BAB II KAJIAN TEORITIS
2.5 Kebutuhan Informasi
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Manusia memiliki banyak kebutuhan untuk melangsungkan kehidupannya. Salah satunya adalah kebutuhan kognitif. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan
lingkungannya. Pada perpustakaan UMTS kebutuhan informasinya berbeda-beda. Setiap fakultas di UMTS memiliki kebutuhan informasi sesuai dengan fakultas dan jurusan masing-masing.
Kebutuhan informasi merupakan salah satu kebutuhan seseorang untuk melangsungkan hidupnya. Miranda dan Tarapanoff menyatakan (2008, 1): “Information need is defined as a state or process started when one perceives that there is a gap between the information and knowledge available to solve a problem and the actual solution of the problem”. Miranda dan Tarapanoff mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai sebuah keadaan atau proses yang diawali ketika seseorang mulai merasa informasi dan pengetahuan yang dimilikinya masih belum cukup (kurang), informasi juga dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah untuk menentukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pengertian yang dinyatakan oleh Tarapanoff di atas memperkuat pernyataan bahwa setiap orang memang membutuhkan informasi sebagai bagian dari kebutuhan hidupnya. Kebutuhan informasi pengguna perpustakaan UMTS juga berbeda-beda tergantung dari sivitas akademika UMTS tersebut.
Tentunya memahami kebutuhan informasi sangat penting bagi lembaga yang melayankan informasi seperti perpustakaan, seperti yang dinyatakan oleh Hiller (2004, 15) bahwa:
Memahami kebutuhan informasi pemakai sebenarnya untuk mengetahui antara lain:
1. Siapa pemakai potensial perpustakaan 2. Apa yang mereka pelajari dan teliti
3. Sumber informasi dan layanan perpustakaan apa yang mereka butuhkan
4. Bagaimana pengetahuan mereka tentang sumber informasi dan layanan yang ada di perpustakaan
5. Bagaimana mereka menggunakan sumber informasi dan perpustakaan
6. Bagaimana mereka menjadikan perpustakaan sebagai nilai tambah dalam membantu menyelesaikan tugas dan pekerjaan.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pentingnya sebuah perpustakaan untuk mengetahui kebutuhan informasi penggunanya agar dapat diketahui siapa pemakai, apa yang harus dilayankan, bagaimana ketergunaan dari
sumber daya informasi yang terdapat pada perpustakaan dan bagaimana pemanfaatan dari perpustakaan itu sendiri.
Menurut Chowdhury (1999: 92) bahwa: “Kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi permasalahan tentang subjek tertentu”. Seperti yang telah dikatakan oleh Chowdhury (1999, 24):
Sifat-sifat kebutuhan informasi antara lain: 1. Mempunyai konsep yang relatif
2. Berubah pada periode tertentu
3. Berbeda antara satu orang dengan orang lain 4. Dipengaruhi oleh lingkungan
5. Sulit diukur secara kuantitas 6. Sulit diekspresikan
7. Seringkali berubah setelah seseorang menerima informasi lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi adalah kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh pengguna berupa data yang menggambarkan kejadian-kejadian nyata yang telah diolah dalam satu bentuk sehingga menjadi lebih berguna dan lebih berarti.
2.5.1 Jenis-Jenis Kebutuhan Informasi
Jenis kebutuhan informasi pengguna sangat beraneka ragam. Berhubungan dengan tugas pekerjaan, Jarverlin yang dikutip oleh Ishak (2003, 4), Klasifikasi terhadap jenis kebutuhan informasi, yaitu:
1. Informasi yang berkaitan dengan masalah, menggambarkan struktur, sifat dan syarat dari masalah yang sedang dihadapi, misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, informasi yang dibutuhkan adalah mengenal jenis, tujuan dan masalah yang dihadapi dalam membangun, konstruksi jembatan. Pada kasus ini kemungkinan telah ada sumber informasi yang telah membahas hal yang sama.
2. Informasi yang berkaitan dengan wilayah, terdiri dari pengetahuan tentang fakta, konsep, hukum dan teori dari wilayah permasalahan. Misalnya dalam masalah kontruksi jembatan, wilayah informasi yang diperlukan adalah kekuatan dan tingkat pemuaian besi. Jenis ini yang dibutuhkan berupa uji ilmiah dan teknologi informasi. Informasi tersebut terdapat dalam terbitan jurnal ilmiah dan buku teks.
3. Informasi sebagai pemecahan masalah, menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah, apa masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan dalam upaya memecahkan masalah. Misalnya dalam konstruksi jembatan, insinyur perencana akan menghadapi pro dan kontra mengenai berbagai informasi mengenai desain jenis jembatan. Ini hanya dapat dipecahkan pada keahlian seseorang dan pengetahuan yang dimiliki.
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa untuk mendefenisikan dan mengukur kebutuhan informasi pengguna dapat dilihat dari keanekaragaman kebutuhan dan permintaan informasi menuntut dilakukannya pendekatan terhadap kebutuhan pengguna, agar dapat memenuhi dan menyediakan informasi yang mereka cari. Keempat pendekatan di atas, merupakan metode untuk mendefinisikan jenis-jenis kebutuhan informasi dari setiap pengguna agar mempermudah proses pemenuhannya.
2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Menurut Nicholas dalam Ishak (2006, 93) faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai adalah:
1. Jenis pekerjaan
2. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi yang meliputi ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan
3. Waktu
4. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)
5. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi Sehubungan dengan hal di atas Devadason (1996, 56) mengemukakan bahwa kebutuhan informasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:
1. Ketersediaan sumber informasi 2. Kegunaan informasi
3. Latar belakang, motivasi, kepentingan profesional, dan karakteristik lain yang dimiliki pemakai
4. Sosial, politik, ekonomi, hukum dan sistem yang berkaitan dengan pemakai,
Sedangkan Pannen (1990, 32) mengatakan bahwa “Faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan, termasuk kegiatan profesi, disiplin ilmu yang meminati, kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan”.
Berdasarkan ketiga pernyataan di atas terdapat persamaan dan perbedaan faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi. Persamaannya terdapat pada pekerjaan atau profesi, akses terhadap informasi dan faktor koleksi atau informasi yang tersedia. Sedangkan perbedaannya terletak pada sistem sosial, ekonomi dan politik tempat pemakai berada, dan waktu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan informasi setiap orang tersebut berbeda satu sama lain.
Wilson dalam Ishak (2006, 93) menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu :
1. Kebutuhan individu (person)
Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs).
2. Peran sosial (social role)
Peran sosial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja (performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.
3. Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial budaya (socio-cultural environment), lingkungan politik-ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu, sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.
Terdapat tiga tingkatan yang mempengaruhi kebutuhan informasi yaitu kebutuhan individu yang meliputi kebutuhan psikologis, efektif dan kognitif. Faktor peran sosial meliputi peran kerja dan tingkat kinerja dan faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja, lingkungan sosial budaya, lingkungan politik ekonomi dan lingkungan fisik.
2.5.3 Karakteristik Kebutuhan Informasi
Menurut Leckie dkk. yang dikutip oleh Ishak (2006, 94) kebutuhan informasi memiliki enam karakteristik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi yaitu:
1. Demografis seseorang, seperti tingkat pendidikan dan usia. Semakin tinggi seseorang semakin banyak kebutuhan informasinya.
2. Konteks, misalnya kebutuhan khusus, kebutuhan internal atau eksternal. Kebutuhan khusus misalnya kebutuhan tentang pekerjaan seseorang
3. Frekuensi, misalnya apakah kebutuhan informasi itu berulang atau baru. Pengguna informasi tentunya akan memilih informasi yang terbaru daripada informasi lama dan berulang.
4. Kemungkinan, misalnya apakah kebutuhan informasi tersebut dapat diramalkan atau tidak terduga. Jika kebutuhan informasi seseorang muncul dengan tiba-tiba atau tidak terduga, misalnya terjadi ketika seseorang mencari informasi tentang mata kuliah dan tiba-tiba muncul dalam
5. benaknya untuk mencari informasi lain yang berhubungan dengan mata kuliah tersebut, maka orang tersebut akan mencari dan menemukan informasi tersebut.
6. Kepentingan, misalnya kebutuhan informasi dilihat dari tingkat urgensinya. Apabila informasi yang dibutuhkan sangat penting maka orang yang membutuhkan informasi tersebut akan berusaha mencari dan menemukan informasi tersebut.
7. Kerumitan, misalnya kebutuhan informasi tersebut mudah atau sulit untuk dipecahkan.
Menurut Nicholas dalam Ishak (2006, 94) terdapat 11 karakteristik kebutuhan informasi yaitu:
1. Pokok masalah (subject) 2. Fungsi (function)
3. Sifat (nature)
4. Tingkat intelektual (intellectual level) 5. Titik pandang (viewpoint)
6. Kuantitas (quantity) 7. Kualitas (quality)
8. Batas waktu informasi (date)
9. Kecepatan pengiriman (speed of delivery) 10.Tempat asal publikasi (place)
11.Pemrosesan dan pengemasan (processing and packaging). 2.5.4 Pengguna Informasi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Kebutuhan pengguna perpustakaan akan informasi berbeda-beda sesuai dengan latar belakang kebutuhan pencari informasi, sebagaimana yang dinyatakan oleh Prawati (2003, 27) “Hal tersebut untuk meningkatkan pengetahuan, mengikuti perkembangan baru, mendukung dan merencanakan penelitian, mengajar, manajemen, serta mengutip sitasi bibliografi bagi karya tulis”.
Brophy (2000, 56) mengatakan bahwa kelompok pengguna informasi pada perpustakaan perguruan tinggi dapat dikategorikan :
1. Mahasiswa under graduate 2. Mahasiswa postgraduate 3. Mahasiswa peneliti 4. Staf pengajar 5. Staf peneliti
6. Pihak manajemen kampus 7. Alumni
8. Anggota komunitas bisnis lokal 9. Anggota organisasi lokal
10.Pemerintah
11.Badan pendanaan kampus
12.Anggota dari komunitas perpustakaan lokal 13.Komunitas peneliti nasional dan internasional 14.Komunitas perpustakaan nasional dan internasional 15.Pustakawan dan profesional di bidang informasi
Berbagai macam kelompok pengguna ini memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap perpustakaan. Menurut Sulistyo Basuki (1993:201) “pengguna dapat di bedakan sebagai pengguna aktif dan yang tidak aktif. Dalam istilah yang luas dapat dikaitkan sebagai orang yang berhubungan dengan perpustakaan, baik langsung maupun tidak langsung dalam rangka mencari informasi yang dibutuhkan”. Setiap kelompok pengguna merefleksikan harapan dan opini terhadap layanan perpustakaan yang mereka inginkan atau pernah mereka manfaatkan.
Pengguna Informasi pada perpustakaan perguruan tinggi dapat digolongkan menjadi, mahasiswa sebagai pelajar, dan dosen sebagai staf pengajar perguruan tinggi.
1. Mahasiswa
Perpustakaan akademik memiliki hubungan yang erat dengan mahasiswa. Tingginya aktivitas akademik di sebuah perguruan tinggi akan meningkatkan frekuensi kunjungan dan pemanfaatan layanan di perpustakaan. Hal ini akan menciptakan interaksi yang kuat antara perpustakaan dengan mahasiswa.
Menurut Jordan (1998, 23) menyatakan bahwa:
“Kebutuhan mahasiswa terhadap perpustakaan pada umumnya tidak dapat diidentifikasikan oleh mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa yang tidak dapat menjelaskan kebutuhan mereka terhadap layanan
perpustakaan merupakan kelompok pengguna yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Pada umumnya tidak memiliki kemampuan menyampaikan pendapat mereka terhadap layanan perpustakaan yang mereka inginkan secara spesifik sehingga perpustakaan tidak dapat mengetahui apa yang mereka inginkan dari layanan perpustakaan. Beberapa mahasiswa bahkan melakukan tindakan instant dengan melakukan pencurian dan vandalism terhadap koleksi perpustakaan.”
Kebutuhan mahasiswa terhadap perpustakaan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Namun kebutuhan informasi akan mahasiswa tentu berbeda jauh dari seorang pelajar SMA/SMP, seperti yang dikatakan oleh Tan dalam Yusup (2010, 98) “Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi lebih banyak mempunyai kebutuhan-kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah”.
2. Dosen
Dosen merupakan seorang staf pengajar pada perguruan tinggi, yang memerlukan sumber informasi termutakhir. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tentunya perpustakaan sangat berperan penting dalam menyediakan sumber informasi yang dibutuhkan. Harisanty (2008, 11) menyatakan bahwa:
“Pada perpustakaan perguruan tinggi saat ini, jumlah dosen yang memanfaatkan jasa perpustakaan masih relatif sedikit. Pengguna perpustakaan, khususnya dosen, terdiri dari banyak sekali kelompok, strata sosial, lingkungan pendidikan, etnis suku, kebudayaan, agama, dan kepercayaan, serta masih banyak lagi. Oleh karena itu sikap, pandangan, cara berpikir, wawasan dan persepsi terhadap sesuatu juga berbeda. Akibat keterbatasan dari informasi dan komunikasi maka respon terhadap perpustakaan tidak sama.”
Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa kebutuhan informasi adalah sesuatu kebutuhan yang datang dari diri seseorang atas tuntutan untuk mengetahui sesuatu dalam rangka mengatasi segala kekurangan pengetahuannya. Bagi pihak perpustakaan sebagai penyedia informasi, dengan memahami kebutuhan informasi pengguna dapat menjadikan tujuan perpustakaan akan lebih mudah tercapai. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi berhubungan dengan ketersediaan koleksi, motivasi penggunaan koleksi serta fasilitas yang tersedia pada perpustakaan.