BAB IV.
PROFIL KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR
4.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF WILAYAH
Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian Timur
pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai dengan tanggal
ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak posisi Kabupaten Indragiri
Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini dapat dikategorikan sebagai
daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339.5 Km dan luas perairan
laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas wilayah. Kabupaten Indragiri Hilir yang
merupakan bagian wilayah Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah
pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau. Secara geografis terletak pada posisi 0036’LU ―10 07’ LS dan 104010’ ― 102032’ BT. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai berikut :
❖ Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan;
❖ Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi) ❖ Sebelah barat berbatsan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan
❖ Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga (Provinsi
Kepulauan Riau).
Berdasarkan letak dan posisinya yang startegis, keberadaan Kabupaten Indragiri Hilir di
Pantai Timur Sumatera memiliki prospek yang cukup tinggi bagi pengembangan wilayah dan
pertumbuhan ekonomi, karena posisinya yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan
seperti Batam dan Karimun, serta berada di wilayah perairan yang mampu mengakses berbagai
wilayah dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat
dikembangkan untuk menjadikan Kabupaten Indragiri Hilir sebagai “Pintu gerbang Timur Sumatera “ dalam berbagai aktifitas pembangunan. Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah pantai dan rawa pasang surut dengan penyebaran sungai hampir di seluruh kecamatan. Disamping sungai,
selat dan terusan juga terdapat parit-parit untuk mengendalikan arus air pada saat pasang surut,
Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan presentase wilayah menurut kecamatan di
Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel IV-1. Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2011
Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu daerah
endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau (mangrove).
Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah Kabupaten Indragiri
Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0 – 3 Meter di atas permukaan laut. Daerah yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya 6.69 % berupa
daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6 - 35 meter dari permukaan laut yang terdapat
Secara fisiografinya, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbelah-belah oleh beberapa
sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Berdasarkan hasil perhitungan,
diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah Kabupaten Indragiri Hilir di dominasi oleh kemiringan
0 – 2 %, seluas 1.298.763 Ha (94.97 %), kemiringan 3 - 5 % seluas 9.710 Ha (0.71 %), kemiringan 16 - 40% seluas 21.197 Ha (1.55 %) dan kemiringan di atas 40 % seluas 37.744 Ha (2.76 %).
Sedangkan khusus kondisi topografi untuk Kawasan Kuala Enok didominasi oleh lahan dengan
kemiringan 0 – 8 %.
4.3. KONDISI GEOHIDROLOGI
Pada umumnya keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir ditentukan oleh perbedaan
topografi terutama antara perbukitan, dataran maupun perairan. Keadaan hidrologi di Kabupaten
Indragiri Hilir pada dasarnya mempunyai potensi perairan yang cukup luas serta daratan yang
dapat dikembangkan usaha budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan
investasi baik di bidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan dibidang budidaya
perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang Anadara dan kolam).
Disamping sungai-sungai dan selat, di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat parit-parit
baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia, sehingga Kabupaten Indragiri
Hilir disamping terkenal dengan julukan Negeri Sri Gemilang, juga di kenal sebagai Negeri Seribu
Parit.
Untuk sumberdaya air di wilayah kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari air permukaan dan air
tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air tanah terdiri dari air tanah
bebas/unconfined ground water dan air tanah agak tertekan / semiconfined groundwater.
Penentuan potensi ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumberdaya air
terutama ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan di samping dari data yang terhimpun dari
penelitian terdahulu. Di Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) dari
pesisir Selatan ke arah Utara, yaitu DAS Reteh Gangsal, DAS Indragiri Tuaka, DAS Gaung Anak
Serka, DAS Batangtumu, dan DAS Guntung Kateman.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran kondisi hidrologi Kabupaten Indragiri Hilir dapat
4.4. KONDISI GEOLOGI
Berdasarkan sejarah geologi, wilayah kabupaten Indragiri Hilir merupakan jalur cekungan
sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan tektonik bumi yang menyebar luas dan berbentuk
morfologi pendataran. Morfologi pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok
dan membawa pasokan material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya
terperangkap bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut
ditumbuhi oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan
hutan dataran rendah.
Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati di atasnya
tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya gaya-gaya tektonik
dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang terus memasoknya dan kejadian
ini berulang terus hingga sekarang.
Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda akhirnya
membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini terus
berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut sebagai batubara
muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan batubara. Endapan
batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala geologi sampai suatu saat
berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai sumber minyak bumi yang mengalami
pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut akhirnya terjebak dalam suatu batuan
perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi tersebut disebut sebagai bahan bakar energi fosil
karena asalnya berasal dari sumberdaya hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil.
Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan dalam
geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika, batuan, tanah, struktur,
bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan tersebut sangat mempengaruhi
sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya berdampak terhadap bentuk formasi
pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air sungai dan laut, penyebaran kenekaragaman hayati, dan
Wilayah kabupaten Indragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium Sumatera
Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang terbentuk sebagai
akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan awal proses pembentukan
gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman es berakhir, air laut kembali surut, tetapi
proses pembentukan gambut dan akumulasi sedimen di daerah rawa dan sepanjang pantai
wilayah kabupaten Indragiri Hilir tetap berlangsung terus.
Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir kabupaten Indragiri Hilir
berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk,1991) terdiri dari jenis alluvium, endapan pantai
(Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter. Tanah dan batuan yang
tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan pasir. Gambut terletak di atas
lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan pada lumpur dan lempung.
Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke arah pantai semakin dalam.
Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan pantai
(Qac) yang disusun oleh pasir, lanau, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, sisa tumbuhan
setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di dataran pantai terdiri dari
lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair, sangat lunak, sangat plastik, memiliki
rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10% dan nilai
unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm²).
Dalam keadaan kering sifat lumpur sulit dibedakan dengan lempung. Lumpur abu-abu
memiliki sifat keteknikan buruk, kurang teguh dan stabil. Batuan dasar, diperkirakan terdapat pada
kedalaman lebih dari 60 meter. Karena batuan dasar, diperkirakan satu-satunya batuan keras di
wilayah kabupaten Indragiri Hilir dapat ditafsirkan sebagai lapisan keras yang mampu menahan
bangunan berat dan berada pada kedalaman lebih dari 60 meter.
Tanah dan batuan di dataran limbah banjir dan rawa tepian sungai merupakan endapan
rawa (Qs) yang disusun oleh lempung, lanau, pasir dan gambut. Tanah di kawasan ini terutama
terdiri dari lempung abu-abu atau abu-abu dengan bercak kuning. Di beberapa lokasi
kadang-kadang di atas lempung ditemukan gambut dengan ketebalan beragam, berkisar antara 50-300
Lempung abu-abu, terdapat dalam keadaan liat, bersifat plastis, mengotori tangan/sticky, dan kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10%, rekah kerutnya tinggi, mudah
mencair dan memiliki nilai unconfined strength kurang dari 2 kg/cm². Selain itu, dalam keadaan
kering dapat mencapai 4 kg/cm² dan menjadi bersifat rapuh/brittle (Rajiyowiryono, 1986).
Pasir, terdapat sebagai sisipan tipis pada lempung dan lumpur. Komposisi utamanya berupa kuarsa yang belum terikat kuat dan masih bersifat lepas.
Batuan dasar, diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 40 meter.
Gambut, bersifat sangat higroskopis, mampu menghisap dan melepas air dengan cepat, butirannya tidak terlalu kuat karena hanya terikat oleh tegangan pori dari air yang mengisi rongga
antar butiran. Dalam keadaan kering akan kehilangan tegangan pori hingga mudah lepas, tetapi
dalam kondisi kelewat jenuh air, gambut bersifat cair dan daya dukungnya bertambah lemah,
sehingga gambut memiliki sifat keteknikan yang buruk. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Indragiri Hilir (90 %) merupakan lahan dengan karakteristik tanah gambut ini.
4.5. KONDISI KLIMATOLOGI
Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada dataran rendah atau daerah pesisir timur dengan
ketinggian < 500 meter dari permukaan laut. Hal ini mengakibatkan daerah ini menjadi rawa-rawa
yang beriklim tropis basah. Akan tetapi, terdapat beberapa desa yang merupakan dataran tinggi.
Desa-desa tersebut terdapat di Kecamatan Keritang dan Kemuning. Hal ini menyebabkan lahan
pertanian pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada air laut.
Pada tahun 2012, rata-rata curah hujan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah 136,15 mm
dengan rata-rata hari hujan adalah 10 hari. Rata-rata curah hujan terbanyak terjadi pada bulan
Nopember yaitu 229,8 mm dengan rata-rata hari hujan adalah 14 hari.
Pada musim kemarau kadang-kadang hujan tidak turun beberapa bulan lamanya (1-2
bulan). Akibatnya air tawar terdesak oleh air asin laut menuju hulu sungai. Hal ini menimbulkan
Tabel IV-2. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012
BULAN HARI HUJAN (Hari) CURAH HUJAN (mm)
Januari 6 77,0
Februari 12 170,8
Maret 13 197,8
April 13 196,6
Mei 11 130,0
Juni 6 55,9
Juli 7 92,8
Agustus 5 58,1
September 6 90,1
Oktober 12 177,0
Nopember 14 229,8
Desember 15 157,9
Rata-Rata 10 136,15
Sumber : BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013
4.6. KONDISI DEMOGRAFI
4.6.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Berdasarkan data statistik yang ada, diketahui jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir
pada tahun 2012 adalah sebanyak 689.938 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam Angka 2013). Dari jumlah
penduduk tersebut terdiri dari 170.762 Kepala Keluarga (Rumah Tangga). Tingkat kepadatan
penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir tergolong amat rendah, yaitu 84,80 jiwa per Km² dan
rata-rata anggota keluarga sebanyak 4 jiwa.
Pada umumnya distribusi penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir cukup merata untuk setiap
wilayah kecamatan. Distribusi penduduk yang paling tinggi berada di Kecamatan Gaung Anak
Serak, dengan distribusi penduduk sekitar 10,50 5 atau 71.193 jiwa. Selain itu, untuk memudahkan
pergerakan, maka penduduk juga memilih untuk membangun rumah yang berada di sekitar tepi
Tabel IV-3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012
No. Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
1 Kemuning 94,642 64,029 67.65
2 Reteh 53,183 43,991 82.72
3 Enok 44,941 34,340 76.41
4 Tanah Merah 47,660 31,201 65.47
5 Kuala Indragiri 71,495 19,469 27.23
6 Tembilahan 15,164 72,446 477.75
7 Tempuling 75,287 30,768 40.87
8 Batang Tuaka 39,118 27,412 70.08
9 Gaung Anak Serka 64,995 22,237 34.21
10 Gaung 207,617 40,164 19.35
11 Mandah 174,273 40,185 23.06
12 Kateman 48,781 45,630 93.54
13 Kemuning 104,984 30,887 29.42
14 Tembilahan Hulu 13,899 44,451 319.81
15 Pulau Burung 58,050 22,474 38.71
16 Pelangiran 85,396 43,838 51.33
17 Teluk Balengkong 42,774 16,794 39.26
18 Concong 26,348 13,340 50.63
19 Kempas 58,453 33,959 58.10
20 Sungai Batang 40,489 12,323 30.44
Jumlah 1,367,551 689,938 84.80
4.6.2. Tingkat Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir meningkat pesat sejak tahun 1990 yang
hanya berjumlah 426.196 jiwa (RUTR Kab. Indragiri Hilir : 1992), tahun 1995 sebanyak 567.864 jiwa
(BPS Kab. Ingriri Hilir : 1994 – 1997), pada tahun 2001 sebanyak 542.226 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam
Angka 2002), tahun 2006 sebanyak 647.512 jiwa (Kabupaten Inhil Dalam Angka 2007), sebanyak
658.178 jiwa pada tahun 2007 (Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2008) dan menjadi sebanyak
670.834 jiwa pada tahun 2008 (Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka 2009).
Bagan IV-1. Jumlah Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 (jiwa)
Sumber : Analisis data BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013
Dari perkembangan jumlah penduduk tersebut maka laju pertumbuhan penduduk rata-rata
per tahun selama kurun waktu 13 tahun terakhir (1990-2003) adalah 10.718 jiwa per tahun, atau
sebesar 2.24 % per tahun. Jika dilihat secara periodik pertumbuhan penduduk dari hasil Sensus
Penduduk 2000 berjumlah 555.666 jiwa Jika dibandingkan dengan Sensus Penduduk 1990
sebanyak 477.276 jiwa, sehingga angka pertumbuhannya sebesar 1.58%. Pertumbuhan penduduk
Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2010 adalah 662.185
jiwa (RTRW 2011-2031) dan tahun 2011 sebanyak 685.698 jiwa (INHIL dalam Angka 2012)
sehingga rata-rata pertumbuhan penduduk adalah 20.361 jiwa per tahun, atau sebesar. 3.577 %
per tahun. Dari tahun 20011-2012, pertumbuhan penduduk pertahun Kabupaten Indragiri Hilir
adalah 0,618% atau meningkat sebesar 4.240 jiwa per tahun. Dari dua tahun tersebut diambil
pertumbuhan rata-rata sebesar 2.093% pertahun. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan
penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat tabel berikut.
Sumber : INHIL DALAM ANGKA & RTRW 2011-2031
4.6.3. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk dihitung berdasarkan tingkat laju pertambahan penduduk yang
dihitung berdasarkan peningkatan jumlah penduduk selama 2 tahun terakhir yang dianggap stabil.
Hal ini dikarenakan dalam 5 tahun terakhir terjadi fluktuasi yang sangat bervariatif hingga
pertumbuhan minus di sebagian kecamatan yang berarti terjadi migrasi/perpindahan penduduk
dari wilayah tersebut.
Dengan memperhatikan karakter laju pertumbuhan penduduk menurut masing-masing
kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir, dan jumlah penduduk tahun dasar prediksi adalah jumlah
penduduk mutakhir yang ada yaitu tahun 2012, prediksi tahun 2013 maka dihitung prediksi jumlah
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tabel IV-5. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2018 s/d 2018
No. KECAMATAN LUAS (HA) LPP (%) Basis Data 2013 PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK 5TH
2012 2014 2015 2016 2017 2018
1 Keritang 94.642 2,113 64.029 65.382 66.763 68.174 69.614 71.085 72.587
2 Reteh 53.183 2,232 43.991 44.973 45.977 47.003 48.052 49.125 50.222
3 Enok 44.941 2,081 34.340 35.055 35.784 36.529 37.289 38.065 38.857
4 Tanah Merah 47.660 2,092 31.201 31.854 32.520 33.200 33.895 34.604 35.328
5 Kuala Indragiri 71.495 2,090 19.469 19.876 20.291 20.715 21.148 21.590 22.041
6 Tembilahan 15.164 2,101 72.446 73.968 75.523 77.110 78.730 80.385 82.074
7 Tempuling 75.287 2,089 30.768 31.411 32.067 32.737 33.421 34.119 34.832
8 Batang Tuaka 39.118 2,080 27.412 27.982 28.564 29.159 29.765 30.385 31.017
9 Gaung Anak Serka 64.995 2,104 22.237 22.705 23.183 23.670 24.168 24.677 25.196
10 Gaung 207.617 2,081 40.164 41.000 41.853 42.724 43.613 44.521 45.448
11 Mandah 174.273 2,096 40.185 41.027 41.887 42.766 43.662 44.577 45.512
12 Kateman 48.781 2,074 45.630 46.576 47.542 48.528 49.534 50.561 51.610
13 Kemuning 104.984 2,075 30.887 31.528 32.182 32.850 33.532 34.228 34.938
14 Tembilahan Hulu 13.899 2,106 44.451 45.387 46.343 47.320 48.316 49.334 50.373
15 Pulau Burung 58.050 2,059 22.474 22.937 23.409 23.891 24.383 24.885 25.398
16 Pelangiran 85.396 2,025 43.838 44.726 45.631 46.555 47.497 48.459 49.440
17 Teluk Balengkong 42.774 2,078 16.794 17.143 17.499 17.863 18.234 18.613 18.999
18 Concong 26.348 2,093 13.340 13.619 13.904 14.195 14.492 14.796 15.105
19 Kempas 58.453 2,081 33.959 34.666 35.387 36.124 36.875 37.643 38.426
20 Sungai Batang 40.489 2,101 12.323 12.582 12.846 13.116 13.392 13.673 13.961
4.7. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
Dalam analisis kegiatan ekonomi, pembahasan akan dilakukan terhadap peran dan
pengaruh Kabupaten Indragiri Hilir pada sistem ekonomi regional, perkembangan dan struktur
ekonomi, aliran dan pola pergerakan barang dan jasa serta pengembangan kegiatan ekonomi dan
investasi.
4.7.1. Kondisi Sosial
A. Indeks Pembangunan Manusia
Paradigma pembangunan manusia dikaitkan dengan upaya untuk memanusiakan
masyarakat dalam jati diri pembangunan (people-centered development). Di sini,
penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end), sedangkan upaya
pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan
pembangunan itu sendiri.
Secara praktikal, pembangunan manusia dapat diukur dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). IPM adalah suatu indeks komposit yang digunakan untuk mengukur
tingkat pembangunan manusia. IPM terdiri atas empat komponen indikator, yaitu angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya
beli/purchasing power parity (PPP).
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa IPM Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2012
mencapai sebesar 76.15 poin atau masih berada dibawah angka rata-rata IPM Provinsi
Riau yang pada tahun 2012 mencapai sebesar 76.90. Perincian perbandingan
komponen-komponen IPM Kabupaten Indragiri Hilir dengan angka rata-rata Provinsi
Riau selanjutnya ditampilkan pada tabel IV.6 serta diuraikan dalam poin-poin berikut ini; • Rata-rata tingkat harapan hidup pada tahun 2012 mencapai selama 71,88 tahun
atau berada diatas angka rata-rata Provinsi Riau yang mencapai selama 71,69
tahun
• Rata-rata lama pendidikan yang dinikmati oleh penduduk pada tahun 2012 mencapai selama 7,63 tahun atau berada dibawah angka rata-rata Provinsi Riau
yang mencapai selama 8,64 tahun
• Tingkat pengeluaran rata-rata penduduk pertahun pada tahun 2012 mencapai sebesar Rp.650.91 per tahun atau berada dibawah angka rata-rata Provinsi Riau
yang mencapai selama Rp.654.48.
Jika dilihat dari posisi IPM Kabupaten Indragiri Hilir diantara kabupaten/kota di Provinsi
Riau maka terlihat posisinya berada pada urutan keempat setelah Kota Pekanbaru, Kota
Dumai dan Kabupaten Siak.
Tabel IV-6. Perbandingan IPM Kabupaten Indragiri Hilir dan Riau Tahun 2012
No KETERANGAN Indragiri Hilir Riau
1 Usia harapan hidup (tahun) 71.88 71.69
2 Melek huruf dewasa (%) 99.18 98.45
3 Rata-rata lama pendidikan (tahun) 7.63 8.64
4 Pengeluaran per kapita (Rp.000,-) 650.91 654.48
5 IPM 76.15 76.90
Sumber Data : BPS Provinsi Riau,
B. Kemiskinan
Selama periode tahun 2008 sampai tahun 2012 telah terjadi penurunan angka
kemiskinan yang cukup signifikan di Kabupaten Indragiri Hilir, walaupun masih terjadi
peningkatan temporer pada golongan masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan.
Pada tahun 2008, jumlah masyarakat miskin di Kabupaten mencapai sejumlah 92,390
jiwa atau 13.19 persen dari jumlah penduduk yang kemudian menurun menjadi sejumlah
53.800 jiwa atau 7,81 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2012.
Tabel IV-7 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Persentase Kemiskinan
2008 217.031 92,390 13,19
2009 219.841 80,600 11,11
2010 238.707 62,400 9,41
2011 261.927 52,800 7,65
C. Ketenagakerjaan
Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada lapangan
pekerjaan. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah secara langsung dapat
menggerakan perekonomian daerah tersebut. Hal sebaliknya dapat mengakibatkan
timbulnya masalah sosial. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase
angkatan kerja yang bekerja dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam
melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah
benar-benar digerakan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena
pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada
peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan
pemenuhan kebutuhan hidup yang layak (peningkatan kemampuan daya beli).
Tabel IV-8 Penduduk yang Termasuk Angkatan Kerja, Bekerja, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2010-2013
KETERANGAN 2010 2011 2012 2013
Angkatan Kerja 310.586 320.285 312.996 334.685
Bekerja 293.791 304.919 304.792 324.506
Pengangguran 16.795 15.366 8.204 10.179
TPT 5.41 4.8 2.62 3.04
TPAK 66.40 63.52 69.39
Sumber Data : Berita Resmi Statistik Agustus 2010-2013, BPS Provinsi Riau, Diolah
Berdasarkan data BPS Provinsi Riau tahun 2009-2013, terlihat bahwa jumlah penduduk
angkatan kerja di Kabupaten Indragiri Hilir cenderung mengalami peningkatan, dari
sebesar 310.586 jiwa pada tahun 2010 menjadi sebesar 334.685 jiwa pada tahun 2013.
Demikian juga dengan Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) yang memberikan
gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari
merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. TPAK mengalami peningkatan dari
sebesar 66.40 persen pada tahun 2012 menjadi sebesar 69.39 pada tahun 2013.
Sedangkan tingkat pengangguran justru mengalami fluktuasi, dari sebesar 5,41 persen
pada tahun 2010 turun menjadi sebesar 4,8 persen dan 2,62 persen pada tahun 2011
4.7.2. Kondisi Ekonomi
A. Peran dan Pengaruh Kabupaten Indragiri Hilir pada Sistem Ekonomi Regional
Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai peran yang potensial bagi sistem ekonomi regional
di Provinsi Riau dan sekitarnya. Pengaruh ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir secara
sektoral sangat mencolok di sektor perkebunan. Tanaman perkebunan yang merupakan
tanaman perdagangan yang cukup potensial di daerah ini adalah kelapa dalam, kelapa
hibrida, kelapa sawit, karet, sagu, kopi, kakao, pinang, dan aneka tanaman. Luas
tanaman perkebunan perkebunan pada tahun 2010 adalah seluas 629.417 ha dengan
produksi 2.095.194 ton.
B. Perkembangan dan Struktur Ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir
Dilihat dari kontribusi sektoral terhadap pertumbuhan PDRB Tahun 2010, maka sektor
Pertanian 48,31% atau Rp. 9.042.384,80 milyar menjadi yang terbesar kemudian diikuti
oleh industri pengolahan sebesar 24,82% atau sebesar Rp. 4.078.029,93 milyar,
kemudian sektor Perdagangan 12,13% atau sebesar Rp. 2.228.515,13 milyar dan sektor
Jasa-jasa 0,67% atau Rp. 1.249.684,25 milyar. Keempat sektor inilah yang menyumbang
lebih dari 80% terhadap PDRB Kabupaten Indragiri Hilir.
Hal ini menunjukkan kenaikan terhadap capaian PDRB pada tahun-tahun sebelumnya,
yakni pada tahun 2008 sebesar Rp. 11.835.210,77 milyar dan pada tahun 2009 sebesar
Rp. 14.968.670,58 milyar. Sektor perkebunan merupakan salah satu tulang punggung
perekonomian Kabupaten Indragiri Hilir. Berbagai komoditas tanaman perkebunan yang
telah dikembangkan selama ini adalah kelapa lokal, kelapa hibrida, kelapa sawit, karet,
kopi, coklat dan pinang. Potensi industri pengolahan kelapa sawit berserta potensi hasil
kelapa sawit merupakan sektor ekonomi strategis yang memberikan keunggulan
kompetitif dengan wilayah lain di Provinsi Riau. Pertumbuhan produktivitas kelapa sawit
Tabel IV-9. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah
BAB IV. PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ... 28
4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah ... 28
4.2. Kondisi Topografi ... 30
4.3. Kondisi Geohidrologi ... 32
4.4. Kondisi Geologi ... 34
4.5. Kondisi Klimatologi ... 37
4.6. Kondisi Demografi ... 38
4.6.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk ... 38
4.6.2. Tingkat Perkembangan Penduduk ... 40
4.6.3. Proyeksi Jumlah Penduduk ... 41
4.7. Kondisi Sosial dan Ekonomi ... 42
4.7.1. Kondisi Sosial ... 42
4.7.2. Kondisi Ekonomi ... 45
Tabel IV-1. Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2011 ... 30
Tabel IV-2. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 ... 38
Tabel IV-3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 ... 39
Bagan IV-1. Jumlah Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012 (jiwa) ... 40
Tabel IV-4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2007-2012 ... 41
Tabel IV-5. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2018 s/d 2018 .. 42
Tabel IV-6. Perbandingan IPM Kabupaten Indragiri Hilir dan Riau Tahun 2012 ... 43
Tabel IV-7 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Indragiri Hilir ... 43
Tabel IV-8 Penduduk yang Termasuk Angkatan Kerja, Bekerja, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2010-2013 ... 44
Tabel IV-9. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah ... 46