• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kehamilan

4. Kebutuhan Ibu Masa Nifas a.Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.

1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibdanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati.

3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih,

susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.

4) Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pascabersalin.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1

jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi

Ambulasi adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring kanan atau miring kiri untuk mencegah adanya trombosit). Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah sebagi berikut:

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3) Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/memelihara

anaknya.

5) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut. 6) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.

c. Eliminasi

Buang Air Kecil (BAK). Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut BAK.

Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan 3-4 jam. Ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka dilakukan tindakan berikut ini.

1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien 2) Mengompres air hangat diatas simfisis

3) Saar site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK

Buang Air Besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprotase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).

Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB. Maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari postpartum), atau pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.

1) Diet teratur

2) Pemberian cairan yang banyak

3) Ambulasi yang baik

4) Bila takut buang air besar secara episiotomi, maka diberikan laksan

supositoria

d. Personal Hygiene

1) Putting susu

Harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah (rhagade) harus segera diobati karena kerusakan puting susu merupakan port de entrée dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yang menjadi kering akan menjadi kerak dan dapat merangsang kulit sehingga timbul

enzema. Oleh karena itu, sebaiknya puting susu dibersihkan dengan air yang telah dimasak, tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi, diobati dengan salep penisilin, lanolin, dan sebagainya.

2) Partum Lochea

Lochea adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas yang tidak lain adalah secret dari rahim terutama luka plasenta. Pada 2 hari pertama, lochea berupa darah disebut lochea rubra. Setelah 3-7 hari merupakan darah encer disebut lochea serosa, dan pada hari ke 10 menjadi cairan putih atau kekuning-kuningan yang disebut lochea alba.

Lochea yang berbau amis dan lochea yang berbau busuk menandakan adanya infeksi. Jika lochea berwarna merah setelah 2 minggu, ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena

involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri.

3) Perineum

Bila sudah buang air besaar atau buang air kecil, perineum

harus dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sehari sekali. Cairan sabun yang hangat atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah ibu buang air kecil atau buang air besar. Sesudah atau sebelum mengganti pembalut harus cuci tangan dengan larutan desinfektan atau sabun. Ibu perlu diberitahu cara

mengganti pembalut, yaitu bagian dalam jangan sampai

terkontaminasi oleh tangan. Cara memakainya yaitu dari depan ke belakang. Langkah-langkah penanganan kebersihan diri adalah sebagai berikut.

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

b) Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian dibersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan pada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil/besar.

c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.

d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari untuk menyentuh luka.

e. Istirahat

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu.

1) Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat. Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

pendarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat nayi

dan dirinya sendiri. f. Seksual

Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka

episiotomi telah sembuh dan lochea telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan. Oleh karena itu, bila sanggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.

g. Keluarga Berencana

Kontrasepsi berasal dari kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan

sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas, antara lain Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil progestin, suntikan progestin,

kontrasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim.

h. Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot-otot dasar panggul dan otot perut.

Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung di kemudian hari dan terjadinya kelamahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus-menerus.20 2.5.2. Asuhan Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru

lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.9

Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

I 6 – 48 jam setelah persalinan

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2. Mendeteksi penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut

3. Melakukan konseling pada ibu untuk keluarga jika terjadi masalah 4. Memfasilitasi ibu untuk pemberian ASI awal

5. Memfasilitasi, mengajarkan cara hubungan ibu dan bayi (Bounding attachment)

6. Menjaga bayi tetap sehat dan hangat dengan cara mencegah hipotermia

7. Memastikan ibu merawat bayi dengan baik (perawatan tali pusat, memandikan bayi)

II 4 hari-28 hari setelah persalinan

1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tinggi fundus uteri dibawah pusat (umbilicus), tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau

2. Mendeteksi tanda – tanda : demam, perdarahan abnormal, sakit kepala hebat, dll

3. Memastikan ibu mendapatkan asupan nutrisi, hidrasi dan istirahat yang cukup

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperihatkan tanda

– tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu memberikan asuhan pada talli pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari

6. Melakukan konseling KB secara mandiri

7. Memastikan ibu untuk melakukan pemeriksaan bayi ke pelayanan kesehatan terdekat

III 29-42 hari setelah persalinan

Sama dengan kunjungan ke II

1. Menanyakan kepada ibu adakah masalah/penyulit yang dialami ibu maupun bayinya.

2. Memastikan ibu untuk memilih kontrasepsi efektif/sesuai kebutuhan Sumber: Saifuddin, dkk, 2013

2.6. Bayi Baru Lahir

2.6.1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 1. Pengertian Bayi Baru Lahir.

Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir

langsung menangis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.19

Dokumen terkait