• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Kecemasan (anxiety) berasal dari bahasa latin “aungustus” yang berarti kaku dan “ango anci” yang berarti mencekik. Kecemasan adalah emosi yang dikarakteristikkan oleh keadaan pemikiran dan pengantisipasian terhadap bahaya (Hurlock,1980:216). Hal ini muncul dikarenakan keputusasaan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Menurut Daradjat (1989:40) kecemasan adalah manifestasi dari kognitif, afektif, motorik yang tidak terkendali terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan, konflik, dan pertentangan batin.

Menurut Arkof (dalam Sundari, 2005:51) kecemasan merupakan suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap suatu kesehatan. Maksudnya adalah keadaan yang menimbulkan perasaan kegelisahan atau tidak tenang, misalnya siswa yang gelisah ketika akan menghadapi ulangan

harian. Perasaan gelisah itu membuat siswa kehilangan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan.

Menurut Nevid (2005:163) kecemasan adalah seseorang merasa khawatir dan berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi, misalnya siswa merasa khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan soal ulangan harian akibatnya akan mendapatkan nilai yang tidak baik. Menurut Supratiknya (1995:19) kecemasan adalah keadaan yang tidak menyenangkan yang muncul dalam manifestasi somatik berupa rangsangan fisiologis/biologis.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas penulis menarik kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan seseorang pada saat mengalami tekanan yang ditandai dengan manifestasi koginitif, afektif, motorik, dan somatik yang tidak terkendali muncul ketika seseorang mengalami keadaan yang tidak menyenangkan tersebut.

2. Penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian

Muhibin (2008:195) menyebutkan penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian, yaitu:

a. Standar nilai bidang studi yang dianggap siswa terlalu tinggi.

b. Siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum sedangkan siswa menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang siswa buat sendiri.

c. Siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang ketat.

d. Hilangnya kemampuan menyebut/melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.

Sejalan dengan pendapat Muhibin, Sukardi (2008:140) menyebutkan empat penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian yaitu:

a. Beberapa mata pelajaran soal ulangan harian ada yang sulit menurut siswa. b. Beberapa mata pelajaran ada soal-soal yang tidak dimengerti oleh siswa. c. Siswa terburu-buru ketika mengerjakan soal ulangan harian.

d. Siswa kurang mempersiapkan diri untuk mempelajari materi yang akan dikeluarkan dalam soal ualangan harian.

Menurut Khaerudin (2009) ada dua penyebab yang mempengaruhi kecemasan siswa dalam menghadapi ulangan harian yaitu:

a. Internal

Aspek internal adalah stimulus yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, seperti kecerdasan intelektual, kesiapan mental, bahkan kondisi fisik. Bagi siswa yang memiliki keterbatasan kecerdasan intelektual tentu akan mengalami kesulitan menghadapi soal-soal tes yang diperuntukkan bagi mereka yang tingkat kecerdasannya normal dan di atas normal, walaupun batas nilai ketuntasan belajar adalah 6. Siswa yang memiliki keterbatasan kecerdasan akan sulit mendapat nilai diatas nilai ketuntasan. Sekuat apapun mereka berusaha dan menyiapkan diri, tetapi karena kecerdasan mereka terbatas akan sulit berhasil dengan baik.

Kecemasan yang rendah pada siswa akan mendorong siswa memiliki kekuatan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Namun

apabila kecemasan ini berlebihan, karena terlalu banyaknya tekanan baik dari dalam diri dan terutama dari luar, maka kecemasan ini akan berdampak negatif terhadap kesiapan mereka menghadapi ulangan. Dengan kata lain mereka yang terlalu cemas dan takut cenderung akan menjadi tidak siap menghadapi soal, akan menjadi kurang percaya diri untuk dapat berhasil menyelesaikan soal-soal dengan baik. Pada akhirnya, dengan kondisi seperti ini jelas peluang untuk bisa berhasil ulangan mendapat nilai bagus menjadi sangat kecil.

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi fisik siswa. Tidak bisa dipungkiri kondisi fisik yang tidak baik seperti sakit ketika mengerjakan soal-soal ulangan menjadi menyebabkan lemahnya konsentrasi.

b. Eksternal

Aspek eksternal adalah stimulus yang ada di luar diri siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa untuk mendapat nilai bagus, seperti misalnya lingkungan belajar di rumah atau sekolah, lingkungan fisik tempat tes berlangsung, fasilitas/sarana dan prasarana yang dimiliki dan digunakan siswa, baik di rumah maupun di sekolah, situasi dan kondisi pada saat ulangan berlangsung, dan masalah-masalah teknis yang berkenaan dengan cara mengisi lembar jawaban dan proses pemeriksaan lembar jawaban.

Para siswa yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan didukung oleh lingkungan fisik dan sosial yang baik, tentu akan memiliki peluang yang sangat besar untuk berhasil dalam mengerjakan soal ulangan harian serta kecemasan yang muncul akan sedikit. Karena dengan faktor-faktor

eksternal yang mendukung, mereka akan dengan penuh berkonsentrasi mempersiapkan dan mengikuti tes hasil belajar. Demikian juga dengan kondisi sarana dan prasarana di sekolah yang memadai akan membantu para siswa menguasai kompetensi dasar mata pelajaran yang akan diujikan. Namun jika sarana prasarana, kurang mendukung akan memunculkan kecemasan pada siswa.

3. Manifestasi Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian

Manifestasi kecemasan adalah suatu bentuk reaksi seseorang ketika mengalami keadaan yang tertekan dan tidak nyaman terwujud pada reaksi fisik maupun psikologis (Santrock,2007:550). Menurut Tresna (2011:90-91) Manifestasi kecemasan ketika seseorang menghadapi ulangan harian dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali

Adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir siswa yang tidak terkondisikan yang sering kali memikirkan tentang kejadian buruk yang akan terjadi dalam menghadapi ulangan harian. Aspek manifestasi kognitif dalam menghadapi kecemasan ulangan harian yaitu sulit berkonsentrasi dan mental blocking.

Sulit berkonsentrasi dalam menghadapi ulangan harian terjadi karena siswa tidak dapat memfokuskan pikirannya untuk ulangan harian. Sulit berkonsentrasi dalam ulangan harian ditunjukkan dengan gejala kesulitan dalam membaca dan memahami pertanyaan ulangan harian, kesulitan berpikir secara sistematis, kesulitan mengingat kata kunci atau konsep jawaban yang sudah dipelajari pada saat menjawab pertanyaan uraian.

Mental blocking adalah hambatan secara mental atau psikologis yang menyelubungi pikiran siswa saat mengerjakan soal-soal ulangan harian sehingga siswa tidak bisa berpikir dengan tenang. Situasi siswa saat mengalami Manifestasi (kemunculan) mental blocking pada saat membaca pertanyaan ulangan harian ditunjukkan dengan gejala pikiran kosong, dan tidak mengerti alur jawaban yang benar saat ulangan harian.

b. Manifestasi afektif yang tidak terkendali

Manisfestasi afektif adalah kecemasan yang muncul sebagai akibat siswa mengalami perasaan yang berlebihan pada saat menghadapi ulangan harian yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah, dan bingung terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit siswa. Khawatir dalam menghadapi ulangan harian merupakan perasaan yang mengganggu sebagai akibat bayangan buruk yang dibuat oleh siswa sendiri.

Bayangan buruk yang dimaksud yaitu siswa khawatir tentang soal ulangan harian yang terlalu sulit sehingga tidak dapat dijawab, tentang materi-materi pelajaran yang telah dipelajari namun tidak ditanyakan dalam ulangan harian.

Gelisah adalah perasaan tidak tentram yang dialami oleh siswa pada saat ulangan harian sehingga membuatnya tidak percaya diri ketika mengerjakan atau menjawab soal-soal ulangan harian. Rasa gelisah dalam menghadapi ulangan harian muncul ketika siswa tidak menemukan jawaban untuk soal-soal ulangan harian yang dipandangnya sulit, waktu yang

disediakan tidak cukup untuk menyelesaikan soal-soal ulangan harian, dan ketika ada siswa yang telah selesai mengerjakan soal-soal ulangan harian.

Perasaan bingung timbul pada saat siswa harus mengambil keputusan yang sulit dalam menjawab soal-soal pilihan ganda karena terdapat beberapa alternatif jawaban yang menurutnya benar atau salah karena pikirannya.

c. Perilaku motorik yang tidak terkendali

Perilaku motorik adalah gerakan tidak menentu seperti gemetar dan tegang pada otot yang dirasakan oleh siswa ketika menghadapi ulangan harian. Gemetar adalah suatu gerakan yang dilakukan tanpa sengaja karena merasakan suatu ancaman ketika menghadapi ulangan harian seperti diharuskan menjawab soal dengan cepat, diharuskan duduk di barisan kursi depan, dan keterbatasan waktu ulangan harian. Semua gerakan ini tanpa disadari dan akan tampak pada bagian tangan, lengan, kepala, kaki, wajah, dan pita suara.

Menurut Soeitoe (1982:25-26) manifestasi kecemasan menghadapi ulangan harian ada empat yaitu :

a. Manifestasi kognitif

Munculnya kecemasan sebagai hasil kesalahan dalam melihat permasalahan atau kejadian. Seseorang yang cemas karena cara berpikir tentang sesuatu yang akan terjadi pada dirinya dan memandang permasalahan atau kejadian tersebut sebagai hal yang mengganggu. Manifestasi kognitif timbul karena siswa tidak dapat memusatkan

pikirannya terhadap ulangan harian khususnya soal-soal ulangan yang sedang dikerjakan. Siswa yang mengalami manifestasi kognitif dalam situasi yang tertekan sehingga kemampuan siswa dalam berpikir mengalami hambatan. Terdiri dari dua kemampuan siswa mengalami hambatan dalam berpikir yaitu:

a) Pemahaman

Siswa mengalami hambatan dalam memahami soal-soal ulangan harian yang di berikan oleh guru matapelajaran.

b) Penerapan

Siswa mengalami hambatan dalam menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari untuk mengerjakan soal-soal ulangan harian. b. Manifestasi afektif

Kecemasan yang timbul karena suatu keadaan emosional yang ditandai oleh perasaan bingung, khawatir dan gelisah sehingga siswa tidak dapat mengerjakan soal-soal ulangan harian. Perasaan bingung muncul pada saat siswa mengalami situasi keputusasaan untuk memilih jawaban yang benar dalam soal-soal pilihan ganda dan siswa tidak dapat memecahkan jawaban pada soal-soal uraian. Perilaku bingung muncul pada saat siswa mengalami kesulitan memilih jawaban yang benar untuk soal-soal pilihan ganda.

Khawatir muncul pada situasi siswa merasa terbebani ketika mengerjakan soal-soal ulangan harian. Khawatir akan muncul karena

adanya perasaan yang tidak menyenangkan ketika ulangan harian berlangsung.

Gelisah terjadi ketika siswa mengalami situasi yang tidak tenang ketika ulangan harian berlangsung. Gelisah ditandai oleh perilaku gugup, tidak sabar/tergesa-gesa saat mengerjakan soal, keluar masuk kelas, duduk yang tidak tenang, tidak percaya diri, menggerakkan tangan atau kaki, membolak-balikkan kertas, menengok temannya.

c. Manifestasi motorik

Manifestasi motorik adalah suatu keadaan yang tidak nyaman yang dialami siswa yang berkaitan dengan kerja otot-otot dalam tubuh. Manifestasi motorik muncul ketika siswa mengalami ketegangan otot dan gemetar saat ulangan. Ketegangan otot muncul karena posisi tubuh tidak santai/rileks ketika ulangan berlangsung. Ketegangan otot terjadi pada leher, bahu, punggung, mata, kaki. Ketegangan otot terjadi pada situasi yang menegangkan menyebabkan otot terasa kaku atau nyeri.

Gemetar merupakan gerakan otot yang tidak disengaja pada saat siswa mengerjakan soal-soal ulangan harian. Gemetar muncul pada saat siswa mengalami situasi yang tidak nyaman yang dianggap genting. Gemetar muncul pada wajah, kaki, lengan, pita suara, kaget.

d. Manifestasi somatik

Manifestasi kecemasan muncul dalam bentuk fisiologis atau biologis. Gejala-gejala fisiologis atau biologis adalah mulut kering,

berkeringat, tangan dan kaki dingin, sering kencing, diare, detak jantung cepat, pusing, mual, lemas, sesak nafas.

Dokumen terkait