• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Pakan Ikan

2.5.4 Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan

Seperti halnya hewan lain, ikanpun membutuhkan zat gizi tertentu untuk kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.

2.5.4.1 Protein

Berbeda dengan tumbuhan, ikan tidak mampu mensintesis protein, asam amino dari senyawa nitrogen anorganik. Oleh karena itu, kehadiran protein dalam makanan (pakan) ikan mutlak diperlukan.

Ikan membutuhkan lebih banyak protein dibandingkan dengan mamalia. Kebutuhan protein (%) pada ikan tinggi, tetapi kebutuhan absolute (g/kg penambahan berat badan) rendah. Hal ini disebabkan kebutuhan energi pada ikan lebih rendah

dibandingkan dengan mamalia. Alasan lain adalah protein digunakan sebagai sumber energi utama.

Ikan membutuhkan protein berkisar antara 20 – 60% dari berat total makanan, namun kebutuhan optimalnya hanya 30 – 36%. Bila terdapat kelebihan protein dalam pakan akan menghambat laju pertumbuhan karena sebagian protein akan dimetabolisme menjadi protein baru dan sisanya akan diubah menjadi energi.

Protein hewani memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan protein nabati. Hal ini disebabkan kandungan asam amino pada protein hewani lebih lengkap daripada protein nabati. Selain itu, protein nabati selalu dibungkus oleh lapisan selulosa sehingga agak sulit atau lambat bagim ikan untuk mencernanya.

Kualitas protein sangat tergantung pada kemudahannya dicerna dan nilai biologisnya. Kedua faktor tersebut sangat ditentukan oleh jumlah dan jenis asam amino yang menyusunnya. Semakin lengkap kandungan asam aminonya, kualitas protein semakin baik.

Adapun fungsi protein dalam tubuh ikan adalah:

a. Merupakan sumber energi bagi ikan, terutama apabila komponen lemak dan karbohidrat yang terdapat di dalam pakan ikan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi.

b. Berperan dalam pertumbuhan maupun pembentukan jaringan tubuh. c. Berperan dalam perbaikan jaringan tubuh yang rusak.

d. Merupakan komponen utama dalam pembentukan enzim, hormone, dan antibody

e. Turut berperan dalam pembentukan gamet.

2.5.4.2 Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) sebagai unsur utama. Beberapa diantaranya ada yang mengandung nitrogen (N) atau fosfor (P).

Lemak memberikan lebih kurang 2,25 kali lebih banyak energi dari pada karbohidrat jika mengalami metabolisme karena lemak mengandung hidrogen lebih tinggi dari pada oksigen. Hampir semua lemak yang terdapat dalam makanan ikan dapat dicerna, tetapi membutuhkan banyak waktu bagi getah pencernaan.

Dalam pakan maupun daging ikan, lemak umumnya terdapat dalam bentuk trigliserida, fosfolipid, dan kadang-kadang wax. Trigliserida berperan dalam penyimpanan lemak. Fosfolipid berperan dalam pembentukan membrane sel. Wax merupakan bentuk umum penyimpanan asam lemak pada beberapa zooplankton. Selain berfungsi sebagai sumber energi, lemak juga mempunyai beberapa fungsi tambahan sebagai berikut:

a. Merupakan sumber vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak. b. Berperan dalam struktur sel dan membran subseluler.

c. Merupakan komponen organ-organ utama dalam bentuk fosfolipid. d. Mengatur daya apung tubuh ikan di dalam air.

e. Merupakan sumber asam lemak esensial.

f. Menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. g. Membentuk sterol, yaitu asam lemak berantai panjang. h. Melindungi organ-organ vital di dalam tubuh ikan.

i. Menentukan cita rasa dan sifat daging ikan selama penyimpanan.

2.5.4.3 Karbohidrat

Karbohidart dalam makanan ikan tidak begitu penting. Namun, tidak berarti karbohidrat tidak diperlukan dalam penyusunan makanan ikan. Sebab, karbohidrat tetap memegang peranan funsional maupun struktural dalam tubuh ikan. Secara umum, semua kebutuhan ikan dapat terpenuhi dari protein dan lemak dari makanan yang dikonsumsi.

Meskipun tampaknya karbohidrat tidak dibutuhkan oleh ikan, namun sebaiknya pakan buatan dilengkapi dengan karbohidrat sebagai sumber energi dan untuk menghemat penggunaan protein. Tidak tersedianya karbohidrat dan lemak dalam pakan buatan akan menyebabkan proses metabolisme dan penggunaan protein tidak efisien. Diduga bahwa 0,23 g karbohidrat per 100 g pakan dapat menghemat 0,05 g protein. Karbohidrat juga berperan sebagai prekursor untuk berbagai metabolisme internal yang produknya dibutuhkan untuk pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat.

2.5.4.4 Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan, walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Vitamin berperan sangat penting untuk menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung dengan baik. Oleh karena itu vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak mampu membuatnya.

Kandungan vitamin di dalam pakan buatan tergantung dari bahan baku yang digunakan dan bahan yang ditambahkan. Penambahan vitamin ke dalam pakan buatan umumnya dilakukan dengan menggunakan vitamin-mix (premix).

Kebutuhan ikan akan vitamin dipengaruhi oleh ukuran, umur, laju pertumbuhan, stress lingkungan, dan hubungan antar nutrien.

Kegunaan vitamin dalam tubuh ikan sangat bermacam-macam anatara lain:

a. Merupakan katalisator dalam proses metabolisme. Vitamin merupakan bagian dari enzim atau koenzim yang berperan dalam pengaturan berbagai proses metabolisme.

b. Membantu protein dalam memperbaiki dan membentuk sel baru.

c. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh sebagaimana mestinya.

d. Turut berperan dalam pembentukan senyawa-senyawa tertentu di dalam tubuh.

2.5.4.5 Mineral

Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting.

Tidak kurang 15 zat mineral telah diketahui mempunyai fungsi esensial dalam tubuh ikan. Beberapa zat-zat mineral tersebut adalah: natrium, kalium, fosfor, kalsium, khlor, magnesium, ferrum, belerang, iodium, mangan, kuprum, kobalt, molybdenum, selenium, dan zincum. Ikan setidak-tidaknya membutuhkan 13 zat anorganik untuk makanan yang baik. Kalsium dan fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan gigi, tulang, dan kulit sehingga zat-zat mineral tersebut harus ada dalam jumlah yang besar.

Berdasarkan kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral esensial dan mineral non esensial. Mineral esensial harus selalu tersedia di dalam tubuh ikan dan harus disuplai dari pakan karena tubuh ikan tidak mampu memproduksi mineral ini. Sementara, mineral nonesensial yaitu mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan.

Berdasarkan jumlah kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral yaitu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif besar (lebih dari 100 mg/kg pakan kering), seperti kalsium, fosfor, belerang, natrium, klorida, magnesium, dan kalium. Sebaliknya, mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif kecil (kurang dari 100 mg/kg pakan kering), yaitu kobalt, selenium, tembaga, seng, mangan, krom, fluor, iodium, besi, dan molibden. Mikromineral sering pula disebut sebagai trace mineral.

Pada umumnya, makanan ikan yang sempurna mengandung sebagian besar zat-zat mineral yang diperlukan. Akan tetapi, beberapa zat mineral perlu ditambahkan di dalam makanan, antara lain kalsium, natrium, klor dan fosfor. Zat-zat mineral tersebut perlu dimasukkan di dalam makanan ikan. Kelengkapan mineral akan memberikan dampak positip apabila diikuti dengan komposisi yang tepat dari nutrisi lainnya, seperti protein, lemak, karbohidrat, dsan vitamin. Komposisi pakan tersebut sangat berpengaruh terhadap penyerapan mineral oleh tubuh ikan.

Fungsi utama mineral adalah:

1. Berperan dalam proses pembentukan rangka, pernapasan, dan metabolisme. Mineral Ca, P, F, dan Mg adalah mineral yang berguna dalam pembentukan struktur tubuh ikan, tulang, gigi, dan sisik ikan. Mineral Fe, Cu, dan Ca berperan besar dalam proses pernapasan. Sementara, mineral yang membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial maupun nonesensial.

2. Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara cairan tubuh dan lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan Cl).

3. Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan haemoglobin (terutama Fe, Cu, dan Co).

5. Mengatur fungsi sel (Cu dan Zn), membentuk fosfolipid dan bahan inti sel (S, dan P), mematangkan kelenjar kelamin (Br), dan membentuk hormon tiroid (I).

a. Kalsium (Ca)

Peranan dan fungsi kalsium di dalam tubuh antara lain adalah sebagai komponen utama pembentuk tulang, gigi, kulit, serta sisik, dan memelihara ketegaran kerangka tubuh, mengentalkan darah, sebagai “intracellular regulator” atau messenger yaitu membantu regulasi aktivitas otot kerangka, jantung dan jaringan lainnya, konstraksi dan relaksasi otot, membantu penyerapan vitamin B12, menjaga keseimbangan osmotik. Pengambilan kalsium dari perairan oleh ikan digunakan atas dasar untuk kegiatan struktural. Transpor Ca dari air oleh aliran darah ke jaringan tulang dan kulit berlangsung secara cepat. Jumlah lemak dalam pakan sangat berpengaruh dalam penyerapan Ca oleh usus. Pada kondisi abnormal, yaitu penyerapan lemak terganggu maka Ca pun akan sedikit yang diserap. Hal ini dikarenakan asam lemak yang tidak diserap akan berikatan dengan Ca dan akan terbuang dalam bentuk feses. Kandungan Ca dalam perairan sangat diperlukan untuk kehidupan ikan. Perairan dengan kandungan Ca rendah akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan mengganggu adaptasi pada saat kondisi lingkungan berubah. Perairan yang kaya akan Ca akan meningkatkan toleransi terhadap temperatur dan akan mengurangi keracunan akibat menurunnya pH. Untuk perairan yang kandungan Ca rendah, pH rendah dan kandungan aluminiumnya tinggi tidak akan dihuni oleh ikan. Kandungan Ca dalam pakan ikan sangat sulit untuk diterapkan secara pasti. Sebagai contoh, pada ikan

rainbowtrout dengan bobot awal 1,2 g, antara ikan yang diberi Ca 0,3 gr/kg dengan 3,4 gram/kg ternyata tidak menunjukkan adanya perbedaan dalam pertumbuhannya yang dipelihara pada perairan dengan kandungan Ca 20-30 mg /L Ogino, et al.,1978). Menurut Rumsey (1977) kebutuhan Ca untuk ikan rainbowtrout pada perairan dengan kalsium rendah (3 mg Ca/L) sama saja dengan yang dipelihara pada kandungan kalsium tinggi (45 mg/L) yaitu sebesar 2 g/kg dalam pakannya.

Sedangkan menurut Arai, et al (1975) pemberian kalsium sebanyak 2,4 g/kg merupakan kebutuhan minimal yang harus dipertimbangkan, pemberian kalsium sebanyak 11,5 – 14 g/kg akan berakibat buruk terhadap laju pertumbuhan.

b. Magnesium (Mg)

Magnesium merupakan kofaktor bagi semua enzim yang terlibat di dalam reaksi pemindahan fosfat (fosfokinase) yang menggunakan ATP dan fosfat nukleotida yang lain sebagai substrat. Fungsi magnesium bagi ikan dan udang adalah sebagai komponen esensial dalam menjaga homeostasis intra dan ekstra seluler. Magnesium dalam tubuh diserap oleh usus halus dan hanya sedikit yang dieksresikan dan hampir seluruhnya diserap secara sempurna. Penyerapan magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh masuknya magnesium dalam usus, waktu singgah di usus, kecepatan penyerapan air, kadar kalsium fosfat dan laktosa dalam pakan, sumber magnesium, dan umur serta jenis ikan. Kandungan magnesium di dalam ikan jumlahnya relatif rendah dibandingkan dengan hewan darat. Sebagian besar magnesium, kurang lebih 65%, berada dalam kerangka ikan. Konsentrasi magnesium dalam perairan ikan tawar sering tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme ikan, oleh karena itu pemberian mineral magnesium pada pakan untuk pemeliharaan ikan tawar sangat penting. Rendahnya suplai magnesium dalam pakan dapat mengakibatkan nafsu makan berkurang, pertumbuhan dan aktivitas ikan berkurang, kandungan Ca dan Mg dalam tubuh dan vertebrate akan berkurang. Selain itu ikan akan memperlihatkan keabnormalan dalam pertumbuhan tulang. Pada ikan trout telah diteliti oleh Cowey et al (1977) bahwa pertambahan bobot dan penggunaan pakan ikan yang diberi pakan dengan kandungan Mg sebesar 26 – 63 mg/kg. Perbaikan kandungan Mg dalam pakan akan berdampak terhadap peningkatan Mg dalam serum.

c. Besi (Fe)

Zat besi merupakan unsur mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh ikan dan manusia. Dalam makanan terdapat dua macam zat besi, yaitu dalam bentuk heme dan non heme. Zat besi heme ditemukan dalam bentuk haemoglobin dan zat besi non heme dalam otot yang disebut myoglobin. Fungsi dan peranan zat besi dalam tubuh ikan antara lain adalah unsur yang sangat penting dalam pigmen darah (haemoglobin dan myoglobin). Terlibat dalam pengangkutan oksigen dalam darah dan urat daging (otot) serta pemindahan/transfer elektron dalam tubuh. Unsur yang sangat penting dari variasi sistem enzim, yang meliputi enzim katalase, enzim

peroksidase, enzim xantin oksidase, enzim aldehyde oxidase dan enzim succinic dehydronase. Ikan dapat menyerap zat besi terlarut dari air melalui insang, sirip dan kulit. Zat besi dalam bentuk tereduksi, ion fero (Fe++) lebih mudah diserap karena lebih mudah larut dalam cairan-cairan pencernaan. Penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan sangat dipengaruhi oleh kadar keasaman, pH atau keasaman lambung dan bagian atas usus halus. Kekurangan zat besi pada ikan dapat membawa dampak yang merugikan pada ikan. Pada beberapa jenis ikan memberikan dampak yang berbeda, misalnya pada ikan channel catfish dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, konversi pakan rendah, nafsu makan menurun dan abnormalitas.

d. Klorida (Cl-)

Klorida berperan besar dalam aktivitas osmoregulasi. Pertukaran klorin sebagian besar terjadi pada insang. Pada ikan tawar pengambilan klorin terjadi pada kondisi medium yang hipotonik, dengan cara memompa NaCl melalui insangnya dan pengeluaran klorin dilakukan dalam bentuk urin. Pada ikan air laut pengambilan klorin dilakukan dengan cara melakukan banyak minum air laut sehingga klorin secara difusi ikut masuk ke dalam tubuh ikan. Selain itu ikan air laut biasanya melakukan dengan cara memompa melalui insang epithelium pada kondisi medium hipertonik. Dalam kondisi normal klorin dikeluarkan dalam bentuk urin pada jumlah

yang sedikit, namun pada kondisi stres ikan banyak mengeluarkan urin sehingga kehilangan NaCl yang cukup besar. Klorin keluar dari tubuh melalui urin dan sedikit melalui feses. Ketersediaan Cl di dalam air sangat menguntungkan untuk kehidupan ikan agar mempunyai toleransi terhadap perubahan suhu. Pemberian garam pada bahan pakan dari segi mamfaatnya masih diperdebatkan. Hal ini disebabkan dari hasil penelitian memberikan hasil yang menunjukkan bahwa pemberian NaCl pada pakan berakibat buruk terhadap penambahan bobot. Pemberian NaCl sebanyak 3% pada pakan mengakibatkan pertambahan bobot hanya 85% dibandingkan dengan kontrol. Pada penambahan NaCl sebanyak 6% memberikan pertambahan sebesar 77% sedangkan penambahan sebanyak 12% mengakibatkan pertambahan bobot sebesar 70%. Hal ini dikarenakan NaCl pada tingkatan yang lebih tinggi diserap dalam 24 jam yang kelebihannya akan dikeluarkan ke dalam perairan tawar pada sistem osmoregulasi dalam urin hipoosmotik normal, sedangkan pada ikan laut pengambilan NaCl dalam jumlah besar relatif sering terjadi pada berbagai kasus.

e. Natrium (Na)

Natrium sangat penting peranannya dalam osmoregulasi dan keseimbangan asam basa ikan. Pada hewan darat natrium yang berasal dari makanan akan diserap oleh tubuh secara cepat dan efisien dan hanya sedikit sekali yang dikeluarkan melalui feses. Kekurangan natrium dapat mengakibatkan dehidrasi, keletihan, anoexia, dan ram otot. Pemberian natrium sebesar 2200 mg/kg pakan pada ikan rainbowtrout

sudah mencukupi kebutuhan ikan tersebut terhadap natrium. Tetapi dalam percobaan Salman dan Eddy (1988) pemberian natrium sebesar 1000 – 3000 mg/kg pakan tidak memberikan perbedaan bobot.

2.5.5 Pemberian Pakan Pada Ikan

Dosis pemberian pakan yang dianjurkan pada ikan nila disesuaikan dengan ukuran ikan, suhu air, kepadatan biomassa ikan, kelimpahan pakan alami dan berbanding terbalik dengan ukuran ikan. Konsumsi pakan nila maksimum pada suhu 22 oC hanya 50 – 60% dari konsumsi pakan maksimum pada suhu 26 oC. Hal ini memberikan gambaran bahwa pada pagi hari saat suhu air relatif rendah dosis pakan

yang diberikan lebih rendah dibandingkan dengan siang dan sore hari (Carman O., dkk., 2010).

Pakan yang diberikan dengan metode Restricted Ratio, yakni pemberian pakan dengan menggunakan takaran yang dibatasi (Goddard, 1996).

Selama masa pemeliharaan ikan diberikan pakan tambahan berbentuk pellet sebanyak 3 – 5% /hari dari biomassa. Biasanya akan diperoleh angka konversi pakan sebanyak 1,3 – 2, artinya dari pakan 1,3 – 2 kilogram pakan akan menjadi 1 kilogram ikan nila. Untuk mengetahui berat biomassa maka sampel diambil 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misalnya, berat rata-rata ikan 220 g, maka berat biomassa adalah 220 x 10 = 2200 g. Jumlah pakan yang diberikan perhari adalah 3% x 2200 g = 66 g. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore hari atau malam hari. Namun demikian, ada juga ahli yang menyarankan bahwa pemberian pakan ikan tidak selalu tergantung pada waktu-waktu tersebut tetapi dilakukan kapan saja selagi ikan masih mau makan(http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/20/manajemen-pakan..).

2.5.6 Penentuan Kadar Mineral Pakan

a. Penentuan Mineral Na, Ca, Mg, dan Fe Pada Pakan Ikan dengan Metode AAS

Ditimbang 5 g sampel pada cawan porselin, dibakar sampai mengarang lalu dimasukkan pada furnace dengan suhu 5500C – 6000C selama 2 jam. Setelah sempurna mengabu, didinginkan. Abu dilarutkan dengan HCl 25% sebanyak 20 mL atau dengan HCl p.a sebanyak 5 mL, kemudian disaring dengan menggunakan kertas whatman 41. Filtratnya dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL atau 250 mL. Kandungan Na, Ca, Mg, dan Fe ditentukan dengan menggunakan AAS. Hal yang sama dilakukan juga untuk blanko.

b. Penentuan Mineral Cl Pada Pakan Ikan dengan Metode Titrimetri

Sampel yang diabukan, dilarutkan dengan akuades panas. Kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring whatman 41. Filtrat dimasukkan pada erlenmeyer, kemudian ditambahkan HNO3(p) : air (1:1) sebanyak lebih kurang 5 – 10 mL.

Kedalam campuran dimasukkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 10 mL dengan

menggunakan pipet volum. Kemudian dititrasi dengan larutan KCNS 0,1 N dengan menggunakan indikator amoniumferrisulfat 20%. Hal yang sama dilakukan untuk blanko.

Untuk menghitung kandungan klorida dalam sampel digunakan rumus:

% 100 ) ( ) ( %    mg contoh berat ArCl x KCNS N x sampel titrasi mL blanko titrasi mL Cl

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-Alat Alat-Alat Yang Digunakan

Tabel 3.1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Nama Alat Spesifikasi Merek

Beaker glass 250 mL Pyrex

Buret 25 mL Pyrex

Erlenmeyer 250 mL Pyrex

Gelas ukur 100 mL Pyrex

Statif - -

Klem - -

Labu ukur 50 mL Pyrex

Hot plate - PMC

Spektrofotometri UV-Vis Spektronik 20 -

Pipet tetes - -

Pipet volum 10 mL Pyrex

pH meter 330 i WTW

Akuarium 60 x 40 x 40 cm -

Tanggok - -

Termometer 250 0 C Fisons

Neraca analitik Presisi ± 0,001 g Mettler PM 400

Indikator Universal - -

Aerator - -

3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan

Tabel 3.2 Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian

Nama Bahan Spesifikasi Merek

HCI (p) p.a. 37 % E.Merck

Eriochrom Black T p.a. E.Merck

Na2EDTA p.a E.Merck

Mureksid p.a E.Merck

NH2OH.HCI p.a E.Merck

1,10 ortofenantrolin p.a E.Merck

KOH p.a E.Merck

AgNO3 p.a E.Merck

K2CrO4 p.a E.Merck

NH4OH p.a E.Merck

NH4Cl p.a E.Merck

Aquadest - -

NaCl p.a E.Merek

Ikan Nila Hitam - -

Pakan Ikan HI-PRO-VITE FF-999 Pokphand

Air tawar Danau Toba - -

3.2 Prosedur Kerja 3.2.2 Penyediaan Reagen

3.2.2.1 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar untuk Penentuan Ca + Mg (Metode Titrimetri)

a. Larutan Standar EDTA 0,01 M

Sebanyak 3,723 g di-natrium etilendiamin tetraasetat dihidrat dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Penyangga pH 10

Sebanyak 70 g amonium klorida dilarutkan dengan 200 mL akuades. Kemudian ditambahkan 475 mL amonia pekat dan diencerkan dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

c. Larutan KOH 4 N

Sebanyak 224 g KOH dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

d. Larutan Standar CaC12 0,01 M

Sebanyak 1 g CaCO3 anhidrat dilarutkan dengan 5 mL HC1 1:1 dalam erlenmeyer

500 mL kemudian ditambahkan 200 mL akuades lalu di didihkan beberapa menit untuk menghilangkan CO2. Larutan didinginkan dan ditambahkan beberapa tetes

indikator metil merah dan NH4OH 3 M sampai terbentuk warna jingga, kemudian

diencerkan dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

e. Standarisasi Larutan EDTA

Sebanyak 10 mL larutan standar CaC12 0,01 M dimasukkan dalam gelas erlenmeyer

150 mL dan ditambah dengan 40 mL akuades, 2 mL larutan peyangga pH 10 dan 30- 50 mg indikator EBT kemudian dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01 M sampai warna larutan berubah dari merah keunguan menjadi biru. Konsentarsi larutan standar EDTA dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

EDTA CaCl V x CaCl M 2 2 V EDTA M  Dengan Pengertian :

M EDTA = molaritas larutan baku EDTA

V EDTA = volume larutan baku EDTA (mL)

M CaCl2 = molaritas larutan CaC12 yang digunakan

VCaCl2 = volume larutan CaC12 yang digunakan (mL)

9,9 x10 0,01  EDTA M = 0,0101 M

f. Indikator Eriochrome Black T (EBT)

Sebanyak 0,2 g EBT dan 100 g kristal NaCl dicampur dan digerus sampai halus kemudian disimpan dalam botol tertutup rapat.

g. Indikator Mureksid

Sebanyak 0,2 g Mureksid dan 100 g NaCl dicampur dan digerus sampai halus kemudian disimpan dalam botol tertutup rapat.

3.2.2.2 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar untuk Penentuan Fe total (metode spektrofotometri)

a. Larutan Hidroksilamin (NH2OH.HCl)

Sebanyak 10 g NH2OH.HCl dilarutkan dengan akuades, kemudian diencerkan di

dalam labu takar 100 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Buffer ammonium asetat

Sebanyak 25 gram NH4.C2H3O2 dilarutkan dengan 15 mL akuades dan ditambahkan

70 mL asam asetat glasial, kemudian diencerkan di dalam labu takar 100 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

c. Larutan 1,10 ortofenantrolin

Sebanyak 0,1 g 1,10 ortofenantrolin monohidrat (C12H8N2.H2O) dilarutkan dalam

100

mL akuades, kemudian dipanaskan sampai 800C (tidak boleh mendidih).

d. Pembuatan Larutan Induk Fe 1000 ppm dari kristal (NH4)2Fe2(SO4)

Ditimbang dengan teliti 3,3571 g kristal (NH4)2Fe2(SO4), kemudian dimasukkan

kedalam beaker glass 50 mL. Dilarutkan dengan akuades, kemudian dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL, lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan

labu ga garis tanda dan dihomogenkan.

abu takar aris tanda dan dihomogenkan.

bu takar.

arutan seri standar Fe 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ppm dari larutan

mL. Kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

ksi dan larutan standar untuk penentuan Cl

00 mL emudian dencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.

dihomogenkan.

e. Pembuatan larutan standar Fe 100 ppm dari larutan induk 1000 ppm

Dokumen terkait