IV-1 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
4.1.
GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF WILAYAH
Kabupaten Ponorogo terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 1.371,78 km2 yang secara administratif terbagi ke dalam 21 Kecamatan dan 305 desa/ kelurahan. Menurut kondisi geografisnya, Kabupaten Ponorogo terletak antara 111º17’ – 111º52’ Bujur Timur (BT) dan 7º49’ – 8º20’ Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pudak dan Ngebel dan tujuh belas Kecamatan lainnya merupakan daerah dataran rendah.
Jarak Ibu Kota Kabupaten Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 Km ke arah Timur Laut dan ke Ibu Kota Negara (Jakarta) kurang lebih 800 Km ke arah Barat. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Nganjuk. Timur : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek
Selatan : Kabupaten Pacitan
Barat : Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)
Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi, 21 Kecamatan serta 305 Kelurahan dan Desa, 947 Dusun/ Lingkungan, 2.272 Rukun warga (RW) dan 6.842 Rukun Tetangga (RT). Untuk menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Ponorogo didukung oleh segenap pegawai ditingkat Kabupaten, Kecamatan sampai Desa/Kelurahan, yang berada di Kantor, lembaga teknis, BUMD, Dinas, Badan serta unit unit pelaksanan teknis lainnya. Jumlah Pegawai Negeri Sipil dari tahun ke tahun akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkat dan berkembangnya organisasi serta kebijakan Pemerintah Pusat. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di kabupaten Ponorogo pada Tahun 2009 adalah 12.570 orang meningkat 1,55 persen dibandingkan tahun 2008 yang lalu.
IV-2 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo dibagi rnenjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan dataran rendah. Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut dapat dikelompokkan 241 desa berada pada ketinggian dibawah 500 m diatas permukaan laut, 44 desa berada pada 500-700 m diatas permukaan laut; dan 18 desa berada di ketinggian lebih dari 700 m diatas permukaan laut.
4.2.
GAMBARAN DEMOGRAFI
Data jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo yang dihasilkan dari proyeksi BPS yaitu sebesar 865.809 jiwa pada tahun 2014. Kecamatan Ponorogo mempunyai jumlah penduduk terbesar, yaitu 76.383 jiwa, diikuti Kecamatan Babadan 64.947 jiwa dan Kecamatan Ngrayun sebanyak 56.237 jiwa. Sementara kepadatan penduduk Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014 mencapai 631 jiwa per km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Ponorogo yaitu 3.424 jiwa per km2 dan terendah di Kecamatan Pudak yaitu 190 jiwa per km2.
IV-3 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Tabel 4. 2
Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
No Kecamatan
JumlahPenduduk (Jiwa)
Sex Rasio Laki- Laki Perempuan Total
1 Ngrayun 28090 28147 56237 99,8
Jumlah 432.578 432.578 433.231 865.809
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka
4.3.
GAMBARAN TOPOGRAFI
Ketinggian tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis kegiatan penduduk. Kabupaten Ponorogo terletak pada ketinggian antara 25 - > 1.000 m di atas permukaan laut, dengan ketinggian terbanyak berada di antara 100 – 500 m di atas permukaan laut. Kondisi lahan bertopografi datar sampai berbukit.
IV-4 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Sumber : Ponorogo Dalam Angka
a. Tanah dengan kemiringan 0 – 2%
Daerah ini merupakan daerah genangan air, juga baik untuk digunakan sebagai usaha pertanian tanaman semusim. Tanah dengan kemiringan 0 – 2% di Kabupaten Ponorogo mencapai luasan sekitar 15.391 Ha (11,22%).
b. Tanah dengan kemiringan 2 – 15%
Tanah dengan kemiringan 2 – 15% di wilayah Kabupaten Ponorogo mencapai luasan 16.736 Ha (12,20% dari seluruh wilayah kabupaten). Daerah ini masih baik untuk digunakan sebagai usaha pertanian semusim dengan tetap memperhatikan usaha-usaha pengawetan tanah dan air untuk kelestariannya.
c. Tanah dengan kemiringan 15 – 40%
Daerah ini sebaiknya digunakan untuk usaha penanaman tanaman tahunan/keras. Luasan wilayah denga kemiringan 15 – 40% mencapai 22.374 ha (16,31%)
d. Tanah dengan kemiringan diatas 40%
Tanah dengan kemiringan yang cukup tajam ini pada umumnya berada di areal pegunungan. Luasan tanah dengan kemiringan > 40% mencapai 82.677 ha (60,28%).
Tabel 4. 4
Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2008
4.4.
GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Keadaan Hidrologi di Kabupaten Ponorogo terdiri atas sumber – sumber air yang berasal dari air tanah, air permukaan dan curah hujan. Sebagian daerah yang mempunyai permukaan bergunung, air tanah pada umumnya di dapat dari mata air yang berasal dari kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi jenisdari tumbuhan pepohonan yang cukup rapat. Dalam sub-sub hidrologi atau tata air akan dibahas tentang hal-hal yang menyangkut curah hujan, pola air sungai dan irigasi.
A. Curah hujan
IV-5 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
langsung akan mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan. Curah hujan di Kabupaten Ponorogo tidak terlalu tinggi.
B. Pola Air Sungai dan Irigasi
Wilayah Kabupaten Ponorogo dilalui oleh beberapa sungai. Sungai ini belum sepenuhnya digunakan sebagai sumber air pengairan, kecuali beberapa wilayah di tepi sungai yang telah memanfaatkannya. Sungai-sungai tersebut adalah :
1. Sungai Keyang, arah aliran air dari tenggara menuju ke arah barat. 2. Sungai Asin, arah aliran dari timur menuju kea rah barat.
3. Sungai Slahung, arah aliran air dari selatan menuju ke arah utara.
4. Sungai Sungkur dan Sungai Galak, arah aliran air dari barat menuju ke timur. 5. Sungai Nglerep, arah aliran air dari timur menuju ke selatan.
4.5.
GAMBARAN GEOLOGI
Kondisi geologi berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah melaksanakan penyelidikan di daerah cekungan Jawa Timur antara lain:
1. Thoen (1938) 2. Duyfyes (1938) 3. Tansinhok (1941) 4. Semuppli (1946) 5. Van Bemmelen (1949) 6. Marks (1957)
IV-6 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Peta Geologi Kabupaten Ponorogo
4.6.
GAMBARAN KLIMATOLOGI
Wilayah Kabupaten Ponorogo termasuk beriklim tropis dengan suhu rata-rata 27,8° C. Pada tahun 1998, bulan Maret mempunyai rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 462 dengan hari hujan 20 dan bulan Agustus mempunyai rata-rata curah hujan terendah sebesar 21 dengan hari hujan 2.
4.7.
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
Keseluruhan realisasi anggaran pendapatan daerah pada tahun 2014 adalah sebesar 1.704,809 milyar rupiah, meningkat sebesar 3,79 persen dari yang ditargetkan. Sedangkan realisasi anggaran belanja pada tahun 2014 sebesar 1.626,511 milyar rupiah atau turun 7,27 persen dari yang ditargetkan.
IV-7 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
A. PBRB Kabupaten Ponorogo
Angka PDRB Kabupaten Ponorogo atas dasar harga berlaku (ADHB) selama kurun waktu tiga tahun terakhir adalah masing-masing 11.047,55 milyar rupiah (2012), 12.150,33 milyar rupiah (2013) dan 13.441,45 milyar rupiah (2014).
Sementara angka PDRB Kabupaten Ponorogo atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, selama kurun waktu tiga tahun terakhir masingmasing 10.038,3 milyar rupiah (2012), 10.557,3 milyar rupiah (2013) dan 11.114,27 milyar rupiah (2014). Peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB menurut ADHB tahun 2014, terbesar pada sektor pertanian 31,80 persen. Sedangkan peranan terkecil adalah sektor listrik dan gas yaitu sebesar 0,07 persen.
Dari PDRB atas dasar harga konstan 2010, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo selam tiga tahun terakhir masingmasing 5,98 persen (2012), 5,17 persen (2013), dan 5,28 persen (2014).
Tabel 4. 5
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha, Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012-2014
No SEKTOR / SUB SEKTOR 2012 2013 2014
1 Pertanian 3.574.033,16 3.851.369,46 4.274.965,40
2 Pertambangan dan penggalian 277.042,10 290.020,15 319.738,60
3 Industri pengolahan 744.065,64 817.686,20 906.868,86
4 Listrik, dan gas 9.139,54 9.027,78 9.306,09
5 Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang 11.478,71 11.720,18 12.270,76
6 Bangunan (konstruksi ) 1.013.540,72 1.117.210,60 1.265.734,80
7 Perdagangan, hotel & restoran 1.726.912,75 1.950.059,59 2.131.027,31
8 Transportasi dan Pergudangan 155.429,65 176.842,68 206.127,34
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan minum 287.186,80 323.573,59 375.047,16
10 Informasi dan Komunikasi 746.265,25 837.375,28 919.535,60
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 320.215,56 374.791,54 425.121,60
12 Real Estate 261.724,60 295.393,33 322.819,46
13 Jasa Perusahaan 46.848,37 52.449,78 57.308,82
14 Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib 674.340,07 698.739,98 711.940,61
15 Jasa Pendidikan 892.805,54 1.013.937,53 1.133.289,89
16 jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 85.239,94 95.938,11 110.082,96
17 Jasa lainnya 221.287,56 234.198,42 260.274,53
Produk Domestik Regional Bruto 11.047.555,97 12.150.334,21 13.441.459,80