BAB II KAJIAN TEORITIS
2.4 Kebutuhan Informasi
Perkembangan teknologi sekarang ini telah membawa perubahan besar dalam dunia informasi. Hal ini terjadi karena meningkatnya kebutuhan serta permintaan akan informasi. Informasi dirasakan telah menjadi sesuatu yang sangat penting sekarang ini.
Menurut Krikelas yang dikutip oleh Ishak (2006: 91) menyatakan “… when the current state of the possessed knowledge is less than needed. Dengan kata lain, kebutuhan informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi”.
Pendapat Krikelas di atas didukung oleh Belkin dalam Fourie (2008: 4) yang menyatakan bahwa “An information need can refer to the gap between what we know and what we need to know, or to an anomalous state of knowledge”. Dalam hal ini kebutuhan informasi mengacu pada perbedaan antara apa yang kita tahu dengan apa yang perlu kita ketahui, sehingga kita dapat mendefenisikan apa yang menjadi kebutuhan informasi kita.
2.4.1 Pengertian Kebutuhan Informasi
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak membutuhkan informasi, dengan informasi seseorang dapat mengetahui sesuatu yang tadinya tidak ia ketahui, memastikan sesuatu yang tadinya meragukan, dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan sesuatu hal.
Menurut Krikelas yang dikutip oleh Purnowati (2008: 1), “Kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi”.
or process started when one perceives that there is a gap between the information and knowledge available to solve a problem and the actual solution of the problem”. Miranda dan Tarapanoff mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai sebuah keadaan atau proses yang diawali ketika seseorang mulai merasa informasi dan pengetahuan yang dimilikinya masih belum cukup (kurang), informasi juga dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah untuk menentukan solusi apa yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kedua defenisi di atas memperkuat pernyataan bahwa setiap orang memang membutuhkan informasi sebagai bagian dari kebutuhan hidupnya. Informasi kian dirasakan perlu untuk menjawab ketidakpastian dan ketidaktahuan seseorang akan suatu hal. Rasa ingin tahu seseorang ini timbul karena ia ingin selalu berusaha memperkaya diri dengan informasi-informasi terbaru dengan tujuan untuk menambah wawasan dan meningkatkan cakupan pengetahuannya yang pada akhirnya dapat membentuk dan merubah sikap dan perilakunya sendiri.
Kebutuhan informasi pengguna dapat diketahui dengan cara melakukan identifikasi terhadap kebutuhan pengguna. Miranda and Tarapanoff (2008: 1) menyatakan “To identify information needs, one must discover how the users choose, formulate and express their basic questions (problems or subjects) regarding their activity”. Dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi pengguna, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi pilihan pengguna (users), salah satunya dengan cara membuat formulasi pertanyaan (kuesioner) mengenai aktifitas mereka.
Apapun jenis kebutuhan informasi dari masing-masing pengguna tersebut, pada dasarnya setiap pengguna membutuhkan informasi yang akurat, relevan, ekonomis cepat, tepat, serta mudah akses ke sumber informasinya. Namun semua itu tidak terlepas dari kendala-kendala yang selalu dihadapi, misalnya saja terjadinya ledakan informasi sekarang ini. Meningkatnya jumlah informasi yang beredar membuat pengguna kewalahan dalam mencari dan memilih informasi yang benar-benar relevan dengan kebutuhan informasi mereka, bahkan ada banyak informasi yang tersedia namun tidak sesuai dengan yang kita butuhkan. Dalam hal ini, pengguna harus bisa lebih selektif lagi dalam mencari dan memilih informasi.
2.4.2 Jenis-Jenis Kebutuhan Informasi
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, begitu juga halnya dengan kebutuhan informasi. Ada empat jenis kebutuhan terhadap informasi menurut Guha dalam Saepudin (2009: 1), yaitu:
1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna
informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi.
2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan
pengguna yang sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna.
3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan
pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap.
4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna
akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sulit untuk mendefenisikan dan mengukur kebutuhan informasi pengguna. Keanekaragaman kebutuhan dan permintaan informasi menuntut dilakukannya pendekatan terhadap kebutuhan pengguna, agar dapat memenuhi dan menyediakan informasi yang mereka cari. Keempat pendekatan di atas, merupakan metode untuk
mendefenisikan jenis-jenis kebutuhan informasi dari setiap pengguna agar mempermudah proses pemenuhannya.
Menurut Taylor yang dikutip oleh Putubuku (2008: 1), ada empat lapisan atau tingkatan yang dilalui oleh pikiran manusia sebelum sebuah kebutuhan benar-benar dapat terwujud secara pasti:
1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika “need for information not existing in the remembered experience of the inquirer” – atau dengan kata lain ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman- pengalaman seseorang dalam hidupnya. Inilah kebutuhan “tersembunyi” yang seringkali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu.
2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan “mental-
description of an ill-defined area of indecision” atau ketika seseorang mulai mereka-reka apa sesungguhnya yang ia butuhkan.
3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.
4. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan
kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.
Keempat tingkatan di atas saling berhubungan sebagai sebuah proses yang dilalui oleh pikiran manusia. Mulai dari tingkatan di mana seseorang belum menyadari dan mengenali kebutuhan informasinya, kemudian beralih dan mulai memikirkan informasi apa dan bagaimana yang sebenarnya ia butuhkan. Kemudian pada tahap selanjutnya setelah seseorang tersebut menyadari apa yang menjadi kebutuhan informasinya, ia mulai mencari informasi pada pusat sumber- sumber informasi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, setelah itu di tahap terakhir seseorang tersebut mulai mencari informasi dari orang lain yang dianggapnya berkompeten di bidang tersebut, untuk saling bertukar pikiran dan pendapat.
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda, keanekaragaman ini muncul karena dipengaruhi beberapa factor. Menurut Sulistyo Basuki yang dikutip oleh Saepudin (2009: 1), kebutuhan informasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kisaran informasi yang tersedia;
2. Penggunaan informasi yang akan digunakan;
3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masing-masing pemakai;
4. Sistem sosial, ekonomi, dan politik tempat pemakai berada; dan 5. Konsekuensi penggunaan informasi.
Menurut Pannen yang dikutip oleh Ishak (2006: 93) “Faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan, termasuk kegiatan profesi, disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan dan lingkungan pekerjaan.”
Sedangkan menurut Nicholas dalam Ishak (2006: 93) menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:
1. jenis pekerjaan
2. personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, yang meliputi ketepatan, ketekunan dalam mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan
3. waktu
4. akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) dan eksternal (di luar organisasi) dan
5. sumber daya tekhnologi yang digunakan untuk mencari informasi. Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pengguna. Karena pengaruh dari beberapa faktor inilah muncul keanekaragaman (variasi) kebutuhan informasi, sesuai dengan permintaan dari masing-masing pengguna.