• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah - DOCRPIJM c54d6eb92c BAB VIBAB 6 Profil Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah - DOCRPIJM c54d6eb92c BAB VIBAB 6 Profil Kabupaten"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

VI - 1

Profil kabupaten/kota merupakan bagian yang penting dalam penyusunan

RPI2-JM Bidang Cipta Karya, sebagai dasar perencanaan pembangunan

infrastruktur pada masa yang akan datang. Bagian profil kabupaten/kota pada

RPI2-JM Bidang Cipta Karya menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek, yaitu

gambaran kondisi geografis dan administrasi wilayah, demografi, topografi,

geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi.

6.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah

Kabupaten Berau dengan luas wilayah 34.127,17 km2 terletak antara 116 o

Bujur Timur sampai dengan 119 o Bujur Timur dan 1 o Lintang Utara sampai dengan

2 o 33’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah,

Kabupaten Berau merupakan kabupaten terluas kelima setelah Kabupaten Kutai

Kartanegara serta dibagi menjadi 13 (tiga belas) kecamatan dan 110

desa/kelurahan.

Tiga belas kecamatan itu adalah Kelay dengan ibukota Sido Bangen,

Talisayan dengan ibukota Talisayan, Tabalar dengan ibukota Tubaan, Biduk‐ Biduk

dengan Ibukota Biduk‐Biduk, Pulau Derawan dengan ibukota Tanjung Batu, Maratua

dengan ibukota Maratua Teluk Harapan, Sambaliung dengan ibukota Sambaliung,

Tanjung Redeb dengan ibukota Tanjung Redeb, Gunung Tabur dengan ibukota

Gunung Tabur, Segah dengan ibukota Tepian Buah, Teluk Bayur dengan ibukota

Teluk Bayur, Batu Putih dengan ibukota Batu Putih, dan Biatan dengan ibukota

(2)

VI - 2

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014

Kabupaten Berau merupakan salah satu pintu gerbang utama di wilayah

Kalimantan Timur bagian Utara. Daratan Kabupaten Berau terdiri dari gugusan bukit

yang sebagian besar tidak berpenghuni, sehingga Kabupaten Berau memiliki potensi

sumber daya alam, seperti batubara dan kayu. Daerah ini juga mempunyai ratusan

sungai yang tersebar pada hampir semua kecamatan dan merupakan sarana

angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang adalah

Sungai Berau.

Adapun Kabupaten Berau berbatasan langsung dengan :

- Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara) di sebelah Utara;

- Kabupaten Kutai Timur di sebelah Selatan;

- Kabupaten Malinau di sebelah Barat ; dan

(3)

VI - 3

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Peta Wilayah Administratif Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau

6.2 Gambaran Demografi

Gambaran demografi wilayah kabupaten/kota diperlukan sebagai dasar

proyeksi demand infrastruktur Bidang Cipta Karya dan proyeksi kebutuhan

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada masa yang akan datang.

JUMLAH, PERTUMBUHAN, PERSEBARAN, KEPADATAN, DAN KOMPOSISI PENDUDUK

Penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang

cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010.

Jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 117.769 jiwa, meningkat menjadi

179.079 jiwa pada periode 2010. Berarti dalam periode tersebut, penduduk

Kabupaten Berau telah bertambah sekitar 6 ribu jiwa setiap tahunnya.

Pada periode 2010‐2013 pertumbuhan penduduk di Kabupaten Berau

sebesar 12,56 persen. Kecamatan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah

Kecamatan Teluk Bayur sebesar 15,56 persen, sedangkan kecamatan yang

(4)

VI - 4

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Berau berada di Kecamatan Tanjung Redeb (35,45 persen), yang merupakan

ibukota Kabupaten Berau. Selebihnya berada di Kecamatan Sambaliung (13,19

persen), Kecamatan Teluk Bayur (11,81 persen) dan tersebar di kecamatan lain

berkisar 1,64 ‐ 8,28 persen.

Pola persebaran penduduk Kabupaten Berau menurut luas wilayah sangat

timpang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk

yang mencolok antar daerah. Wilayah kecamatan dengan luas 86,21 persen dari

wilayah Kabupaten Berau dihuni oleh sekitar 31,27 persen dari total penduduk

Kabupaten Berau. Sedangkan selebihnya, yaitu 68,73 persen menetap di kota yang

luasnya hanya 13,79 persen dari luas wilayah Kabupaten Berau. Akibatnya

kepadatan penduduk di Kabupaten Berau hanya berkisar 6,05 jiwa/km2, sementara

kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjung Redeb sebanyak 3.007,53 jiwa/km2,

Kecamatan Teluk Bayur 135,20 jiwa/km2, dan Kecamatan Sambaliung 11,06

jiwa/km2.

Tabel 6.2.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut kecamatan

Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan Penduduk

Km 2 % Jumlah % Penduduk/Km 2

(5)

VI - 5

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Tabel 6.2.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan 2010 dan 2013

Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk

2010 2013 2010-2013

Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014

Tabel 6.2.3. Banyaknya Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Kecamatan Penduduk Rasio Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Jumlah

(6)

VI - 6

5 Garis Kemiskinan (Rp/Kap/bulan) 341.533 368.08 396.593

Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014

Keterangan :

• Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index – P1) merupakan ukuran

rata‐rata kesenjangan pengeluaran masing‐masing penduduk miskin terhadap

garis kemiskinan (GK). Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata‐rata

pengeluaran penduduk dari GK.

• Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Indeks – P2) merupakan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.

Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara

penduduk miskin.

• Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang

disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita/hari.

• Garis Kemiskinan Non Makanan (GKMN) merupakan penjumlahan nilai

kebutuhan minimum dari komoditi‐komoditi non‐makanan terpilih yang meliputi

perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

• Garis Kemiskinan (Poverty Line) merupakan jumlah dari GKM dan GKMN.

Penduduk yang memiliki rata‐rata pengeluaran perkapita/bulan di bawah GK

dikategorikan sebagai penduduk miskin.

(7)

VI - 7

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Gambaran topografi diperlukan sebagai salah satu dasar pertimbangan

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, termasuk keputusan pemilihan inovasi

teknologi yang tepat untuk diterapkan.

Peta Topografi / Kemiringan Lahan Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau

Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan bentuk relief,

kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari

gugusan bukit dan perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Berbagai tipe

hutan utama yang biasanya terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di Kabupaten Berau.

Hutan bakau, hutan rawa dan rawa gambut dijumpai di sepanjang pesisir dan muara sungai

Berau. Hutan dipterokarpa dataran rendah tersebar dan bercampur dengan hutan kerangas

dan hutan kapur dataran rendah. Di atas ketinggian 1000 m dpl (diatas permukaan laut)

hutan dipterokarpa digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada puncak tertinggi

gunung Mantan (2457 m dpl) terdapat hutan yang selalu diliputi awan. Lansekap daratan

Kabupaten Berau dicirikan oleh dataran rendah (38%) dan menengah (42%), dengan

tofografi datar hingga bergelombang. 37,1% wilayahnya (terutama wilayah pedalaman)

memiliki ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 23,2% wilayahnya (terutama

(8)

VI - 8

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

6.4 Gambaran Geohidrologi

Gambaran geohidrologi diperlukan untuk mengetahui kondisi sumber air baku,

kondisi penggunaan air tanah di kabupaten/kota sebagai dasar pertimbangan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Peta Daerah Aliran Sungai/DAS Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau

(9)

VI - 9

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

6.5 Gambaran Geologi

Gambaran geologi diperlukan untuk mengetahui kondisi tingkat kerawanan bencana

suatu wilayah dan untuk menentukan pilihan teknologi yang tepat guna bagi pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Peta Geologi Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau

(10)

VI - 10

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Keadaan permukaan tanah di kabupaten Berau umumnya didominasi oleh jenis

tanah podsolik, yaitu sekitar 38,68% dari luas wilayah daratan, pada umumnya tekstur tanah

yang mendominasi adalah tekstur tanah sedang (79,8% dari luas wilayah daratan).

Sedangkan jenis batuan yang terkandung di dalam tanah terluas adalah batuan pretertiari

dan yang terkecil adalah batuan ancau mandul beds.

6.6 Gambaran Klimatologi

Gambaran klimatologi diperlukan sebagai pertimbangan perencanaan

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, baik dari segi pertimbangan waktu

serta pertimbangan penerapan teknologi tepat guna.

IKLIM

Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Kabupaten Berau beriklim

tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober,

sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan

April.

Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi peralihan pada

(11)

VI - 11

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

di Kabupaten Berau juga dipengaruhi oleh angin Muson Barat pada Nopember ‐

April dan Angin Muson Timur pada Mei – Oktober.

Namun dalam tahun‐tahun terakhir ini, keadaan musim di Kabupaten Berau

kadang tidak menentu. Pada bulan‐bulan yang seharusnya turun hujan dalam

kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang

seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan waktu yang jauh lebih panjang.

Tabel 6.6.1

(12)

VI - 12

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014

SUHU DAN KELEMBABAN

Suhu udara suatu tempat ditentukan oleh tinggi dan rendahnya daerah

tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum, Kabupaten

Berau beriklim panas dengan suhu pada tahun 2013 berkisar antara 20,8 oC pada

bulan Juni sampai 35,6 oC pada bulan September. Ratarata suhu terendah adalah

26,2 oC dan tertinggi 27,6 oC. Selain sebagai daerah tropis dengan hutan yang luas,

di tahun 2013 rata‐rata

kelembaban udara di Kabupaten Berau antara 48 ‐ 100 persen.

Tabel 6.6.2

(13)

VI - 13

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014

CURAH HUJAN DAN KEADAAN ANGIN

Curah hujan di Kabupaten Berau sangat bervariasi menurut bulan. Catatan

curah hujan dan jumlah hari hujan bulanan sepanjang tahun 2013 disajikan pada

Tabel 1.2.3. Rata‐rata curah hujan tertinggi pada bulan mei sebesar 456,4 mm dan

terendah selama tahun 2013 pada bulan maret yaitu 60,7 mm.

Pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin antara 3 sampai 4 knot.

Kecepatan angina tertinggi adalah 4 knot, sementara yang terendah adalah 3 knot.

(14)

VI - 14

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014

6.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi

Aspek kesejahteraan masyarakat memberikan gambaran dan hasil

analisis terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat, mencakup fokus

kesejahteraan dan pemerataan perekonomian, kesejahteraan masyarakat,

serta seni budaya dan olahraga.

1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Indikator yang umum dipakai untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi

suatu daerah adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

daerah yang bersangkutan. Kabupaten Berau merupakan daerah yang

memiliki ketergantungan sumber daya alam tak terbaharui cukup tinggi

sehingga analisis pada PDRB baik secara total (dengan migas+batubara)

(15)

VI - 15

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

migas+batubara) akan memberikan gambaran lebih proporsional jika

dihubungkan dengan analisis mikro kesejahteraan masyarakat.

a. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu

indikator keberhasilan pembangunan dan tingkat kesejahteraan masyarakat

dari sisi makro ekonomi. PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang

timbul akibat adanya berbagai kegiatan ekonomi atau proses produksi yang

tercipta di suatu daerah atau region dalam suatu periode tertentu tanpa

memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki daerah tersebut atau bukan.

Gambar 6.7.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Berau, 2010-2014

Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2014

Terjadi peningkatan nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten

Berau pada tahun 2014 yakni mencapai 29.298.153,02 juta rupiah, jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 28.028.425,51 juta

rupiah dan hanya sebesar 24.907.139,21 juta rupiah pada tahun 2012. Pada

tahun 2014, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor

andalan di Kabupaten Berau, walaupun nilai tambah sektor ini sedikit

mengalami penurunan. Andil sektor pertambangan dan penggalian terhadap

(16)

VI - 16

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Sedangkan sektor yang paling sedikit berkontribusi dalam pembentukan

perekonomian Kabupaten Berau adalah sektor pengadaan listrik dan gas

yaitu 0,02 persen serta sektor pengadaan air sebesar 0,04 persen,

sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.7.1

Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Berau (Persen) Tahun 2014

LAPANGAN USAHA 2014

(1) (2)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10,35

B Pertambangan dan Penggalian 63,15

C Industri Pengolahan 3,88

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,02

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,04

F Konstruksi 2,88

G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4,99

H Transportasi dan Pergudangan 6,07

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,95

J Informasi dan Komunikasi 0,82

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,53

L Real Estate 1,02

M,N Jasa Perusahaan 0,14

O Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,38

P Jasa Pendidikan 2,54

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,70

R,S,T,U Jasa Lainnya 0,56

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00

Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2014

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau menunjukkan

trend menurun dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 mencapai

15,47 persen, menurun menjadi 10,19 persen tahun 2013 dan kembali

menurun di tahun 2014 menjadi 7,92 persen. Meski mengalami perlambatan,

(17)

VI - 17

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur yang hanya tumbuh sebesar

2,02 persen.

Gambar 6.7.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Berau (Persen) Tahun 2011-2014

Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015

Adapun laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha yang

tertinggi selama setahun terakhir ditempati oleh sektor transportasi dan

pergudangan, sektor administrasi pemerintahan serta sektor jasa pendidikan

dengan kisaran pertumbuhan sebesar 19 persen, sebagaimana terlihat dalam

tabel dibawah ini:

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,32 9,82

B Pertambangan dan Penggalian 13,69 7,11

C Industri Pengolahan -12,49 -1,00

D Pengadaan Listrik dan Gas 5,01 13,79

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 11,49 3,68

F Konstruksi 3,69 9,22

G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

(18)

VI - 18

O Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

8,40 19,64

P Jasa Pendidikan 20,44 19,57

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,66 11,14

R,S,T,U Jasa Lainnya 6,35 5,69

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10,19 7,92 Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015

Tabel 6.7.3

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Berdasarkan 9 Sektor Ekonomi

Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 – 2013 (%)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Pembangunan daerah di segala bidang merupakan proses menuju

tercapainya kesejahteraan masyarakat dalam setiap aspek kehidupan.

Namun seringkali hasil dari pembangunan tidak sepenuhnya dirasakan oleh

seluruh lapisan masyarakat sehingga kesenjangan penghidupan antarindividu

semakin terasa. Meskipun secara makro terlihat hasil positif pembangunan

daerah, namun jika ditelaah secara mikro masih terdapat masyarakat rentan

memiliki masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, hingga kesehatan

(19)

VI - 19

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

kesejahteraan masyarakat sebagai hasil dari kurang optimalnya pelaksanaan

pembangunan daerah.

Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat kesenjangan

pendapatan penduduk dalam suatu wilayah adalah “rasio gini” dengan

menganalisis nilai dengan interpretasi semakin mendekati nilai 1 maka

semakin tidak merata pendapatan penduduk suatu wilayah. Kabupaten Berau

memiliki gini ratio yang cukup tinggi, seperti yang terlihat pada gambar di

bawah yakni 0,3204 dan angka ini menurun dari tahun sebelumnya yang

mencapai 0,3305 sehingga dapat dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan

penduduk Kabupaten Berau termasuk dalam kategori sedang yang berarti

bahwa tingkat pemerataan sedang, karena terletak diantara nilai 0,3 dan 0,4

atau dibawah angka 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat

ketimpangan pengeluaran antar kelompok pendapatan tergolong sedang.

Gambar 6.7.3

Gini Ratio Kabupaten Berau, Tahun 2013

Sumber: BPS Kabupaten Berau, 2015

c. Angka Kemiskinan

Angka kemiskinan suatu wilayah akan menjadi salah satu indikator

penting dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat baik dari sisi sosial

(20)

VI - 20

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

namun secara persentase mengalami penurunan. Hal ini karena disamping

jumlah penduduk miskin yang berkurang, jumlah penduduk sebagai pembagi

juga mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2014, tingkat kemiskinan di

Kabupaten Berau mencapai 4,75 persen yang turun dari tahun sebelumnya

yang mencapai 4,84 persen. Tingkat kemiskinan yang menurun dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.7.4

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015

2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

Fokus kesejahteraan masyarakat menguraikan gambaran umum

bidang pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Fokus ini akan melihat

sejauh mana kesejahteraan masyarakat Kabupaten Berau selama ini.

a. Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara vertikal

(21)

VI - 21

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

baik dari segala bidang). Pembangunan suatu daerah sendiri akan

tercapai apabila setiap orang memperoleh peluang seluas-luasnya untuk

hidup sehat, berpendidikan dan berketerampilan serta mampu mencukupi

kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier. Untuk melihat

keberhasilan pembangunan manusia salah satunya dilakukan dengan

menggunakan IPM sebagai indeks komposit yang dapat diperbandingkan

di seluruh wilayah Indonesia.

Indeks pembangunan manusia atau Human Development Index

(HDI) yang diperkenalkan oleh United Nations Development Programes

(UNDP) sejak tahun 1990 adalah sebuah indeks komposit untuk

mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara/wilayah dalam bidang

pembangunan manusia. Dengan IPM, kita bisa melakukan analisis

pembandingan pencapaian pembangunan manusia antar wilayah.

Berdasarkan metode penghitungan terbaru, IPM dibangun melalui

pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup Angka Harapan Hidup

(kesehatan), harapan lama sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah

(pendidikan) dan Produk Nasional Bruto (PNB) Per Kapita (standar hidup

layak/ekonomi). IPM Kabupaten Berau selama lima tahun terakhir

mengalami kenaikan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini

Gambar 6.7.5

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau, Tahun 2008-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015

(22)

VI - 22

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

dibandingkan dengan angka IPM Provinsi Kalimantan Timur yang sebesar

73,82. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, IPM Kabupaten Berau

selalu menduduki peringkat keempat diantara kabupaten/kota

se-Kalimantan Timur.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat suatu wilayah. Melalui

tingkat pendidikan dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia

yang ada. Oleh karena itu, sebagai salah indikator dalam melihat kualitas

sumber daya manusia, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) salah satunya dipengaruhi oleh indikator pendidikan yakni harapan

lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.

Harapan Lama Sekolah dapat didefinisikan sebagai lamanya

sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada

umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk

mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang.

Nilai HLS yang semakin tinggi, dapat menggambarkan bahwa rata-rata

lamanya sekolah seseorang diharapkan akan semakin besar (semakin

tinggi pendidikan yang ditempuh). HLS ini dihitung pada usia 7 tahun ke

atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.

Adapun peningkatan nilai HLS Kabupaten Berau dari tahun ke tahun

dapat dilihat pada gambar berikut:

(23)

VI - 23

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Harapan Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015

Berdasarkan gambar terlihat bahwa nilai HLS Kabupaten Berau tahun

2014 adalah 12,96 tahun. Hal ini bearti bahwa seseorang yang berumur 7

tahun ke atas diharapkan dapat bersekolah selama 12 tahun. Dengan kata

lain, dalam kondisi normal, seseorang berumur 7 tahun ke atas diharapkan

dapat bersekolah sampai dengan tamat SMA. Nilai HLS tidak jauh berbeda

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni 12,86 pada tahun 2013,

12,06 pada 2012 dan 12,02 tahun 2011.

Selain harapan lama sekolah, indikator lain yang memperlihatkan

kualitas pendidikan suatu wilayah adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS).

Angka RLS merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang

pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki, dan pendidikan yang

telah ditamatkan. Angka ini mengindikasikan jumlah tahun yang digunakan

oleh penduduk suatu wilayah dalam mengenyam pendidikan sekolah formal.

Dalam penghitungan RLS, diasumsikan bahwa dalam kondisi normal, rata-rata

lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Adapun cakupan penduduk yang

dihitung dalam RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas dengan asumsi

pada umur 25 tahun, proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan ini

mengikuti standar inetrnasional yang digunakan oleh UNDP.

Rata-rata lama sekolah Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari

(24)

VI - 24

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

rata-rata lama sekolah di Kabupaten Berau masih berada di bawah rata-rata

lama sekolah Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 9,04 tahun.

Gambar 6.7.7

Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015

Salah satu indikator pendidikan lain untuk melihat kualitas pendidikan

adalah Angka Melek Huruf (AMH). Angka ini merupakan persentase

penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta

mengerti sebuah kalimat sederhana. Angka ini merupakan indikator penting

terutama dalam melihat tingkat buta huruf yang ada di suatu wilayah dan juga

menunjukkan kualitas sumber daya manusia dalam menyerap informasi.

Angka melek huruf di Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun dimana pada tahun 2014 mencapai 99,09 persen sehingga persentase

buta huruf di Kabupaten Berau hanya sebesar 0,91 persen. Sebagaimana

(25)

VI - 25

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M Gambar 6.7.8

Angka Melek Huruf Kabupaten Berau (Persen) Tahun 2010-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015

c. Kesehatan

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator penyusun Indeks

Pembangunan Manusia dalam bidang kesehatan dimana angka tersebut

mengindikasikan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh

seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu

masyarakat. Angka harapan hidup Kabupaten Berau semakin lama semakin

meningkat yang mengindikasikan keberhasilan program dan kegiatan di

bidang kesehatan.

Angka harapan hidup Kabupaten Berau pada tahun 2014 lebih tinggi

dari tahun sebelumnya yakni mencapai 71,21 tahun yang berarti setiap bayi

yang baru lahir hidup pada tahun 2014 memiliki harapan hidup hingga

mencapai usia 71-72 tahun. Perkembangan nilai AHH dari tahun 2010 sampai

dengan 2014 dapat dilihat pada gambar 2.13 di bawah ini. Meskipun angka ini

cukup tinggi, namun AHH Kabupaten Berau masih lebih rendah jika

dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Kalimantan Timur yang

(26)

VI - 26

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015

Selain Angka Harapan Hidup, Derajat Kesehatan masyarakat dinilai

dengan menggunakan beberapa Indikator yang mencerminkan kondisi

Mortalitas (Kematian), Status Gizi, dan Morbiditas (Kesakitan). Angka

kematian bayi ( IMR) adalah Jumlah Penduduk yang meninggal sebelum

mencapai 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun

yang sama. Usi Bayi merupakan kondisi yang rentang terhadap Kesakitan

maupun kematian. Angka kematian bayi ( IMR) Kabupaten Berau Pada

tahun 2010 adalah 39,04 per 1000 kelahiran hidup, Pada tahun 2011 adalah

34,36 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2012, IMR adalah 20,67 per 1.000

kelahiran hidup sedangkan pada Tahun 2011 IMR adalah 21.80 per 1.000

kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu (MMR) menggambarkan jurnlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan

kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan) selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)

tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100. 000 kelahiran hidup.

Namun bagi wilayah yang jumlah kelahiran hidupnya tidak sampai dengan

angka 100.000 tidak di:wajibkan menggunakan angka tersebut tetapi

(27)

VI - 27

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

rumus diatas tetap dipedomani sebagai standar dan merupakan target setiap

wilayah. Pada Tahun 2010 terdapat 7 kematian dari 4226 kelahiran hidup,

Pada 2011 terdapat 8 kematian dari 4.453 Kelahiran hidup, Tahun 2012

terdapat 10 kematian dari 4.644 Kelahiran hidup, sedangkan pada tahun

2013 terdapat 15 kematian dari 4.678 kelahiran hidup dan pada tahun 2014

terdapat 11 kematian dari 5.324 kelahiran hidup. Jika Dibandingkan dengan

standar Nasional MDGs Tahun 2015 angka Kematian Ibu adalah 225 per

100.000 kelahiran hidup maka di:kabupaten beran dengan Jumlah Kelahiran

hidup 4.687 maka paling tinggi 11 kematian.

Gambar 6.7.10

Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Berau, Tahun 2014

Sumber : Laporan Kasie Kesehatan Keluarga Tahun 2014

Angka kematian Balita untuk tahun 2006 sebesar 32,10/1000

penduduk Balita (data lap dari program Kesga dan BPS 2006), tahun 2007

sebesar 32,84 per 1000 penduduk Balita, dan pada tahun 2008 kematian

Balita turun menjadi 31,82 per 1000.

Jika dilihat dari Sarana Pelayanan Kesehatan maka sampai dengan

akhir tahun 2014 sarana pelayanan kesehatan yang ada yaitu:

1. Rumah Sakit umum Daerah Abdul Rivai Tipe C 1 unit, Rumah Sakit

Pratama Talisayan yang dibangun pada tahun 2014 serta 1 unit

Klinik Bersalin KIA yang terletak di Tanjung Redeb.

2. Pelayanan Kesehatan masyararakat di berikan oleh puskesmas induk

(28)

VI - 28

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M

akses pelayanan Puskesmas induk melakukan Operasioaal luar

gedung rutin setiap bulan ke kampung-kampung.

3. Disamping itu ada terdapat UPTD yaitu Instalasi Farmasi Kabupaten

(IFK), Laboratoriun Kesehatan Daerah (Labkesda), dan Jaminan

Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang terletak di Tanjung Redeb.

d. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan bidang yang penting dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat karena dalam bidang ini akan terlidapat

menunjukkan hat kualitas sumber daya manusia sekaligus income

rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam bahasan

ketenagakerjaan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator

yang relevan dalam melihat pencapaian tujuan pembangunan di bidang

ketenagakerjaan dimana semakin menurun tingkat pengangguran akan

mengindikasikan peningkatan kesejahteraan manusia karena diasumsikan

pendapatan rumahtangga yang meningkat.

TPT Kabupaten Berau memiliki tren fluktuatif naik turun dalam setiap

periodenya. Setelah sempat mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai

2012, pada tahun 2013 tingkat pengangguran meningkat menjadi 5,85

persen. Kenaikan kembali berlanjut pada tahun 2014 yang bahkan mencapai

angka 10,05 persen. Jika dilihat perbandingan dengan TPT Provinsi

Kalimantan Timur yang sebesar 7,38 persen, TPT Kabupaten Berau masih

(29)

VI - 29

R

REENNCCAANNAATETERRPPAADDUUDADANNPRPROOGGRRAAMMININVVEESSTTAASSIIININFFRRAASSTTRRUUKKTTUURRJJAANNGGKKAAMEMENNEENNGGAAHH((RRPPII22--JJM M Gambar 6.7.11

Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015

Secara umum tingkat pengangguran di Kabupaten Berau mengalami

peningkatan dalam jangka waktu lima tahun terakhir sebagaimana terlihat

pada grafik di bawah ini. Jika dilihat perbandingan dengan Provinsi

Kalimantan Timur, tingkat pengangguran Kabupaten Berau jauh lebih rendah

jika dibandingkan angka provinsi yang mencapai 7,94 persen dimana memiliki

tingkat pengangguran paling rendah diantara 9 kabupaten/kota lain di Provinsi

Gambar

Gambar 6.1.2
Tabel 6.2.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut kecamatan
Tabel 6.2.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan 2010 dan 2013
Tabel 6.6.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penduduk Kabupaten Bantul mendiami wilayah dengan luas 506,85 kilometer persegi, sehingga angka kepadatan penduduk Kabupaten Bantul tahun 2013 adalah 1.847 orang per

Sektor Listrik, Gas dan Air bersih mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada tahun 2009, yaitu 7,32 persen, dimana sub sektor Listrik tumbuh 7,29 persen sedangkan sub sektor Air

Dari data BPS Kabupaten Banggai Laut, pada tahun 2014 terdapat Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebanyak 6 puskesmas dan 23 Pustu yang tersebar hampir di seluruh

Daerah yang berada pada ketinggian 0 meter umumnya terdapat di daerah pantai barat Tapanuli Selatan, yaitu di desa Muara Upu, Kecamatan Muara Batang Toru, Untuk daerah yang

Perkembangan Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Pekalongan Sumber: DDA Kabupaten Pekalongan Tahun 2012. Berdasarkan perkembangan jumlah rumah tangga tersebut maka

• Rata-rata lama pendidikan yang dinikmati oleh penduduk pada tahun 2012 mencapai selama 7,63 tahun atau berada dibawah angka rata-rata Provinsi Riau. yang mencapai

penduduk Kabupaten Bone pada setiap kecamatan selama waktu tahun 2007 hingga 2013, diuraikan.. pada tabel 6.2 dan

Dilihat dari golongan usia 7-12 tahun angka partisipasi sekolah (APS) Kabupaten Lahat pada tahun 2012 sebesar 98,28 persen yang artinya terdapat sebanyak 98 penduduk yang