• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecemasan keluarga b.d Kurangnya informasi yang didapat

Dalam dokumen Asuhan Keperawatan Tetanus (Halaman 22-35)

Tanggal  No. Dx Tindakan

Keperawatan Respon Klien 16/ 7/ 07 17.00 21.45 1, 2, 4 2 Mengukur tanda vital klien Memberikan vitaplus 200 cc per  sonde Memberikan injeksi penicillin  prokain 650.000 IU IM S : O : t : 37 °C RR : 30 x/mnt

Diit masuk 200 cc per  sonde Klien tertidur  Keluarga kooperatif  S : O : Klien menangis

Obat injeksi masuk IM 1/3 SIAS

Keluarga membantu menenangkan klien

Keluarga kooperatif 

17/ 7/ 07 21.45 18/ 7/ 07 03.00 2 3, 5 Memberikan injeksi penicillin  prokain 650.000 IU IM Memberikan therapi diazepam 5 mg/ kgBB/ 24jam Menjelaskan manfaat obat kepada keluarga S : O : Klien menangis

Obat injeksi masuk  IM 1/3 SIAS Keluarga membantu menenangkan klien Keluarga kooperatif  S : O : Pemberian dizepam melalui syringe  pump 0,5 cc/ jam Kecemasan keluarga terlihat  berkurang Keluarga kooperatif 

19/ 7/ 07 10.00 13.00 1, 2, 4 3, 4, 5 Memberikan

diit per sonde vitaplus 200 cc Mengukur suhu tubuh klien Mengatur   posisi klien Menjelaskan  proses penyakit, cara pencegahan dan pengobatan tetanus Menjelaskan  penatalaksanaan kejang S : O : Diit masuk 200 cc  per sonde T : 36,8 °C

Posisi klien miring ke kanan

Klien dan Keluarga kooperatif  S : Keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan  perawat O : Keluarga dapat memberikan jawaban  pada saat ditanya

oleh perawat

Keluarga tampak  senang

Tanggal  No Dx Evaluasi 16/ 7/ 07 22.00 1, 2, 4 S : O : t : 37 °C RR : 30 x/mnt

Diit vitaplus masuk 200 cc per  sonde

Klien menangis saat dilakukan injeksi

Obat penicillin prokain 650.000 IU masuk IM 1/3 SIAS

Keluarga membantu menenangkan klien

Keluarga kooperatif 

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan interversi selanjutnya

Evaluasi

17/ 7/ 07 21.50 18/ 7/ 07 03.20 2 3, 5 S : O : Klien menangis

Obat penicillin prokain 650.000 IU masuk IM 1/3 SIAS

Keluarga membantu menenangkan klien

Keluarga kooperatif 

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan interversi selanjutnya

S : O :

Pemberian dizepam melalui syringe pump 0,5 cc/ jam

Kecemasan keluarga terlihat  berkurang setelah mendapatkan  penjelasan dari perawat

Keluarga kooperatif 

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan interversi selanjutnya

19/ 7/ 07 13.20 1, 2, 3, 4, 5 S :

Keluarga mengatakan mengerti dengan penjelasan perawat

O :

Diit vitaplus masuk 200 cc per  sonde

T : 36,8 °C

Posisi klien miring ke kanan

Keluarga dapat memberikan  jawaban pada saat ditanya oleh  perawat

Keluarga tampak senang

Klien dan Keluarga kooperatif  A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan interversi selanjutnya

Pembahasan

Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani , dengan tanda utama kekakuan otot (spasme), tanpa disertai gangguan kesadaran (Ismoedijanto, 2003).

Clostridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang, berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostridiumTetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.

Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta syaraf 

otonom. Toksin dari tempat luka

menyebar ke motor endplate dan setelah

masuk lewat ganglioside dijalarkan

secara intraaxonal kedalam sel saraf 

tepi, kemudian ke kornu anterior

sumsum tulang belakang, akhirnya

menyebar ke SSP.

Manifestasi klinis terutama

disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap susunan saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga

mencegah keluarnya neurotransmiter

inhibisi yaitu GABA dan glisin, sehingga

terjadi eksitasi terus-menerus dan

spasme. Kekakuan dimulai pada tempat masuk kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toxin masuk ke sumsum belakang terjadi kekakuan yang makin berat, pada extremitas, otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulai timbul kejang.

Penatalaksanaan medis atau terapi dasar tetanus yang dilakukan untuk klien tetanus adalah : Antibiotik diberikan selama 10 hari, 2 minggu bila ada komplikasi  dengan catatan : Bila ada

sepsis/pneumonia dapat

ditambahkan antibiotika yang sesuai. Imunisasi aktif-pasif, Anti  konvulsi pada dasarnya kejang diatasi dengan diazepam, dosis disesuaikan dengan respon klinik (titrasi), Terapi suportif. Tetanus ringan dan sedang diberikan pengobatan tetanus dasar, Tetanus sedang Terapi dasar tetanus, erhatian khusus pada keadaan jalan nafas (akibat kejang dan aspirasi), dan pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara parenteral.

Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada tetanus yaitu Kebersihan jalan nafas tidak efektif  b.d Penumpukan sputum pada trakhea dan spasme otot pernafasan. Diagnosa ini sebagai prioritas pertama karena menurut hirarki abraham maslow oksigen merupakan kebutuhan fisiologi yang utama. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi, diagnosa ini sebagai prioritas kedua karena masalah ini lebih aktual dan menimbulkan reaksi untuk segera mengatasi daripada ketiga diagnosa yang lain.

Resiko terjadi kontraktur b.d Adanya kejang rangsang. Diagnosa ini sebagai prioritas ke tiga dalam penanganan tetanus pada An. U karena merupakan kebutuhan fisiologis. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Adanya trismus, diagnosa ini sebagai prioritas ke empat karena menurut hirarti maslow kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan fisiologis yang utama setelah oksigenasi, akan tetapi pada klien belum menunjukkan data yang aktual dan masih resiko terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi. Kecemasan keluarga b.d Kurangnya informasi yang didapat. Diagnosa ini sebagai prioritas ke lima karena menurut hirarki abraham maslow kecemasan merupakan gangguan ketidaknyamanan yang harus diatasi setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi.

Kesimpulan

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik  dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang  dan spasme dan paralisis pernapasan.

Pencegahan terjadinya tetanus dapat dilakukan melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik  daripada mengobatinya. Pada anak-anak,  vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari  vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus).

Masalah keperawatan yang muncul pada An. U dengan tetanus adalah Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada tetanus yaitu Kebersihan jalan nafas tidak efektif b.d Penumpukan sputum pada trakhea dan spasme otot pernafasan, peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi, resiko terjadi kontraktur b.d Adanya kejang rangsang, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d  Adanya trismus, dan kecemasan keluarga b.d

Saran

 Anak-anak berada dalam masa pertumbuhan, sehingga memerlukan pemantauan yang lebih dari orang tua agar pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan usia anak. Demikian pula dalam pemenuhan kebutuhan dan perawatan kesehatan, hendaknya keluarga memberikan pemantauan dan memberikan sarana bermain yang aman bagi anak.

Baik tenaga medis maupun keluarga hendaknya selalu berusaha untuk  meningkatkan pengetahuan tentang tetanus karena penyakit ini sangat beresiko tinggi mengakibatkan kematian. Pemberian imunisasi tepat waktu pada anak agar terhindar dari PD3I seperti tetanus

Dalam dokumen Asuhan Keperawatan Tetanus (Halaman 22-35)

Dokumen terkait