• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM DAN DINAMIKA PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH PERBATASAN DARAT INDONESIA Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. GAMBARAN UMUM DAN DINAMIKA PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH PERBATASAN DARAT INDONESIA Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

51 IV. GAMBARAN UMUM DAN DINAMIKA PEMBANGUNAN MANUSIA

WILAYAH PERBATASAN DARAT INDONESIA

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah darat kurang lebih mencapai 1.86 juta km2 dan wilayah laut 7,9 juta km2, yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Konsekuensi dari negara kepulauan ini, maka Indonesia memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain baik di darat maupun di laut. Wilayah laut panjang garis batas mencapai 108.000 km, dimana Indonesia berbatasan dengan 10 negara yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau,Papua New Guinea, Australia danTimor Leste. Sedangkan wilayah darat panjang garis perbatasan mencapai 29.141 km, dimana Indonesia berbatasan dengan 3 negara yaitu Malaysia, Papua New Guinea dan Timor Leste. Daerah-daerah yang berbatasan darat dengan negara tetangga yaitu Kalimantan Barat dan Kaimantan Timor berbatasan dengan Malaysia, Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste dan Papua berbatasan dengan Papua New Guinea2. Adapun wilayah kabupaten/kota di perbatasan darat Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga terdiri dari 16 kabupaten/kota.

4.1.1.1 Provinsi Kalimantan Barat

Provinsi Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan Pontianak sebagai ibukota provinsi, yang terletak diantara garis 208‟ Lintang Utara (LU) serta 10800‟ Bujur Timur (BT) dan 114010‟ BT. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah ini tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 00) sehingga cuacanya cukup panas. Antara bulan Maret dan September setiap tahun ada fenomena alam yang unik ketika matahari tepat baerada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda di permukaan bumi. Peristiwa ini disebut titik kulminasi matahari.

2

(2)

Kalimantan Barat memiliki luas wilayah mencapai 146.870 km2 (7,53 persen luas Indonesia), merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara asing, yaitu Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur dan satu-satunya provinsi di Indonesia yang secara resmi mempunyai akses jalan darat untuk masuk dan keluar dari Negara asing. Hal ini terjadi karena antara Kalimantan Barat dan Serawak telah terbuka jalan darat antar Negara dari Pontianak – Entikong – Kuching (Serawak, Malaysia) sepanjang sekitar 400 km dan dapat ditempuh sekitar 6-8 jam. Selain itu Kalimantan Barat juga dilalui oleh sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia dan mempunyai banyak anak sungai sehingga dijuluki sebagai provinsi „Seribu Sungai‟.

Suku bangsa yang mendominasi adalah suku Dayak, Melayu dan China. Selain itu, ada juga suku bangsa pendatang yang berasal dari Jawa, Sunda, Bugis, Minangkabau, Batak, Madura dan Bali. Provinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota, di mana 5 diantaranya berada pada garis batas dengan Serawak Malaysia, yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu. Panjang garis batas pada lima kabupaten ini mencapai 847,3 km yang melintasi 98 desa pada 14 kecamatan. Daerah perbatasan ini sebagian besar terdiri atas dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 200 m di atas permukaan laut (dpl).

4.1.1.1.1 Kabupaten Sambas

Kabupaten Sambas berada di bagian paling utara Provinsi Kalimantan Barat dengan luas 6.395,70 km2 atau sekitar 4,36 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Barat yang sebesar 614.807 km². Secara astronomis Kabupaten Sambas terletak pada posisi 00 33‟–20 08‟ LU dan 1080 39‟–1100 04‟ BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Sambas dibatasi oleh:

- Sebelah Utara : Sarawak (MalaysiaTimur)

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang - Sebelah Timur : Sarawak dan Kabupaten Bengkayang

(3)

Kabupaten Sambas terbagi dalam 16 wilayah kecamatan dan 183 desa. Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 496.120 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 78 jiwa/km². Panjang garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Sambas mencapai + 97 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh. Wilayah Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh meliputi 39,71 persen dari luas wilayah Kabupaten Sambas.

4.1.1.1.2 Kabupaten Bengkayang

Kabupaten Bengkayang merupakan daerah yang terletak di bagian utara dengan luas 5.397,30 km² atau mencapai 3,68 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Barat. Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Bengkayang terletak diantara 1032‟-0031‟ LU dan 1080 41‟BT - 1100 08‟BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Bengkayang dibatasi oleh:

- Sebelah Utara : Serawak (Malaysia) dan Kabupaten Sambas - Sebelah Selatan : Kabupaten Pontianak

- Sebelah Timur : Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Landak - Sebelah Barat : Laut Natuna dan Kota Singkawang

Kabupaten Bengkayang terbagi dalam 17 wilayah kecamatan dan 119 desa. Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 215.277 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 40 jiwa/km². Jarak tempuh untuk mencapai ibukota propinsi mencapai 267 km. Garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Bengkayang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Siding.

4.1.1.1.3 Kabupaten Sanggau

Kabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah yang terletak di tengah-tengah dan berada di bagian utara dengan luas 12.858 km² atau mencapai 8,76 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Barat sebesar 146.807 km². Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Sanggau terletak diantara 1010‟LU dan 0035‟ LS, serta diantara 109045‟, 111011‟ BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Sanggau dibatasi oleh:

- Sebelah Utara : Malaysia Timur ( Serawak ) - Sebelah Selatan : Kabupaten Ketapang

(4)

- Sebelah Timur ; Kabupaten Sintang, dan Sekadau - Sebelah Barat : Kabupaten Landak

Kabupaten Sanggau merupakan daerah terluas dan berada diurutan ke 4 dari kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Kecamatan terluas di Kabupaten Sanggau adalah Kecamatan Jangkan (1.589,20 km2 ) dan Kecamatan Meliau (1.495,70 km2 ). Kabupaten Sanggau terbagi dalam 15 kecamatan, 159 desa dan 6 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 408.468 jiwa dengan kepadatan mencapai 32 jiwa/km². Pada umumnya Kabupaten Sanggau daerah dataran tinggi yang berbukit dan berawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas, Sungai Sekayam. Panjang garis batas Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Sanggau mencapai ±129,5 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Sekayam dan Entikong.

4.1.1.1.4 Kabupaten Sintang

Kabupaten Sintang berada di bagian utara Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah 21.635 Km2 atau 3,51 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Barat yang sebesar 614.807 km². Secara astronomis Kabupaten Sintang terletak pada posisi 105‟ LU & 1021‟LS dan 109, 110050‟& 113°20‟ BT 10 LU 0,60 LS & 109,80 - 111,30 BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Sintang dibatasi oleh:

- Sebelah Utara : Malaysia Timur (Serawak)

- Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Melawi - Sebelah Barat : Kabupaten Sanggau, Sekadau dan Ketapang

- Sebelah Timur : Kabupaten Kapuas Hulu

Kabupaten Sintang terbagi dalam 14 wilayah kecamatan, 178 desa, 6 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 364.759 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 17 jiwa/km². Panjang garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia di Kabupaten Sintang mencapai +143 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Ketungau Hulu, dan Ketungau Tengah. Luas total kecamatan yang menempati wilayah perbatasan meliputi luasan 4.320,6 Km2 atau 19,97 persen dari total luas Kabupaten Sintang. Kecamatan Perbatasan terluas adalah Kecamatan Ketungau Tengah yang meliputi 10,1 persen dari luas kabupaten.

(5)

4.1.1.1.5 Kabupaten Kapuas Hulu

Kabupaten Kapuas Hulu terletak di ujung paling Timur Provinsi Kalimantan Barat dengan luas 29.842 km2. Secara atronomis Kabupaten Kapuas Hulu terletak pada posisi 00 08' LU sampai 10 36' LU dan 111032' sampai 1140 09' BT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebeah Utara : Serawak (Malaysia Timur)

- Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Sintang - Sebelah Barat : Kabupaten Sintang

- Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Kabupaten Kapuas Hulu terbagi dalam 23 kecamatan, 154 desa dan 4 kelurahan dengan jumlah penduduk pada 2010 mencapai 222.160 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 8 jiwa/km². Konsentrasi penduduk berada di kecamatan Putusibau yang persentasenya mencapai 8 persen. Kabupaten Kapuas Hulu memiliki tujuh kecamatan yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Malaysia, yaitu Kecamatan Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, Putussibau, Kecamatan Kedamin, dan Empanang. Luas total kecamatan yang menempati wilayah perbatasan sebesar 15.770,6 km2 atau 52,85 persen dari total luas Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan Perbatasan terluas adalah Kecamatan Kedamin seluas 5.352,3 Km2 (17,94 persen), sedangkan Kecamatan perbatasan terkecil seluas 357,25 km2 (1,20 persen).

4.1.1.2 Provinsi Kalimantan Timur

Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 11 kabupaten dan 4 kota di manadari 11 kabupaten, 3 diantaranya berada pada garis batas dengan Serawak Malaysia. Tiga kabupaten yang merupakan daerah perbatasan yaitu KabupatenKutai Barat, Malinau dan Nunukan. Wilayah perbatasan negara di Kalimantan Timur membentang dari Utara-Selatan sepanjang 1.038 kilometer dengan luas sekitar 57.731,64 Km2 . Secara astronomis wilayah ini terletak pada 40 20‟ dan 10 20‟ LU, dan 1130 35‟ BT. Sedangkan secara geografis wilayah ini di sebelah barat dan utara berbatasan langsung dengan negara Bagian Sabah dan Serawak, di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan sebelah Timur dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi. Wilayah ini

(6)

juga berada di jalur pelayaran nasional dan internasional dan merupakan outlet Kalimantan ke Asia Pasifik. Wilayah perbatasan Kalimantan Timur meliputi kawasan pantai/laut dan daratan/pegunungan. Dengan Serawak terdapat pegunungan Iban yang membujur dari utara-selatan dan kemudian membelok ke barat, di pegunungan Kapuas Hulu. Di samping pegunungan Iban, juga terdapat pegunungan Batu Ayu, yang membujur dari timur ke barat. Di bagian utara di Kecamatan Pulau Sebatik berbatasan dengan Negara Malaysia Timur, sedangkan Kabupaten Nunukan berbatasan laut dengan Kota Tawau.

Kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara lain di provinsi Kalimantan Timur ada 3 kabupaten, dari tiga kabupaten yang merupakan daerah perbatasan di Kalimantan Timur, hanya terdapat satu pintu lintas batas yang resmiyaitu di Kabupaten Nunukan. Pada entry point di Nunukan ini terdapat fasilitas Custom, Immigration, Quarantyne and Security (CIQS) yang cukup baik. Sedangkan pada Kabupaten Malinau dan Kutai Barat, sebagian besar wilayah perbatasan masih berupa hutan lebat. Kalaupun ada entry point, masih belum berfungsi dengan baik atau masih bersifat tradisional karena tidak adanya fasilitas CIQS sebagaimana di Kabupaten Nunukan.

4.1.1.2.1 Kabupaten Kutai Barat

Kabupaten Kutai Barat terletak di bagian tengah Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar 31.628,7 Km2 atau 15,94 persen dari luas daratan Propinsi Kalimatan Timur yang mencapai 198.441,17 km2. Secara astronomis Kabupaten Kutai Barat terletak pada 113045' - 116031' BT dan 1031' LU - 1010' LS. Kabupaten Kutai Barat terbagi atas 21 Kecamatan dengan jumlah Kampung/Desa 223. Jumlah penduduk tahun 2010 mencapai 165.091 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 5 jiwa/km2.

Secara administratif wilayah Kabupaten Kutai Barat dibatasi oleh : - Sebelah Utara : Sarawak ( Malaysia Timur )

- Sebelah Timur : Kabupaten Kutai Kartanegara - Sebelah Selatan : Kabupaten Penajam Paser Utara - Sebelah Barat : Kabupaten Murung Raya (Kalteng)

Kabupaten Kutai Barat memiliki dua kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia yaitu Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai Panjang

(7)

dengan panjang garis perbatasan sebesar ± 52,3 km. Sedangkan luas kedua wilayah ini adalah 7.361,54 km2 atau 23,27 persen dari luas total wilayah kabupaten. Sebagaimana lazimnya daerah perbatasan, kedua kecamatan ini juga dalam kondisi terisolir akibat sarana dan prasarana yang terbatas.

4.1.1.2.2 Kabupaten Malinau

Kabupaten Malinau terletak di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar 42.620,70 Km2atau 21,5 persen dari luas daratan Provinsi Kalimatan Timur yang mencapai 198.441,17 km2 dan merupakan kabupaten terluas di propinsi ini. Secara astronomis Kabupaten Malinau terletak pada 113045' - 116031' BT dan 1031' LU - 1010' LS. Kabupaten Malinau terbagi atas 12 Kecamatan dengan jumlah Desa 118. Jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 62.580 jiwa dengan kepadatan penduduk hanya 2 jiwa/km2 sehingga menempatkan daerah ini sebagai daerah dengan tingkat kepadatan penduduk terendah di Propinsi Kalimantan Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Malinau dibatasi oleh :

- Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan

- Sebelah Timur : Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Berau

- Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kertanegera - Sebelah Barat : Sarawak ( Malaysia Timur )

Kabupaten Malinau memiliki tiga kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia yaitu Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Kayan Selatan, Pujungan dan Kecamatan Bahau dengan panjang garis perbatasan sebesar ± 669,2 km. Sebagaimana lazimnya daerah perbatasan, ke lima kecamatan ini juga dalam kondisi terisolir akibat sarana dan prasarana yang terbatas. Satu-satunya sarana transportasi menuju ke lima kecamatan tersebut adalah dengan menggunakan pesawat perintis dengan jumlah penumpang terbatas antara 6-12 orang saja.

4.1.1.2.3 Kabupaten Nunukan

Kabupaten Nunukan merupakan daerah hasil pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan sesuai dengan UU No. 47 tahun 1999, sebagaimana diubah dengan UU No. 7 tahun 2000. Kabupaten ini terletak di bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar 14.263,68 Km² atau 7,2 persen

(8)

dari luas daratan Propinsi Kalimatan Timur yang mencapai 198.441,17 km2. Kabupaten Nunukan terbagi ke dalam 7 kecamatan dan 218 kelurahan/desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 140.841 jiwa serta memiliki kepadatan sebesar 10 jiwa/km2. Secara administratif wilayah Kabupaten Nunukan dibatasi oleh:

- Sebelah Utara : Negara Bagian Sabah, Malaysia - Sebelah Timur : Laut Sulawesi/Selat Makassar - Sebelah Barat : Negara Bagi Serawak, Malaysia - Sebelah Selatan : Kab. Bulungan dan Kab.Malinau.

Kabupaten Nunukan berbatasan langsung dengan Serawak dan Sabah Malaysia, dengan garis perbatasan darat sepanjang 308 Km. Garis batas negara di Kabuapten Nunukan terbentang pada enam kecamatan yaitu Kecamatan Krayan, Krayan Selatan, Lumbis Nunukan, Sebatik, dan Sebuku dengan luas wilayah perbatasan mencapai 85,58 persen dari luas wilayah Kabupaten Nunukan.

4.1.1.3 Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan propinsi dengan luas wilayah daratan hanya sekitar 47.349,9 km2 , sementara 200.000 km2 merupakan wilayah perairan. Batas wilayah NTT di sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Flores, di sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan negara Timor Leste, di sebelah selatan berbatasan dengan samudera Hindia, dan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Provinsi NTT terdiri atas 20 kabupaten dan 1 kota. Dari 20 kabupaten 3 diantaranya terletak pada perbatasan dengan Negara Timor Leste. Ketiga kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu dan Kabupaten Timor Tengah Utara dengan luas daerah perbatasan darat sebesar + 3.762,50 km2

atau 8 persen dari total luas wilayah daratan. Selain memiliki daerah perbatasan darat, Provinsi NTT juga memiliki 5 pulau kecil terluar, yaitu Pulau Alor (Kabupaten Alor), Pulau Batek (KabupatenKupang), Pulau Dana I (Kabupaten Kupang), Pulau Dana II (Kabupaten RoteNdao), dan Pulau Mangudu (Kabupaten Sumba Timur).

(9)

Kondisi sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Nusa Tenggara Timur dengan Negara Timor Leste sudah cukup baik, sehingga akses kedua pihak untuk saling berkunjung relatif mudah dan cepat. Kondisi jalan dari Atambua, Ibukota Belu, menuju pintu perbatasan cukup baik kualitasnya, sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam. Berdasarkan nota kesepahaman RI-RDTK 11 Juni 2003, telah ditentukan 9 titik lintas batas. Hingga saat ini terdapat 3 Pintu Lintas Batas (PLB) yang berfungsi sebagai lokasi perlintasan internasional secara resmi dan telah dilengkapi olehtempat pemeriksaan imigrasi yaitu PLB Motaain, Napan, dan Metamauk, sementara PLB lainnya merupakan PLB tradisional.

4.1.1.3.1 Kabupaten Kupang

Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah daratan sebesar 5.898,22 km2 dan luas wilayah laut sebesar 4.063 km2 serta panjang garis pantainya mencapai 485 km. Secara Astronomis Kabupaten Kupang terletak antara 9019' - 10057' LS dan antara 121030 - 12401' BT dengan batas wilayah di sebelah utara dan barat berbatasan dengan Laut Sawu, sementara sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste. Wilayah Kabupaten Kupang mencakup 27 pulau, dimana diantaranya terdapat 8 pulau yang belum memiliki nama. Dari kedua puluh tujuh pulau tersebut yang telah dihuni hingga saat ini hanya sebanyak lima pulau yaitu Pulau Timor, Pulau Sabu, Pulau Raijua, Pulau Semau, dan Pulau Kera. Kabupaten Kupang terbagi dalam 29 kecamatan, 218 desa dan 22kelurahan yang tersebar pada 5 pulau yaitu Pulau Sabu, Pulau Semau, Pulau Raijua, Pulau Kera dan Pulau Timor. Di Pulau Timor, wilayah administrasi Kabupaten Kupang berbatasan dengan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan dan Belu. Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Kupang mencapai 377.508 jiwa di mana konsentrasi penduduk terbesar berada di Kecamatan Kupang Timur dengan kepadatan penduduk sebesar 216 jiwa/km2.

(10)

4.1.1.3.2 Kabupaten Timor Tengah Utara(TTU)

Kabupaten TTU merupakan daerah daratan dengan luas 2.669,70 km2 atau hanya sekitar 5,6 persen dari luas daratan Provinsi NTT. Sedangkan sebagian wilayah TTU yang berbatasan dengan laut sawu atau lazim dikenal dengan sebutan wilayah pantura memiliki luas lautan + 950 km2dengan panjang garis pantai 50 km. Kabupaten TTU terbagi dalam 9 kecamatan, 140 desa dan 33 kelurahan. Dari 9 kecamatan yang ada, 4 diantaranya berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste. Jumlah penduduk tahun 2010 mencapai 229.803 jiwa dengan kepadatan mencapai 86 jiwa/km2.

Secara astronomis, Kabupaten TTU terletak antara 9002' LS - 9037' LS dan antara 124004' BT-124046' BT. Batas-batas wilayah administratif adalah:

- Sebelah Selatan : Kabupaten Timor Tengah Selatan, - Sebelah Utara : Ambenu (Timor Leste) dan Laut Sawu.

- Sebelah Barat : Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan. - Sebelah Timur : Kabupaten Belu.

4.1.1.3.3 Kabupaten Belu

Kabupaten Belu memiliki luas 2.445,57 km2 atau mencakup 5,2 persen dari luas Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Belu terdiri atas 24 kecamatan dan 208 desa. Jumlah penduduk Kabupaten Belu mencapai 441.451 jiwa atau 10 persen dari total penduduk Nusa Tenggara Timur dan merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Propinsi ini. Secara astronomis, Kabupaten Belu terletak pada koordinat 1240- 1260BT dan 90- 100LS. Secara geografis Kabupaten Belu di sebelah utara berbatasan dengan Selat Ombai, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor, sebelah timur berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tenagh Selatan.

Garis batas Negara Indonesia dengan Timor Leste di Kabupaten Belu membentang pada lima kecamatan di mana salah satu kecamatan memiliki pintu perbatasan yang relatif lengkap dan sering dipergunakan sebagai akses lintas batas dibandingkan pos lintas batas lainnya di Propinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya berada di Kecamatan Tasifeto Timur. Pada pos lintas batas ini terdapat fasilitas

(11)

CIQS meski masih terbatas seperti kantor bea cukai yang belum dilengkapi dengan alat detektor/scan, kantor imigrasi yang masih terbatas dan pos keamanan yang juga masih sederhana.

4.1.1.4 Provinsi Papua

Propinsi Papua merupakan propinsi yang terletak di ujung timur Negara Republik Indonesia dengan luas wilayah sebesar 317.062 km2, terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota dengan jumlah penduduk 2.851.999 jiwa (BPS, 2010). Provinsi Papua merupakan provinsi yang berbatasan darat dengan Papua New Guinea (PNG) serta berbatasan laut dengan Republik Palau dan Guam Amerika di sebelah Utara serta Australia di sebelah Selatan. Propinsi Papua terbagi dalam 26 kabupaten dan 1 kota, dimana 5 diantaranya merupakan kabupaten/kota yang berbatasan darat dengan Papua New Guinea yaitu Kabupaten Merauke, Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan Kota Jayapura.

Wilayah perbatasan darat antara Indonesia dengan PNG dimulai dari Utara di Kampung Skouw-Distrik Muara Tami-Kota Jayapura yang bersisian dengan Wutung (PNG) sampai Muara Sungai Bensbach dan Merauke yang bersisian dengan wilayah Western Province PNG di Selatan. Garis perbatasan darat keseluruhan sepanjang 760 kilometer yang ditandai dengan 52 buah pilar batas (Meridian Markers). Di laut, Provinsi Papua berbatasan dengan wilayah laut Australia dibagian Selatan dan wilayah laut Palau di bagian Utara.

4.1.1.4.1 Kabupaten Merauke

Kabupaten Merauke memiliki luas wilayah mencapai 45.071 km2 atau mencakup 14,5 persen dari total luas Propinsi Papua yang mencapai 309.934,4 km2. secara astronomis Kabupaten Merauke terletak diantara 1370-1410BT dan 50 -90LS. Kabupaten Merauke terbagi dalam 20 distrik (kecamatan), 160 kampung (desa) dan 8 kelurahan dengan jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 195.716 jiwa dan kepadatan penduduk 4 jiwa/km2. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah di sektor pertanian dan sisanya di sektor jasa-jasa, perdagangan dan sektor lainnya. Kabupaten Merauke memiliki Pos Lintas Batas Darat yang

(12)

berada di Distrik Sota yang masih bersifat tradisional karena tidak dilengkapi dengan fasilitas CIQS. Kegiatan lintas batas di pintu perbatasan ini relatif sedikit dibandingkan dengan Kota Jayapura. Tujuan utama arus lintas batas masyarakat kedua negara adalah dalam rangka kunjungan keluarga dan perdagangan tradisional.

4.1.1.4.2 Kabupaten Boven Digoel

Kabupaten Boven Digoel merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Merauke yang pada awalnya meliputi lima distrik yaitu Distrik Kouh, DistrikWaropko, Distrik Mindiptana, Distrik Jair dan Distrik Mandobo sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, KabupatenBoven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua. Luas wilayah Kabupaten Boven Digoel mencapai 27.879,32 km2 atau mencakup 9 persen dari luas Provinsi Papua.

Kabupaten Boven Digoel terbagi menjadi 15 distrik di mana Distrik Mindiptana merupakan distrik yang terluas mencapai 3.328,62 km2(11,94 persen) dan Distrik Yaniruma merupakan distrik dengan luas wilayah yang paling kecil, yaitu mencapai 819 km2 (2,94 persen). Secara astronomi Kabupaten Boven Digoel terletak diantara 4098' – 7010' LS dan 139090' – 1410BT. Sedangkan secara administratif, batas wilayahnya adalah:

- Sebelah utara : Kabupaten Pegunungan Bintang - Sebelah selatan : Kabupaten Merauke

- Sebelah barat : Kabupaten Mappi danKabupaten Asmat - Sebelah timur : Negara Papua NewGuine.

Jumlah penduduk Kabupaten Boven Digoel pada tahun 2010 sebanyak 55.784 jiwa dan merupakan kabupaten perbatasan darat dengan penduduk paling sedikit diantara empat kabupaten perbatasan lainnya.

(13)

4.1.1.4.3 Kabupaten Pegunungan Bintang

Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua. Pegunungan Bintang memiliki luas wilayah 15.683 km2 atau mencakup 5 persen dari total luas Propinsi Papua.

Pada awal pembentukannya Kabupaten Pegunungan Bintang terdiri atas 6 distrik yaitu Distrik Borme, Distrik Okbibab, Distrik Kiwirok, Distrik Batom, Distrik Oksibildan Distrik Iwur. Sampai saat ini, wilayah administratif Kabupaten Pegunungan Bintang dimekarkan menjadi 12 distrik dengan jumlah kampung sebanyak 110 kampung. Jumlah penduduk tahun 2010 mencapai 65.434 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 4 jiwa/km2. Persebaran penduduk antar distrik tidak merata, di mana distrik dengan kepadatan tertinggi adalah Distrik Batom dengan tingkat kepadatannya 11jiwa/km2.

4.1.1.4.4 Kabupaten Keerom

Kabupaten Keerom merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Jayapura yang terbentuk pada tahun 2002 yang dikukuhkan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Dan Kabupaten Teluk Wondama Di Provinsi Papua. Luas wilayah Kabupaten Keerom sebesar 9.365 Km2 dengan jumlah distrik diawal pembentukannya sebanyak lima distrik yaitu Distrik Skanto, Distrik Arso, Distrik Waris, Distrik Senggi dan Distrik Web.

Secara astronomis Kabupaten Keerom terletak antara 140015' - 14100' LS dan 2037'- 400' BT, sedangkan secara administratif daerah ini berbatasan dengan:

(14)

- Sebelahutara : Kota Jayapura

- Sebelah selatan : Kabupaten Pegunungan Bintang - Sebelah barat : Kabupaten Jayapura

- Sebelah timur : Negara Papua New Guinea

Sampai dengan tahun 2010, Kabupaten Keerom terdiri atas tujuh distrik dimana lima diantaranya berbatasan langsung dengan Papua New Guinea yaitu Distrik Waris, Distrik Senggi, Distrik Web, Distrik Arso Timur dan Distrik Owe.

4.1.1.4.5 Kota Jayapura

Kota Jayapura dengan luas wilayah hanya sebesar 940 km2 merupakan satu-satunya kota yang berada di wilayah perbatasan negara. Secara astronomis daerah ini terletak pada 1300-1410BT dan 1027'-3049'LS. Secara geografis, Kota Jayapura berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Keerom di sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Jayapura di sebelah barat dan berbatasan denganPapua New Guinea di sebelah timur.

Kota Jayapura terbagi dalam lima distrik yaitu Distrik Abepura, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Jayapura Utara, Distrik Muara Tami dan Distrik Heram. Distrik Muara Tami merupakan distrik terluas yang mencakup 67 persen Kota Jayapura. Jumlah penduduk Kota Jayapura pada tahun 2010 mencapai 256.705 jiwa atau 11 persen dari total penduduk Propinsi Papua. Kota Jayapura memiliki satu Pos Lintas Batas dengan Papua New Guinea yang terletak pada Distrik Muara Tami. Kegiatan perdagangan yang bernilai ekonomi tinggi dan bersifat resmi antara kedua negara melalui pintu perbatasanini masih sangat terbatas hal ini dikarenakan fasilitas yang kurang mendukung serta kondisi sosial ekonomi kedua wilayah yang juga masih banyak memiliki keterbatasan sehingga interaksi ekonomi tidak seperti yang terjadi di PropinsiKalimantan Barat dan Kalimantan Timur dimana intensitas perdagangan kedua negara sudah lebih maju.

4.1.2 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk. PDRB per kapita lazim digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Salah satu manfaat menggunakan PDRB per kapita yaitu: ketimpangan pembangunan antar daerah menjadi terukur dan dapat

(15)

dibandingkan. PDRB per kapita dianggap tinggi jika nilainya diatas 2 juta rupiah dan rendah jika nilainya di bawah 2 juta rupiah. Sedangkan tingkat Pertumbuhan PDRB per kapita dianggap tinggi jika berada di atas 3 persen, dan rendah jika di bawah 3 persen (Tambunan, 2001).

Produk Domestik Regional Bruto per kapita Wilayah perbatasan darat Indonesia secara umum mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2010. PDRB per kapita terendah di Kabupaten Timor Tengah Utara yaitu sebesar 2,00 juta rupiah meningkat menjadi 2,17 juta rupiah, sedangkan PDRB per kapita tertinggi di Kabupaten Kutai Barat sebesar 17,00 juta rupiah meningkat menjadi 19,07 juta rupiah pada tahun 2010. Peningkatan PDRB per kapita terjadi karena peningkatan pendapatan lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk.

Sumber: BPS (diolah)

Gambar 4.1 PDRB per kapita wilayah perbatasan darat Indonesia menurut

kabupaten/kota tahun 2007 dan 2010 dan rata-rata nasional 4.1.3 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks dan bersifat multidimensi. Luasnya wilayah dan keragaman sosial-budaya maupun ekonomi masyarakat menyebabkan kondisi dan permasalahan kemiskinan di Indonesia menjadi sangat beragam dengan sifat-sifat lokal yang heterogen. Tingkat kemiskinan di wilayah perbatasan darat cenderung mengalami penurunan dari

8.869 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2007 2010 Rata-rata nasional

(16)

tahun 2007 hingga 2010 Gambar 4.2 memperlihatkan persentase penduduk miskin pada tahun 2007 dan 2010 di kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia. Persentase tingkat kemiskinan terendah adalah Kabupaten Sanggau sebesar 7,97 persen menurun menjadi 5,02 persen. Sedangkan persentase kemiskinan tertinggi yaitu kabupaten/kota yang berada di Provinsi Papua dengan tingkat kemiskinan tertinggi sebesar 52,11 persen di Kabupaten Pegunungan Bintang. Tingginya tingkat kemiskinan di wilayah ini salah satu sebabnya adalah terbatasnya peluang ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah.Rendahnya peluang ekonomi dan pendidikan di willayah ini terutama dikarenakan wilayah Pegunungan Bintang merupakan daerah pegunungan yang sangat sulit untuk dijangkau dan sarananya pun tidak memadai.

Sumber: BPS (diolah)

Gambar 4.2 Persentase tingkat kemiskinan wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010 dan rata-rata nasional

4.1.4 Tenaga Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan merupakan indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas.Terkait dengan pendidikan, dalam penelitian ini dilihat berdasarkan rasio tenaga pendidikan antara murid terhadap guru yang akan menjelaskan bagaimana pemenuhan pelayanan ketersediaan sumberdaya pengajar. Karena guru adalah faktor utama dalam proses transfer materi pengajaran kepada siswa untuk tiap satuan pendidikan. Keefektifan proses belaja mengajar dapat dilihat dari rasio

0 10 20 30 40 50 2007 2010 Rata-rata nasional

(17)

murid dan guru. Murid yang terlampau banyak dalam proses belajar akan berdampak kurang fokusnya penerimaan materi, akibatnya pendidikan akan kurang berkualitas.

Perkembangan rasio murid terhadap guruselama periode penelitian menunjukkan nilai yang masih sesuai dengan standar beban murid terhadap gurur, dimana berdasarkan ketentuan dari dinas pendidikan dan kebudayaan rasio murid guru adalah 1 banding 40, sementara pada wilayah perbatasan darat ini rata-rata rasio murid guru masih di bawah standar yang ditetapkan yaitu pada interval 13 hingga 29 murid per guru pada masing-masing kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan pelayanan ketersediaan sumberdaya pengajar di wilayah ini sudah mencukupi. Kabupaten dengan ketersediaan sumber daya pengajar tertinggi di wilayah perbatasan adalah Provinsi Kalimantan Timur, di mana ketiga kabupatennya memiliki rasio terkecil yaitu sekitar 14-15 murid per guru untuk tingkat SD dan 12 murid per guru untuk tingkat SMP.

Sumber: BPS (diolah)

Gambar 4.3 Rasio murid terhadap guru tingkat SD dan SMP wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2010

Berdasarkan ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan, rasio beban tenaga kesehatan terhadap penduduk di wilayah perbatasan dapat dilihat berdasarkan Gambar 4.4.Gambar tersebut menunjukkan bahwa beban tenaga kesehatan (dokter) dalam memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Kupang merupakan yang tertinggi pada tahun 2007. Hal ini mengindikasikan masih

10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 SD SLTP

(18)

sedikitnya jumlah tenaga kesehatan diwilayah tersebut. Sedangkan beban dokter terendah adalah di Kabupaten Malinau. Untuk tahun 2010 beban tenaga kesehatan pada wilayah ini sebagian besar lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya.

Sumber: BPS (diolah)

Gambar 4.4 Rasio dokter terhadap jumlah penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010 dan standar nasional

4.1.5 Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan dan Kesehatan

Pengeluaran pemerintah yang tercermin dalam realisasi APBD (belanja Modal dan Biaya Operasional) memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi alokasi dan fungsi redistribusi. Fungsi Alokasi untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap tersedianya kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan publik yang tidak dapat dipenuhi oleh pihak swasta. Pendanaan terhadap pembangunan fasilitas-fasilitas umum yang akan digunakan oleh masyarakat berhubungan langsung dengan berapa besar jumlah pengeluaran pemerintah yang dialokasikan melalui APBD, untuk menyediakan fasilitas umum yang diperlukan. Semakin besar jumlah pengeluaran pemerintah maka semakin besar pula dana pembangunan serta semakin baik pula kualitas sarana dan prasarana pelayanan publik termasuk bidang pendidikan dan kesehatan yang ada. Hal ini tentu saja diharapkan akan memberikan dampak terhadap tingkat kesejahteraan dan kualitas pembangunan manusia.

Anggaran pengeluaran pemerintah memberikan gambaran mengenai peranan sektor pemerintah dalam membiayai investasi daerah, yang sekaligus

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 2007 2010 Standar nasional

(19)

mencerminkan strategi kebijakan fiskal dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, perluasan kesempatan berusaha, dan berbagai program pembangunan lainnya, memperbaiki distribusi pendapatan, serta menunjang program stabilisasi, termasuk program penyelamatan dan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Sumber: BPS (diolah)

Gambar 4.5 Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010

Pengeluaran pemerintah untuk bidang pendidikan di wilayah perbatasan darat Indonesia selama tahun 2007-2010 secara keseluruhan mengalami peningkatan. Peningkatan pengeluaran pemerintah tersebut diharapkan berimbas pada peningkatan sumber daya manusia sehingga mampu mengembangan diri, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama pada masyarakat miskin. Peningkatan ini juga terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah serta keputusan mahkamah konstitusi yang mengeluarkan kebijakan mengenai anggaran pendidikan 20 persen dari APBD seperti tercantum dalam UU no. 23 Tahun 2003. Di dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah harus mengalokasikan 20 persen anggaran untuk bidang pendidikan di luar gaji dan biaya kedinasan.

Proses pengembangan sumber daya manusia memang membutuhkan dana yang relatif besar, oleh karena itu dapat dimengerti bahwa pengeluaran

0 50 100 150 200 250 300 2007 2010

(20)

pemerintah mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, termasuk bagi masyarakat di wilayah perbatasan.

Tak hanya bidang pendidikan peningkatan anggaran bidang kesehatan juga merupakan salah satu bagian penting dalam upaya pembangunan, khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan kesehatan merupakan hak dasar manusia (Farid, 2003), sebagaimana yang terdapat dalam Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia ( The Universal Declaration of Human Right), bahwa “setiap orang mempunyai hak untuk hidup pada standar yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka, dan keluarnya, termasuk hak untuk mendapat makanan, pakaian, perumahan, dan pelayanan kesehatan”. (“everyone has the right to a standart of living adequate for the health and well-being of himself and of his family, including food, clothing, housing, and medical care”).

Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, batasan tentang hak manusia dalam kesehatan makin berkembang, meliputi hak-hak anak dan hak-hak perempuan. Bahkan dalam satu dekade terakhir artikel dalam hal deklarasi dan nomenklatur dari hak asasi manusia menjadi lebih komplek karena harus berhadapan dengan hal-hal seperti masalah pekerja anak, kondisi kerja dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perdagangan (bisnis) dalam Kesehatan. Dengan wacana ini jelas bahwa “kesehatan” merupakan dan harus dapat menjadi salah satu tolak ukur utama dari pembangunan dan kesejahteraan nasional suatu bangsa.

Sumber: BPS (diolah)

Gambar 4.6 Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2007 2008 2009 2010

(21)

Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan selama tahun 2007 hingga 2010 di wilayah perbatasan dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pada periode tersebut pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berfluktuasi, dimana pada tahun 2008 hampir di semua wilayah memiliki anggaran yang lebih besar dibandingkan anggran tahun berikutnya yaitu 2009 dan 2010, kecuali untuk Kabupaten Pegunungan Bintang, anggaran dua tahun 2009 dan 2010 lebih besar dibanding dua tahun sebelumnya.

4.1.6 Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia selanjutnya.

Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan. Dalam 30 tahun terakhir ditengarai pembangunan ekonomi Indonesia tertinggal akibat lemahnya pembangunan infrastruktur. Menurunnya pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3 persen terhadap GDP (Gross Domestic Product) tahun 1993/1994, sekitar 2,3 persenpada 2005 dan menjadi 1.69 pada tahun 2010. Dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur bagi negara berkembang adalah sekitar 5-6 persen dari GDP.

Tabel 4.1 menunjukkan besarannya persentase jalan dalam kondisi baik terhadap luas wilayah, berdasarkan tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa di wilayah perbatasan darat kondisi infrastruktur jalan ini sangatlah jauh dari yang diharapkan. Pada tahun 2010 Kabupaten Merauke hanya memiliki 0,0005 persen jalan dalam kondisi baik dari luas wilayah kabupaten. Sementara dari hasil tabulasi tersebut juga diketahui bahwa kondisi terbaik yang dimiliki oleh wilayah perbatasan berkaitan dengan akses jalan ini hanya sebesar 0,4455 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah kabupaten/kota yang berada di perbatasan akses

(22)

jalan yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat setempat masih sangat memprihatinkan.

Tabel 4.1 Persentase infrastruktur jalan baik terhadap luas kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 – 2010

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 Sambas 0.0008 0.0015 0.0010 0.0993 Bengkayang 0.0669 0.1079 0.1181 0.1320 Sanggau 0.0515 0.0396 0.0396 0.0386 Sintang 0.0281 0.0163 0.0178 0.0213 Kapuas Hulu 0.0134 0.0109 0.0108 0.0145 Kutai Barat 0.0074 0.0154 0.0154 0.0311 Malinau 0.0098 0.0130 0.0132 0.0136 Nunukan 0.1850 0.2813 0.2813 0.4370 Belu 0.1223 0.1534 0.1573 0.1881 TTU 0.4130 0.2955 0.2984 0.2984 Kupang 0.1570 0.1066 0.1207 0.0617 Merauke 0.0002 0.0009 0.0009 0.0005 Boven Digoel 0.0077 0.0002 0.0002 0.0220 Peg. Bintang 0.0013 0.0024 0.0024 0.0016 Keerom 0.0418 0.0418 0.0552 0.0172 Jayapura 0.2993 0.2993 0.2993 0.4455 Sumber: BPS kabupaten/kota(diolah)

Rendahnya kualitas jalan yang ada di wilayah perbatasan ini tentu sangat perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi dari pemerintah. Karena jalan memiliki fungsi yang sangat luas bagi masyarakat maupun suatu wilayah, maka diperlukan suatu strategi tersendiri agar pembangunan infrastruktur jalan ini dapat memberikan hasil ataupun manfaat yang lebih luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono bahwa kunci bagi pembangunan infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan adalah konektivitas. "Infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan harus menghubungkan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya, pulau dengan pulau, kota dengan kota, desa dengan desa". Selain itu juga pembangunan infrastruktur jalan harus dapat menciptakan konektivitas fisik, konektivitas institusional, dan konektivitas antar masyarakat.

4.1.7Pengangguran

Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang akan memengaruhi manusia secara langsung (Mankiw, 2007). Pengangguran yang berkepanjangan

(23)

secara pribadi akan menimbulkan efek psikologis dan secara nasional jika terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap kestabilan politik, sosial dan keamanan. Variabel tingkat pengangguran terbuka di wilayah perbatasan darat Indonesia secara umum memiliki nilai persentase yang tidak jauh berbeda, yaitu berada pada interval 2,25 persen hingga 0,365 persen pada tahun 2010.

4.2 Dinamika Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang mengukur pencapaian keseluruhan suatu wilayah, dimana IPM mengartikan kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto (PDB), yang direpresentasikan oleh 3 dimensi,, yaitu Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli. Sesuai dengan fungsinya sebagai suatu indikator, IPM dihitung untuk melihat keterbandingan antar wilayah atau daerah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat posisi relatif pembangunan manusia di suatu wilayah di banding wilayah lainnya. Sehingga diperoleh gambaran mengenai pembangunan manusia pada wilayah tersebut.

Indeks pembangunan manusia wilayah Perbatasan Darat Indonesia dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Dengan melihat secara rinci pada gambar 4.7 terlihat bahwa terdapat tren positif pada besaran IPM masing-masing kabupaten/kota di wilayah perbatasan, dimana terdapat peningkatan nilai IPM pada setiap tahunnya, yang dapat diartikan bahwa secara umum terdapat peningkatan pada bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan.Tetapi jika dibandingkan dengan rata-rata IPM kabupaten/kota di Indonesia, IPM wilayah perbatasan ini hampir seuruhnya berada dibawah rata-rata kecuali kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Nunukan dan Kota Jayapura. Kenyataan ini mengindikasikan masih jauhnya ketertinggalan wilayah perbatasan dibanding dengan wilayah kabupaten/kota lain, yang apabila hal ini dibiarkan, maka akan semakin memperlebar kesenjangan antar wilayah.

UNDP membedakan tingkat IPM berdasarkan klasifikasi yaitu: low (IPM kurang dari 50), lower-medium (IPM antara 50 dan 65,99), upper-medium (IPM antara 66 dan 79,99) dan high (IPM di atas 80). Secara umum, daerah yang mempunyai capaian IPM yang tinggi mempunyai tingkat kesejahteraan yang

(24)

lebih tinggi bila di bandingkan dengan daerah yang capaian IPM nya sedang maupun rendah.

Sumber:BPS,PublikasiIPM,2007-2010

Gambar 4.7 IPM kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia dan Rata-rata

IPM kabupaten/kota di Indonesia, tahun 2007-2010 4.2.1 Indeks Pendidikan

Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Dengan meningkatnya kualitas SDM, maka akan meningkatkan produktifitas, pendapatan, kemampuan daya beli yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan. Pendidikan merupakan salah satu jalan bagi peningkatan kualitas SDM.

Indeks Pendidikan (IP) sebagai salah satu komponen utama dalam IPM merupakan nilai rata-rata dari variabel angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Menurut UNESCO, melek huruf adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan penulisan yang berkaitan dengan situasi. Kemampuan membaca merupakan hal yang penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan sehingga dapat mencapai tujuannya, menggali potensinya dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Sedangkan rata-rata lama sekolah merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah tahun efektif untuk bersekolah yang di capai penduduk usia 15 tahun ke atas. Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan, misalnya tamat SD adalah 6 tahun, tamat SMP adalah 9 tahun dan

.0 20.0 40.0 60.0

(25)

seterusnya. Perhitungan ini dilakukan tanpa memperhatikan apakah menamatkan sekolah lebih cepat atau lama dari waktu yang telah ditetapkan.

Berdasarkan ukuran angka melek huruf, persentase angka melek huruf penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia dari tahun 2007 hingga 2010 tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dilihat dari angka melek huruf penduduk kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2007 adalah 91, 87 persen dan meningkat 92,91 persen pada 2010, sementara angka melek huruf penduduk di wilayah perbatasan darat sangat bervariasi, dimana Kabupaten Pegunungan Bintang dan Boven Digoel adalah kabupaten dengan penduduk yang memiliki kemampuan menbaca menulis terendah yaitu berada pada kisaran 31 persen pada tahun 2007 dan 32 persen pada tahun 2010. Hal ini berarti pada tahun 2010 hanya terdapat 32 persen penduduk di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Boven Digoel berusia 15 tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis. Kota Jayapura memiliki kemampuan membaca dan menulis yang tertinggi diantara kabupaten/kota di wilayah perbatasan darat lainnya, bahkan lebih tinggi dari Indonesia sebesar 98,41 persen pada 2007 dan 99,58 persen pada2010 seperti terlihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.2 Angka melek huruf di wilayah perbatasan tahun 2007 – 2010

No Kabupaten/Kota Angka Melek Huruf (%)

2007 2008 2009 2010 1 Sambas 89,50 89,50 90,00 90,55 2 Bengkayang 88,68 88,68 88,70 88,71 3 Sanggau 89,92 89,92 89,95 89,96 4 Sintang 90,41 90,41 90,45 90,46 5 Kapuas Hulu 92,55 92,55 92,59 92,61 6 Kutai Barat 95,49 95,49 95,97 95,97 7 Malinau 92,33 92,33 92,65 92,94 8 Nunukan 93,30 93,30 93,94 94,35 9 Kupang 88,72 88,72 89,00 89,02

10 Timor Tengah Utara 87,19 87,45 87,73 87,75

11 Belu 82,79 82,79 82,98 83,07 12 Merauke 87,10 87,10 87,37 87,99 13 Boven Digoel 31,70 31,70 31,75 32,94 14 Pegunungan Bintang 31,60 31,60 31,76 32,32 15 Keerom 91,10 91,10 91,12 92,15 16 Kota Jayapura 98,41 99,09 99,10 99,58 Indonesia 91,87 92,19 92,58 92,91 Sumber: BPS kabupaten/kota(diolah)

(26)

Tabel 4.3 memperlihatkan rata-rata lama sekolah penduduk di wilayah perbatasan Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2010.Selama 2007 sampai 2010 penduduk Kabupaten Pegunungan Bintang hanya dapat menikmati jenjang pendidikan dengan rata-rata lama sekolah 2 tahun, sangat jauh dari rata-rata yang ditetapkan yaitu 15 tahun. Apabila dibandingkan dengan angka rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia (kabupaten/kota) pada tahun 2010 hampir mencapai 8 tahun, maka Kabupaten Pegunungan Bintang adalah merupakan kabupaten yang penduduknya menempati posisi terendah merikmati sekolah dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Oleh karena itu, perlu upaya yang lebih serius dan terarah dalam memeratakan kesempatan penduduk untuk dapat menikmati jenjang pendidikan lebih lama agar mempunyai kemampuan dan daya saing tinggi sehingga upaya mensejahterakan penduduk akan lebih mudah tercapai.

Tabel 4.3 Rata-rata lama sekolah penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 - 2010

No Kabupaten/Kota Rata-rata lama sekolah

2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Sambas 5,90 5,90 5,94 5,94 2 Bengkayang 6,03 6,03 6,09 6,32 3 Sanggau 6,40 6,40 6,41 6,49 4 Sintang 6,25 6,58 6,59 6,59 5 Kapuas Hulu 7,10 7,10 7,15 7,16 6 Kutai Barat 7,75 7,75 7,79 7,80 7 Malinau 7,61 7,61 7,67 7,76 8 Nunukan 7,40 7,40 7,42 7,42 9 Kupang 6,71 6,71 6,72 6,85

10 Timor Tengah Utara 6,11 6,24 6,38 6,77

11 Belu 6,06 6,06 6,24 6,33 12 Merauke 8,48 8,48 8,63 9,33 13 Boven Digoel 3,00 3,00 3,10 3,37 14 Pegunungan Bintang 2,20 2,20 2,45 2,46 15 Keerom 7,30 7,30 7,32 7,36 16 Kota Jayapura 10,76 10,86 10,88 11,00 Indonesia 7,47 7,52 7,72 7,92

Sumber: BPS kabupaten/kota (diolah)

Gambar 4.8 memperlihatkan perubahan indeks pendidikan penduduk di wilayah kabupaten/kota perbatasan darat Indonesia pada tahun 2007 – 2010. Indeks pendidikan tertinggi di Kota Jayapura adalah sebesar 90,83 persen, sedangkan

(27)

terendah di Kabupaten Pegunungan Bintang sebesar 27,01 persen. Pada 2010, hampir semua kabupaten/kota mengalami peningkatan indeks pendidikan dan berada di atas rata-rata indeks pendidikan Indonesia, kecuali Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Kupang beradadi bawah rata-rata indeks pendidikan di Indonesia, yaitu sebesar 70,41. Kabupaten Kupang meningkat dari 68,67 menjadi 69,45, Kabupaten Boven Digoel dari 27,80 menjadi 29,45 dan Kabupaten Pegunungan Bintang meningkat dari 25,96 menjadi 27,01.

Sumber: BPS,PublikasiIPM,2007-2010

Gambar 4.8 Indeks pendidikan kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia

dan Rata-rata indeks pendidkan Indonesia, tahun 2007-2010 4.2.2 Indeks Kesehatan

Indeks kesehatan adalah ukuran jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk di suatu wilayah yang merupakan bagian dari indeks pembentuk IPM yang diperoleh dari indikator angka harapan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup sehat (Farid, 2003) sebagaimana yang telah dideklarasikan pada 10 desember 1944 dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Manusia. Oleh karena itu kesehatan merupakan dan harus dapat menjadi salah satu tolak ukur utama dari pembangunan dan kesejahteraan nasional suatu bangsa.

Indikator harapan hidup yang mewakili Indeks Kesehatan di wilayah perbatasan darat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat ( Gambar 4.9). Berdasarkan pengamatan (Tabel 4.4) pada tahun 2010 angka harapan hidup Kabupaten/Kota di wilayah perbatasan darat Indonesia mengalami peningkatan. Secara umum, meningkatnya angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten/Kota perbatasan juga merupakan salah satu indikasi telah terjadinya

78.600 20 30 40 50 60 70 80 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

(28)

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kabupaten Nunukan memiliki angka harapan hidup yang tertinggi yaitu sebesar 71, 54 tahun yang berarti penduduk Kabupaten Nunukan yang lahir pada tahun 2010 mempunyai harapan hidup yang besar untuk mencapai usia 71 tahun. Sedangkan Kabupaten Sambas merupakan kabupaten dengan AHH terendah yaitu sebesar 61, 27 tahun.

Tabel 4.4 AHH penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia 2007 - 2010

Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup

2007 2008 2009 2010 Sambas 60.48 60.70 60.91 61.27 Bengkayang 68.40 68.57 68.70 68.84 Sanggau 67.61 67.99 68.24 68.49 Sintang 67.68 67.91 68.12 68.32 Kapuas Hulu 66.26 66.39 66.49 66.58 Kutai Barat 69.70 69.89 70.08 70.16 Malinau 68.01 68.11 68.22 68.33 Nunukan 70.84 71.07 71.30 71.54 Belu 64.72 65.30 65.65 66.00 TTU 67.27 67.71 68.11 68.32 Kupang 64.77 65.02 65.24 65.45 Merauke 62.03 62.13 62.25 62.76 Boven Digoel 66.17 66.43 66.75 67.03 Peg. Bintang 65.17 65.33 65.55 65.76 Keerom 66.62 66.75 66.93 67.10 Jayapura 68.16 68.23 68.34 68.46

Sumber: BPS kabupaten/kota (diolah)

73.470 0 20 40 60 80 100 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

(29)

Sumber: BPS,PublikasiIPM,2007-2010

Gambar 4.9 Indeks kesehatan kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia dan

Rata-rata indeks kesehatan Indonesia, Ttahun 2007-2010 4.2.3 Indeks Daya Beli

Indeks Daya Beli atau Indeks Standar Hidup Layak yang diukur dari pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan untuk wilayah perbatasan darat Indonesia meningkat selama periode penelitian. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada tingkat pembangunan manusia di wilayah perbatasan. Hal ini terlihat dari angka IPM wilayah perbatasan yang tetap meningkat di tahun 2007 – 2010. Padahal pengeluaran per kapita yang merupakan cerminan dari daya beli masyarakat (purchasing power parity), adalah indikator yang sangat dipengaruhi oleh keadaan perekonomian.

Komponen IPM lainnya berdasarkan uraian ternyata di atas terjuga tidak terganggu secara signifikan. Bahkan indeks pendidikan yang direpresentasikan oleh tingkat melek huruf dan rata-rata lama sekolah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini menandakan bahwa krisis Subprime Mortage yang terjadi pada tahun 2008 tersebut tidak terlalu berpengaruh pada pembangunan manusia di wilayah perbatasan. Demikian juga terhadap indeks kesehatan penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia yang menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan.

Sumber: BPS,PublikasiIPM,2007-2010

Gambar 4.10 Indeks daya beli kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia

tahun 2007-2010 75.740 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

(30)

Kemampuan daya beli masyarakat di wilayah perbatasan dari gambar di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2007–2010 secara umum, semua kabupaten/kota di wilayah ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kabupaten Kutai Barat adalah kabupaten dengan kemampuan daya beli tertinggi di bandingkan kabupaten/kota lain di wilayah perbatasan darat Indonesia. Hal ini dikarenakan PDRB per kapita kabupaten ini adalah yang tertinggi, selain itu juga jika dilihat dari indeks pendidikannya juga memiliki nilai di atas rata-rata nasional. Secara keseluruhan perkembangan nilai IPM dan komponen pembentuknya di wilayah perbatasan darat Indonesia selama periode 2007-2010 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Perkembangan IPM dan komponen pembentuknya di wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 – 2010

Gambar

Gambar 4.1  PDRB  per  kapita  wilayah  perbatasan  darat  Indonesia  menurut  kabupaten/kota tahun 2007 dan 2010 dan rata-rata nasional
Gambar 4.3  Rasio murid terhadap guru tingkat SD dan SMP wilayah  perbatasan  darat Indonesia  tahun 2010
Gambar 4.4  Rasio dokter terhadap jumlah penduduk di wilayah  perbatasan darat  Indonesia  tahun 2007 dan 2010 dan standar nasional
Tabel 4.1  Persentase  infrastruktur  jalan  baik  terhadap  luas  kabupaten/kota  wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 – 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program pencahayaan penurunan tirai keseluruhan, menghasilkan produksi telur lebih rendah dari pada program pencahayaan penurunan tirai 1/5 bagian, dengan

Meski media online semakin banyak diakses oleh sebagian besar masyarakat karena kecepatan pada penayangan beritanya, namun media cetak seperti surat kabar yang masih dikenal

Oleh sebab itu, atas inisiatif Koperasi Unit Desa dan usulan Pemerintahan Desa Ambapa pada tahun 2015 dibangunlah PLTMH dengan kpasitas terpasang 100 kW, dengan

dilakukan pengkajian, evaluasi, pembahasaan data seismik hasil pemrosesan ke dalam kondisi geologi  yang mendekati kondisi geologi bawah permukaan.. sebenarnya agar

Berdasarkan hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata hasil belajar Biologi meningkat setelah diberikan perlakuan, yakni nilai rata-rata pretest

Hasil persentase berat organ dalam ayam pedaging (broiler) yang diberikan tepung daun sirih sebagai imbuhan pakan selama 6 minggu masing-masing perlakuan dapat disajikan

Surat ijin keluar, Rincian biaya perkara yang telah diputus Pemegang Kas Petugas Meja 1 Sistem Informasi Eksekutif Keuangan SKUM ttd, surat gugatan telah dibubuh nomor &

z Dalam penanganan sementara dikarenakan kondisi kerusakan akibat bencana, mengingat adanya perbaikan permanen dan menurut urgensinya maka penanganan sementara harus