Gu Kolowa Gua/Pemandian
100 Lampohong Gu Kolowa Gua/Pemandian
101 Kaponda-Ponda Gu Kolowa Gua/Pemandian
102 Kaponda-Ponda II Gu Kolowa Gua/Pemandian
103 Oe Bosu Gu Kolowa Gua/Pemandian
106 Wala-Walangke Gu Kolowa Gua/Pemandian
107 La Onte Gu Kolowa Gua/Pemandian
108 Lambalaao Gu Kolowa Gua/Pemandian
109 Oe Maamba Sangia Wambulu Baruta Lestari Gua/Pemandian
110 Oe Bidadari Sangia Wambulu Baruta Lestari Gua/Pemandian
111 Oe Wuha'a Sangia Wambulu Baruta Lestari Gua/Pemandian
112 Kauwe-uwe Sangia Wambulu Tolandona Gua/Pemandian
113 Oe Wamoylou Mawasangka
No Nama Gua
Lokasi
Keterangan Kecamatan Desa/Kelurah
an
114 Wabenuy Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
115 Manguntaloa Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
116 Maobu Balano Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
117 Oe Wa kuwu Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
118 Oe La Sandea Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
119 Oe Watorumbe Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
120 Oe Wua Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
121 Maobu Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
122 Koo Mawasangka
Tengah Gundu-gundu Gua/Pemandian
123 Wa Kahahando Mawasangka
Tengah Lalibo Gua/Pemandian
124 Oe inoly Mawasangka
Tengah Lasori Gua/Pemandian
125 Mawagalo Mawasangka
Tengah Bungi Gua/Pemandian
126 Kasasano Mawasangka
Tengah Wambuloli Gua/Pemandian
127 kakaha Mawasangka
Timur Wambuloli Gua/Pemandian
128 Oe Mammba Mawasangka
Timur La Giu Gua/Pemandian
129 Oe Koliwutuni Mawasangka
Timur Wantopi Gua/Pemandian
130 Oe Nea Mawasangka
Timur Dahiango Gua/Pemandian
131 Wa Karororndo Mawasangka
Timur Dahiango Gua/Pemandian
132 Laumehe Mawasangka
Timur Dahiango Gua/Pemandian
133 La Poasa Masawangka Dahiango Gua/Pemandian
134 Batu Buani Masawangka Dahiango Gua/Pemandian
135 Kontu Tomumbu Masawangka Dahiango Gua/Pemandian
136 La Mande Masawangka Dahiango Gua/Pemandian
an
138 Kadololotiti Masawangka Morikana Gua/Pemandian
139 Lia Laonga Masawangka Morikana Gua/Pemandian
140 Kabangkahano Masawangka Morikana Gua/Pemandian
141 Malelei Masawangka Morikana Gua/Pemandian
142 Latombula Masawangka Morikana Gua/Pemandian
143 Kumbou Masawangka Morikana Gua/Pemandian
144 Wakambangura Masawangka Morikana Gua/Pemandian
145 Laguntu Masawangka Morikana Gua/Pemandian
146 Kasasano Masawangka Morikana Gua/Pemandian
147 Lakaundaloa Masawangka Morikana Gua/Pemandian
148 Kamonu Masawangka Morikana Gua/Pemandian
149 Kantofi Masawangka Morikana Gua/Pemandian
150 Wahamoito Masawangka Morikana Gua/Pemandian
151 Wahomodea Masawangka Morikana Gua/Pemandian
152 Lianogaha Masawangka Morikana Gua/Pemandian
153 Lialadau Masawangka Morikana Gua/Pemandian
154 Kadolonomunte Masawangka Morikana Gua/Pemandian
155 Lia Wantanga Masawangka Morikana Gua/Pemandian
156 Malelei Masawangka Morikana Gua/Pemandian
157 Lia Faomba Masawangka Morikana Gua/Pemandian
158 La Mensongoli Masawangka Morikana Gua/Pemandian
159 Katabea Masawangka Morikana Gua/Pemandian
160 Lialaumili Masawangka Morikana Gua/Pemandian
161 Makonunu Masawangka Morikana Gua/Pemandian
162 Lakodangku Masawangka Morikana Gua/Pemandian
163 Lia latomi Masawangka Polindu Gua/Pemandian
164 La Tandahalai Masawangka Polindu Gua/Pemandian
165 Langgaliau Masawangka Polindu Gua/Pemandian
166 Oe Buou Masawangka Polindu Gua/Pemandian
167 Lakabunti Masawangka Polindu Gua/Pemandian
168 Maasalihi Masawangka Polindu Gua/Pemandian
169 Oengkaua Masawangka Polindu Gua/Pemandian
170 Oengkatowe Masawangka Polindu Gua/Pemandian
171 Lakabunti Masawangka Polindu Gua/Pemandian
172 Wampayasa Masawangka Polindu Gua/Pemandian
173 Wansohihi Masawangka Polindu Gua/Pemandian
174 Maabolosi Masawangka Polindu Gua/Pemandian
No Nama Gua
Lokasi
Keterangan Kecamatan Desa/Kelurah
an
176 Wahunsau Masawangka Polindu Gua/Pemandian
177 Wa Sangguluma Masawangka Polindu Gua/Pemandian
178 La Milu Masawangka Polindu Gua/Pemandian
179 Watolo Masawangka Mawasangka Gua/Pemandian
180 Wakahohondo Masawangka Wasilomata II Gua/Pemandian
181 Pingilai Masawangka Wasilomata II Gua/Pemandian
182 Kono Wano Masawangka Wasilomata II Gua/Pemandian
183 Wangeeta Masawangka Wasilomata II Gua/Pemandian
184
Wakamundo-mundo Masawangka Wasilomata II Gua/Pemandian
185 Malagadi Masawangka Wasilomata II Gua/Pemandian
186 Landatau Masawangka Wasilomata II Gua/Pemandian
187 Moko La Amala Masawangka Wakambangur
a Gua/Pemandian
188 Moko La Sa'Abani Masawangka Wakambangur
a Gua/Pemandian
189 Moko Landuhu Masawangka Wakambangur
a Gua/Pemandian
190 Oe Lumili Masawangka Matara Gua/Pemandian
191 Poloija Talaga Raya Talaga Besar Gua/Pemandian
192 Kota Intan Talaga Raya Talaga Besar Gua/Pemandian
193 Lia Buku Talaga Raya Liwu Lampona Gua/Pemandian
194 Lia Waani Talaga Raya Talaga I Gua/Pemandian
Sumber: Bappeda Kabupaten Buton Tengah, 2015
Selain Gua kekayaan alam lainnya di Kabupaten Buton Tengah
yaitu Pantai Ketembe, Pantai Bone Montete, Pantai Kaone-one ,
Tanjung Lantohon, Pantai Montete dan Pantai Kaumele serta danau
Lakaedu di Kecamatan Lakudo.
B. Wisata Budaya
Selain Keanekaragaman alam, Kabupaten Buton tengah
memiliki kekayaan budaya dan peninggalan masa lalu yang dapat
dijadikan tujuan kunjungan wisatawan. Kekayaan budaya dan
peninggalan masa lalu yang ada di Kabupaten Buton Tengah
merupakan peninggalan Kesultanan Buton yang masih dijaga
Benteng Bombanawili di Kecamatan Lakudo dan Benteng Watulea di
kecamatan Gu. Benteng Baruta dan Makam Sangia Wambulu di
kecamatan Sangia Wambulu, Benteng Boneoge, Benteng Lakudo, dan
Makam Kijula di Kecamatan Lakudo, Benteng Wasilomata, Benteng
Watumotobe, Benteng Lasaidewa, Baruga Wasiomata, Benteng
Matana Sorumba dan Senjata Laras Panjang di Kecamatan
Mawasangka, Benteng Lagili dan Benteng Mawasangka Gau di
Kecamatan Mawasangka timur dan Benteng Kooe di kecamatan
Mawasanga tengah, dan Tugu pemasangan Bendera Merah Putih
Pertama di Lombe Kecamatan Gu.
2.2.2. Penutupan Lahan
Karakteristik wilayah yang digambarkan dengan penutupan
lahan merupakan informasi yang berperan dalam proses pengambilan
keputusan menyangkut alokasi pemanfaatan ruang. Proses
identifikasi analisis penggunaan lahan ini dilakukan dengan
menggunakan teknologi sistem informasi melalui berbagai jenis
analisis citra satelit.
Kondisi penggunaan lahan/tutupan lahan di Kabupaten Buton
Tengah yang disajikan pada Tabel 2.4 berikut ini. Tampak dalam Tabel
tersebut bahwa hutan lahan kering sekunder dan semak/belukar
masih mendominasi wilayah Kabupaten Buton, berturut-turut 72.228
ha dan 66.852 ha. Pertanian lahan kering bercampur dengan semak
dan padang rumput juga ditemui masih menepati segmen wilayah
Tabel 2.6
Penggunaan Lahan/Tutupan lahan Kabupaten Buton Tengah Tahun 2013
No. Penggunaan Lahan/Penutupan
lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1 Hutan lahan kering primer 14,889 4.84
2 Hutan lahan kering sekunder 72,228 23.49
3 Hutan Manggrove primer 1,743 0.57
4 Hutan Manggrove Sekunder 3,030 0.99
5 Permukiman 3,288 1.07
6 Pertambagan 138 0.04
7 Pertanian lahan kering 12,494 4.06
8 Pertanian lahan kering
bercampur dengan semak 34,862 11.34
9 Rawa 11 0.00
10 Padang Rumput 57,599 18.74
11 Sawah 309 0.10
12 Semak/Belukar 66,852 21.75
13 Semak/belukar rawa 178 0.06
14 Tanah terbuka 11,625 3.78
15 Tubuh Air 113 0.04
16 daerah tertutup awan 28,062 9.13
Total 307,421 100.00
2.2.3. Kawasan Hutan Lindung
Berdasarkan UU No 41 Tahun 1999, hutan lindung adalah
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
Di Kabupaten Buton, Kawasan lindung telah ditetapkan dalam
Peta Status Kawasan Hutan dan Perairan yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kehutanan, dan Rancangan Perda RTRW Sultra yang
memenuhi kriteria sebagaimana dijelaskan dalam UU No 41 1999
tentang Kehutanan. Secara umum, kriteria kawasan hutan berfungsi
lindung meliputi:
Hutan konservasi
Hutan lindung dan atau kawasan hutan lainnya dengan nilai
skor > 175 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan); dan
atau
Lereng lapangan > 40% dan pada daerah yang tanahnya peka
terhadap erosi dengan kelerengan lapangan lebih dari 25%;
dan atau
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 meter atau
lebih di atas permukaan laut.
Sebaran status kawasan berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan
Perairan di Kabupaten yang ditetapkan adalah 28.918 ha atau 9,4%
dari luas seluruh kabupaten. Disamping itu terdapat juga suaka
margasatwa Lambusango seluas 28.510 ha.
Tabel 2.7
Sebaran dan Luas Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Buton Tengah
Kecamatan Luas (Ha) Persenta
se
Gu 3500 12.10
Mawasangka 0.00 Mawasangka
Tengah 1250 4.32
Mawasangka
Timur 0.00
Talaga Raya 0 0.00
Sangia Mambulu 0 0.00
Total 10350 35.79
Khusus untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air
minum di Kabupaten Buton Tengah masih bergantung pada
pemenuhan pelayanan air bersih oleh PDAM. PDAM Kabupaten Buton
yang saat ini hanya mampu melayani sebagian masyarakat, yakni
yang bermukim di kawasan perkotaan, sedangkan masyarakat yang
berdomisili di pedesaan masih menggantungkan pemenuhan
kebutuhan airnya dari sumur dan mata air yang ada.
Pelanggan air bersih di Kabupaten Tengah terdapat di
Kecamatan Gu, Kecamatan Lakudo dan Kecamatan Mawasangka. Air
minum yang disalurkan sebanyak 739.897 m3, air minum yang dijual
sebanyak 482.275, dan nilai air minum yang dijual sebesar
Rp.2.541.658.470.
Tabel 2.8
Banyaknya Pelanggan, Produksi Serta Nilai Air Minum Yang Disalurkan/ Didistribusikan di Kabupaten Buton Tengah Tahun
2013
B. Listrik
Kebutuhan listrik Kabupaten Buton Tengah dilayani oleh PT.
PLN (Persero) Wilayah VIII Cabang Bau-Bau. Khusus untuk
Kecamatan Lakudo, KWH produksi bersumber dari sistem PLTD
Bau-Bau dan PLTM Wining yang juga melayani Kota Bau-Bau-Bau-Bau. Hingga
tahun 2013 di Kabupaten Buton Tengah memiliki jumlah pelangga
sebanyak 11.251 dengan daya terpasang 6.036.880 VA.
Tabel 2.9
Jumlah Pelanggan, Daya Terpasang dan Produksi Listrik di Kabupaten Buton Tengah Tahun 2013
No Kecamatan Jumlah
Sumber: Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
C. Persampahan
Hingga saat ini sistem jaringan persampahan di Kabupaten
Buton Tengah masih berupa sistem penampungan awal individu pada
setiap lingkungan kelurahan dan desa di seluruh wilayah dan Tempat
Penampungan Sementara (TPS) untuk setiap kecamatan tersebar di
Tengah hanya 2 unit yaitu di Kecamatan Gu dan Kecamatan
Mawasangka. Sedangkan untuk Kantor Pos Desa sebanyak 2 unit di
Kecamatan Lakudo dan Kecamatan Talaga Raya.
Untuk fasilitas komunikasi berupa jaringan telepon, saat ini
sudah dapat menjangkau sebagian besar wilayah Kabupaten Buton
Tengah kerena kehadiran telepon selurer. Meskipun demikian,
keberadaan jaringan telepon kabel masih sangat perlu mengingat
jaringan komunikasi ini memiliki kualitas yang lebih baik dengan
biaya operasional yang lebih mudah.
Tabel 2.10
Banyaknya Fasilitas Fisik Pelayanan Pos dan Giro Menurut Kecamatan di Kabupaten Buton Tengah Tahun 2013
No Kecamatan
Sumber: Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
E. Transportasi
Aspek transportasi yang terdapat di Kabupaten Buton Tangah
terdiri atas transportasi darat dan laut yang merupakan sistem yang
sekitarnya seperti Kabupaten Buton, berikut ini akan dijelaskan
secara lebih detil.
a. Transportasi Darat
1) Jalan
Secara sistem, jaringan jalan di Kabupaten Buton Tengah
merupakan satu kesatuan dengan sistem jaringan jalan di
Kabupaten Buton, mengingat Kabupaten Buton Tengah yang
baru dimekarkan dari Kabupaten Buton. Dengan demikian
dalam penentuan fungsi jalan, pusat primer dan sekunder
yang dipergunakan adalah untuk skala Kabupaten Buton
Tengah.
Kondisi jaringan jalan saat ini di Kabupaten Buton Tengah,
antara lain:
Jalan Strategis Provinsi (jalan arteri primer): Simpang 3
Lombe-Mawasangka sepanjang 37.50 km.
Jaringan Jalan Ibukota Kec. Mawasangka: 4,93 km;
Mawasangka – Kancebungi: 12,90 km; Kancebungi – Sp.
Liana Banggai:17,70 km; Spg. 3 Liana Banggai – Spg. 3
Polindu:14.30 km; Spg. 3 Polindu, Tampunawou – Bts
Kab. Muna:8.30 km; Mawasangka – Spg. 3 Polindu:7.50
km.
Jaringan Jalan Dalam Kec. Mawasangka Timur: 2,25 km;
Lamena – MbelaMbela: 13,00 km; Lakapera – Bantea: 1,20
km; Kolowa – Waara:11,60 km; Spg. 3 Labungkari –
Lolibu: 8,50 km, Spg. 3 Dermaga Very Wamengkoli –
Waara: 3,00 km, Jalan Lingkungan Lakudo – Boneoge:
6,80 km, Spg. 3 Boneoge – Madongka:3,50 km.
Jaringan Jalan Ibukota Kec. Sangia Wambulu: 1,50 km,
Spg. 3 Tolandona – Baruta Atas (Manuru): 3,00 km;
Tolandona – Baruta Doda: 2,00 km; Baruta Dona – Baruta
Ibukota Kec. Lakudo: 5,65 km, Jaringan Jalan Ibukota
Kec. Talaga 1:450 km.
2) Terminal
Terminal yang terdapat di Kabupaten Buton Tengah yaitu
terminal penumpang tipe C (rencana) dikembangkan di
Terminal Mawasangka yang berfungsi untuk melayani
angkutan perdesaan.
3) Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP)
Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dengan
asal-tujuan dalam provinsi yang ada di Kabupaten Buton Tengah
yaitu Mawasangka – Raha – Kendari.
b. Transportasi Laut
Beberapa pelabuhan yang ada di Kabupaten Buton Tengah yaitu:
1) Lintas penyeberangan: Pelabuhan Penyeberangan
Waara/Wamengkoli - Pelabuhan Baubau/Pasarwajo;
Pelabuhan Penyeberangan Mawasangka- Pelabuhan
Dongkala – Pelabuhan Talaga – Pelabuhan Baubau (Provinsi
Sulawesi Tenggara).
2) Pelabuhan Penyeberangan: Pelabuhan Penyeberangan Waara
di Kecamatan Lakudo.
3) Pelabuhan Penyeberangan Mawasangka di Kecamatan
Mawasangka, Talaga di Talaga Raya.
4) Pelabuhan pelayaran rakyat: Pelabuhan Baruta di Kecamatan
Sangia Wambulu; Pelabuhan Tolandona di Kecamatan Sangia
Wambulu, Pelabuhan Wadia Bero di Kecamatan Gu;
Pelabuhan Mbela-Bela di Kecamatan, Mawasangka Timur;
Pelabuhan Liana Banggai di Kecamatan Mawasangka Tengah.
5) Pelabuhan Khusus Pertambangan Nikel Wuluh di Desa
Jaringan trayek yang melintas di Kabupaten Buton Tengah
berupa jaringan trayek nasional yang melintasi Pelabuhan Talaga
– Pelabuhan Murhum (Kota Baubau); Pelabuhan Baruta –
Pelabuhan Jembatan Batu (Kota Baubau). Pelabuhan Liana
Banggai – Pelabuhan Mbela-Mbela – Pelabuhan Jembatan Batu
(Kota Baubau); dan Pelabuhan Mbela-Bela – Pelabuhan Jembatan
2.3. Demografi dan Urbanisasi
2.3.1. Kependudukan
Kependudukan dalam suatu wilayah dapat mengindikasikan
kecenderungan perkembangan, baik pertumbuhan perekonomian
maupun perkembangan wilayah itu sendiri.
A. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk bertambah setiap tahun, tidak diimbangi
dengan pemerataan penyebaran penduduk. Terlihat bahwa dari
88.378 jiwa penduduk Kabupaten Buton Tengah, sebanyak 22.660
jiwa atau 8,66 persen berada di Kecamatan Mawasangka, dengan
demikian Kecamatan Mawasangka merupakan kecamatan yang paling
banyak penduduknya dibandingkan dengan kecamatan lain.
Kecamatan yang juga memiliki penduduk paling besar adalah
Kecamatan Lakudo sebesar 20.718 jiwa atau 7,92 persen, sedangkan
kecamatan yang terkecil penduduknya adalah Kecamatan Sangia
Mambulu sebanyak 5.140 jiwa atau hanya 1,96 persen dari total
penduduk Kabupaten Buton Tengah (Tabel 2.10).
Tengah Tahun 2013
No. Kecamatan Tahun
2012
Tahun 2013
Penduduk (jiwa)
Persentase (%)
1 Gu 16,220 16,258 18.4
2 Sangia Mambulu 5,128 5,140 5.82
3 Lakudo 20,670 20,718 23.44
4 Mawasangka 22,607 22,660 25.64
5 Mawasangka
Timur 4,944 4,955 5.61
6 Mawasangka
Tengah 9,369 9,390 10.62
7 Talaga Raya 9,235 9,257 10.47
Jumlah 88,173 88,378 100
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
Gambar 2.10 Persentase Distribusi Penduduk Kabupaten Buton Tengah Menurut Kecamatan
B. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah dapat dihitung dari
hasil perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah.
Kepadatan penduduk dalam studi ini diukur berdasarkan luas
km persegi terdapat sejumlah penduduk yang mendiami wilayah
tersebut. Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Batu
Atas yaitu sebesar 515 jiwa/Km2. Ini berarti bahwa di kecamatan
tersebut, setiap 1 km2, rata-rata dihuni oleh 515 penduduk.
Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu
kecamatan Mawasangka Timur sebesar 39 jiwa/km2. Sedangkan
secara rata-rata keseluruhan, kepadatan penduduk di Kabupaten
Buton Tengah sebesar 92 jiwa/km2. Angka ini lebih besar bila
dibandingkan dengan kepadatan penduduk tahun 2010 yaitu sebesar
90 jiwa/km2.
Tabel 2.12
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Buton Tengah Tahun 2013
4 Mawasangka 269.5
5
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
C. Kesejahteraan Penduduk
Menurut Kabupaten Buton Dalam Angka tahun 2014, di
Mawasangka Tengah yaitu sebanyak 924 keluarga. Keluarga dengan
status Keluarga Sejahtera III+ hanya terdapat di dua kecamatan yaitu
kecamatan Lakudo dan Mawasangka Tengah dengan jumlah
masing-masing 55 dan 61 keluarga. Untuk lebih jelas mengenai jumlah
keluarga sejahtera di Kabupaten Buton Tengah dapat ditunjukkan
pada tabel 2.13 berikut:
Tabel 2.13
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera, KS I, KS II, KS III dan KS III+ di Kabupaten Buton Tengah
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
D. Perkembangan Penduduk
Proyeksi penduduk dalam merencanakan tata ruang adalah
salah satu langkah untuk melihat perkembangan suatu wilayah
perencanaan dalam hal ini adalah Kabupaten Buton Tengah sampai
akhir tahun perencanaan. Hasil proyeksi kependudukan dapat
menunjukkan berapa jumlah dan juga kepadatan penduduk dalam
wilayah perencanaan hingga kebutuhan ruang pengembangan
tidak harus dimasukkan dalam rencana begitu saja. Wilayah
perencanaan perlu menimbang daya dukung ruang untuk penduduk,
baik dalam hal ketersediaan lahan maupun ketersediaan air. Kedua
indikator ini dipandang penting dalam penetapan daya dukung suatu
wilayah untuk jumlah penduduknya.
Dalam konteks perencanaan perkembangan penduduk di
Kabupaten Buton Tengah hingga dua puluh tahun kedepan akan
mengalami perubahan–perubahan yang berarti. Hal ini perlu
ditunjang dengan pengembangan lahan dan fasilitas serta sarana dan
prasarana, pengembangan kota diarahkan terutama pada lahan yang
selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Perkembangan jumlah
penduduk di Kabupaten Buton Tengah mengalami perkembangan
yang berbeda-beda setiap tahunnya, hal ini sangat dipengaruhi oleh
migrasi penduduk yang melakukan kegiatan perekonomian/jasa di
Kabupaten Buton Tengah dan juga oleh penduduk yang mempunyai
kegiatan di luar wilayah Kabupaten Buton Tengah, khususnya
Kabupaten Buton sebagai kabupaten induk sebelum terjadi
pemekaran wilayah. Adapun pertumbuhan penduduk di Kabupaten
Buton Tengah mencapai 4,2 % pertahun (berdasarkan angka
pertumbuhan penduduk Kabupaten Buton 5 tahun terakhir).
Dalam menentukan model proyeksi penduduk yang akan
dipergunakan melakukan pengujian terhadap 3 (tiga) model proyeksi,
yaitu Model Eksponensial, Bunga Berganda dan Regresi. Dari ketiga
model tersebut dilakukan pengujian, dimana yang mempunyai nilai
simpangan terkecil akan dipergunakan sebagai model dalam
menghitung proyeksi penduduk Kabupaten Buton Tengah.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, model yang terpilih untuk
menghitung proyeksi penduduk di Kabupaten Buton Tengah adalah
model Regresi. Penggunaan model proyeksi ini didasarkan pada
kecenderungan peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Buton
Proyeksi penduduk di Kabupaten Buton Tengah pada tahun
2035 akan mencapai 93.011 jiwa. Bertambahnya jumlah penduduk
tersebut tentunya akan sangat mempengaruhi kebutuhan
sarana/prasarana wilayah, lapangan pekerjaan dan tentu diperlukan
penataan ruang supaya dalam pengalokasiannya sesuai dengan
peruntukannya.
Tabel 2.14
Proyeksi Penduduk di Kabupaten Buton Tengah
No Kecamatan Tahun
2015 2020 2025 2030 2035
1 Gu 16.334 16.524 16.717 16.913 17.110
2 Sangia
Wambulu 5.164 5.224 5.285 5.347 5.409
3 Lakudo 20.814 21.058 21.303 21.552 21.804
4 Mawasangka 22.765 23.031 23.300 23.572 23.848
5 Mawasangka
Timur 4.978 5.036 5.095 5.155 5.215
6 Mawasangka
Tengah 9.434 9.544 9.655 9.768 9.882
7 Talaga Raya 9.300 9.409 9.519 9.630 9.742
Jumlah 88.789 89.826 90.875 91.937 93.011
2.3.2. Urbanisasi
Terkait urbanisasi di Kabupaten Buton tengah tidak ada
data yang terkait baik informasi dari BPS maupun hasil wawancara
dengan penduduk setempat. Untuk pola pergerakan penduduk
menuju dari dan ke Kabupaten Buton disebabkan karena mata
pencaharian (bekerja) dan sifatnya sementara. Daerah tujuan
perjalanan umumnya ke Kota Baubau, sedangkan penduduk yang
masuk ke Kabupaten Buton Tengah umumnya Pegawai Negeri Sipil
akibat pemekaran daerah dimana sebagian besar bertempat tinggal di
Kota Baubau.
2.4. Sebaran Fasilitas
A. Fasilitas Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
untuk menuju masyarakat yang cerdas, terampil dan sejahtera. Di
Kabupaten Buton Tengah, jumlah sarana pendidikan mulai dari
Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah Umum
disajikan pada Tabel 3-7. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Buton
Tengah terdiri dari 68 unit Taman Kanak-Kanak (TK), 91 unit Sekolah
Dasar (SD), 31 unit Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 20 unit
Gambar 2.10 Jumlah Fasilitas Pendidikan Kabupaten Buton Tengah
Tahun 2013
Tabel 2.15
Jumlah Fasilitas Pendidikan Kabupaten Buton Tengah Tahun 2013
No. Kecamatan Tahun 2013
TK SD SMP SMU
1 Gu 11 15 4 3
2 Sangia Mambulu 6 7 2 3
3 Lakudo 11 20 8 4
4 Mawasangka 19 22 8 5
5 Mawasangka Timur 7 9 3 1
6 Mawasangka Tengah 10 9 3 2
7 Talaga Raya 4 9 3 2
Jumlah 68 91 31 20
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
B. Fasilitas Kesehatan
Salah satu indikator tingkat kesejateraan masyarakat adalah
kesehatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan
masyarakat disamping faktor-faktor lainnya. Jumlah fasilitas
kesehatan di Kabupaten Buton Tengah tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel 2.16
Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Buton Tahun 2013
No. Kecamatan
Tahun 2013 Puskesmas
Non Perawatan
Puskesmas Perawatan
Umum
Puskesmas Perawatan Persalinan
Pustu Poske
sdes
1 Gu 1 1 1 1 4
2 Sangia
Mambulu 1 1 5
3 Lakudo 1 1 6 2
4 Mawasangka 2 1 1 3 5
5 Mawasangka
Timur 1 3 2
6 Mawasangka
Tengah 1 1 2 4
7 Talaga Raya 1 2 1
Jumlah 5 6 3 18 23
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
Gambar 2.14 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Buton Tengah Tahun
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk
mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan
perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang
ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan
yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka
kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan
dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan
dihuni selama beberapa waktu. Di Kabupaten Buton Tengah pada
tahun 2013 terdapat 100 Mesjid, 6 Mushalla/langgar dan 2 Gereja.
Tabel 2.17
Jumlah Fasilitas Peribadatan Kabupaten Buton Tengah Tahun 2013
No. Kecamatan
Tahun 2013
Masjid Mushola/
Langgar Gereja
1 Gu 22 1
2 Sangia Mambulu 6 2
3 Lakudo 23 2 1
4 Mawasangka 20 1
5 Mawasangka
Timur 11 1
6 Mawasangka
Tengah 10
7 Talaga Raya 8
Jumlah 100 6 2
2.5. Isu Strategis Ekonomi dan Lingkungan
2.5.1. Aspek Ekonomi (PDRB) dan Potensi Ekonomi
A. Kondisi Perekonomian
Pendapatan regional tercermin dari besaran Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah.
PDRB di Kabupaten Kuantan Singingi terdiri dari dua tipe yaitu PDRB
atas dasar harga konstan dan berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada tahun 2000 sebagai tahun dasar.
Berdasarkan PDRB menurut sektor dan subsektornya, terlihat
bahwa aktivitas ekonomi Kabupaten Buton Tengah didominasi oleh
sektor Pertanian. Sektor yang tergabung ke dalam kelompok sektor
primer ini menghasilkan nilai tambah sebesar 1,4 triliun rupiah.
Sektor dengan nilai tambah terbesar kedua adalah sektor Konstruksi
dan sektor dengan nilai tambah bruto terbesar ketiga ada;ah sektor
perdagangan. Ketiga sektor ini memiliki kontribusi yang tinggi dalam
menyerap tenaga kerja lokal. Sehingga diharapkan ketiga sektor ini
dapat berdampak bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Buton
Tengah secara keseluruhan.
Tabel 2.18
PDRB Kabupaten Buton Tahun 2013 dan Tahun 2014
No Sektor 2013 2014
1 Pertanian, kehutanan, dan
Perikanan 1.465.155,10 1.679.583,30
2 Pertambangan dan Penggalian 1.431.340,50 1.676.128,20
3 Industri pengolahan 188.914,30 229.930,40
4 Pengadaan Listrik dan Gas 2.283,90 2.583,70
5 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan daur Ulang 19.410,80 20.717,00
Sumber: PDRB Kabupaten Buton 2014, diolah
Keterangan: PDRB Kabupaten Buton Tengah dihitung dengan asumsi proporsi luasan Buton Tengah Terhadap Kabupaten Buton sebelum dimekarkan
B. Pertanian
Rumah tangga usaha pertanian penggunaan lahan di
Kabupaten Buton Tengah pada tahun 2013 sebanyak 9.369 rumah
tangga dan rumah tangga petani gurem sebanyak 4.678 rumah
tangga. Jumlah rumah tangga usaha pertanian padi hanya ada di
Kecamatan Mawasangka sebanyak delapan rumah tangga,
sedangakan jumlah rumah tangga usaha pertanian palawija dan
jagung masing-masing sebanyak 3.959 dan 3.063 rumah tangga,
dengan rumah tangga terbanyak terpadat di Kecamatan Mawasangka
sebanyak 998 rumah tangga untuk jenis tanaman palawija dan 904
untuk jenis tanaman jagung.
Produksi tanaman bahan makanan hingga pada tahun 2013
terutama untuk jagung dan ubi kayu masing-masing sebanyak
3.157,56 ton dan 22.735,10 ton. Sisanya yaitu tanaman ubi jalar,
8 Transportasi dan Pergudangan 45.795,80 50.389,30
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 7.315,90 8.056,80
10 Informasi dan Komunikasi 36.552,00 37.743,70
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 42.019,80 46.565,90
12 Real Estate 58.169,40 62.771,80
13
administrasi pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1.163,80 1.319,30
14 Jasa Perusahaan 295.138,50 328.833,70
15 Jasa Pendidikan 269.138,50 299.496,30
16 Jasa Kesehatan dan kegiatan
Sosial 49.656,90 55.363,50
17 Jasa lainnya 32.759,90 36.117,80
kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau yang dihasilkan di
Kabupaten Buton Tengah.
Tabel 2.19
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
Tabel 2.20
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman
Padi Palawija Jagung
No. Kecamatan Tangga Usaha Pertanian
Padi Palawija Jagung
7 Talaga Raya 1,207 727 248
Jumlah 11,354 8 3,959 3,063
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
Tabel 2.21
Produksi Tanaman Bahan Makanan Menurut Jenis Tanaman (Ton)
No. Kecamatan
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
C. Perkebunan
Sektor perkebunan di Kabupaten Buton Tengah tahun 2013
juga banyak menyumbang untuk perekonomian, hasil produksi
perkebunan di Kabupaten Buton Tengah seperti, aren, cengkeh,
jambu mete, kakao, kapuk, kelapa dalam, kelapa hibrida, kemiri, kopi,
Tabel 2.22
Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman (Ton)
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
D. Perikanan
Hasil produksi perikanan laut di Kabupaten Buton Tengah pada
tahun 2013 sebanyak 50.379,71 ton, dengan produksi terbanyak di
Kecamatan Mawasangka 17.808,79 ton diikuti Kecamatan Lakudo
sebanyak 14.023,23 ton. Sedangakn untuk hasil produksi perikanan
budidaya yaitu Kerapu dihasilkan di Kecamatan Lakudo sebanyak
91,22 ton, Bandeng di Kecamatan Mawasangka sebanyak 103,62 ton
dan Rumput Laut dihasilkan diseluruh kecamatan dengan produksi
terbanyak di Kecamatan Mawasangka sebanyak 6.434,76 ton. Total
hasil produksi perikanan laut dan perikanan budidaya terbesar
terdapat di Kecamatan Mawasangka yang mencapai 24.347,17 ton.
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Buton Tengah pada tahun
2013 mencapai 29.881,56 ton untuk perairan laut, dengan produksi
(Ton)
No. Kecamatan Perikanan
Laut
Perikanan Budidaya
Jumlah
Kerapu Bandeng Rumput
Laut
Jumlah 50,379.71 91.22 103.62 22,926.77 73,501.32
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2014
Tabel 2.24
Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor Tahun 2013 (Ton)
No. Kecamatan Perairan
Laut
2.5.2. Isu-Isu Strategis Kondisi Lingkungan Strategis
Isu-isu strategis menyangkut kondisi lingkungan strategis ,
antara lain:
a. Kedaaan topografi wilayah yang umumnya relatif datar dan
formasi geologi yang mempunyai bearing capacity yang besar
(daya dukung lingkungan) mampu memndukung
pembangunan fisik diatasnya.
b. Wilayah kabupaten merupakan kepulauan yang
membutuhkan penanganan yang menyeimbangkan
pertumbuhan antar pulau (Pulau Muna, Buton dan
Kabaena);
c. Aksesibilitas antar wilayah terbatas dari aspek transportasi
darat, laut dan udara;
d. Kondisi lahan yang tergolong sebagai lahan kering, tanah
kapur dan kritis membutuhkan penganan dalam
pemenuhan pangan daerah;
e. Potensi pariwisata berbasis geologi dan budaya yang
tersebar pada seluruh kawasan, kabupaten menciptakan
branding kabupaten sejuta goa serta potensi air bawah
tanah/sungai bawah tanah yang merupakan ciri khas
daerah karst.
f. Pengembangan sektor pertambangan nikel pada Pulau
Kabaena yang potensial tetapi mengancam pelestarian
lingkungan bila tidak dilakukan pengelolaan secara bijak;
g. Ketersediaan lahan cukup besar bagi pengembangan lahan
2.5.3. Isu Strategis Bidang Cipta Karya
Isu-isu strategis menyangkut pembangunan infrastruktur
bidang cipta karya, yaitu:
1) Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan
serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
2) Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
3) Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi
penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan
penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
4) Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman
yang sudah dibangun.
5) Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas
dalam pengembangan kawasan permukiman.
6) Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber
daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam
memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan